Sei sulla pagina 1di 16

E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097

doi http://dx.doi.org/10.20886/jppdas.2017.1.2.111-126

KONDISI LINGKUNGAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL BUDAYA UNTUK PENGELOLAAN


DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus pada Suku Dani di Jayawijaya, Papua)
(Environmental conditions and socio-cultural characteristics for watershed management
(Case study at Dani tribe, Jayawijaya, Papua))

Baharinawati W. Hastanti
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Jl. A.Yani Pabelan Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Email: baharina_06@yahoo.co.id

Diterima: 23 Mei 2017; Selesai Direvisi: 16 Oktober 2017; Disetujui: 16 Oktober 2017

ABSTRACT

Upper of Mamberamo watershed located at Jayawijaya regency, a plain (valley) in


Jayawijaya mountains, that known as the Baliem valley. In this valley lies Tariratu river
(Idenburg river) which is a tributary of Mamberamo river. Dani tribe, the oldest tribe inhabits
this fertile region. In addition to known as belligerent, Dani tribe known as swidden farmers
with certain traditional wisdom to maintain the soil fertility. Environmental condition and
socio-cultural characteristics community in managing the upper watershed influence the
watershed management, especially in the downstream. This study aims to determine the
environmental and socio-cultural characteristics of the Dani tribe in managing the natural
resources in the upper watershed to support Mamberamo watershed management. This
study was conducted at Wamena, Jayawijaya regency, Papua province. This research is
qualitative descriptive research. Data collections was conducted by interviews and literature
studies. The data were analysed qualitatively and described the environmental conditions
and socio-cultural characteristics of people in the upper watershed of Mamberamo or Baliem
watershed is the major element in the management of the Mamberamo watershed. The
upper watershed has a conservation function to reduce land degradation. The Dani tribe in
the upper Mamberamo has local wisdoms that support the vegetation, soil and water
conservation’s function.

Key words: environmental; characteristics; socio; cultural; watershed

ABSTRAK

Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo berada di Kabupaten Jayawijaya, suatu
dataran (lembah) pada Pegunungan Jayawijaya, yang dikenal dengan Lembah Baliem. Pada
lembah ini terbentang Sungai Tariratu (Sungai Idenburg) anak sungai Mamberamo. Suku
Dani, suku tertua yang mendiami kawasan yang subur ini. Selain dikenal suka berperang,
Suku Dani merupakan petani peladangan berpindah dengan kearifan tradisional tertentu
untuk mempertahankan kesuburan tanahnya. Kondisi lingkungan maupun karakteristik
budaya masyarakat dalam mengelola lahan di hulu DAS berdampak pada pengelolaan DAS
di hilir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lingkungan dan karakteristik sosial budaya
Suku Dani dalam pengelolaan sumber daya alam di hulu daerah aliran sungai untuk

©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 111
Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya.......................................................................... (Baharinawati W. Hastanti)

mendukung pengelolaan DAS Mamberamo. Penelitian deskriptif kualitatif ini dilaksanakan di


Wamena Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Data dianalisis secara kualitatif dan
diuraikan secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi
pustaka. Kondisi lingkungan di wilayah ini sebagian besar sangat curam. Pusat kegiatan
pertanian dilakukan pada daerah yang datar. Sungai-sungai yang ada merupakan sungai
gletsier yang arusnya deras dan rawan akan pengikisan, sedimentasi dan banjir. Kondisi
lingkungan dan karakteristik sosial budaya masyarakat di hulu DAS Mamberamo atau Sub
DAS Baliem merupakan unsur utama dalam pengelolaan DAS Mamberamo. Bagian hulu DAS
merupakan kawasan dengan fungsi konservasi untuk pencegahan degradasi lahan.
Masyarakat Suku Dani di hulu DAS Mamberamo mempunyai kearifan lokal yang mendukung
fungsi konservasi vegetasi, tanah dan air.

Kata kunci: lingkungan; karakteristik; sosial;budaya; daerah aliran sungai

I. PENDAHULUAN sungai sekitar 670 km dan debit rata-rata


tahunan 5000 m3/detik. Dua kawasan
Daerah Aliran Sungai (DAS) dipandang lindung yang berada di wilayah
sebagai ekosistem tata air dan digunakan Mamberamo adalah: 1) Suaka Margasatwa
sebagai unit pengelolaan sumberdaya alam Sungai Rouffer, dengan luas wilayah sekitar
vegetasi, tanah dan air yang rasional. DAS 310 ribu ha pada ketinggian 200 m dpl dan
merupakan wilayah daratan dengan batas 2) Suaka Margasatwa Pegunungan
alam berupa punggung-punggung bukit Mamberamo Foya yang memiliki luas
sehingga tidak selalu berhimpitan dengan kawasan 1,10 juta ha. Bagian hilir DAS
batas administrasi pemerintahan. terdapat hutan rawa (hutan sagu), yang
Penggunaan DAS sebagai satuan wilayah merupakan wilayah hutan primer alami.
pengelolaan adalah untuk memberikan DAS Mamberamo dengan luas 7,8 juta ha
pemahaman secara rasional dan obyektif. merupakan salah satu areal lahan basah di
Setiap kegiatan yang dilakukan di suatu Papua yang memiliki hutan rawa gambut
tempat (on site) di bagian hulu DAS 432,75 ha dan hutan rawa air tawar 14,43
memiliki dampak atau implikasi di tempat ha (Tim Sintesis et al., 2008).
lain (off site) di bagian hilir DAS, atau
sebaliknya bahwa pemanfaatan Kabupaten Jayawijaya dengan ibukota
sumberdaya alam di wilayah hilir Wamena merupakan suatu wilayah di hulu
merupakan hasil dari daerah hulu yang DAS Mamberamo yaitu di wilayah Sub DAS
secara daerah otonomi atau administrasi Baliem. Kawasan ini berupa lembah pada
berbeda wilayah pengelolaannya (Paimin Pegunungan Nassau (sekarang
et al., 2012). Pegunungan Jayawijaya). Orang biasa
menyebut kawasan ini sebagai Lembah
Sungai Mamberamo mempunyai dua
Baliem.
anak sungai utama, yaitu Sungai Rouffaer/
Tariku yang mengalir dari arah barat ke Suku Dani adalah suku tertua yang
timur dan Sungai Idenberg/ Taritatu yang mendiami wilayah Lembah Baliem. Sebagai
mengalir dari arah timur ke barat. Panjang suku dengan tipikal yang suka berperang,

