Sei sulla pagina 1di 10

HUBUNGAN FASE KEMOTERAPI DENGAN STATUS GIZI ANAK LEUKEMIA

Siska Rani Ramadhani1, Yufitriana Amir2, Sofiana Nurchayati3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: siskaranir@gmail.com

Abstract

The main treatment of leukemia to get remission is chemotherapy. Chemotherapy generally cause various side effects
that cause the child’s food intake is not fulfilled. It makes child at risk of malnutrition. The aim of this research is to
examine the relationship between chemotherapy phase to the leukemia child’s nutritional status. This research uses
observational analytic research design with cross sectional approach. Samples of this research are 30 children with
leukemia based on inclusion and exclusion criteria using purposive sampling techniques. This research uses Patient
Generated Subjective Global Assessment Short From (PG-SGA SF) questionnaire to measuring nutritional status and
describing nutrition impact symptoms. The research uses univariate and bivariate analysis using Kolmogorov-Smirnov.
The result shows that form 30 leukemia children who get chemotherapy, 19 respondents (63,3%) are boy, 28
respondents (93,3%) suffering from Acute Leukemia Lymphoblastic (ALL), and 19 respondents (63,3%) are on the
maintenance phase of chemotherapy. The mean age of children with leukemia is 6,27 years old and the mean age of
children when first diagnosed with leukemia is 4,9 years old. Nutrition impact symptoms show that 16 respondents
(53,3%) feel nausea and 15 respondents (50,0%) feel dry mouth. 22 respondents (73,3%) are well-nourish. The result of
bivariate analysis shows p value = 0,460 > α (0,05) which is means that chemotherapy have no relationship with the
leukemia child’s nutritional status. Based on the results of the research, it is expected that nurses and families can fulfill
the nutritional needs of children who undergo chemotherapy to improve nutritional status.

Keywords: chemotherapy, leukemia, nutritional status, PG-SGA SF

PENDAHULUAN persentase 30-40% (Wolley et al, 2016).


Kanker merupakan salah satu penyakit Menurut data dari instalasi rekam medis RSUD
tidak menular yang menjadi masalah kesehatan Arifin Achmad Provinsi Riau, leukemia
di dunia termasuk di Indonesia (Kementerian memasuki sepuluh besar penyakit tahun 2017
Kesehatan RI, 2011). Kanker pada jaringan dengan menempati peringkat 9. Jumlah pasien
pembentuk darah yang paling sering ditemukan leukemia yang dirawat inap pada tahun 2017
pada masa kanak-kanak adalah leukemia (Wong, sebanyak 627 kasus dengan jumlah pasien anak-
Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & anak usia 0-14 tahun sebanyak 317 orang
Schwartz, 2008). Leukemia adalah penyakit (50.5%).
keganasan sel darah yang ditandai dengan sel Penyebab leukemia tidak diketahui dan
darah putih abnormal dalam sumsum tulang kemungkinan bersifat multifaktorial (Marcdante,
(Wolley, Gunawan, & Warouw, 2016). Kliegman, Jenson, & Behrman, 2014).
Berdasarkan data International Agency Handayani dan Haribowo (2008) menyebutkan
for Research on Cancer (IARC) WHO pada ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
tahun 2012, jumlah penderita leukemia di leukemia, yaitu faktor genetik, sinar radioaktif,
seluruh dunia diperkirakan sebanyak 351.965 dan virus. Marcdante et al (2014) juga
kasus. American Cancer Society memperkirakan menyebutkan bahwa faktor lingkungan meliputi
angka kejadian Leukemia Limfoblastik Akut radiasi pengion dan paparan terhadap agen
(LLA) mencapai 2.670 kasus pada tahun 2014. kemoterapi memegang peranan penting terhadap
Data Sistem Registrasi Kanker di Indonesia terjadinya leukemia.
tahun 2005-2007 menujukkan bahwa perkiraan Leukemia dapat diklasifikasikan
insiden kanker pada anak sebesar 9 per 100.000 berdasarkan maturasi sel menjadi leukemia akut
anak dengan leukemia sebagai kanker tertinggi dan leukemia kronis serta diklasifikasikan
(2,8 per 100.000). Penelitian yang dilakukan di berdasarkan tipe sel asal menjadi leukemia
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) limfoblastik dan mieloblastik (Handayani &
ditemukan bahwa leukemia merupakan jenis Haribowo, 2008). Perbedaan jenis leukemia dan
kanker yang paling banyak terjadi pada anak faktor prognostik mempengaruhi perawatan
dengan umur di bawah 15 tahun dengan untuk anak leukemia (American Childhood

