Sei sulla pagina 1di 10

Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Antibiotik Profilaksis Bedah pada Pasien Sectio

Caesarea dengan Metode Gyssens di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri

Evaluation The Suitability of The Use of Surgical Prophylactic Antibiotics in Cesarean


Section with Gyssens Method at Bhayangkara Kediri Hospital

Anggi Magita Purbayanti, Fitria Wahyuning Wulan1, Erni Anika Sari2


Fakultas Farmasi
Institut Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
anggimagitapurbayanti@gmail.com

Info Artikel Abstract


Histori artikel : Sectio caesarea is a method of giving birth by making
Diterima incision in the uterine wall through the front of abdominal wall.
This surgery classified to clean-contaminated surgical, which
Disetujui recommended for antibiotic prophylaxis. The rationality of
antibiotic giving for prophylaxis purpose is still very low and the
Key words : using of it is evaluated with Gyssens method with parameters
Cesarean section, included indication, effectiveness, safety, cost, spectrum, duration
Gyssens method, of treatment, dosage, interval and route of giving, and time of
surgical prophylactic giving. This study is a descriptive observational study with
antibiotics prospective study of the patient’s medical record by purposive
samping. The purpose of this study is to determine the quality and
rationality of the using of surgical prophylactic antibiotic with
Gyssens method in caesarean section at the Bhayangkara Kediri
Hospital in May-June 2019. The results showed that from 28
sampels obtained the results of the use of surgical prophylactic
antibiotics on the right or wise sectio caesarea (category 0;
57,14%), inappropriate use of time (category I; 39,92%),
inappropriate dose (category IIB; 0,00%), inappropriate route of
administration (category IIC; 0,00%), duration too long (category
IIIA; 0,00%), duration too short (category IIIB; 0,00%), there are
other more effective antibiotics (category IVA; 42,86%), there are
other safer antibiotics (category IVB; 0,00%), there are other
cheaper antibiotics (category IVC; 0,00%), there are other
antibiotics with a narrower spectrum (category IVD; 42,86%), there
is no indication of the use of prophylactic antibiotics (category V;
0,00%), and incomplete medical record (category VI; 0,00%).
Based on the results of these studies, it can be seen that the
rationality of the use of surgical prophylactic antibiotics in sectio
caesarea patients at Bhayangkara Kediri Hospital by category 0 is
57,14%.
Info Artikel Abstrak
Kata kunci : Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
Sectio caesarea, membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
metode Gyssens, Operasi ini tergolong ke dalam operasi bersih-kontaminasi, yang
antibiotik profilaksis direkomendasikan untuk pemberian antibiotik profilaksis.
bedah Kerasionalan pemberian antibiotik untuk tujuan profilaksis masih
sangat rendah dan penggunaannya dievaluasi menggunakan metode
Gyssens dengan parameter yang meliputi indikasi, efektifitas,
keamanan, harga, spektrum, lama pengobatan, dosis, interval dan