112 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 111-126

Suku Dani mempunyai nilai-nilai budaya di bagian hulu DAS Mamberamo yaitu di
tertentu dalam mengelola sumber daya Lembah Baliem. Tujuan penelitian ini
alam di wilayah lembah Baliem yang cocok adalah untuk mengetahui lingkungan dan
sebagai wilayah pertanian. karakteristik sosial budaya Suku Dani
Sebagai suatu ekosistem DAS bagian dalam pengelolaan sumber daya alam di
hulu adalah daerah konservasi, sedangkan hulu daerah aliran sungai untuk
DAS bagian hilir adalah daerah mendukung pengelolaan DAS
pemanfaatan. Kegiatan di daerah hulu Mamberamo.
akan berpengaruh pada daerah hilir dalam
bentuk perubahan fluktuatif debit, II. BAHAN DAN METODE
transportasi sedimen serta materi yang
terlarut (Asdak, 2010). A. Waktu dan Lokasi

Dalam pengelolaan DAS Mamberamo, Penelitian ini dilakukan pada bulan


Lembah Baliem adalah daerah di bagian November 2016 di Wamena ibukota
hulu DAS yang berfungsi perlindungan Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.
terhadap kelestarian DAS Mamberamo. Secara geografis terletak pada 138030’-
Oleh karena itu, agar DAS tidak 139040’ BT dan 3045’- 4020’ LS. Sebelah
terdegradasi, wilayah tersebut harus utara wilayah ini, berbatasan dengan
dikelola dengan baik dengan memelihara Kabupaten Mamberamo Tengah dan
kondisi tutupan vegetasi, Kabupaten Yalimo, sebelah timur
mempertahankan kualitas air serta berbatasan dengan Kabupaten
kemampuan menyimpan air. Pegunungan Bintang, sebelah selatan
Oleh sebab itu, perlu adanya tinjauan berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo
tentang kondisi lingkungan dan dan bagian barat berbatasan dengan
karakteristik sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Lanny Jaya (Yasin, 2015).

Gambar (figure) 1. Peta Kabupaten Jayawijaya (Hulu DAS Mamberamo) (Map of Jayawijaya Regency (Upper
Mamberamo Watershed))
Sumber (source) : Pemerintah Kabupaten Jayawijaya (Government of Jayawijaya Regency), 2015

©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 113
Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya.......................................................................... (Baharinawati W. Hastanti)

B. Bahan dan Alat Pegunungan Jayawijaya, secara


Alat dan bahan yang digunakan dalam administratif wilayah ini termasuk dalam
penelitian ini adalah alat tulis, tally sheet, Kabupaten Jayawijaya. Wilayah lembah ini
kamera dan recorder. Pengumpulan data dibatasi Pegunungan Jayawijaya yang
dalam penelitian ini salah satunya adalah terkenal akan puncak-puncak salju
studi pustaka, maka bahan-bahan yang abadinya, antara lain: Puncak Trikora
digunakan adalah: laporan-laporan, buku- (4.750 m dpl), Puncak Mandala (4.700 m
buku referensi terkait dengan topik dpl) dan Puncak Yamin (4.595 m dpl).
penelitian. Puncak Pegunungan Jayawijaya selalu
ditutupi salju walaupun berada di kawasan
C. Metode Penelitian tropis. Lereng pegunungan yang terjal dan
1) Teknik pengumpulan data lembah sungai yang sempit dan curam
Teknik pengumpulan data dalam menjadi ciri khas pegunungan ini.
penelitian ini adalah observasi atau Cekungan lembah sungai yang cukup
pengamatan, interview atau wawancara luas terdapat hanya di Lembah Baliem
dan dokumentasi (studi pustaka) Barat dan Lembah Baliem Timur
(Moleong, 2009). Pengamatan dilakukan (Wamena). Vegetasi alam hutan tropis
pada obyek penelitian berupa lingkungan basah di dataran rendah memberi peluang
biofisik di hulu DAS Mamberamo. pada hutan iklim sedang untuk
Wawancara mendalam (depth interview) berkembang cepat di lembah ini. Di
dilakukan kepada informan. Pemilihan lembah ini terbentang Sungai Baliem
informan dilakukan secara purposive yaitu (Sungai Tariratu atau Idenburg) yang
kepala instansi terkait, tokoh adat, tokoh merupakan anak Sungai Mamberamo.
masyarakat dan tokoh agama.
Lembah Baliem terletak pada ketinggian
Dokumentasi atau studi pustaka dilakukan
1.600-2.000 m dpl. Temperatur udara
dengan cara mengumpulkan bahan-bahan
bervariasi antara 14-25 0C. Dalam setahun
literature yang terkait dengan obyek
rata-rata curah hujan adalah 1.900 mm
penelitian baik berupa buku dan laporan
dan dalam sebulan kurang lebih 16 hari
serta artikel di jurnal dan majalah.
hujan. Musim hujan dan kemarau sulit
2) Teknik analisis data dibedakan di wilayah ini. Berdasarkan data
Penelitian ini adalah penelitian BMKG, bulan Maret merupakan bulan
deskriptif. Data yang diperoleh dianalisis dengan curah hujan yang tertinggi,
secara kualitatif serta diuraikan secara sedangkan curah hujan terendah terjadi
deskriptif (Moleong, 2009). pada bulan Juli (Kogoya, 2015).
Bentang alam Kabupaten Jayawijaya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan areal datar perbukitan dan
A. Gambaran lingkungan biofisik Lembah
pegunungan dengan kelerengan beragam,
Baliem di Kabupaten Jayawijaya
mulai 0% sampai lebih dari 40%. Wilayah
Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya Kabupaten Jayawijaya selain berupa
adalah suatu dataran berlembah pada daerah kemiringan dengan klasifikasi

