Sei sulla pagina 1di 9

P a g e | 23

Caring : Jurnal Keperawatan


Vol.8, No. 1, Maret 2019, pp. 23 – 31
ISSN 1978-5755 (Online)
DOI: 10.29238
Journal homepage: http://e-journal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/caring/

Pengaruh kompres hangat terhadap nyeri leher pada penderita hipertensi


esensial di wilayah Puskesmas Depok I, Sleman Yogyakarta

The effect of warm compresses on neck pain in patients with essential


hypertension in the area of Puskesmas Depok I, Sleman Yogyakarta

Siti Fadlilah1a*
1 Program Pendidikan Profesi Ners Universitas Respati Yogyakarta

a sitifadlilah@respati.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT/ABSTRAK


Article history Hypertension is increasing blood pressure in the artery. Signs
- and indication arise from this disease are a dizzy, headache,
Keywords: painful in the nape of the neck (neck pain), easily angered, and
hard to breathe. This neck pain can offend essential
Hypertension hypertension in daily patient activities. One of the non
Pain pharmacological actions to decrease or overcome the neck
Warm compress pain is by a warm compress. The warm compress is giving a
sense of warm/heat in a certain area. This research is
purposed to find out the influence of warm compress towards
neck pain in essential hypertension patients. This research is
carried out in Puskesmas Depok I area, Sleman, Yogyakarta.
Type of this research is quasi-experiment with pre-test post-
test with control group design. Several samples consist of 40
respondents and divided into two groups, which are 20
respondents of the intervention group and 20 respondents of
the control group. Statistic test used in this research is
Wilcoxon and Mann Whitney tests. Before applying pre-test,
12 respondents (60%) are having moderate pain, and after
giving warm compress (post-test), 17 respondents (75%) are
having minor pain. There is a significant scale of neck pain
before and after the warm compress treatment (p-value =
0,003) as well as contrast scale of neck pain between
intervention group and control group (p-value = 0,000). There
is the influence of warm compress towards neck pain in
essential hypertension patients in Puskesmas Depok I area,
Sleman, Yogyakarta.
Kata kunci:
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam arteri.
Hipertensi Tanda dan gejala yang muncul dari penyakit hipertensi ini
Nyeri adalah pusing, sakit kepala, tengkuk terasa pegal (nyeri leher),
Kompres Hangat mudah marah, sulit bernafas. Tengkuk terasa pegal atau nyeri
leher dapat menggangu aktivitas sehari-hari penderita
hipertensi esensial. Salah satu tindakan non farmakologis
untuk mengurangi atau mengatasi nyeri leher yaitu kompres
hangat. Kompres hangat adalah pemberian rasa
hangat/panas didaerah tertentu. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap nyeri leher
pada penderita hipertensi esensial. Penelitian ini dilakukan di
Wilayah Puskesmas Depok I, Sleman, Yogyakarta. Jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain pre test
post test with control group. Dengan besar sampel sebayak 40
responden yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu 20 responden
kelompok intervensi dan 20 responden kelompok kontrol. Uji
statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji wilcoxon
P a g e | 24

dan Mann Whitney. Sebagian besar responden sebelum


perlakukan (pre test) mengalami nyeri sedang sebanyak 12
responden (60%) dan setelah diberikan kompres hangat
(posttest) sebagian besar responden mengalami nyeri ringan
yaitu sebanyak 17 responden (75%). Terdapat pengaruh yang
signifikan skala nyeri leher sebelum dan sesudah diberikan
kompres hangat (P value= 0,003). Terdapat perbedaan yang
signifikan skala nyeri kelompok intervensi dan kelompok
kontrol (P value=0,000). Kompres hangat dapat menurunkan
skala nyeri leher pada penderita hipertensi esensial.

Copyright © 2019 Caring : Jurnal Keperawatan.


