Sei sulla pagina 1di 10

KEBUTUHAN AIR TANAMAN UNTUK PENJADWALAN IRIGASI PADA

TANAMAN JERUK KEPROK 55 DI DESA SELOREJO MENGGUNAKAN CROPWAT 8.0


CROP WATER REQUIREMENT IN IRRIGATION SCHEDULING FOR ORANGE KEPROK 55
IN SELOREJO VILLAGE USING CROPWAT 8.0
Oleh:
Liliya Dewi Susanawati1), Bambang Suharto1)
1)Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang, Indonesia 65145
Komunikasi Penulis, email: liliya_10@ub.ac.id
Naskah ini diterima pada 25 November 2016; revisi pada 09 Oktober 2017;
Disetujui untuk dipublikasikan pada 03 Maret 2018

ABSTRACT
Keprok 55 (Citrus reticulate) is one of the horticulture commodities which are prioritized to be developed especially in
Batu City, Malang. The main problem of Keprok 55 orange is water availability. Crop water requirement so far solely rely
on rainfall which is erratic, particulary in the region of Selorejo. Therefore, proper irrigation management is needed, one
of them is planning the crop water requirement. This study aims to plan and calculate needs of crop water requirement
using Cropwat 8.0 software and evaluate the result with the actual condition. The research was conducted at orange
orchard in Selorejo Village, Dau District, Malang Regency. This research uses quantitative descriptive analysis and data
processing using Cropwat 8.0. The results showed that the total crop water demand (ETc) during the growth period was
971.90 mm with the highest actual evapotranspiration of the plants reached in October, the third period of 34.80 mm and
the lowest in the third February of 19.70 mm. The result from Cropwat 8.0, are very helpful in determining the cropping
season and the amount of irrigation for planning purpose. However, day to day operation must be conducted based on
actual crop and rainfall condition to maintain soil moisture at appropriate level to support crop growth.
Keywords: actual evapotranspiration, Cropwat 8.0, crop water requirement, irrigation scheduling, orange
keprok 55

ABSTRAK
Jeruk Keprok 55 (Citrus reticulate) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang mendapatkan prioritas untuk
dikembangkan terutama di wilayah Kota Batu, Malang. Kendala utama yang dihadapi petani Jeruk Keprok 55 adalah
masalah ketersediaan air. Kebutuhan air tanaman hanya mengandalkan suplai dari curah hujan yang tidak menentu,
khususnya di daerah Selorejo. Oleh karena itu, pengelolaan irigasi yang tepat sangat dibutuhkan yang salah satunya
dapat dilakukan dengan merencanakan secara mendetail kebutuhan air tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk
merencanakan dan menghitung kebutuhan air tanaman dengan menggunakan software Cropwat 8.0 dan
mengevaluasi hasil perhitungan dengan kondisi aktual di lapangan. Penelitian dilaksanakan pada Lahan Jeruk di Desa
Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif serta
pengolahan data menggunakan software Cropwat 8.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai total
Evapotranspirasi tanaman (ETc) selama masa pertumbuhan adalah 971,90 mm dengan evapotranspirasi aktual
tanaman tertinggi dicapai pada bulan Oktober periode ketiga sebesar 34,80 mm dan terendah pada Februari periode
ketiga sebesar 19,70 mm. Hasil perhitungan software Cropwat 8.0 dapat digunakan dalam penentuan awal tanam dan
rencana jumlah kebutuhan irigasi. Namun demikian, pengoperasian harian perlu tetap dilakukan berdasarkan
pengamatan kondisi tanaman dan hujan aktual untuk mempertahankan kadar air tanah berada pada rentang yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Kata kunci: Cropwat 8.0, evapotranspirasi aktual, jeruk keprok 55, kebutuhan air tanaman, penjadwalan
irigasi

Kebutuhan Air-Susanawati, et al. 109


I. PENDAHULUAN III. METODOLOGI
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan 3.1. Lokasi, Kondisi Tanah dan Iklim
air untuk menunjang pertanian yang jenisnya
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Selorejo,
meliputi irigasi permukaan, irigasi bawah tanah
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Lokasi lahan
dan irigasi pompa. Tujuan irigasi yaitu
jeruk tersebut berada pada 7o56’15,6” LS dan
mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan
112o32’58,3” BT dengan ketinggian 720 dpl.
tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak
Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2015
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan
s.d. Juni 2015. Suhu minimum rata-rata bulanan
tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
adalah 19,9oC dan suhu maksimum rata-rata
optimal (Juhana, Permana, & Farida, 2015).
sebesar 28,4oC. Rata-rata suhu maksimum
Perencanaan irigasi yang tepat perlu
tertinggi dicapai pada bulan Oktober sebesar
diaplikasikan terutama untuk peningkatan
30,1oC. Rata-rata suhu minimum terendah dicapai
produktifitas tanaman.
pada bulan Agustus yaitu 17,6oC.
Kendala utama yang dihadapi petani Jeruk Keprok
Kelembaban relatif rata-rata tertinggi sebesar
55 adalah masalah air (Tauhid, 2015). Kebutuhan
84% pada bulan Desember dan terendah sebesar
air tanaman hanya mengandalkan suplai dari
71% pada bulan September. Kecepatan angin
curah hujan yang tidak menentu, khususnya di
rata-rata tertinggi sebesar 215 km/hari pada
daerah Selorejo. Pengelolaaan irigasi meliputi
bulan September dan terendah sebesar 115
penjadwalan pelaksanaan irigasi dan jumlah yang
km/hari pada bulan Desember. Lama penyinaran
dibutuhkan sesuai kebutuhan tanaman.
matahari dihitung pada pengamatan selama 12
Penjadwalan irigasi penting peranannya dalam
jam dengan nilai tertinggi yaitu 82% setara
tujuan pengelolaan air secara efektif dan efisien
dengan 9,84 jam pada bulan Oktober dan
dalam proses produksi pertanian. Penjadwalan
terendah sebesar 39% atau 4,68 jam pada bulan
irigasi dan perhitungan kebutuhan air tanaman
Desember. Tanah di lokasi penelitian didominasi
dapat dibantu dengan sofware Cropwat 8.0. Data
oleh tekstur debu dengan komposisi rata-rata
masukan yang diperlukan yaitu data iklim, hujan,
56,33%, pasir 23,67% dan liat 20% sehingga
karakteristik tanah dan tanaman.
dikategorikan kelas lempung berdebu. Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah analisis fisik tanah adalah seperti pada Tabel 1.
kebutuhan air Tanaman Jeruk Keprok 55 Tabel 1 Hasil Analisis Fisik Tanah
menggunakan sofware Cropwat dan
membandingkannya dengan kondisi aktual di Kadar Air pF
Porositas Pasir Debu Liat
lapangan. (cm3/cm3)
(%)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2,50 4,20 %

