Sei sulla pagina 1di 8

SP-002-004

Proceeding Biology Education Conference p-ISSN:2528-5742


Volume 15, Nomor 1
Halaman 82 - 89 Oktober2018

Memperbaiki Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Problem Based


Learning danCreative Problem-SolvingProcessdi Pelajaran Biologi

Improving Student’s Creative Thinking Abilities in Biology


throughProblem Based Learning and Creative Problem-SolvingProcess

Wiji Setyo Utami1, Murni Ramli1*, Joko Ariyanto1, Bambang Riyanto2


1Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret
2SMA Negeri 6 Surakarta, Jawa Tengah

*Corresponding author: mramlim@staff.uns.ac.id

Abstract: Creative thinking may be nurtured by training the students in the problem-solving and steps to think creative.
The main problem of students in grade X Science 5 in the current school target is students were difficult to
think creatively. They commonly answered teacher’s questions in a very brief answer. To solve this problem,
we combined theProblem Based Learning (PBL) and Creative Problem-Solving Process (CPSP) as an
intervention in this three cycles classroom action research. Following the cycles, we checked the changes of
student’s behavior by assessing student’s creative thinking skills. Each cycle followed the spiral cycle of
action research introduced by Kemmis and McTaggart. In the first cycle, the original PBL and CPSP were
applied, and the result was students have not be able to express original idea in detail, to determine the focus
of the problem, and have not be able to evaluate performance. They have lack initiative, independence, and
sensitivity to the problem too. In the second cycle, action was modified by media improvement, changes in
the way of group sharing, the extent of material coverage, and presentation technique. The change of
student’s abilities were students had been able to express their original idea, but not yet detailed. Students
were independent and sensitive to existing problems. Some students were able to evaluate their performance
too. The last cycle applied with modification in the form of material reduction, change of group members,
and problem-solving questions on student’s worksheet. The result was students had been able to express their
original ideas in detail, determined the focus of the problem, and evaluated their performance. Students also
had initiative, independence, and sensitivity to the existing problem. Data of 32 student’s creative thinking
abilities were measured through a series of test and questionnaire, which then descriptively analyzed. Overall,
all students have achieved good category in creative thinking at the end of action research. It can be
concluded that the PBL and CPSP is potentically improving student’s creative thinking abilities.

Keywords: PBL, Creative Problem-Solving Process, creative thinking abilities, biology

1. PENDAHULUAN Berdasarkan tuntutan pembelajaran sains,


kemampuan berpikir kreatif penting untuk
Tuntutan pembelajaran sains di era globalisasi adalah dikembangkan siswa. Berpikir kreatif membantu
menyiapkan siswa agar memiliki kemampuan siswa dalam melatih kecakapan berpikir dan
berkomunikasi dan berpikir tingkat tinggi. menemukan cara baru untuk mengatasi permasalahan
Kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi berpikir (Oncu, 2016). Siswa juga mampu menemukan
kreatif, berpikir kritis, dan berpikir untuk pemecahan keterkaitan antara materi dengan kehidupan nyata
masalah (Anggraini & Sani, 2015). Menurut melalui proses berpikir kreatif. Selain itu, siswa
Torrance, berpikir kreatif adalah kemampuan peka mampu mengembangkan gagasannya untuk
terhadap permasalahan, sehingga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
menghasilkan gagasan baru dan Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif
mengkomunikasikannya dalam upaya menemukan berperan penting dalam proses pembelajaran.
alternatif pemecahan masalah (Anwar, Shamim-ur- Hasil observasi peneliti di kelas X MIPA 5
Rasool, Haq, 2012). Berpikir kreatif terdiri dari aspek SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2017/2018,
keaslian, kebaruan, dan evaluasi (Kaufman, 2012). yang berlangsung selama dua bulan menunjukkan
Kemampuan tersebut membantu siswa untuk beberapa fakta, yang mengindikasikan adanya
mengkonstruksi pengetahuan baru dan masalah dalam pembelajaran biologi berkaitan
membiasakannya berpikir secara ilmiah dalam dengan kemampuan berpikir kreatif. Siswa dikatakan
konteks pembelajaran (Supiandi & Julung, 2016). kurang dalam berpikir kreatif karena beberapa hal,
yaitu siswa memerlukan waktu yang agak lama untuk
dapat menjawab pertanyaan guru, siswa cenderung
Utami, W. S. et al. Memperbaiki Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui PBL 83