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 372


Cancer Organization, 2014). ACCO beresiko malnutrisi serta untuk mencegah
menyebutkan bahwa secara umum leukemia terjadinya kelebihan atau kekurangan nutrisi
pada masa anak-anak diobati dengan kemoterapi yang akhirnya akan mempengaruhi prognosis
multi-agen. Kemoterapi merupakan pengobatan kanker (Mueller et al, 2011). Salah satu
utama dalam proses ke tahap remisi (Bangun, perangkat skrining nutrisi adalah Patient
2012). Pasien dengan LLA umumnya Generated Subjective Global Assessment (PG-
mendapatkan kemoterapi induksi dengan tiga SGA). PG-SGA dapat mengklasifikasikan status
atau empat agen kemoterapi. Setelah induksi, gizi pasien secara subjektif berdasarkan riwayat
remisi akan dicapai pada hampir semua pasien diet dan pemeriksaan fisik ke dalam nutrisi baik,
LLA. Setelah remisi dilanjutkan dengan fase malnutrisi sedang, dan malnutrisi berat (Kozier
konsolidasi dengan terapi CNS-directed. Terapi et al, 2010).
dilanjutkan dengan fase pemeliharaan Penelitian sebelumnya telah dilakukan
berkelanjutan/continuation dengan total durasi oleh Wolley et al (2016) yang menunjukkan
terapi 2-3 tahun (Marcdante et al, 2014). bahwa terdapat peningkatan status gizi pada
Obat sitotoksik kemoterapi dapat anak dengan LLA selama masa pengobatan.
menghancurkan sel leukemia dengan berbagai Selain itu dalam penelitian Herdika (2017),
mekanisme. Mekanisme kerja obat-obat hampir sebagian besar anak dengan leukemia
kemoterapi tidak bersifat selektif sehingga sel yang menjalani kemoterapi berstatus gizi normal
normal yang aktif membelah seperti sel sumsum (40%). Penelitian tersebut juga menjelaskan
tulang, saluran cerna, folikel rambut, dan sistem tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
reproduksi juga terkena pengaruhnya (Ariawati, tahapan kemoterapi dengan status gizi penderita
Windiastuti, & Gatot, 2007). Setiap kali terapi leukemia. Hasil penelitian lainnya oleh Malihi et
akan disertai dengan sejumlah efek samping al (2013) menyatakan bahwa 76,2% pasien
yang dapat diperkirakan (Wong et al, 2008) leukemia berstatus gizi malnutrisi sedang;
Wong et al (2008) menyebutkan bahwa 15,87% pasien malnutrisi berat; dan 7,93%
efek toksisitas kemoterapi di organ pasien berada nutrisi baik setelah menjalani
gastrointestinal terdiri dari keluhan mual dan kemoterapi induksi. Hasil penelitian tersebut
muntah, anoreksia, dan ulserasi mukosa. Mual juga menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
dan muntah terjadi karena beberapa hal, yaitu yang berdampak pada nutrisi pasien adalah
aktivasi aferen visceral simpatis, aferen perifer, kehilangan selera makan dan mual (88,9%),
chaemoreceptor trigger zone, maupun stimulasi mulut kering (77,8%), cepat merasa kenyang
korteks serebri yang mempengaruhi (66,7%), dan muntah (61,9%).
neurotransmitter pada pusat muntah (Hapsari,
Studi pendahuluan yang dilakukan pada
2012). Ulserasi mukosa terjadi karena kerusakan
20 Februari 2018 di RSUD Arifin Achmad
sel mukosa di sepanjang gastrointestinal. Ulkus
Provinsi Riau didapatkan 4 dari 5 anak leukemia
pada mulut akan memperberat gejala anoreksia
berstatus gizi baik menurut kategori Kemenkes
karena proses makan menjadi tidak
RI indeks BB/U dan satu anak lainnya berstatus
menyenangkan (Wong et al, 2008). Sejumlah
gejala pengobatan nati-kanker ini dapat gizi kurang. Anak leukemia yang dikaji bersama
mengganggu nafsu makan pasien dan dengan orang tuanya mengatakan bahwa proses
kemampuan untuk makan serta mencerna kemoterapi memberi efek pada proses makan
makanan (Omlin, Blum, Wierecky, Haile, anak. Hasil pengkajian didapatkan 3 orang anak
Ottery, & Strasser, 2013). Apabila pasien banyak merasakan gangguan asupan makanan.
merasakan gejala yang menghambat asupan Gangguan tersebut berupa anak kehilangan
nutrisi, maka asupan zat gizi pasien tidak akan nafsu makan pada beberapa makanan,
tercukupi atau disebut dengan malnutrisi merasakan mual dan muntah pasca kemoterapi
(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010). intratekal, serta mengeluhkan mual dan muntah
Status gizi merupakan suatu keadaan pada masa jeda kemoterapi.
seimbang antara asupan dan kebutuhan zat gizi Berdasarkan penjelasan yang telah
(Sumampouw, Soemarno, Andiani, & dikemukakan, maka peneliti sangat tertarik
Sriwahyuni, 2017). Penilaian status gizi untuk meneliti tentang hubungan fase
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang kemoterapi dengan status gizi serta melihat

