Sei sulla pagina 1di 15

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kasus Kelalaian Pengemudi Yang Menyebabkan Kecelakaan Di

Jalan Raya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kelayang

Oleh : Nova Rifadilla


Pembimbing I : Dr. Erdianto, SH., M.Hum
Pembimbing II : Ledy Diana, SH.,MH
Alamat: Jalan Sudirman, Pekanbaru-Riau
Email: novarifadilla@gmail.com / Telepon : 082271344245

ABSTRACT

In Indonesia, current traffic is still quite alarming. The negligence of road users in traffic holes we
often encounter everyday often causes high height. Human factors consist of other factors, namely road
factors, vehicle factors, natural factors. The purpose of this study was to determine whether in the case of
traffic and traffic disasters in accordance with Law Number 22 Year 2009 concerning Traffic and
Transportation and the factors that encourage law enforcement in cases of negligence.
This type of research is sociological legal research while viewed from its nature this research is
descriptive. This research uses primary data, namely data obtained directly from the first. And secondary
data, namely data that has been prepared.
The results of this study are the application of provisions in cases of traffic and traffic accidents
based on Law Number 22 of 2009 concerning Road Traffic and Transportation. For perpetrators who cause
death victims are subject to Article 310 paragraph (4) and Article 311 paragraph (1) of Law Number 22
Year 2009 and Article 359 of the Criminal Code. In Article 310 paragraph (4) shall be punished with
parents for a maximum of 12 (twelve) years or a maximum fine of Rp. 24,000,000.00 (twenty four million
rupiahs). In Article 311 paragraph (1) the offender is punished with a maximum of 1 (one) year of criminal
or a maximum fine of Rp. 3,000,000 (three million rupiah). Article 359 The Criminal Code conducts threats
with other people for at most one year. However, users who commit negligence resulting in death victims
cannot be used as which is actually in the applicable rules. Motorists are indeed subject to errors in the
form of administrative fees, but are different, which in the first case is Rp. 5,000,000 (five million rupiah)
whereas in the second case, the driver is subject to administrative sanctions of Rp. 200,000 (two hundred
thousand). Factors that strengthen law enforcement in cases of negligence of tools in the freedom of cross
that shape death are their own legal factors, law enforcement factors, factors of facilities and facilities that
support law enforcement, factors of criminal and non-criminal policy factors.

