Sei sulla pagina 1di 13

ANALISIS FINANSIAL PEMANFATAN DAN PENGOLAHAN DAUN JERUJU

(Acanthus ilicifolius L) MENJADI BERBAGAI PRODUK OLAHAN


(Financial Analysis of utilization and Processing of Jeruju Leaves (Acanthus ilicifolius L)
Becomes Various Products)
Eko Prayogo1, Agus Purwoko2, Kansih Sri Hartini2

1Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara 20155 (Penulis Korespondensi: E-mail:
ekoprayogo49@gmail.com)
2Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstract
Jeruju is one of mangrove commodities that can be found at various location including in Sei Nagalawan
village. Most of the utilization of jeruju leaves still conventional and subsistence .jeruju utilization is still limited for the
leaves and roots. At household jeruju leaves processing has been in Sei Nagalawan village it was process then into
jeruju kerupuk and jeruju tea. According the study aim to know finansial feasibility leaves processing household jeruju, to
know processing of jeruju leaves becomes various products, the financial feasibility and to know added value jeruju
leaves in every production process in Sei Nagalawan village. This research was done in March 2015. Sampling was
done by purposive and the method used in the form of cost and revenue analysis, RC Ratio analysis, Break event point
analysis, and Added value analysis. This research showed that financially, jeruju kerupuk enough being product because
its RC ratio more than one (1,17) and therefore jeruju tea enough being product because its RC ratio more than one
(2,14). BEP total of jeruju kerupuk is 31 packs while jeruju tea is 7 packs and BEP price is about Rp 5.200,- per pack for
jeruju kerupuk and Rp 4.700,-/ packs for jeruju tea. Added value for jeruju kerupuk is Rp 49.577,-/kg, and for jeruju tea is
Rp 81.150,-/kg. Market opportunity is still possible, because it's still rare in market. Strategic area of Sei Nagalawan
village will support access to market.
Key words : Jeruju Leaves, financial analysis, added value, Jeruju Kerupuk product, Jeruju Tea.

PENDAHULUAN dampak ekonomi bagi masyarakat di desa tersebut dan


menjadi daya tarik pengunjung untuk mengunjungi
Ciri khas dari ekosistem mangrove yang desa tersebut karena memiliki wisata pantai pasir putih
rusak adalah munculnya tanaman jeruju dengan mangrove yang asri dan hasil ikan yang
(Acanthus ilicifolius). Tumbuhan ini hidup pada zona dihasilkan lebih melimpah.
menengah sampai belakang pada ekosistem Produk olahan mangrove yang diproduksi di
mangrove, yaitu daerah yang dipengaruhi pasang surut Desa Sei Nagalawan yaitu kerupuk jeruju dan teh jeruju
air laut dan biasanya mendapat pasokan air tawar lebih dengan memanfaatkan tanaman jeruju yang tumbuh
banyak. Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga), subur dan melimpah di desa tersebut. Ide untuk
Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai memanfaatkan tanaman mangrove ini digagas oleh
termasuk kedalam kategori kawasan mangrove yang ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung yang ada di
rusak, ini dilihat dari banyaknya tanaman jeruju desa tersebut dengan tujuan untuk menambah
(Acanthus ilicifolius) yang tumbuh di daerah tersebut pendapatan ekonomi masyarakat, selain itu tujuan
akibat pengambilan kayu pohon mangrove oleh penjual produk mangrove yaitu untuk memberikan
masyarakat untuk keperluan kayu bakar untuk kesadaran kepada masyarakat bahwa hutan mangrove
memasak, bahan bangunan, tiang-tiang tambak. Oleh mempunyai banyak manfaat dan mengajak masyarakat
karena itu, masyarakat mulai berpikir untuk untuk melestarikan hutan mangrove. Konsep yang
memanfaatkan tanaman jeruju (Acanthus ilicifolius) dilakukan Kelompok Tani Muara Tanjung terhadap
untuk diolah menjadi produk baru yang bernilai tinggi produk olahannya yaitu dengan membeli produk
dan menghasilkan nilai tambah produk bagi olahan mangrove dapat melestarikan keberadaan
masyarakat yang berada di Desa Sei Nagalawan. kawasan hutan mangrove. Selain membuat produk
Masyarakat Desa Sei Nagalawan sadar olahan kerupuk jeruju dan teh jeruju, ibu-ibu Kelompok
bahwa hutan mangrove mempunyai manfaat yang Tani Muara Tanjung juga membuat olahan mangrove
sangat besar bagi kehidupan mereka. Ketika kawasan seperti selimut api-api, dodol mangrove yang berasal
mangrove mulai rusak dan terbuka di desa tersebut dari tanaman Avicenia marina.
yang ditandai banyaknya tanaman jeruju yang tumbuh Bahan baku daun jeruju yang tersedia
di sepanjang bantaran muara sungai. Akibat hal melimpah di Desa Sei Nagalawan, maka pengolahan
tersebut masyarakat mulai sadar untuk menanam daun jeruju menjadi berbagai produk olahan sangat
pohon mangrove dan mempunyai motivasi besar untuk berpotensi untuk dikembangkan. Industri pengolahan
melestarikan kawasan hutan mangrove. Kawasan jeruju yang dikelola kelompok tani Muara Tanjung
hutan mangrove di desa Sei Nagalawan kondisinya merupakan sebuah peluang dalam bersaing dengan
sekarang dalam keadaan lebih baik dan asri. Hutan keragaman jenis produk olahan makanan lainnya di
mangrove yang kondisinya baik mulai memberikan
pasar. Pengolahan daun jeruju menjadi berbagai sekunder yang dibutuhkan meliputi data umum industri
produk olahan diusahakan dalam skala industri rumah tersebut, potensi jeruju yang berada di Kabupaten
tangga. Dalam upaya meningkatkan efisiensi usaha Serdang Bedagai, serta data pendukung lainnya yang
dan perolehan pendapatan, maka perlu dilakukan studi diperoleh melalui studi pustaka.
kelayakan ekonomi berbagai produk olahan jeruju.
1. Proses Pengolahan Daun Jeruju Menjadi
BAHAN DAN METODE Berbagai Produk Olahan
Untuk mengetahui proses pengolahan daun
Tempat dan Waktu jeruju menjadi kerupuk dan teh daun jeruju dapat
Penelitian ini dilaksanakan di tempat usaha dilakukan dengan observasi (pengamatan langsung),
pengolahan jeruju oleh Kelompok Tani Muara Tanjung melalui metode wawancara kepada pemilik usaha
yang berlokasi di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga), pengolahan daun jeruju dan selanjutnya rangkaian
Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, proses produksi akan dijelaskan melalui bagan alur.
Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan februari sampai maret 2015. 2. Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri
Pengolahan Daun Jeruju
Alat dan Bahan Analisis kelayakan usaha diperlukan untuk
Alat yang digunakan adalah kamera digital menilai layak tidaknya suatu usaha yang dilakukan dan
untuk dokumentasi objek penelitian, alat tulis untuk apakah menguntungkan atau tidak secara ekonomi.
mencatat informasi atau data di lapangan, dan Analisis yang digunakan meliputi:
perangkat komputer untuk mengolah data. Bahan yang a. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha
digunakan adalah kuisioner dan panduan wawancara Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya
untuk mengumpulkan data, laporan-laporan hasil keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan.
penelitian terdahulu, serta berbagai pustaka penunjang Nilai output atau biaya produksi terdiri dari biaya tetap
untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan. dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang
dikeluarkan suatu industri secara rutin setiap periode
Metode Pengambilan Sampel tertentu dengan jumlah yang tetap. Sedangkan biaya
Metode penelitian yang digunakan adalah studi variabel meliputi biaya bahan utama, bahan
kasus, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha pendukung, upah tenaga kerja, biaya bahan bakar, dan
memberikan gambaran terperinci dengan menekankan biaya pemasaran. Sedangkan nilai input suatu industri
pada situasi keseluruhan mengenai proses atau urutan (penerimaan) merupakan hasil kali antara harrga pokok
kejadian (Arief, 2006). Metode pengambilan Sampel barang dengan jumlah barang yang diproduksi.
