Sei sulla pagina 1di 15

PENDIDIKAN SENI TARI

MELALUI PENDEKATAN EKSPRESI BEBAS,


DISIPLIN ILMU, DAN MULTIKULTURAL
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA

Eny Kusumastuti
Staf Pengajar Sendratasik, FBS, UNNES,
Email: eny_unnes@yahoo.com

Abstract
The problem of the study is how the process of the implementation of dance education
through the approach of free expression, disciplines and multicultural as an effort to increase
students' creativity. The study employed qualitative approach with the researcher herself as
the research instrument. Data collection techniques included focused interviews, participant
observation, and study documentation. Data analysis was done by reducing, clarifying,
describing, concluding, and interpreting all the information selectively. The results show the
process of implementation of dance education is inseparable from the teaching-learning
process, which covers: curriculum, objectives, teaching materials, methods of teaching and
learning activities, facilities and infrastructure, and evaluation. Free expression approach in
learning the art of dance is done by providing opportunities for students to develop
movements, done through observing objects, image and music. The implementation process
of learning the art of dance through discipline approach is done by giving the subject matter
theoretically based on scientific viewpoint. The implementation process of learning the art of
dance through a multicultural approach is done by introducing, practicing, and doing
reformation to the students about the diversity of cultural arts of their homeland.

Kata Kunci: pendidikan seni tari, pendekatan ekspresi bebas, multikultural,


kreativitas

PENDAHULUAN pembelajaran yang diterapkan di


Kreativitas adalah sebuah ciri sekolah tampak masih lebih
kehidupan manusia. Kemampuan mengutamakan pengembangan
kreatif ini dapat dipupuk dan intelektual daripada pemupukan
dikembangkan salah satunya melalui krativitas siswa (Munandar 1983: 84-85).
media pendidikan. Pendidikan sebagai Demikian pula De Bono (dalam
sarana pemupukan dan pengembangan Sumaryanto 2001: 2-3) melihat bahwa
kreativitas siswa, harus dikelola dengan dalam pendidikan, kemampuan
sebaik mungkin. Oleh karena itu, guru 101 berpikir vertikal (intelektual) siswa
sebagai ujung tombak pendidikan harus lebih dipentingkan daripada
dibekali kemampuan yang memadai kemampuan berpikir lateral (termasuk
mengenai bagaimana membelajarkan kreativitas), meskipun seharusnya
anak didiknya. Dengan kemampuan kedua kemampuan berpikir tersebut
yang memadai, diharapkan kreativitas saling menunjang.
siswa dapat dirangsang dan akhirnya Berdasarkan pengamatan awal,
siswa memiliki kemampuan pembelajaran seni untuk siswa berjalan
memecahkan masalah secara kreatif. sendiri-sendiri, dan tidak ada
Namun dalam kenyataannya, strategi kesinambungan serta keterkaitan antara
seni yang satu dengan seni yang lain. kreativitas guru, bukan merupakan
Penyebabnya adalah salah satunya hasil dari kreativitas siswa sendiri. Hal
karena ketidakmampuan guru dalam ini sangat bertentangan dengan tujuan
mengembangkan kreativitas siswa pendidikan seni itu sendiri, bahwa seni
(Nursito 2000: 11). Keadaan ini lebih merupakan salah satu wadah untuk
diperburuk dengan kekurangmantapan melatih siswa agar dapat
keterampilan dalam berkarya seni dan mengekspresikan jiwa melalui media
minimnya wawasan guru terhadap gerak. Oleh karena itu perlu adanya
materi, tujuan dan hakekat pendidikan perubahan strategi pembelajaran seni di
seni dan kurangnya sarana yang ada di Sekolah Menengah Pertama, agar seni
sekolah. mampu mengembangkan kreativitas
Pada hakekatnya pembelajaran siswa sejalan dengan tingkat usianya.
seni jika dikelola dengan baik akan Salah satu strategi yang tepat
dapat memberikan banyak kontribusi dalam pembelajaran seni untuk
dalam meningkatkan kreativitas anak memupuk dan mengembangkan
didik. Karena pentingnya pembelajaran kreativitas siswa adalah pendekatan
ini, maka perlu dipersiapkan kondisi- ekspresi bebas, pendekatan disiplin
kondisi yang memberikan ilmu, dan pendekatan multikultural
kemungkinan pada anak didik untuk yang sifatnya terarah. Pendekatan
dapat menyalurkan bakat dan ekspresi bebas merupakan strategi
kreativitasnya secara optimal. Untuk pembelajaran yang melibatkan siswa
itu, bukan saja diperlukan sarana yang dalam memecahkan masalah secara
memadai tetapi juga kesiapan pihak- bersama-sama, pendekatan disiplin
pihak yang bertanggung jawab ilmu adalah strategi pembelajaran
terhadap pendidikan tari, termasuk dengan menggunakan ilmu sebagai
guru sebagai pengelola sistem kerangka berfikir, pendekatan
instruksional. Oleh sebab itu, disamping multikultural merupakan strategi
menguasai teori-teori yang melandasi pembelajaran yang mengenalkan siswa
pendidikan seni, guru-guru yang dengan bermacam seni budaya dari
mengajar seni juga dituntut untuk berbagai daerah. Untuk itu, perlu
mampu menerapkan strategi-strategi kiranya dilakukan penelitian untuk
pembelajaran seni yang tepat. Guru mengkaji secara mendalam bagaimana
harus mampu memahami kurikulum proses pelaksanaan pendidikan seni tari
yang sedang digunakan saat ini, melalui pendekatan ekspresi bebas,
mampu menjabarkan secara lebih disiplin ilmu dan multikultural sebagai
terperinci lagi, mampu merancang dan upaya peningkatan kreativitas siswa.