Keywords: criminal sanctions, negligence, highway accidents.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 1
BAB I disiplin dan pemahaman terhadap peraturan
PENDAHULUAN dan sopan santun berlalu lintas yang rendah
A. Latar Belakang Masalah dari para pemakai jalan merupakan hal yang
Jalan raya merupakan prasarana perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
transportasi yang berpengaruh terhadap upaya pemecahannya untuk mengatasi
perkembangan sosial dan ekonomi permasalahan di bidang lalu lintas. Manusia
masyarakat, sebaliknya peningkatan taraf sebagai pengemudi atau pejalan kaki
hidup masyarakat akan berdampak pada merupakan unsur utama pelaku lalu lintas,
kondisi prasarana transportasi jalan raya. dalam penampilannya dipengaruhi oleh
Sektor transportasi masyarakat darat dengan kondisi psikologi dari masing-masing diri
prasarana jalan raya merupakan bagian pribadi, terutama yang menyangkut disiplin
transportasi yang paling besar menerima dan kondisi fisik dari lingkungan sekitarnya.4
pengaruh adanya peningkatan taraf hidup, Kecerobohan pengemudi tersebut tidak
karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai jarang menimbulkan korban, baik korban
prasarana untuk melayani pergerakan lalu menderita luka berat atau korban meninggal
lintas manusia dan barang secara aman, dunia bahkan tidak jarang merenggut jiwa
nyaman, cepat dan ekonomis menuntut pengemudinya sendiri. Beberapa kecelakaan
adanya jalan raya yang memenuhi persyaratan lalu lintas yang terjadi, sebenarnya dapat
tertentu1. dihindari bila diantara pengguna jalan bisa
Sarana transportasi menjadi faktor berprilaku disiplin, sopan dan saling
penting dalam mewujudkan proses kelancaran menghormati. Beberapa kecelakaan lalu lintas
dalam penyelenggaraan perkembangan kota yang terjadi, sebenarnya dapat dihindari bila
maupun daerah. Dalam kehidupan masyarakat diantara pengguna jalan mematuhi peraturan
modren, penciptaan alat ini saja telah yang diatur Undang-Undang Nomor 22
memberi pekerjaan bagi sejumlah anggota Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
masyarakat. Dengan bertambahnya alat Angkutan Jalankhususnya ketentuan Pasal
transportasi, pembangunan sarana juga 105 dan Pasal 106 di dalam bagian ke empat
semakin diperlukan. Semua ini bertujuan tata cara berlalu lintas dan paragraf kesatu
untuk mempermudah manusia melakukan yang mengulas tentang ketertiban dan
perjalanan. 2 Transportasi merupakan keamanan berlalu lintas.
kebutuhan turunan (derived demand) akibat Salah satu contoh kelalaian pengemudi
aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. yang terjadi pada hari Senin tanggal 18 Juli
Dalam kerangka makro ekonomi, maka 2016 sekitar jam 12.00 di Jalan. Lintas
transportasi merupakan tulang punggung Tengah KM 247 Desa Sei Kuning Binio
perekonomian nasional, regional dan lokal, Kecamatan Kelayang Kabupaten Indragiri
baik di perkotaan maupun di perdesaan. Hulu telah terjadi kecelakaan lalu lintas antara
Kuncinya ada pada pengintegrasian berbagai Mobil Mits Dump Tronton nomor registrasi
layanan transportasi.3 BM 9982 BU dikemudikan saudara Zaman
Di Indonesia kondisi lalu lintas saat ini yang datang dari arah Peranap menuju arah
masih cukup memprihatinkan. Kelalaian Rengat, ketika memeasuki TKP jalan yang
pengguna jalan raya dalam berlalu lintas merupa turunan dan tikungan berjalan terlalu
masih sering kita jumpai sehari-hari sehingga kekanan sehingga bertabrakan dengan Sepeda
banyak menyebabkan kecelakaan yang masih Motor Suzuki Shogun tanpa nomor registrasi
relatif cukup tinggi. Faktor manusia yang dikendarai saudara Jodi yang datang dari
mempunyai andil terbesar sebagai penyebab arah berlawanan sehingga mengakibatkan
kondisi tersebut diatas dibandingkan faktor- pengendara sepeda motor meninggal dunia.
faktor penyebab lainnya yaitu faktor jalan, Berdasarkan Pasal 310 ayat 1 Undang–
faktor kendaraan, faktor alam. Tingkat Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang digunakan
1
Bambang Susantono, Transportasi dan Investasi, untuk menjerat pengemudi kendaraan yang
Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2013, hlm. 8. karena kelalaiannya mengakibatkan luka–luka
2
Fidel Miro, Pengantar Sistem Transportasi, Erlangga,
Jakarta, 2012, hlm. 8.
3 4
Bambang Susantono, Op. cit, hlm. 10 Ibid.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 2
dan kematian bagi seseorang dengan ancaman 3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
maksimum 6 tahun penjara, dengan unsur
yang harus terpenuhi antara lain :5 1. Tujuan Penelitian
1. Setiap orang a. Untuk mengetahui penerapan sanksi
2. Mengemudikan kendaraan bermotor pidana dalam kasus kecelakaan lalu
3. Karena lalai lintas dan angkutan jalan menurut
4. Mengakibatkan orang lain meninggal Undang-Undang Nomor 22 Tahun
dunia 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Kepastian hukum menghendaki Angkutan.
bagaimana hukum dilaksanakan, tanpa peduli b. Untuk mengetahui faktor–faktor yang
bagaimanapun sulitnya menerapkan hukum mempengaruhi penegakan hukum
itu. Hal ini dimaksudkan agar tercipta terhadap kasus kelalaian pengemudi
ketertiban dalam masyarakat, misalnya dalam berlalu lintas yang
“Barang siapa terbukti melakukan tindak mengakibatkan kematian.
pidana, maka ia harus dihukum”. Ketentuan 2. Kegunaan Penelitian
ini menghendaki agar siapapun apabila a. Secara praktis hasil peneltian ini
melakukan perbuatan tersebut maka ia harus diharapkan dapat memenuhi syarat
dihukum. Kemudian masyarakat kelulusan untuk memperoleh derajat
menghendaki adanya manfaat dalam akademik sarjana hukum pada Program
pelaksanaan peraturan atau penegakan hukum Ilmu Hukum Universitas Riau.
tersebut. Hukum tersebut untuk melindungi b. Secara akademis, hasil penelitian ini
kepentingan masyarakat.6 diharapkan dapat menambah khasanah
Berdasarkan uraian dari latar belakang keilmuan atau literatur hukum dan
di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji bermanfaat sebagai titik tolak dalam
lebih dalam tentang masalah ini untuk diteliti penelitian lebih lanjut tentang
yang dituangkan dalam bentuk proposal penerapan sanksi pidana terhadap
skripsi dengan judul: “Penerapan Sanksi kasus kelalaian pengemudi yang
Pidana Terhadap Kasus Kelalaian menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
Pengemudi Yang Menyebabkan Kecelakaan c. Penelitian ini juga diharapkan sebagai
Di Jalan Raya Berdasarkan Undang- bahan masukan bagi penegak hukum
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang dan instansi pemerintah terkait maupun
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Wilayah masyarakat dalam kasus kelalaian
Hukum Kepolisian Sektor Kelayang”. pengemudi penerapan sanksi pidana
terhadap kasus kelalaian pengemudi
B. Rumusan Permasalahan yang menimbulkan kecelakaan lalu
Berdasarkan uraian dalam latar lintas.
belakang permasalahan, maka rumusan
masalah sebagai berikut: 4. Kerangka Teoritis
1. Bagaimanakah penerapan sanksi pidana 1. Teori Tindak Pidana
dalam kasus kecelakaan lalu lintas dan
Tindak pidana dalam bahasa
angkutan jalan menurut Undang-Undang
Belanda adalah Straafbaarfeit, dimana
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
‘terdapat dua unsur pembentuk kata, yaitu
Lintas dan Angkutan?
Straafbaar dan feit. Perkataan feit dalam
2. Apakah faktor–faktor yang mempengaruhi
bahasa Belanda diartikan sebagian dari
penegakan hukum terhadap kasus kelalaian
kenyataan, sedangkan straafbaar berarti
pengemudi dalam berlalu lintas yang
dapat dihukum, sehingga straafbaarfeit
mengakibatkan kematian?
berarti sebagian dari kenyataan yang
dapat dihukum.7
Pidana merupakan derita, nestapa,
5
Hasan Basri, Op.cit, hlm. 26. siksaan, selain itu pidana adalah sanksi
6
Erdianto, Potensi Korupsi dalam Penyelenggara
Pemerintah Kepala Daerah Secara Langsung, Jurnal
7
Konstitusi, BKK Fakultas Hukum Universitas Riau, Volume P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana
III Nomor 2, November, 2010, hlm.112. Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm. 181.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 3
yang hanya dalam hukum pidana.8 Teori- e. Terhadap perbuatan tersebut harus
teori hukum pidana berhubungan erat tersedia ancaman hukumannya dalam
dengan pengertian subjectief strafrecht undang-undang.
sebagai hak atau wewenang untuk
menentukan dan menjatuhkan pidana, Kitab Undang-Undang Hukum
terhadap pengertian objectief strafrecht Pidana (KUHP) telah menetapkan jenis-
sebagai peraturan positif yang merupakan jenis pidana yang termaktub dalam Pasal
hukum pidana.9 10. Ada dua macam jenis pidana yakni
Istilah tindak pidana dalam bahasa pokok dan pidana tambahan. Jenis-jenis
Indonesia merupakan perbuatan yang pidana pokok menurt Pasal 10 Kitab
dapat atau boleh dihukum, perbuatan Undang-undang Hukum Pidana ialah
pidana, sedangkan dalam bahasa Belanda sebagai berikut : a) Pidana mati, b) Pidana
disebut strafbaarfeit atau delik. Para kurungan dan c) Pidana denda. Adapun
sarjana Indonesia mengistilahkan bentuk pidana tambahannya dapat berupa:
strafbaarfeit itu dalam arti yang berbeda, a) Pencabutan beberapa hak-hak tertentu,
diantaranya Moeljatno menggunakan b) Perampasan barang-barang tertentu dan
istilah perbuatan pidana, yaitu: “perbuatan c) Pengumuman keputasan hakim.12
yang dilarang oleh suatu aturan hukum, 2. Teori Penegakan Hukum
larangan mana disertai ancaman sanksi Penegakan hukum adalah kegiatan
yang berupa pidana tertentu, bagi barang menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
siapa larangan tersebut10 terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang
Vos merumuskan bahwa straaf mantap dan mengejawantah dan sikap
baarfeit adalah suatu kelakuan manusia tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
yang diancam dengan pidana oleh tanpa akhir, untuk menciptakan,
peraturan perundang-undangan. memelihara, dan mempertahankan
Sedangkan R. Tresna menyatakan bahwa kedamaian pergaulan hidup. 13 Menurut
peristiwa pidana adalah suatu perbuatan Soerjono Soekanto bahwa dalam proses
atau rangkaian perbuatan manusia yang penegakan hukum ada faktor-faktor yang
bertentangan dengan undang-undang atau mempengaruhinya. Faktor tersebut cukup
peraturan perundang-undangan lainnya mempunyai arti sehingga dampak positif
terhadap perbuatan mana diadakan dan negatifnya terletak pada isi faktor
tindakan penghukuman. R. Tresna tersebut. Faktor-faktor yang
menyatakan bahwa syarat dari perbuatan mempengaruhi penegakan hukum tersebut
pidana yaitu:11 ada lima yang mana faktor tersebut saling
a. Harus ada suatu perbuatan manusia; berkaitan karena merupakan esensi dari
b. Perbuatan tersebut harus sesuai dengan penegakan hukum, juga merupakan tolak
apa yang dilukiskan di dalam ketentuan ukur dari pada efektivitas penegakan
hukum; hukum, yaitu:14
c. Harus terbukti adanya dosa pada orang 1. Faktor hukumnya sendiri, yang
yang berbuat, yaitu orangnya harus didalamnya dibatasi pada Undang-
dapat dipertanggungjawabkan; Undang saja;
d. Perbuatan itu berlawanan dengan 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-
hukum; pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum;
3. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakkan hukum;
8
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia-Suatu
Pengantar, Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm. 139.
9 12
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm 22. Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 6.
10 13
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang
Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hlm. 77 Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada,
11
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua, Jakarta, 2005, hlm.5.
14
Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 72. Ibid, hlm. 8
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 4
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di 4. Kelalaian adalah suatu macam kesalahan si
mana hukum tersebut berlaku dan pelaku tindak pidana yang tidak seberat
diterapkan; seperti kesengajaan, yaitu kurang berhati-
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil hati sehingga akibat yang tidak disengaja
karya, cipta, dan rasa yang didasarkan terjadi.20
pada karsa manusia di dalam pergaulan 5. Pelanggaran adalah suatu perbuatan yang
hidup. melanggar ketentuan dan peraturan-
Penegakan hukum berhubungan peraturan yang berlaku.21
dengan timbal-balik yang amat erat dengan 6. Kecelakaan lalu lintas adalah suatu
masyarakat. Ini berarti hal-hal yang peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan
melekat pada masyarakat akan ikut tidak disengaja melibatkan Kendaraan
mempengaruhi penegakan hukum. Faktor- dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain
faktor pendidikan, ekonomi, budaya, yang mengakibatkan korban manusia
biasanya merupakan faktor yang dan/atau kerugian harta benda.22
berpengaruh terhadap penegakan hukum. F. Metode Penelitian
Meskipun bukan merupakan kemutlakan, 1. Jenis Penelitian
tetapi lazimnya kemiskinan ikut serta Penelitian ini adalah penelitian
berpengaruh terhadap buruknya penegakan hukum sosiologis yaitu penelitian yang
hukum. Berdasarkan uraian tersebut, hendak melihat kesatuan antara hukum
memperbaiki kualitas masyarakat yang dan masyarakat dengan adanya
individunya merupakan subyek hukum, kesenjangan antara das sollen dan das
merupakan suatu keharusan apa bila sein. 23 Penelitian hukum maksudnya
hendak memecahkan permasalahan suatu proses untuk menemukan aturan
penegakan hukum dengan menggunakan hukum, prinsip-prinsip hukum,
perndekatan sistem sebagai maupun doktrin hukum guna
metode. 15 Secara umum, panduan menjawab isu hukum yang dihadapi.24
pengaturan penegakan hukum nyaris tidak Penelitian ini juga bersifat deskriptif
ada di bawah hukum pidana. Sebaliknya, yaitu penulis mencoba
itu berasal dari tindakan penegakan hukum menggambarkan hukum sebagai suatu
serta putusan pengadilan di bawah undang- kontrol sosial yang berkaitan dengan
undang lainnya.16 pembentukan dan pemeliharaan aturan-
aturan sosial, dengan suatu dasar
E. Kerangka Konseptual pijakan bahwa kemampuan hukum
1. Penerapan adalah cara yang dilakukan agar untuk mengontrol perilaku-perilaku
dapat mencapai tujuan yang dinginkan.17 manusia dan menciptakan suatu
2. Tindak Pidanaadalah perbuatan yang oleh kesesuaian di dalam perilaku-perilaku
aturan hukum merupakan perbuatan yang tersebut.25
dilarang yang mana disertai sanksi berupa 2. Lokasi Penelitian
pidana tertentu bagi siapa yang melanggar
aturan tersebut.18 Lokasi penelitian ini dilakukan
3. Sanksi Pidana adalah reaksi atas delik, dan di wilayah hukum Polsek Kelayang.
ini berwujud suatu nestapa yang dengan Lokasi ini dipilih mengingat daerah ini
sengaja dilimpahkan negara kepada merupakan salah satu daerah yang
pembuat delik.19 memiliki potensi cukup tinggi