industri dipilih secara sengaja (purposive sampling), Analisis biaya dan pendapatan usaha dapat
maka pemilihan sekelompok objek didasarkan atas ciri dirumuskan sebagai berikut:
atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai Menurut Aziz (2003), perhitungan biaya
hubungan yang erat dengan ciri atau sifat populasi produksi serta penerimaan usaha yaitu:
yang sudah diketahui sebelumnya. Industri pengolahan Biaya produksi : TC = TFC + TVC
daun jeruju yang dikelola Kelompok Tani Muara Keterangan :TC = total cost (biaya total)
Tanjung akan menjadi sampel penelitian untuk TFC = total fixed cost
memperoleh beberapa data aktual yang berkenaan (biaya tetap total)
dengan proses pengolahan daun jeruju. TVC = total variabel cost
(biaya tidak tetap total)
Metode Pengambilan Data Penerimaan : TR = P.Q
Dalam penelitian ini, data yang dibutuhkan Keterangan : TR = total revenue (penerimaan total)
terdiri atas data primer dan data sekunder dengan P = price per unit (harga jual per unit)
menggunakan metode pengambilan data sebagai Q = quantity ( jumlah produksi )
berikut. Data primer diperoleh melalui observasi Keuntungan : I = TR – TC
(pengamatan langsung) di lapangan, melalui Keteranganan : I = income (pendapatan bersih
wawancara terhadap responden, yaitu pemilik usaha atau keuntungan)
pengolahan daun jeruju di Desa Sei Nagalawan Dusun TR = total revenue (penerimaan total)
3 (tiga), Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang TC = total cost (biaya total)
Bedagai. Data primer yang dibutuhkan meliputi data
aktual yang berkenaan dengan proses produksi b. Revenue Cost Ratio (R/C)
pengolahan daun jeruju serta akses pasar produk Revenue cost ratio merupakan perbandingan
olahan daun jeruju yang diperoleh dari hasil antara penerimaan total dengan biaya total, yang
wawancara dengan menggunakan kuisioner. Oleh menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari
karena itu dibuat kuisioner yaitu kuisioner untuk pelaku setiap rupiah yang dikeluarkan. Menurut
industri pengolahan jeruju sekaligus pelaku usaha Kuswadi (2006) revenue cost ratio dapat dirumuskan
penjulaan olahan jeruju. Sedangkan data sekunder sebagai berikut :
adalah data dan informasi yang diperoleh dari hasil R/C = Penerimaan Total (TR)
pencatatan terhadap data yang sudah tersedia. Data Biaya Total (TC)
Kriteria penilaian R/C : Tabel 1. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode
R/C < 1 = usaha tidak layak Hayami
R/C = 1 = usaha mencapai titik impas Variabel Nilai
I. Output, Input dan Harga
R/C > 1 = usaha layak 1. Output (kg) (1)
c. Pendekatan Break Even Point (BEP) 2. Input (kg) (2)
Pendekatan Break Even Point (BEP) merupakan 3. Tenaga kerja (HOK) (3)
suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu 4. Faktor Konversi (4) = (1) / (2)
5. Koefisien Tenaga Tenaga Kerja (HOK/kg) (5) = (3) / (2)
titik, menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. 6. Harga output (Rp) (6)
Menurut Alamsyah (2005), perhitungan BEP (konsep 7. Upah Tenaga kerja (Rp/HOK) (7)
titik impas) yang dilakukan atas dasar unit produksi II. Penerimaan dan Keuntungan
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: 8. Harga bahan baku (Rp/kg) (8)
9. Sumbangan input lain (Rp/kg) (9)
BEP (Q) = TFC 10. Nilai Output (Rp/kg) (10) = (4) x (6)
P/unit-Vc/unit 11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) (11a) = (10) –
Keterangan : (9) – (8)
BEP (Q) = titik impas dalam unit produksi b. Rasio Nilai Tambah (%) (11b)= (11a/10)
x 100%
TFC = biaya tetap total
12. a Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) (12a) = (5) x (7)
P = harga jual per unit b. Pangsa Tenaga kerja (%) (12b)=(12a/11)
VC = biaya tidak tetap per unit x 100%
Perhitungan BEP atas dasar unit rupiah dapat 13. a. Keuntungan (Rp/kg) (13a) = 11a –
12a
dilakukan dengan rumus: b Tingkat keuntungan (%) (13b)=
BEP (Rp) = TC (13a/11a) x
Y 100%
Keterangan : III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
BEP (Rp) = titik impas dalam rupiah 14. Marjin (Rp/Kg) (14) = (10) –
(8)
TC = biaya produksi total (Rp) Pendapatan Tenaga Kerja (%) (14a)= (12a/14)
Y = total produksi (unit) x 100%
Kriteria penilaian BEP : Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9/14) x
Apabila produksi pembungkus rokok daun 100%
Keuntungan Pengusaha (%) (14c)= (13a/14)
nipah melebihi produksi pada saat titik impas (dalam x 100%
satuan unit produksi) maka usaha pembungkus rokok Sumber: Sudiyono (2004)
mendatangkan keuntungan. Sedangkan jika harga jual 4. Distribusi Nilai Tambah Produk
pembungkus rokok daun nipah pada saat titik impas Nilai tambah pengolahan daun jeruju menjadi
(atas dasar unit rupiah) maka usaha tersebut juga akan berbagai produk olahan dapat dilihat dari besarnya
mendatangkan keuntungan. selisih antara nilai produk (Rp/kg) dengan harga bahan
3. Analisis Nilai Tambah baku (Rp/kg). Dari besarnya nilai margin tersebut maka
Perhitungan nilai tambah dilakukan dalam satu dapat dilakukan analisis distribusi baik untuk pemilik
kali pengolahan daun jeruju berproduksi. Jangka waktu usaha, tenaga kerja maupun untuk sumbangan input
produksi dihitung dalam satu kali produksi. Hal ini lainnya.
dilakukan karena produksi pengolahan daun jeruju Langkah berikutnya adalah analisis nilai tambah
merupakan usaha yang berjangka pendek serta dan distribusi nilai tambah. Menurut Parlinah, et al.
perhitungan produksi lebih mudah jika dilakukan dalam (2011), Margin keuntungan yang diterima oleh masing-
hitungan satu kali produksi. Oleh karena itu semua masing aktor (lembaga pemasaran) dirumuskan
biaya produksi maupun jumlah produk yang dihasilkan sebagai berikut:
dihitung dalam kali produksi. π = Ps–Pb –C
Menurut Soekartawi (1991), komponen Dimana:
pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena π = Keuntungan yang diterima oleh setiap pelaku
pertimbangan dari berbagai penelitian menunjukkan (aktor)
bahwa pengolahan hasil yang baik yang dilakukan Ps = Harga jual produk di setiap pelaku
produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil Pb = Harga beli bahan baku di setiap pelaku
pertanian yang diproses. Salah satu tujuan dari C = Biaya produksi dan pemasaran pada setiap pelaku
pengolahan hasil pertanian adalah meningkatkan Distribusi margin keuntungan dihitung
kualitas. Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak berdasarkan persentase keuntungan masing – masing
tenaga kerja yang diserap. lembaga pemasaran terhadap keuntungan total seluruh
Analisis nilai tambah pengolahan daun jeruju lembaga pemasaran.
menggunakan metode Hayami. Menurut Hayami
(1990) dalam Sudiyono (2004), ada dua cara untuk
menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk
pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran.
Prosedur perhitungan nilai tambah menurut metode
Hayami dapat dilihat pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN yang mengandung salinitas tinggi dan akan mati jika
terkena air tawar, oleh karena itu dibutuhkan waktu
Deskripsi Lokasi selama 2 bulan untuk pertumbuhannya kembali. Hal ini
Kawasan Desa Sei Nagalawan sesuai dengan pernyataan Wafiroh (2011), bahwa
Desa ini dahulunya disebut dengan Kampoeng salinitas berpengaruh nyata terhadap berat basah dan
Sei Nipah, karena disepanjang sungai sangat banyak pertambahan tinggi Acanthus ilicifolius pada umur 2 - 4
ditumbuhi pohon-pohon nipah. Sebelum tahun 1945 minggu setelah pemindahan (MSP) dan 6 - 8 minggu
dahulu ada seorang Saudagar yang mempunyai kapal setelah pemindahan (MSP), namun tidak berpengaruh
dan hendak berlayar tetapi menemukan kesulitan nyata terhadap berat kering dan jumlah daun, salinitas
karena banyaknya pohon-pohon nipah itu. Akhirnya optimal bagi pertumbuhan Acanthus ilicifolius
Sang Saudagar membuang/membunuhi sebagian adalah 7,5 ppt. Selain itu juga para pengelola daun
pohon-pohon nipah itu hanya dalam jangka waktu 1 jeruju tersebut bertindak juga sebagai penjual olahan
(satu) malam untuk membuat perlintasan kapalnya. daun jeruju tersebut. Selain memproduksi jeruju
Sang Saudagar itu bertempat tinggal di Nagalawan menjadi kerupuk dan teh jeruju mereka juga
yang mana saat itu dikisahkan ada 3 (tiga) ekor naga memproduksi olahan produk lain seperti kerupuk ikan,
yang saling bermusuhan, yang 2 (ekor) pindah ke selimut api-api, dan dodol mangrove.