rute pemberian serta waktu pemberian. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional deskriptif dengan studi prospektif dari
catatan rekam medik pasien dengan cara purposive sampling.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan
kerasionalan penggunaan antibiotik profilaksis bedah dengan
metode Gyssens pada pasien sectio caesarea di Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri pada bulan Mei-Juni 2019. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 28 sampel diperoleh hasil penggunaan
antibiotik profilaksis bedah pada sectio caesarea tepat atau bijak
(kategori 0; 57,14%), penggunaan tidak tepat waktu (kategori I;
39,29%), tidak tepat dosis (kategori IIA; 0,00%), tidak tepat
interval pemberian (kategori IIB; 0,00%), tidak tepat cara
pemberian (kategori IIC; 0,00%), durasi terlalu lama (kategori IIIA;
0,00%), durasi terlalu singkat (kategori IIIB; 0,00%), ada antibiotik
lain yang lebih efektif (kategori IVA; 42,86%), ada antibiotik lain
yang lebih aman (kategori IVB; 0,00%), ada antibiotik lain yang
lebih murah (kategori IVC; 0,00%), ada antibiotik lain yang
spektrumnya lebih sempit (kategori IVD; 42,86%), tidak ada
indikasi penggunaan antibiotik profilaksis (kategori V; 0,00%), dan
data rekam medis tidak lengkap (kategori VI; 0,00%). Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa kerasionalan
penggunaan antibiotik profilaksis bedah pada pasien sectio
caesarea di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri berdasarkan kategori
0 sebesar 57,14%.
PENDAHULUAN persalinan sectio caesarea sekitar 27,3%
Pembedahan atau operasi adalah dari 109.101 persalian di 122 rumah sakit
semua tindakan pengobatan yang (Lumbiganon et. al, 2010).
menggunakan cara invasif dengan Data RISKESDAS tahun 2012
membuka atau menampilkan bagian menunjukkan tingkat persalinan sectio
tubuh, dan pada umumnya dilakukan caesarea di Indonesia sudah melewati
dengan membuat sayatan pada bagian batas maksimal standar WHO 5-15%.
tubuh yang akan ditangani, lalu Tingkat persalinan sectio caesarea di
dilakukan tindakan perbaikan dan Indonesia mencapai 15,3% dari sampel
diakhiri dengan penutupan dan sebanyak 20.591 ibu yang melahirkan
penjahitan luka (Sjamsuhidajat & Wim, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang
2005). disurvei dari 33 provinsi (Aprina, 2016).
Salah satu pembedahan yang Menurut Scottish Intercollegiate
sering dilakukan adalah operasi Guidelines Network (SIGN) guidline on
persalinan. Menurut hasil survei WHO antibiotic prophylaxis in surgery (SIGN
yang dilakukan di 9 negara Asia pada 104) tahun 2014, sectio caesarea
tahun 2007 dan 2008, di Kamboja, China, merupakan salah satu tindakan
Nepal, Filipina, Srilangka, Thailand, dan pembedahan yang tergolong pembedahan
Vietnam diketahui bahwa persentase bersih-kontaminasi, di mana pemberian
antibiotik profilaksis bedah sangat masuk ke dalam kriteria eksklusi karena
direkomendasikan. data tidak lengkap.
Penggunaan antibiotik harus
dilakukan evaluasi untuk mengetahui Tabel 1. Distribusi Usia Pasien
penggunaan antibiotik rasional atau tidak Usia Persentase
Jumlah