114 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 111-126

sangat curam lebih dari 40%. Daerah ini Distrik Walesi, Distrik Kurulu, Distrik
juga merupakan daerah yang rawan Libarek, Distrik Wollo, Distrik Siepkosi,
terhadap bencana. Daerah yang datar dan Distrik Asologaima, Distrik Pyramid dan
landai di Lembah Baliem berpotensi Distrik Yalengga. Pemanfaatan sumur gali
sebagai lahan pertanian dan pemukiman. di Distrik Wamena, Distrik Wouma dan
Wilayah yang relatif datar yaitu sebesar (0- Distrik Hubikiak. Keberadaan Danau
8%) dan merupakan pusat kegiatan Habema dengan luasan mencapai 2.461 ha
pertanian penduduk adalah wilayah Sub yang terdapat di Distrik Walaik juga
DAS Baliem sebagai bagian dari DAS merupakan sumber air yang potensial (Tim
Mamberamo (Tim sintesis et al., 2008). sintesis et al., 2008).
Sungai-sungai di wilayah ini termasuk Kemampuan lahan dalam menyimpan
jenis sungai gletser dengan pola sungai air tergantung pada kondisi permukaan
yang deras airnya. Pola sungai seperti ini lahan, seperti kondisi vegetasi, tanah dan
dapat mengakibatkan pengikisan tanah lain-lain. Kondisi suatu DAS dikatakan baik
sepanjang alur sungai, proses sedimentasi jika memenuhi beberapa kriteria
dan banjir sepanjang cakupan sungai. Pola diantaranya debit sungai yang konstan
aliran air permukaan trellis dan sub sepanjang waktu, kualitas air yang baik,
dendritik dengan aliran yang intermiten fluktuasi dan ketinggian air tanah tetap
dan permanen mengalir sepanjang tahun dari waktu ke waktu. Pengelolaan DAS
dan pada umumnya bermuara ke wilayah berupaya untuk mengelola kondisi biofisik
selatan Papua (Tim sintesis et al., 2008). permukaan bumi sedemikian rupa
sehingga menjamin distribusi air yang
Jenis bencana alam yang sering terjadi
merata dengan hasil air yang maksimum
antara lain bencana banjir, longsor, gempa
dan mempunyai regim aliran yang
bumi dan rawan gerakan tanah. Jenis
optimum (Ichwana, 2014).
tanah di wilayah ini terdiri dari sebagian
besar jenis tanah alluvial, litosol, podsolik,
B. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
dan batu karang metamorfik (filit, kuartit,
Kabupaten Jayawijaya
chrit) sebagian dari lempengan pasifik yang
terdesak tanggul-tanggul baltik. Keadaan 1) Perkembangan jumlah penduduk
penyebaran dari jenis tanah (Yasin, 2015), Dinamika kependudukan di Kabupaten
adalah sebagai berikut: Jayawijaya selain disebabkan oleh faktor
1) Daerah lembah terdapat jenis tanah alamiah (kelahiran dan kematian) juga
alluvial dipengaruhi oleh migrasi penduduk baik
2) Daerah perbukitan terdapat jenis yang masuk maupun keluar wilayah ini.
tanah litosol Trend pertumbuhan penduduk dilihat dari
3) Daerah dataran tinggi umumnya jumlah penduduk selama 4 tahun terakhir.
terdapat jenis podsolik coklat Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh
Potensi air cukup bagus, hal tersebut tingginya angka kematian bayi di
ditunjukkan dengan pemanfaatan mata air Kabupaten Jayawijaya yaitu 122 per 1000
di berbagai tempat yaitu di Distrik Napua, kelahiran hidup dan tingginya angka

©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 115
Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya.......................................................................... (Baharinawati W. Hastanti)

migrasi keluar dari wilayah ini (BPS, 2014). kependudukan di Kabupaten Jayawijaya.
Tabel 1 menyajikan demografi
Tabel (Table) 1. Demografi kependudukan Kabupaten Jayawijaya (Demographic population of Jayawijaya
regency)
Tahun (Year)
Uraian (Description)
2010 2011
2013 2012 2014
Jumlah Penduduk (Total Population) 118.800 196.085
223.443 206.015 203.085
Jumlah KK (Number of household) 29.100 49.021
55.861 51.504 50.771
Kepadatan Penduduk (org/km)
13,94 21,86 15,24 10,13 18,29
Population density (person/kilometers)
Sumber (Source): BPS Kabupaten Jayawijaya (Central Bureau of Statistic Jayawijaya Regency), 2015

Kepadatan penduduk berpengaruh dapat diartikan bahwa setiap 100 orang


terhadap kinerja dan kerentanan DAS penduduk usia produktif menanggung
karena jumlah dan aktivitas penduduk beban 36 orang penduduk tidak produktif.
berpengaruh terhadap kelestarian lahan. Rasio ketergantungan penduduk
Semakin tinggi jumlah penduduk semakin merupakan salah satu indikator tingkat
besar pula tekanan pada lahan (Paimin et kemiskinan di suatu wilayah. Angka rasio
al., 2012). Demikian halnya dengan ketergantungan penduduk di Kabupaten
peningkatan jumlah penduduk di hulu DAS Jayawijaya merupakan rambu-rambu
berdampak pada peningkatan kebutuhan kewaspadaan terhadap angka kemiskinan
lahan, sehingga berpengaruh pada di hulu DAS Mamberamo. Rasio
pengelolaan DAS secara keseluruhan ketergantungan pendududuk di Kabupaten
(Taena, 2016). Kepadatan penduduk di Jayawijaya tergolong rendah, sehingga
wilayah hulu DAS Mamberamo tergolong tidak rentan terhadap kemiskinan, oleh
rendah dibandingkan dengan tingkat sebab itu tidak mengancam pengelolaan
pertumbuhan penduduk di hulu DAS kritis DAS. Kemiskinan masyarakat di hulu DAS
Cidanau yang mencapai ribuan jumlahnya merupakan salah satu permasalahan
(Salminah et al, 2014). Wilayah dengan dalam pengelolaan DAS, karena berakibat
kepadatan tinggi akan berisiko terhadap pada tekanan terhadap lahan, terutama
kerusakan lingkungan karena tingginya terjadinya alih fungsi kawasan lindung
intensitas pemanfaatan air dan lahan (Giyarsih et al., 2011).
(Dirjen Pengelolaan DAS, 2013). Oleh
sebab itu wilayah hulu DAS Mamberamo 3) Tingkat pendidikan
kurang berisiko terhadap kerusakan Tingkat pendidikan penduduk di
lingkungan karena kepadatan Kabupaten Jayawijaya dipengaruhi oleh
penduduknya rendah, sehingga intensitas kemiskinan dan isolasi geografis yang
pemanfaatan air rendah. berakibat pada minimnya sarana
2) Rasio ketergantungan penduduk pendidikan maupun sedikitnya jumlah
Rasio ketergantungan penduduk di pengajar. Persentase tingkat pendidikan
Kabupaten Jayawijaya adalah 35,90 penduduk di Kabupaten Jayawijaya
(Pemerintah Provinsi Papua, 2016). Hal ini disajikan dalam Tabel 2.