15 20
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, hlm. 72.
21
Penerbit UNDIP, Semarang, 2008, hlm. 63. https://kbbi.web.id/langgar
16 22
Nick Gardner, Revisions To Criminal Law, Westlaw, Pasal 1 angka 24 Undang–Undang Nomor 22 Tahun
Intellectual Property Daily Briefing, 2014, hlm. 1. 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan.
17 23
Riant Nugroho, Kebijakan Publik, Formulasi Nico Ngani, Metodologi Penelitian dan Penulisan
Implementasi dan Evaluasi, PT Elex Media Komputindo, Hukum, Pusaka Yustisia, Yogyakarta, 2012, hlm 82.
24
Jakarta, 2003. hlm 158. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana,
18
Evi Hartanti,Op.cit, hlm. 5. Jakarta, 2010, hlm. 35.
19 25
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Raja Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 81. Grafindo Pustaka, Jakarta, 2003, hlm. 76.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 5
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Hal mengenai hal-hal yang bersangkutan
ini dikarenakan banyaknya mobil- dengan masalah yang diteliti.
mobil besar yang melintas di daerah
Kelayang dan masyarakatnya masih b. Data Sekunder
kurang mematuhi peraturan lalu lintas Data sekunder adalah data yang
dan kurang memahami. diperoleh peneliti dari berbagai studi
kepustakaan serta peraturan
3. Populasi dan Sampel Perundang-Undangan, buku-buku
a. Populasi literatur serta pendapat para ahli yang
Populasi adalah keseluruhan atau berkaitan dengan permasalahan
himpunan objek dengan ciri yang sama. penelitian ini, yang terdiri dari:
Populasi dapat berupa himpunan orang, 1) Bahan Hukum Primer
benda (hidup atau mati), kejadian, Bahan yang bersumber dari
kasus-kasus, waktu, atau tempat dengan penelitian kepustakaan yang di
sifat atau ciri yang sama.26 Berdasarkan peroleh dari Kitab Undang-undang
definisi di atas penulis mengambil Hukum Pidana, Kitab Undang-
populasi dalam penelitian ini antara undang Acara Pidana, Undang–
lain: Undang Nomor 22 Tahun 2009
1) Bantuan Komando Operasi Laka Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Lantas Polsek Kelayang Jalan.
2) Pelapor 2) Bahan Hukum Sekunder
3) Masyarakat Yaitu buku-buku yang berkaitan
b. Sampel dengan permasalahan hukum yang
Untuk mempermudah penulis akan penulis teliti.
dalam melakukan penelitian maka 5. Teknik Pengumpulan Data
penulis menentukan sampel. Sampel Teknik pengumpulan data yang
merupakan himpunan atau sebagian dilakukan dalam skripsi ini menggunakan
populasi yang dijadikan objek langkah-langkah, yaitu:
penelitian yang dianggap dapat a. Wawancara merupakan cara yang
mewakili keseluruhan populasi. 27 digunakan untuk memperoleh
Dalam menentukan sampel penulis keterangan secara lisan guna mencapai
menggunakan teknik sensus dan tujuan tertentu.28
purpossive sampling. Metode sensus b. Kajian kepustakaan yaitu penulis
yaitu menentukan sampel berdasarkan mengambil kutipan dari buku bacaan,
jumlah populasi yang ada. Sedangkan literatur, atau buku pendukung yang
purpossive sampling yaitu memiliki kaitan dengan permasalahan
pengambilan sampel bardasarkan yang akan diteliti.
kriteria yang diteliti. Tidak semua 6. Analisa Data
populasi akan dijadikan sampel. Berdasarkan dengan rumusan
Kriteria yang dimaksud adalah permasalahan dan pembahasan atas
populasi dan sampel yang berkaitan permasalahan yang dipergunakan maka
dengan kasus kelalaian pengemudi teknik analisis data penulis lakukan
yang menimbulkan kecelakaan lalu dengan metode kualitatif, yaitu
lintas. menguraikan data yang diperoleh dalam
4. Sumber Data bentuk kalimat yang teratur, logis, dan
a. Data Primer efektif sehingga dapat memberikan
Data primer adalah data yang penulis penjelasan atas rumusan permasalahan
dapatkan atau peroleh secara langsung yang penulis angkat. Sedangkan metode
melalui responden di lapangan berpikir yang penulis gunakan dalam
menarik kesimpulan adalah

