Sei sulla pagina 1di 9

Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol.

1 (1), 41- 49

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI MENDONGENG DENGAN MEDIA


WAYANG KERTAS

Feb Tari Yunita

Sri Saparahayuningsih
saparahayuningsih@unib.ac.id
Mona Ardina
mona.ardina@gmail.com

Abstract
The problem in this research was whether through storytelling with paper puppets (wayang
kertas) can improve listening comprehension of group B students of Early Childhood
Education Program of Tunas Harapan Bengkulu City. This research aimed to improve
listening skill of early childhood students through storytelling with paper puppets media.
The subject of this research was group B students with the total of 16 people consisted of 8
male students and 8 female students. This Classroom Action Research was conducted in
two cycles, every cycle had three meetings. The technique of collecting the data was
conducted by doing observation and interview. The data analysis technique was done by
using mean test. The research result showed that through storytelling with paper puppets
media in learning activity can improve listening skill of early childhood students. It can be
proven by observation result that had reached 80% of learning mastery or the score of 4.0
at the end of the second cycle, the students’ listening score was 4.41 or classified as good
category. From this research result it can be suggested for the teachers to improve the
listening skill of early childhood students through storytelling with other puppets (wayang)
media such as wayang kulit, wayang rumput, wayang kresek, and wayang klithik

Key Words : Listening skill, Storytelling with Paper Puppets Media

PENDAHULUAN 2013:1), pendidikan anak usia dini


Pendidikan harus dimulai sejak dini, merupakan pendidikan yang paling
karena pendidikan anak usia dini sangat mendasar dan menempati kedudukan
menentukan perkembangan anak sebagai golden age dan sangat strategis
selanjutnya. Anak dapat mengembangkan dalam pengembangan sumber daya
seluruh kemampuan yang dimiliki sesuai manusia. Rentang anak usia dini dari lahir
tahap perkembangannya. Berdasarkan sampai usia 6 tahun adalah usia kritis
Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Pasal 9 sekaligus strategis dalam proses
Ayat 1 tentang Perlindungan Anak pendidikan dan dapat mempengaruhi
dinyatakan bahwa setiap anak berhak proses serta hasil pendidikan seseorang
memperoleh pendidikan dan pengajaran selanjutnya, artinya pada periode ini
dalam rangka pengembangan pribadinya merupakan periode kondusif untuk
dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan menumbuh kembangkan berbagai
minat dan bakatnya. kemampuan, kecerdasan, bakat
Sedangkan menurut Direktorat kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-
PAUD 2005 (dalam Yamin dan Jamilah, emosional dan spritual.

