Sei sulla pagina 1di 10

www.lppm-mfh.

com ISSN-e: 2548 - 6357


lppm-politeknikmfh@gmail.com

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KADAR UREUM


DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Azzizatur Rahmi1, Ika Nurfajri Mentari2, Bustanul Atfal3


1,2,3
Program Studi Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Mataram
azzizaturr@gmail.com1, ikanurfajri26@gmail.com2, atfalbustanul@yahoo.com3

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disease characterized by high blood sugar levels caused


by interference with insulin (insulin resistance) or insulin secretion and / or both.
Where blood sugar is a term that refers to the level or amount of sugar content in the
blood circulation in the body. Increased levels of sugar in the blood has a direct impact
on several blood vessels including blood vessels in the kidneys which is caused by the
kidneys functioning to filter out the remaining metabolites and disposed of in the form
of urine. If there is damage to the kidneys, the level of urea in the blood will increase.
The purpose of this study was to determine the correlation between blood sugar levels
and blood urea levels in people with diabetes mellitus. This research is an analytical
descriptive study with a cross sectional approach using the non random accidental
sampling method and primary data collection.
The results obtained 23 (77%) respondents had high blood sugar levels
(hyperglycemia), 7 (23%) had normal blood sugar levels (normoglycemia).
Respondents with high urea levels were 21 (70%) respondents and 9 (30%) respondents
had normal urea levels. Based on the results of the spearmens correlation test, a
significant value of <0.005 (0.000 <0.005) is obtained which means that there is a
relationship between blood sugar levels and blood urea levels in people with diabetes
mellitus.
Keyword : Diabetes melitus, kadar gula. kadar ureum darah.

PENDAHULUAN Prevalensi Diabetes Melitus (DM)


menurut World Health Organization
Penyakit Diabetes Melitus (DM) (WHO) akan meningkat dari 171 juta
merupakan sebuah penyakit, dimana orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta
kondisi kadar gula di dalam darah tahun 2030 (Riskesdas, 2007). Sekitar
melebihi batas normal. Hal ini 60% jumlah pasien terdapat di Asia
disebabkan karena tubuh tidak dapat (Mahendra dkk, 2008). International
melepaskan atau menggunakan insulin Diabetes Federation (IDF) tahun 2011
secara adekuat. Insulin adalah hormon menyatakan bahwa prevalensi Diabetes
yang dilepaskan oleh pankreas dan Melitus di dunia adalah 1,9 dan
merupakan zat utama yang bertanggung merupaka penyebab kematian urutan
jawab untuk mempertahankan kadar ketujuh di dunia sedangkan tahun 2012
gula darah dalam tubuh agar tetap angka kejadian diabetes melitus di
dalam sel-sel hingga bisa menghasilkan dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa
energi atau disimpan sebagai cadangan dimana proporsi kejadian diabetes
energi (Mahdiana, 2010) mellitus tipe 2 adalah 95% dari populasi
Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 48
Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