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 373


hambatan asupan nutrisi pada anak leukemia A. Analisis Univariat
saat menjalani kemoterapi 1. Karakteristik Responden
Tujuan penelitian ini adalah untuk Tabel 1
menganalisis hubungan antara fase kemoterapi Rata-Rata Usia Responden Saat Ini dan Usia
dengan hambatan asupan nutrisi. Pertama Kali Didiagnosa Leukemia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Karakteristik Mean Min Max
SD
memberikan informasi dalam pengembangan responden (tahun) (tahun) (tahun)
Usia Saat Ini 6,27 2,625 3 11
ilmu pengetahuan tentang hubungan fase Usia Saat 4,90 2,354 2 9
kemoterapi dengan status gizi serta hambatan Didiagnosa
asupan nutrisi saat menjalani kemoterapi. Leukemia

METODE PENELITIAN Tabel 1 menunjukkan bahwa mean usia


Penelitian ini dilaksanakan di RSUD anak adalah 6,27 tahun dan mean usia anak
Arifin Achmad Provinsi Riau, Pekanbaru. saat pertama kali didiagnosa leukemia adalah
Penelitian ini menggunakan desain penelitian 4,9 tahun.
observasional analitik dengan pendekatan
Tabel 2
cross sectional.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah
Menurut Jenis Kelamin, Kategori Usia, Jenis
anak leukemia di Poliklinik Onkologi Anak
Leukemia, dan Fase Kemoterapi
dan Ruang Rawat Inap Merak I RSUD Arifin Karakteristik responden Jumlah Persentase
Achmad Provinsi Riau yang berjumlah 44 (N) (%)
orang anak. Pengambilan sampel berjumlah Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 19 63,3
30 responden menggunakan purposive b. Perempuan 11 36,7
sampling dengan kriteria anak sedang Usia
a. Usia Prasekolah 17 56,7
menjalani kemoterapi, berusia 3-12 tahun, b. Usia Sekolah 13 43,3
dan kooperatif. Jenis Leukemia
a. Leukemia Limfoblastik Akut 28 93,3
Alat pengumpulan data pada penelitian (LLA)
ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari b. Leukemia Limfoblastik Kronis 0 0,0
(LLK)
bagian karakteristik responden dan Patient c. Leukemia Mieloblastik Akut 2 6,7
Generated Subjective Global Assessment (LMA)
d. Leukemia Mieloblastik Kronis 0 0,0
Short Form (PG-SGA SF). PG-SGA SF (LMK)
digunakan untuk mengetahui status gizi serta Fase Kemoterapi
a. Fase Induksi 7 23,3
mendeskripsikan gejala hambatan asupan b. Fase Konsolidasi 4 13,3
nutrisi. Analalisis data menggunakan analisis c. Fase Rumatan 19 63,3
univariat dan analisis bivariat. Analisis Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
univariat menjelaskan karakteristik responden besar responden berjenis kelamin laki-laki
terkait umur, jenis kelamin, jenis leukemia, yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Sebagian
fase kemoterapi, serta menganalisis status besar responden berada pada usia prasekolah
gizi, hambatan asupan nutrisi, hambatan dengan jumlah 17 orang (56,7%). Mayoritas
status gizi berdasarkan fase kemoterapi, dan responden menderita leukemia jenis Leukemia
hambatan asupan nutrisi berdasarkan status Limfoblastik Akut (LLA) sebanyak 28 orang
gizi. Analisis bivariat pada penelitian ini (93,3%) dan sebagian besar responden sedang
menggunakan uji alternatif Kolmogorov- menjalani fase rumatan yaitu sebanyak 19
Smirnov untuk mengetahui apakah ada orang (63,3%).
hubungan antara fase kemoterapi dengan
status gizi anak leukemia. 2. Status Gizi Anak Leukemia
Tabel 3
HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Status Gizi
Hasil penelitian yang dilakukan pada Status Gizi Jumlah Persentase
tanggal 28 Juni – 23 Juli 2018 pada 30 (N) (%)
responden di RSUD Arifin Achmad Provinsi Nutrisi Baik (Stage A) 22 73,3
Malnutrisi (Stage B+C) 8 26,7
Riau diperoleh data sebagai berikut: Total 30 100