26 28
Ibid, hlm 118. Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka
27
Bambang Suggono, Op.cit, hlm.121. Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 95.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 6
metodededuktif. Metode deduktif ialah cara suatu tindak pidana yang dilakukan tanpa
berpikir yang menarik suatu kesimpulan sifat melanggar hukum.32
dari suatu pernyataan atau dalil yang Menurut Bambang Purnomo bahwa
bersifat umum menjadi suatu pernyataan perbuatan pidana adalah suatu perbuatan
yang bersifat khusus.29 yang oleh suatu aturan hukum pidana di
larang dan di ancam dengan pidana bagi
BAB II barang siapa yang melanggar larangan
TINJAUAN PUSTAKA tersebut. 33 Adapun perumusan tersebut
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana yang mengandung kalimat “aturan hukum
1. Pengertian Tindak Pidana pidana” dimaksudkan akan memenuhi
Secara umum, pemidanaan keadaan hukum pidana di Indonesia yang
merupakan bidang dari pembentukan masih mengenal kehidupan hukum yang
undang-undang, karena adanya asas legalitas tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.
yang terdapat di dalam Pasal 1 Kitab Tindak pidana merupakan suatu
Undang-Undang Hukum Pidana yaitu dasar yang pokok dalam menjatuhi pidana
nullum delictum mulla poena sine praevia orang yang telah melakukan perbuatan
poenali yang artinya tiada suatu perbuatan pidana atas dasar pertanggung jawaban
tindak pidana, tiada pula dipidana, tanpa seseorang atas perbuatan yang telah
adanya undang-undang hukum pidana dilakukannya, tetapi sebelum itu mengenai
terlebih dahulu. Ketentuan Pasal 1 Kitab dilarang dan diancamnya suatu perbuatan
Undang-Undang Hukum Pidana ini yaitu mengenai perbuatan pidananya
menunjukkan hubungan erat antara suatu sendiri,yaitu berdasarkan azas legalitas
tindak pidana, pidana dan undang-undang (principle of legality) asas yang menentukan
(hukum pidana) terlebih dahulu. Dalam bahwa tidak ada perbuatan yang larang dan
hukum pidana kita mengenal beberapa ancaman dengan pidana jika tidak
rumusan pengertian tindak pidana atau ditentukan terlebih dahulu dalam
istilah tindak pidana sebagai pengganti perundang-undangan, biasanya ini lebih di
istilah straff feir. Sedangkan dalam kenal dengan dalam bahasa latin sebagai
perundang-undangan negara kita istilah nullum delictum nulla poena sine praevia
tersebut merupakan peristiwa pidana atau lege (tidak ada delik,tidak ada pidana tanpa
disebut peristiwa pidana, perbuatan pidana peraturan lebih dahulu) ucapan ini berasal
atau delik. Melihat apa yang dimaksud dari Von Feurbach, sarjana hukum pidana
diatas, maka udang-undang sekarang sudah Jerman.
konsisten dalam pemakain istilah yang 2. Unsur-Unsur Tindak Pidana
dipilihnya sendiri. Menurut Satochid Kartanegara,
Tindak pidana adalah pelanggaran unsur tindak pidana terdiri atas unsur
norma-norma dalam 3 (tiga) bidang hukum, objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif
yaitu hukum perdata, hukum adalah unsur yang terdapat di luar diri
ketatanegaraan dan hukum tata usaha manusia, yaitu berupa:34
negara yang oleh pembentukan undang- a. Suatu tindakan;
undang di tanggapi dengan suatu hukuman b. Suatu akibat dan;
pidana. 30 Maka sifat-sifat yang ada dalam c. Keadaan (omstandigheid).
setiap tindak pidana adalah sifat melanggar Kesemuanya itu dilarang dan
hukum (wederrectelijkheid, diancam dengan hukuman oleh undang-
onrechmatigheid). 31 Beberapa pasal dalam undang. Unsur subjektif adalah unsur-unsur
ketentuan hukum pidana (strafbepaling) dari perbutan yang dapat berupa:
menyebutkan salah satu unsur khusus dari a. Kemampuan(toerekeningsvatbaarheid);
suatu tindak pidana tertentu adalah b. Kesalahan (schuld).
wereechtelijkheid atau sifat-sifat melanggar
hukum. Hal ini ditekankan bahwa tidak ada
32
Ibid.
29 33
Ibid, hlm. 100. Bambang Purnomo, Asas-asas Hukum Pidana,
30
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, hlm. 1. Ghalia Indonesia, Jakrta, 1992, hlm. 130.
31 34
Ibid. Leden Marpaung, Op.cit, hlm.10.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 7
3. Pengertian Kelalaian b) Kecelakaan lalu lintas ringan
Dalam Undang-undang tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditemukan apa arti dari kelalaian atau huruf a merupakan kecelakaan yang
kealpaan (culpa) tetapi dari ilmu mengakibatkan kerusakan kendaraan
pengetahuan hukum pidana diketahui sifat- dan/atau barang.
sifat adalah ciri dari culpa, yaitu :35 c) Kecelakaan lalu lintas sedang
a) Sengaja melakukan tindakan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ternyata salah, karena menggunakan huruf b merupakan kecelakaan yang
ingatan/otaknya secara salah, seharusnya mengakibatkan luka ringan dan
dia menggunakan ingatannya (sebaik- kerusakan kendaraan dan/atau barang.
baiknya), tetapi dia melalukan suatu d) Kecelakaan lalu lintas berat
tindakan (aktif atau pasif) dengan kurang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kewaspadaan yang diperlukan. huruf c merupakan kecelakaan yang
b) Pelaku dapat memperkirakan akibat yang mengakibatkan korban meninggal dunia
terjadi, tetapi merasa dapat mencegahnya, atau luka berat.
sekiranya akibat itu pasti akan terjadi, dia e) Kecelakaan lalu lintas sebagaimana
lebih suka untuk tidak melakukan dimaksud pada ayat (1) dapat dimaksud
tindakan yang akan menimbulkan akibat pada ayat (1) dapat disebabkan oleh
itu. Tetapi tindakan itu tidak diurungkan, kelalaian pengguna jalan,
atas tindakan mana ia kemudian dicela, ketidaklayakan kendaraan, serta
karena bersifat melawan hukum ketidaklayakan jalan dan/atau
Biasa tindak pidana berunsur lingkungan.
kesengajaan, akan tetapi ada kalanya suatu
akibat dari suatu tindak pidana begitu berat, 5. Kelalaian Pengemudi Yang Menimbulkan
merugikan kepentingan seseorang, seperti Kecelakaan Lalu Lintas
kematian seseorang manusia, sehingga a) Dasar Hukum Tindak Pidana Kealpaan
dirasakan tidak adil, terutama keluarga dari Ketentuan-ketentuan mengenai kelalaian
yang meninggal bahwa si pelaku yang atau kealpaan yang menyebabkan
dengan kurang hati-hati menyebabkan korbanya meninggal dunia diatur dalam
kematian itu tidak diapa-apakan. Misalnya, Kitab Undang-undang Hukum Pidana
sering terjadi seorang pengendara mobil (KUHP) Buku Kedua tentang Kejahatan
yang menabrak orang sehingga meninggal Bab XXI Pasal 359, yang berbunyi
dan banyak orang yang mengetahui tabrakan sebagai berikut :
itu sehingga dikeroyok dan babak belur. “Barang siapa karena kealpaannya
4. Kecelakaan Lalu Lintas menyebabkan matinya orang lain,
Menurut Pasal 1 Undang-Undang diancam dengan pidana penjara paling
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas lama 5 (lima) tahun atau kurungan
dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas paling lama 1 (satu) tahun.
adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak b) Unsur Kelalaian Yang Menyebabkan
diduga dan disengaja melibatkan kendaraan Korban Meninggal Dunia
dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang Unsur-unsur dari rumusan Pasal 359
mengakibatkan korban manusia dan/atau tersebut diatas yaitu :
kerugian harta benda. 1) Barang siapa
Menurut Pasal 229 Undang–Undang Yang dimaksud dengan barang siapa
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan adalah untuk menentukan siapa pelaku
sebagai berikut : delik sebagai objek hukum yang telah
a) Kecelakaan lalu lintas digolongkan atas : melakukan delik tersebut dan memiliki
1) Kecelakaan lalu lintas ringan; kemampuan mempertanggung
2) Kecelakaan lalu lintas sedang; atau jawabkan perbuatannya.
3) Kecelakaan lalu lintas berat. Dalam hal ini maksud dari pada subjek
hukum yang memiliki kemampuan
bertanggungjawab adalah didasarkan
35
kepada keadaan dan kemampuan jiwa
P.A.F. Laminating, Op.cit, hlm. 342.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 8
dari pelaku yang didakwakan dalam tersebut disertai dengan ancaman (sanksi)
melakukan delik, yang dalam doktrin yang berupa pidana tertentu sebagai