All rights reserved

*Corresponding Author:

Siti Fadlilah,
Program Pendidikan Profesi Ners Universitas Respati Yogyakarta,
Jln. Laksda Adi Sucipto, Ambarukmo, Caturtunggal, Sleman, D I Yogyakarta

1 PENDAHULUAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Darah akan
memberikan gaya yang lebih tinggi dibandingkan kondisi normal secara persisten pada
sistem sirkulasi. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah 120 mmHg
untuk tekanan sistoliknya dan 80 mmHg untuk tekanan diastoliknya, sementara tekanan
yang dianggap hipertensi adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik, dan lebih dari 90
mmHg untuk diastolik (Suzane&Smeltzer, 2010).
Penderita hipertensi sudah mencapai seperempat jumlah populasi penduduk
dunia. Data World Health Organization (WHO) dan The International Society of
Hipertension (ISH) memuat saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh
dunia. Pada bulan September 2011 hipertensi menyebabkan kematian 1,5 juta kematian
di Wilayah Asia Tenggara (Kartikasari, 2012). Di dalam penelitian Ruhyana (2007)
menyebutkan angka kejadian tekanan darah tinggi atau hipertensi di dunia hampir 1
milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Selain itu menurut penelitian Suidah (2011) kurang lebih 10-30% penduduk hampir
semua negara mangalami hipertensi. Data Riskesdes tahun 2013 menyebutkan
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% dengan insiden komplikasi penyakit
kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan 52% dan pada laki-laki 48 %. Berdasarkan
data Departemen Kesehatan Indonesia prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai
31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Di Yogyakarta masuk dalam 5 besar
kejadian hipertensi, pada tahun 2012 di daerah pedesaan presentasenya 51,7% dan di
kota besar presentasenya 47,7% (Riskesdas, 2013).
Kelainan pada tekanan darah lainnya yaitu hipotensi. Menurut penelitian Indra,
Widodo, & Widyastuti (2016) menyebutkan angka kejadian hipotensi ortostatik di
Amerika Serikat 30 % orang dewasa yang lebih tua dan sampai 70 % dari penghuni panti
jompo. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian yang dilakukan Keller (2013) di dalam
penelitian Indra, Widodo, & Widyastuti (2016), didapatkan hasil bahwa kejadian
hipotensi ortostatik terjadi pada 47-58 % pasien dengan penyakit Parkinson, 13-32 %
dari mereka dengan hipertensi, 16-25 % dari mereka dengan diabetes mellitus dan 24
% dari mereka dengan stenosis arteri karotis. Sedangkan hipotensi ortostatik di
Indonesia 12,65% yang disebutkan Siti (2004) dalam penelitian Sriminanda et al (2014)
di bebagai praktek dokter di kabupaten Indonesia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi sekunder
dan hipertesi primer. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit sedangkan hipertensi primer atau nama lainya hipertensi esensial yaitu
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Suzane&Smeltzer, 2010).. Adapun faktor-
faktor yang mempengarahu hipertensi seperti keturunan, jenis kelamin, umur,
kegemukan, konsumsi garam berlebihan, kurang olahraga, konsumsi alkohol dan
P a g e | 25

merokok dan stres (Dalimartha, 2008). Adapun tanda dan gejala yang menyertai
hipertensi seperti: jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras, mudah
lelah, mudah marah, tengkuk terasa tegang/nyeri leher, sukar tidur, dan sebagainya
(Vitahealth, 2001).
Tengkuk terasa tegang atau nyeri leher diakibatkan karena terjadi peningkatan
tekanan pada dinding pembuluh darah di daerah leher yang mana pembuluh darah
tersebut membawa darah ke otak sehingga ketika terjadi peningkatan tekanan vaskuler
ke otak yang mengakibatkan terjadi penekanan pada serabut saraf otot leher sehingga
penderita merasa nyeri atau ketidaknyamanan pada leher. Nyeri yang dirasakan oleh
penderita hipertensi akan menggangu aktivitasnya sehari-hari. Salah satu terapi
nonfarmakologis yang digunakan untuk meredakan nyeri salah satunya kompres
hangat.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada
Wilayah Puskesmas Depok I, Sleman, Yogyakarta didapatkan jumlah penderita
hipertensi primer berjumlah sekitar 613 orang. Laki-laki berjumlah 180 orang sedangkan
wanita berjumlah 430 orang. Dari hasil wawancara dengan 7 responden yang menderita
hipertensi, 5 mengatakan sering mengalami nyeri leher. Mereka menggunakan balsem
atau digosok dengan minyak untuk mengatasi nyeri leher tersebut, 2 orang mengatakan
membiarkan saja bila mengalami nyeri leher. Berdasarkan fakta yang telah diuraikan
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri dengan cara non farmakologi yaitu kompres hangat pada penderita hipertensi
esensial.