rasional. Penelitian yang dilakukan oleh (tahun) (%)
Megawati et. al (2015) di Rumah Sakit <20 0 0,00
Islam Sultan Agung Semarang mengenai 20-24 7 25,00
evaluasi penggunaan antibiotik 25-29 6 21,43
profilaksis bedah menggunakan metode 30-34 6 21,43
Van Der Meer dan Gyssens menunjukkan >34 9 32,14
penggunaan antibiotik yang rasional Total 28 100,00
sebesar 0%.
Penelitian ini bertujuan untuk Rentang usia berdasarkan Tabel 1,
mengetahui kualitas dan kerasionalan jika dilihat dari masa subur (20-35tahun)
penggunaan antibiotik profilaksis bedah didapatkan sebanyak 22 pasien. Hal ini
pada pasien sectio caesarea di Rumah selaras dengan penelitian yang dilakukan
Sakit Bhayangkara Kediri. oleh Mutmainah et. al (2014),
menunjukkan bahwa usia terbanyak yang
METODE PENELITIAN menjalani sectio caesarea pada
Penelitian ini merupakan kelompok 20-35 tahun. Rentang usia
penelitian observasional deskriptif. tersebut merupakan rentang usia ideal
Pengambilan data dilakukan secara untuk terjadinya kehamilan dan proses
prospektif pada populasi pasien sectio kelahiran. Organ-organ reproduksi pada
caesarea yang menjalani rawat inap di pasien dengan usia <20 tahun belum
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. berfungsi dengan sempurna sehingga
Sumber data yang digunakan adalah apabila terjadi kehamilan dan persalinan
catatan rekam medis pasien yang akan lebih mudah mengalami komplikasi.
menjalani sectio caesarea pada bulan Selain itu, kekuatan otot-otot perineum
Mei-Juni 2019. Kriteria inklusi pada dan otot-otot perut belum bekerja secara
penelitian ini meliputi pasien yang optimal, sehingga sering terjadi
mendapatkan antibiotik profilaksis dan persalinan lama atau macet yang
data rekam medis yang lengkap dilihat memerlukan tindakan. Ibu hamil yang
dari data umur, jenis antibiotik, cara berumur <20 tahun atau >35 tahun
pemberian, dan lama pemberian. berisiko 4 kali untuk terjadi distosia
Penilaian kualitas antibiotik profilaksis (penyulit persalinan) dibandingkan
dilakukan dengan menggunakan metode dengan ibu hamil yang berumur antara 20
Gyssens. sampai 25 tahun (Kusumawati, 2006).
Berdasarkan status kehamilan pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2, diketahui bahwa kehamilan ke-2
Dari 34 rekam medis pasien sectio
merupakan kehamilan terbanyak yang
caesarea yang didapatkan pada bulan
menjalani sectio caesarea. Hal ini selaras
Mei-Juni 2019, 30 rekam medis masuk
dengan penelitian yang dilakukan oleh
dalam kriteria inklusi dan 4 rekam medis
Sumanti et. al (2016), bahwa pasien yang
menjalani bedah sesar terbanyak
merupakan pasien dengan kehamilan ke- Tabel 2. Status Kehamilan Pasien
2. Hal ini dapat disebabkan adanya Status Persentase
Jumlah
faktor-faktor yang berhubungan dengan Kehamilan (%)
persalinan sectio caesarea seperti Kahamilan
6 21,43
ke-1
penyulit yang menyertai kehamilan dan
Kehamilan
indikasi sectio caesarea, seperti 13 46,43
ke-2
oligohidramnion 8 pasien, kelainan letak Kehamilan
9 32,14
terjadi pada 4 pasien, riwayat sectio ke-3
caesarea sebanyak 7 pasien, ketuban Total 28 100,00
pecah dini sebanyak 6 pasien, pre-
eklamsia sebanyak 4 pasien, dan lain
sebagainya.