menjawab pertanyaan dari guru secara klasikal atau mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas
bersama-sama. Selain itu, siswa kurang dengan mempertimbangkan perbedaan karakteristik
mengembangkan gagasannya, karena hanya siswa pada kelas tersebut (Stringer, Christensen, &
menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan Baldwin, 2010).
dan penjelasan yang diterimanya dari guru. Pembelajaran biologi sebagai bagian dari sains
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa tidak hanya terbatas pada kegiatan siswa dalam
berkaitan dengan proses pembelajaran yang kurang mencatat dan menghapalkan materi, tetapi juga
memfasilitasi berkembangnya kemampuan berpikir memahami materi dengan baik, sehingga
kreatif. Proses pembelajaran selama ini terlalu pengetahuan yang diperoleh menjadi bermakna (Al-
banyak menekankan pada hapalan materi, tanpa Farisi, 2016). Materi biologi berkaitan erat dengan
memperhatikan kemampuan berpikir kreatif siswa kehidupan sehari-hari karena kajiannya mencakup
(Kurniawan, 2015). Hal ini sejalan dengan fakta yang makhluk hidup dan interaksinya dengan lingkungan
ditemukan peneliti berdasarkan hasil observasi. Guru atau sering muncul permasalahan nyata yang
melakukanpembelajaran klasikal, tanpa adanya berkaitan dengan materi. Keterkaitan materi biologi
pembagian kelompok belajar, sehingga interaksi dengan masalah nyata berimplikasi terhadap model
antarsiswa masih kurang. Guru mendominasi pembelajaran yang digunakan. Berkaitan dengan hal
pembelajaran, sehingga kegiatan siswa terbatas pada tersebut, salah satu aspek pembelajaran yang
mendengarkan penjelasan dan mencatat materi yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah penggunaan
disampaikan. pendekatan kontekstual dengan mengangkat masalah
Untuk mengatasi rendahnya kemampuan nyata yang tidak terstruktur sebagai stimulus belajar
berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5, peneliti bagi siswa.
menggunakan dasar pendekatan bahwa kemampuan Intervensi pada PTK ini adalah
berpikir kreatif dapat diantisipasi melalui penerapan mengintegrasikan aspek-aspek Creative Problem-
pembelajaran yang melatihkan pemecahan masalah Solving Process ke dalam fase PBL. PBL terdiri dari
secara kreatif (Susanti, Hobri, & Susanto, 2017). lima fase, yaitu fase mengorientasikan siswa pada
Untuk melatihkan pemecahan masalah secara kreatif, masalah, mengorganisir siswa untuk belajar,
maka pembelajaran perlu dikondisikan dengan membimbing penyelidikan individu maupun
langkah-langkah pelatihan pemecahan masalah. kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil
Model pembelajaran yang dapat mengakomodasi itu pemecahan masalah, serta menganalisis dan
adalah Problem Based Learning (PBL), yang dipadu mengevaluasi proses pemecahan masalah (Arends &
dengan Creative Problem-Solving Process. Model Kilcher, 2010). Selanjutnya aspek berpikir kreatif
PBL berfokus pada pemecahan masalah, yang dilatihkan pada masing-masing fase tersebut.
melatihkan juga kemampuan berpikir kreatif Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui
terutama dalam menganalisis akar permasalahan, perubahan kemampuan berpikir kreatif siswa, 2)
mengajukan pendekatan dan solusi pemecahan profil kemampuan berpikir kreatif siswa, dan 3)
masalah. PenambahanCreative Problem-Solving memperbaiki kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
Process semakin mempertajam kemampuan X MIPA 5 SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran
PBLuntuk memperbaiki kemampuan berpikir kreatif 2017/2018 dengan penerapan Problem Based
siswa. Learning dipadu Creative Problem-Solving Process.
PBL mempunyai beberapa karakteristik,yaitu
pembelajaran yang berfokus pada masalah (focus on 2. METODE PENELITIAN
problem), berpusat pada siswa (student centered),
kemandirian (self-directed), refleksi diri (self- Penelitian dilaksanakan di kelas X MIPA 5 SMA
reflective) dan fasilitasi pembelajaran Negeri 6 Surakarta. Subjek penelitian adalah 32
(facilitative)(Marra et al., 2014). Karakteristik utama siswa kelas X MIPA 5 SMA Negeri 6 Surakarta
PBL yang berkaitan dengan upaya memperbaiki tahun pelajaran 2017/2018, dengan rincian 15 siswa
kemampuan berpikir kreatif adalah porsi kegiatan dan 17 siswi.Penelitian ini berupa Penelitian
yang diberikan dalam jumlah besar kepada siswa dan Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaannya terdiri dari
masalah nyata yang dihadirkan pada pembelajaran. tiga siklus, yang dilakukan selama tiga minggu, dari
Creative Problem-Solving Process mencakup minggu keempat bulan April hingga minggu kedua
enam aspek. Keenam aspek tersebut, yaitu bulan Mei 2018. Setiap siklus dilaksanakan dalam
memahami masalah (understanding the problem), waktu 90 menit.
menghasilkan gagasan (generating ideas), mencari Teknik pengumpulan data untuk memperoleh
data dan informasi (exploring data), merencanakan data kemampuan berpikir kreatif siswa adalah tes dan
(planning for action), menentukan solusi (solution angket. Tes terdiri dari empat soal dalam bentuk
and acceptance finding), dan melakukan evaluasi uraian. Tes disusun dengan memperhatikan aspek-
(appraising tasks) (Laisema & Wannapiroon, 2014). aspek Creative Problem-Solving Processuntuk
Untuk melatihkan proses berpikir kreatif, maka mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa.
penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan Sedangkan angket digunakan sebagai self-
kelas (PTK). PTK merupakan alternatif untuk assesment untuk mengukur kemampuan berpikir
memecahkan masalah yang diangkat dalam kreatif siswa. Angket memuat 25 butir pernyataan
penelitian ini, yaitu memperbaiki kemampuan dengan 5 alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju
berpikir kreatif siswa yang masih lemah.PTKjuga (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju
84 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 82-89, Oktober 2018