Software Cropwat adalah program komputer yang 57,37 0,34 0,21 23,67 56,33 20
digunakan untuk menghitung kebutuhan air Sumber: Hasil Analisis
tanaman (ETc) serta kebutuhan irigasi serta
Luasan lahan penelitian adalah 1.113,75 m2
neraca lengas tanah. Program ini menggunakan
Jumlah tanaman dalam penelitian adalah sekitar
model Food Agriculture Organization (FAO)
162 pohon. Tinggi rata rata tajuk tanaman adalah
Penman-Monteith dalam perhitungan ETo
1,5 m sampai 2,5 m. Pengukuran di lapang untuk
(Evapotranspiration) (Smith et al., 1991).
penentuan kebutuhan air secara aktual dilakukan
Persamaan yang digunakan untuk simulasi
sebagai berikut:
kesetimbangan air tanaman dalam software
Cropwat adalah sebagai berikut: 1) Satu sprinkler digunakan untuk mengairi
empat tanaman di sekitarnya dengan jarak
- - - ............... (1) tanam pohon 2,5 m x 2,5 m.
Keterangan: 2) Waktu pemberian air dilakukan selama
SMDt, SMDt-1 = keadaan kekurangan air pada 1 mingguan, 2 mingguan, 3 mingguan dan
waktu (t) dan (t-1) (mm) 4 mingguan, dengan luasan 1.113,75 m2 dibagi
ETc = evapotranspirasi tanaman aktual sebanyak 4 lateral atau empat interval irigasi.
(mm) Perlakuan interval irigasi dalam penelitian ini
Peff = hujan efektif (mm) adalah mulai tanggal 1 Februari sampai 30
IR = kedalaman irigasi (mm) April.
RO = limpasan permukaan/runoff (mm)
DP = perkolasi (mm)

110 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118
3.2 Langkah-langkah Penelitian 3) Uji Konsistensi Data Hujan
Tahapan penelitian ini ditunjukkan dalam Data hujan selama 10 tahun terakhir yaitu 2005-
Gambar 1. 2014 didapatkan dari Dinas Pengairan Kabupaten
Malang dengan mengambil tiga pos pengamat
hujan terdekat dengan lokasi penelitian yaitu Dau,
Tlekung dan Pendem. Data hujan yang digunakan
untuk keperluan input perlu diuji secara
konsisten terlebih dahulu. Uji konsistensi data
hujan menggunakan metode Double Mass Curve
yaitu membandingkan data hujan komulatif
stasiun yang diuji dengan komulatif rata-rata data
hujan stasiun sekitar.
4) Pengolahan data
Data input yang dibutuhkan untuk software
Cropwat 8.0 adalah:
a) Data iklim berupa suhu udara maksimum
dan minimum, kelembaban relatif, lama
penyinaran dan kecepatan angin untuk
menentukan nilai evapotranspirasi tanaman
potensial (ETo) melalui persamaan Penman-
Monteith;
b) Data curah hujan bulanan digunakan untuk
menghitung curah hujan efektif;
c) Data tanaman berupa tanggal penanaman,
koefisien tanaman (Kc), fase pertumbuhan
tanaman, kedalaman perakaran tanaman,
dan luas areal tanam. Data karakteristik
tanah meliputi tekstur tanah dan total
ketersediaan air tanah, digunakan untuk
penentuan jadwal irigasi. Penjadwalan irigasi
dapat ditentukan sesuai keinginan perencana
yaitu harian, 10 harian (dekade) atau
bulanan. Perhitungan kebutuhan air tanaman
Gambar 1 Bagan alir Penelitian maupun irigasi pada penelitian ini memilih
menggunakan periode 10 harian (dekade).
1) Identifikasi Masalah dan Studi Literatur Data-data input yang telah dimasukkan pada
Topik yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu software Cropwat 8.0 akan diproses secara
masalah perencanaan pemberian air. Selanjutnya otomatis. Data keluaran yang dapat disimulasikan
adalah penentuan lokasi penelitian sekaligus berupa evapotransiprasi acuan (ETo),
melakukan studikepustakaan dari berbagai evapotranspirasi tanaman (ETc), curah hujan
sumber yang relevan dan berkaitan dengan topik efektif, ketersediaan lengas tanah, koefisien
permasalahan. tanaman setiap fase pertumbuhan, kebutuhan air
tanaman, kebutuhan air irigasi aktual dan
2) Pengumpulan Data penjadwalan irigasi serta neraca lengas tanah.
Pengumpulan data sekunder digunakan untuk Titik kritis deplesi lengas tanah untuk tanaman
input data dalam software Cropwat 8.0. Data jeruk yang diperbolehkan berdasarkan penelitian
sekunder berupa data iklim dan data curah hujan. oleh FAO adalah 40-50% kondisi air tanah
Data primer yang dibutuhkan adalah karakteristik tersedia dengan kedalaman perakaran optimal
tanaman jeruk di lokasi yang digunakan sebagai yang mampu dicapai adalah 1,4 m dan tinggi
penelitian meliputi luas areal tanam, ketinggian tanaman optimal 4 m.
tempat, jumlah pohon, kedalaman akar, jarak 5) Analisis Hasil Perhitungan
tanam, umur tanaman, rata-rata tinggi tanaman,
serta pengambilan sampel tanah untuk pengujian Hasil keluaran yang telah diproses oleh software
di laboratorium. Cropwat 8.0 kemudian dianalisis untuk