Tabel 3. Indikasi Medis Pasien


Indikasi Jumlah Persentase (%)
Oligohidramnion 8 28,57
Riwayat sectio caesarea 7 25,00
Ketuban pecah dini 6 21,43
Kelainan letak 4 14,29
Pre-eklamsia 4 14,29
Postdate 2 7,14
Floating 2 7,14
Plasenta previa 1 3,57
Fetal distress 1 3,57
Cephalopelvic Disproportion 1 3,57
Gerakan janin menurun 1 3,57
Tanpa indikasi 1 3,57

Tabel 3 menunjukkan bahwa dini meningkatkan terjadinya


indikasi medis pasien sectio caesarea oligohidramnion yang menekan tali pusat
terbanyak adalah oligohidramnion hingga dapat terjadi hipoksia janin.
(28,57%). Oligohidramnion adalah Semakin banyak air ketuban yang keluar
kondisi dimana air ketuban kurang dari dan belum masuk tanda-tanda persalinan
500 cc. Jumlah cairan amnion yang maka janin semakin gawat
normal merupakan indikasi fungsi (Prawirohardjo, 2008).
sirkulasi janin relatif baik. Bila terdapat
oligohidramnion patut dicurigai Tabel 4. Jenis antibiotik profilaksis
perburukan fungsi janin. Namun, tidak Persentase
Antibiotik Jumlah
semuanya oligohidramnion harus bersalin (%)
Sefazolin (2 g) 16 57,14
secara sectio caesarea. Bila didapatkan
oligohidramnion disertai gawat janin Seftriakson (1 g) 12 42,86
harus dipertimbangkan untuk melakukan Total 28 100,00
sectio caesarea. Kejadian ketuban pecah
Tabel 4 menunjukkan penggunaan (Bratzler et. al, 2013). Sefalosporin
sefazolin memiliki persentase banyak digunakan sebagai antibiotik
penggunaan paling tinggi, yakni 57,14%. profilaksis karena spektrum aktivitasnya
Berdasarkan rekomendasi ASHP Report luas dan memiliki efek samping yang
Clinical Practice Guidelines for sedikit (Shamna et. al, 2014).
Antimicrobial Prophylaxis in Surgery, Kebanyakan ahli bedah merasa nyaman
sefazolin dengan dosis 2 gram dengan penggunaan sefalosporin generasi
merupakan antibiotik yang ketiga dengan cakupan antibakteri yang
direkomendasikan sebagai antibiotik lebih luas, yang diyakini mengarah pada
profilaksis pada sectio caesarea. Pada pengurangan ILO yang lebih baik
banyak prosedur bedah, sefazolin meskipun sedikit bukti yang mendukung
merupakan drug of choice untuk hal ini (Oh et. al, 2014). Namun,
profilaksis karena sefazolin adalah penggunaan antibiotik dengan spektum
antibiotik yang paling banyak dipelajari luas sebagai antibiotik profilaksis
dengan khasiat yang terbukti. Sefazolin menimbulkan kekhawatiran karena dapat
memiliki durasi aksi yang diinginkan, menyebabkan resistensi organisme,
spektrum aktivitas terhadap organisme seperti infeksi Clostridium difficile atau
yang biasa ditemui dalam operasi, Staphylococcus aureus resisten metisilin
keamanan yang layak, dan biaya rendah (MRSA) (Lamont et. al, 2011).

Tabel 5. Pola Penggunaan Antibiotik Profilaksis


Parameter Jumlah (n=28) Persentase (%)
Waktu pemberian antibiotik
• ≤60 menit 17 60,71
• >60 menit 11 39,29
Lama pemberian antibiotik
• <24 jam 28 100,00
• ≥24 jam 0 0,00
Rute pemberian antibiotik
• Intravena 28 100,00
• Oral 0 0,00

Pola penggunaan antibiotik Guidelines Network (SIGN) guidline on


profilaksis pasien sectio caesarea pada antibiotic prophylaxis in surgery (SIGN
Tabel 5, berdasarkan lama pemberian, 104) tahun 2014, yang menyatakan
seluruh sampel (100,00%) mendapatkan bahwa antibiotik profilaksis untuk
antibiotik profilaksis <24 jam. Menurut prosedur operasi diberikan secara
Bratzler et. al (2013), durasi pemberian intravena. Rute pemberian secara
antibiotik profilaksis adalah <24 jam. intravena merupakan rute pemberian
Rute pemberian antibiotik profilaksis yang ideal karena menghasilkan
bedah pada penelitian ini seluruhnya konsentrasi pada serum dan jaringan
(100,00%) melalui intravena. Hal ini dengan cepat, andal, dan dapat diprediksi
sesuai dengan Scottish Intercollegiate (Bratzler et. al, 2013).
60.0

50.0

Persentase (%)
40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
0 I IIA IIB IIC IIIA IIIB IVA IVB IVC IVD V VI
Sefazolin 57.1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Seftriakson 0 39.3 0 0 0 0 0 42.9 0 0 42.9 0 0

Gambar 1. Kualitas penggunaan setiap jenis antibiotik berdasarkan metode


Gyssens

57.14
60.00 42.86 42.86
Persentase (%)