tempat lain, dan yang 1 (satu) tetap berada di Berdasarkan hasil rekapitulasi data kuisioner
Nagalawan. Karena Nagalawan dikelilingi oleh sungai- dilapangan diperoleh pekerja sebanyak 23 orang,
sungai tadi, maka disebutlah desa ini dengan sebutan dimana menurut karakteristik umur, kelompok umur
Sei Nagalawan dan nama desa itu tetap sampai pekerja antara 20 - 30 memiliki distribusi sebanyak 2
sekarang yang mempunyai pesona pantai yang orang dengan proporsi 8,7 %, dan kelompok umur
merupakan obyek wisata bahari (Soekirman, 2013). pekerja 31 - 40 memiliki distribusi sebanyak 9 orang
Desa Sei Nagalawan adalah salah satu dari dengan proporsi 39,13 %serta pekerja dengan umur 41
desa di Kecamatan Perbaungan yang terdiri dari 3 - 50 tahun memiliki ditribusi yang paling tinggi yaitu
(tiga) dusun, merupakan daerah persawahan dan sebanyak 11 orang dengan proporsi 47,82 % dan
penghasil ternak. Menurut data dari kantor Kepala kelompok umur pekerja 51 - 60 memiliki distribusi
Desa Sei Nagalawan (2015), Desa Sei Nagalawan sebanyak 1 orang dengan proporsi 4,35 %. Hal ini
memiliki luas wilayahnya 875 Ha, luas wilayah masing- menunjukkan bahwa para pengelolah dan penjual
masing Dusun I: 290 Ha, Dusun II: 235 Ha, dan Dusun olahan daun jeruju didominasi oleh wanita yang masih
III: 350 Ha. Di Desa Sei Nagalawan terdapat 760 produktif. Para pengolah dan penjual sebagian besar
kepala keluarga atau total jumlah penduduk 3088 berfrofesi sebagai ibu rumah tangga dan umumnya
orang yang tersebar di tiga dusun yaitu dusun I, II dan melakukan usaha ini untuk menambah pendapatan
III. Dusun III luasnya 350 Ha dengan jumlah 214 keluarga sekaligus aksi sosial yang dilakukan dalam
kepala keluarga atau total jumlah penduduk 859 orang. pelestarian hutan mangrove di Desa Sei Nagalawan.
Ketinggian tanah dari permukaan laut 5 m dan suhu Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat
udara rata-rata 33 0C. Jarak dari pusat pemerintahan pada Tabel 2.
kecamatan 16 km, jarak dari ibukota kabupaten 18 km. Tabel 2 . Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur
Secara umum luas wilayah itu dipergunakan untuk Proporsi
No Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi (%)
jalan 22 km, sawah 600 Ha, ladang 57 Ha, pemukiman
30 Ha, perkuburan 1 Ha, dan lain-lain 6 Ha. 1. 20 – 30 2 8,7
Adapun batas wilayahnya sebagai berikut : 2. 31 – 40 9 39,13
- Sebelah Utara : Selat Malaka
3. 41 – 50 11 47.82
- Sebelah Selatan: Desa Lubuk Bayas
- Sebelah Barat : Kecamatan Pantai Cermin 4. 51 – 60 1 4.35
- Sebelah Timur : Kecamatan Teluk Mengkudu Jumlah 23 100
Gambaran Umum Usaha
Berdasarkan pengambilan data tentang Bahan Baku Daun Jeruju
pengolahan daun jeruju menjadi berbagai produk Kelompok Tani Muara Tanjung menggunakan
olahan di Desa Sei Nagalawan, Dusun III, Kecamatan daun jeruju sebagai bahan baku untuk pembuatan
Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ditemukan kerupuk jeruju dan teh jeruju. Berdasarkan
bahwa keseluruhan para pengolah dan penjual olahan pengamatan dilapangan bahan baku berupa tanaman
daun jeruju adalah wanita. Dalam pengelolahan daun jeruju di Desa Sei Nagalawan masih banyak dan
jeruju menjadi berbagai produk olahan, dilakukan hampir selalu ada setiap bantaran sungai di desa
secara berkelompok dengan mendirikan Kelompok tersebut yang siap untuk di produksi karena
Tani yang bernama Muara Tanjung yang diketuai oleh masyarakat memelihara tanaman tersebut dengan
Ibu Jumiati dan anggota terdiri dari 23 orang. Usaha ini baik. Pengambilan daun jeruju dilakukan dengan cara
didirikan pada tahun 2009 dan pernah mengalami memetik bagian pucuk dari tanaman jeruju, dengan
pemberhentian produksi olahan jeruju pada tahun pengambilan daun dengan sistem pucuk maka akan
2012, karena tanaman jeruju di sepanjang muara bermunculan tunas-tunas baru setelah beberapa bulan.
sungai mati akibat terkena air pembuangan sungai. Sehingga tidak merusak tanaman jeruju dan menjaga
Dimana tanaman jeruju hidup pada daerah intertidal
kelestarian tanaman jeruju. Dengan demikian proses Peralatan produksi yang digunakan dalam
produksi olahan dari jeruju dapat berlangsung secara proses produksi pengolahan daun jeruju di Kelompok
berkesinambungan. Tani Muara Tanjung cukup sederhana. Peralatan
Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui produksi memiliki standar pakai (umur) masing-masing.
bahwa luas hutan mangrove di Serdang Bedagai pada Alat- alat produksi yang rusak akan segera dilakukan
akhir tahun 2009 menurut Tambunan (2009) seperti pembelian alat-alat baru yang berguna melancarkan
yang ada pada Tabel 1, adalah 10.000 ha atau 11,97 proses produksi pembuatan olahan jeruju, sehingga
persen dari luas keseluruhan hutan mangrove di tidak menghambat proses produksi pengolahan jeruju.
Sumatera Utara. Dengan melihat hal tersebut sumber Alat-alat yang digunakan dalam produksi disajikan
bahan baku untuk olahan jeruju masih cukup luas. dalam Tabel 3.
Selain itu tanaman jeruju secara keseluruhan sampai Tabel 3. Alat-alat Produksi Pengolahan Jeruju di Kelompok
saat ini tumbuh subur disekitar bantaran muara sungai Tani Muara Tanjung
pada hutan mangrove yang ada di Desa Sei No. Jenis Alat Fungsi Jumlah Ket/
Produksi (unit) kon
Nagalawan. disi
Namun demikian, jumlah potensi hutan 1. Pisau Untuk memotong daun 12 Baik
mangrove yang merupakan habitat jeruju bisa menjadi jeruju dan
sebuah peluang dalam usaha pengembangan jeruju membersihkan daun
jeruju dari duri
menjadi sebuah produk yang bernilai jual yaitu berupa 2. Gunting Untuk memotong daun 12 Baik
kerupuk jeruju dan teh jeruju. Jumlah potensi jeruju jeruju dan
yang ada merupakan sumber bahan baku utama dalam membersihkan daun
pengolahan jeruju menjadi kerupuk jeruju dan teh jeruju dari duri
3. Timbangan Untuk menimbang daun 1 Baik
jeruju yaitu berupa daun jeruju. Jika pengembangan jeruju agar beratnya
tanaman jeruju menjadi sebuah produk memiliki sama
prospek usaha yang menguntungkan, maka tidak 4. Blender Untuk menghaluskan 1 Baik
menutup kemungkinan petani akan membudidayakan daun jeruju pada saat
pembuatan kerupuk
tanaman jeruju lebih intensif. 5. Mesin Ampia Untuk memipihkan 2 Baik
Menurut salah seorang pengolah daun jeruju adonan kerupuk
Ibu Jumiati di Desa Sei Nagalawan menyebutkan sehingga mudah
bahwa tidak ada proses pembibitan untuk tanaman dibentuk
6. Rensener Untuk mempacking 1 Baik
jeruju karena tumbuhan tersebut tumbuh secara alami olahan jeruju kedalam
di sekitar bantaran muara sungai. Namun, daun jeruju plastic
sendiri sejauh ini belum termanfaatkan secara optimal. 7. Telenan/Batu Untuk menghaluskan 1 Baik
Daun jeruju kadangkala hanya terbuang begitu saja giling ketumbar
8. Baskom Untuk sebagai wadah 3 Baik
percuma, oleh karena itu pengolah daun jeruju untuk mencuci jeruju
diharapkan akan menambah pendapatan mereka dan yang telah dipotong
dapat melestarikan tanaman ini. Dengan melihat 9. Serok Untuk meniriskan 1 Baik
potensi daun jeruju yang ada, pengolahan daun jeruju minyak dari jeruju yang
telah digoreng
dapat menajadi salah satu alternatif usaha yang bisa 10. Kompor Untuk memasak jeruju 1 Baik
dikembangkan. 11. Wajan Untuk memasak jeruju 1 Baik
12. Sutel Untuk memasak jeruju 1 Baik
agar mudah dibalik dan
Produksi tidak gosong
Berbagai manfaat dari jeruju salah satunya 13. Sepeda Untuk mengangkut daun 1 Baik
yaitu daun jeruju sudah lama dikenal masyarakat Motor jeruju dan membeli
sebagai bahan baku obat-obatan, namun ibu-ibu di bahan-bahan olahan
jeruju
Desa Sei Nagalawan kreatif dalam memanfaatkan
daun jeruju yang diolah menjadi produk olahan Peralatan yang ada di usaha pengolahan daun
makanan seperti kerupuk jeruju dan teh jeruju. Proses jeruju menjadi kerupuk dan teh di Kelompok Tani
produksi pengolahan daun jeruju dilakukan selama Muara Tanjung dalam keadaan baik. Hal ini
empat hari dalam seminggu atau empat kali produksi dikarenakan usaha ini melakukan proses produksi
dalam seminggu, yang kemudian produk dipasarkan secara berkesinambungan, sehingga apabila ada
pada hari Sabtu dan Minggu di tempat wisata yang ada peralatan yang rusak segera diganti agar proses
di desa tersebut. Hari biasanya ibu- ibu Kelompok Tani produksi tidak terhambat.