hukum pidana ditafsirkan sebagai pertanggungjawabannya. Dalam hal ini ada
keadaan sadar. hubungannya dengan asas legalitas, yang
mana tiada suatu perbuatan dapat dipidana
2) Karena kesalahannya (kelalaian atau melainkan telah diatur dalam undang-
kealpaan) undang, maka bagi barang siapa yang
Dalam unsur ini adalah bahwa melanggar larangan tersebut dan larangan
matinya korban apakah merupakan tersebut sudah di atur dalam undang-
akibat dari kelakuan yang tidak undang, maka bagi para pelaku dapat
dikehendakki oleh terdakwa (orang dikenai sanksi atau hukuman, sedangkan
yang berbuat). ancaman pidananya ditujukan kepada
Van Hamel, berpendapat bahwa orang yang menimbulkan kejadian itu, ada
kealpaan (culpa) mengandung dua hubungan yang erat pula.38
syarat, yaitu :36
a. Tidak mengadakan duga-dugaan 2. Sistem Peradilan Pidana Sebagai
sebagaimana diharuskan oleh Penegakan Hukum
hukum. Sistem peradilan pidana adalah
b. Tidak mengadakan kehati-hatian sistem dalam suatu masyarakat untuk
sebagaimana diharuskan oleh menanggulangi kejahatan, dengan tujuan
hukum. mencegah masyarakat menjadi korban
kejahatan, meneyelesaikan kasus kejahatan
B. Tinjauan Umum Tentang Penegakan yang terjadi sehingga masyarakat puas
Hukum bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang
1. Pengertian Penegakan Hukum bersalah dipidana dan mengusahakan
Penegakan hukum adalah suatu mereka yang pernah melakukan kejahatan
usaha untuk menanggulangi kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya.39
secara rasional, memenuhi rasa keadilan Sistem peradilan pidana merupakan
dan berdaya guna. Dalam rangka suatu jaringan (network) peradilan yang
menanggulangi kejahatan terhadap menggunakan hukum pidana sebagai
berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat sarana utamanya, baik hukum pidana
diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa materil, hukum pidana formil maupun
sarana pidana maupun non hukum pidana, hukum pelaksanaan pidana. Namun
yang dapat diintegrasikan satu dengan demikian kelembagaan substansial ini
yang lainnya. Apabila sarana pidana harus dilihat dalam kerangka atau konteks
dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, sosial. Sifatnya yang terlalu formal apabila
berarti akan dilaksanakan politik hukum dilandasi hanya untuk kepentingan
pidana, yakni mengadakan pemilihan kepastian hukum saja akan membawa
untuk mencapai hasil perundang-undangan bencana berupa ketidakadilan. Dengan
pidana yang sesuai dengan keadaan dan demikian demi apa yang dikatakan sebagai
situasi pada suatu waktu dan untuk masa- precise justice, maka ukuran-ukuran yang
masa yang akan datang.37 bersifat materil, yang nyatanyata dilandasi
Negara Indonesia adalah negara oleh asas-asas keadilan yang bersifat
hukum (recht staats), maka setiap orang umum benar-benar harus diperhatikan
yang melakukan tindak pidana harus dalam penegakan hukum.40
mempertanggungjawabkan perbuatannya
melalui proses hukum. Penegakan hukum
mengandung makna bahwa tindak pidana
adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh
suatu aturan hukum, di mana larangan 38
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Cipta, Jakarta, 2001, hlm. 15
36 39
Moeljatno, Op.cit, hlm 201. Mardjono Reksodiputro, Op.cit., hlm.13
37 40
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 109. Binacipta, Bandung, 1996, hlm. 22
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 9
C. Tinjauan Umum Tentang Sanksi Pidana mempertanggungjawabkan perbuatannya
Sanksi pidana adalah suatu hukuman melalui proses hukum. Penegakan hukum
sebab akibat, sebab adalah kasusnya dan akibat mengandung makna bahwa tindak pidana
adalah hukumnya, orang yang terkena akibat adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh
akan memperoleh sanksi baik masuk penjara suatu aturan hukum, di mana larangan tersebut
ataupun terkena hukuman lain dari pihak disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa
berwajib. Sanksi Pidana merupakan suatu jenis pidana tertentu sebagai
sanksi yang bersifat nestapa yang diancamkan pertanggungjawabannya. Dalam hal ini ada
atau dikenakan terhadap perbuatan atau pelaku hubungannya dengan asas legalitas, yang
perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat mana tiada suatu perbuatan dapat dipidana
menggangu atau membahayakan kepentingan melainkan telah diatur dalam undang-undang,
hukum. Sanksi pidana pada dasarnya merupakan
maka bagi barang siapa yang melanggar
suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari
larangan tersebut dan larangan tersebut sudah
pelaku kejahatan tersebut, namun tidak jarang
bahwa sanksi pidana diciptakan sebagai suatu
di atur dalam undang-undang, maka bagi para
ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri. pelaku dapat dikenai sanksi atau hukuman,
Pidana adalah penderitaan atau nestapa yang sedangkan ancaman pidananya ditujukan
sengaja dibebankan kepada orang yang kepada orang yang menimbulkan kejadian itu,
melakukan perbuatan yang memenuhi unsur ada hubungan yang erat pula.42
syarat-syarat tertentu1, sedangkan Roslan Saleh Saat ini lalu lintas adalah suatu
menegaskan bahwa pidana adalah reaksi atas kebutuhan. Setiap harinya masyarakat selalu
delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang memenuhi arus lalu lintas untuk melakukan
dengan sengaja dilimpahkan Negara kepada kegiatan sehari-hari baik menggunakan
pembuat delik.41 kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Dalam sistem hukum pidana ada dua Tiga faktor yang berperan penting dalam
jenis sanksi yang keduanya mempunyai kegiatan lalu lintas, yaitu manusia, kendaraan,
kedudukan yang sama, yaitu sanksi pidana dan dan jalan. Manusia sebagai pengguna,
sanksi tindakan. Sanksi pidana merupakan jenis kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi
sanksi yang paling banyak digunakan di dalam dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi
menjatuhkan hukuman terhadap seseorang persyaratan kelaikan dikemudikan oleh
yang dinyatakan bersalah melakukan perbuatan pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang
pidana. Bentuk-bentuk sanksi pidana antara ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
lain: pidana mati, pidana penjara, pidana undangan yang menyangkut lalu lintas dan
kurungan, pidana denda dan pidana tutupan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi
yang merupakan pidana pokok, serta pidana persyaratan.43
berupa pencabutan hak-hak tertentu, Salah satu contoh kelalaian pengemudi
perampasan barang-barang tertentu dan yang terjadi pada hari Senin tanggal 18 Juli
pengumuman putusan hakim yang kesemuanya 2016 sekitar jam 12.00 di Jalan. Lintas Tengah
merupakan pidana tambahan. KM 247 Desa Sei Kuning Binio Kecamatan
Kelayang Kabupaten Indragiri Hulu telah
BAB IV terjadi kecelakaan lalu lintas antara Mobil
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Mits Dump Tronton nomor registrasi BM
A. Penerapan Sanksi Pidana dalam Kasus 9982 BU dikemudikan saudara Zaman yang
Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan datang dari arah Peranap menuju arah Rengat,
Jalan Menurut Undang-Undang Nomor 22 ketika memasuki TKP jalan yang merupa
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan turunan dan tikungan berjalan terlalu kekanan
Angkutan sehingga bertabrakan dengan Sepeda Motor
Negara Indonesia adalah negara hukum Suzuki Shogun tanpa nomor registrasi yang
(recht staats), maka setiap orang yang dikendarai saudara Jodi yang datang dari arah
melakukan tindak pidana harus berlawanan sehingga mengakibatkan
pengendara sepeda motor meninggal dunia.
41
Saleh Roeslan, Perbuatan Pidana dan
42
Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 2009, Andi Hamzah, Op.cit, hlm. 15
43
hlm. 81. Bambang Susantono, Op.cit, hlm. 12.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 10
Untuk kasus saudara Zaman ini masih dalam diketahui bahwa apabila terjadi kecelakaaan
tahap penyidikan. Sanksi administrasi yang lalu lintas yang menyebabkan orang lain