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penilaian penelitian meliputi tahapan refleksi (reflecting),
angket menggunakan skala Likert.Data angket perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan
diinterpretasikan sesuai tingkatan kemampuan (acting), dan observasi (observing). Target penelitian
berpikir kreatif yang disajikan pada Tabel 1. adalah perbaikan kemampuan berpikir kreatif siswa
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa terdapat setelah penerapanProblem Based Learning dan
lima tingkatan kemampuan berpikir kreatif, yaitu Creative Problem-Solving Process.Perubahan yang
sangat kurang (0-20%), kurang (21-40%), cukup (41- diharapkan yaitu siswa mempunyai kepekaan
60%), baik (61-80%), dan sangat baik (81-100%). terhadap masalah yang terjadi, mampu menghasilkan
Teknik pengumpulan data untuk memperoleh gagasan berdasarkan hasil pemikirannya, dan
data keterlaksanaan sintaks adalah observasi, menyampaikan gagasannya secara terperinci. Selain
wawancara dengan guru dan siswa. Observasi itu, siswa mampu mengevaluasi kinerjanya,
dilakukan terhadap keterlaksanaan sintaks mempunyai inisiatif dan kemandirian dalam kegiatan
pembelajaran selama pelaksanaan tindakan pembelajaran.
penelitian. Wawancara dilakukan untuk memperoleh
informasi mengenai self-evaluation terhadap 3. HASIL PENELITIAN DAN
pelaksanaan pembelajaran. PEMBAHASAN
Tabel 1. Interpretasi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 3.1 Hasil Penelitian
Siswa
Persentase (%) Interpretasi 3.1.1 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
0-20 Sangat kurang
21-40 Kurang
41-60 Cukup
61-80 Baik
81-100 Sangat baik
Sumber: (Riduwan, 2010)

Uji validitas data menggunakan triangulasi


metode. Melalui triangulasi, peneliti dapat mengecek
kebenaran informasi terhadap sumber data dalam
penelitian. Menurut Ary et al. (2010), triangulasi Gambar 1. Diagram Perbandingan Skor Rata-Rata Setiap
metode mengasumsikan bahwa kombinasi dari Aspek pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas
metode tes, angket, observasi, dan wawancara dalam X MIPA 5 Selama Tiga Siklus
penelitian mampu menghasilkan data yang valid.
Analisis data menggunakan teknik analisis Gambar 1 menunjukkan perubahan skor rata-
deskriptif kualitatif Miles and Huberman. Teknik rata aspek keaslian, kebaruan, dan evaluasi, pada tes
analisis Miles and Huberman terdiri dari tiga tahap. kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5.
Ketiga tahap tersebut meliputi tahap familiarizing Berdasarkan diagram pada Gambar 1, dapat diketahui
and organizing, coding and reducing, dan bahwa ketiga aspek tersebut belum mengalami
interpreting and representing. Data diorganisasikan peningkatan skor dari Siklus I sampai Siklus II.Siswa
sesuai hasil pengukuran instrumen observasi, tes, mampu mengidentifikasi masalah yang dihadirkan
angket dan wawancara. Selanjutnya data pada pembelajaran, tetapi beberapa siswa belum
dikategorisasikan berdasarkan aspek yang diukur, mampu menentukan fokus permasalahan yang
meliputi keterlaksanaan sintaks dan kemampuan dimaksud.Siswa juga mampu menyampaikan
berpikir kreatif. Reduksi dilakukan terhadap hasil gagasan berdasarkan hasil pemikirannya, tetapi
wawancara yang tidak berkaitan dengan evaluasi gagasannya belum terperinci.
keterlaksanaan sintaks. Interpretasi dilakukan Skor masing-masing aspek pada Siklus I dan II
terhadap data hasil penilaian lembar observasi untuk adalah 2. Sementara itu, aspek keaslian, kebaruan,
mengetahui tingkat keterlaksanaan sintaks. dan evaluasi mengalami peningkatan skor dari Siklus
Interpretasi juga dilakukan terhadap hasil wawancara II sampai Siklus III. Masing-masing aspek meningkat
peneliti dengan guru dan siswa.Selain itu, peneliti dari skor 2 pada Siklus II menjadi skor 3 pada Siklus
menginterpretasikan data hasil tes dan angket III. Siswa mengalami perbaikan kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kreatif. kreatif, yaitu siswa telah mampu menentukan fokus
Prosedur penelitian menggunakan model spiral permasalahan yang dimaksud pada pembelajaran.
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Siswa juga mampu menyampaikan gagasannya
Langkah-langkah operasional untuk setiap siklus secara terperinci.
Utami, W. S. et al. Memperbaiki Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui PBL 85