41
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol. 1 (1), 41- 49

Pendidikan anak usia dini bukan Keterampilan menyimak


sekedar untuk mempersiapkan anak untuk merupakan keterampilan yang paling awal
masuk sekolah dasar. Fungsi PAUD yaitu dilakukan. Pernyataan ini didukung oleh
untuk membantu mengembangkan semua pendapat Dhieni dan Pridani (2007: 3.18)
potensi anak (fisik, bahasa, yang mengatakan bahwa keterampilan
intelektual/kognitif, emosi, sosial, moral menyimak merupakan salah satu
dan agama) dan meletakkan dasar-dasar berbahasa awal yang harus dikembangkan
ke arah perkembangan sikap, pada anak dan perlu diberikan stimulasi
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta dengan tepat supaya dapat memotivasi
untuk menyesuaikan diri dengan anak untuk belajar dengan semangat
lingkungannya serta untuk pertumbuhan sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
dan perkembangan selanjutnya (Latif, dkk Kegiatan menyimak diawali dengan
2013:22). mendengarkan dan pada akhirnya
Berdasarkan pernyataan di atas, memahami apa yang disimak (Saddhono
maka dapat disimpulkan bahwa anak
dan Slamet, 2014: 6). Sedangkan
merupakan asset negara yang akan
membawa suatu negara kearah yang menyimak menurut Anderson (dalam
berkembang, untuk menciptakan generasi Tarigan, 1986: 19) bermakna
sumber daya manusia yang berkualitas, mendengarkan dengan penuh pemahaman
maka pendidikan harus dilakukan sejak dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini
dini. Salah satu upaya yang harus dilakukan dipertegas oleh Tarigan (1986: 19) bahwa
adalah dengan menyelenggarakan menyimak adalah suatu proses kegiatan
lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
mendengarkan lambang-lambang lisan
sehingga dapat mengembangkan semua
aspek perkembangan anak yaitu; nilai dengan penuh perhatian, pemahaman,
agama moral, sosial emosional, bahasa, apresiasi, serta interpretasi untuk
kognitif dan fisik motorik anak secara memperoleh informasi, menangkap isi
optimal. atau pesan serta memahami makna
Salah satu aspek perkembangan komunikasi yang disampaikan oleh
yang penting bagi anak usia dini adalah pembicara melalui ujaran atau bahasa
bahasa, karena dengan bahasa anak
lisan.
mampu menyampaikan pesan kepada
teman, guru, orang tua dan sebagainya. Berdasarkan pernyataan-
Oleh sebab itu bahasa perlu diajarkan dan pernyataan di atas, untuk memperoleh
ditanamkan sejak dini kepada anak (Dhieni, informasi, menangkap isi dan pesan maka
dkk 2011: 1.19). Bahasa merupakan bentuk siswa diminta untuk menyimak yang
utama dalam mengekspresikan pikiran dan disampaikan oleh guru saat proses
pengetahuan bila anak mengadakan
pembelajaran. Dalam proses
hubungan dengan orang lain. Hal ini
selaras dengan pendapat Welton dan pembelajaran, terdapat tiga jenis
Mallon (dalam Moeslichatoen, 2004: 18) menyimak yang dapat dikembangkan di
yang menyatakan bahwa anak yang sedang Taman Kanak-kanak (TK) yaitu menyimak
tumbuh dan berkembang, infromatif, menyimak kritis, dan menyimak
mengkomunikasikan kebutuhannya, apresiatif (Bromley dalam Dhieni, dkk
pikiran, dan perasaannya melalui bahasa 2011: 4.14-4.15).
dengan kata yang mempunyai makna.

42
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol. 1 (1), 41- 49

Dari ketiga jenis menyimak yang mampu menjadi penyimak yang baik,
dikembangkan di Taman kanak-kanak berpartisipasi dengan memberikan
tersebut, salah satunya adalah menyimak tanggapan dan berkomentar mengenai apa
kritis. Anak-anak perlu belajar menyimak yang disimak. Jadi untuk mengetahui
kritis untuk memperoleh suatu kebenaran menyimak anak dilihat partisipasi anak
(Dawson dalam Tarigan, 1986: 29). Selaras dalam kegiatan menyimak seperti: (1)
dengan pendapat Bromley (dalam Dhieni, mampu menjawab pertanyaan dari
dkk 2011: 4.15) mengatakan bahwa dongeng yang telah didengar; (2) mampu
menyimak kritis anak TK lebih dari sekedar menganalisis kejadian-kejadian dari
mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide, dongeng yang telah didengar dan (3)
dan hubungan-hubungan. Kemampuan ini mampu membuat generalisasi dari
membutuhkan kemampuan untuk dongeng yang telah didengar.
menganalisis apa yang didengar dan Pengembangan keterampilan
membuat sebuah keterangan tentang hal menyimak dapat dilakukan dengan
tersebut dan membuat generalisasi berbagai kegiatan, salah satu kegiatan
berdasarkan apa yang didengar. yang digunakan adalah mendongeng.
Selain kemampuan tersebut, Mendongeng merupakan cara meneruskan
menurut kurikulum 2010 kemampuan warisan budaya dari satu generasi ke
bahasa anak adalah anak mampu generasi berikutnya (Moeslichatoen, 2004:
mendengarkan dan menceritakan kembali 159). Sedangkan menurut Yudha (2007:
cerita secara urut, mampu menjawab 19) bahwa dongeng tidak hanya sekedar
pertanyaan dan memberikan keterangan mengaktifkan aspek intelektual, tetapi juga
tentang suatu hal. Selanjutnya Jamaris aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi,
(dalam Herlina, 2011: 2) menyatakan seni fantasi, dan imajinasi.
bahwa karakteristik kemampuan bahasa Dalam mendongeng, dongeng yang
anak usia 5-6 tahun adalah: 1) anak dibawakan harus menarik, sehingga dapat
mampu mengucapkan lebih dari 2.500 mengundang perhatian anak, serta dapat
kosakata; 2) anak mampu melakukan mencapai tujuan pendidikan bagi anak usia
peran sebagai pendengar yang baik, dapat dini, yaitu melalui dongeng dapat
berpartisipasi (anak mampu mengembangkan aspek-aspek kognitif
mendengarkan orang lain berbicara dan (pemahaman), afektif (perasaan), sosial,
menanggapi pembicaraan) dalam suatu dan aspek konatif (penghayalan) anak-anak
percakapan; 3) percakapan yang dilakukan memberikan pesan tentang nilai-nilai
menyangkut berbagai komentarnya budaya, nilai-nilai sosial, keagamaan,
terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya, mengembangkan bahasa, fantasi dan
orang lain serta apa yang dilihatnya. kreativitas anak (Yudha, 2007: 24). Dalam
Berdasarkan pernyataan beberapa kegiatan mendongeng terdapat empat
teori tersebut, pada usia 5-6 tahun anak macam jenis dongeng yaitu mite, legenda,
sudah memiliki pembendaharaan kata dan fabel dan saga. Pada penelitian ini peneliti
mampu mengucapkan lebih 2.500 kata memilih jenis dongeng fabel. Fabel adalah
sehingga dalam proses menyimak anak dongeng yang mengandung perbuatan

