Sei sulla pagina 1di 10

TRANSFUSI DARAH

DESKRIPSI
Kompetensi ini menggambarkan kemampuan perawat untuk melakukan langkah aman seperti
mencegah penularan penyakit, proses anafilaksis, dan lain-lain dalam pemberian produk darah pada
pasien.
Indikasi
1. Pada pasien yang banyak kehilangan darah (operasi, melahirkan, fraktur, dan lain-lain)
2. Pada penyakit tertentu (anemia, leukemia)
3. Pada neonatus yang hiperbilirubinemia, yang tidak dapat diatasi dengan terapi lain.
Tujuan
1. Untuk menggantikan jumlah darah pasien yang hilang melebihi jumlah tertentu
2. Untuk meningkatkan komponen darah di dalam tubuh
3. Untuk menggantikan darah yang tidak cocok pada bayi neonatus (exchange transfusion) dengan
kadar bilirubin >20 mg/dL
4. Untuk menggantikan darah pasien dengan darah baru yang disebabkan oleh keracunan, dan lain-
lain.
Reaksi Transfusi
1. Panas : disebabkan oleh leukosit donor, bahan pirogen.
Penatalaksanaa
a. Segera hentikan transfuse, digantikan dengan NaCl 0,9%
b. Pemberian antipiretika
c. Setelah demam mereda dan terbukti bukan reaksi hemolitik atau septik darah, transfuse
dapat dilanjutkan
d. Jika ragu, transfusi dilanjutkan dengan unit darah yang lain.
2. Alergi : disebabkan protein asing sehingga menyebabkan terbentuknya imun
kompleks.
Penatalaksanaan
a. Transfusi dihentikan, ganti dengan NaCl 0,9%
b. Kolaborasikan antihistamin 1 mL/IV (kalmethason, dexamethasone)
c. Setelah reaksi alergi hilang, transfuse dapat dilanjutkan dengan unit darah yang lain.
3. Aktivasi komplemen, diikuti degranulasi sel mast dan basofil
4. Reaksi ringan : pruritus, eritema, urtikaria
5. Reaksi berat : bronkospasme, sesak nafas, reaksi ringan anafilaksis yang fatal
6. Hemolitik : hemolisi akut intravascular, disebabkan oleh inkompatibilitas sistem ABO
Penatalaksanaan
a. Segera hentikan tranfusi, digantikan dengan NaCl 0,9%
b. Kolaborasi untuk mengatasi syok dengan dopamine secara IV sebanyak 510 mg/kgBB/menit
sampai tekanan darah >100 mmHg dan jari-jari menjadi hangat
c. Vasopresor selain dopamin jangan digunakan karena vasokonstriksi dapat memperberat
ginjal. Bila urin < 1 cc/kgBB/jam, berikan furosemide 1-2mg/kgBB untuk mempertahankan
>100 cc/jam
d. Atasi demam dengan antipiretika
e. Periksa faal hemostasis.
7. Bakterimia atau septik disebabkan oleh kontaminasi bakteri yang dapat berkembang biak pada
temperature 40C. bakteri E.coli, endotoksin, biasanya plasma berwarna cokelat hitam atau abu-
abu dan keruh, serta mortalitasnya tinggi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kebutuhan pasien akan darah secara lisan dengan
tepat.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk untuk
tindakan transfuse dengan tepat dan benar secara mandiri.
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian transfuse darah dengan teknik yang tepat
dan benar secara mandiri.

PENGKAJIAN
Kaji kebutuhan pasien akan jenis darah

PERSIAPAN
1. Persiapan Alat (Untuk Contoh Darah)
a. Spuit dan jarum steril yang diberi identitas pasien
b. Sarung tangan
c. Formulir permintaan darah
2. Persiapan Alat untuk Pemberian Darah kepada Pasien
a. Set transfuse
b. Sarung tangan
c. Darah yang sudah sesuai dengan darah pasien
3. Pasien dan Lingkungan
Beritahu pasien tentang maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan (informed consent)