3.1.2 Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Profil kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X
MIPA 5 setelah penerapan Problem Based Learning
dan Creative Problem-Solving Process diketahui
berdasarkan hasil tes dan angket. Hasil tes
menunjukkan bahwa aspek keaslian, kebaruan, dan
evaluasi mengalami peningkatan.Siswa mengalami
perbaikan kemampuan berpikir kreatif, yaitu siswa
telah mampu menentukan fokus permasalahan yang
dimaksud pada pembelajaran. Siswa juga mampu
menyampaikan gagasannya secara terperinci.
Sementara itu, hasil angket menunjukkan
tingkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X
MIPA 5. Interpretasi hasil angket berdasarkan Tabel
1 adalah peningkatan masing-masing aspek masih
berada pada kategori tingkatan kemampuan berpikir
Gambar 2. Diagram Perbandingan Persentase Rata-Rata kreatif yang sama. Kategorinya adalah baik, dengan
Setiap Aspek pada Angket Kemampuan Berpikir Kreatif di kisaran persentase 61-80%.Siswa mempunyai
Kelas X MIPA 5 Selama Tiga Siklus kepekaan terhadap masalah yang dihadirkan pada
pembelajaran, berinisiatif dan mandiri dalam
Gambar 2 menunjukkan perubahan persentase kegiatan pembelajaran. Siswa juga mampu
rata-rata pada setiap aspek kemampuan berpikir menghasilkan gagasan berdasarkan hasil
kreatif dari hasil angket Siklus I, II, dan III. Aspek pemikirannya, dan menyampaikan gagasannya secara
keaslian, kebaruan, dan evaluasi mengalami terperinci, serta mampu mengevaluasi kinerjanya.
peningkatan dari Siklus I sampai Siklus II. Aspek
keaslian meningkat dari 67% menjadi 74%. Aspek
kebaruan juga meningkat dari 66% menjadi 73%.
3.2.2Problem Based Learning dan Creative
Sedangkan aspek evaluasi meningkat dari 70% pada Problem-Solving Process
menjadi 76%. Memperbaiki Kemampuan Berpikir
Sementara itu, ketiga aspek juga mengalami Kreatif Siswa
peningkatan dari Siklus II sampai Siklus III. Aspek
keaslian meningkat dari 74% menjadi 76%. Aspek Penerapan Problem Based Learning dan Creative
kebaruan juga meningkat dari 73% menjadi 77%. Problem-Solving Process pada pembelajaran biologi
Aspek evaluasi meningkat dari 76% menjadi 78%. di kelas X MIPA 5 terbukti mampu memperbaiki
Data angket selanjutnya diinterpretasikan sesuai kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan
kriteria tingkatan kemampuan berpikir kreatif, yang profil kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X
disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, MIPA 5 setelah penerapan tindakan, dapat diketahui
peningkatannya masih berada pada tingkatan bahwa terjadi perbaikan kemampuan berpikir kreatif
kemampuan berpikir kreatif yang sama. siswa dari Siklus I sampai Siklus III. Perubahan yang
Tingkatannya adalah baik, dengan kisaran persentase terjadi mencakup tiga aspek, yaitu aspek keaslian,
61-80%. kebaruan, dan evaluasi. Hasil interpretasi angket juga
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
3.2. Pembahasan siswa kelas X MIPA 5 termasuk kategori baik,
dengan kisaran persentase 61-80%.
Kemampuan berpikir kreatif siswa dihasilkan
3.2.1 Profil Kemampuan Berpikir Kreatif melalui proses berpikir kreatif. Wallasmenyatakan
Siswa bahwa proses tersebut meliputi empat tahapan, yaitu
persiapan (preparation), inkubasi (incubation),
Kemampuan berpikir kreatif terdiri dari tiga aspek, iluminasi (illumination), dan verifikasi (verification)
yaitu aspek keaslian, kebaruan, dan evaluasi. Aspek (Starko, 2010). Pembelajaran yang dilaksanakan
keaslian meliputi adanya inisiatif dalam kegiatan perlu memperhatikan keempat tahapan tersebut,
selama proses pembelajaran, mandiri dalam sehingga mampu mengakomodasi pengembangan
melakukan kegiatan pembelajaran, dan mampu kemampuan berpikir kreatif siswa.
menghasilkan gagasan asli berdasarkan hasil Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa
pemikirannya. Aspek kebaruan mencakup kepekaan kelas X MIPA 5 diperbaiki melalui penerapan model
terhadap keadaan lingkungan, minat yang luas PBL dipadu Creative Problem-Solving
dengan berbagai macam literatur yang digunakan, Process.Karakteristik utama PBL yang berkaitan
dan mampu menemukan gagasan atau cara baru dengan upaya memperbaiki kemampuan berpikir
dalam menyelesaikan permasalahan. Sedangkan kreatif adalah porsi kegiatan yang diberikan dalam
aspek evaluasi mencakup tiga hal, yaitu mampu jumlah besar kepada siswa dan masalah nyata yang
menyampaikan gagasan, pendapat, pertanyaan, atau dihadirkan pada pembelajaran.Keberadaan masalah
analisis secara terperinci, berani mengambil resiko nyata berperan dalam mengeksplorasi kreativitas
dalam menentukan solusi tertentu untuk mengatasi siswa dalam berpikir (Susanti, et al., 2017). Setiap
masalah, dan mengevaluasi kinerja yang telah siswa menyelesaikan masalah dengan cara berpikir
dilakukan selama pembelajaran (Kaufman, 2012). yang beragam, sesuai pengalaman yang diperoleh,
86 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 82-89, Oktober 2018