43
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol. 1 (1), 41- 49

baik dan buruk sebagai tokoh binatang, terlihat ketika diajukan pertanyaan
dalam fabel tokoh binatang berperilaku mengenai dongeng yang didengar anak
seperti manusia (Supriyadi, 2006: 32). tidak mampu menjawab, anak tidak
Supaya kegiatan mendongeng itu mampu menyebutkan kejadian-kejadian
menarik maka digunakan media. Banyak dari dongeng yang didengar dan juga tidak
media yang dapat digunakan dalam mampu membuat kesimpulan dari
kegiatan mendongeng salah satunya dongeng yang didengar. Sedangkan
adalah media wayang (Yudha, 2007: 133). menurut Jamaris (dalam Herlina, 2011: 2)
Media wayang kertas adalah media mengatakan bahwa anak usia 5-6 tahun
pembelajaran yang dibuat oleh guru sudah mampu menjadi pendengar yang
dengan berbahan dasar kertas, dan dibuat baik dengan berpartisipasi memberikan
sesuai dengan tokoh-tokoh binatang yang tanggapan berdasarkan yang didengar.
diceritakan dalam dongeng. Pernyataan ini didukung oleh pendapat
Wayang kertas dibandingkan Bromley (dalam Dhieni, dkk 2011: 4.15)
wayang lain memiliki keunggulan. Wayang yang menyatakan anak Usia TK dalam
kertas dibuat sendiri, cara membuat dan menyimak kritis yaitu mampu menjawab
memainkannya mudah, serta tidak pertanyaan dari dongeng yang didengar,
berbahaya karena berbahan dasar kertas. mampu menganalisis kejadian dari
Dengan menggunakan wayang kertas dongeng yang didengar dan mampu
dongeng yang diceritakan lebih menarik. membuat generalisasi dari dongeng yang
Wayang dibuat sesuai dengan tokoh yang telah didengar.
ada didalam dongeng. Cara memainkan Berdasarkan hasil observasi yang
wayang kertas juga dapat dilakukan, peneliti tertarik untuk
mengembangkan motorik halus anak melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
karena memainkan wayang kertas sama tentang perbaikan pembelajaran
seperti menggunakan wayang lainnya khususnya keterampilan menyimak,
dengan menggerakkan bagian-bagian yang sehingga diharapkan keterampilan
telah dipasang kayu atau tali penggerak. menyimak anak dapat optimal sekaligus
Selama peneliti mengadakan dapat memberikan pesan tentang nilai-
observasi di Kelompok B PAUD Tunas nilai budaya dan nilai-nilai sosial yang
Harapan Kota Bengkulu, rata-rata terkandung dalam dongeng tersebut.
keterampilan menyimak masih kurang. Ini Berdasarkan latar belakang di atas
terbukti ketika guru melakukan proses sebagai calon pendidik Anak Usia Dini
pembelajaran dengan mendongeng, anak (PAUD), penulis akan mengkaji lebih dalam
kurang berminat menyimak guru tentang “Meningkatkan Keterampilan
mendongeng tanpa menggunakan media, Menyimak Melalui Mendongeng Dengan
anak hanya sekali-kali mendengar tanpa Media Wayang Kertas” di kelompok B
mengetahui maksud dari isi dongeng yang PAUD Tunas Harapan Kota Bengkulu.
disampaikan, anak belum dapat menjadi Rumusan masalah dalam penelitian
pendengar yang baik dengan memberikan ini adalah: Apakah dengan mendongeng
tanggapan dari apa yang didengar, dan ini adalah apakah menggunakan wayang