mengaplikasikan strategi instruksional Kreativitas adalah
yang tepat serta dapat memacu dan kecenderungan untuk mengaktualisasi
mengembangkan kreativitas anak didik. diri, mewujudkan potensi, dorongan
Dari hasil pembelajaran seni tari, untuk berkembang dan menjadi matang,
terlihat bahwa siswa hanya dapat kecenderungan untuk mengekspresikan
menerima materi gerak dari gurunya dan mengaktifkan semua kemampuan
dan menirukan, tanpa ada kesempatan organisme (Roger, 1962 dalam
untuk mengolah dan menunjukkan Munandar 1999: 18). Sedangkan Clark
kreativitasnya. Sehingga dapat Moustakis (dalam Munandar 1999: 18)
disimpulkan bahwa pendidikan seni menyatakan bahwa kreativitas adalah
yang diterima oleh siswa merupakan pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu konsep diri yang dimilikinya akan
dalam bentuk terpadu dalam hubungan menurun dan ini akan mengakibatkan
dengan diri sendiri, dengan alam dan gangguan terhadap kesehatan mental
dengan orang lain. (Carin dan Sund 1978: 77). Hal ini
Ausebel (dalam Sumaryanto hampir sama dengan apa yang
2001: 4) membedakan istilah kreativitas dikemukakan oleh Munandar (1983: 70-
sebagai suatu ciri perbedaan individual 76) bahwa kreativitas akan dapat
yang mencakup rentang lebar dan ditingkatkan jika ada dukungan budaya
berkesinambungan, dengan istilah kreatif atau yang diistilahkan sebagai
“orang kreatif” yang hanya digunakan creativogenic. Demikian juga Bower,
secara terbatas untuk menyebut Bootzin dan Zajonc (1987: 232)
individu unik yang memiliki ciri yang mengemukakan bahwa dukungan sosial
langka dengan kadar luar biasa, yaitu merupakan sesuatu yang dapat
suatu kadar tertentu yang meningkatkan kreativitas anak.
menempatkannya secara kualitatif Munandar (1983: 78-79)
berbeda dari kebanyakan individu mengklasifikasikan proses kreatif dalam
lainnya. Menurut Santrock (dalam empat tahapan yaitu persiapan
Sumaryanto 2001: 4) kreativitas adalah (preparation), inkubasi (incubation),
kemampuan untuk berfikir tentang iluminasi (illumination) dan verifikasi
sesuatu dengan cara yang baru dan (verification). Tidak setiap proses kreatif
tidak umum untuk dapat menemukan melibatkan empat langkah tersebut.
pemecahan masalah yang unik. Lebih Primadi (2000: 24-33) mengemukakan
lanjut dikatakan bahwa pada tingkatan bahwa proses kreasi pada dasarnya
tertentu intelegensi dibutuhkan untuk terdiri dari dua tahap, yaitu tahap ide
dapat kreatif, namun anak-anak yang dan tahap pelaksanaan ide. Kedua
sangat tinggi intelegensinya bukanlah tahap tersebut berisi delapan tingkat
anak yang sangat kreatif. proses kreasi. Proses ide adalah hasil
Guilford (dalam Vogel 1986 ; integrasi proses imaginasi, dari tingkat
dalam Sumaryanto 2001) mengatakan biasa sampai tingkat tertinggi, dari
bahwa paling sedikit terdapat dua ketiga jenis dan sumber image yang kita
kemampuan yang terlibat dalam miliki, dari semua indera, dalam
berfikir kreatif, yaitu kemampuan penghayatan. Tahap ide meliputi (1)
produksi-divergen dan kemampuan persiapan, (2) pengumpulan bahan, (3)
transformasi. Sedangkan Vogel (1986: empathy menuju pra ide, (4)
192) berpendapat bahwa kreativitas pengeraman pra ide, (5) penetasan ide.
tampaknya berkorelasi dengan Selanjutnya tahap pelaksanaan adalah
fleksibilitas dalam proses berfikir, yaitu proses pelaksanaan sebagaimana
adanya gagasan-gagasan yang lebih mengejawantah keluar. Proses
mengarah pada kompleksitas dalam pelaksanaan terdiri dari: (6) aspek luar
berfikir. Karena itu Vogel pelaksanaan, (7) aspek integral
mendefinisikan kreativitas sebagai pelaksanaan, (8) tingkat kreasi tertinggi.
proses berfikir yang menghasilkan Tingkat-tingkat dalam proses kreasi
pemecahan masalah. tersebut tidak harus berurutan
Manusia memiliki potensi untuk pelaksanaannya, dapat meloncat-loncat,
menjadi kreatif. Bila manusia terlibat berubah urutannya, saling overlapping,
dalam tindakan kreatif, maka hal berintegrasi dan sebagainya.
tersebut akan lebih menumbuhkan
Pembelajaran seni untuk siswa seluas-luasnya di dalam proses
idealnya diberikan saling keterkaitan pengungkapan gerak tarinya, sehingga
antara seni musik, seni tari, seni rupa hasil akhir bukanlah merupakan tujuan
dan drama. Sebagaimana yang telah utama. Di samping itu, anak
dirumuskan oleh Depdiknas (2001: 7) mempunyai kesempatan untuk
bahwa pembelajaran seni meliputi mendapatkan pengalaman estetis dan
semua bentuk kegiatan tentang aktivitas mengenal berbagai budaya daerah lain,
fisik dan cita rasa keindahan, yang serta mampu melakukan interaksi sosial
tertuang dalam kegiatan berekspresi, dalam lingkungan sosial masyarakat.
bereksplorasi, berkreasi dan Pembelajaran tari pada
berapresiasi melalui bahasa rupa, bunyi, umumnya dilakukan dengan metode
gerak dan peran. imitatif, dimana guru hanya
Seni diajarkan saling berkaitan mendemonstrasikan gerak tari yang
antara seni suara, gerak, rupa dan kemudian ditirukan oleh anak. Dengan
drama karena seni memiliki sifat metode imitatif ini, anak hanya boleh
multilingual, multidimensional, dan bergerak sesuai dengan gerakan
multikultural. Seni yang gurunya tanpa adanya kesempatan
multidimensional pada dasarnya dapat untuk mengeluarkan kreativitasnya
mengembangkan kemampuan dasar sendiri. Metode ini mempunyai
manusia seperti fisik, perseptual, kelemahan, yaitu anak tidak bisa
intelektual, emosional, sosial, kreativitas mengeluarkan kreativitasnya dan lebih
dan estetik (V. Lowenfeld dalam cenderung pasif, menunggu perintah
Kamaril 2001: 2-3). Seni yang dari gurunya. Untuk mengatasi hal-hal
multilingual dapat mengembangkan yang demikian, ditawarkan sebuah
kemampuan manusia dalam strategi pengajaran yang melibatkan
berkomunikasi secara visual atau rupa, anak dalam proses kegiatan belajar
bunyi, gerak dan keterpaduannya mengajar, yaitu pendekatan ekpresi
(Golberg 1997: 8). Seni yang bebas.