dunia yang menderita diabetes Melitus glumeruloskleorosis yaitu kerusakan


(Harding, et al 2003) pada unit penyaringan pada ginjal.
Indonesia berada pada peringkat Berdasarkan hasil Penelitian yang
ke-4 terbanyak kasus Diabetes Melitus dilakukan oleh Janis Rivandi, et al
di dunia (Purnomo, 2009). Berdasarkan (2015) bahwa kelainan yang terjadi
hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun pada ginjal penyandang diabetes melitus
2008 menunjukkan prevalensi Diabetes dimulai dengan adanya
Melitus di Indonesia meningkat sampai mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria
57% (Bannet, 2008). Data terbaru di didefinisikan sebagai ekskresi albumin
tahun 2015 yang ditunjukan oleh lebih dari 30 gram per hari dan
Perkumpulan Endokrinologi dianggap penting untuk timbulnya
(PERKENI) menyatakan bahwa jumlah nefropati diabetik yang jika tidak
penderita diabetes melitus di Indonesia terkontrol kemudian akan berkembang
telah mencapai 9,1 juta orang. menjadi proteinuria secara klinis dan
Sedangkan untuk prevalensi penyakit berlanjut dengan penurunan fungsi laju
Diabetes Melitus di Nusa Tenggara filtrasi glomerular dan berakhir dengan
Barat sebesar 1,8% ( kisaran 0,1-5,9% ), keadaan gagal ginjal. Melihat bahwa
tertinggi di Kabupaten Kota Bima dan Diabetes Melitus akan memberikan
terdapat di semua kabupaten/kota. dampak terhadap kualitas sumber daya
(Riskesdas, 2007). manusia dan peningktan biaya
Peningkatan kadar gula dalam kesehatan yang cukup besar, maka
darah memiliki dampak langsung sangat diperlukan program
terhadap beberapa pembuluh darah pengendalian diabetes Melitus (Perkeni,
termasuk pembuluh darah pada ginjal 2014)
yang disebabkan karena ginjal berfungsi Diabetes Melitus dapat dicegah
untuk menyaring bahan sisa yang kita dengan ditunda kedatangannya, atau
konsumsi dan dibuang dalam bentuk dihilangkan dengan mengendalikan
urin dimana normalnya gula tidak faktor resiko (Kemenkes, 2010). Untuk
ditemukan di dalam urin di karenakan melayani pasien penderita penyakit
proses filtrasi ginjal yang kronis, BPJS mempunyai program
memungkinkan reabsorbsi kembali PROLANIS (Program Pengelolaan
kedalam pembuluh darah. Salah satu Penyakit Kronis), dimana program ini
substansi yang keluar lewat penyaringan adalah system pelayanan kesehatan dan
diginjal adalah ureum. pendekatan proaktif yang melibatkan
Ureum merupakan produk akhir peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS
metabolisme protein dan harus di kesehatan dalam rangka memelihara
keluarkan dari tubuh melalui ginjal kesehatan peserta BPJS kesehatan yang
(Murray et. al., 2003). Namun ketika menderita penyakit kronis, sehingga
ginjal tidak dapat melakukan fungsi dapat mencapai kualitas hidup yang
utamanya tersebut, maka limbah optimal dengan biaya pelayanan
matabolisme salah satunya adalah kesehatan efektif dan efisien. Adapun
ureum tidak dapat dikeluarkan, penyakit yang termasuk kategori kronis
sehingga akan menumpuk, dan antara lain diabetes melitus, hipertensi,
membuat kadar ureum dalam darah jantung, asma, epilepis, dan penyakit
meningkat, sehingga menimbulkan kronis lainnya (Perkeni, 2014).
masalah pada tubuh, seperti kerusakan Tingginya kadar gula darah dan
banyaknya faktor-faktor yang

Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 49


Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

mempengaruhi terjadinya gangguan Teknik pengambilan sampel


pembuluh darah pada penderita diabetes menggunakan Non Probability
melitus memungkinkan terjadinya Sampling dengan metode Non Random
peningkatan kadar ureum dalam darah. Acidental Sampling, artinya semua
Namun sampai saat ini belum diketahui pasien dengan pemeriksaan gula darah
secara pasti apakah ada hubungan dan ureum darah yang di dapat di
antara kadar gula darah dengan ureum Laboratorium Klinik Hamzanwadi
darah pada penderita Diabetes Melitus Kabupaten Lombok Timur.
di Klinik Hamzanwadi Lombok Timur.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Tempat dan Waktu Penelitian Alat yang digunakan dalam