44
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol. 1 (1), 41- 49

kertas dapat meningkatkan keterampilan selaras dengan Tarigan (1986: 19) yang
menyimak anak usia dini di kelompok B mengatakan bahwa menyimak adalah
PAUD Tunas Harapan Kota Bengkulu?. suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh
Rancangan dalam penelitian ini
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
dilakukan dengan menggunakan Penelitian interpretasi untuk memperoleh informasi,
Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan menangkap isi, serta memahami makna
dalam dua siklus yang terdiri dari empat komunikasi yang tidak disampaikan oleh
tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pembicara melalui ujaran atau bahasa
pengamatan, dan refleksi (Arikunto, dkk lisan. Sejalan dengan itu Sabarti (dalam
2012: 16). Dhieni, dkk 2011: 4.6) menyatakan bahwa
menyimak adalah suatu proses yang
Penelitian ini dilakukan di kelompok
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi
B Pendidikan Anak Usia Dini Tunas bahasa, mengidentifikasi,
Harapan Provinsi Bengkulu, yang terletak menginterpretasi, menilai dan mereaksi
di Jalan Dempo Raya Kelurahan Sawah atas
Lebar Kota Bengkulu, yang berjumlah 16 makna yang terkandung
orang, terdiri dari 8 orang laki-laki dan 8 didalamnya. Selaras dengan Anderson
orang perempuan. (dalam Dhieni, dkk 2011:
Teknik pengumpulan data dalam
4.6) menyatakan bahwa menyimak
penelitian ini yaitu observasi dan tanya bermakna mendengarkan dengan penuh
jawab. Sedangkan alat pengumpul data pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
adalah lembar observasi anak dan lembar Sedangkan menurut Saddhono dan Slamet
observasi guru dan lembar tanya jawab. (2014: 13) yang mengatakan bahwa
Teknik analisis data menggunakan uji rata- menyimak dikatakan sebagai kegiatan
berbahasa reseptif dalam suatu kegiatan
rata.
bercakap-cakap dengan medium dengar
PEMBAHASAN (audio) maupun medium pandang (visual).
Keterampilan merujuk pada kamus Dari beberapa pendapat di atas
besar bahasa Indonesia Alwi, dkk (2001: dapat disimpulkan bahwa keterampilan
1180) yang mengatakan bahwa menyimak adalah kemampuan anak dalam
keterampilan adalah kecakapan untuk melakukan berbagai aktifitas berbahasa
menyelesaikan tugas. Pernyataan ini lisan atau kegiatan mendengarkan
selaras dengan Yudha dan Rudhyanto lambang-lambang lisan dengan penuh
(2005: 7) yang mengatakan bahwa perhatian yang melibatkan medium dengar
keterampilan adalah kemampuan anak dan medium pandang untuk menangkap
dalam melakukan berbagai aktivitas informasi yang disampaikan oleh
seperti motorik, bahasa, sosial-emosional, pembicara sehingga dapat memahami dan
kognitif dan afektif (nilai-nilai moral). menyerap isi dari pesan yang disampaikan
Menurut Dhieni, dkk (2011: 4.10) oleh pembicara.
bahwa menyimak termasuk kemampuan Keterampilan menyimak yang
berbahasa lisan yang bersifat reseptif, yang dapat dikembangkan di Taman kanak-
merupakan proses mendengarkan secara kanak, salah satunya adalah menyimak
aktif dan kreatif untuk memperoleh kritis. Anak-anak perlu belajar menyimak
informasi, menangkap isi atau pesan serta kritis. Menyimak kritis adalah kemampuan
memahami makna komunikasi yang yang membutuhkan kemampuan untuk 1)
disampaikan secara lisan. Pernyataan ini
45
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol. 1 (1), 41- 49