sehingga dapat memperbaiki kemampuan berpikir menentukan fokus permasalahan yang dimaksud.
kreatifnya.Sementara itu, kemandirian siswa Beberapa siswa juga belum mempunyai kepekaan
berperan dalam melatih tanggung jawabnya secara terhadap masalah nyata yang terjadi di lingkungan
individual dalam menentukan masalah, sekaligus dan belum mampu mengevaluasi kinerjanya.
menemukan upaya penyelesaiannya. Hal ini sejalan Tindakan perbaikan pada Siklus II
dengan pendapat Torrance yang mengemukakan yaituperbaikan media, perubahan cara pembagian
bahwa siswa perlu diberikan kesempatan untuk kelompok, cakupan materi, dan teknis
belajar mandiri, sehingga mereka mampu presentasi.Perbaikan media dilakukan dengan
mengembangkan kreativitasnya dalam berpikir penggunaan video dan animasi. Video pertama
(Anwar, et al., 2012). adalah pertarungan burung elang di wilayah Sungai
Kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami Chilkat, Alaska, untuk memperebutkan makanan
perbaikan karena setiap aspek kemampuan berpikir (https://www.youtube.com/watch?v=aJeLnPFHPrw).
kreatif dapat dilatihkan dengan baik melalui Sedangkan video kedua adalah lima hewan asli
pembelajaran PBL yang terintegrasi dengan aspek- Indonesia yang terancam kepunahan
aspek Creative Problem-Solving (https://www.youtube.com/watch?v=fMYe7dAOzjI).
Process.Pembelajaran berbasis masalah memotivasi Masing-masing video tersebut berdurasi selama 2
siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya dalam menit. Sementara itu, animasi yang ditampilkan
memecahkan masalah tersebut(Susanti, et al., berkaitan dengan tipe-tipe piramida ekologi
2017).Sementara itu, penambahanCreative Problem- (https://www.youtube.com/watch?v=NJplkrliUEg).
Solving Process semakin mempertajam kemampuan Animasi tersebut berdurasi selama 2 menit.
PBLuntuk memperbaiki kemampuan berpikir kreatif Perubahan cara pembagian kelompok dilakukan
siswa. dengan memperbanyak jumlah anggota kelompok.
Tindakan yang dilakukan pada Siklus I adalah Setiap kelompok terdiri dari 7-8 orang siswa.
penerapan PBL dipadu dengan Creative Problem- Perubahan cakupan materi dilakukan dengan
Solving Process sesuai sintaks pembelajaran. Materi menambah materi yang dibahas. Materi pada Siklus
pokoknya adalah komponen ekosistem. Apersepsi II adalah interaksi antarkomponen biotik dalam
menggunakan media slide show mengenai macam- ekosistem, aliran energi, dan piramida ekologi.
macam ekosistem untuk mengarahkan siswa dalam Sedangkan perubahan teknis presentasi yang
menentukan materi pembelajaran. Fase pertama dimaksud adalah setiap kelompok mempresentasikan
kegiatan inti dilakukan dengan menampilkan media hasil diskusinya. Presentatornya adalah perwakilan
gambar dan video. Gambar yang ditampilkan adalah dari masing-masing kelompok. Selain itu, siswa juga
kerusakan hutan di di Pesisir Selatan, Sumatera Barat diminta untuk membuat diagram untuk memperjelas
(https://www.infosumbar.net/artikel/puluhan-ribu- pemahamannya mengenai materi.
hektare-hutan-di-pesisir-selatan-dalam-keadaan- Perubahan yang terjadi pada Siklus II adalah
kritis/) dan kerusakan hutan suaka alam di Sumatera siswa telah mampu menyampaikan gagasan aslinya,
Utara (http://waspada.co.id/sumut/kerusakan-hutan- tetapi belum terperinci. Siswa mandiri dalam
suaka-alam-sumut-mengkhawatirkan/). Video yang kegiatan pembelajaran, dan mempunyai kepekaan
ditampilkan adalah kerusakan terumbu karang di terhadap masalah yang ada. Beberapa siswa juga
perairan Raja Ampat, Papua, mampu mengevaluasi kinerjanya.
(https://www.youtube.com/watch?v=50GkG5Pj8RU), Kekurangan pelaksanaan Siklus II adalah siswa
yang berdurasi selama 2 menit. Selain itu, pembagian belum mampu menyampaikan gagasan secara
kelompok dilakukan berdasarkan ekosistem yang terperinci danbelum berinisiatif dalam pembelajaran.
ditampilkan pada media gambar dan video di fase Beberapa siswa juga belum mampu menentukan
pertama, meliputi ekosistem hutan dan terumbu fokus permasalahan.Tindakan perbaikan pada Siklus
karang. Kelompok ganjil (1, 3, 5) membahas III yaitu perubahan cakupan materi yang dibahas,
ekosistem hutan, sedangkan kelompok genap (2, 4, 6) cara pembagian kelompok, dan pertanyaan pada
membahas ekosistem terumbu karang. Setiap LKS.Perubahan cakupan materi dilakukan dengan
kelompok terdiri dari 5-6 orang yang ditentukan menguranginya menjadi satu materi, karena hasil
secara acak oleh guru. Sementara itu, pertanyaan refleksi menunjukkan bahwa siswa mengalami
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berkaitan dengan kendala pemahaman dengan adanya tiga materi pada
pemecahan masalah, berkaitan dengan kerusakan Siklus II. Materi pada Siklus III adalah daur
ekosistem hutan atau terumbu karang, sesuai biogeokimia.
pembagian materi pada kelompok masing-masing. Sementara itu, perubahan cara pembagian
Kegiatan presentasi hanya dilakukan oleh dua kelompok dilakukan dengan mengurangi jumlah
kelompok, yang mewakili ekosistem hutan dan anggota kelompok, karenakelompok dengan jumlah
terumbu karang. Presentasi dilakukan oleh semua anggota sedikit lebih efektif daripada kelompok
anggota kelompok. dengan jumlah anggota banyak. Setiap kelompok
Kekurangan pelaksanaan Siklus I adalah terdiri dari 6-7 orang. Sedangkan perubahan
beberapa siswa belum mampu menyampaikan pertanyaan LKS yang dimaksud adalah pertanyaan
gagasan asli secara terperinci, berinisiatif dan pemahaman berkaitan dengan masalah. Pertanyaan
mandiridalam kegiatan pembelajaran. Siswa mampu tersebut dibuat sama untuk setiap kelompok, yang
mengidentifikasi masalah yang dihadirkan pada berkaitan dengan masalah hujan asam. Tujuannya
pembelajaran, tetapi beberapa siswa belum mampu adalah mengetahui variasi jawaban siswa terhadap
Utami, W. S. et al. Memperbaiki Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui PBL 87