penelitian: a) Photometer Biochemistry
Penelitian ini dilakukan di Analyzer BS 3000 M Version 3.8, b)
Laboratorium Klinik Hamzanwadi Spet 3 cc, c) Yellow tip, d) Blue tip, e),
Pancor pada bulan Mei 2013. Torniquit, f) Mikropipet , g) Tabung
reaksi, h) Centrifuge. Bahan yang
Rancangan penelitian digunakan dalam penelitian : a) Kapas
Alkohol 70%, b) Darah Vena (serum)
rancangan Cross Sectional, yaitu dimana pada penelitian ini
jenis penelitian yang meneliti suatu menggunakan sampel darah puasa, c)
kelompok manusia, suatu objek, Reagent gula, d) R1 dan R2 untuk
ataupun suatu set kondisi peristiwa pada reagen Ureum
masa sekarang. Pendekatan ini
digunakan untuk melihat hubungan Metode Penelitian
antara variabel satu dengan variabel
lainnya. Metode penelitian dalam penelitian
ini menggunakan metode Deskriptif
Sampel Analitik yaitu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk
Sampel dalam penelitian ini membuat gambaran atau deskripsi
adalah semua pasien yang mengikuti tentang suatu keadaan obyek kemudian
program prolanis di Klinik Hamzanwadi dianalisa untuk mencari hubungan
Pancor Kabupaten Lombok Timur, antara dua variabel. (Notoatmodjo,
dengan besar sampel dalam penelitian 2005)
ini adalah menggunakan sampel jenuh,
dimana menurut Sugiyono (2001), Variabel Penelitian
sampel jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi 1. Variabel bebas: Penderita
digunakan sebagai sampel. Artinya Diabetes Melitus
besar sampel yang digunakan adalah 2. Variabel terikat: Kadar Gula
jumlah pasien diabetes melitus yang Darah (mg/dl) dan Kadar
mengikuti program prolanis pada bulan Ureum Darah (mg/dl)
Mei 2018 di Laboratorium Klinik
Cara Pengumpulan Data
Hamzanwadi Kabupaten Lombok
Timur Teknik pengumpulan data dari
penelitian ini adalah pengambilan data
Cara Pengambilan Sampel primer. Data primer diambil dengan
cara pemeriksaan darah terhadap pasien
Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 50
Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

diabetes melitus yang mengikuti No Usia Frekuensi Presentasi


(Tahun) (%)
program prolanis di Laboratorium
1 40 – 49 1 3
Klinik Hamzanwadi Kabupaten 2 50 – 59 12 40
Lombok Timur. 3 60 – 69 11 37
4 70 – 79 6 20
Cara Pengolahan Data dan Analisis Total 30 100
Data
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa
Penelitian ini dilakukan untuk kelompok usia 40-49 tahun sebanyak 1
mengetahui hubungan antara kadar gula responden (3%), kelompok usia 50-59
darah dengan ureum darah, maka tahun sebanyak 12 responden (40%),
terlabih dahulu dilakukan Uji kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 11
Normalitas dengan menggunakan uji responden (37%), dan pada kelompok
kolmogorof Smirnov yang bertujuan usia 70-79 tahun sebanyak 6 responden
untuk mengetahui apakah data tersebut (20%), sehingga dapat disimpulkan
berdistribusi normal atau berdistribusi kelompok usia yang terkena diabetes
tidak normal. Jika data berdistribusi melitus paling banyak diusia kisaran 50-
normal (nilai P > 0,05) maka dilakukan 59 tahun dan yang terendah dikisaran
uji korelasi dengan metode Pearson’s 40-49 tahun.
(r), dan jika data berdistribusi tidak
normal (nilai P < 0,05) maka dilakukan 2. Distribusi Responden Berdasarkan
uji korelasi dengan metode spearmen Jenis Kelamin
(rs). Distribusi responden berdasarkan Usia
dijabarkan pada tabel 4.2 sebagai
HASIL PENELITIAN berikut :