multikultural berarti seni yang
bertujuan menumbuhkembangkan Pendekatan Ekspresi Bebas Dalam
kesadaran dan kemampuan berapresiasi Pendidikan Seni Tari
terhadap keragaman budaya lokal dan Pendekatan ekspresi bebas
global sebagai pembentukan sikap merancang kegiatan pembelajarannya
menghargai, toleran, demokratis, dengan menggunakan model emerging
beradab dan hidup rukun dalam curriculum yaitu kegiatan pembelajaran
masyarakat dan budaya majemuk yang tidak dirancang sebelumnya tetapi
(Kamaril 2001: 4). berkembang sesuai dengan keinginan
Tujuan yang paling utama anak. Dengan cara ini, guru
pendidikan seni tari adalah membantu menanyakan kepada siswa, kegiatan
siswa melalui tari untuk menemukan apa yang ingin dilakukannya dan
hubungan antara tubuhnya dengan kemudian menyiapkan segala
seluruh eksistensinya sebagai manusia. sesuatunya untuk memberikan
Dengan demikian pendidikan tari kemudahan bagi siswa untuk
berfungsi sebagai alternatif melaksanakan kegiatannya. Ada
pengembangan jiwa anak menuju kemungkinan oleh satu hal tiba-tiba
kedewasaannya. Melalui penekanan siswa berubah fikiran, maka guru pun
kreativitas anak diberi kesempatan yang harus segera menyesuaikan diri dengan
keinginan sang siswa. Implementasi sebagaimana yang diungkapkan oleh
pendekatan ekspresi bebas semacam ini Dobbs (1992: 9) adalah bidang studi
cocok dilakukan di sanggar tari yang yang bercirikan (1) memiliki isi
bersifat non formal, sedangkan untuk pengetahuan (body of knowledge), (2)
sekolah yang memiliki kurikulum serta adanya masyarakat pakar yang
jadwal yang ketat, sulit untuk dilakukan. mempelajari ilmu tersebut, serta (3)
Karena sulitnya menerapkan tersedianya metode kerja yang
pendekatan ekspresi bebas secara murni memfasilitasi kegiatan eksplorasi dan
di sekolah, maka pendidik seni rupa penelitian.
mengembangkan pendekatan ekpresi Chapman (1978) berpendapat
bebas secara lebih terarah. bahwa pendidikan seni yang
Dengan pendekatan terarah ini, memberikan kesempatan pada anak
guru melaksanakan kegiatan untuk mengekspresikan emosinya
pembelajaran sesuai dengan jadwal adalah penting, tetapi jangan karena itu,
yang ditetapkan tetapi dengan siasat kegiatan mempelajari ilmu seni
tertentu agar supaya siswa dapat diabaikan. Menurut Eisner (1987/1988)
mengekpresikan dirinya sesuai dengan bahwa pendidikan seni berbasis disiplin
apa yang diharapkan. Siasat tersebut bertujuan menawarkan program
berupa kegiatan pemanasan untuk pembelajaran yang sistematik dan
merangsang dan memberikan motif berkelanjutan dalam empat bidang yang
berekspresi kepada siswa. Kegiatan digeluti orang dalam dunia seni yaitu
pemanasan atau biasa pula disebut bidang penciptaan, penikmatan,
pemberian motivasi dapat dilakukan pemahaman dan penilaian. Keempat
dengan berbagai cara, antara lain:(1) bidang tersebut haruslah tercermin
Bercerita atau berdialog dengan anak dalam kurikulum. Anak hendaknya
untuk membangkitkan perhatian dan tidak hanya diberi kesempatan
merangsang lahirnya motif yang dapat berekspresi/menciptakan karya seni
dijadikan dasar dalam berkarya. tetapi mereka juga perlu mempelajari
(2)Memberikan kepada siswa, bagaimana caranya menikmati suatu
pengalaman kontak langsung dengan karya seni, dan memahami konteks dari
alam secara sadar, misalnya dengan sebuah karya seni. Keempat bidang
mengajak siswa untuk mencermati tersebut hendaknya diajarkan secara
keadaan sekelilingnya yang mungkin terpadu.
selama ini diabaikan, seperti detail Perbedaan antara pendidikan
bunga-bungaan yang tumbuh seni berbasis disiplin dengan
disekeliling sekolah, hewan yang pendekatan ekspresi bebas tidak hanya
berkeliaran mencari makan, pejalan kaki terletak pada kekomprehensifan
serta kendaraan yang lalu-lalang. (3) cakupan kegiatan yang ditawarkan,
Mendemonstrasikan proses penciptaan tetapi juga pada bagaimana filosofi
karya seni tari yang akan diajarkan. program dan cara membelajarkan anak.
Pada pendekatan ekspresi bebas, anak
Pendekatan Disiplin Ilmu dalam diperlakukan secara istimewa dengan
Pendidikan Seni Tari membiarkannya untuk secara bebas
Dipandangnya seni sebagai menyatakan apa yang ingin
disiplin ilmu merupakan asumsi pokok diekspresikannya. Guru tidak diijinkan
yang mendasari konsep pendekatan ini. mengintervensi. Peran guru hanyalah
Disiplin ilmu dalam pengertian ini memberikan kemudahan bagi anak
dalam berekspresi. Maka lahirlah multikultural yaitu: (1) ketidakadilan
kurikulum yang dikenal dengan dalam masyarakat, (2) kebutuhan akan
emerging curriculum, suatu kurikulum identitas, (3) keadaan geografis yang
yang tidak siap pakai tetapi disusun berubah, (4) keinginan untuk
mengikuti kehendak anak pada suatu menghilangkan prasangka buruk, (5)
kegiatan pembelajaran. Anaklah yang konsekuensi munculnya seni rupa
menentukan mengenai pengalaman posmodernisme.
belajar apa yang akan dilakukannya. Pendidikan seni multikultural
Berdasarkan keinginan sang anak, maka pada dasarnya merupakan sebuah
guru pun menyiapkan fasilitas. Pada filosofi, gagasan besar atau pendekatan,
pendidikan seni berbasis disiplin, di atas mana beragam program
kurikulum yang digunakan bersifat siap pembelajaran dikembangkan. Karena
pakai dengan program yang tersusun sifatnya yang demikian maka
secara sistematis. Dengan mengacu pendidikan seni multikultural tidak
pada kurikulum siap pakai inilah, guru identik dengan model pembelajaran
melaksanakan pembelajaran. Jeffers tertentu. Cirinya yang esensiil hanyalah
membandingkan kedua pendekatan ini pada semangat untuk mempromosikan
dengan menggunakan metafora keragaman budaya melalui kegiatan
pertumbuhan alamiah dengan metafora seni. Spektrum pendidikan
pembentukan. Metafora pertumbuhan multikultural secara faktual tercermin
alamiah mengandaikan anak sebagai pada kegiatan pendidikan seni yang
sekuntum bunga atau tanaman, guru dikelompokkan atas tiga model yaitu
sebagai tukang kebun dan sekolah model pengenalan, model pengamalan,
sebagai kebun. Guru sebagai tukang dan model perombakan.