116 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 111-126

Tabel (Table) 2. Persentase tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Jayawijaya (Percentage of education level
of population at Jayawijaya Regency)
Jenis Kelamin (Sex)
Jumlah
Uraian (Description) Laki-laki Perempuan
(Total)
(Male) (Female)
Tidak Bersekolah (No school) 37,68 57,60 47,52
Sekolah Dasar (Primary school) 11,02 13,22 12,14
Sekolah Lanjutan Pertama (Junior high school) 19,16 14,03 16,03
Sekolah Lanjutan Atas (Senior high school) 23,38 10,97 17,25
Diploma 1 / Diploma 2 (College) 0,73 0,29 0,51
Sarjana Muda (Baccalaurate) 1,70 1,41 1,56
Sarjana/ Pascasarjana (Bachelor/ postgraduate) 6,27 2,46 4,39
Total (Total) 100,00 100,00 100,00
Sumber (Source): BPS Kabupaten Jayawijaya (Central Bureau of Statistic Jayawijaya Regency), 2015

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi mendiami lembah Baliem. Masyarakat


perilaku dan pengetahuan masyarakat Suku Dani biasa menyebut dirinya sebagai
pada pengelolaan DAS. Tingkat pendidikan Orang Parim (Veronica, 2013). Walaupun
masyarakat di Kabupaten Jayawijaya yang dikenal sebagai suku yang suka berperang,
rendah akan mempengaruhi kurangnya namun umumnya orang Dani menolak
pemahaman masyarakat terhadap dikatakan sebagai pengayau.
pengelolaan DAS. Kurangnya pemahaman Sebagian besar Suku Dani memeluk
masyarakat dalam mengelola lingkungan agama Kristen Protestan, namun tidak bisa
akan menyebabkan rusaknya DAS (Giyarsih lepas dari adat istiadatnya sebagai
et al., 2011).
penganut kepercayaan pada roh-roh orang
C. Nilai-nilai kehidupan Suku Dani yang sudah meninggal. Bentuk
kepercayaannya itu terlihat pada Orang
Keberadaan masyarakat lokal di hulu
Dani yang masih melakukan ritual-ritual
DAS Mamberamo adalah modal sosial
adat untuk menghormati arwah leluhur
(social capital) dalam pengelolaan DAS.
dan kerabatnya. Dalam kehidupan sehari-
Salah satu pendekatan dalam pengelolaan
hari Orang Dani masih menggunakan
DAS adalah pendekatan partisipatoris,
peralatan tradisional berupa: tombak,
yaitu melibatkan masyarakat lokal dalam
kapak, parang, busur dan anak panah.
pengambilan keputusan atau sebagai
Senjata-senjata tersebut digunakan untuk
subyek dalam pengelolaan DAS.
perang suku, berburu dan kesenian,
Pendekatan partisipatoris dapat
maupun pelengkap pakaian adat.
dilaksanakan dengan memahami nilai-nilai
budaya masyarakat setempat (penduduk Makanan pokok Orang Dani adalah ubi
asli). jalar yang dalam Bahasa Dani disebut ifere,
Penduduk asli yang mendiami Lembah petatas atau hipere. Dalam acara-acara
Baliem di Jayawijaya terdiri dari 4 suku penting dan ritual adat, Orang Dani akan
besar, yaitu Suku Dani, Suku Yali, Suku melakukan bakar batu, yaitu tradisi
Lanny dan Suku Nduga. Suku Dani memasak hipere (ubi jalar), sayuran dan
merupakan suku terbesar dan tertua yang daging hasil buruan (babi), dengan cara

©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 117
Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya.......................................................................... (Baharinawati W. Hastanti)

menimbun makanan di dalam lubang Organisasi kemasyarakatan pada suku


dengan batu-batu yang dibakar dalam api Dani ditentukan berdasarkan hubungan
yang membara. keluarga dan keturunan yang berdasarkan
pada kesatuan teritorial. Suku Dani
Orang Dani terkenal dengan pakaian
dipimpin oleh seorang kepala suku besar
adat koteka (kebe/ kobogwa) dan salli.
yaitu disebut Ap Kain yang memimpin desa
Koteka adalah labu kering yang digunakan
adat watlangka, selain itu ada juga 3
untuk menutupi alat kelamin laki-laki. Salli
kepala suku yang posisinya berada di
adalah rok yang terbuat dari rumbai-
bawah Ap Kain dan memegang bidang
rumbai jerami yang dipakai oleh
sendiri, mereka adalah: Ap Menteg, Ap
perempuan Suku Dani (Mabe et al., 2016).
Horeg, dan Ap Ubaik.
Dalam peperangan dan ritual adat, koteka
akan dipadukan dengan penutup kepala Sistem kepemimpinan tradisional
dan asesoris berupa gelang, kalung dan masyarakat Dani ditunjukkan dengan
gelang kaki beserta senjata tradisional adanya istilah kain untuk pria yang berarti
busur, anak panah, tombak, parang dan kuat, pandai dan terhormat. Pada tingkat
sebagainya (Nahuway, 2014). uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang
sudah tua tetapi masih mampu mengatur
Mata pencaharian Orang Dani
urusannya dalam satu halaman rumah
umumnya adalah berkebun, berburu,
tangga maupun kampungnya. Urusan
beternak serta mencari ikan di sungai.
tersebut antara lain: pemeliharaan kebun
Pada umumnya hasil yang diperoleh akan
dan babi, serta melerai pertengkaran.
dikonsumsi keluarga besarnya atau ditukar
dengan barang yang diperlukan. Kelompok Pemimpin perang pada Suku Dani
kekerabatan terkecil dari Suku Dani adalah disebut win metek. Syarat-syarat yang
keluarga luas yang terdiri dari beberapa harus dipenuhi oleh win metek adalah
keluarga inti. Keluarga luas ini tinggal di memiliki kekuatan fisik dan keberanian,
suatu kompleks yang terdiri dari rumah- bersifat murah dan baik hati, pandai
rumah kecil/ honai menyerupai sekat-sekat berburu, pandai berperang dan juga
berpagar yang disebut silimo (Nahuway, pandai bercocok tanam. Win metek bukan
2014). Silimo biasa yang dihuni oleh hanya pemimpin perang namun juga
masyarakat biasa dikepalai oleh Ap pemimpin konfederasi. Wewenangnya
Waregma (Albaiti, 2015). selain memimpin perang juga memimpin
masyarakat dalam kegiatan sehari-hari
Struktur bermasyarakat Suku Dani
(Nahuway, 2014).
merupakan gabungan dari beberapa klan
kecil yang disebut ukul, dan klan besar Bahasa daerah Suku Dani yang
yang disebut ukul oak. Kesatuan teritorial mendiami wilayah Lembah Baliem adalah
yang terkecil dalam masyarakat Dani bahasa-bahasa yang masuk dalam Bahasa
adalah kompleks perumahan (uma) yang Papua dari Phylum Trans-New Guinea
dihuni untuk kelompok keluarga luas yang (Nahuway, 2014). Bahasa daerah yang
patrilineal (diturunkan kepada anak laki- digunakan pun mempunyai perbedaan
laki) (Djawaru & Panjaitan, 2014). dialog dan pengucapan antar satu wilayah