111 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118
mengetahui jumlah kebutuhan air tanaman Penelitian ini menggunakan software Arcview 3.1
puncak dan kebutuhan air irigasi yang harus untuk menentukan wilayah poligon yang
diterapkan pada lahan tersebut (penjadwalan dipengaruhi setiap stasiun hujan. Poligon
irigasi). Kebutuhan irigasi dinyatakan dalam diperoleh dengan cara menarik garis hubung
kedalaman total air yang harus diberikan. antar masing-masing stasiun, sehingga
Kebutuhan air tanaman dan penjadwalan irigasi membentuk segitiga-segitiga dan menarik garis-
dapat digunakan sebagai acuan pemberian air garis sumbu masing-masing segitiga.
pada rancang bangun irigasi curah serta
Klasifikasi iklim menurut Schmitd-Ferguson
parameter pengujian peralatan di laboratorium
menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Malang
sebelum diaplikasikan ke lahan.
termasuk tipe iklim D yaitu sedang. Klasifikasi
6) Perbandingan dengan Kebutuhan Air Irigasi iklim ini berdasarkan rasio jumlah bulan basah
Aktual (P>60 mm) dan bulan kering (P<60 mm)(Lakitan,
2002). Rerata data curah hujan pada tiga stasiun
Hasil dari software Cropwat 8.0 dibandingkan
hujan yang digunakan (Dau, Tlekung dan Pendem)
dengan hasil kebutuhan air irigasi secara aktual
selama 10 tahun terakhir dari Dinas Pengairan
atau kondisi lapangan sehingga diketahui
Kabupaten Malang menunjukkan bahwa rata-rata
perbedaan asumsi dengan kondisi nyata di lahan
jumlah bulan basah adalah 7 bulan (November-
Jeruk Keprok 55. Kondisi pemberian air hingga
Mei) dan bulan kering sebanyak 5 bulan (Juni-
kapasitas lapang.
Oktober).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.3. Analisis Evapotranspirasi Potensial (ETo)
4.1 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang
hilang oleh adanya proses penguapan dari
Uji konsistensi data hujan bertujuan untuk
permukaan. Tanaman akan tumbuh optimal jika
menguji kebenaran data di lapangan. Uji
evapotranspirasi tanaman terpenuhi dan tidak
konsistensi data dilakukan pada data curah hujan
ada gangguan faktor lainnya (Sapei & Fauzan,
tahun 10 tahun terakhir yaitu 2005 sampai
2012). Menurut Perhitungan Evapotranspirasi
dengan 2014. Uji konsistensi data yang digunakan
potensial menggunakan hasil perhitungan data
pada penelitian ini adalah dengan metode DMC
iklim oleh software Cropwat 8.0 menunjukkan
(Double Mass Curve) dengan membandingkan
bahwa energi radiasi pada permukaan tanah dan
rata-rata kumulatif dengan stasiun hujan sekitar.
evapotranspirasi potensial rata-rata cenderung
Data stasiun hujan yang digunakan yaitu stasiun
meningkat pada bulan Mei hingga Oktober.
hujan sekitar yang terdekat dengan lokasi
penelitian yaitu stasiun hujan Dau, Tlekung dan Evapotranspirasi potensial dan radiasi
Pendem. permukaan tanah mulai menurun kembali pada
bulan November. Rata-rata energi radiasi
Hasil uji konsistensi data hujan pada tiga stasiun
permukaan tanah tertinggi dicapai pada bulan
hujan terdekat rata-rata persamaan garis
Agustus sebesar 23,70 MJ/m2/hari dan terendah
perbandingan kumulatif curah hujan satu stasiun
pada bulan Desember sebesar 14,40 MJ/m2/hari.
dengan stasiun hujan lainnya membentuk garis
Evapotranspirasi potensial tertinggi dicapai pada
linier yang memiliki R2 di atas 0,97 sehingga
bulan September yaitu 5,10 mm/hari dan
dikatakan data curah hujan di tiga stasiun hujan
terendah pada bulan Desember sebesar
tersebut adalah konsisten. R2 semakin mendekati
3,02 mm/hari. Semakin tinggi temperatur udara
nilai satu maka data curah hujan dinyatakan
dan lama penyinaran maka nilai evapotranspirasi
semakin akurat.
potensial (ETo) juga semakin tinggi. Rata-rata
4.2. Hujan Rerata Daerah (Wilayah) nilai evapotranspirasi potensial sebesar
4,18 mm/hari. Evapotranspirasi potensial dan
Tahap selanjutnya yaitu penentuan rerata curah
energi radiasi permukaan tanah ditunjukkan pada
hujan wilayah dengan metode Polygon Thiessen.
Tabel 2.
Data hujan yang diperoleh merupakan hujan titik
dari stasiun hujan yang harus dianalisis untuk 4.4. Curah Hujan Efektif (Peff)
menjadi hujan daerah dengan
Curah hujan efektif (Peff) adalah curah hujan yang
mempertimbangkan data dari ke tiga stasiun
diduga efektif digunakan oleh tanaman. Faktor
hujan tersebut (Dau, Pendem dan Tlekung)
yang mempengaruhi curah hujan efektif yaitu sifat
dengan luas daerah tangkapan yang dipengaruhi
curah hujan, iklim, topografi, sifat fisik tanah,
oleh masing-masing stasiun hujan. Wilayah hujan
kemampuan tanah menahan air dan sistem
berdasarkan Polygon Thiessen berpengaruh
pertanaman. Hujan efektif digunakan untuk
terhadap luas area wilayah hujan Desa Selorejo.
menentukan kebutuhan irigasi bagi tanaman.