kebun haruslah menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga anak sebagai METODE
tanaman tumbuh secara subur dan Penelitian ini menggunakan
alamiah. Pada sisi lain, metafora pendekatan kualitatif, dengan sasaran
pembentukan memandang anak sebagai utama penelitian proses peningkatan
tanah liat dan guru sebagai pematung. kreativitas siswa dalam pendidikan seni
Anak sebagai tanah liat berada pada tari melalui pendekatan ekspresi bebas,
posisi untuk memilih atau menolak disiplin ilmu, dan multikultural.
bentuk akhir dari dirinya sendiri. Penelitian ini mengambil lokasi di
Sekolah Menengah Pertama Kota
Pendekatan Multikultural dalam Semarang dengan asumsi di Sekolah
Pendidikan Seni Tari Menengah Pertama fasilitas yang
Pendidikan seni multikultural menunjang kegiatan belajar-mengajar
merupakan pendekatan pendidikan dan kualitas maupun kuantitas tenaga
yang mempromosikan keragaman pengajar lebih lengkap, serta dalam
budaya melalui kegiatan penciptaan, setiap perolehan informasi lebih awal
penikmatan dan pembahasan baik informasi tentang akademis
keindahan rupa (visual). Pendidikan maupun non akademis. Teknik
seni multikultural lahir sebagai salah pengumpulan data menggunakan
satu bagian dari pendidikan wawancara terarah dan tidak terarah,
multikultural. Ada beberapa faktor observasi partisipan dan studi
yang secara bersama-sama melatar dokumentasi. Analisis data yang
belakangi kelahiran pendidikan digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada analisa Miles dan pelajaran yang ada. Substansi muatan
Huberman (1994: 10) dimana proses lokal ditentukan oleh satuan
analisis data yang digunakan secara pendidikan. Pengembangan diri bukan
serempak mulai dari proses merupakan mata pelajaran yang harus
pengumpulan data, mereduksi, diasuh oleh guru. Pengembangan diri
mengklarifikasi, mendiskripsikan, bertujuan memberikan kesempatan
menyimpulkan dan kepada peserta didik untuk
menginterprestasikan semua informasi mengembangkan dan mengekspresikan
secara selektif. Pemeriksaan keabsahan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
data dalam penelitian ini, memakai dan minat setiap peserta didik sesuai
dependabilitas dan konfirmabilitas (Lincoln dengan kondisi sekolah. Kegiatan
dan Guba dalam Jazuli 2001: 34). pengembangan diri difasilitasi dan atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau
HASIL DAN PEMBAHASAN tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan
Proses Pelaksanaan Pendidikan Seni ekstrakurikuler. Kegiatan
Tari di Sekolah Menengah Pertama pengembangan diri dilakukan melalui
Proses pelaksanaan pendidikan kegiatan pelayanan konseling yang
seni tari tidak terlepas dari proses berkenaan dengan masalah diri pribadi
belajar mengajarnya, yang meliputi: dan kehidupan sosial, belajar, dan
kurikulum, tujuan, materi pembelajaran, pengembangan karir peserta didik; (2)
metode kegiatan Belajar Mengajar, Substansi mata pelajaran IPA dan IPS
sarana dan prasarana, dan evaluasi. pada SMP/MTs merupakan “IPA
Terpadu” dan “IPS Terpadu”; (3) Jam
Kurikulum pembelajaran untuk setiap mata
Kurikulum yang digunakan pelajaran dialokasikan sebagaimana
dalam pembelajaran di Sekolah tertera dalam struktur kurikulum.
Menengah Pertama adalah Kurikulum Satuan pendidikan dimungkinkan
Tingkat Satuan Pendidikan. Struktur menambah maksimum empat jam
Kurikulum SMP/MTs meliputi pembelajaran per minggu secara
substansi pembelajaran yang ditempuh keseluruhan; (4) Alokasi waktu satu jam
dalam satu jenjang pendidikan selama pembelajaran adalah 40 menit; (5)
tiga tahun mulai Kelas VII sampai Minggu efektif dalam satu tahun
dengan Kelas IX. Struktur kurikulum pelajaran (dua semester) adalah 34-38
disusun berdasarkan standar minggu.
kompetensi lulusan dan standar Dalam proses pelaksanaan
kompetensi mata pelajaran dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
ketentuan sebagai berikut: (1) terlebih dahulu perlu pemahaman dan
Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata penjabaran Kurikulum Tingkat Satuan
pelajaran, muatan lokal, dan Pendidikan dalam mata pelajaran Seni
pengembangan diri. Muatan lokal Budaya. Pembelajaran Seni Budaya
merupakan kegiatan kurikuler untuk termasuk dalam kategori rumpun mata
mengembangkan kompetensi yang pelajaran Estetika. Kelompok mata
disesuaikan dengan ciri khas dan pelajaran estetika dimaksudkan untuk
potensi daerah, termasuk keunggulan meningkatkan sensitivitas, kemampuan
daerah, yang materinya tidak dapat mengekspresikan dan kemampuan
dikelompokkan ke dalam mata mengapresiasi keindahan dan harmoni.
Kemampuan mengapresiasi dan apresiasi, dan kreasi dengan cara
mengekspresikan keindahan serta memadukan secara harmonis unsur
harmoni mencakup apresiasi dan estetika, logika, kinestetika, dan etika.
ekspresi, baik dalam kehidupan Sifat multikultural mengandung makna
individual sehingga mampu menikmati pendidikan seni
dan mensyukuri hidup, maupun dalam menumbuhkembangkan kesadaran dan
kehidupan kemasyarakatan sehingga kemampuan apresiasi terhadap
mampu menciptakan kebersamaan beragam budaya Nusantara dan
yang harmonis. mancanegara. Hal ini merupakan
Muatan seni budaya wujud pembentukan sikap demokratis
sebagaimana yang diamanatkan dalam yang memungkinkan seseorang hidup
Peraturan Pemerintah Republik secara beradab serta toleran dalam
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang masyarakat dan budaya yang majemuk.