dikenakan pada saudara Zaman adalah sebesar meninggal dunia maka pelaku dapat dipidana
Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah). dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
Contoh kedua kasus kelalaian tahun dan/atau denda paling banyak Rp
pengemudi adalah kasus kecelakaan yang 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
menimbulkan terjadi kecelakaan lalu lintas Sedangkan berdasarkan ketentuan Pasal 311
yang terjadi di kecamatan kelayang, pada hari bahwa Dalam hal perbuatan sebagaimana
hari Rabu tanggal 13 September 2017 sekira dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang
pukul 16.30 WIB jalan lintas tengah Desa lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan
Bongkal Malang Kecamatan, Kelayang pidana penjara paling lama 12 (dua belas)
Kabupaten Indragiri Hulu, telah terjadi tahun atau denda paling banyak Rp.
kecelakaan antara Mobil Colt Diesel nomor 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
registrasi BM 8402 BU dikendarai Saudara Denda yang dimaksudkan dalam Pasal
Suherman datang dari arah peranap menuju tersebut bukanlah jumlah ganti rugi yang
Air Molek ketika memasuki TKP jalan diperoleh oleh keluarga/ahli waris korban,
bertikungan menyenggol sepeda motor Honda melainkan denda sebagai sanksi pidana yang
Supra Fit X Tanpa nomor registrasi yang harus dibayarkan kepada negara dalam hal ini
dikendarai Saudari Aprikayeni yang datang diwakili oleh pengadilan, sebagai hukuman
dari arah bersamaan, sehingga mengakibatkan atas tindak pidana tertentu.
pengendara sepeda motor menyebabkan Untuk mengetahui bahwa seseorang
meninggal dunia. Untuk kasus saudara dapat mempertanggung jawabkan
Suherman ini telah SP-3 (penghentian perbuatannya menurut hukum pidana, aparat
penyidikan). Kasus diselesaikan secara harus menilai beberapa hal. Pertama ia harus
kekeluargaan. Sanksi administrasi yang menentukan bahwa pelaku perbuatan pidana
dikenakan pada saudara Suherman adalah tersebut adalah orang yang normal mampu
sebesar Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah). untuk bertanggungjawab. Kemudian
Berdasarkan hasil wawancara dengan membuktikan pelaku melakukan perbuatan itu
Bapak AKP Waras Wahyusi selaku Kasat dengan adanya kesalahan (kesengajaan atau
Lantas Kepolisian Sektor Kelayang bahwa kealpaan) dan yang terakhir pelaku tersebut
kelalaian adalah apabila seseorang melakukan tidak memiliki alasan pemaaf untuk
sesuatu perbuatan dan perbuatan itu menghapus kesalahannya tersebut.45
menimbulkan suatu akibat yang dilarang dan Kecelakaan lalu lintas terjadi
diancam dengan hukuman oleh undang- disebabkan oleh beberapa hal. Undang–
undang, maka walaupun perbuatan itu tidak Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
dilakukan dengan sengaja. Dalam culpa atau Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 229
kelalaian ini, unsur terpentingnya adalah ayat (5) menjelaskan bahwa kecelakaan lalu
pelaku mempunyai kesadaran atau lintas dapat disebabkan oleh kelalaian
pengetahuan bahwa pelaku seharusnya dapat pengguna jalan, ketidaklaikan kendaraan, serta
membayangkan akan adanya akibat yang ketidaklaikan jalan dan/atau lingkungan.
ditimbulkan dari perbuatannya, atau dengan Kecelakaan disebabkan oleh kelalaian
kata lain bahwa pelaku dapat menduga bahwa pengguna jalan dengan kata lain kecelakaan
akibat dari perbuatannya itu akan tersebut merupakan faktor manusia. Banyak
menimbulkan suatu akibat yang dapat bentuk kelalaian manusia yang dapat
dihukum dan dilarang oleh undang-undang. mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, antara
Hukuman pidana dapat dijatuhkan kepada si lain pengemudi mengantuk, kurang
pelaku atas perbuatan pidananya itu.44 konsentrasi, dan juga kurang menguasai
Berdasarkan ketentuan Pasal 310 kendaraan. Namun tidak sedikit juga
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 masyarakat yang secara fisik telah siap dan
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat juga menguasai kendaraan, tetapi melakukan
beberapa pelanggaran lalu lintas, yang juga
44
Wawancara dengan Kasat Lantas AKP Waras
45
Wahyusi, pada tanggal 28 September 2018 Barda Nawawi Arief, Op.cit, hlm. 61.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 11
merupakan salah satu penyebab terjadinya B. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi
kecelakaan lalu lintas.46 Penegakan Hukum Terhadap Kasus
Indonesia yang menganut hukum Kelalaian Pengemudi dalam Berlalu Lintas
pidana positif mengenal perbuatan pidana yang Mengakibatkan Kematian.
yang dilakukan oleh siapapun mutlak Berfungsinya hukum dalam
dipertanggungjawabkan, sebab perbuatan masyarakat yang mana hukum itu
pidana dengan nyata telah menimbulkan diberlakukan tidak bisa terlepas dari kajian
kerugian secara luas maka konsekuensinya budaya hukum, kesadaran hukum dan
menuntut pembalasan berupa sanksi hukuman. penegakan hukum. Hukum berfungsi sebagai
Asas kesalahan, yaitu tidak dipidana seseorang perlindungan kepentingan manusia. Agar
jika tidak memiliki kesalahan. Asas tersebut kepentingan manusia terlindungi, hukum harus
menegaskan bahwa hanya seseorang yang ditegakkan. Penegakan hukum bukanlah
memiliki kesalahan yang dapat dimintai merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri,
pertanggungjawabannya secara pidana atas melainkan mempunyai hubungan timbal balik
perbuatannya. yang erat dengan masyarakatnya.48
Tindak pidana kasus kecelakaan lalu Penegakan hukum adalah suatu usaha
lintas biasanya tidak sama dengan tindak untuk menanggulangi kejahatan secara
pidana pada umumnya. Hal ini dikarenakan rasional, memenuhi rasa keadilan dan berdaya
pada tindak pidana kecelakaan lalu lintas guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan
umumnya disebabkan adanya kealpaan atau terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang
kelalaian dari pelaku tersebut yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan,
mengakibatkan adanya korban luka berat dan berupa sarana pidana maupun non hukum
tidak jarang juga ada yang sampai meninggal. pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil
Bapak AKP Waras Wahyusi selaku Kasat untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan
Lantas Kepolisian Sektor Kelayang bahwa dilaksanakan politik hukum pidana, yakni
adalah pertanggungjawaban pengemudi mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil
kendaraan yang mengakibatkan matinya orang perundang-undangan pidana yang sesuai
lain dapat lihat dari kronologis kejadian. dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu
Kronlogis kejadian dimaksudkan untuk dan untuk masa-masa yang akan datang.49
menentukan bahwa kecelakaan tersebut terjadi Berdasarkan Undang-Undang Nomor
karena ada unsur kelalaian, murni kecelakaan 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
atau kensengajaan.47 Angkutan Jalan pada Pasal 229, karakteristik
Bagi pelaku tindak pidana lalu lintas kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi 3
dapat dijatuhi pidana berupa pidana penjara, (tiga) golongan, yaitu :
kurungan, atau denda dan selain itu dapat 1. Kecelakaan Lalu Lintas ringan, yaitu
dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
Surat Izin Mengemudi atau ganti kerugian kendaraan dan/atau barang.
yang diakibatkan oleh tindak pidana lalu 2. Kecelakaan Lalu Lintas sedang, yaitu
lintas. Pemberian sanksi pidana bagi pelaku kecelakaan yang mengakibatkan luka
kasus kelalaian pengemudi yang menyebabkan ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
kecelakaan di jalan raya untuk lebih barang.
memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam 3. Kecelakaan Lalu Lintas berat, yaitu
masyarakat. Pada prinsipnya pemberian sanksi kecelakaan yang mengakibatkan korban
pidana dipandang untuk melindungi meninggal dunia atau luka berat.
masyarakat dari tindakan yang merugikan, Kecelakaan lalu lintas adalah suatu hal
membahayakan atau meresahkan masyarakat. yang tentunya ingin selalu dihindari oleh