masalah yang sama, sehingga kreativitasnya dalam keaslian. Pada Siklus I, beberapa siswa belum
berpikir dapat dilatihkan dengan baik. mampu menyampaikan gagasan berdasarkan hasil
Hasil dari pelaksanaan Siklus III yaitu siswa pemikirannya.Beberapa siswa juga belum
telah mampu menyampaikan gagasan asli secara mempunyai inisiatif dalam kegiatan pembelajaran.
terperinci, berinisiatif, mandiri dalam kegiatan Siswa belum mempunyai kemandirian dalam
pembelajaran, dan antusias dalam mengamati melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran.
permasalahan yang dihadirkan. Siswa juga peka Sementara itu, siswa mengalami perbaikan
terhadap masalah tersebut, dan mampu menentukan kemampuan berpikir kreatif pada Siklus III. Siswa
fokus permasalahannya. Selain itu, siswa mampu telah mampumenyampaikan gagasan berdasarkan
mengevaluasi kinerjanya. hasil pemikiran sendiri.Siswa telah berinisiatif untuk
Beberapa penelitian terdahulu membuktikan mengumpulkan data dan informasi dari sumber
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dapat belajar yang ada, berpendapat, dan bertanya kepada
ditingkatkan melalui penerapan Problem Based guru ketika tidak memahami informasi yang
Learning dan Creative Problem-Solving Process. diperoleh.Siswa mempunyai kemandirian dalam
Nurcholis, Suciati, & Indrowati (2013) melakukan kegiatan pembelajaran.
penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas X-3 Capaian rata-rata skor tes dan angket dari Siklus
SMAN 2 Boyolali tahun pelajaran 2012/2013. I sampai Siklus III juga menunjukkan ada
Penelitiannya membuktikan bahwa kemampuan peningkatan pada aspek kebaruan. Pada Siklus I,
berpikir kreatif siswa meningkat melalui penerapan siswa mampu mengidentifikasi masalah yang
model PBL yang disertai artikel ilmiah pada dihadirkan pada pembelajaran, tetapi beberapa siswa
pembelajaran biologi. Penggunaan artikel dilakukan belum mampu menentukan fokus permasalahan yang
pada fase pertama kegiatan inti PBL, berupa orientasi dimaksud. Beberapa siswa belum mempunyai
siswa terhadap masalah. Artikel ilmiah yang kepekaan terhadap masalah nyata yang terjadi di
digunakan berisi berita atau isu-isu hangat di lingkungan.Sementara itu, siswa mengalami
lingkungan masyarakat, yang bertujuan untuk perbaikan kemampuan berpikir kreatif pada Siklus
mengarahkan siswa menuju masalah yang akan III, dimana siswa telah mampu menentukan fokus
dibahas. permasalahan dan mempunyai kepekaan terhadap
Sementara itu, Laisema & Wannapiroon (2014) masalah yang dihadirkan.
juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan Selain itu, siswa mampu memahami
kemampuan berpikir kreatif pada level mahasiswa. permasalahan yang dihadirkan melalui media
Penelitiannya menerapkan Collaborative Learning pembelajaran dengan baik. Siswa juga antusias dalam
dengan memperhatikan aspek Creative Problem- mengamati permasalahan yang terjadi di lingkungan,
Solving Process untuk meningkatkan kemampuan hal ini terlihat dari pertanyaan yang diajukan oleh
berpikir kreatif mahasiswa. Kegiatan pembelajaran siswa pada waktu kegiatan presentasi dan tanya
yang dilakukan meliputi lima tahapan, yaitu jawab. Penggunaan literatur tidak hanya terbatas
identifikasi masalah, perencanaan proyek atau pada buku, tetapi juga internet. Sementara itu, guru
pekerjaan, membuat proyek atau pekerjaan, memfasilitasi dan membimbing siswa selama
presentasi proyek, dan evaluasi proyek. kegiatan pembelajaran, sehingga tidak terjadi
Selain itu, Pizzingrilli, et al. (2015)menerapkan kesalahan pemahaman konsep.
model WCR (Widening, Connecting, Reorganizing) Gagasan yang disampaikan oleh siswa bukan
untuk memperbaiki kemampuan berpikir kreatif gagasan yang sepenuhnya baru, tetapi siswa mampu
siswa.Pizzingrilli menyatakan bahwa proses kreatif menyampaikan gagasannya berdasarkan pengetahuan
mencakup tiga aspek, yaitu widening, connecting, yang telah diperoleh, menggunakan bahasanya
dan reorganizing. Widening mencakup kemampuan sendiri. Alternatif yang disampaikan oleh siswa
siswa dalam menyampaikan pemikirannya secara beragam, berkaitan dengan upaya penyelesaian
terbuka dan menghasilkan banyak gagasan. masalah yang ada. Beberapa siswa cenderung
Connecting mencakup kemampuan siswa dalam mempunyai pemikiran yang hampir sama, tetapi
mengkombinasikan pengetahuan lama dan baru. kalimat yang disampaikan berbeda.
Sedangkan reorganizing mencakup kemampuan Sementara itu, capaian rata-rata skor tes dan
untuk memahami dan merekonstruksi gagasan dari angket dari Siklus I sampai Siklus III juga
berbagai sudut pandang. Pengukurannya menunjukkan ada peningkatan pada aspek evaluasi.
menggunakan tes WCR. Hasil penelitiannya Pada Siklus I, siswa belum mampu menyampaikan
membuktikan bahwa tes WCR mampu mengukur gagasannya secara terperinci. Beberapa siswa belum
tiga aspek dari proses kreatif siswa melalui mampu mengevaluasi kinerjanya.Sementara itu,
penerapan model WCR. siswa mengalami perbaikan kemampuan berpikir
kreatif pada Siklus III, dimana siswa telah mampu
3.2.3Perubahan Kemampuan Berpikir menyampaikan gagasan berdasarkan hasil
Kreatif Siswa pemikirannya secara terperinci. Siswa juga mampu
mengevaluasi kinerjanya.
Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5 Beberapa siswa juga mampu menyampaikan
mengalami perubahan pada setiap aspeknya.Capaian sanggahan dan menjawab pertanyaan dari audiens
rata-rata skor tes dan angket dari Siklus I sampai secara detail. Siswa mampu menentukan solusi dari
Siklus III menunjukkan ada perbaikan pada aspek beberapa alternatif yang disampaikan. Siswa juga
88 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 82-89, Oktober 2018