Standar Nasional Pendidikan tidak Pendidikan Seni Budaya dan
hanya terdapat dalam satu mata Keterampilan memiliki peranan dalam
pelajaran karena budaya itu sendiri pembentukan pribadi peserta didik
meliputi segala aspek kehidupan. yang harmonis dengan memperhatikan
Dalam mata pelajaran Seni Budaya, kebutuhan perkembangan anak dalam
aspek budaya tidak dibahas secara mencapai multikecerdasan yang terdiri
tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. atas kecerdasan intrapersonal,
Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya interpersonal, visual spasial, musikal,
pada dasarnya merupakan pendidikan linguistik, logik matematik, naturalis
seni yang berbasis budaya. serta kecerdasan adversitas, kecerdasan
Pendidikan Seni Budaya dan kreativitas, kecerdasan spiritual dan
Keterampilan diberikan di sekolah moral, dan kecerdasan emosional.
karena keunikan, kebermaknaan, dan Bidang seni rupa, musik, tari,
kebermanfaatan terhadap kebutuhan dan teater memiliki kekhasan tersendiri
perkembangan peserta didik, yang sesuai dengan kaidah keilmuan masing-
terletak pada pemberian pengalaman masing. Dalam pendidikan seni budaya,
estetik dalam bentuk kegiatan aktivitas berkesenian harus
berekspresi/berkreasi dan berapresiasi menampung kekhasan tersebut yang
melalui pendekatan: “belajar dengan tertuang dalam pemberian pengalaman
seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar mengembangkan konsepsi, apresiasi,
tentang seni.” Peran ini tidak dapat dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui
diberikan oleh mata pelajaran lain. upaya eksplorasi elemen, prinsip,
Pendidikan Seni Budaya proses, dan teknik berkarya dalam
memiliki sifat multilingual, konteks budaya masyarakat yang
multidimensional, dan multikultural. beragam.
Multilingual bermakna pengembangan Bentuk penjabaran Kurikulum
kemampuan mengekspresikan diri Tingkat Satuan Pendidikan dimulai dari
secara kreatif dengan berbagai cara dan Standar Kompetensi dan Kompetensi
media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, Dasar. Guru SMP harus betul-betul
peran dan berbagai perpaduannya. memahami Standar Kompetensi dan
Multidimensional bermakna Kompetensi Dasar, kemudian
pengembangan beragam kompetensi menjabarkan dalam materi belajar satu
meliputi konsepsi (pengetahuan, semester. Dalam satu semester, guru
pemahaman, analisis, evaluasi), menentukan jumlah minggu efektif, dan
dari minggu efektif ini kemudian terhadap gerak tari; (4) seni teater,
dijabarkan menjadi hari efektif. Sedang mencakup keterampilan olah tubuh,
setiap mata pelajaran mempunyai olah pikir, dan olah suara yang
waktu pertemuan selama 45 menit pementasannya memadukan unsur seni
dalam satu hari efektif. Tujuan musik, seni tari dan seni peran.
pembelajaran yang direncanakan harus Di antara keempat bidang seni
sesuai dengan Standar Kompetensi dan yang ditawarkan, minimal diajarkan
Kompetensi Dasar. Setiap tujuan satu bidang seni sesuai dengan
pembelajaran akan muncul satu pokok kemampuan sumberdaya manusia serta
bahasan materi pelajaran. Materi fasilitas yang tersedia. Pada sekolah
pelajaran ini harus sesuai dengan yang mampu menyelenggarakan
Standar Kompetensi dan Kompetensi pembelajaran lebih dari satu bidang seni,
Dasar. Standar Kompetensi dan peserta didik diberi kesempatan untuk
Kompetensi Dasar menjadi arah dan memilih bidang seni yang akan
landasan untuk mengembangkan materi diikutinya.
pokok, kegiatan pembelajaran dan Tujuan pembelajaran seni tari
indikator pencapaian kompetensi untuk yang terdapat di sekolah Menengah
penilaian. Dalam merancang kegiatan Pertama yaitu siswa diharapkan
pembelajaran dan penilaian, perlu memiliki pengetahuan tentang hakekat
memperhatikan Standar Proses dan karya seni dan prosedur penciptaannya,
Standar Penilaian. Selanjutnya guru memiliki kepekaan rasa yang
menentukan langkah-langkah memungkinkannya untuk mencerap
pembelajaran yang dituangkan dalam nilai-nilai keindahan yang ada di
bentuk kegiatan belajar mengajar. sekelilingnya serta membuat penilaian
yang sensitif terhadap kualitas artistik
Tujuan Pembelajaran Seni Tari suatu karya seni, memiliki keterampilan
Mata pelajaran Seni Budaya yang memungkinkannya untuk
bertujuan agar peserta didik memiliki berekspresi melalui media rupa, bunyi,
kemampuan memahami konsep dan gerak, atau lakon secara lancar atau
pentingnya seni budaya, menampilkan menciptakan karya seni untuk
sikap apresiasi terhadap seni budaya, kehidupan pribadi dan sosialnya.
menampilkan kreativitas melalui seni Tujuan tersebut menunjukkan bahwa
budaya, menampilkan peran serta pendidikan seni tari yang
dalam seni budaya dalam tingkat lokal, diselenggarakan di Sekolah Menengah
regional, maupun global. Mata Pertama tersebut berorientasi pada
pelajaran Seni Budaya meliputi aspek- siswa. Disini terlihat bahwa siswa
aspek: (1) seni rupa, mencakup merupakan faktor yang utama,
pengetahuan, keterampilan, dan nilai sedangkan seni tari tidak lebih sebagai
dalam menghasilkan karya seni berupa alat. Dengan tujuan pembelajaran seni
lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, tari tersebut, mengharuskan guru tari
dan sebagainya; (2) seni musik, agar berhati-hati memperlakukan siswa
mencakup kemampuan untuk untuk berekspresi, sehingga perlu
menguasai olah vokal, memainkan alat mengenal siswa dengan baik dalam
musik, apresiasi karya musik; (3) seni mengembangkan potensi minat
tari, mencakup keterampilan gerak bakatnya. Perlakuan guru tersebut
berdasarkan olah tubuh dengan dan nantinya akan membentuk dan
tanpa rangsangan bunyi, apresiasi mengembangkan kreativitas siswa.