Muara Tanjung mampu memproduksi kerupuk jeruju
Produk
sebanyak 4 kg adonan kerupuk jeruju dan teh jeruju
Produk yang dihasilkan dari proses pengolahan
sebanyak 3-4 kg per hari jeruju basah atau sebanyak 4
daun jeruju yaitu kerupuk jeruju dan teh jeruju. Kerupuk
karung goni yang berukuran 30 kg yang disangrai
jeruju memiliki tiga rasa yaitu rasa original, rasa balado,
sampai kering. Usaha pengolahan daun jeruju ini juga
dan rasa jagung. Tiga rasa ini dibuat agar menarik hati
menerima pesanan dari beberapa konsumen yang ada
pengunjung untuk membeli produk ini, karena minat
di daerah Medan maupun luar Medan.
dan selera masyarakat yang berbeda untuk membeli.
Peralatan Produksi
Kemasan produk juga di desain dengan semenarik
mungkin, yaitu dengan konsep dengan membeli produk bawang putih sebanyak 100 g dengan menggunakan
olahan mangrove berarti telah melestarikan blender dan ketumbar dengan menggunakan batu
keberadaan hutan mangrove. Kerupuk jeruju dijual giling sebanyak 20 g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju.
dengan harga RP 6.000,00 per bungkus dan teh 4. Pencampuran Bahan Adonan
jeruju dijual dengan harga RP 10.000,00 per bungkus. Bahan-bahan yang telah dihaluskan kemudian
Kerupuk jeruju tahan di pasaran selama sebulan dicampurkan menjadi satu dan setelah itu
sedangkan teh jeruju tahan di pasaran selama masukkanlah tepung terigu sebanyak 1 kg kedalam
setahun. adonan, adonan tersebut dicampurkan hingga semua
bahan tercampur rata dan tambahkanlah air untuk
Proses Produksi membuat adonan menjadi kalis, serta masukkanlah
Proses pengolahan daun jeruju menjadi daun jeruju yang sudah dihaluskan sebanyak 200 g
kerupuk jeruju dan teh jeruju di Desa Sei Nagalawan untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju dan tambahkan
dilakukan secara tradisional dengan menggunakan garam sebanyak 1 sendok makan dan gula sebanyak
alat-alat sederhana, sehingga proses produksi tidak ½ sendok makan untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju.
dapat dilakukan secara maksimal jika adanya pesanan 5. Pencetakan Kerupuk
yang banyak. Namun jika di lihat dari segi pemanfaatan Adonan kerupuk jeruju yang telah kalis
sumber daya manusia termasuk menguntungkan, kemudian dipipihkan dengan menggunakan mesin
karena menyerap tenaga kerja yang lebih banyak di ampia. Mesin ampia merupakan mesin utama dalam
daerah pesisir. Berbeda dengan proses industri pembuatan kerupuk yang ada di Kelompok Tani Muara
pembuatan kerupuk dan teh yang sudah ada Tanjung, mesin ini terdiri dari 2 buah dan pemeliharaan
menggunakan alat-alat proses produksi mesin alat ini harus dilakukan dengan baik karena mudah
teknologi canggih dalam proses pembuatannya yang berkarat akibat getah dari daun jerujudan setelah 4
proses produksinya dilakukan secara maksimal. bulan mesin ampia harus diganti. Setelah itu buatlah
Beberapa langkah dalam proses pengolahan daun adonan menjadi beberapa lembaran adonan kerupuk,
jeruju menjadi kerupuk jeruju dan teh jeruju antara lain: setelah itu lembaran adonan dicetak dengan
a. Pembuatan Kerupuk Jeruju menggunakan pisau.
1. Pengambilan Daun 6. Penggorengan Kerupuk
Daun jeruju di ambil di sepanjang bantaran Kerupuk yang telah dicetak kemudian digoreng
muara sungai di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga), dengan menggunakan minyak panas. Minyak makan
dengan cara mengambil bagian pucuk tanaman jeruju yang digunakan untuk menggoreng yaitu sebanyak 2
dengan menggunakan pisau. Pengambilan dengan liter dan kerupuk jeruju digoreng hingga berwarna
sistem pucuk ini dilakukan agar munculnya tunas-tunas kuning keemasan. Bahan bakar yang digunakan untuk
baru sehingga tidak merusak tanaman dan menjaga memasak kerupuk jeruju yaitu tabung gas ukuran 3 kg,
kelestarian tanaman jeruju. Daun jeruju yang diambil bahan bakar gas ini penggunaanya hanya sampai
yaitu sebanyak 200 g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju waktu 3 hari selama 3 kali produksi. Setelah itu
dan biasanya dalam sekali produksi ibu-ibu Kelompok kerupuk yang telah digoreng kemudian ditiriskan
Tani Muara Tanjung mengambil daun jeruju sebanyak dengan menggunakan serok untuk mengurangi
800 g untuk 4 kg adonan kerupuk jeruju. Daun jeruju kandungan minyak yang terdapat pada kerupuk jeruju.
yang dipilih yaitu daun yang masih muda dan berwarna Minyak makan yang digunakan untuk menggoreng
hijau cerah. Daun jeruju yang masih mudah dipilih kerupuk hanya sekali pakai selama satu kali produksi,
karena kandungan getah yang sedikit dan akan minyak sisa dari penggorengan kerupuk tersebut dijual
membuat warna adonan menjadi hijau yang kepada anggota kelompok tani dengan harga Rp 6000
merupakan ciri khas dari kerupuk jeruju rasa original. per liter.
2. Pemotongan Daun Jeruju 7. Pengemasan
Daun jeruju yang berduri dibersihkan dari Sebelum dilakukan pengemasan, terlebih
durinya dengan menggunakan gunting dan pisau. Duri dahulu kerupuk ditimbang sebanyak 100 g per
pada tanaman jeruju merupakan alat pelindung bagi kemasan. Dalam sekali produksi dengan bahan baku 4
tanaman ini. Daun yang sudah dibersihkan dari duri, kg menghasilkan 52 bungkus kerupuk jeruju, berarti 52
kemudian daun jeruju dipotong menjadi dua bagian bungkus kerupuk menghasilkan 5,2 kg/ sekali produksi.
dan dipisahkan dari tulang daun. Tujuan dari Kemudian plastik direkatkan dengan menggunakan
pemotongan ini yaitu agar daun jeruju mudah untuk mesin rensener. Mesin rensener yang ada di Kelompok
dihaluskan. Setelah itu daun jeruju ditimbang sebanyak Tani Muara Tanjung hanya ada 1 buah mesin rensener
200 g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju. dalam proses produksi. 1 kg adonan kerupuk jeruju
3. Penghalusan Bahan Adonan yang dibuat dapat menghasilkan kerupuk jeruju
Daun jeruju yang telah ditimbang sebanyak 200 sebanyak 13 bungkus.
g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju, kemudian b. Pembuatan Teh Jeruju
dihaluskan dengan menggunakan blender. Daun jeruju 1. Pengambilan Daun
yang sudah dihaluskan, kemudian dimasak hingga Daun jeruju di ambil di sepanjang bantaran
mendidih dengan tujuan untuk menghilangkan bau muara sungai di Desa Sei Nagalawan dengan cara
anyir pada daun jeruju yang dihaluskan. Selain itu juga mengambil bagian pucuk tanaman jeruju dengan
dilakukan penghalusan bahan bumbu lain seperti menggunakan pisau. Biasanya dalam sekali produksi
ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung mengambil daun a. Kerupuk Jeruju
jeruju sebanyak 4 kg dalam sekali produksi. Daun
jeruju yang dipilih yaitu daun yang masih muda dan
berwarna hijau cerah. Daun jeruju yang masih mudah
dipilih karena kandungan getah yang sedikit. Bagian
pucuk diambil agar proses produksi teh jeruju dapat
berlangsung secara berkesinambungan.