Penelitian yang dilakukan di Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin di Laboratorium Klinik
Laboratorium Klinik Hamzanwadi Hamzanwadi tahun 2018.
Pancor Kabupaten Lombok Timur pada
bulan No
Mei 2018. Pengumpulan data Jenis Frekuensi Presentasi
yang dilakukan yaitu pengumpulan data Kelamin (%)
primer dengan pemeriksaan kadar gula 1 Laki – laki 8 27
2 Perempuan 22 73
darah dan ureum darah pada pasien
Total 30 100
Diabetes Melitus yang mengikuti
program prolanis yaitu sebanyak 30 Tabel 4.2 : Berdasarkan tabel 4.2 diatas
responden penderita diabetes melitus terlihat bahwa responden laki-laki
dididentifikasi berdasarkan usia, jenis sebanyak 8 responden (27%) dan
kelamin, merokok atau tidaknya yang responden perempuan sebanyak 22
dijabarkan pada tabel-tabel berikut : responden (73%). Sehingga dapat
1. Distribusi Responden Berdasarkan disimpulkan bahwa perempuan lebih
Usia rentan terkena diabetes melitus.
Distribusi responden berdasarkan Usia 3. Distribusi Responden Berdasarkan
dijabarkan pada tabel 4.1 sebagai Merokok atau Tidaknya
berikut : Distribusi responden berdasarkan
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Merokok attau tidaknya dijabarkan pada
Usia di Laboratorium Klinik Hamzanwadi tabel 4.3 sebagai berikut :
tahun 2018.

Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 51


Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan sebanyak 4000 µl i) kemudian di


merokok atau tidaknya di Laboratorium campur dan dihomogenkan j) setelah itu
Klinik Hamzanwadi tahun 2018
dari pencampuran R1 dan R2 tersebut
No Kategori Frekuen Presentasi dipipet 1000 µl sebagai regaen kerja
si (%) untuk pemeriksaan ureum darah untuk
1 Merokok 5 17 satu sampel dan ditambah dengan serum
2 Tidak 25 83 sebanyak 10 µl dan j) dihomogenkan
merokok
Total 30 100
kemudian diincubasi selama 5-10 menit
dan, k) diperiksa dengan menggunakan
Tabel 4.3 : Berdasarkan tabel alat spektrofotometer Bs 3000 M
4.3 diatas didapatkan hasil responden dengan panjang gelombang 340 nm, l)
yang merokok sebesar 5 responden kemudian dibaca hasilnya. Hasil yang
(17%), sedangkan yang tidak merokok diperoleh yaitu responden dengan kadar
sebesar 25 responden (83%). Sehingga ureum darah normal (17-50mg/dL)
dapat disimpulkan kategori responden sebanyak 9 responden (30%) dengan
yang merokok lebih rendah rentang nilai rata-ratanya yaitu 25-50
dibandingkan dengan yang merokok. mg/dL, sedangkan kadar ureum darah
yang tidak normal (>50mg/dL)
Data pemeriksaan kadar gula sebanyak 21 responden (70%) dengan
darah dan kadar ureum darah rentang nilai rata-ratanya yaitu 51-58
didapatkan dengan melakukan a) mg/dL.
pengambilan darah sebanyak 3 cc (3
mL), b) kemudian dicentrifuge dengan Data yang berupa hasil
kecepatan 1000 rpm selama 5 menit, c) pemeriksaan kadar gula darah dan kadar
setelah itu untuk pemeriksaan kadar ureum darah dianalisa dengan uji
gula darah diambil serum sebanyak 10 statistik. Hasil uji normalitas data
µl, d) kemudian ditambah dengan dengan Kolmogrof-Smirnov, diperoleh
reagen gula darah sebanyak 1000 µl dan nilai signifikan untuk kadar gula darah
dihomogenkan, e) diincubasi selama 5- sebesar 0,1 sedangkan nilai signifikan
10 menit dan setelah itu f) diperiksa untuk kadar ureum darah sebesar 0,2
menggunakan spektrofotometer Bs karena nilai signifikan kadar gula darah
3000 M dengan panjang gelombang 546 dan kadar ureum lebih besar > 0,05 ,
nm, sehingga didapatkan hasil dari 30 maka dapat disimpulkan bahwa data
responden penderita diabetes melitus kadar gula darah dan kadar ureum darah
yang mengikuti prolanis dengan kadar berdistribusi normal. Sehingga dapat
gula darah normal/Normoglikemia (70- dilanjutkan ke uji korelasi dengan
100) sebanyak 7 responden (23%) Pearson’s. Pada uji korelasi dengan
dengan rentang nilai rata-ratanya yaitu metode pearson’s di dapatkan nilai
75-96 mg/dL, sedangkan untuk signifikan yaitu 0,00<0,05 yang artinya
responden dengan kadar gula darah ada hubungan antara kadar gula darah
tinggi /hiperglikemmia (>100 mg/dL) dengan kadar ureum darah.
sebanyak 23 responden (77%) dengan
PEMBAHASAN
rentang nilai rata-ratanya yaitu 116-251
mg/dL. kemudian untuk pemeriksaan Penelitian ini dilakukan pada
kadar urem darah didapatkan dengan bulan Mei-Juni 2018 dengan jumlah
dipersiapkan reagen kerjanya yaitu, h) subjek 30 responden di Laboratorium
dipipet R1 sebanyak 1000 µl dan R2 Klinik Hamzanwadi. Subjek penelitian

Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 52


Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

ini adalah penderita Diabetes Melitus lebih beresiko terkena diabetes melitus
yang mengikuti program prolanis yang disebabkan karena pada perempuan
dibagi dalam beberapa distribusi, yaitu memiliki LDL atau kolesterol jahat
distribusi sampel berdasarkan usia, yang lebih tinggi dibanding dengan laki
didapatkan hasil bahwa penderita – laki, dan juga terdapat perbedaan
diabetes melitus dengan kelompok usia dalam melakukan semua kativitas dan
40 - 49 sebanyak 1 responden (3%), gaya hidup sehari-hari yang sangat
kelompok usia 50 -59 tahun sebanyak mempengaruhi kejadian suatu penyakit.
12 responden (40%), kelompok usia 60- Selain itu juga, jumlah lemak pada laki
69 tahun sebanyak 11 responden (37%), – laki dewasa rata –rata berkisar antara
dan pada kelompok usia 70-79 tahun 15 – 20 % dari berat badan total, dan
sebanyak 6 responden (20%). Sehingga pada perempuan sekitar 20- 25 % . jadi
dapat dilihat bahwa yang terbanyak peningkatan kadar lipid (lemak darah)
menderita penyakit diabetes melitus pada perempuan lebih tinggi
yaitu kelompok usia 50 – 59 tahun. Hal dibandingkan pada laki-laki, sehingga
ini sesuai dengan teori yang faktor resiko terjadinya Diabetes
mengatakan bahwa mereka dengan usia Melitus pada perempuan 3-7 kali lebih
lebih dari 45 tahun adalah kelompok tinggi dibandingkan pada laki-laki yaitu
usia yang beresiko menderita diabetes 2-3 kali (Jelantik dan Haryati, 2014)
melitus. Lebih lanjut dikatakan bahwa
diabetes melitus merupakan penyakit Distribusi selanjutnya yaitu
yang terjadi akibat penurunan fungsi Distribusi berdasarkan merokok atau
organ tubuh (degenerative) terutama tidaknya, dari hasil yang didapatkan
gangguan organ pankreas dalam bahwa responden yang merokok sebesar
menghasilkan hormon insulin sehingga 5 responden (17%), sedangkan yang
diabetes melitus akan meningkat tidak merokok sebesar 25 responden
kasusnya sejalan dengan bertambahnya (83%). Sehingga dapat disimpulkan
usia (Zahtamal et, al , 2007). kategori responden yang merokok lebih
rendah dibandingkan dengan yang tidak
Distribusi selanjutnya yaitu merokok. Hal ini dikarenakan pada
distribusi berdasarkan jenis kelamin. penelitian ini jumlah laki-laki yang
Distribusi berdasarkan jenis kelamin memeriksakan kadar gula darah
didapatkan hasil yaitu jenis kelamin sebanyak 8 responden lebih rendah
yang terbanyak menderita penyakit dibandingkan dengan jumlah
diabetes melitus yaitu yang berjenis perempuan. Dan responden yang
kelamin perempuan yaitu dari hasil merokok hanya 5 responden dari 30
penelitian didapat hasil responden responden. Sehingga dapat dikatakan
perempuan sebanyak 22 responden bahwa wajar jika responden yang
(73%), dan responden laki- laki merokok lebih rendah dibandingkan
sebanyak 8 responden (27 %). dengan yang tidak merokok.Padahal
Banyaknya responden perempuan yang sebuah studi yang dipublikasikan oleh
menderita diabetes melitus American journal of epidemiology
kemungkinan disebabkan karena (2013), seorang perokok berat yang
aktivitas dan gaya hidup perempuan merokok sebanyak 16-25 batang atau
yang kurang memperhatikan aspek lebih setiap harinya memiliki resiko dua
kesehatan Hal ini sesuai dengan kali lipat lebih banyak menderita
pernyataan Jelantik dan Haryati (2014) diabetes melitus jika dibandingkan
yang menyatakan bahwa perempuan dengan orang yang tidak merokok.
Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 53
Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