39.29
40.00

20.00

0.00
0 I IVA IVD
Kategori

Gambar 2. Hasil evaluasi menggunakan metode Gyssens

Gambar 1 menunjukkan bahwa antibiotik tepat atau bijak sebesar 57,14%


penggunaan antibiotik yang sudah dengan antibiotik sefazolin. Penggunaan
memenuhi kategori 0 (penggunaan sefazolin tepat atau bijak karena
antibiotik sudah tepat atau bijak) adalah penggunaannya sudah sesuai dengan
sefazolin. Sedangkan, antibiotik yang guideline ASHP, dinilai dari indikasi,
memenuhi kategori I (Tidak tepat waktu efektivitas, keamanan, harga, spektrum,
pemberian), kategori IVA (Ada antibiotik lama pemberian, dosis, interval, rute
lain yang lebih efektif), dan kategori IVD pemberian, dan waktu pemberian.
(Ada antibiotik lain yang spektrumnya Pemberian antibiotik profilaksis
lebih sempit) adalah seftriakson. yang termasuk kategori IVA tidak
Gambar 2 menunjukkan bahwa rasional karena ada antibiotik lain yang
sebesar 57,14% termasuk kategori 0, lebih efektif berdasarkan guideline ASHP
sebesar 39,29% termasuk kategori I, Report Clinical Practice Guidelines for
sebesar 42,86% termasuk kategori IVA, Antimicrobial Prophylaxis in Surgery
dan sebesar 42,86% termasuk kategori adalah 42,86%. Adanya jenis
IVD. penggunaan antibiotik profilaksis
Antibiotik profilaksis yang kategori IVA karena antibiotik yang
termasuk kategori 0 yaitu penggunaan diberikan pada beberapa pasien adalah
seftriakson yang merupakan antibiotik atau optimal didalam serum dan jaringan
golongan sefalosporin generasi ketiga, pada saat insisi, kadar ini harus dipelihara
sedangkan menurut guideline ASHP selama operasi berlangsung. Apabila
Report Clinical Practice Guidelines for prosedur pembedahan lebih lama dari
Antimicrobial Prophylaxis in Surgery waktu paruh antibiotik tersebut dapat
antibiotik profilaksis yang diulang selama operasi berlangsung.
direkomendasikan untuk sectio caesarea Waktu optimal pemberian antibiotik
adalah sefazolin yang merupakan profilaksis adalah dalam 60 menit
antibiotik golongan sefalosporin generasi sebelum insisi (Bratzler et. al, 2013).
pertama. Penggunaan antibiotik profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis pada kategori IIA yaitu antibiotik tidak
yang termasuk kategori IVD yaitu ada tepat dosis sebesar 0,00% karena semua
antibiotik lain yang spektrumnya lebih antibiotik profilaksis yang diberikan
sempit sebesar 42,86% karena sebagian memiliki dosis yang sudah sesuai. Dosis
pasien mendapatkan antibiotik profilaksis sefazolin sebagai antibiotik profilaksis
dengan spektrum luas yaitu sefalosporin adalah 2 gram sesuai dengan guideline
generasi ketiga, dan bukan sefalosporin ASHP, dan dosis seftriakson menurut
generasi pertama atau kedua. Seftriakson BPOM (2017), sebagai antibiotik
memiliki spektrum antibakteri lebih luas profilaksis bedah adalah 1 gram dosis
daripada sefazolin. Seftriakson tunggal, sementara jika digunakan untuk
merupakan sefalosporin generasi ketiga antibiotik profilaksis bedah kolorektal
dengan aktivitas yang lebih luas dosis yang direkomendasikan adalah 2
dibandingkan dengan sefalosporin gram. Penggunaan antibiotik profilaksis
generasi kedua terhadap bakteri gram pada kategori IIB yaitu tidak tepat
negatif dan umumnya kurang aktif interval pemberian sebesar 0,00%. Pada
terhadap kokus gram positif penelitian ini antibiotik profilaksis
dibandingkan dengan generasi pertama. digunakan sebagai dosis tunggal dengan
Antibiotik ini kurang aktif dibandingkan pemberian hanya 1 kali, sehingga interval
sefuroksim terhadap bakteri gram positif, pemberian tidak diberlakukan atau dinilai