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Untuk contoh darah (menentukan golongan darah), ambil darah dari vena sebanyak ± 3 cc, lalu
etiket atau identitas pasien yang jelas.
3. Formulir permintaan darah diisi dan dikirim bersama contoh darah ke bank darah PMI
4. Bila darah yang diperlukan sudah ada, sebelum darah ditransfusikan, suhu darah transfuse
disesuaikan dengan suhu tubuh pasien.
a. Lakukan pemasangan infus dengan cairan NaCl yang tersedia
b. Bila aliran atau tetesan sudah lancer, selang infus dipindahkan ke botol darah dengan
memindahkan selang terlebih dahulu, lalu membuka selang udara
c. Atur tetesan darah sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan
d. Bila pada transfuse darah ini tidak ada kesulitan, pemberian dilanjutkan sampai jumlah yang
ditentukan. Bila jumlah darah tersebut habis, pegatur tetesan dimatikan, selang darah/infus
dipindahkan ke botol infus. Pengatur tetesan dibuka kemudian tetesan diatur
e. Infus diteruskan atau dihentikan sesuai dengan instruksi dokter
f. Setelah pemberian selesai, infus distop. Plester yang mengikat dilepas, jarum dicabut, bekas
tusukan ditekan dengan kapas alcohol kemudian ditutup dengan plester.

DAFTAR TILIK
NO ELEMEN KRITERIA UNJUK KERJA BOBOT SKOR BOBOT
KOMPETENSI X
SKOR
1 Pengkajian Kebutuhan pasien akan 1
(mengidentifikasi produk darah seperti darah
atau memastikan lengkap, trombosit
kebutuhan pasien diidentifikasi
akan produk darah) Order dokter terhadap
produk darah dipastikan
2 Persiapan Alat dan Kebutuhan alat dipersiapkan 2
Bahan (darah atau dengan tepat
produk darah) Kebutuhan alat dipersiapkan
secara ergonomis
Produk darah yang akan
diberi meliputi kecocokan,
kedaluarsa, dan lain-lain
diperiksa kembali
Jumlah pemberian sesuai
order dipastikan
Hal-hal yang membahayakan
pasien diperhatikan
3 Persiapan Pasien Hubungan saling percaya 1
terjalin
Informed consent dilakukan
Hal yang mungkin terjadi
disampaikan
4 Pelaksanaan Pelaksanaan pemberian 4
transfusi dilakukan sesuai
dengan SOP
5 Evaluasi Respons setelah pemberian 1
transfusi seperti menggigil,
alergi atau reaksi transfuse
diidentifikasi
Respons pasien dianalisis
Tindak lanjut yang sesuai
dilakukan
6 Dokumentasi Pemberian produk darah 1
meliputi jumlah dan lama
pemberian dicatat
Respons pasien terhadap
pemberian darah dicatat
JUMLAH 10

Keterangan Skor :
1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan
2 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal
3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal
4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri

Σ Bobot x Skor
Total Nilai = 𝑥 100 =
40
RUMPLE LEED TEST (RL TEST)

DESKRIPSI
Rumple leed test atau tourniquet test adalah suatu prosedur sederhana untuk mendeteksi gejala
demam berdarah. Pada penyakit demam berdarah, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
pembuluh darah dan penurunan trombosit. Kondisi ini menyebabkan kebocoran cairan intravascular
ke interstisial (terjadilah hipovolemik). Dengan RL test, kebocoran cairan dalam interstisial akan
dimanifestasikan dalam bentuk bintik-bintik merah (petekie, purpura, ekimosis)
Tujuan
Untuk mendeteksi gejala demam berdarah
Indikasi
Pasien dengan tanda dan gejala, serta kecurigaan mengalami demam berdarah

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan RL test secara lisan dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menyiapkan peralatan untuk tindakan RL test secara
mandiri dengan tepat
1. Mahasiswa mampu melakukan tindakan RL test secara mandiri dengan benar

PERSIAPAN
Persiapan Alat
1. Sphygmomanometer (tensimeter)
2. Stetoskop
3. Alat pencatata waktu (jam)
4. Pulpen