112 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118
Curah hujan memegang peranan penting dalam Tabel 2 Hasil Perhitungan ETo
pertumbuhan dan produksi tanaman. Fotosintesis Bulan Radiasi ETo
akan menurun jika 30% kandungan air dalam (MJ/m2/hari) (mm/hari)
daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan Januari 15,60 3,30
terhenti jika kehilangan air mencapai 60% Februari 16,50 3,53
(Tjasyono, 2004). Menurut Sahirudin, Permana, & Maret 18,20 3,82
Farida (2014), pengkajian mengenai efisiensi April 19,90 4,19
kebutuhan air harus menganalisis hujan efektif, Mei 21,20 4,42
kebutuhan air irigasi dan ketersediaan air irigasi. Juni 21,70 4,39
Juli 22,20 4,44
Perhitungan curah hujan efektif pada penelitian Agustus 23,70 4,77
ini didasarkan pada data rerata curah hujan September 24,10 5,10
wilayah tiga stasiun hujan sekitar (Dau, Pendem Oktober 23,50 5,06
dan Tlekung) dengan periode bulanan selama November 18,30 4,08
tahun pengamatan 10 tahun terakhir yaitu 2005- Desember 14,40 3,02
2014. Rata-rata 19,90 4,18
Sumber: Hasil Perhitungan
Rumus perhitungan curah hujan efektif yang
Tabel 3 Curah Hujan Efektif (Peff)
tersedia dalam database software Cropwat 8.0
mengunakan metode persamaan konservasi tanah Bulan Curah Hujan Hujan Efektif
(mm) (mm)
USDA – SCS (United States Departement of
Januari 274,50 152,40
Agriculture-Soil Conservasion Services).
Februari 279,60 153,00
Perhitungan curah hujan efektif metode Maret 253,40 150,30
Konservasi Tanah USDA SCS pada program April 183,60 129,70
aplikasi sudah secara otomatis diinterpolasi Mei 84,90 73,40
menjadi harian, dekade dan bulanan sehingga Juni 34,70 32,80
sangat memudahkan dalam proses penentuannya. Juli 23,70 22,80
Hasil pemrosesan data curah hujan rata-rata Agustus 12,00 11,80
bulanan oleh software Cropwat 8.0 untuk September 21,80 21,00
menentukan curah hujan efektif ditunjukkan pada Oktober 45,10 41,80
Tabel 3. November 180,60 128,40
Desember 304,70 155,50
Berdasarkan Tabel 3 data hujan rata-rata per Total 1698,60 1072,90
bulan selama 10 tahun terakhir dapat diketahui Sumber: Hasil Perhitungan
bahwa curah hujan total selama satu tahun adalah
1.698,60 mm dengan curah hujan tertinggi yaitu 4.5. Data Karakteristik Tanaman (Crop)
pada bulan Desember sebesar 304,70 mm. Rata- Data selanjutnya yang perlu dimasukkan dalam
rata curah hujan terendah terjadi pada bulan software Cropwat 8.0 adalah data karakteristik
Agustus sebesar 12,00 mm. Total curah hujan tanaman yaitu nilai koefisien tanaman (Kc). Data
efektif selama satu tahun sebesar 1.072,90 mm nilai koefisien tanaman jeruk didasarkan pada
dengan curah hujan efektif tertinggi yaitu sebesar tabel Kc dalam database FAO (Food and
155,50 mm dan terendah 11,80 mm. Berdasarkan Agriculture Organization) yang terbagi dalam
data yang diperoleh menunjukkan bahwa bulan empat tahap pertumbuhan yaitu awal (initial),
basah (P>60 mm) terjadi pada bulan November- pertumbuhan atau perkembangan (development),
Mei dan bulan kering (P<60 mm) terjadi pada masa tengah musim (mid-season) dan akhir
bulan Juni-Oktober. musim (late season).
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai curah hujan Berdasarkan database FAO yang tersedia pada
efektif lebih kecil dari curah hujannya sendiri. Hal software Cropwat 8.0 menunjukkan bahwa
ini hanya berlaku pada bulan basah saja tanaman jeruk memiliki koefisien tanaman (Kc)
dikarenakan saat bulan basah tanah akan untuk tahap initial dan development 0,70, mid-
menerima air yang berlimpah sehingga tidak season 0,65 dan late season 0,70. Masa initial
semua dapat diserap oleh tanah maupun tanaman. adalah 60 hari, development 90 hari, mid season
Air yang tidak dapat diserap oleh tanah tersebut 120 hari dan late season 95 hari. Total umur
akan menjadi limpasan permukaan. Curah hujan tanaman jeruk untuk tumbuh dan berkembang
sangat rendah sehingga tanah mengalami adalah 365 hari atau 52 minggu. Tinggi optimal
penurunan kadar air ketika bulan kering. Jumlah tanaman, kedalaman perakaran, tingkat deplesi (f)
air hujan yang jatuh pada bulan kering hampir dan respon hasil (Ky) juga diisikan berdasarkan
semua dapat diserap oleh tanah maupun tanaman. database FAO yang tersedia pada program
aplikasi.