118 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 111-126

dengan wilayah lainnya walaupun masih putih menggambarkan tulang, sementara


berada dalam jangkauan jarak tempuh hitam melambangkan warna kulit dari
yang boleh dikatakan masih dekat. Secara Orang Dani itu sendiri. Pembuatan seni
garis besar Bahasa Dani terbagi dalam tiga ukir pada Suku Dani menggunakan alat
bagian bahasa yaitu, Bahasa Dani Lembah pahat tradisional yang terbuat dari kayu
(daerah sekitar Kota Wamena/ Kabupaten jambu batu dan batu kali.
Jayawijaya), Bahasa Dani Barat (daerah D. Pola pemanfaatan lahan pada Suku
bagian barat Kota Wamena (Kabupaten Dani
Lany Jaya, Kabupaten Puncak Jaya, dan
Kabupaten Tolikara) serta Bahasa Dani 1) Rumah (sili)
Timur/ Bahasa Yali (Kabupaten Yahokimo Rumah (sili) merupakan kesatuan
dan Kabupaten Yalimo) (Nahuway, 2014). teritorial terkecil dari Suku Dani yang
Namun masyarakat lokal di Lembah Baliem ditempati oleh beberapa keluarga yang
sendiri sebagian besar sudah dapat mempunyai ikatan pertalian darah. Sili
menggunakan bahasa Indonesia dengan terdiri dari bangunan-bangunan berupa
dialek atau logat Wamena/ Papua. pilamo (honai khusus laki-laki), ebei (honai
khusus perempuan dan anak), hunina
Kesenian masyarakat Suku Dani dapat
(honai untuk menyimpan makanan dan
dilihat dari cara membangun tempat
dapur), wamai/ wamdabu (honai untuk
kediaman, seperti pilamo, ebeai dan
kandang babi), wadloleget (tempat
wamai. Selain membangun tempat tinggal,
keramat), silimo (halaman untuk
masyarakat Dani juga mempunyai seni
menggelar ritual adat dan tempat bermain
kerajinan khas seperti anyaman kantong
anak-anak), wen ukutlu (pekarangan kecil
jaring penutup kepala (noken) dan
di sekitar honai). Sili akan dikelilingi pagar
pengikat kapak. Orang Dani pun
kayu yang rapat (leget) dengan satu pintu
mempunyai berbagai peralatan yang
untuk keluar masuk (mukarai) (Djawaru,
terbuat dari bata. Peralatan tesebut antara
2014).
lain: moliage (sejenis kapak batu dengan
ujung terbuat dari besi), valuk sage (alat Honai dibangun begitu mungil dengan
sejenis tugal untuk melubangi tanah), wim tinggi sekitar 2,5 meter dan terbagi 2
(busur panah), kurok (sejenis parang), dan lantai, sehingga apabila masuk ke
panah sege (Indriyawati, 2009). dalamnya kita tidak bisa berdiri. Dalam
honai terdapat perapian yang digunakan
Sebagai wujud penghormatan mereka
untuk menghangatkan badan jika udara
terhadap nenek moyang atau leluhurnya,
terasa dingin. Apabila perapian menyala,
secara turun temurun, pola seni ukir yang
honai akan terasa sesak oleh asap karena
dibuat oleh Suku Dani selalu dikaitkan
kurangnya ventilasi.
pada kepercayaan mereka terhadap
leluhur. Ada 3 macam warna yaitu merah, Bahan bangunan pembuat honai terdiri
hitam, dan putih yang selalu digunakan dari jenis-jenis tanaman tertentu yang
oleh Suku Dani pada beberapa hasil tumbuh di kawasan hutan sekitar
ukirannya. Merah melambangkan daging, permukiman. Kayu yang digunakan untuk

©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 119
Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya.......................................................................... (Baharinawati W. Hastanti)

dinding luar bangunan (honai, ebei dan 3) Kebun tanaman pangan (wen hipere)
wamai) adalah kulit kayu Araucaria Lahan untuk menanam tanaman pangan
cuninghamii dengan panel terbuat dari dari ini biasanya ditanami tanaman utama
kayu sengon (Albizia moluccana) dan jenis berupa ubi jalar (Ipomea batatas) yang
kayu keras lainnya. Panel dinding bagian dalam Bahasa Dani disebut ifere atau
dalam terbuat dari kayu jenis melur hipere. Selain ditanami ubi jalar, lahan ini
(Podocarpus papuana). Atap bangunan juga ditanami berbagai jenis tanaman
biasanya terbuat dari jenis alang-alang pangan seperti sayur lilin (Setaria
(Imperata cylindrica) dan jenis rotan palmifolia), kecipir (Psococarpus
(Calamus spp) (Albaiti, 2015). tetragonolobus), uwi (Dioscorea spp),
Jenis-jenis tanaman ini sangat berarti keladi (Celocasia esculenta), dan tembakau
dalam konservasi tanah, sehingga jika (Nicotina tabaccum). Pada
terlalu sering diambil akan terjadi perkembangannya wen hipere juga
kerusakan yang berakibat fatal pada erosi ditanami jagung (Zea mays), singkong
dan sedimentasi. Oleh karena itu perlu (Manihot esculenta), kubis (Brassica
pengaturan lokal dalam pengambilan jenis oleracea) dan jenis sayuran lainnya
kayu ini atau diatur secara adat agar tidak (Purwanto, 2003).
mudah ditebang untuk diambil kayunya. 4) Kebun tanaman introduksi (wen het)
Misalnya dengan aturan-aturan seperti:
Lahan kebun ini mengadopsi lahan milik
pengambilan tanaman-tanaman tersebut
pendatang. Tanaman-tanaman yang
harus seijin kepala suku, pengambilan
ditanam di kebun ini adalah jenis-jenis
tanaman harus disertai penanaman jenis
tanaman baru hasil introduksi dari luar
tersebut dan adanya sanksi adat yang
yaitu kedelai (Glycine max), kacang tanah
dibebankan kepada masyarakat yang
(Arachis gypogea), kacang kratok
melanggar aturan-aturan adat tersebut.
(Phaseolus lunatus), kubis (Brassica
2) Perkampungan (ouna) oleracea var brotytis), sawi (Brassica rapa),
Bokcoy (Brassica chinensis), bloem kol
Perkampungan atau ouna dalam Bahasa
(Brassica oleracea var. capitata), labu siam
Dani, adalah satuan permukiman yang
(Sechium edule), wortel (Daucus carota),
terdiri dari beberapa sili. Suatu
bayam (Amaranthus spp), bawang merah
perkampungan tradisional masyarakat
(Allium cepa), bawang putih (Allium
Suku Dani biasanya ditandai dengan
sativum), dan tomat (Lycopersicon
adanya tanaman-tanaman tertentu yang
esculentum) (Purwanto, 2003).
mempunyai manfaat untuk kehidupan
sehari-hari yaitu pohon cemara 5) Sawah (wen nasi)
(Cassuarina spp) dimanfaatkan sebagai Lahan ini merupakan hasil introduksi
tanaman pelindung, buah merah penanaman tanaman pangan baru kepada
(Pandanus conodeus) adalah tanaman masyarakat Suku Dani di Lembah Baliem.
pangan lokal di Papua, pohon pisang Penanaman padi sawah pertama
(Musa spp), hanjuang/ andong (Cordyline dikenalkan oleh guru dari Toraja yang
spp) digunakan untuk ritual adat. membawa bibit padi asal Sulawesi untuk