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Pasien diminta untuk berbaring dengan tenang
2. Periksa tekanan darahnya dengan tensimeter dan stetoskop sehingga didapatkan sistolik dan
diastolic [(nilai batas atas + nilai batas bawah):2]
3. Pertahankan tekanannya antara batas atas dan batas bawah (hasil perhitungan diatas), tetapi
tidak boleh melebihi angka 100 mmHg selama kurang lebih 10 menit
4. Turunkan tekanan, kemudian lepas manset, tunggu kurang lebih 5 menit sampai kulit lengan
bawah normal kembali
5. Di lengan bawah pasien, kurang lebih 4 cm dari lekuk siku, buat lingkaran menggunakan
pulpen dengan diameter 5 cm
6. Amati apakah kulit lengan bawah terdapat titik-titik merah kecil di bawah kulit yang disebut
petekie.
a. Hasil normal, yaitu apabila di dalam lingkaran berdiameter 5 cm terdapat 0 – 10 petekie
b. Hasil positif bila didapatkan > 10 petekie
7. Bereskan peralatan
8. Cuci tangan
DAFTAR TILIK
NO ELEMEN KRITERIA UNJUK KERJA BOBOT SKOR BOBOT
KOMPETENSI X
SKOR
1 Pengkajian Kebutuhan pasien terhadap 1
tindakan RL test diidentifikasi
2 Persiapan Alat Persiapan alat sudah 2
dilakukan dengan tepat
Alat dan bahan disusun
secara ergonomis
3 Persiapan Pasien dan Hubungan kepercayaan 1
Lingkungan dibangun
Informed consent dilakukan
Privasi pasien dijaga
Posisi pasien diatur sesuai
dengan kebutuhan
4 Pelaksanaan Tahap-tahap pelaksanaan RL 4
test dilakukan sesuai dengan
SOP
5 Evaluasi Hasil RL test 1
diinterpretasikan
Tindak lanjut hasil
pemeriksaan dilakukan
sesuai kebutuhan
6 Dokumentasi Waktu pelaksanaan 1
didokumentasikan
Hasil pemeriksaan sudah
didokumentasikan
Respons pasien selama dan
setelah pelaksanaan
prosedur didokumentasikan
JUMLAH 10

Keterangan Skor :
1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan
2 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal
3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal
4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri

Σ Bobot x Skor
Total Nilai = 𝑥 100 =
40
PEMASANGAN INFUS
DESKRIPSI
Kompetensi ini menggambarkan kemampuan perawat dalam mengelola pemberian terapi melalui
kateter vena sentral, termasuk teknik pemberian dan keamanan. Pemasangan infus adalah suatu
tindakan memasukkan cairan elektrolit, obat, atau nutrisi ke dalam pembuluh darah vena dalam
jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan set infus.
Indikasi
1. Pasien yang mengalami dehidrasi
2. Pasien yang akan diberikan transfusi
3. Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dan pasca bedah
4. Untuk pasien yang tidak bisa atau tidak boleh makan dan minum
Tujuan
1. Sebagai pengobatan
2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
3. Memberi zat makanan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan infus set baru.
2. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda-tanda infeksi.
3. Onservasi tanda/reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kebutuhan pasien akan cairan melalui infus secara
lisan dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu menyiapkan alat yang digunakan untuk tindakan infus secara mandiri dengan
tepat
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan infus secara mandiri dengan tepat.
4. Mahasiswa mampu menjaga prinsip sterilitas selama melaksanakan prosedur pemasangan infus
secara mandiri dengan tepat.

PENGKAJIAN
1. Kaji tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Kaji program terapi cairan.