2 BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN


Jenis penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian quasi
eksperimen. Desain penelitian pre test-post test with control group. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Depok 1,
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta tahun 2016 berjumlah 613 orang. Sampel penelitian
adalah penderita hipertensi esensial di Wilayah Puskesmas Depok I, Sleman,
Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan berjumlah 40 responden dengan teknik
Accidental Sampling. Pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok intervensi
terdiri dari 20 responden dan diberikan perlakuan kompres hangat dan kelompok control
terdiri dari 20 responden dan tidak diberikan perlakuan. Variabel bebasnya kompres
hangat dan variabel terikatnya nyeri leher penderita hipertensi esensial. Analisa data
digunakan untuk mendeskripsikan karateristik responden yaitu usia, jenis kelamin,
pekerjaan, nyeri pre test-post test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji
statistik yang di gunakan adalah uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN


Karateristik Responden
Distribusi frekuensi responden di Wilayah Puskesmas Depok I, Sleman,
Yogyakarta berdasarkan usia dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karateristik Responden Pada Pengaruh


Kompres Hangat Terhadap Nyeri Leher Pada Penderita Hipertensi Esensial
Karakteristik Kelompok kontrol Kelompok intervensi
responden Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(f) (%) (f) (%)
Usia
31 – 39 0 0 5 25,0
40 – 49 5 25,0 8 40,0
>50 15 75,0 7 35,0
P a g e | 26

Jenis kelamin
Laki-laki 3 15,0 2 10,0
Prempuan 17 85,0 18 90,0
Pekerjaan
IRT 12 60,0 11 55,0
Petani 2 10,0 5 25,0
Wiraswasta 4 20,0 4 20,0
Buruh 1 5,0 0 0,0
PNS 1 5,0 0 0,0
Total 20 100 20 100
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 1 diketahui bahwa responden pada kelompok kontrol sebagaian besar


berumur >50 tahun yaitu sebanyak 15 responden (75%). Mayoritas responden dalam
kelompok kontrol berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 responden (85%). Pada
kelompok intervensi mayoritas responden berusia 41-49 tahun sebanyak 8 responden
(40%) dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 responden (90%).
Distribusi frekuensi responden di Wilayah Puskesmas Depok I, Sleman,
Yogakarta berdasarkan skala nyeri kelompok intervensi disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Pre test- Post test Kelompok Intervensi Pada
Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri
Skala nyeri Pretest Post test
Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
Ringan 8 40,0 17 85,0
Sedang 12 60,0 3 15,0
Total 20 100 20 100
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 2 diketahui bahwa skala nyeri sebelum dilakukan kompres hangat (pre
test), mayoritas responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 12 responden
(60%). Dan skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat (post test), mayoritas
responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 17 responden (85%).

Distribusi frekuensi responden di Wilayah Puskesmas Depok I, Sleman,


Yogakarta berdasarkan skala nyeri kelompok kontrol disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Pre test-Post test Kelompok Kontrol Pada
Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Leher
Skala nyeri Pretest Post test
Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
Ringan 5 25,0 5 25,0
Sedang 15 75,0 15 75,0
Total 20 100 20 100
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 3 diketahui bahwa skala nyeri sebelum dilakukan pre test mayoritas
responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 15 responden (75%). Dan setelah
dilakukan post test mayoritas responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 15
responden (75%).
Distribusi nyeri leher pre test dan post test pada penderita hipertensi esensial
setelah diberikan kompres hangat pada kelompok intervensi disajikan pada tabel 4.
P a g e | 27