menganalisis apa yang didengar, 2) tokoh-tokoh binatang yang ada di dalam


membuat generalisasi berdasarkan apa dongeng.
yang didengar; 3) membuat sebuah Berdasarkan penelitian yang telah
keterangan tentang hal tersebut (Bromley dilakukan, hasil rata-rata keterampilan
dalam Dhieni, dkk 2011: 4.16). untuk menyimak melalui mendongeng dengan
meingkatkan menyimak kritis pada anak media wayang kertas siklus I dari
dapat dilakukan melalui kegiatan pertemuan pertama sampai pertemuan
mendongeng. ketiga mengalami peningkatan. Adapun
Mendongeng menurut Bunanta rata-rata keterampilan menyimak
(2004: 21-22) mendongeng adalah suatu pertemuan pertama 3,06 kriteria “Cukup”,
pengalaman untuk berbagi mengenai pertemuan kedua 3,33 kriteria “Cukup”
cerita yang mengasyikan, memelihara sedangkan pertemuan ketiga 3,71 kriteria
semangat dan menyirami anak dengan “Baik”. Pada penilaian setiap pertemuan
suatu norma-norma yang baik, dengan keterampilan menyimak, selalu mengalami
mendongeng guru akan banyak berlatih peningkatan tetapi belum mencapai rata-
dan anak dapat dilibatkan dalam kegiatan rata 4. Rata-rata keterampilan menyimak
bercerita, sehingga dapat ikut siklus I sudah menunjukkan kriteria “Baik”
mengekspresikan dirinya. Dengan atau nilai 3,71. Sedangkan jika dilihat
demikian, anak yang mula-mula pemalu ketuntasan belajar pada siklus I pertemuan
dan menutup diri akan berubah sikap. ketiga adalah 50% atau sebanyak 8 anak
Selaras dengan Priyono (2006: 2) yang yang berhasil mencapai rata-rata 4. Karena
mengatakan bahwa mendongeng ternyata belum memenuhi kriteria ketuntasan akan
menyimpan energi bagi pendidikan dan diperbaiki pada siklus II.
pengajaran anak-anak. Jika dilihat pada siklus 2 rata-rata
Kegiatan mendongeng dapat keterampilan menyimak melalui
dilakukan dengan menggunakan berbagai mendongeng dengan media wayang kertas
media, salah satunya media wayang kertas. dari pertemuan satu sampai pertemuan
Wayang kertas merupakan media yang ketiga pada siklus II ini mengalami
digunakan untuk mendongeng dalam peningkatan. Adapun rata-rata
pembelajaran pengembangan keterampilan menyimak pertemuan
keterampailan menyimak. Wayang kertas pertama 3,94 kriteria “Baik”, pertemuan
terbuat dari bahan kertas dengan karakter kedua 4,15 kriteria “Baik” sedangkan
tokoh yang ada dalam dongeng sedangkan pertemuan ketiga 4,41 kriteria “Baik”. Pada
wayang adalah seni pertunjukan yang penilaian setiap pertemuan, keterampilan
mengisahkan seorang tokoh perwayangan, menyimak keseluruhan anak mengalami
pada zaman dahulu wayang digunakan peningkatan, yaitu lebih mencapai rata-
sebagai sarana hiburan bagi rakyat rata 4 dan ketuntasan belajar sudah
(Lisbijanto, 2013: 1). Selaras dengan mencapai 80%. Adapun ketuntasan belajar
Sedyawati dan Darmono (2008: 2) yang siklus II pertemuan ketiga mencapai
mengatakan bahwa wayang adalah suatu 93,75% dan rata-rata mencapai 4,41
bentuk pertunjukan tradisional yang kriteria “Baik”.
disajikan oleh seorang dalang, dengan Hal ini sesuai dengan pendapat
menggunakan boneka atau sejenisnya Bromley (dalam Dhieni, dkk 2011: 4.15)
sebagai alat pertunjukan. Pada penelitian yang menyatakan bahwa kegiatan
ini wayang kertas dibuat terinspirasi dari membacakan cerita atau mendongeng
wayang yang telah ada sebelumnya. merupakan kegiatan yang dapat
Wayang kertas dibuat sesuai dengan mengembangkan keterampilan menyimak