PERSIAPAN
1. Persiapan Alat
a. Larutan sesuai kebutuhan atau kolaborasi (contohnya: Ringer Laktat (RL); dekstrosa 5%;
PZ/NS/NaCl 0,9%; dan lain-lain)
b. Jarum/pungsi vena yang terdiri dari kateter plastik dan stylet/mandrim (contonya: medicet,
venflon, abocath) sesuai ukuran:
 Dewasa : 18, 20, 22
 Anak : 24, 22
 Bayi : 24, jarum kupu-kupu/wings/jarum bersayap
c. Set infus
 Dewasa : makrodip
 Anak : mikrodip (bila perlu dengan alat pengontrol volume/volutrol/buret)
d. Alkohol 70%
e. Kapas
f. Povidon-iodin/Betadin
g. Kassa Steril
h. Tourniquet
i. Papan penyangga lengan (bila diperlukan)
j. Spalk bila perlu (untuk fiksasi pada pasien anak yang belum kooperatif)
k. Plester/hypafix
l. Perlak dan alas perlak
m. Tiang infus
n. Sarung tangan sekali pakai
o. Bengkok (nierbekken)
p. Gunting
q. Baki beralas/troli/dressing car
2. Persiapan Pasien dan Lingkungan
a. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, maksud, dan tujuan tindakan
(informed consent).
b. Atur posisi pasien pada lokasi yang akan dipasang infus.
c. Bebaskan daerah yang akan dipasang infus dari pakaian yang menutupi.
d. Pastikan cahaya terang.

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan pasang sarung tangan.
2. Buka kemasan set infus
3. Tempatkan klem tepat 2 – 4 cm di bawah bilik tetesan, tutup klem/off.
4. Tusukkan set infus ke dalam kantung cairan
 Lepaskan penutup botol cairan (tanpa menyentuh ujung tempat masuknya set infus).
 Lepaskan penutup ujung insersi selang dengan tidak menyentuh ujung tersebut, kemudian
masukkan ujung selang tersebut ke dalam botol cairan.
5. Isi selang infus
 Tekan bilik tetesan kemudian lepaskan, biarkan terisi 1/3 sampai dengan ½ bagian penuh.
 Buka pelindung jarum dan buka klem rol. Alirkan cairan ke adapter jarum, tamping pada
bengkok. Setelah semua selang terisi, tutup kembali klem.
 Pastikan bagian dalam selang infus bebas dari udara.
6. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk pemasangan infus.
 Hindari daerah yang menonjol
 Pilih vena distal lebih dulu
 Hindari pemasangan di pergelangan tangan, daerah peradangan, di ruang antekubital,
ekstremitas yang sensasinya menurun, dan tangan yang dominan.
7. Pasang perlak di bawah lokasi yang akan diinfus
8. Bila terdapat bulu di tempat insersi, gunting terlebih dahulu (jangan mencukur bulu karena dapat
menyebabkan mikroabrasi dan menjadi predisposisi infeksi).
9. Pasang tourniquet 10 – 12 cm di atas insersi.
10. Dilatasikan vena, dengan cara:
 Menepuk-nepuk vena dari proksimal ke distal
 Mengepal dan membuka tangan
 Ketukan ringan di atas vena
 Kompres hangat di atas vena
11. Disinfeksi lokasi insersi dengan betadin, lalu bilas dengan kapas alcohol 70% sampai bersih dan
tunggu sampai kering.
12. Fiksasi vena dengan ibu jari di atas vena dan renggangkan kulit berlawanan dengan arah fiksasi 5
– 7,5 cm dari distal ke tempat pungsi vena.
13. Lakukan pungsi vena dengan membentuk sudut 20-300. Jika darah masuk ke jarum, menandakan
jarum telah masuk ke vena. Rendahkan jarum sampai hamper menyentuh kulit. Masukkan lagi ±
2 – 3 cm kemudian tarik stylet/mandrim sedikit secara perlahan. Lanjutkan memasukkan kateter
plastic sampai pangkal kateter. (untuk jarum bersayap: masukkan jarum bersayap ke dalam vena
sampai pangkal insersi).
14. Stabilkan kateter dengan satu tangan, lepas tourniquet, tekan di atas ujung kateter plastik (untuk
mencegah darah mengalir keluar), kemudian tarik dan lepaskan stylet/jarum mandrim.
15. Hubungkan adapter jarum infus (selang) ke pangkal kateter plastik.
16. Buka klem, atur aliran dengan kecepatan tertentu (observasi adanya ekstravasasi).
17. Fiksasi kateter IV (sarung tangan dilepas, agar plester tidak lengket ke sarung tangan).
 Fiksasi menyilang pada pangkal kateter plastic
 Letakkan bantalan kassa steril di atas tempat insersi, fiksasi dengan plester di atasnya.
 Letakkan selang infus pada balutan dengan plester.
Untuk fiksasi jarum bersayap, plester dilekatkan pada sayap.
18. Atur kecepatan aliran sesuai kebutuhan
19. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus pada plester
20. Rapikan pasien dan bereskan alat.
21. Cuci tangan.