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 374


Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 7
besar status gizi responden berada pada nutrisi orang responden yang sedang menjalani fase
baik dengan jumlah 22 orang (73,3%). induksi, sebagian besar responden merasakan
mual yaitu sebanyak 5 orang (71,4%) serta
3. Gejala Hambatan Asupan Nutrisi Anak mulut kering dan kelelahan sebanyak 4 orang
Leukemia yang Menjalani Kemoterapi (57,1%). 4 orang anak yang menjalani fase
Tabel 4 konsolidasi menunjukkan bahwa sebagian
Distribusi Frekuensi Hambatan Asupan besar responden merasakan mual dan nyeri
Nutrisi Anak Leukemia sebanyak 3 orang (75%) serta sebagian
Hambatan Asupan Jumlah Persentase
No Nutrisi (N) (%) responden merasakan sariawan, masalah
1. Mual 16 53,3 menelan, muntah, dan mulut kering yaitu
2. Mulut kering 15 50,0 sebanyak 2 orang (50%). Pada 19 orang
3. Sariawan 11 36,7
Segala makanan terasa 11 36,7 responden yang menjalani fase rumatan,
4. aneh atau tidak berselera hampir sebagian responden merasakan mulut
5. Kelelahan 9 30,0
6. Nyeri 8 26,7 kering dan segala makanan terasa aneh yaitu
7. Muntah 7 23,3 sebanyak 9 orang (47,4%) dan mual sebanyak
8. Tidak nafsu makan, hanya 6 20,0 8 orang (42,1%).
merasa tidak ingin makan
9. Merasa cepat kenyang 6 20,0
10. Masalah menelan 5 16,7 5. Gejala Hambatan Asupan Nutrisi
11. Bau makanan mengganggu 4 13,3
12. Tidak ada masalah makan 3 10,0 Berdasarkan Status Gizi
13. Diare 3 10,0 Tabel 6
14. Konstipasi 2 6,7
15. Lain-lainnya 0 0,0 Distribusi Frekuensi Hambatan Asupan
Nutrisi Berdasarkan Status Gizi
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 Nutrisi Baik Malnutrisi
Hambatan Asupan (Stage A) (Stage B+C)
responden, sebagian responden merasakan No
Nutrisi (N= 22) (N=8)
gejala mual sebanyak 16 orang (53,3%) dan [N, (%)] [N, (%)]
mulut kering sebanyak 15 orang (50%) yang 1. Tidak ada masalah makan 3 (13,6) 0 (0,0)
menghambat asupan nutrisi. 2. Mual 11 (50,0) 5 (62,5)