113 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118
Berdasarkan diskusi dengan petani di lokasi ketiga bulan Agustus sebesar 27,60 mm dan
penelitian, tanaman jeruk sebaiknya ditanam pada terendah pada bulan Mei periode kedua sebesar
awal bulan Desember. Hal ini bersesuaian dengan 2,50 mm.
data iklim bahwa curah hujan mulai meningkat
Simulasi software Cropwat 8.0 menunjukkan
pada bulan November dan Desember. Kondisi
bahwa pada bulan November hingga awal Mei
curah hujan pada bulan-bulan tersebut sangat
tanah mengalami surplus air. Memasuki fase akhir
membantu memenuhi kebutuhan air tanaman
menjelang panen yang terjadi pada bulan
pada fase initial hingga development. Fase
November, curah hujan meningkat kembali
generatif atau pembentukan bunga biasanya
sehingga irigasi tidak perlu diterapkan. Hal ini
terjadi pada musim kemarau. Pohon yang
juga dimaksudkan untuk upaya penghematan
berbunga pada musim kemarau akan
biaya, tenaga kerja sekaligus konservasi air.
menghasilkan buah lebih banyak karena proses
Ketersediaan air hujan sudah cukup untuk
perpindahan serbuk sari tidak terganggu.
memenuhi kebutuhan air tanaman. Kelebihan air
4.6. Kebutuhan Air Tanaman (CWR) Jeruk pada bulan-bulan basah perlu dikelola melalui
Keprok 55 sistem drainase yang baik. Penggenangan air akan
mengganggu sistem perakaran dan pertumbuhan
Nilai ETo, hujan efektif, jenis tanaman dan
bakal buah.
karakteristik tanah sudah diketahui, maka
selanjutnya dapat diketahui pula nilai 4.7. Penjadwalan Irigasi Pada Tanaman Jeruk
evapotranspirasi tanaman (ETc). Evapotranspirasi Keprok 55
tanaman (ETc) disebut pula evapotranspirasi
Tahap terakhir yaitu mengestimasi penjadwalan
aktual. Estimasi kebutuhan air bagi tanaman
irigasi pada tanaman jeruk. Penjadwalan irigasi
adalah sangat penting karena digunakan sebagai
meliputi dua kriteria yaitu waktu dan jumlah air
salah satu dasar untuk perencanaan usaha tani
yang akan diberikan melalui irigasi. Kriteria
dan proyek irigasi.
penjadwalan yang dipilih pada penelitian ini
Kebutuhan air irigasi adalah termasuk kehilangan adalah pada selang waktu tetap dengan jumlah
air akibat evapotranspirasi atau consumtive use, pemberian air yang berubah berdasarkan kondisi
ditambah dengan kehilangan air selama ketersediaan air tanah atau lengas tanah. Tanah
pemberian air tersebut. Kebutuhan air irigasi akan diirigasi kembali untuk memenuhi kapasitas
ditentukan oleh sumber air irigasi yang ada, curah lapangnya (pF 2,5). Kriteria penjadwalan irigasi
hujan efektif dan keadaan profil tanah serta yang paling baik adalah berdasarkan kondisi
tanaman. Perhitungan kebutuhan air tanaman dan ketersediaan air dalam tanah sehingga
kebutuhan air irigasi dihitung pada interval 10 memberikan efisiensi paling tinggi terhadap
harian (dekade). Kebutuhan air irigasi adalah sistem irigasi (Priyono, 2009). Tanah harus segera
selisih antara evapotranspirasi tanaman (ETc) diirigasi sebelum berada pada kondisi titik layu
dengan curah hujan efektif (Peff) dalam setiap permanen (pF 4,2).
periodenya. Irigasi yang dilakukan hanya
Kriteria waktu irigasi yang digunakan pada
menambahkan kebutuhan air pada tanaman
penelitian ini adalah pada selang waktu tetap
untuk memenuhi ketersediaan lengas tanah yang
yaitu 10 harian. Pemilihan selang waktu tersebut
tidak bisa dicukupi oleh curah hujan efektif.
menyesuaikan dengan interval perhitungan
Irigasi pada dasarnya merupakan penambahan air
kebutuhan air dan curah hujan yang digunakan.
yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air
Pelaksanaan operasional waktu irigasi lebih
bagi pertumbuhan tanaman yang dinyatakan
mudah diterapkan oleh petani sesuai jadwal yang
dengan besarnya evapotranspirasi tanaman
disimulasikan pada software Cropwat 8.0. Irigasi
(Sapei & Fauzan, 2012). Nilai Kc dan Peff berbeda
dilakukan sebagai tambahan suplai air untuk
tiap periodenya karena sudah diinterpolasi secara
memenuhi kebutuhan air tanaman yang tidak bisa
otomatis oleh sistem yang terdapat padasoftware
dicukupi oleh curah hujan efektif.
Cropwat 8.0.
Hasil perhitungan menunjukkan deplesi lengas
Pada fase awal tanam dan perkembangan
tanah berkisar 2-11 % dari kondisi air tanah
tanaman jeruk membutuhkan air lebih tinggi
tersedia. Total kebutuhan air yang diberikan
dibandingkan pada fase tengah musim.Hal
melalui irigasi disebut sebagai kebutuhan irigasi
tersebut yang mendasari untuk menanam jeruk
kotor (gross irrigation) dimana sudah
pada awal musim hujan. Evapotranspirasi
memperhitungkan air yang hilang dan efisiensi
tanaman (ETc) tertinggi dicapai pada Oktober
lapang dari sistem irigasi. Air irigasi yang hilang
dekade ketiga sebesar 34,80 mm dan terendah
dapat dikarenakan limpasan permukaan dan
pada Februari dekade ketiga sebesar 19,70 mm.
Kebutuhan air irigasi tertinggi yaitu pada dekade