mampu mengevaluasi hasil diskusinya, hal ini terlihat Arends, R. I., & Kilcher, A. (2010). Teaching for Student
dari kesimpulan yang disampaikan dan jawaban Learning: Becoming an Accomplished Teacher.
pertanyaan evaluasi yang diberikan guru.Dengan United Kingdom: Taylor & Francis.
demikian, perubahan yang terjadi pada ketiga aspek Ary, D., Jacobs, L. C., & Sorensen, C. (2010). Introduction
telah menunjukkan adanya perbaikan kemampuan to Research in Education (8th edition). Canada:
berpikir kreatif. Sejalan dengan pendapat Sumiadi, Wadsworth Cengange Learning.
Kaufman, J. C. (2012). Counting the Muses: Development
Jekti, & Jamaluddin (2015), yang menyatakan bahwa
of the Kaufman Domains of Creativity Scale (K-
indikasi peningkatan kemampuan berpikir kreatif
DOCS). Psychology of Aesthetics, Creativity, and
antara lain siswa memiliki kemandirian, lancar dalam the Arts, 6(4), 298–308.
menyampaikan ide atau gagasan, menyampaikan Kurniawan, D. (2015). Pengembangan Biocards pada
gagasan yang relevan, dan mampu mengerjakan Mata Pelajaran Biologi untuk Perolehan
tugas pada LKS secara mandiri. Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik di Kelas
X. Artikel Penelitian. Pontianak: FKIP Universitas
4. KESIMPULAN Tanjungpura.
Laisema, S., & Wannapiroon, P. (2014). Design of
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan Collaborative Learning with Creative Problem-
bahwa terjadi perbaikan kemampuan berpikir kreatif Solving Process Learning Activities in a Ubiquitous
siswa kelas X MIPA 5 SMA Negeri 6 Surakarta Learning Environment to Develop Creative
Thinking Skills. Procedia - Social and Behavioral
tahun pelajaran 2017/2018 dengan penerapan
Sciences, 116, 3921–3926.
Problem Based Learning dan Creative Problem- Marra, R. M., Jonassen, D. H., Palmer, B., & Luft, S.
Solving Process. Kemampuan berpikir kreatif siswa (2014). Why Problem-Based Learning Works:
mengalami perbaikan karena setiap aspek Theoretical Foundations. Journal on Excellence in
kemampuan berpikir kreatif dapat dilatihkan dengan College Teaching, 25(3 & 4), 221–238.
baik melalui pembelajaran PBL yang terintegrasi Nurcholis, A., Suciati, & Indrowati, M. (2013). Penerapan
dengan aspek-aspek Creative Problem-Solving Model Problem Based Learning (PBL) disertai
Process. Keaktifan dan kemandirian siswa dalam Artikel Ilmiah untuk Meningkatkan Kemampuan
menemukan jawaban atas permasalahan mampu Berpikir Kreatif Siswa Kelas X 3 SMA N 2 Boyolali
memperbaiki kemampuan berpikir kreatifnya. Tahun Pelajaran 2012/2013. Bio-Pedagogi, 2(2),
Rekomendasi dari penelitian ini adalah Problem 58–67.
Based Learning dan Creative Problem-Solving Oncu, E. C. (2016). Improved Creative Thinkers in a Class:
Process dapat digunakan sebagai alternatif dalam A Model of Activity Based Tasks for Improving
melaksanakan pembelajaran biologi untuk University Students’ Creative Thinking Abilities.
memperbaiki kemampuan berpikir kreatif siswa. Educational Research and Reviews, 11(8), 517–522.
Pizzingrilli, P., Valenti, C., Cerioli, L., & Antonietti, A.
(2015). Creative Thinking Skills From 6 To 17
5. UCAPAN TERIMAKASIH Years As Assessed Through The WCR Test.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 191,