120 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 111-126

ditanam di Baliem, sekitar tahun 1974 Tanaman yang mendominasi wen


(Purwanto, 2003). kulama kitma atau hutan sekunder muda
adalah jenis-jenis tanaman bawah seperti
Pada tahun 1980 Dinas Pertanian
Imperata cylindrica, Leersia hexandra,
Kabupaten Jayawijaya secara resmi
Wendlania paniculata, Dodonaea viscosa,
memulai penanaman padi di kawasan ini
Pittosporum ramiflorum, Polygonium
untuk menambah diversitas pangan lokal
capathipolium, Grevillea papuana
dan meningkatkan ekonomi masyarakat di
(Purwanto, 2003). Adapun wen kulama
Lembah Baliem. Pada tahun 1990-an
alekma atau hutan sekunder ditandai
tanaman padi di Kabupaten Jayawijaya
dengan vegetasi jenis-jenis herba seperti
termasuk di kawasan Lembah Baliem
Melastoma malabarica, Wendlandia
semakin berkembang dengan pesat,
paniculata, Pittosporum ramiflorum, P.
didukung dengan pembangunan
ferrugenium, Grevillea papuana, Schefflera
infrastruktur pengairan sawah.
macrostachya, Glochidion vinkianum, dan
Pengembangan padi di sawah ditingkatkan
Dodonaea viscosa (Purwanto, 2003).
untuk mengurangi pasokan padi dari luar
dan meningkatkan pendapatan masyarakat 7) Hutan primer (okama)
setempat. Bagi masyarakat Suku Dani di Lembah
6) Lahan bekas kebun (wen kulama) Baliem, hutan adalah tempat tumbuhnya
pohon-pohon besar (yang berkayu) dan
Lahan ini adalah bekas kebun Suku Dani
segala jenis tumbuhan dan hewan. Hutan
yang sengaja dibiarkan sebagai lahan masa
adalah tempat memenuhi kebutuhan
bera. Pada dasarnya masyarakat Suku Dani
hidup Masyarakat Dani sehari-hari. Hutan
sama dengan masyarakat lokal lainnya di
Primer di kawasan Lembah Baliem saat ini
Papua, mengusahakan pertanian dengan
sulit ditemukan, yang ada adalah hutan
cara perladangan berpindah. Perlakuan ini
bekas tebangan atau hutan sekunder
bertujuan untuk memulihkan kesuburan
dengan umur 20-30 tahun (Purwanto,
tanah pada lahan yang telah ditanami.
2003).
Wen kulama merupakan hutan sekunder
bekas ditanami hipere yang akan dibiarkan 8) Tempat keramat (wakunmo dan
selama 5 sampai 15 tahun. wesama)

Pada umumnya masyarakat akan Lahan ini merupakan tempat keramat


menanami kembali dengan melihat tanda yang tidak bisa dimasuki seseorang secara
bahwa pohon-pohon yang tumbuh atau sembarang. Hanya tokoh-tokoh adat (Ap
ditanam sudah dapat menghasilkan biji metek/ kepala suku) bisa memasuki hutan
untuk anakan. Masyarakat Suku Dani terlarang ini. Kawasan ini merupakan
mengenal 2 jenis lahan masa bera (wen tempat untuk menyimpan mayat yang
kulama), yaitu 1) wen kulama kitma, lahan ditandai dengan adanya tombak (sege)
dengan masa bera 0-5 tahun atau hutan yang dibungkus dengan daun alang-alang
sekunder tua, dan 2) wen kulama alekma, dan rotan yang diletakkan di lahan
lahan bera lebih 5 tahun atau hutan tersebut. Kawasan keramat ini dalam
sekunder tua. pengawasan sanak kerabat sang mayat.

©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 121
Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya.......................................................................... (Baharinawati W. Hastanti)

Tidak seorang pun warga biasa yang berani diperhatikan yaitu: 1) terdapat keterkaitan
memasuki kawasan ini, apalagi mengambil antara berbagai kegiatan dalam
dan menebang pohon-pohon yang ada. pengelolaan sumber daya alam dan
Kawasan ini bagaikan hutan primer dengan pembinaan aktivitas manusia dalam
vegetasi-vegetasi besar dan rapat pemanfaatan sumber daya alam, 2)
(Veronica, 2013). melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
mencakup berbagai kegiatan yang tidak
9) Lahan tergenang (yelesimo)
selalu saling mendukung, dan 3) meliputi
Kawasan ini merupakan lahan yang
daerah hulu, tengah dan hilir yang
selalu tergenang air (rawa-rawa), sehingga
mempunyai keterkaitan biofisik dalam
bagi Orang Dani tidak cocok untuk
bentuk daur hidrologi untuk ekosistem
ditanami tanaman pangan terutama hipere
(Suprayogi et al., 2015).
(Purwanto, 2003). Oleh sebab itu biasanya
digunakan untuk beternak babi. Babi Pengelolaan DAS harus memenuhi
merupakan harta yang bernilai tinggi bagi aspek-aspek lingkungan, sosial dan
Orang Dani, karena selain bernilai adat ekonomi, karena pengelolaan DAS
juga bernilai ekonomi. Masyarakat Suku dimaksudkan untuk memberikan manfaat
Dani tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi yang sebesar-besarnya bagi
beternak babi. Selain bernilai jual tinggi manusia, terutama bagi masyarakat lokal
sebagai harta, babi merupakan mas kawin dan masyarakat miskin dengan tidak
dan alat rekonsiliasi dalam perang suku mengabaikan kelestarian lingkungan serta
(Veronica, 2013). mewujudkan masyarakat yang mandiri dan
patisipasif (Emilia, 2013). Oleh karena itu,
E. Peran Kondisi sosial budaya Suku Dani
untuk pengelolaan DAS pengelolaan DAS Mamberamo harus
memberikan manfaat ekonomi untuk
DAS Mamberamo merupakan suatu
masyarakat sekitar DAS, terutama
megasistem, dimana kompleksitas
masyarakat lokal Suku Dani dan suku-suku
ekosistem DAS mensyaratkan suatu
lainnya.
pendekatan pengelolaan yang bersifat
multisektoral, lintas daerah, termasuk Kearifan lokal Suku Dani dalam
kelembagaan dengan kepentingan masing- penataan lahan, terutama dalam
masing serta mempertimbangkan prinsip pembagian lahan untuk kebun, bekas
saling ketergantungan (Suprayogi et al., kebun, hutan primer maupun tempat
2015). Dalam hal ini juga perlu keramat, selain berfungsi untuk
mempertimbangkan kelembagaan adat memelihara kesuburan tanah dan
Suku Dani yang bermukim di hulu DAS mempertahankan vegetasi juga turut
Mamberamo beserta segala kepentingan mendukung pengelolaan DAS, karena
masyarakat di dalamnya, dengan prinsip penutupan lahan oleh vegetasi dengan
mengutamakan saling ketergantungan satu segala bentuknya dapat mempengaruhi
sama lain baik secara multisektoral, lintas aliran air. Vegetasi dan tutupan lahan
daerah maupun kelembagaannya. Hal-hal berupa hutan alam, regenerasi tanaman
dalam pengelolaan DAS yang perlu hutan, budidaya pohon sebagai tanaman