114 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118
perkolasi ke dalam lapisan tanah yang tidak dimana curah hujan sudah berkurang dan tidak
terjangkau oleh perakaran. bisa mencukupi kebutuhan air tanaman. Jumlah
pemberian air irigasi yang dipilih yaitu
Kebutuhan air sesungguhnya (net irrigation)
dikembalikan pada kondisi ketersediaan air dalam
adalah total kebutuhan air untuk mengganti air
tanah (Priyono, 2009). Metode irigasi yang akan
yang hilang akibat proses evapotranspirasi aktual
diaplikasikan pada areal tanaman jeruk adalah
atau sesuai dengan kebutuhan tanaman. Efisiensi
irigasi curah (sprinkle irrigation). Tabel 4
pemberian air yang digunakan adalah sekitar
menunjukkan hasil penjadwalan irigasi pada
75%. Menurut Kusandriani dan Sumarna (1993)
tanaman jeruk keprok 55 simulasi dengan
dalam (Fajar, 2011), tingkat kebutuhan efektif air
software Cropwat 8.0.
tanaman untuk pertumbuhan dan hasil produksi
tanaman maksimal berkisar antara 60-80% dari Kebutuhan air irigasi tertinggi dicapai pada hari
kebutuhan air tanaman. Efisiensi pemberian air ke-260 bulan Agustus sebesar 147,20 mm untuk
berbeda-beda mulai dari efisiensi pemberian air setiap spinkler yang dipasang pada lateral. Bulan
dari yang paling rendah hingga mendekati 100%. Agustus masih dalam musim kemarau sehingga
Normalnya, aplikasi pemberian air permukaan air hujan sangat sedikit dan pemanasan oleh
adalah sekitar 60% sedangkan untuk pemberian radiasi matahari semakin tinggi mengakibatkan
air untuk sprinkler yang direncanakan dengan evapotranspirasi tanaman (ETc) juga meningkat.
baik pada umumnya dianggap mempunyai Kebutuhan air irigasi yang tinggi mempengaruhi
efisiensi sekitar 75%. waktu operasional jaringan irigasi curah dalam
setiap periode pemberian airnya. Waktu terlama
Kebutuhan air irigasi kotor (gross irrigation) yang
pengoperasian irigasi curah adalah 9,02
diberikan tertinggi adalah sebesar 36,80 mm dan
jam/periode yaitu pada bulan Agustus dekade
terendah sebesar 3,30 mm. Total kebutuhan
ketiga, dan waktu terpendek adalah pada Mei
irigasi kotor yang diberikan yaitu 441,60 mm dan
dekade kedua dengan waktu 0,81 jam/periode.
total kebutuhan irigasi sesungguhnya yaitu
330,76 mm. Priyono (2009) menjelaskan bahwa 4.9. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman
pemberian air sekitar 75% dapat menghemat air pada Tanaman Jeruk Keprok 55 dalam
irigasi. Software Cropwat dapat digunakan untuk Kondisi Aktual
pedoman dasar dalam manajemen sumberdaya
Porositas atau ruang pori adalah volume seluruh
air terutama di petak tersier.
pori-pori dalam suatu volume tanah utuh yang
4.8. Hasil Perhitungan Software Cropwat 8.0 tidak ditempati oleh benda padat dan dinyatakan
untuk Penjadwalan Irigasi dalam persen. Nilai porositas tanah di lokasi
peneltian rata-rata sebesar 57,37%. Berdasarkan
Adanya penjadwalan pemberian air diharapkan
klasifikasi porositas tanah di lokasi penelitian
mempermudah petani dalam memenuhi
dikatakan baik. Semakin besar porositas tanah
kebutuhan air tanaman jeruk secara optimal guna
maka semakin mudah pula tanah tersebut
peningkatan produktifitas buah terutama pada
menyerap air
musim kemarau panjang. Penjadwalan irigasi
yang tepat berpengaruh pada efisiensi Nilai kadar air tanah pF berkisar antara 0-7. Kadar
penggunaan sumber daya dalam upaya untuk air tanah penting untuk pertumbuhan tanaman
mengefisienkan tenaga kerja, waktu dan biaya yaitu berada di antara kapasitas lapang (FC) pF
operasional. Pemberian air dengan jumlah dan 2,5 dan titik layu permanen (WP) pF 4,20 yang
waktu yang tepat akan menghasilkan disebut kondisi air tanah tersedia. Nilai pF 2,50
pertumbuhan tanaman yang optimal dengan rata-rata yaitu 0,34 dan pF 4,20 adalah 0,21.
kualitas yang baik. Pemberian air irigasi yang Kondisi air tanah tersedia pada kedalaman ± 50
tidak tepat dan tanpa ukuran yang sesuai cm rata-rata sebesar 13%. Akar pohon jeruk yang
kebutuhan tanaman akan berakibat pada berumur 6-7 tahun sudah bisa mencapai
pembusukan akar akibat kelebihan air (Fuadi, kedalaman tanah pada kisaran 1-1,5 m. Kadar air
Purwanto, & Tarigan, 2016). tanah pada kedalaman tersebut kemungkinan bisa
lebih tinggi dari kondisi kadar air tanah pada
Berdasarkan simulasi Cropwat 8.0 tanaman mulai
kedalaman ± 50 cm. Data kadar air pada kapasitas
membutuhkan tambahan irigasi pada dekade
lapang diperoleh sebesar 34,689% dan masa jenis
kedua bulan Mei hingga Akhir Oktober. Jika tanah
tanah 2,434 gr/ml.
mengalami defisit lengas yang melampaui batas
yang diperbolehkan maka dapat mempengaruhi Jika besarnya kebutuhan air irigasi sudah
pertumbuhan tanaman bahkan kualitas buah diketahui maka dapat diprediksi kapan
jeruk yang dihasilkan. Lengas tanah mengalami ketersediaan air dapat memenuhi atau tidak dapat
penurunan signifikan ketika musim kemarau memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar yang