terutama Staphylococcus aureus. sudah benar (Gyssens, 2005).
Spektrum antibakterinya yang luas ini Penggunaan antibiotik profilaksis
dapat menyebabkan superinfeksi dengan pada kategori IIC yaitu tidak tepat cara
bakteri atau jamur yang resisten (BPOM, atau rute pemberian sebesar 0,00%. Hal
2017). ini dikarenakan semua antibiotik
Penggunaan antibiotik profilaksis profilaksis diberikan dengan rute
yang termasuk kategori I (tidak tepat intravena, di mana sudah sesuai dengan
waktu) sebesar 39,29%. Ketidaksesuaian guideline ASHP yang merekomendasikan
waktu pemberian antibiotik profilaksis bahwa administrasi pemberian antibiotik
disebabkan ada 11 pasien yang profilaksis dengan cara intravena
mendapatkan antibiotik profilaksis (Bratzler et. al, 2013). Penggunaan
seftriakson yang diberikan >60 menit antibiotik profilaksis pada kategori IIIA
sebelum insisi. Pemberian antibiotik (penggunaan antibiotik terlalu lama) dan
profilaksis haruslah tepat sehingga IIIB (penggunaan antibiotik terlalu
menjamin tercapainya kadar yang tinggi singkat) sebesar 0,00%. Antibiotik
profilaksis pada penelitian ini digunakan antibiotik profilaksis karena sectio
sebagai dosis tunggal, sehingga durasi caesarea termasuk ke dalam operasi
pemberiannya dianggap benar, yaitu bersih-kontaminasi, yang mana menurut
tidak terlalu lama maupun terlalu singkat Scottish Intercollegiate Guidelines
(Gyssens, 2005). Network (SIGN) guideline on antibiotic
Penggunaan antibiotik profilaksis prophylaxis in surgery (SIGN 104) tahun
pada kategori IVB yaitu ada antibiotik 2014, pemberian antibiotik profilaksis
lain yang kurang toksik atau lebih aman sangat direkomendasikan pada operasi
sebesar 0,00%. Adanya antibiotik lain bersih-kontaminasi (sectio caesarea).
yang lebih aman, apabila antibiotik Data rekam medik yang didapatkan dari
profilaksis yang diberikan kontraindikasi sampel 28 pasien memiliki data yang
terhadap pasien, atau pasien memiliki lengkap, dilihat dari data umur pasien,
penyakit komorbiditas, misalnya pasien jenis antibiotik, cara pemberian, dan lama
dengan penyakit ginjal atau liver. Sampel pemberian antibiotik. Sehingga, sampel
yang didapatkan pada penelitian ini tidak yang memenuhi kategori VI sebesar
memiliki penyakit komorbiditas maupun 0,00%, karena semua sampel memiliki
kontraindikasi terhadap antibiotik data rekam medis yang lengkap.
profilaksis yang diberikan, sehingga Secara kualitatif penggunaan
penggunaannya dinilai aman. antibiotik menggunakan metode Gyssens
Penggunaan antibiotik profilaksis pada dikatakan rasional apabila memenuhi
kategori IVC yaitu ada antibiotik lain kategori 0, dan dikatakan tidak rasional
yang lebih murah sebesar 0,00%. apabila termasuk ke dalam kategori I
Antibiotik profilaksis yang diberikan sampai IV. Pada penelitian ini
merupakan antibiotik yang memiliki penggunaan antibiotik profilaksis yang
harga paling murah jika dibandingkan sudah rasional atau yang memenuhi
dengan antibiotik lain yang satu generasi kategori 0 terdapat pada 16 pasien dari
menurut harga antibiotik di Rumah Sakit sampel sebanyak 28 pasien. Jadi,
Bhayangkara Kediri. kerasionalan penggunaan antibiotik
Penggunaan antibiotik profilaksis profilaksis bedah pada pasien sectio
pada kategori V yaitu tidak ada indikasi caesarea di Rumah Sakit Bhayangkara
penggunaan antibiotik sebesar 0,00%. Kediri periode Mei 2019 – Juni 2019
Sampel yang didapatkan sebanyak 28 adalah sebesar 57,14% yang ditunjukkan
pasien diindikasikan untuk menggunakan pada Gambar 3.

