Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
ini adalah penderita Diabetes Melitus lebih beresiko terkena diabetes melitus
yang mengikuti program prolanis yang disebabkan karena pada perempuan
dibagi dalam beberapa distribusi, yaitu memiliki LDL atau kolesterol jahat
distribusi sampel berdasarkan usia, yang lebih tinggi dibanding dengan laki
didapatkan hasil bahwa penderita – laki, dan juga terdapat perbedaan
diabetes melitus dengan kelompok usia dalam melakukan semua kativitas dan
40 - 49 sebanyak 1 responden (3%), gaya hidup sehari-hari yang sangat
kelompok usia 50 -59 tahun sebanyak mempengaruhi kejadian suatu penyakit.
12 responden (40%), kelompok usia 60- Selain itu juga, jumlah lemak pada laki
69 tahun sebanyak 11 responden (37%), – laki dewasa rata –rata berkisar antara
dan pada kelompok usia 70-79 tahun 15 – 20 % dari berat badan total, dan
sebanyak 6 responden (20%). Sehingga pada perempuan sekitar 20- 25 % . jadi
dapat dilihat bahwa yang terbanyak peningkatan kadar lipid (lemak darah)
menderita penyakit diabetes melitus pada perempuan lebih tinggi
yaitu kelompok usia 50 – 59 tahun. Hal dibandingkan pada laki-laki, sehingga
ini sesuai dengan teori yang faktor resiko terjadinya Diabetes
mengatakan bahwa mereka dengan usia Melitus pada perempuan 3-7 kali lebih
lebih dari 45 tahun adalah kelompok tinggi dibandingkan pada laki-laki yaitu
usia yang beresiko menderita diabetes 2-3 kali (Jelantik dan Haryati, 2014)
melitus. Lebih lanjut dikatakan bahwa
diabetes melitus merupakan penyakit Distribusi selanjutnya yaitu
yang terjadi akibat penurunan fungsi Distribusi berdasarkan merokok atau
organ tubuh (degenerative) terutama tidaknya, dari hasil yang didapatkan
gangguan organ pankreas dalam bahwa responden yang merokok sebesar
menghasilkan hormon insulin sehingga 5 responden (17%), sedangkan yang
diabetes melitus akan meningkat tidak merokok sebesar 25 responden
kasusnya sejalan dengan bertambahnya (83%). Sehingga dapat disimpulkan
usia (Zahtamal et, al , 2007). kategori responden yang merokok lebih
rendah dibandingkan dengan yang tidak
Distribusi selanjutnya yaitu merokok. Hal ini dikarenakan pada
distribusi berdasarkan jenis kelamin. penelitian ini jumlah laki-laki yang
Distribusi berdasarkan jenis kelamin memeriksakan kadar gula darah
didapatkan hasil yaitu jenis kelamin sebanyak 8 responden lebih rendah
yang terbanyak menderita penyakit dibandingkan dengan jumlah
diabetes melitus yaitu yang berjenis perempuan. Dan responden yang
kelamin perempuan yaitu dari hasil merokok hanya 5 responden dari 30
penelitian didapat hasil responden responden. Sehingga dapat dikatakan
perempuan sebanyak 22 responden bahwa wajar jika responden yang
(73%), dan responden laki- laki merokok lebih rendah dibandingkan
sebanyak 8 responden (27 %). dengan yang tidak merokok.Padahal
Banyaknya responden perempuan yang sebuah studi yang dipublikasikan oleh
menderita diabetes melitus American journal of epidemiology
kemungkinan disebabkan karena (2013), seorang perokok berat yang
aktivitas dan gaya hidup perempuan merokok sebanyak 16-25 batang atau
yang kurang memperhatikan aspek lebih setiap harinya memiliki resiko dua
kesehatan Hal ini sesuai dengan kali lipat lebih banyak menderita
pernyataan Jelantik dan Haryati (2014) diabetes melitus jika dibandingkan
yang menyatakan bahwa perempuan dengan orang yang tidak merokok.
Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 53
Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com
Penelitian lain juga dilakukan oleh normal dengan rentang nilai rata-rata
Anani, Sri dkk (2012) di RSUD yaitu antara 25-50 mg/dL, dan 21
Arjawinangun Kab. Cirebon dengan responden (70%) mempunyai kadar
studi cross sectional menunjukkan ureum darah tidak normal (>50) dengan
bahwa hasil uji statistik menunjukkan rentang nilai rata-rata yaitu antara 51-80
adanya hubungan antara merokok mg/dL. Berarti dapat dilihat bahwa
dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. penderita diabetes melitus dengan kadar
ureum darah (>50) lebih banyak
Distribusi selanjutnya yaitu dibandingkan dengan ureum darah
distribusi berdasarkan kadar gula darah normal. Hal ini berarti bahwa penderita
diabetes melitus dengan kadar gula diabetes melitus lebih rentan memiliki
darah tinggi (>100 mg/dl) sebanyak 23 kadar ureum tinggi. Hal ini sejalan
responden (77%) dengan rentang nilai dengan penelitian ahmad syahlani,
rata-rata kadar gula darahnya yaitu Nessy dkk (2016) tentang hubungan
antara 116-251 mg/dL, dan 7 responden diabetes melitus dengan kadar ureum
(23%) memiliki kadar gula normal kreatinin di poliklinik geriatric RSUD
dengan rentang nilai rata-rata kadar gula Ulin Banjarmasin yang dimana hasil
darahnya yaitu antara 75-95 mg/dL. . menunjukkan responden dengan kadar
Banyaknya responden yang menderita ureum tinggi sebanyak 22 responden
diabetes melitus dengan kadar gula (55%) dari 40 total responden. Hal ini
darah yang tinggi (hiperglikemia), dikarenakan pada pasien Diabetes
kemungkinan dapat disebabkan oleh Melitus terjadi suatu defisiensi sekresi
pola makan berlebihan dan melebihi insulin atau berkurangya efektifitas
jumlah kadar kalori yang dibutuhkan biologis dari isulin, akibat kekurangan
oleh tubuh. tingginya kadar gula darah insulin maka gula tidak dapat di ubah
didalam tubuh penderita Diabetes menjadi glikogen sehingga kadar gula
Melitus disebabkan karena penderita darah meningkat dan terjadi
diabetes melitus kemungkinan hiperglikemi, pada kejadian ini akan
mengalami gangguan pada insulin menyebabkan komplikasi
(resistensi insulin) ataupun rusaknya mikrovaskuler yaitu mengenai
pangkreas sehingga pankreas tidak pembuluh darah kecil didalam ginjal
mampu lagi untuk menghasilkan mengalami kematian, sehingga apabila
insulin. Hal ini sesuai dengan terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
pernyataan Guyton and Hall (2006) bisa menyaring dan mengabsorpsi
yang menyatakan bahwa penderita sejumlah gula dalam darah, salah satu
diabetes melitus tidak mampu indikator fungsi ginjal adalah dengan
menghasilkan insulin karena sel β pulau menilai Glomeruler Filtration Rate
langerhans di pankreas rusak, sehingga (GFR). GFR memberikan informasi
menyebabkan insulin tidak diproduksi tentang jumlah jaringan ginjal yang
(diabetes melitus tipe 2).Selain itu juga berfungsi, apabila nilai GFR mengalami
terjadinya resistensi insulin biasanya penurunan maka kadar ureum akan
terjadi pada penderita diabetes melitus meningkat (M.clevo & Margareth,
tipe 1. 2012)
Distribusi selanjutnya itu Data yang sudah di dapatkan pada
distribusi berdasarkan kadar ureum, penelitian ini kemudian diolah
didapatkan hasil bahwa 9 responden menggunakan aplikasi SPSS, dengan
(30%) mempunyai kadar ureum darah terlebih dahulu diuji Normalitas datanya
Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 54
Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com