115 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118
dibutuhkan (Priyonugroho, 2014). Selain itu, volume tanah dan massa jenis tanah dibagi
kebutuhan air irigasi ditentukan oleh umur dan dengan masa jenis air. Tabel 5 menunjukkan
jenis tanaman yang akan ditanam dan adanya bahwa kebutuhan air irigasi tertinggi selama 12
kebutuhan air irigasi juga berhubungan dengan minggu adalah pada perlakuan pemberian air 4
pengelolaan jaringan irigasi (Nurrochmad, 2007). mingguan sebesar 1.696,937 liter dengan
kebutuhan air rata-rata 565,645 liter, sedangkan
Penghitungan besarnya kebutuhan air irigasi
untuk kebutuhan air irigasi terkecil didapatkan
dengan membandingkan besarnya kadar air
pada perlakuan 1 mingguan sebesar 1.091,959
aktual dengan kadar air pada kapasitas lapang,
liter dengan kebutuhan air rata-rata tiap
selanjutnya didapatkan selisih dikalikan dengan
minggunya 90,996 liter.

Tabel 4 Penjadwalan Irigasi pada Tanaman Jeruk Keprok 55 dengan Menggunakan Software Cropwat 8.0
Bulan D* Tahap Kc* ETc* Peff* IR.Req*
(mm/hari) (mm/hari) (mm/dekade)

Desember 1 Awal 0,66 22,00 50,00 0


2 Awal 0,70 20,50 53,20 0
3 Awal 0,70 23,50 52,40 0
Januari 1 Awal 0,70 22,50 51,10 0
2 Awal 0,70 23,10 50,70 0
3 Awal 0,70 26,00 50,80 0
Februari 1 Pertumbuhan 0,70 24,10 51,00 0
2 Pertumbuhan 0,69 24,30 51,00 0
3 Pertumbuhan 0,68 19,70 51,10 0
Maret 1 Pertumbuhan 0,67 24,80 50,90 0
2 Pertumbuhan 0,66 25,00 50,90 0
3 Pertumbuhan 0,64 27,90 48,30 0
April 1 Pertumbuhan 0,63 25,70 46,40 0
2 Pertumbuhan 0,62 26,00 44,90 0
3 Pertumbuhan 0,61 26,00 38,10 0
Mei 1 Pertengahan 0,59 25,90 30,20 0
2 Pertengahan 0,59 26,20 23,80 2,50
3 Pertengahan 0,59 28,80 23,80 9,30
Juni 1 Pertengahan 0,59 26,10 14,50 11,60
2 Pertengahan 0,59 26,10 9,50 16,60
3 Pertengahan 0,59 26,20 8,90 17,30
Juli 1 Pertengahan 0,59 26,30 8,70 17,60
2 Pertengahan 0,59 26,40 7,60 18,80
3 Pertengahan 0,59 29,70 6,40 23,40
Agustus 1 Pertengahan 0,59 27,70 4,50 23,20
2 Pertengahan 0,59 28,30 3,00 25,40
3 Pertengahan 0,59 31,90 4,30 27,60
September 1 Akhir 0,62 31,30 5,60 25,60
2 Akhir 0,66 33,60 6,50 27,10
3 Akhir 0,66 33,50 9,00 24,50
Oktober 1 Akhir 0,66 33,90 9,60 24,30
2 Akhir 0,66 34,00 10,80 23,10
3 Akhir 0,66 34,80 21,50 13,30
November 1 Akhir 0,66 29,00 35,10 0
2 Akhir 0,66 26,90 45,60 0
3 Akhir 0,66 24,60 47,70 0
Total 971,90 1072,80 330,90
Keterangan: *D: dekade, *Kc: koefisien tanaman, *ETc : evapotranspirasi tanaman , *Peff: curah hujan efektif, *IR.Req : Kebutuhan
Air Irigasi

Tabel 5 Perhitungan Aktual Kebutuhan Air Tanaman Jeruk Keprok 55


Kebutuhan Air Pemberian Air
Jumlah Pemberian Air Kadar Air (%)
Liter mm/hari Liter mm/hari
1 Minggu sekali 1092,151 0,045 871,661 0,036 32,970
2 Minggu sekali 1352,363 0,055 1081,089 0,044 31,017
3 Minggu sekali 1505,134 0,061 1204,107 0,049 28,545
4 Minggu sekali 1696,937 0,069 1357,549 0,055 25,447