setiap pengguna jalan, namun terkadang
kecelakaan lalu lintas ini terjadi secara tiba-
tiba seperti karena kelalaian dari pengguna
46
P.A.F. Laminating, Op.cit, hlm. 348.
47 48
Wawancara dengan Kasat Lantas AKP Waras Satjipto Rahardjo, Op.cit, hlm. 31.
49
Wahyusi, pada tanggal 28 September 2018 Barda Nawawi Arief, Op.cit, hlm. 109
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 12
jalan itu sendiri. Kecelakaan lalu lintas Berdasarkan wawancara dengan Bapak
merupakan kejadian yang sulit diprediksi AKP Waras Wahyudi menyatakan bahwa
kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan terdapat faktor yang mempengaruhi penegakan
tidak hanya trauma, cedera, ataupun kecacatan hukum terhadap kelalaian pengemudi dalam
tetapi juga kematian. Undang-Undang Nomor kecelakaan lalu lintas. Factor tersebut adalah
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan faktor penal dan non penal. Kebijakan penal
Angkutan Jalan Raya merupakan produk merupakan bentuk penanggulangan kejahatan
hukum yang menjadi acuan dasar dan utama yang menitikberatkan pada pada tindakan
yang mengatur segala bentuk aspek lalu lintas represif setelah terjadinya suatu tindak pidana,
dan angkutan jalan di Indonesia. sedangkan kebijakan non penal lebih
Berdasarkan hasil wawancara dengan menekankan tindakan preventif sebelum
Bapak AKP Waras Wahyusi selaku Kasat terjadinya suatu tindak pidana.52
Lantas Kepolisian Sektor Kelayang bahwa Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas
penegakan hukum terhadap kasus kelalaian diatur dalam Pasal 310 dan Pasal 311 Undang-
pengemudi dalam berlalu lintas yang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
mengakibatkan kematian umumnya memiliki Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam kasus
kendala yang terjadi dan menghambat kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan
kelancaran proses penanganan terhadap kematian maka lembaga peradilan yang
kelalaian pengemudi tersebut. Kendala yang berwenang dalam hal ini kejaksaan akan
dihadapi Kepolisisan Sektor Kelayang dalam menjerat pelaku dengan Pasal 310 ayat (4) dan
penegakan hukum adalah kurangnya alat bukti Pasal 311 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22
dan saksi yang cukup di tempat kejadian Tahun 2009 yang mana dalam pasal ini unsur
perkara, adapun saksi yang mengetahui pidananya adalah (1) setiap orang dan (2) yang
kejadian perkara tersebut enggan memberikan mengemudikan kendaraan bermotor yang
keterangan kepada polisi.50 karena kelalaiannya mengakibatkan
Dalam acara pidana minimal 2 alat kecelakaan lalu lintas dengan korban
bukti yang sah untuk melanjutkan perkara meninggal dunia.
sampai ke pengadilan, kasus penanganan Bila penyelesaian kasus kecelakaan
terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas lalu lintas yang menyebabkan korban
meninggalkan sedikit bukti untuk menemukan meninggal diselesaikan melalui kebijakan non
pelaku, dan keberadaan saksi yang sedikit atau penal maka proses pembayaran sanksi denda
bahkan tidak ada saksi yang mengetahui disesuaikan dengan Undang-Undang. Sanksi
kejadian tersebut. Penegakan hukum akan denda tersebut diberikan kepada pihak
terhambat jika salah satu faktor yang keluarga korban. Tetapi penyelesaian kasus
mempengaruhinya tidak berjalan dengan baik. kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
Adapun faktor tersebut meliputi :51 korban meninggal dengan menggunakan
1. Faktor hukumnya sendiri yaitu dibatasi kebijakan non penal tidak efektif di dalam
dari berlakunya undang-undang mengenai memberikan efek jera bagi pelaku dan tidak
asas dan tujuan berdampak positif memberikan kontribusi positif bagi
2. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak penanggulangan kasus kecelakaan lalu lintas
yang membentuk maupun menerapkan yang menyebabkan korban meninggal
hukum
3. Faktor sarana atau fasilitas yang BAB V
mendukung penegakan hukum supaya PENUTUP
berjalan lancar A. Kesimpulan
4. Faktor masyarakat yakni lingkungan 1. Penerapan sanksi pidana dalam kasus
dimana hukum tersebut berlaku kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan
5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil berdasarkan Undang-Undang Nomor 22
karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Angkutan Jalan. Bagi pelaku yang
menyebabkan korban meninggal dunia
50
Hasil wawancara dengan Kasat Lantas AKP Waras
Wahyusi, pada tanggal 28 September 2018
51 52
Ibid. Ibid.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 13
dikenai Pasal 310 ayat (4) dan Pasal 311 DAFTAR PUSTAKA
ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009. Pada Pasal 310 ayat (4) pelaku A. Buku
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 12 (dua belas) tahun atau denda Abidin, Farid Zainal, 2005, Hukum Pidana I,
paling banyak Rp 24.000.000,00 (dua Sinar Grafika, Jakarta.
puluh empat juta rupiah). Pada Pasal 311
ayat (1) pelaku dipidana dengan pidana
Ali, Achmad, 2002, Menguak Tabir Hukum,
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga Gunung Agung, Jakarta.
juta rupiah). Namun, para pengemudi yang
melakukan kelalaian yang menyebabkan Ali, Mahrus, 2013, Asas-Asas Hukum Pidana
korban meninggal dunia tidak Korporasi, Raja Grafindo Persada,
mendapatkan hukuman sebagai mana Jakarta.
mestinya yang terdapat dalam peraturan
perundang–undangan yang berlaku.
Arief, Barda Nawawi, 2011, Masalah
Pengendara memang dikenai sanksi berupa
biaya administrasi, namun jumlahnya Penegakan Hukum dan Kebijakan
berbeda, dimana pada kasus pertama Penaggulangan Kejahatan, Citra
dikenakan sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta Aditya Bakti, Bandung.
rupiah) sedangkan pada kasus kedua,
pengendara dikenakan sanksi administrasi Ashshafa, Burhan, 2010, Metode Penelitian
sebesar Rp. 200.,000 (dua ratus ribu). Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.
2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum terhadap kasus kelalaian
pengemudi dalam berlalu lintas yang Basri, Hasan, 1993, Pengaturan dan
mengakibatkan kematian yaitu faktor Pengawasan Lalu Lintas, Badan
hukumnya sendiri, faktor penegak hukum, Penelitian Dan Pengembangan
faktor sarana atau fasilitas yang Perhubungan, Warta Penelitian,
mendukung penegakan hukum supaya Jakarta.
berjalan lancar, faktor masyarakat yakni
lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku, faktor kebudayaan, factor Chazawi, Adami, 2011, Pelajaran Hukum
kebijakan penal dan non penal. Pidana I, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
A. Saran
1. Kepada aparat penegak hukum agar dapat Djamali, R. Abdoel, 2006, Pengantar Hukum
menerapkan sanksi pidana bagi pelaku Indonesia, Edisi Revisi, PT Raja
kasus kelalaian mengemudi yang
Grafindo Persada, Jakarta.
menyebabkan korban meninggal dunia
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku untuk menimbulkan Effendi, Erdianto, 2011, Hukum Pidana
efek jera bagi pelaku. Indonesia - Suatu Pengantar, Refika
2. Kebijakan non penal sebaiknya Aditama, Bandung.
dilaksanakan pada kasus kecelakaan lalu
lintas yang korbannya hanya mengalami Hamzah, Andi, 2004, Asas-Asas Hukum
kerugian materiil sedangkan bagi korban
Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.
yang meninggal dunia sebaiknya pelaku
diterapkan hukum pidana yang berlaku.
Hartanti, Evi, 2006, Tindak Pidana Korupsi,
Sinar Grafika, Jakarta.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 14
Lamintang, P.A.F, 1984, Dasar-Dasar Hukum Restrictions, Journal of Law and
Pidana Indonesia, Sinar Baru, Criminal Justice, Vol. 5, No. 2.
Bandung.
Shai Lavi, 2011, Justice, Plurality, And
Lubis, M. Solly, 2002, Hukum Tata Negara,
Mandar Maju, Medan. Criminal Law: A Review Of Alan
Brudner's Punishment And Freedom:
Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, 2004, A Liberal Theory Of Penal Law,
Pokok-Pokok Hukum Pidana, Pradnya Journal Westlaw, Regents of the
Paramita, Jakarta. University of California.