122 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 111-126

pagar maupun hutan tanaman baik peran multipihak, seorang pemimpin


monokultur maupun agroforestri dapat tradisional dapat berfungsi sebagai katalis
mempengaruhi aliran air intersepsi, yang membantu kelancaran proses
perlindungan agregat tanah, infiltrasi perubahan. Salah satu fungsi pemimpin
maupun air serapan (Suprayogi et al., adalah untuk menumbuhkan kepercayaan
2015). dalam membangun jejaring sosial, karena
kepercayaan bisa menjadi pelumas bagi
Perencanaan pengelolaan DAS yang
keberlangsungan suatu program kerjasama
efektif, tidak hanya didasarkan pada
multipihak yang diperlukan dalam
kondisi fisik DAS tersebut, tetapi juga harus
pengelolaan DAS (Suradisastra &
berdasarkan informasi kondisi sosial
Pasandaran, 2012).
masyarakat. Hal ini ditujukan agar sistem
pengelolaan DAS tersebut sesuai dengan Karakteristik DAS mencakup iklim,
kondisi dan kebutuhan masyarakat lokal biofisik DAS, hidrologi serta sosial ekonomi
(Salminah et al., 2014). Pemahaman budaya yang berada di dalam wilayah DAS
terhadap karakteristik sosial budaya sekitar DAS. Karakteristik DAS adalah salah
masyarakat dan karakteristik biogeofisik satu unsur utama dalam pengelolaan DAS
DAS penting untuk mengetahui kondisi seperti dalam perencanaan, monitoring
suatu DAS dalam rangka kebijakan makro dan evaluasi sebagaimana tertuang dalam
pengelolaan DAS (Sari et al., 2014). Keputusan Menteri Kehutanan No 52/Kpts-
II/2001 tentang penyelenggaraan DAS
Peran kelembagaan sosial dan budaya
sebagai ekosistem, wilayah (geografi),
dalam pengelolaan DAS sangat besar
geobiofisik, sumber daya alam, sumber
karena mengatur tingkah laku manusia
daya manusia, kegiatan-kegiatan
dalam pemanfaatan dan pelestarian
multisektor dan aspek sosial ekonomi
lingkungan DAS. Lembaga ini mencakup
budaya (Triono, 2010).
norma, simbol, kepercayaan, peraturan
adat/ masyarakat dan status yang Demikian halnya dengan pengelolaan
mempengaruhi kehidupan masyarakat, DAS Mamberamo sebagai suatu ekosistem.
seperti keagamaan, pendidikan, ekonomi Karakteristik DAS Mamberamo perlu
dan manajemen kehidupan (Darmanto et diperhatikan terutama kaitannya dengan
al., 2015). Pada Suku Dani di hulu DAS kondisi geogafi, geobiofisik, sumber daya
Mamberamo, lembaga sosial berupa alam, sumber daya manusia maupun
lembaga adat sangat dipatuhi oleh kegiatan-kegiatan multisektoral maupun
masyarakatnya. Para pelanggar lembaga aspek sosial budaya pada wilayah DAS
sosial diberikan sanksi sosial berupa Mamberamo baik bagian hulu, tengah
hukuman adat dan pencitraan yang buruk maupun hilir.
dari masyarakat adatnya. Disamping itu dalam pengelolaan DAS
Peran pimpinan atau tokoh masyarakat terpadu, juga diperlukan batasan-batasan
penting dalam pemberdayaan, penataan mengenai DAS berdasarkan fungsi, DAS
dan kelangsungan kehidupan masyarakat. bagian hulu didasarkan pada fungsi
Dalam pengelolaan DAS yang melibatkan konservasi yang dikelola untuk

©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 123
Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya.......................................................................... (Baharinawati W. Hastanti)