43% Rasional
57% Tidak rasional

Gambar 3. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik Profilaksis


KESIMPULAN Kusumawati, Y. 2006. Faktor-Faktor
1. Kualitas penggunaan antibiotik Risiko yang Berpengaruh terhadap
profilaksis bedah pada pasien sectio Persalinan dengan Tindakan
caesarea di Rumah Sakit (tesis). Semarang: Universitas
Bhayangkara Kediri dengan Diponegoro.
menggunakan metode Gyssens Lamont, Ronald F., et al. 2011. Current
menunjukkan kategori 0 sebesar 16 Debate on the Use of Antibiotic
pasien (57,14%), kategori IVA Prophylaxis for Cesarean Section.
sebesar 12 pasien (42,86%), kategori National Instiute of Health,
IVD sebesar 12 pasien (42,86%), dan 118(2): 193-201.
kategori I sebesar 11 pasien (39,29%). Lumbiganon, et al. 2010. Method of
Delivery and Pregnancy Outcomes
2. Kerasionalan penggunaan antibiotik in Asia: the WHO Global Survey
profilaksis bedah pada pasien sectio on Maternal and Perinatal Helth
caesarea di Rumah Sakit 2007-08. The Lancect.
Bhayangkara Kediri dengan Megawati, Sefi, Fita Rahmawati & Djoko
menggunakan metode Gyssens dilihat Wahyono. 2015. Evaluasi
dari kategori 0 mencapai 57,14%. Penggunaan Antibiotik Profilaksis
pada Pasien Bedah. Jurnal
Manajemen dan Pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
Farmasi.
Aprina, Anita Puri. 2016. Faktor-Faktor
Mutmainah, N, et al. 2014. Evaluasi
yang Berhubungan dengan
Penggunaan dan Efektivitas
Persalinan Sectio Caesarea di
Antibiotik Profilaksis pada Pasien
RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Bedah Sesar di Rumah Sakit
Provinsi Lampung. Jurnal
Surakarta Tahun 2010. Jurnal
Kesehatan. Volume VII Nomor 1:
Farmasi Klinik Indonesia. Volume
90-96.
3 Nomor 2: 44-49.
BPOM RI. 2017. Informatorium Obat
Oh, Ai Ling, et al. 2014. Antibiotic
Nasional Indonesia. Jakarta:
Usage in Surgical Prophylaxis: A
Badan Pengawas Obat dan
Prospective Surveillance of
Makanan Republik Indonesia.
Surgical Wards at A Tertiary
Bratzler, Dale W. et al. 2013. Clinical
Hospital in Malaysia. The Journal
Practice Guidelines for
of Infection in Developing
Antimicrobial Prophylaxis in
Countries. 8(2): 193-201.
Surgery. American Journal of
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu
Health System Pharmacy, 70 (3):
Kebidanan. Jakarta: PT Bina
195-283.
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Gyssens, I. C. 2005. Audits for
Scottish Intercollegiate Guidelines
Monitoring the Quality of
Network. 2008. Antibiotic
Antimicrobial Prescriptions.
Prophylaxis in Surgery. A National
Gould, I. M. & Meer, J. W. M.
Clinical Guideline.
Antibiotic Policies. New York:
Springer, hal 197-226.
Shamna et al. 2014. Cesarean Section
and Prophylactic Antibiotics. IOSR
Journal of Pharmacy and
Biological Science (IOSR-JPBS).
Volume 9 Issue 2.
Sjamsuhidajat, R. & Wim de Jong. 2005.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Sumanti, Elsha Wiguna, Welinda Dyah
Ayu, dan Rolan Rusli. 2016. Pola
Penggunaan Antibiotik Profilaksis
pada Pasien Bedah Sesar (Sectio
Caesarea) di Rumah Sakit Islam
Samarinda. Prosiding Seminar
Nasional Kefarmasian Ke-3. Hal
22-28.

Potrebbero piacerti anche