Pada hakekatnya pembelajaran Metode yang digunakan guru
seni tari di Sekolah Menengah Pertama dalam proses pembelajaran seni tari di
bertujuan untuk memberikan Sekolah Menengah Pertama adalah
pengarahan dan bimbingan yang benar- metode ceramah, metode tanya jawab,
benar mampu mengarahkan siswa metode meniru dan metode
melakukan proses apresiasi, eksplorasi, demonstrasi. Metode ceramah adalah
dan kreasi. Pembelajaran seni tari di metode mengajar guru yang dilakukan
lingkungan Sekolah Menengah Pertama guru dengan cara menjelaskan materi
diharapkan dapat memberikan pelajaran. Metode ini biasanya
kesempatan kepada siswa untuk digunakan untuk menjelaskan materi
mengolah kemampuannya dan teori. Metode Tanya jawab digunakan
kreativitasnya. Untuk membantu siswa guru dalam pembelajaran seni tari
dalam mengolah kemampuannya dan dengan tujuan untuk mengetahui
kreativitasnya, perlu dilakukan latihan sejauhmana pengetahuan siswa dalam
secara berkelanjutan dengan bimbingan menyerap pelajaran melalui proses
dari guru. Diharapkan dengan latihan Tanya jawab. Metode imitasi atau
yang terus menerus dengan bimbingan meniru adalah metode mengajar yang
dari guru, anak mampu meningkatkan dilakukan guru dengan cara guru
kemampuan dan kreativitasnya. memberi contoh gerakan, siswa
Kemampuan siswa dapat dilihat pada menirukan gerak yang diberikan guru.
keberhasilan siswa dalam melakukan Metode demonstrasi adalah
gerakan menari, sedangkan kreativitas memberikan pengalaman belajar
siswa dapat dilihat dan dirasakan pada melalui
proses penciptaan secara sederhana mendemonstrasikan/mempraktekan.
karya tari.
Sarana dan Prasarana
Materi Pembelajaran Kelancaran proses pembelajaran
Menentukan materi seni tari di Sekolah Menengah Pertama
pembelajaran seni tari bagi siswa didukung oleh adanya sarana dan
Sekolah Menengah Pertama tidaklah fasilitas yang cukup memadai,
mudah. Dibutuhkan pengetahuan dan diantaranya adalah sebagai berikut:
kecermatan dari guru dalam pemilihan gedung yang cukup representative,
materi pembelajaran seni tari bagi siswa ruang kelas yang luas dan tertata rapi,
Sekolah Menengah Pertama, yang ruang aula sebagai tempat latihan
sesuai dengan kurikulum Tingkat menari, tape recorder, video player, dan
Satuan Pendidikan, yang dapat tv. Peranan dari masing-masing sarana
memberikan rangsangan, motivasi, di atas, dapat memberikan kesempatan
bimbingan dan kreativitas siswa. Proses kepada siswa untuk beraktivitas yang
belajar mengajar di lingkungan Sekolah lebih luas dalam berbagai kegiatan
Menengah Pertama tentu saja bermain dan belajar.
mempunyai tingkat kesulitan sesuai
dengan karakteristik awal siswa. Materi Evaluasi
Pembelajaran tari di Sekolah Menengah Evaluasi yang digunakan guru
Pertama mengacu pada Kurikulum dalam pembelajaran seni tari di Sekolah
Tingkat Satuan Pendidikan. menengah Pertama adalah evaluasi
proses. Evaluasi proses adalah evaluasi
Metode Kegiatan Belajar Mengajar yang dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Yang mengamati semua yang berkaitan
diutamakan dalam evaluasi proses dengan aktivitas obyek tersebut,
adalah proses apresiasi siswa terhadap kemudian menirukan kembali sesuai
seni tari, dan bukan pada hasilnya. dengan imajinasi mereka masing-
Siswa mampu menirukan gerak, masing. Sehingga hasilnya akan berbeda
mampu melakukan gerak dengan antara siswa yang satu dengan siswa
musik, mampu merasakan menari yang lain meskipun obyek yang
dengan riang gembira tanpa dibebani dilihatnya sama tergantung pada
harus melakukan gerak tari dengan kreativitas masing-masing siswa. Guru
teknik yang bagus. harus menghargai setiap gerakan yang
dimunculkan siswa dengan
Proses Pelaksanaan Pendidikan memberikan pujian, sehingga siswa
Seni Tari melalui Pendekatan Ekspresi merasa dihargai dan untuk selanjutnya
Bebas tidak akan pernah takut lagi untuk
Kreativitas sangat penting sekali kreatif.
bagi perkembangan siswa. Kreativitas Cerita juga bisa dijadikan media
akan terbentuk dari pengalaman- pengembangan imajinasi dan kreativitas
pengalaman yang diperoleh siswa siswa. Cerita ini bisa berupa cerita fiksi,
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kepahlawanan, kerakyatan/dongeng,
pembelajaran tari, kreativitas dapat kisah nyata, misteri, dan humor. Dalam
terbentuk melalui pendekatan espresi proses pembelajaran seni tari melalui
bebas. Pendekatan ekspresi bebas dalam pendekatan ekspresi bebas, cerita bisa
pembelajaran seni tari dilakukan digunakan untuk memancing
dengan cara memberikan kesempatan pengembangan imajinasi dan kreativitas
bagi siswa seluas luasnya untuk siswa. Guru memberikan tugas kepada
mengembangkan gerakan-gerakan yang siswa untuk mencari sebuah cerita,
dilakukannya. Salah satu upaya untuk kemudian menyuruh siswa untuk
menumbuhkan kreativitas siswa, adalah memahami cerita tersebut. Dari hasil
melalui rangsang melihat, cerita dan pemahaman cerita tersebut, siswa
musik. Dengan melalui melihat sebuah menuangkan kembali isi cerita ke dalam
obyek, mendengarkan sebuah cerita dan gerak tari sesuai dengan imajinasi dan
mendengarkan musik, diharapkan kreativitasnya. Hasil dari penuangan
imajinasi siswa akan berkembang sesuai kembali isi cerita ke dalam gerak tari
dengan pribadi masing-masing. tersebut didemonstrasikan di hadapan
Obyek sebagai media teman-temannya. Guru dan siswa
pengembangan imajinasi dan kreativitas lainnya memberikan masukan untuk
siswa dapat ditemukan di sekitar siswa. perbaikan karya tari tersebut.