mempertahankan kondisi lingkungan DAS UCAPAN TERIMA KASIH


agar tidak terdegradasi (Tresnadi, 2008). Terimakasih kepada Pemerintah Daerah
Wilayah Lembah Baliem (Wamena) sebagai Kabupaten Jayawijaya dan masyarakat
DAS bagian hulu harus berfungsi untuk adat Suku Dani di Wamena Lembah
mempertahankan kondisi lingkungan agar Baliem, para narasumber dan semua pihak
terjaga dari degradasi lingkungan. yang membantu.
Beberapa kearifan lokal masyarakat Suku
Dani di Wamena baik dalam kelembagaan
DAFTAR PUSTAKA
adat maupun pengelolaan sumber daya
alamnya patut menjadi pertimbangan Albaiti, A. (2015). Kajian kearifan lokal
dalam pengelolaan DAS. kelompok budaya Dani Lembah
Baliem Wamena Papua. Jurnal
IV. KESIMPULAN Pendidikan Nasional Indonesia, 1(1),
14–33.
Kondisi lingkungan dan karakteristik
Asdak, C. (2010). Hidrologi dan
sosial budaya masyarakat di hulu DAS
pengelolaan daerah aliran sungai
Mamberamo atau Sub DAS Baliem (Edisi Kelima). Yogyakarta: Gadjah
merupakan unsur utama dalam Mada University Press.
pengelolaan DAS Mamberamo dengan Darmanto, D., Tyas, D., & Shafarani, F.
mempertimbangkan karakteristik (2015). Aspek kelembagaan dalam
lingkungan, sosial dan budaya Suku Dani pengelolaan daerah aliran sungai.
yang berdiam di wilayah Lembah Baliam di Yogyakarta: Gadjah Mada University
hulu DAS Mamberamo. Bagian hulu DAS Press.
merupakan kawasan dengan fungsi Emilia, F. (2013). Pengelolaan sumber daya
konservasi untuk pencegahan degradasi alam berbasis masyarakat dalam
lahan. Masyarakat Suku Dani di hulu DAS upaya konservasi daerah aliran sungai
Mamberamo mempunyai kearifan lokal (Studi kasus Desa Keseneng,
Kecamatan Sumowono, Kabupaten
yang mendukung fungsi konservasi
Semarang). Tesis. Program Magister
vegetasi, tanah dan air dalam pola Ilmu Lingkungan Universitas
pemanfaatan lahan dalam sistem Diponegoro Semarang .
perladangan berpindah yang dianut secara
Djawaru, F., & T.Panjaitan. (2014). Mitologi
turun temurun. Disamping itu peran dan gender dalam arsitektur Suku
pemimpin dalam kelembagaan adat Suku Dani. Universitas Indonesia. Retrieved
Dani juga perlu diperhitungkan sebagai from
tokoh yang dipatuhi masyarakatnya dan http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015
dapat dijadikan katalisator dalam -11/S55621-Mukrima Fauriska
Djawaru
perubahan. Selanjutnya kondisi lingkungan
dan karakteristik sosial budaya Suku Dani Giyarsih, S., Abdi, Z., Ma’mun, S., Hasanati,
dapat dijadikan masukan untuk kebijakan S., Sitohang, L., & Junaidi, I. (2011).
Analisa karakter sosial ekonomi dan
pengelolaan DAS Mamberamo, khususnya
sinergi kelembagaan sebagai bentuk
Sub DAS Baliem di Papua. pengelolaan daerah aliran sungai
terpadu dalam potensi dan

124 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 111-126

permasalahan lingkungan di daerah Baliem, Jayawijaya Irian Jaya. Berita


aliran sungai dan wilayah pesisir, Biologi Volume Agustus Edisi Khusus
Yogyakarta: Biro Penerbitan Fakultas Kebun Biologi Wamena Dan
Geografi UGM Biodiversitas Papua, 6(5).
Ichwana, Z. N. (2014). Pengaruh aspek Salminah, M., Alviya, I., Arifanti, V., &
biofisik dan partisipasi masyarakat Maryani, R. (2014). Karakteristik
untuk pengelolaan sumberdaya air di ekologi dan sosial ekonomi lanskap
Daerah Aliran Sungai Krueng hutan pada DAS kritis dan tidak kritis:
Peusangan Aceh. Prosiding Seminar Studi kasus pada DAS Baturusa dan
Nasional Sains dan Teknologi DAS Cidanau. Jurnal Penelitian Sosial
Lingkungan I (pp. 127–137). Padang. Dan Ekonomi Kehutanan, 11(2), 119–
136.
Indriyawati, E. (2009). Antropologi. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Sari, D., Barchia, M., & Hermawan, B.
Pendidikan Nasional. (2012). Karakteristik biofisik dan sosial
ekonomi yang mempengaruhi
Kogoya, P. (2015). Praktik tradisi ritual
produktivitas lahan sawah pada
bakar batu babi pada masyarakat
Daerah Aliran Sungai Padang Guci
Etnik Dani dan Damal di Kampung
Kabupaten Kaur. Jurnal Penelitian
Ilaga Kabupaten Puncak Provinsi
Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Papua. Denpasar. Tesis. Pascasarjana
Lingkungan, 1(1), 29–34.
Universitas Udayana
Tim Sintesis Penelitian Balai Pembangunan
Mabe, J., Simbala, H., & Roni, K. (2016).
Wilayah Jalan (2008). Percepatan
Identifikasi dan pemanfaatan
pembangunan pertanian di Papua
tumbuhan obat Suku Dani Di
berbasis sumber daya.
Kabupaten Jayawijaya Papua. Jurnal
Pengembangan Inovasi Pertanian,
MIPA Unstrat Online, 5(2).
1(2), 141–148.
Moleong, L. (2009). Metode penelitian
Suprayogi, S., Purnama, S., & Darmanto, D.
kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya
(2015). Pengelolaan Daerah Aliran
Offset.
Sungai (Edisi Kedua). Yogyakarta:
Nahuway, N. (2014). Kehidupan Suku Dani Gadjah Mada University Press.
di atas kulit Kayu Kombouw. Skripsi.
Suradisastra, K., & Pasandaran, D. E.
Universitas Negeri Yogyakarta.
(2012). Tata pengelolaan yang baik
Paimin, Pramono, I. B., Purwanto, & dalam pengelolaan DAS.
Indrawati, D. . (2012). Sistem http://www.litbang.pertanian.go.id/b
perencanaan daerah aliran sungai. (H. uku/membalik-kecenderungan-
Santoso & Pratiwi, Eds.). Bogor: Pusat degrad/BAB-V-7.pdf.
Penelitian dan Pengembangan
Taena, W. (2016). Kelembagaan daerah
Konservasi dan Rehabilitasi.
aliran sungai wilayah perbatasan
Pemerintah Provinsi Papua. (2016). Profil negara yang adaptif terhadap
kependudukan Provinsi Papua 2015. perubahan iklim dalam pembangunan
Jayapura. yang berkelanjutan (Kasus Daerah
Purwanto. (2003). Studi etnoekologi Aliran Sungai Tono di Pulau Timor).
masyarakat Dani-Baliem dan Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian
perubahan lingkungan di Lembah Bogor.

©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 125
Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya.......................................................................... (Baharinawati W. Hastanti)

Tresnadi, H. (2008). Pengelolaan DAS


dengan pendekatan ekosistem: Studi
kasus analisis debit Sungai Bone dan
Bolango, Provinsi Gorontalo. Jurnal
Hidrosfir Indonesia, 3(2), 95–104.
Triono, N. (2010). Kajian hubungan
geomorfologi DAS dan karakteristik
hidrologi. Institut Pertanian Bogor.
Veronica, L. (2013). Memahami sistem
pengetahuan budaya masyarakat
pegunungan tengah, Jayawijaya,
Papua dalam konteks kebencanaan.
Antropologi Indonesia, 34(2), 134–
151.
Yasin, F. (2015). Strategi pengembangan
sektor pariwisata di Kabupaten
Jayawijaya. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Terbuka.

126 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.

Potrebbero piacerti anche