2. Pemotongan Daun Jeruju
Daun jeruju yang telah diambil kemudian
dibersihkan dari duri dan kemudian daun jeruju dicuci
dan dipotong menjadi irisan tipis dengan menggunakan
pisau dan gunting. Selain daun jeruju, daun pandan
juga dibersihkan dan dipotong menjadi irisan tipis.
Daun pandan dipakai untuk menambah aroma dari teh
Gambar 1.Bagan alur proses pengolahan daun jeruju menjadi
ketika disiram dengan air panas. Jumlah daun pandan kerupuk
yang dipakai yaitu sebanyak 100 g untuk 1 kg daun b. Teh Jeruju
jeruju basah.
3. Penyangraian Teh Jeruju
Penyangraian merupakan proses yang paling
penting dalam pembuatan teh jeruju, karena dari
proses penyangraian teh jeruju dapat menentukan
kualitas teh yang dihasilkan. Daun Jeruju dan daun
pandan yang telah dibersihkan, kemudian ditimbang
sebanyak 100 g daun pandan untuk 1 kg daun jeruju
basah. Daun yang telah ditimbang, kemudian daun
Gambar 2.Bagan alur proses pengolahan daun jeruju menjadi
jeruju dan pandan dicampur menjadi satu dalam satu teh
wadah. Penyangraian merupakan proses yang
memakan waktu lama yaitu ± 2 jam, dalam Analisis Finansial Agroindustri Olahan Daun Jeruju
pembuatannya teh jeruju harus selalu disangrai agar Analisis finansial digunakan untuk mengetahui
teh yang dihasilkan kering merata dan tidak gosong. layak atau tidaknya pengolahan daun jeruju menjadi
Penyangraian teh jeruju dilakukan di dalam wajan berbagai produk olahan yang dilakukan di Desa Sei
dengan menggunakan api sedang, setelah disangrai Nagalawan, Dusun 3 (tiga), Kecamatan Perbaungan,
kemudian teh jeruju didiamkan sebentar dengan tujuan Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut analisis finansial
untuk mendinginkan teh. yang telah dilakukan pada agroindustri pengolahan
4. Pencampuran Bahan Adonan daun jeruju tersebut.
Daun jeruju yang telah disangrai akan berwarna
cokelat kehitaman. Setelah itu teh jeruju ditimbang Biaya Produksi dan Pendapatan
ukuran 30 g/kemasan dan dibungkus dengan kemasan Besarnya biaya produksi dilakukan untuk
plastik kecil berwarna putih. Setelah itu teh dimasukkan mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dalam
ke dalam kotak kemasan yang lebih besar dengan proses produksi pengolahan daun jeruju. Perhitungan
kertas kecil berisi keterangan mengenai manfaat dari setiap item dan biaya yang dikeluarkan dalam produksi
teh jeruju. Kemasan yang digunakan dibuat menarik selama satu kali produksi dari olahan daun jeruju
dengan menggunakan konsep membeli teh jeruju dapat dilihat pada Lampiran 1. Biaya variabel adalah
berarti telah membantu dalam pelestarian hutan biaya yang jumlah nilainya tergantung pada jumlah
mangrove yang ada di daerah pesisir, sehingga produksi kerupuk dan teh, seperti : biaya bahan baku
dengan konsep tersebut dapat menarik konsumen (daun jeruju), dan biaya bahan tambahan, gas, tepung
untuk membeli produk teh jeruju, khususnya konsumen terigu, bawang putih, ketumbar, garam, gula pasir,
yang berada di kawasan wisata Kampoeng Mangrove daun pandan, kemasan/tempat, transportasi serta upah
yang ada di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga). 1 kg tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap adalah biaya
jeruju basah yang disangrai akan menghasilkan 300 g yang jumlah nilainya tidak tergantung pada jumlah
jeruju kering. Teh jeruju kering 300 g dapat produksi dari kerupuk dan tehyaitu berupa biaya pajak
menghasilkan 10 bungkus teh jeruju siap jual. tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat, dan
pemeliharaan peralatan dan bangunan.
Secara sederhana, proses pengolahan bahan Biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya
baku daun jeruju menjadi kerupuk jeruju dan teh jeruju tetap total dan biaya variabel dalam satu kali produksi.
dapat digambarkan melalui bagan alur sebagai berikut: Penerimaan total diperoleh dari volume produksi dalam
satu kali produksi dikalikan dengan harga jual.
Sedangkan pendapatan total dihasilkan dari
pengurangan penerimaan dengan biaya total produksi.
Adapun rincian biaya yang dikeluarkan dapat adalah sebesar Rp 213.436,-. Hal tersebut
ditunjukkan pada Tabel 4. menunjukkan bahwa pengolahan daun jeruju menjadi
Tabel 4. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Daun Jeruju teh jeruju layak untuk dilakukan.
Menjadi Kerupuk Jeruju Desa Sei Nagalawan, Untuk menghitung biaya tetap dibutuhkan biaya
Dusun 3 (tiga), Kecamatan Perbaungan, penyusutan alat (depresiasi). Depresiasi adalah
Kabupaten Serdang Bedagai. penurunan nilai dari aset/ harta perusahaan yang
Uraian Nilai digunakan dalam operasi perusahaan. Depresiasi
Persentase
Biaya Tetap Total (Rp) 69.135
menunjukkan 25,9%
penurunan nilai harta perusahaan yang
berwujud (tangible assets), misalnya gedung dan
Biaya Variabel Total (Rp) 197.800 74,1%
mesin. Menurut Betrianis (2006) untuk menghitung
Biaya Total (Rp) 266.935 100%peralatan mesin dapat digunakan
biaya penyusutan
Volume/Bungkus 52 rumus sebagai berikut:
Harga (Rp/Bungkus) 6.000 Depresiasi = Harga beli
Umur pakai
Penerimaan (Rp) 314.000
Pendapatan (Rp) 47.065 Analisis RC Ratio
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa Nilai RC ratio merupakan perbandingan
biaya variabel mendominasi dalam struktur biaya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dan dapat
produksi total dalam pengolahan daun jeruju menjadi digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha
kerupuk. Hal ini dipengaruhi besarnya biaya yang ditinjau dari proporsi besarnya biaya produksi yang
dikeluarkan untuk terutama dalam penggunaan bahan dikeluarkan terhadap penerimaan yang akan diperoleh.
pendukung utama seperti minyak makan, tepung Nilai RC ratio pada usaha pengolahan kerupuk jeruju
terigu, bawang putih, ketumbar, kemasan, tenaga dapat ditunjukkan pada Tabel berikut.
kerja.transportasi, dan gas sebagai bahan bakar. Tabel 6. Analisis RC Ratio Kerupuk Jeruju di Desa Sei
Penerimaan yang diperoleh dari hasil Nagalawan, Dusun 3 (tiga), Kecamatan
produksi kerupuk jeruju adalah sebesar Rp 314.000,- Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
per produksi, yang merupakan hasil penjualan kerupuk
Uraian Jumlah (Rp)
sebanyak 52 bungkus dengan harga Rp 6.000,- per
bungkus dan minyak makan sisa sebanyak 2 liter Penerimaan 314.000
dengan harga Rp 6.000,- per liter . Sedangkan Biaya Produksi
besaranya pendapatan yang diperoleh dalam 52 Total 266.935
bungkus daun jeruju setelah dikurangi dengan biaya
produksi sebesar Rp266.935,- adalah sebesar Rp RC Ratio 1.17
47.065,-. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan Pada Tabel 6 diketahui bahwa perbandingan
daun jeruju menjadi kerupuk layak untuk dilakukan. antara penerimaan dengan biaya produksi total adalah
Tabel 5. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Daun Jeruju sebesar 1.17. Hal tesebut menunjukkan bahwa usaha
Menjadi Teh Jeruju di Desa Sei Nagalawan, tersebut nilai RC rationya lebih dari satu sehingga
Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang usaha tersebut akan mencapai keuntungan. Oleh
Bedagai.
karena itu, usaha pengolahan daun jeruju menjadi
Uraian Nilai kerupuk layak Persentase
untuk diusahakan dan dikembangkan.