3. Konstipasi 0 (0,0) 2 (25,0)
4. Sariawan 6 (27,3) 5 (62,5)
4. Gejala Hambatan Asupan Nutrisi 5. Segala makanan terasa 10 (45,5) 1 (12,5)
Berdasarkan Fase Kemoterapi aneh atau tidak berselera
Tabel 5 6. Masalah menelan 3 (13,6) 2 (25,0)
Distribusi Frekuensi Hambatan Asupan 7. Nyeri 4 (18,2) 4 (50,0)
8. Tidak nafsu makan, hanya 2 (9,1) 4 (50,0)
Nutrisi Berdasarkan Fase Kemoterapi
merasa tidak ingin makan
No Hambatan Asupan Fase Fase Fase
Nutrisi Induksi Konsolidasi Rumatan 9. Muntah 5 (22,7) 2 (25,0)
(N = 7) (N = 4) (N = 19) 10. Diare 3 (13,6) 0 (0,0)
[N, (%)] [N, (%)] [N, (%)] 11. Mulut kering 8 (36,4) 7 (87,5)
Tidak ada masalah 12. Bau makanan 4 (18,2) 0 (0,0)
1. 1 (14,3) 1 (25,0) 1 (5,3)
makan mengganggu
2. Mual 5 (71,4) 3 (75,0) 8 (42,1) 13. Merasa cepat kenyang 5 (22,7) 1 (12,5)
3. Konstipasi 1 (14,3) 1 (25,0) 0 (0,0)
14. Kelelahan 6 (27,3) 3 (37,5)
4. Sariawan 3 (42,9) 2 (50,0) 6 (31,6)
5. Segala makanan terasa 1 (14,3) 1 (25,0) 9 (47,4) 15. Lain-lainnya 0 (0,0) 0 (0,0)
aneh atau tidak berselera
6. Masalah menelan 2 (28,6) 2 (50,0) 1 (5,3) Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 22
7. Nyeri 1 (14,3) 3 (75,0) 4 (21,1)
8. Tidak nafsu makan, 2 (28,6) 1 (25,0) 3 (15,8) responden yang berstatus nutrisi baik, sebagian
hanya merasa tidak besar responden merasakan mual sebanyak 11
ingin makan
9. Muntah 0 (0,0) 2 (50,0) 5 (26,3) orang (50%). 8 responden yang malnutrsi
10. Diare 1 (14,3) 1 (25,0) 1 (5,3) menunjukkan bahwa sebagian besar responden
11. Mulut kering 4 (57,1) 2 (50,0) 9 (47,4) merasakan mulut kering yaitu sebanyak 7
12. Bau makanan 0 (0,0) 0 (0,0) 4 (21,1)
mengganggu orang (87,5%) serta mual dan sariawan
13. Merasa cepat kenyang 0 (0,0) 1 (25,0) 5 (26,3) sebanyak 5 orang (62,5%). Sebagian
14.
15. Kelelahan 4 (57,1) 0 (0,0) 5 (26,3) responden juga merasakan nyeri dan tidak
16. Lain-lainnya 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) nafsu makan yaitu sebanyak 4 orang (50%).