Penelitian lain juga dilakukan oleh normal dengan rentang nilai rata-rata
Anani, Sri dkk (2012) di RSUD yaitu antara 25-50 mg/dL, dan 21
Arjawinangun Kab. Cirebon dengan responden (70%) mempunyai kadar
studi cross sectional menunjukkan ureum darah tidak normal (>50) dengan
bahwa hasil uji statistik menunjukkan rentang nilai rata-rata yaitu antara 51-80
adanya hubungan antara merokok mg/dL. Berarti dapat dilihat bahwa
dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. penderita diabetes melitus dengan kadar
ureum darah (>50) lebih banyak
Distribusi selanjutnya yaitu dibandingkan dengan ureum darah
distribusi berdasarkan kadar gula darah normal. Hal ini berarti bahwa penderita
diabetes melitus dengan kadar gula diabetes melitus lebih rentan memiliki
darah tinggi (>100 mg/dl) sebanyak 23 kadar ureum tinggi. Hal ini sejalan
responden (77%) dengan rentang nilai dengan penelitian ahmad syahlani,
rata-rata kadar gula darahnya yaitu Nessy dkk (2016) tentang hubungan
antara 116-251 mg/dL, dan 7 responden diabetes melitus dengan kadar ureum
(23%) memiliki kadar gula normal kreatinin di poliklinik geriatric RSUD
dengan rentang nilai rata-rata kadar gula Ulin Banjarmasin yang dimana hasil
darahnya yaitu antara 75-95 mg/dL. . menunjukkan responden dengan kadar
Banyaknya responden yang menderita ureum tinggi sebanyak 22 responden
diabetes melitus dengan kadar gula (55%) dari 40 total responden. Hal ini
darah yang tinggi (hiperglikemia), dikarenakan pada pasien Diabetes
kemungkinan dapat disebabkan oleh Melitus terjadi suatu defisiensi sekresi
pola makan berlebihan dan melebihi insulin atau berkurangya efektifitas
jumlah kadar kalori yang dibutuhkan biologis dari isulin, akibat kekurangan
oleh tubuh. tingginya kadar gula darah insulin maka gula tidak dapat di ubah
didalam tubuh penderita Diabetes menjadi glikogen sehingga kadar gula
Melitus disebabkan karena penderita darah meningkat dan terjadi
diabetes melitus kemungkinan hiperglikemi, pada kejadian ini akan
mengalami gangguan pada insulin menyebabkan komplikasi
(resistensi insulin) ataupun rusaknya mikrovaskuler yaitu mengenai
pangkreas sehingga pankreas tidak pembuluh darah kecil didalam ginjal
mampu lagi untuk menghasilkan mengalami kematian, sehingga apabila
insulin. Hal ini sesuai dengan terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
pernyataan Guyton and Hall (2006) bisa menyaring dan mengabsorpsi
yang menyatakan bahwa penderita sejumlah gula dalam darah, salah satu
diabetes melitus tidak mampu indikator fungsi ginjal adalah dengan
menghasilkan insulin karena sel β pulau menilai Glomeruler Filtration Rate
langerhans di pankreas rusak, sehingga (GFR). GFR memberikan informasi
menyebabkan insulin tidak diproduksi tentang jumlah jaringan ginjal yang
(diabetes melitus tipe 2).Selain itu juga berfungsi, apabila nilai GFR mengalami
terjadinya resistensi insulin biasanya penurunan maka kadar ureum akan
terjadi pada penderita diabetes melitus meningkat (M.clevo & Margareth,
tipe 1. 2012)
Distribusi selanjutnya itu Data yang sudah di dapatkan pada
distribusi berdasarkan kadar ureum, penelitian ini kemudian diolah
didapatkan hasil bahwa 9 responden menggunakan aplikasi SPSS, dengan
(30%) mempunyai kadar ureum darah terlebih dahulu diuji Normalitas datanya
Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 54
Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