Biaya Tetap Total (Rp) 51.164 Hal ini berarti dengan
27,4% modal sebesar Rp 266.935 akan
Biaya Variabel Total (Rp) 135.400 diperoleh hasil72,6%
penjualan sebesar 1,17 kali jumlah
modal
Biaya Total (Rp) 186.564 100%RC Ratio Teh Jeruju di Desa Sei
Tabel 7. Analisis
Volume/Bungkus 40 Nagalawan, Dusun 3 (tiga), Kecamatan
Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai
Harga (Rp/Bungkus) 10.000
Penerimaan (Rp) 400.000 Uraian Jumlah (Rp)

Pendapatan (Rp) 213.436 Penerimaan 400.000


Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa
biaya variabel mendominasi dalam struktur biaya Biaya Produksi Total 186.564
produksi total dalam pengolahan daun jeruju menjadi
RC Ratio 2.14
Teh. Hal ini dipengaruhi besarnya biaya yang
Pada Tabel 7 diketahui bahwa perbandingan
dikeluarkan untuk melancarkan proses produksi
antara penerimaan dan biaya produksi total adalah
pengolahan daun jeruju seperti tenaga kerja, kemasan,
sebesar 2,14. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha
transportasi, dan gas sebagai bahan bakar.
tersebut nilai RC rationya lebih dari satu sehingga
Penerimaan yang diperoleh dari hasil
usaha tersebut akan mendatangkan keuntungan. Oleh
produksi teh jeruju adalah sebesar Rp 400.000,- per
karena itu, usaha pengolahan daun jeruju menjadi
produksi. Sedangkan besaranya pendapatan yang
kerupuk layak untuk diusahakan dan dikembangkan.
diperoleh dalam 40 bungkus teh jeruju setelah
Hal ini berarti dengan modal sebesar Rp 186.564 akan
dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp 186.564,-
diperoleh hasil penjualan sebesar 2,14 kali jumlah Tabel 8. Analisis Break Even Point Pada Usaha Kerupuk
modal. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha Jeruju di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga),
tersebut nilai RC rationya lebih besar dari satu Kecamatan Perbuangan.
sehingga usaha tersebut akan mendatangkan Uraian Jumlah
keuntungan, hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Kuswadi (2006) yang menyatakan bahwa apabila hasil
revenue cost ratio diperoleh lebih besar daripada satu 1. Biaya Tetap Total (Rp) 69.135
berarti usaha tersebut memperoleh keuntungan dan
2. Biaya Variabel Total (Rp) 197.800
layak dilakukan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh 3. Volume Produksi (bungkus) 52
Sianturi, et al. (2012) tentang kajian bentuk pengolahan
dan analisis finansial buah api-api 4. Harga Jual (Rp/bungkus) 6.000
(Avicennia officinalis L) sebagai bahan makanan dan 5. Penerimaan (Rp) 314.000
minuman di Kabupaten Deli Serdang dengan nilai RC
Ratio keripik sebesar 1,25, nilai RC Ratio donat 6. BEP Volume Produksi
sebesar 1,5, nilai RC Ratio bolu sebesar 1,64, dan nilai (bungkus) 31
RC Ratio dawet sebesar 4,76. Hal tersebut 7. BEP Harga (Rp/bungkus) 5.200
menunjukkan bahwa usaha tersebut nilai RC rationya
lebih dari satu sehingga usaha tersebut akan Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa titik impas
mendatangkan keuntungan. Berdasarkan nilai ini maka usaha pengolahan kerupuk jeruju terjadi pada saat
pendapatan yang diperoleh cukup besar dari pengusaha memproduksi 31 bungkus kerupuk jeruju.
pengolahan mangrove baik jeruju maupun buah api- Jumlah tersebut menunjukkan bahwa berada dibawah
api, hal ini dipengaruhi oleh modal yang relatif kecil jumlah produksi yang mampu diproduksi yaitu
tetapi harga jual yang cukup tinggi. Namun, jika dilihat sebanyak 52 bungkus. Oleh karena itu, hal ini berarti
dari keberlanjutan industri pengolahan daun jeruju dan bahwa usaha pengolahan agroindustri kerupuk jeruju
api-api. Pengolahan daun jeruju lebih menguntungkan jika diusahakan di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga)
dibandingkan dengan pengolahan api-api, karena Kecamatan Perbaunganakan mendatangkan
bahan baku api-api yang terbatas dan berbuah keuntungan.
berdasarkan musim sehingga harus menunggu Hasil perhitungan untuk nilai titik impas harga
beberapa bulan untuk memanen bahan baku api-api. produk (BEP) yaitu sebesar Rp 5.200,-/bungkus.
Sedangkan bahan baku jeruju tidak terbatas Sedangkan harga produk yang mampu di jual seharga
berdasarkan musim, sehingga produksi pengolahan Rp 6.000,-/bungkus. Hal ini menunjukkan bahwa harga
jeruju dapat dilakukan secara berkelanjutan. Buah api- jual masih di atas harga pokok sehingga jika produk
api juga mengandung racun yang sangat tinggi tersebut dijual akan mendatangkan keuntungan bagi
sehingga jika dikonsumsi terlalu banyak akan pemilik usaha. Dengan demikian, hal ini merupakan
menyebabkan pusing. Industri pengolahan api-api ini peluang untuk pemasaran kerupuk jeruju karena bahan
juga memiliki kelemahan lain seperti akses pasar yang baku yg berasal dari tanaman mangrove sehingga
lemah dan kurangnya dukungan dari pemerintah menjadi daya tarik konsumen untuk membeli, apalagi
daerah dalam mengembangkan industri pengolahan ibu-ibu Kelompok Tani mempunyai strategi pemasaran
mangrove berbasis rumah tangga di Kawasan Paluh yang baik yaitu di kawasan wisata Kampoeng
Merbau, Kabupaten deli Serdang. Mangrove, Desa Sei Nagalawan.
Tabel 9. Analisis Break Even Point Pada Usaha Teh Jeruju di
Analisis Break Even Point (BEP) Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga),
Untuk menilai kelayakan finansial suatu usaha Kecamatan Perbuangan.
juga dapat dilakukan melalui anlisis titik impas (BEP).
Analisis Break Even Point (BEP) diperlukan dalam Uraian Jumlah
studi kelayakan adalah untuk menunjukkan titik impas
dimana usaha tidak rugi atau untung. Break Even Point 1. Biaya Tetap Total (Rp) 51.164
(BEP) bertujuan untuk menunjukkan biaya yang sama
2. Biaya Variabel Total (Rp) 135.400
dengan pendapatan. Perhitungan BEP untuk
pengolahan kerupuk jeruju dapat dilihat pada Tabel 8. 3. Volume Produksi (Bungkus) 40

4. Harga Jual (Rp/Bungkus) 10.000

5. Penerimaan (Rp) 400.000


6. BEP Volume Produksi
(Bungkus) 7

7. BEP Harga (Rp/Bungkus) 4.700


Pada Tabel 9 tersebut menunjukkan bahwa titik
impas pengolahan daun jeruju menjadi teh pada saat
diproduksi 7 bungkus teh jeruju.Jumlah tersebut
menunjukkan bahwa berada di bawah jumlah produksi Nilai produksi tersebut dialokasikan untuk
yaitu sebanyak 40 bungkus teh jeruju. Oleh karena itu, bahan-bahan input yang dibutuhkan seperti tepung
hal ini berarti bahwa usaha pengolahan teh jeruju jika terigu, minyak makan, bawang putih, ketumbar, gas,
akan di usahakan akan mendatangkan keuntungan transportasi, serta bahan untuk kemasan setiap produk
bagi pemilik usaha. yang dihasilkan. Dengan demikian, nilai tambah yang
Hasil perhitungan untuk nilai titik impas harga diperoleh dari satu kilogram daun jeruju untuk kerupuk
produk (BEP harga) yaitu sebesar Rp. 4.700,-/ adalah Rp 49.557,-/ kg dalam sekali produksi, dan
bungkus. Sedangkan harga jual yang mampu dijual untuk teh jeruju nilai tambah sebesar Rp 81.150,-/ kg
seharga Rp. 10.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sekali produksi.
harga jual masih di atas harga pokok sehingga akan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
mendatangkan keuntungan bagi pemilik usaha. Siregar, et al. (2012), tentang analisis finansial serta
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh prospek pengolahan buah nipah (Nypa fruticans)
Tarihoran, et al. (2012), tentang kajian analisis buah menjadi berbagai produk olahan yaitu apabila harga
berembang (Sonneratia caseolaris) sebagai bahan output sebesar Rp 7.500,-/ kg dan faktor konversi
makanan dan minuman di Kabupaten Deli Serdang sebesar 1, maka nilai produksi sebesar Rp. 7.500,-
dengan nilai Break Even Point (BEP) untuk dodol untuk kolang kaling. Apabila harga output sebesar Rp
sebesar Rp 9.320,54/ bungkus. Sedangkan harga jual 25.000,-/ kotak dan faktor konversi sebesar 2, maka
yang mampu dijual seharga Rp 13.000 dan nilai Break nilai produksi sebesar Rp 50.000,-/ kotak untuk agar-
Even Point (BEP) untuk sirup sebesar Rp 8.422,89/ agar, dan untuk manisan nipah apabila harga output
botol. Sedangkan harga jual yang mampu dijual sebesar Rp 30.000,-/ kg dan faktor konversi sebesar 2
seharga Rp 12.000. Hal ini menunjukkan bahwa harga maka nilai produk sebesar Rp 60.000,-/ kg. dengan
jual masih di atas harga pokok sehingga akan nilai tambah yang diperoleh dari satu kilogram buah
mendatangkan keuntungan bagi pemilik usaha baik itu nipah untuk kolang-kaling Rp 5.250,-/kg, nilai tambah
pengolahan jeruju maupun buah berembang. Namun, untuk kolang kaling adalah untuk agar-agar sebesar Rp
jika dilihat dari keberlanjutan industri pengolahan daun 38.725,-/kotak, dan nilai tambah untuk untuk manisan
jeruju dan buah berembang. Pengolahan buah sebesar Rp 42.900,-/kg. Dengan demikian berarti
berembang memiliki kelemahan seperti produk sirup pengolahan buah nipah menjadi berbagai produk
yang dihasilkan memiliki warna sirup yang kurang olahan memperoleh hasil yang baik yang dilakukan
jernih sehingga menurunkan minat konsumen untuk oleh pelaku usaha dan meningkatkan kualitas produk
membeli, akses pasar yang lemah, dan tidak adanya begitu juga dengan pengolahan daun jeruju. Industri
keinginan pengolah buah berembang untuk pengolahan nipah memiliki jumlah permintaan akan
mengembangkan usaha karena belum memiliki izin olahah nipah ini masih relatif sedikit, biasanya ada
BPOM dan tidak adanya dukungan pemerintah dalam permintaan kalau ada acara pameran dan arisan.