Roeslan, Saleh, 2009, Perbuatan Pidana dan


C. Peraturan Perundang-Undangan
Pertanggungjawaban Pidana, Aksara
Baru, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Sukaryanto, 2008, Pathologi Hukum, Mulia
Pidana. Lembaran Negara Republik
Permai, Bandung.
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76.
Tambahan Lembar Negara Republik
Susantono, Bambang, 2013, Transportasi dan
Indonesia Nomor 3258.
investasi,Jakarta, Kompas Media
Nusantara. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan. Lembaran Negara Republik
B. Jurnal
Indonesia Tahun 2009 Nomor 96.
Anderson, James F., 2017, Nothing Succeeds
Tambahan Lembar Negara Republik
Like Failure: Lessons Learned from Indonesia Nomor 5025.
Combating Crack Cocaine and Its
Impact on Fighting the Current Opioid Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Epidemic, Journal of Law and Tentang Kepolisian Negara Republik
Criminal Justice, Vol. 5, No. 2. Indonesia. Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2002.
Tambahan Lembar Negara Republik
Erdianto, 2010, Potensi Korupsi dalam
Indonesia Nomor 4168.
Penyelenggara Pemerintah Kepala
Daerah Secara Langsung, Jurnal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Konstitusi, BKK Fakultas Hukum (KUHP).
Universitas Riau, Volume III Nomor 2.
D. Website
Erdiansyah, 2010, Kekerasan Dalam
Penyidikan Persfektif Hukum dan https://kbbi.web.id/langgar
Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Riau, Edisi I, No I.

Nick Gardner, 2014, Revisions To Criminal


Law, Westlaw Intellectual, Property
Daily Briefing.

Reed, Paige, 2017, Punishment beyond


Incarceration: The Negative Effects of
Sex Offender Registration and

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 15

Potrebbero piacerti anche