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 375


B. Analisa Bivariat semakin penting untuk anak setelah usia 4
Tabel 7 tahun. Pemberian informasi dan penjelasan
Hubungan Antara Fase Kemoterapi Dengan yang sesuai dengan perkembangannya akan
Status Gizi mempermudah penyesuaian psikologis dan
Fase Status Gizi Total P fisiologis anak pada keadaan sakit, tindakan
Kemoterapi Nutrisi Baik Malnutrisi value
(Stage A) (Stage B+C)
sulit, serta perumahsakitan. Pada anak
N % N % N % toddler dan prasekolah yang dalam keadaan
Fase Induksi 4 57,1 3 42,9 7 100 sakit kronis, perlu keterlibatan orang tua
Fase Konsolidasi 2 50,0 2 50,0 4 100 0,460 dalam mengelola keadaan sakit anak yang
Fase Rumatan 16 84,2 3 15,8 19 100
Total 22 73,3 8 26,7 30 100 dapat mengganggu kemandirian dan
menghambat kesadaran akan kontrol-diri
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 30 serta otonominya (Rudolph et al, 2006).
orang responden menunjukkan bahwa 16 2. Jenis Kelamin
orang (84,2%) yang menjalani fase rumatan Hasil penelitian diadapatkan bahwa
memiliki nutrisi baik. Jumlah ini lebih banyak sebagian besar jenis kelamin anak-anak
dibanding responden bernutrisi baik lainnya adalah laki-laki dengan jumlah 19 orang
yang sedang menjalani fase induksi dan (63,3%). Penelitian ini didukung dengan
rumatan. Hasil uji statistik Kolmogorov- penelitian serupa oleh Astriningrum (2011)
Smirnov didapatkan p value 0.460 yang berarti yang menyatakan bahwa pada masing-
p value > α 0,05 sehingga H0 gagal ditolak. masing fase kemoterapi, terdapat jumlah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki lebih banyak daripada
tidak ada hubungan antara fase kemoterapi perempuan. Penelitian oleh Wijayanti
dengan status gizi anak leukemia. (2017) juga menunjukkan bahwa sebagian
besar anak leukemia adalah laki-laki dengan
PEMBAHASAN jumlah 16 orang (80%).
A. Karakterstik Responden Wong et al (2008) menyatakan bahwa
1. Usia penyakit leukemia ini lebih sering terjadi
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak laki-laki dibanding anak
terhadap 30 orang responden didapatkan perempuan. Namun masih belum diketahui
bahwa rata-rata usia responden adalah 6,27 secara jelas mengapa anak laki-laki lebih
tahun. Hasil penelitian ini didukung oleh banyak mengalami leukemia dibanding
penelitian Wijayanti (2017) yang anak perempuan.
menunjukkan sebagian besar anak dengan 3. Jenis Leukemia
leukemia di RSUD Dr Moewardi Surakarta Hasil penelitian ini mendapatkan
berada pada umur 6-12 tahun yakni bahwa mayoritas jenis leukemia yang
sebanyak 12 responden (60%). Wong et al diderita anak-anak adalah Leukemia
(2008) menyatakan bahwa leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan jumlah 28
merupakan kanker pada masa kanak-kanak orang (93,3%). Hal ini didukung oleh hasil
yang paling sering ditemukan. penelitian Bangun (2012) yang
Hasil pengkategorian responden memperlihatkan persentase antara jenis
didapatkan bahwa sebagian besar responden leukemia ALL dengan AML yang tampak
berada pada usia prasekolah yaitu sebanyak sangat mencolok yaitu sebagian sebagian
17 orang (56,7%). Hasil penelitian ini juga besar anak leukemia yakni sebanyak 109
didapatkan bahwa usia anak-anak saat orang (86,5%) dengan ALL berbanding
pertama kali didiagnosa leukemia rata-rata dengan 17 orang (13,5%) dengan AML.
pada usia 4,9 tahun. Hasil penelitian ini Penyebab leukemia pada manusia
sesuai dengan Wong et al (2008) yang belum diketahui, namun faktor lingkungan,
menyatakan bahwa awitan puncak leukemia faktor genetik, serta keadaan
terjadi antara usia 2-6 tahun. imunodefisiensi telah menjadi faktor
Pada saat anak dalam keadaan sakit predisposisi terhadap terjadinya leukemia.
akut, pemahaman kepada anak mengenai Beberapa upaya telah dilakukan untuk
keadaan sakit dan pengobatannya menjadi melihat hubungan virus dengan leukemia,