Tabel 4. Tabulasi Silang Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Leher Penderita
Hiperetensi Esensial Pada Kelompok Intervensi
Skala nyeri posttest
Skala nyeri
Ringan Sedang Total
pretest p-value
f % f % f %
Ringan 8 40 0 0 8 40
Sedang 9 45 3 15 12 60 0,003
Total 17 85 3 15 20 100
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 4 diketahui bahwa saat pre test pada kelompok intervensi sebanyak 8
responden (40%) mengalami nyeri ringan dan saat post test tetap mengalami ringan.
Pada saat pre test sebanyak 12 responden (60%) mengalami nyeri sedang dan saat
post test mayoritas responden mengalami nyeri ringan yaitu 9 responden (45%). Hasil
uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon menunjukan bahwa nilai P value = 0,003
dengan taraf signifikasi 5% (0,05), dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima dimana
nilai P value = 0,003<0,05 hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian kompres
hangat terhadap nyeri leher pada penderita hipertensi esensial di Wilayah Puskesmas
Depok I, Sleman, Yogyakarta.

Distribusi nyeri leher pre test dan post test pada penderita hipertensi esensial
pada kelompok kontrol disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Tabulasi Silang Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Leher Penderita
Hipertensi Esensial Pada Kelompok Kontrol
Skala nyeri posttest
Skala nyeri
Ringan Sedang Total
pretest p-value
f % f % f %
Ringan 5 25 0 0 5 25
Sedang 0 0 15 75 15 75 1,000
Total 5 25 15 75 20 100
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 5 responden (25%) saat pre test pada
kelompok kontrol mengalami nyeri ringan dan saat post test tetap mengalami nyeri
ringan. Sebanyak 15 responden (75%) saat pre test mengalami nyeri sedang dan saat
post test tetap mengalami nyeri sedang. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Wilcoxon menunjukan nilai P value=1,000 dengan taraf signifikasi 5% (0,05) sehingga
dapat ditarik kesimpulan H0 diterima dimana nilai P value=1,000>0,05 ini menunjukan
bahwa tidak ada pengaruh skala nyeri pre test dan skala nyeri post test yang tidak
diberikan perlakuan pada kelompok kontrol.
Perbedaan nyeri leher post test pada kelompok intervensi dan post test pada
kelompok kontrol pada penderita hipertensi esensial disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Perbedaan Skala Nyeri Post test Kelompok Intervensi dan Skala Nyeri Post test
Kelompok Kontrol
Skala nyeri post f Mean Rank p-value
test
Intervensi 20 14,50 0,000
Kontrol 20 26,50
P a g e | 28