116 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118
Kebutuhan air irigasi perlakuan 4 mingguan yang UCAPAN TERIMA KASIH
lebih besar diakibatkan pada perlakuan
kebutuhan air 4 mingguan tanaman dan gulma Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
yang ada disekitar tanaman juga melakukan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,
transpirasi yang lebih besar dibanding lainnya. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Perlakuan 4 mingguan air yang ada di dalam Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan
tanah juga dimanfaatkan untuk evaporasi, karena Pendidikan Tinggi yang telah membiayai
dengan semakin lamanya waktu maka laju Penelitian ini.
evaporasi tanah lebih besar sehingga kebutuhan
airnya juga lebih besar. Kebutuhan air akan DAFTAR PUSTAKA
bervariasi jumlahnya sesuai dengan yang
Fajar, F. (2011). Studi Pola Pemberian Air Berdasarkan
diperlukan contohnya untuk masa pengolahan Efisiensi Pemakaian Air Pada Tanaman Terong
lahan akan berbeda kebutuhan airnya (Sahirudin Dengan Metode Irigasi Tetes (Skripsi).
et al., 2014). Universitas Brawijaya, Malang.
Hasil kebutuhan air secara aktual (kondisi Fuadi, N. A., Purwanto, M. Y. J., & Tarigan, S. D. (2016).
lapangan) divariasikan yaitu 1 mingguan, 2 Kajian kebutuhan air dan produktivitas air padi
mingguan, 3 mingguan dan 4 mingguan. Hal ini sawah dengan sistem pemberian air secara SRI
disesuaikan dengan variasi penyiraman yang dan konvensional menggunakan irigasi pipa.
dilakukan oleh petani di Desa Selorejo Kecamatan Jurnal Irigasi, 11(1), 23–32.
Dau. Nilai kebutuhan ataupun pemberian air yang Juhana, E. A., Permana, S., & Farida, I. (2015). Analisis
didapatkan cukup kecil. Hal ini selaras dengan kebutuhan air irigasi pada Daerah Irigasi
hasil perhitungan dalam software Cropwat 8.0 Bangbayang UPTD SDAP Leles Dinas Sumber
dimana curah hujan efektif pada periode tersebut Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Garut.
cukup tinggi sehingga kebutuhan air tanaman Jurnal Konstruksi, 13(1).
dapat dipenuhi dari hujan. Namun berdasarkan Lakitan, B. (2002). Dasar-dasar klimatologi. Jakarta:
kondisi aktual, irigasi masih diperlukan pada Raja Grafindo Persada.
beberapa periode walaupun dalam jumlah yang Nurrochmad, F. (2007). Analisis kinerja jaringan irigasi.
sedikit untuk menjaga kadar air tanaman berada Agritech, 27(4), 182–190.
di atas titik layu permanen. Kadar air dapat
diduga akan kurang dari titik layu permanen Priyono, S. (2009). Aplikasi Cropwat for Windows
untuk dasar manajemen sumber daya air di
khususnya pada perlakuan 4 minggu sekali
petak tersier. Jurnal Teknik WAKTU, 7(1),
dimana kadar air mencapai 25,447%. 88–92.

V. KESIMPULAN Priyonugroho, A. (2014). Analisis kebutuhan air irigasi


(studi kasus pada Daerah Irigasi Sungai Air
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Keban daerah Kabupaten Empat Lawang). Jurnal
bahwa kebutuhan air tanaman jeruk keprok 55 Teknik Sipil dan Lingkungan, 2(3),
dipengaruhi oleh kondisi iklim dan koefisien 457–470.
tanaman yang berubah setiap fasenya. Sahirudin, Permana, S., & Farida, I. (2014). Analisis
Evapotranspirasi tanaman (ETc) dengan kebutuhan air irigasi untuk Daerah Irigasi
menggunakan software Cropwat 8.0 selama masa Cimanuk Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi,
pertumbuhan adalah 971,90 mm dengan 13(1).
evapotranspirasi aktual tanaman tertinggi dicapai Sapei, A., & Fauzan, M. (2012). Lapisan kedap buatan
pada bulan Oktober periode ketiga sebesar 34,80 untuk memperkecil perkolasi lahan sawah tadah
mm dan terendah pada Februari periode ketiga hujan dalam mendukung irigasi hemat air.
sebesar 19,70 mm. Hasil ini cukup sesuai dengan Jurnal Irigasi, 7(1), 52–58.
kondisi di lapangan untuk merencanakan awal
Smith, M., Allen, R. G., Monteith, J. L., Perrier, A., Pereira,
musim tanam. Namun demikian, pengoperasian
L., & Segeren, A. (1991). Report on The Expert
irigasi harian perlu tetap dilakukan berdasarkan Consultation on Procedures for Revision of FAO
pengamatan kondisi aktual di lapangan untuk Guidelines for Prediction of Crop Water
mempertahankan kadar air tanah berada pada Requirements. Rome, Italy: Food and Agriculture
rentang yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Organization of the United Nations.
Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk
meningkatkan produktifitas buah setelah
penerapan irigasi curah (sprinkle irrigation).

117 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118
Tauhid, Y. (2015). Penentuan Laju Infiltrasi Tjasyono, B. (2004). Klimatologi. Bandung: Institut
Menggunakan Pengukuran Double Ring Teknologi Bandung.
Infiltrometer dan Perhitungan Model Horton
Pada Kebun Jeruk Keprok 55 (Citrus Reticulata)
Di Desa Selorejo. (Skripsi). Universitas
Brawijaya, Malang.

118 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 2, Oktober 2017, Hal. 109-118

Potrebbero piacerti anche