mengembangkan usaha. Sedangkan usaha Permintaan terhadap produk olahan nipah biasanya
pengolahan daun jeruju memiliki akses pasar yang baik meningkat pada saat bulan puasa karena masyarakat
dan juga menerima pesanan dari luar daerah sehingga menggunkannnya untuk buka puasa. Industri
industri pengolahan daun jeruju memiliki prospek pengolahan nipah memiliki akses pasar yang lemah
usaha yang baik. karena hanya dipasarkan di daerah tersebut dan
biasanya menjualnya di rumahnya dengan membuat
Analisis Nilai Tambah tempat seadanya, sehingga masyarakat kurang
Produksi dilakukan sebanyak empat kali mengenal olahan nipah. Sedangkan industri
dalam seminggu.Adapun perhitungan strruktur biaya pengolahan jeruju memiliki aspek pasar yang cukup
dan penerimaan pengolahan daun jeruju menjadi baik karena dipasarkan di kawasan wisata Kampoeng
kerupuk dan teh dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Mangrove, Desa Sei nagalawan dan biasanya
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa menerima pesanan dari luar daerah tersebut.
dengan menggunakan bahan baku sebanyak 0,8 kg
jeruju dan 4 kg tepung terigu untuk kerupuk jeruju bisa Distribusi Nilai Tambah
menghasilkan sampai 52 bungkus kerupuk jeruju, Pada perhitungan nilai dapat diketahui
sedangkan untuk teh jeruju bahan baku sebesar 4 kg bahwa nilai tambah yang diperoleh untuk kerupuk
dapat menghasilkan 40 bungkus teh jeruju. Usaha ini jeruju sebesar Rp 49.557,-/ kg, dan untuk teh jeruju
juga mampu menyerap tenaga kerja 4 jam/produksi nilai tambah sebesar Rp 81.150,-/ kg. Dari nilai tambah
dan bahan baku yang digunakan untuk olahan tersebut dapat diketahui distribusi nilai tambah untuk
diperoleh dari alam tanpa harus membeli namun di setiap faktor produksi. Balas jasa atau imbalan untuk
keluarkan biaya untuk mendapatkannya. Apabila harga pemilik faktor produksi yaitu sebesar Rp 78.000,-/kg
output sebesar Rp 6.000,-/ bungkus dan faktor untuk kerupuk jeruju, dan untuk teh jeruju Rp 100.000,-
konversi sebesar 13, maka nilai produksi sebesar Rp. /kg. Untuk sumbangan input lain sebesar 36% kerupuk
78.000,-/kg untuk kerupuk jeruju. Apabila harga output jeruju, dan 18 % teh jeruju.
sebesar Rp 10.000,-/ bungkus dan faktor konversi Berdasarkan distribusi margin tersebut dapat
sebesar 10, maka nilai produksi sebesar Rp 100.000,-/ diketahui bahwa pangsa tenaga kerja dalam
kg untuk teh jeruju. pengolahan kerupuk jeruju sebesar Rp. 12.500,- atau
sebanyak 25 %, sedangkan untuk teh jeruju sebesar sangat asing dengan makananan ini dan juga penjual
Rp. 15.000,- atau sebesar 18 % dari nilai produksi. yang tidak mampu untuk mempromosikan produk
Analisis lebih lanjut bagi pengolah menunjukkan bahwa tersebut sehingga masyarakat tidak tertarik dengan
rate keuntungan bagi pengolah adalah sebesar 74 % produk tersebut. Akibat kejadian tersebut Kelompok
dari nilai produksi kerupuk jeruju, dan 81 % dari nilai Tani Muara Tanjung menarik semua produknya dari
produksi teh jeruju, artinya setiap 100 unit nilai toko di daerah bengkel karena mengalami kerugian.
produksi yang akan di produksikan akan diperoleh Langkah pemasaran produk utama yang
keuntungan sebesar 74 dan 81 unit. dilakukan ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung yaitu
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dengan memasarkannya di kawasan wisata Kampoeng
Siregar, et al. (2012), tentang analisis finansial serta Mangrove di desa tersebut. Karena mereka melihat
prospek pengolahan buah nipah (Nypa fruticans) peluang pasar yang ada di desa tersebut, yang bisa
menjadi berbagai produk olahan yaitu pangsa tenaga dilihat dari jumlah pengunjung yang meningkat setiap
kerja dalam pengolahan kolang kaling sebesar tahunya. Wisata Kampoeng Mangrove merupakan
Rp.1000,- atau sebanyak 13%, sedangkan untuk agar- tempat wisata pendidikan hutan mangrove dimana
agar dan manisan nipah sebesar Rp. 2000,- atau pengunjung yang datang di kawasan wisata tersebut
sebesar 5% dari nilai produksi. Rate keuntungan yang akan diperkenalkan dengan berbagai tanamanan jenis
diperoleh dari pengolahan buah nipah bagi pengolah mangrove sehingga menambah pengetahuan bagi
adalah sebesar 88% dari nilai produksi kolang kaling, pengunjung tentang jenis-jenis tanaman mangrove
dan 95% dari nilai produksi agar-agar dan manisan yang ada. Kelompok Tani Muara Tanjung juga
nipah, artinya setiap 100 unit nilai produksi yang akan memperkenalkan manfaat dari olahan mangrove yang
diproduksikan akan diperoleh keuntungan sebesar 88 berkhasiat bagi tubuh, kita ketahui bahwa sejak dulu
dan 95 unit. Meskipun nilai tingkat keuntungan bagi tanaman mangrove digunakan sebagai tanaman obat-
pengusaha buah nipah dan jeruju sangat besar, akan obatan bagi masyarakat. Sehingga dengan
tetapi dalam menilai rate keuntungan ini juga harus memperkenalkan produk olahan mangrove dapat
dipertimbangkan kemampuan jangka waktu investasi menambah ketertarikan konsumen untuk membeli
serta arus penerimaan, terlebih-lebih untuk penjualan produk tersebut, apalagi tanaman mangrove yang bisa
berkelanjutan. Jika dilihat dari peluang pasar industri diolah menjadi makananan sehingga menambah daya
pengolahan nipah dipasarkan di daerah tersebut dan tarik konsumen.
biasanya menjualnya di rumahnya dengan membuat
tempat seadanya sehingga peluang pasar kurang Persaingan dan Peluang Pasar
tersampaikan kepada konsumen, walaupun dekat Persaingan dalam pemasaran produk olahan
dengan kawasan wisata di daerah tersebut tetapi tidak jeruju yang ada di daerah tersebut sangat kecil, karena
langsung dipasarkan di kawasan wisata. Sedangkan industri pengolahan produk mangrove yang ada tidak
pengolahan daun jeruju memiliki peluang pasar yang begitu berkembang dengan baik. Industri pengolahan
cukup baik karena dipasarkan langsung di kawasan jeruju di daerah tersebut hanya diproduksi oleh ibu-ibu
wisata Kampoeng Mangrove, Desa Sei nagalawan dan Kelompok Tani Muara Tanjung. Masalah utama dalam
biasanya menerima pesanan dari luar daerah tersebut. pengembangan produk olahan mangrove yang terjadi
yaitu pemasarannya, karena produk olahan mangrove
Permasalahan Pengembangan Produk yang baru sehingga dalam pemasarannya harus
Pemasaran Produk dilakukan secara optimal.