Tabel 6 diketahui bahwa Mean Rank kelompok intervensi 14,50 sedangkan


kelompok kontrol 26,50. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Mann Whitney
menunjukan bahwa nilai P value= 0,000 yang artinya ada perbedaan yang signifikan
antara skala nyeri kelompok intervensi dan skala nyeri kelompok kontrol.
Mayoritas responden pada kelompok intervensi mengalami nyeri sedang ketika
dilakukan pre test sebelum diberikan kompres hangat yaitu sebanyak 12 reponden
(60%). Hal ini berarti mayoritas penderita hipertensi esensial di Wilayah Puskesmas
Depok I mengalami nyeri sedang dengan skala nyeri 4-6. Hal ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Marlingga (2011), tentang pengaruh stimulasi kutaneus kompres
panas basah terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dimana diperoleh skala nyeri
pre test mayoritas responden mengalami nyeri sedang yaitu 16 responden (53,3%).
Namun ada beberapa penelitian yang berbeda yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Widyastuti (2012), tentang pengaruh kompres hangat terhadap nyeri sendi diperoleh
skala nyeri pre test mayoritas responden mengalami nyeri berat sebanyak 20 responden
(74,1%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Fanada (2012), tentang pengaruh kompres
hangat dalam menurunkan nyeri rematik pada lansia diperoleh skala nyeri pre test,
mayoritas responden mengalami nyeri dengan skala 3. Menurut peneliti hal ini
dikarenakan nyeri merupakan sesuatu yang bersifat subyektif dimana individu atau
responden itu sendiri yang menjelaskan dan mengevaluasi perasaan yang dirassakan.
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan
individual karena respon individu terhadap sensasinya beragam dan tidak bisa
disamakan satu dengan yang lain (Marlingga, 2011).
Pada kelompok intervensi setelah diberikan kompres hangat mayoritas
responden mengalami nyeri ringan yaitu 17 responden (85%) ketika dilakukan post test.
Hal ini berarti mayoritas penderita hipertensi esensial di Wilayah Puskesmas Depok I
setelah dilakukan kompres hangat, responden mengalami nyeri ringan dengan skala 1-
3. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2012), diperoleh skala
nyeri post test mayoritas responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 14
responden (51,9%). Dan penelitian yang dilakukan Fanada (2012), skala nyeri post test,
mayoritas responden mengalami nyeri dengan skala 1. Ini menunjukan bahwa terjadi
penurunan skala nyeri setelah diberikan kompres hangat.
Nyeri leher yang dirasakan oleh responden, merupakan salah satu tanda dan
gejala dari hipertensi. Seorang penderita hipertensi esensial akan mengalami
peningkatan tekanan darah, salah satunya peningkatan tekanan dinding pembuluh
darah di daerah leher sehingga terjadi peningkatan tekanan vaskuler ke otak yang
mengakibatkan terjadinya penekanan pada serabut saraf otot leher sehingga penderita
merasakan nyeri. Menurut peneliti ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri yang
dirasakan oleh responden seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan.
Pada penelitian ini mayoritas responden yang mengalami nyeri berusia 41-49
tahun yaitu sebanyak 8 responden (40%). Usia merupakan variabel yang sangat penting
yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan lansia dimana terjadi perbedaan
dalam beraksi terhadap nyeri. Anak-anak mengalami kesulitan dalam memahami nyeri
dan beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh perawat dapat menimbulakan nyeri
sedangkan pada lansia nyeri yang mereka rasakan sangat kompleks, karena mereka
umumnya memiliki banyak penyakit dengan gejala yang sama dan pada bagian tubuh
yang lain Widyastuti, 2012; Fanada, 2012) Usia 41-49 merupakan usia dewasa dimana
pada umumnya orang dewasa menganggap nyeri sebagai suatu kelemahan, kegagalan
dan kehilangan kontrol. Orang dewasa melaporkan nyeri ketika sudah patologis atau
terjadi kerusakan fungsi (Asmadi, 2008).
Mayoritas responden dalam dalam kelompok intervensi berjenis kelamin
perempuan yaitu 18 responden (90%) dan bekerja sebagai ibu rumah tangga sebayak
11 responden (55%). Perempuan mudah merasakan nyeri dibandingkan laki-laki hal ini
didukung oleh beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
P a g e | 29