Obyek tersebut bisa berupa manusia, Musik dapat digunakan sebagai
keadaan lingkungan sekitar, tumbuhan media dalam proses pembelajaran seni
dan binatang. Pada proses pembelajaran tari di Sekolah Menengah Pertama.
seni tari, dengan menggunakan obyek Dalam proses pembelajaran dengan
sebagai media pengembangan menggunakan pendekatan ekspresi
kreativitas, guru memberikan materi bebas, musik digunakan untuk
pembelajaran seni tari dengan cara merangsang gerak dan kreativitas
memberikan tugas kepada siswa untuk siswa. Sebelum siswa melakukan
melakukan pengamatan terhadap obyek eksplorasi gerak berdasarkan jenis
yang dipilih siswa. Siswa dapat musik yang diperdengarkan, maka guru
terlebih dahulu menerangkan jenis memungkinkan dievaluasi secara tepat.
musik. Kemudian siswa diminta untuk Dalam proses pembelajaran seni tari
melakukan gerak-gerak sesuai dengan berbasis disiplin ilmu ini, kemampuan
musik yang diperdengarkan. Siswa anak dikembangkan untuk mampu
diberi kebebasan untuk bergerak sesuai menghasilkan karya seni tari (produksi
dengan ritme lagu yang seni); menganalisis, menafsirkan dan
diperdengarkannya. menilai kualitas karya seni tari (kritik
Pelaksanaan pembelajaran seni seni); mengetahui dan memahami peran
tari berdasarkan pendekatan ekspresi seni tari dalam masyarakat (sejarah
bebas ini, sesuai dengan materi seni) serta memahami keunikan karya
kurikulum, yaitu pengenalan tari seni dan bagaimana orang memberikan
daerah setempat baik tunggal maupun penilaian dan menguraikan alasan
berpasangan/kelompok, tari nusantara penilaian tersebut (estetika).
baik tunggal maupun
berpasangan/kelompok, dan tari
mancanegara baik tunggal maupun Proses Pelaksanaan Pendidikan Seni
berpasang-an/kelompok. Dalam proses Tari melalui Pendekatan Multikultural
berkreasi baik dengan menggunakan Proses pelaksanaan
media obyek, cerita maupun musik pembelajaran seni tari melalui
selalu berpijak pada materi pendekatan multikultural dilakukan
pembelajaran yang ada dalam dengan cara mengenalkan,
kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. mengamalkan, dan melakukan
perombakan kepada siswa tentang
keberagaman seni budaya tanah air.
Proses Pelaksanaan Pendidikan seni
Tari melalui Pendekatan Disiplin Ilmu Model Pengenalan
Proses pelaksanaan pembelajaran Model pengenalan bertujuan
seni tari melalui pendekatan disiplin ilmu untuk memperkenalkan seni tari secara
dilakukan dengan cara pemberian materi teoretis, apresiatif dan praktis dari
pelajaran secara teoretis dengan berbasis berbagai kelompok suku, ras, agama,
pada sudut pandang keilmuan. Materi kelas sosial, jenis kelamin, pandangan,
pelajaran ini meliputi identifikasi jenis atau kondisi tertentu. Pengenalan ini
karya seni tari tunggal daerah setempat, dimaksudkan untuk memperluas
eksplorasi pola lantai gerak tari wawasan siswa agar dapat memahami
berpasangan/ kelompok daerah setempat, orang lain dan karya seni yang
identifikasi jenis karya seni tari tunggal diciptakannya yang mungkin saja
Nusantara, eksplorasi gerak tari kreasi sangat berbeda dengan keyakinan dan
berdasarkan tari Nusantara, dan tradisi yang dianut oleh siswa.
identifikasi jenis karya seni tari Pembelajaran yang dilakukan dapat
mancanegara di luar Asia. berupa kegiatan kurikuler atau ekstra
Materi pelajaran tersebut kurikuler. Pembelajaran kurikuler
diberikan secara sistematis yang disampaikan oleh guru seni budaya
mencakup kegiatan ekspresi/kreasi, sesuai dengan kurikulum Tingkat
teori dan kritik/apresiasi seni tari. Satuan Pendidikan. Pembelajaran ekstra
Pelajaran tersebut membangun kurikuler diberikan oleh guru seni tari
pengetahuan, pemahaman, dan yang bukan guru tetap sekolah tersebut,
keterampilan dalam disiplin seni yang yang diadakan di luar jam sekolah yaitu
setelah pelajaran sekolah selesai atau secara nyata di kelas. Di sini, masalah
pada sore hari. Materi pelajarannya pun teknis pembelajaran hanyalah faktor
bervariasi mulai dari tari daerah sekunder, sedangkan faktor primer
setempat, tari nusantara, maupun tari adalah adanya sikap yang positif dari
mancanegara. Pembelajaran ini dapat guru tentang persamaan dalam
diterapkan pada sekolah atau kelas keragaman yang ditandai oleh
yang bersifat monokultur maupun semangat untuk mengamalkannya.
kelas yang siswanya memiliki latar Agar supaya model pengamalan
belakang suku, ras, agama atau kondisi ini dapat terlaksana dengan baik maka
sosial yang beragam lingkungan sekolah pertama-tama harus
(multietnis/multikultur). Metode dibuat kondusif, misalnya tidak adanya
pembelajaran dapat digunakan oleh perlakuan deskriminatif atas dasar latar
guru untuk memperkenalkan seni tari belakang siswa. Untuk membangun
dengan segala aspeknya dari berbagai suasana yang non-deskriminatif ini,
kelompok masyarakat ini adalah maka guru dan pegawai yang menjadi
ceramah yang dilengkapi dengan media fasilitator di sekolah merefleksikan pula
pandang dengar, diskusi, Tanya jawab, keragaman latar belakang siswa.
praktik studio, dan studi lapangan. Demikian pula dengan kebijakan
sekolah, yang tercermin pada aturan
Model Pengamalan dan kurikulum, semuanya bersifat serba
Model pengamalan secara melingkupi sehingga siswa merasakan
khusus diterapkan pada kelas yang bahwa keyakinan tradisi keluarga, dan
bersifat multikultur. Disebut model kondisi sosialnya diterima dan
pengamalan, karena model ini dihormati.