46
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol. 1 (1), 41- 49

anak. Aspek-aspek yang diamati sesuai terbaru-lomba-terbang-burung/.


dengan pendapat Bromley (dalam Dhieni, Tanggal 1 april 2015 18.12 wib.
dkk 2011: 4.16) yang mengatakan bahwa Aesop. Kupu-kupu dan Raja Kumbang.
keberhasilan menyimak kritis memerlukan Diunduh dari http://
kemampuan untuk 1) menganalisis apa dongengceritarakyat. com/fabel-
yang didengar, 2) membuat generalisasi Kupu- dan- Raja- Kumbang/.
berdasarkan apa yang didengar; 3) Tanggal 1 april april 2015 18.20
membuat sebuah keterangan tentang hal wib.
tersebut. Setelah penggunaan langkah Alwi, Hasan dkk. 2001. Kamus Besar
kegiatan mendongeng dengan media Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
wayang kertas telah menjadikan Pustaka.
keterampilan menyimak anak meningkat.
Aqib, Zainal, dkk. 2014. Penelitian
Penelitian ini juga tidak terlepas dari
Tindakan kelas. Bandung: Yrama
motivasi peneliti serta dukungan dan
Widya.
bantuan teman sejawat saat melakukan
penelitian sehingga mampu meningkatkan . 2009. Penelitian
keterampilan menyimak pada anak Tindakan kelas. Bandung: Yrama
Widya.
PENUTUP Arikunto, Suharsimi dkk. 2012. Penelitian
Kesimpulan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Berdasarkan hasil penelitian dan Aksara.
pembahasan yang telah diuraikan, maka . 2011.
secara umum dapat disimpulkan bahwa, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
keterampilan menyimak pada anak Bumi Aksara.
kelompok B PAUD Tunas Harapan Kota
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran.
Bengkulu dapat ditingkatkan melalui
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
mendongeng dengan media wayang
kertas. Hal ini terbukti dari rata-rata Bachtiar, Bachri S. 2005. Pengembangan
keterampilan menyimak siklus pertama Kegiatan Bercerita di taman
3,71 dalam kriteria “Baik” dan ketuntasan Kanak-kanak Teknik dan
belajar 50%. Sehingga meningkat pada Prosedurnya. Jakarta:
DEPDIKNAS.
siklus kedua yang mencapai rata-rata 4,41
dalam kriteria “Baik” dan ketuntasan Bunanta, Murti. 2004. Buku Mendongeng
belajarnya mencapai 93,75%. dan Minat Membaca. Jakarta:
Pustaka Tangga.
DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas
dan Penelitian Tindakan Sekolah.
Aesop. Burung Elang dan Burung Pipit. Yogyakarta: Gava Media.
Diunduh dari hhtp://
Derri, Meidya. 2012. Kumpulan Fabel.
www.ceritakecil.com-dan-dong
eng/burungelang/. Tanggal 25 Depok: Gema Insani Press.
Januari 2015 pukul 17.05 wib. Dhieni, Nurbiana, dkk. 2011. Metode
Pengembangan Bahasa. Banten:
Universitas Terbuka.
Aesop. Lomba Terbang Burung. Diunduh
dari http://dongeng .2007. Metode
ceritarakyat.com/ cerita-fabel- Pengembangan Bahasa. Banten:
Universitas Terbuka.