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada kepala 584–590.
SMA Negeri 6 Surakarta yang telah memberikan izin Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistika. Bandung:
penelitian, sehingga penelitian ini dapat terlaksana Alfabeta.
dengan baik. Starko, A. J. (2010). Creativity in the Classroom: Schools
of Curious Delight (4th edition). United Kingdom:
6. DAFTAR PUSTAKA Routledge.
Stringer, E. T., Christensen, L. M., & Baldwin, S. C.
(2010). Integrating Teaching, Learning, and Action
Al-Farisi, B. L. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Research: Enhancing Instruction in the K-12
Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Classroom. United States of America: SAGE
Biologi Siswa. Prosiding Seminar Nasional Publications, Inc.
Pendidikan Sains: "Mengubah Karya Akademik Sumiadi, R., Jekti, D. S. D., & Jamaluddin. (2015).
Menjadi Karya Bernilai Ekonomi Tinggi", hlm. 7– Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
12. Surabaya: Pascasarjana Pendidikan Sains Pendekatan Saintifik Model Guided Discovery dan
Universitas Negeri Surabaya. Efektivitasnya terhadap Kemampuan Berpikir
Anggraini, D. P., & Sani, R. A. (2015). Analisis Model Kreatif Siswa SMA Negeri 1 Bayan. Jurnal Pijar
Pembelajaran Scientific Inquiry dan Kemampuan MIPA, X (2), 29–32.
Berpikir Kreatif terhadap Keterampilan Proses Sains Supiandi, M. I., & Julung, H. (2016). Pengaruh Model
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(2), 47–54. Problem Based Learning (PBL) terhadap
Anwar, M. N., Aness, M., Khizar, A., Naseer, M., & Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil
Muhammad, G. (2012). Relationship of Creative Belajar Kognitif Siswa Biologi SMA. Jurnal
Thinking with the Academic Achievements of Pendidikan Sains, 4(2), 60–64.
Secondary School Students. International Susanti, H., Hobri, & Susanto. (2017). How to Improve
Interdisciplinary Journal of Education, 1 (3), 1–4. Students’ Creative Thinking Skills in Learning
Anwar, M. N., Shamim-ur-Rasool, S., & Haq, R. (2012). A Prism Nets Through Problem-Based Learning ?.
Comparison of Creative Thinking Abilities of High International Journal of Scientific Research and
and Low Achievers Secondary School Students. Management, 5 (8), 6789–6793.
International Interdisciplinary Journal of Education,
1(1), 3–8.
Utami, W. S. et al. Memperbaiki Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui PBL 89

Diskusi
Penanya 1: Dian Agustin Ningsih
Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

Pertanyaan:
Mengapa menggunakan PBL dan Creative Problem
Solving untuk memperbaiki kemampuan berfikir
siswa?

Jawaban:
Karena PBL hanya berbasis masalah-masalah saja
sehingga untuk memperbaiki kemampuan berfikir
siswa perlu ditunjang dengan CPSP sesuai dengan
aspek-aspek yang dimilikinya

Penanya 2: Tabitha Sri Hartati Wulandari


Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

Pertanyaan:
Indikator atau aspek-aspek apa saja yang digunakan
untuk membuktikan keaslian soal?

Jawaban:
Dengan menggunakan angket dari jurnal dan
instrumentnya yang berupa soal pilihan ganda.
Keaslian soal diperoleh dari pertanyaan berdasarkan
studi kasus dari berita.

Potrebbero piacerti anche