mengakui adanya keragaman dan Pada model pengamalan, konsep
berusaha untuk mengamalkan ide yang digunakan dalam merancang
persamaan dalam keragaman tersebut kegiatan pembelajaran adalah konsep
secara sistemik dan sistematis dalam yang bersifat terbuka. Artinya guru
kegiatan pembelajaran. Kegiatan menggunakan konsep seni tari yang
pembelajarannya dirancang sedemikian dimaknai dan difungsikan secara
rupa sehingga setiap murid yang beragam. Dalam kehidupan nyata, seni
berasal dari berbagai latar belakang tari memang memiliki arti dan fungsi
suku, ras, agama, kelas sosial, jenis yang bervariasi seperti:
kelamin, pandangan , dan kondisi mengekspresikan perasaan,
tertentu, mendapatkan kesempatan memperindah sesuatu, menceritakan
yang sama untuk belajar. Jika pada pengalaman, mendokumentasikan
model pengenalan, guru masih dapat kejadian, mengkritik, menghibur,
melaksanakan kegiatan pembelajaran memperingati peristiwa, menampilkan
secara tradisional karena ia sekedar simbol budaya, merangsang imajinasi,
memperkenalkan wajah seni tari dari menghasilkan nilai ekonomis, dan
berbagai latar, maka pada model lainnya. Dengan demikian menjadi
pengamalan, guru tidak hanya tantangan bagi guru seni untuk
memperkenalkan keragaman serta memilih tema pembelajaran yang dapat
persamaan hak dalam keragaman yang ditafsirkan secara bebas oleh siswa
diperjuangkan oleh kaum sesuai dengan pengalaman, tradisi, dan
multikulturalis, tetapi keinginannya masing-masing.
mengimplementasikan cita-cita tersebut
Penerapan model pengamalan guru menganalisa dan memperbaiki
ini dalam praktik studio (penciptaan sikap negatif yang dimiliki terhadap
karya seni tari) dapat dimulai dengan pluralisme sosial dan keragaman suku,
memilih tema penciptaan. Salah satu (2) guru dan siswa melakukan analisis
cara yang disarankan adalah dengan situasi agar akrab dengan masyarakat,
menggali tema dari siswa. Dengan (3) guru dan siswa memilih bahan
demikian tema penciptaan tidak kurikulum yang relevan dan sekaligus
seragam tetapi bervariasi sesuai dengan menarik, (4) guru dan siswa secara
latar belakang siswa. Selain itu tema berkolaborasi menyelidiki persoalan
dapat dipilih dengan menggali budaya yang berkaitan dengan bahan
dan karakteristik lokal tempat sebuah kurikulum yang telah dipilih, (5) guru
sekolah berada. Tema yang sudah melaksanakan program evaluasi baik
dipilih kemudian diwujudkan secara baik formatif maupun sumatif.
visual dengan menggunakan media
gerak sesuai dengan keinginan siswa.
Tidak ada media yang lebih unggul dari SIMPULAN DAN SARAN
media lainnya, demikian pula tidak ada Simpulan
teknik mengolah media yang lebih baik Proses pelaksanaan pendidikan
dari teknik lainnya. Penerapan model seni tari tidak terlepas dari proses
pengamalan ini dalam pembelajaran belajar mengajarnya, yang meliputi:
yang bersifat teoretis (estetika, sejarah kurikulum, tujuan, materi
seni) atau apresiatif (kritik seni) juga pembelajaran, metode kegiatan Belajar
harus berpijak pada keragaman seni Mengajar, sarana dan prasarana, dan
dengan prinsip bahwa tiap karya seni evaluasi. Pendekatan ekspresi bebas
memiliki makna, dan kriteria dalam pembelajaran seni tari dilakukan
keindahannya masing-masing. Menjadi dengan cara memberikan kesempatan
tugas guru untuk memperkenalkan bagi siswa seluas luasnya untuk
makna dan kriteria keindahan setiap mengembangkan gerakan-gerakan yang
karya yang dibahas dalam setiap dilakukannya. Salah satu upaya untuk
kegiatan pembelajaran. Upaya menumbuhkan kreativitas siswa, adalah
pengenalan ini dapat dilakukan dengan melalui rangsang melihat obyek, cerita
cara menginformasikan secara langsung, dan musik. Proses pelaksanaan
menyiapkan bahan bacaan atau pembelajaran seni tari melalui
menghadirkan orang yang berkompeten pendekatan disiplin ilmu dilakukan
mengenai masalah yang dibahas. dengan cara pemberian materi pelajaran
Dengan pemahaman yang baik, maka secara teoretis dengan berbasis pada
siswa dapat memiliki bekal yang sudut pandang keilmuan. Proses
relevan dalam merasakan nilai artistik pelaksanaan pembelajaran seni tari
yang dimiliki oleh sebuah karya seni. melalui pendekatan multikultural
dilakukan dengan cara mengenalkan,
Model Perombakan mengamalkan, dan melakukan
Dalam model perombakan pada perombakan kepada siswa tentang
proses pembelajaran seni tari melalui keberagaman seni budaya tanah air.
pendekatan multicultural ini, guru
mengidentifikasi lima langkah dalam Saran
mengembangkan kurikulum Berdasarkan simpulan di atas,
pendidikan seni multikultural yaitu: (1) saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut: bagi sekolah,
hendaknya lebih memberikan
dukungan bagi pelaksanaan
pembelajaran seni tari baik berupa
pemenuhan sarana prasarana maupun
kesempatan yang seluas-luasnya bagi
guru dan siswa dalam melakukan
proses pembelajaran seni tari, dan bagi
guru Seni Budaya, hendaknya lebih
kreatif dalam menyiapkan materi
pelajaran bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA
De Bono, Edward. 1990. Berpikir Lateral
(terjemahan Budi). Jakarta:
Binarupa.
Golberg, Merryl. 1997. Arts and Learning.
An Integrated Approach to
Teaching and Learning in
Multicultural and Multilingual
settings. New York: Longman.
Kamaril, Cut. 2001. Konsep Pendidikan
Seni Tingkat SD-SLTP_SMU.
Makalah. Seminar dan Lokakarya
Nasional Pendidikan Seni. 18-20
April 2001. Jakarta: Hotel
Indonesia.
Lasky dan Mukerji, 1984 . Art: Basic for
Young Children. Washington DC:
The National Assosiation for The
education of Young Children.
Munandar, S.C.U. 1983. Kreativitas.
Jakarta: Dian Rakyat.
--------------------- 1999. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursito, 2000. Kiat Menggali Kreativitas.
Mitra Gama Widya.
Primadi. 2000. Proses, Kreasi, Apresiasi,
Belajar. Bandung: ITB.
Rusyana, Yus. 2000. Tujuan Pendidikan
Seni. Gelar: Jurnal Ilmu dan Seni
STSI Surakarta: STSI Press.

Potrebbero piacerti anche