dengan menggunakan Uji Normalitas menyebabkan kadar ureum dalam darah


Kolmogrov-Smirnov. Pada uji meningkat.
Normalitas data dengan Kolmogrov-
Smirnov diperoleh hasil nilai signifikan KESIMPULAN
untuk kadar gula darah sebesar 0,1
Dari hasil penelitian yang telah
sedangkan nilai signifikan untuk kadar
dilakukan antara hubungan kadar gula
ureum darah sebesar 0,2 karena nilai
darah dengan ureum darah pada
signifikan kadar gula darah dan kadar
penderita Diabetes Melitus didapat hasil
ureum lebih besar > 0,05 , maka dapat
bahwa :
disimpulkan bahwa data kadar gula
darah dan kadar ureum darah Jumlah penderita Diabetes
berdistribusi normal. Sehingga dapat Melitus yang memiliki kadar gula darah
dilanjutkan ke uji korelasi dengan diatas normal (hiperglikemia) sebanyak
Pearson’s. 23 (77%) dengan rentang nilai rata-
ratanya yaitu antara 116-251 mg/dL,
Berdasarkan Uji Korelasi metode
lebih banyak dari pada jumlah penderita
Pearson’s dengan hubungan kadar gula
Diabetes Melitus dengan kadar gula
darah dengan kadar ureum darah di
darah normal (normoglikemia)
peroleh nilai signifikan P < 0,05 (0,00 <
sebanyak 7 (23%) responden dengan
0,05). Hal ini berarti ada hubungan
rentang nilai rata-ratanya yaitu 75-95
antara kadar gula darah dengan ureum
mg/dL.
darah pada penderita Diabetes Melitus.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumlah penderita Diabetes
(Kimemelstie, 2009 ) bahwa kadar gula Melitus yang memiliki kadar ureum
darah yang tinggi pada penderita diatas normal sebanyak 21 (70%)
diabetes melitus akan mengakibatkan dengan rentang nilai rata-ratanya yaitu
terjadinya aterosklorosis salah satunya antara 51-80 mg/dL, lebih banyak dari
pada pembuluh darah kecil didalam pada jumlah penderita diabetes melitus
ginjal. Yang akan mengakibatkan luka dengan kadar ureum normal sebanyak 9
yang disebabkan oleh kerusakan unit (30%) responden dengan rentang nilai
penyaringan pada ginjal. Sehingga jika rata-ratanya yaitu antara 25-50 mg/dL.
terjadi gangguangan fungsi pada ginjal
maka kadar ureum dalam darah akan Berdasarkan uji korelasi
meningkat. pernyataan lain juga dari menggunakan metode Pearson’s yaitu
(Arif & Kumala,2011) mengungkapkan untuk melihat hubungan kadar gula
bahwa penyakit diabetes melitus yang darah dengan ureum darah pada
berlangsung selama bertahun-tahun penderita diabetes melitus di dapatkan
akan menimbulkan kemunduraan faal hasil (0,00< 0,05), sehingga ada
ginjal, yaitu suatu keadaan yang dikenal hubungan antara kadar gula darah
dengan nefropati diabetik yang dengan ureum darah pada penderita
merupakan suatu sindrom klinik yang Diabetes Melitus. Artinya jika
terjadi pada penderita diabetes melitus, kadargula darah meningkat maka kadar
ditandai denngan keadaan ureum darah juga meningkat.
mikroalbuminuria maka akan terjadi
uremia. Pada penderita diabetes melitus
jika terjadi mikroalbuminuria maka
akan terjadi uremia yang akhirnya

Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 55


Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA Dalam.Yogyakarta: Nuha


Medika.
Ahmad syahlani, Nessy Anggun,
M.Syamsul Mahdiana, R. 2010. Mencegah Penyakit
Ma’arif.,2016.Hubungan Kronis Sejak Dini. Yogyakarta:
Diabetes Melitus dengan kadar Tora Book..
ureum kreatini di Poliklinik
Geriatri RSUD Ulin Murray, Robert, K. Darylk, Granner,
Banjarmasin. Skripsi,.STIKES Peter, A. mayos, Victor, W.
Sari Mulia Banjarmasin, Rodwell. 2003. Biokimia
Banjarmasin Harper. EGC. Jakarta.

Anani,ri., Udiyono., Ginanjar, Praba.


(2012). Hubungan Antara P.B. PERKENI, 2011. Konsensus
Prilaku Pengendalian Diabetes Pengolahan Diabetes Melitus
Melitus dan Kadar Glukosa di Indonesia
Darah Pasien Rawat Jalan
Diabetes Melitus (studi kasus Purnomo , H. 2009. Pencegahan dan
di RSUD Arjawinangun Pengobatan Penyakit yang
KabupatenCirebon).http://journ Paling Mematikan.
al.sI,undip.ac.id/index.php/jkm Yogyakarta: Buana Pustaka
/article/download/1136/1159.,d
iunduh tanggal 9 Mei 2018. Rifandi, J & Yonata, A.
2015.Hubungan Diabetes
Arif Muttaqin & Kumala Sari, Melitus dengan Kejadian
2011.Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik. Di unduh
Gangguan Sistem Perkemihan. pada 8 Desember 2017
Penerbit EGC, Jakarta
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat 2007. Badan Penelitian dan
And Risk of Clinic Type Pengembangan Kesehatan,
Diabetes. American journal of Departemen Kesehatan,
Epidemiology. Republik Indonesia. Jakarta
2003:15(1);150-9
Smeltzer& Bare 2013 Buku Ajar
Jelantik dan Haryani, E Keperawatan Medikal Bedah
(2014).Hubungan Faktor Bruner & Suddarth Edisi
Resiko Umur, Jenis Kelamin, 8.Jakarta : EGC
Kegemukan, dan Hipertensi
dengan kejadian Diabetes Sugiyono, (2008).Metode Penelitian
Melitus Tipe II di wilayah Kuantitatif, Kualitatif dan
kerja puskesmas Mataram : R&D. Penerbit Alfabeta :
Medai Bina Ilmiah 39.1(8):1-2 Bandung

M. Clevo Rendy,Margareth TH. 2012. Zahtamal, Chandra F, Suyanto, dan


Asuhan Keperawatan Medikal Restuastuti T. 2007, Faktor-
Badah Penyakit faktor resiko pasien diabetes

Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 56


Volume 2. No. 2 – Oktober 2018
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6357
lppm-politeknikmfh@gmail.com

melitus, Fakultas Kedokteran


Universitas Riau : Riau

Media of Medical Laboratory Science Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 57


Volume 2. No. 2 – Oktober 2018

Potrebbero piacerti anche