mengangap seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis sedangkan
anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Perempuan memiliki tingkat
ambang batas nyeri dan tingkat toleransi nyeri lebih rendah dibandingkan dengan laki-
laki (Judha, 2012). Bekerja sebagai ibu rumah tangga dituntut harus mengerjakan semua
urusan atau pekerjaan rumah tangga dengan jam kerja yang tidak terbatas seperti
membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengurus anak dan suami. Tugas ibu rumah
tangga dalam kehidupan keluarga yaitu mengatur tatalaksana rumah tangga sehingga
kondisi keluarga menjadi teratur dan rapih. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dapat
mempengaruhi nyeri yang dirasakan hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan
merupakan pekerjaan fisik dengan jam kerja yang tidak terbatas sehingga ibu rumah
tangga mudah untuk mengalami stres (Potter&Perry, 2009). Ketika seseorang
mengalami stres fungsi hipotalamusnya tergangu yang mengakibatkan saraf simpatis
terangsang dampaknya adalah denyut jantung meningkat sehingga tekanan darah juga
mengalami peningkatan. Seseorang yang memiliki riwayat hipertensi atau menderita
hipertensi ketika mengalami stres akan berdampak pada tekanan darahnya yaitu
tekanan darahnya menjadi tinggi dan dapat mengalami nyeri leher (Farida, 2010).
Salah satu tindakan nonfarmakologis untuk mengilangkan nyeri atau mengurangi
nyeri adalah kompres hangat. Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat pada
daerah tertentu, karena panas yang dihasilkan mampu mendilatasi pembuluh darah
sehingga aliran darah dan suplai oksigen akan lancar, sehingga meredakan ketegangan
otot akibatnya nyeri dapat berkurang (Ociviyanti, 2013). Berdasarkan hasil uji statistik
dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan hasil terjadi penurunan skala nyeri leher
setelah diberikan kompres hangat dibuktikan dengan nilai P value=0,003 yang berarti
bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian kompres hangat terhadap nyeri leher
pada penderita hipertensi esensial.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2012),
tentang pengaruh kompres hangat terhadap nyeri sendi diperoleh skala nyeri pre test
mayoritas responden mengalami nyeri berat sebanyak 20 responden (74,1%). Setelah
diberikan kompres hangat (post test) sebagian besar responden mengalami nyeri ringan
yaitu 14 responden (51,9%). Peneliti lain tentang kompres hangat oleh Fanada (2012),
dimana ketika dilakukan pre test diperoleh mayoritas responden mengalami nyeri
dengan skala 3 dan post test sebagian besar responden mengalami nyeri dengan skala
1.
Penelitian yang dilakukan Marlingga (2011), dimana ketika dilakukan pengukuran
skala nyeri pre test diperoleh mayoritas responden mengalami nyeri sedang yaitu 16
responden (53,3%) dan setelah diberikan stimulus kutaneus: kompres panas basah
sebagian besar responden tidak merasakan nyeri yaitu 21 responden (70%). Dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Widyastuti (2012), Fanada (2012) dan Marlingga
(2011), diperoleh nilai nilai P value 0,000 yang artinya ada pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan skala nyeri. Pada kelompok kontrol tidak ada pengaruh pemberian
kompres hangat terhadap nyeri leher pada penderita hipertensi esensial hal ini
dibuktikan dengan nilai P value 1,000. Menurut peneliti hal ini dikarenakan pada
kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan atau intervensi sehingga tidak terjadi
perubahan nyeri yang dialami responden. Hal ini juga terlihat ketika dilakukan
pengukuran skala nyeri pre test dan post test mayoritas responden mengalami nyeri
sedang yaitu 15 responden (75%).
Pada kelompok kontrol mayoritas responden mengalami nyeri sedang yaitu 15
reponden (75%) ketika dilakukan post test, dimana pada responden dalam kelompok ini
tidak mengalami penurunan nyeri dikarenakan tidak diberikan intervensi atau perlakukan
untuk mengurangi atau menurunkan nyeri yang dirasakan. Berdasarkan data penelitian
responden dalam kelompok kontrol setelah dilakuka pre test dan post test terdapat 2
responden yang mengalami penurunan skala nyeri, namun karena peneliti langsung
menginterpretasikan maka walaupun responden mengalami penurunan skala nyeri dari
P a g e | 30

skala 6 menjadi 5 tetap peneliti menginterpretasikan nyeri sedang. Penurunan skala


nyeri tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi rileks,
dimana ketika kita dalam kondisi rileks ketegangan otot-otot kita berkurang.
Pada kelompok intervensi mayoritas responden ketika dilakukan post test
mengalami nyeri ringan yaitu 17 responden (85%). Responden dalam kelompok
intervensi terjadi penurunan skala nyeri setelah diberikan kompres hangat dimana
kompres hangat ini dapat mendilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah akan lancar
ke daerah yang mengalami nyeri. Berdasarkan data penelitian responden dalam
kelompok intervensi setelah dilakukan pre test dan post test terdapat 3 responden yang
tidak mengalami penurunan skala nyeri dimana 2 responden mengalami penurunan
skala nyeri dari skala nyeri 6 menjadi 5 namun karena peneliti langsung
menginterpretasikan skala nyeri sehingga walaupun ada penurunan skala tetap peneliti
menginterpretasikan nyeri menjadi nyeri sedang. Sedangkan 1 responden dimana ketika
dilakukan pre test dan post test responden ini tidak mengalami penurunan nyeri yaitu
nyeri sedang dngan skala 4.
Menurut peneliti kemungkinan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
intensitas nyeri yang dirasakan oleh responden pada kelompok intervensi yaitu usia,
jenis kelamin, makna nyeri, perhatian, ansietas, dan keletihan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi nyeri yang dirasakan oleh responden yang meliputi: usia, jenis kelamin,
kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnnya,
gaya koping, dan dukungan keluarga (Widyastuti, 2012).
Skala nyeri post test pada kelompok intervensi dan skala nyeri post test pada
kelompok kontrol berdasarakan hasil penelitian pada tabel 6 dimana Mean Rank
kelompok intervensi 14,50 sedangkan kelompok kontrol 26,50. Hal ini menunjukan
bahwa rata-rata nyeri yang dirasakan oleh responden setelah diberikan perlakuan
berupa kompres hangat lebih kecil yaitu 14,50 dibandingkan rata-rata nyeri yang
dirasakan oleh responden tanpa diberikan perlakuan atau intervensi yaitu 26,50. Hal ini
juga diperkuat dengan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Mann Whitney
didapatkan hasil nilai p value 0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan skala nyeri leher
post kelompok intervensi dan skala nyeri leher post kelompok kontrol.

4. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan antara skala nyeri
kelompok kontrol dan intervensi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kompres hangat efektif
menurunkan skala nyeri leher pada penderita hipertensi esensial di wilayah Puskesmas
Depok I Sleman Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan penderita
hipertensi dapat menerapkan teknik nofarmakologi untuk menjaga mengatasi nyeri leher
yang diakibatkan oleh hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
Annies. 2006. Waspada penyakit Tidak Menular. Gramedia. Jakarta
Asmadi. 2008. Teknik Prosudural dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba medika.
(online) books.google.com/books?isbn=9793027533 diaksestanggal 5 november 2016
pukul 19.00 wib.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Jakarat: EGC
Dalimartha, S. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Gramedia
Fanada, M.2012.Pengaruh Kompres Hangat Dalam Menurunkan Skala Nyeri pada Lansia Yang
Mengalami Nyeri Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang. Badan
Diklat Propinsi Sumatra Selatan
Farida, A. 2010. Chapter II pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20095/4/Chapter%20II.pdf
P a g e | 31

Indra, B., Widodo, U., & Widyastuti, Y. (2016). Perbandingan Insidensi Hipotensi Saat Induksi
Intravena Propofol 2 Mg/Kg Bb Pada Posisi Supine dengan Perlakuan dan Tanpa
Perlakuan Elevasi Tungkai. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1), 238–242.
Judha, M, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kartikasari , A N. 2012. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh
Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet].
c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 10-
Kemenkes RI., 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Marlingga, I.K.G.A. 2011. Pengaruh Stimulasi Kutaneus: Kompres Panas Basah Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Sensi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit
Budi Luhur Kasongan Yogyakarta. Skripsi Program Studi SI Keperawatan Universitas
Respati Yogyakarta
Ociviyanti, D .2013. Management Acute Pain Cases in Female Daily Life.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad
=rja&uact=8&ved=0CCQQFjAA&url=http%3A%2F%2Fmedicalsevent.net%2Fdown
load-area%2Fcategory%2F5-medan-physician-forum
2013.html%3Fdownload%3D21%3Amanagement-acute-pain-cases-in-femaledaily-
life-prof-dr-dr-herri-s-sastramihardja-spfk-
k&ei=HrSWUedO8SOuASNsYCYBA&usg=AFQjCNHnEIN05l42i9SmlkeedCJvzPfzp
w&bvm=bv.68445247,d.c2E
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan edisi 7. Jakarta: EGC
Ruhyana. (2007). Hipertensi penyebab utama penyakit jantung. http ://ruyana.wordpres.com.
Smeltzer, S & Bare B.G. (2010). Keperawatan Medikal bedah Brunner & Sudhart. EGC: Jakarta
Sriminanda, Lyra., Dewi AP & Indriatii, Ganis.( 2014). Efektivitas Pemberian Jus Tomat Terhadap
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan
Riau.
Suidah, H., & Ns, S. K. (2011). Pengaruh Mengkudu Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo. Jurnal Keperawatan, 1(1).
Vitahealth. 2001. Hipertensi . Jakarta: Gramedia (online)isbn:9792208607
Widyastuti. 2012. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Tingkat Nyeri Sendi Pada
Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Yogyakarta Unit Abiyoso Pakem.
Skripsi Program Studi SI Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta.

Potrebbero piacerti anche