47
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol. 1 (1), 41- 49

Dhieni, Nurbiana dan Pridani, Lara. 2007. Mulyati, Yeti dkk. 2013. Bahasa Indonesia.
Metode Pengembangan Bahasa: Jakarta: Universitas Terbuka.
Hakikat Perkembangan Bahasa Musfiroh, Tadhkiroatun. 2005. Bercerita
Anak. Semarang: IKIP Veteran. Untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain DEPDIKNAS.
Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Priyono, Kusumo. 2006. Terampil
Ar-Ruzz Media. Mendongeng. Jakarta: Grasindo.
Herlina, Aliza. 2011. Skripsi Meningkatkan Rudi. 2010. Manfaat dan Kekuatan
kemampuan Membaca Dini Anak Dongeng pada Psikologi Anak.
Taman Kanak-Kanak Melalui Diakses http://eprints.uny.ac.id/pdf.
Dukungan Penggunaan Media Pada tanggal 27 Januari 2015 pukul
Gambar. Skripsi FIP UPI: 18.02 wib.
Bandung. Diunduh dari
http://repository.upi.edu/4859/3/SP Saddhono, Kundhuru dan Slamet. 2014.
AUD/0702932.Bibliography.pdf. Pembelajaran Keterampilan
Tanggal 16 Juni 2015 pukul 18.36 Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
wib. Graha Ilmu.
Hermawan, Herry. 2012. Menyimak Sadiman, dkk. 2008. Media Pendidikan
Keterampilan Berkomunikasi Yang pengertian, pengembangan dan
Terabaikan. Yogyakarta: Graha pemanfaatannnya. Jakarta: PT. Raja
Ilmu. Grafindo Persada.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Sedyawati, Edi dan Darmono, Sapardi
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Djoko. 2008. Seni dalam
Raja Grafindo Persada. Masyarakat Indonesia. PT
Gramedia: Jakarta.
Kurniawati. 2014. Keterampilan Guru
Memberi Penguatan Kepada Anak Setiawan, Ebta. 2012. Kamus Besar Bahasa
Dalam Metode Pemberian Tugas Di Indonesia. Diunduh dari http://kbbi.
Kelompok B Tk Aba Dukuh web.id/analisis. Pada tanggal 12
Mantrijeron Yogyakarta. Skripsi Juni 2015 pukul 08.23 wib.
UNY: Yogyakarta. Diunduh dari Solihatin. 2010. Skripsi Upaya
http://eprints.uny. ac.id/ 13021/ 1/ Mengembangkan Kemampuan
SKRIPSI /20 Menyimak Anak Taman Kanak-
KURNIAWATI/2010111241030.pd kanak melalui Metode
f. Pada tanggal 09 Mei 2015 pukul Mendongeng. Skripsi UPI:
15.28 wib. Bandung. Diunduh dari http://a-
Latif, Mukhtar dkk. 2013. Orientasi Baru research.upi.edu/spaud/0804873cha
Pendidikan Anak Usia Dini. pter1.pdf). Pada tanggal 15 Januari
Jakarta: PT. Fajar Interpratama 2015 pukul 15.23 wib.
Mandiri. Supriyadi. 2006. Pembelajaran Sastra yang
Apresiatif dan Integratif di Sekolah
Dasar. Jakarta: Departemen
Lisbijanto, Herry. 2013. Wayang. Pendidikan Nasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susanti, Alfira Isma. 2014. Skripsi
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Meningkatkan Kemampuan
di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Menyimak Melalui Metode
PT.Rineka Cipta. Bercerita Dengan Media Boneka
Tangan di Kelompok B5 Taman
48
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol. 1 (1), 41- 49

Kanak-kanak Tunas Harapan Kota


Bengkulu. Skripsi UNIB: Bengkulu.
Tarigan. 1986. Menyimak Sebagai Suatu
Keterampilan Bahasa. Bandung:
Angkasa.
.1980. Menyimak Sebagai
Suatu Keterampilan Bahasa.
Bandung: Angkasa.
Yamin, Martinis dan Jamilah, Sabri Sanan.
2013. Panduan PAUD (Pendidikan
Anak usia Dini). Ciputat: Gaung
Persada Press Group.
Yudha, Andi. 2007. Cara Pintar
Mendongeng. Bandung: DARI
Mizan.
Yudha, M Saputra dan Rudhyanto. 2005.
Pembelajaran Kooperatif Untuk
Meningkatkan Keterampilan Anak
TK. Jakarta: Depdiknas.
Zaman, Badru dkk. 2008. Media dan
Sumber Belajar TK. Jakarta:
Universitas Terbuka.

49
Feb Tari Yunita, Sri Saparahayuningsih dan Mona Ardina

Potrebbero piacerti anche