Dalam pelaksanaan pemasaran olahan jeruju Dengan melihat permintaan dari konsumen yang terus
masih relatif terbatas, dimana pemasaran produk meningkat serta ketersediaan bahan baku yang cukup
hanya dilakukan di daerah itu saja, yang dilakukan di maka pengembangan olahan produk jeruju sangat
daerah kawasan wisata di desa tersebut.Hai ini potensial di kembangkan di Desa Sei Nagalawan dan
dilakukan agar memberikan kemudahan dalam sudah memiliki sertifikasi halal dari MUI (Majelis Ulama
penjualan produk. Selain itu juga penjulan dilakukan Indonesia). Selain itu pula, harga produk yang akan
keluar daerah jika ada permintaan pesanan dari Medan mampu bersaing dan permintaan yang terus ada
maupun luar Kota Medan sebagai oleh-oleh dari wisata sehingga ini akan menjadi suatu peluang usaha.
Kampoeng Mangrove yang ada di desa tersebut, serta Langkah yang harus dilakukan nuntuk
acara-acara tertentu seperti untuk pameran dalam mengembangkan produk jeruju ini yaitu dengan
memperkenalkan produk olahan mangrove yang melakukan promosi dengan memperkenalkan produk
dilakukan oleh LSM . olahan mangrove kepada konsumen. Selain itu
Pada tahun 2013 Kelompok Tani Muara dilakukan perbaikan kemasan seperti penambahan
Tanjung pernah melakukan penjualan produk ke tanggal kadar luarsa makanan, perlu adanya izin dari
beberapa toko yang ada di pusat oleh-oleh Medan BPOM, dan keterangan mengenai kandungan gizi dan
daerah bengkel, dengan cara menitip produk jeruju ke manfaat. Apalagi melihat daerah tersebut yang
tiga toko yang ada di daerah bengkel tersebut. Tetapi merupakan daerah kawasan wisata, akan banyak
usaha penjualan ini tidak berlangsung lama karena wisatawan yang berkunjung kesana dan merupakan
produk olahan mangrove yang tidak laku di pasaran, suatu pangsa pasar yang bagus.
karena jeruju merupakan produk olahan mangrove
yang baru dipasaran sehingga masyarakat merasa
KESIMPULAN DAN SARAN Brown, B. 2006. Petunjuk Teknis Rehabilitasi Hidrologi
Mangrove. Mangrove Action Project dan
Kesimpulan Yayasan Akar Rumput Laut Indonesia.
Yogyakarta.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.
1. Pengolahan daun jeruju yang dikelola oleh Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI,
ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung di Diterbitkan Untuk PT. Pustaka
Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga), berupa Pembangunan Swadaya Nusantara.
kerupuk dan teh jeruju yang diusahakan Jakarta.
dalam skala rumah tangga. Djojodipuro, M. 1992. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit
2. Usaha pengolahan daun jeruju menjadi Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.
kerupuk dan teh jeruju menguntungkan Field, C. 1995. Journeys Amongst Mangroves;
secara ekonomi dan layak secara finansial, International Society for Mangrove
dengan nilai RC rationya 1,17 dan 2,14. Ecosystems, Okinawa, Japan. Hong Kong:
3. Nilai tambah yang dihasilkan dari olahan South China Printing Co.
daun jeruju untuk kerupuk sebesar Rp Hardarani, N., Purwito, A., dan Sukma, D. 2012.
49.577,-/kg dan untuk teh jeruju sebesar Rp Perbanyakan In Vitro Pada Tanaman
81.150,-/ kg dalam sekali produksi, atau nilai Jeruju (Hydrolea spinosa L.) Dengan
tambah sebesar Rp 49.577,-/kg dan Berbagai Konsentrasi Zat Pengatur
Rp 81.150,-/ kg bahan baku. Tumbuh. Jurusan Budidaya Pertanian,
Saran Fakultas Pertanian UNLAM : 6-7
1. Diperlukan langkah strategi dalam Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya.
peningkatan kualitas produk jeruju pada Jakarta.
perbaikan kemasan seperti penambahan Kuswadi. 2006. Analisis Ekonomi Proyek. Penerbit
tanggal kadar luarsa makanan, perlu adanya ANDI. Yogyakarta.
izin dari BPOM, dan keterangan mengenai Moerdiyanto. 2008. Diktat Studi Kelayakan Bisnis.
kandungan gizi dan manfaat. UNY Press. Yogyakarta.
2. Usaha ini dapat berkembang dan meningkat, Noor, R. Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006.
untuk itu perlu adanya perbaikan dan Panduan Pengenalan Mangrove di
perapian buku administrasi keuangan Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
sehingga bisa melakukan kerjasama dengan Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis
lembaga/instansi untuk peminjaman modal Vegetasi Hutan Mangrove. Jurusan
usaha. Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas
3. Peluang pasar masih sangat luas sehingga Sumatera Utara. Medan.
perlu adanya peran pengelolah daun jeruju http://library.usu.ac.id/donwload/fb/hutan-
untuk mempromosikan produk jeruju, onrizal9.pdf. [12 September 2014].
sehingga dapat menambah pendapatan Parlinah, N., Hery Purnomo dan Bramasto Nugroho.
usaha, serta lokasi pasar yang strategis yakni 2011. Distrbusi Nilai Tambah Pada Rantai
lokasi wisata sehingga pemasaran bisa Nilai Mebel Mahoni Jepara. Vol.8 No.2 juni
dilakukan secara optimal. 2011, hal 93-109. Jurnal Penelitian Sosial
dan Ekonomi Hutan.
DAFTAR PUSTAKA Pattiasina, T. A. 2011. Analisis Investasi
Pengembangan Nipah (Nypa fruticans)
Alamsyah, I. 2005. Analisis Nilai Tambah dan dalam Mendukung Desa Mandiri Energi di
Pendapatan Usaha Industri Kemplang Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua
Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Barat (Tesis). Sekolah Pascasarjana
Sagu dan Ikan. Jurnal Pembangunan Institut Pertanian Bogor.
Manusia. Fakultas Pertanian Universitas Plantamor. 2014. Jeruju. Diakses dari
Sriwijaya, Palembang. http://www.plantamor.com. [12 September
Arief, S. 2006. Metode dan Teknik Penelitian Sosial. 2014].
Penerbit Andi. Yogyakarta. Priyono, A., D. Ilminingtyas., Mohson., L.S. Yuliani.,
Aziz, N. 2003. Pengantar Mikro Mikro Ekonomi. dan T.L. Hakim. 2010. Beragam Produk
Bayumedia. Malang. Olahan Berbahan Dasar Mangrove.
Bandaranayake, W.M. 1998. Traditional and medicinal KeSEMAT. Semarang.
uses of mangroves. Mangroves and Salt Santono, N., Bayu, C.N., Ahmad, F.S, dan Ida, F.
Marshes 2: 133-148. 2005. Resep Makanan Berbahan Baku
Betrianis. 2006. Penyusutan dan Alokasi Biaya Mangrove dan Pemanfaatan Nipah.
Overhead. Fakultas Teknik Universitas Lembaga Pengembangan dan Pengkajian
Indonesia. Depok Mangrove.
Sianturi G., A. Purwoko., dan K.S Hartini. 2012. Kajian
Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial
Buah Api-api (Avicennia officinalis L)
Sebagai Bahan Makanan dan Minuman di
Kabupaten Deli Serdang. Hal 105.
http://ejournal.usu.ac.id [28 April 2015].
Siregar. S. B., A. Purwoko., dan K.S Hartini. 2012.
Analisis Finansial Serta Prospek
Pengolahan Buah Nipah (nypa fruticans)
Menjadi Berbagai Produk Olahan. Hal 105.
http://ejournal.usu.ac.id [28 April 2015].
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan
Pokok-Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglas. Rajawali. Jakarta.
_________. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya.
PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
_________. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek.
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
_________. 2000. Pengantar Agroindustri.PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Soekirman. 2013. Serdang Bedagai Kampung Kami,
Kehidupan dan Keberadaan Masyarakat di
Desa Sergai. Bangun Bangsa Yogyakarta.
Yogyakarta.
Sudiyono A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press.
Malang.
Sukarjo, S. 1984. Ekosistem Mangrove. Jurnal
Lembaga Oseonologi Nasional, LIPI,
Jakarta: 110 -111.
Suryono, A. 2013. Sukses Usaha Pembibitan
Mangrove. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Tambunan. P. 2009. Kajian Potensi Ekonomi
Mangrove Studi Kasus di Desa Kayu Besar
Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten
Deli Serdang. Skripsi. Departemen
Kehutanan Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Tarihoran I., A. Purwoko., dan K.S Hartini. 2012. Kajian
Analisis Buah Berembang (Sonneratia
caseolaris) Sebagai Bahan Makanan dan
Minuman di Kabupaten Deli Serdang. Hal
164. http://ejournal.usu.ac.id [28 April
2015].
Wafiroh. 2011. Pengaruh Salinitas Terhadap
Tumbuhan Mangrove Acanthus ilicifolius.
Tesis Fakultas Biologi Universitas
Jenderal Soedirman.

Potrebbero piacerti anche