EVALUASI
Observasi pasien terhadap:
1. Jumlah larutan yang benar
2. Kecepatan aliran
3. Kepatenan jalur intravena
4. Infiltrasi, flebitis, dan inflamasi

DOKUMENTASI
Tulis di catatan perawatan pada catatan medis pasien tentang:
1. Jenis cairan
2. Tempat insersi
3. Kecepatan aliran
4. Ukuran dan Tipe Kateter
5. Waktu infus dimulai (tanggal dan jam)
6. Respons pasien setelah pemasangan.

MENGGANTI BOTOL INFUS


1. Dilakukan jika cairan sudah berada di leher botol dan tetesan masih berjalan.
2. Satu botol infus yang telah dipasang tidak boleh > 24 jam

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Siapkan botol yang baru
2. Tutup klem rol
3. Tarik jarum selang dari botol lama dan segera tusukkan pada botol yang baru. (Hindari
memegang area steril).
4. Gantungkan botol
5. Buka klem dan hitung kembali tetesan, sesuaikan dengan order yang diberikan
6. Catat tindakan yang dilakukan

MELEPAS INFUS
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang baru.

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tutup klem infus
2. Buka plester dan kasa pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
3. Tarik jarum secepatnya dan beri penekanan pada daerah bekas tusukan dengan kapas alcohol
selam 2 – 3 menit untuk mencegah perdarahan.
4. Tutup daerah bekas tusukan dengan kasa steril dan beri plester.
5. Catat waktu penghentian infus, serta jumlah cairan yang masuk dan yang tersisa dalam botol.

DAFTAR TILIK
NO ELEMEN KRITERIA UNJUK KERJA BOBOT SKOR BOBOT
KOMPETENSI X
SKOR
1 Pengkajian Tanda dan gejala gangguan 1
(mengidentifikasi keseimbangan cairan dan
kebutuhan akan elektrolit diidentifikasi
terapi intravena) Program terapi cairan telah
diverikfikasi
2 Persiapan Alat Kebutuhan alat untuk tindakan 2
dan Obat disiapkan dengan lengkap
Alat disusun secara ergonomis
Terapi yang akan diberikan
disiapkan sesuai order
3 Persiapan Pasien Hubungan saling percaya terjalin 1
Informed consent dilakukan
Posisi diatur sesuai kebutuhan
4 Pelaksanaan Tahap-tahap pemberian cairan 4
IV sesuai SOP.
Jenis terapi sesuai dengan order
yang ditentukan.
Kalkulasi dan pengaturan aliran
intravena dilakukan sesuai SOP.
Penanganan intravena kateter
seperti posisi kanul dan
penggantian balutan infus
dilakukan sesuai SOP.
Prosedur pelepasan infus
dilakukan sesuai dengan SOP.

5 Evaluasi Lokasi penusukan jarum 1


dievaluasi.
Kelancaran aliran setiap jenis
obat/terapi dievaluasi.
Tanda-tanda komplikasi terapi IV
seperti flebitis (rasa panas,
edema, eritema, suhu
meningkat) dievaluasi.
Tindak lanjut seperti konsul ke
dokter dilakukan.
6 Dokumentasi Tindakan intravena dan terapi 1
dicatat dalam format.
Tanda-tanda komplikasi dicatat.
JUMLAH 10

Keterangan Skor :
1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan
2 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal
3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal
4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri

Σ Bobot x Skor
Total Nilai = 𝑥 100 =
40

Potrebbero piacerti anche