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 376


namun tidak ada bukti langsung yang Tindakan kemoterapi umumnya
menghubungkan segala virus dengan jenis menimbulkan berbagai efek samping yang
leukemia yang sering terjadi pada anak menyebabkan asupan makanan anak tidak
(Rudolph et al, 2006). tercukupi dan kekurangan nutrisi (Kozier et
Mutasi spontan telah menjadi hipotesis al, 2010). Namun anak leukemia juga akan
sebagai penyebab utama ALL pada anak. mendapatkan terapi kortikosteroid. Terapi
Sel progenitor limfoid, yang merupakan sel kortikosteroid jangka pendek akan
target untuk ALL, memiliki kecepatan menimbulkan dua efek menguntungkan,
proliferasi yang tinggi. Pada masa anak- yaitu peningkatan selera makan dan
anak awal juga terjadi kecendrungan yang perasaan lebih sehat. Anak yang telah
tinggi untuk pengaturan kembali gen, menggunakan kortikosteroid jangka
sehingga lebih rentan untuk mengalami panjang menunjukkan peningkatan asupan
mutasi (Rudolph et al, 2006). energi dan persentase lemak tubuh (Wong
4. Fase Kemoterapi et al, 2008). Peneliti berasumsi bahwa hal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inilah yang menyebabkan status gizi anak
sebagian besar anak leukemia menjalani pada saat menjalani kemoterapi akhirnya
kemoterapi fase rumatan/maintenance menjadi lebih baik. Hal ini didukung oleh
dengan jumlah 19 orang (63,3%). Hasil penelitian Wolley et al (2016) tentang
penelitian ini bertolak belakang dengan perubahan status gizi anak leukemia selama
penelitian yang dilakukan oleh Negara pengobatan yang menyatakan bahwa anak
(2018) yang juga dilakukan di RSUD Arifin dengan LLA menunjukkan adanya
Achmad Provinsi Riau dengan hasil peningkatan status gizi yang signifikan
sebagian responden menjalani fase selama pengobatan.
konsolidasi yaitu sebanyak 15 orang (50%).
Fase rumatan merupakan terapi C. Hambatan Asupan Nutrisi pada Anak
lanjutan setelah fase induksi dan fase Leukemia
konsolidasi untuk memelihara remisi dan Hasil penelitian ini menemukan efek
selanjutnya mengurangi jumlah sel kemoterapi yang menyebabkan anak
leukemia. Terapi obat kombinasi dan terapi mengalami gejala hambatan asupan nutrisi.
intratekal secara periodik diberikan selama Sebagian anak merasakan mual sebanyak
2 tahun (Wong et al, 2008). Pada penelitian 16 orang (53,3%) dan mulut kering
ini mayoritas responden menderita sebanyak 15 orang (50%).
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). Obat kemoterapi dapat menghancurkan
RSUD Arifin Achmad Provinsi sel leukemia dengan berbagai mekanisme
menggunakan Indonesia ALL 2013 namun tidak bersifat selektif sehingga sel
Protocol sebagai standar pengobatan normal yang aktif membelah juga terkena
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). Pada pengaruh seperti pada sel di saluran
protokol kemoterapi ini, Fase induksi gastrointestinal (Ariawati et al, 2007).
berlangsung pada minggu 1 sampai minggu Kemoterapi memberikan efek negatif pada
ke-6, fase konsolidasi berlangsung pada saluran gastrointestinal seperti mual,
minggu ke-8 hingga minggu ke-12, dan fase anoreksia, dan ulserasi mukosa (Wong et al,
rumatan/maintenance minggu ke 13 sampai 2008). Pengobatan anti-kanker dapat
minggu ke-110. mengganggu nafsu makan pasien dan
B. Status Gizi Anak Leukemia kemampuan untuk makan serta mencerna
Hasil analisis penelitian didapatkan makanan (Omlin et al, 2013).
bahwa sebagian besar anak berada pada
nutrisi baik dengan jumlah 22 orang D. Hambatan Asupan Nutrisi berdasarkan
(73,3%). Penelitian ini didukung oleh Fase Kemoterapi
penelitian yang sama oleh Herdika (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang menyatakan bahwa hampir sebagian gejala hambatan asupan nutrisi pasca
anak leukemia berstatus gizi normal kemoterapi fase induksi adalah mual
sebanyak 40%. sebanyak 5 orang (71,4%) serta mulut

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 377


kering dan kelelahan sebanyak 4 orang terdapat mayoritas responden merasakan
(57,1%). Penelitian ini didukung oleh mulut kering sebanyak 7 orang (87,5%),
Ariawati et al (2007) yang menunjukkan serta sebagian besar merasakan mual dan
bahwa keluhan mual, muntah, stomatitis, sariawan 5 orang (62,5%).
diare, intake kurang, banyak terjadi pada Kozier et al (2010) menyebutkan
fase induksi minggu ke-5 setelah pemberian bahwa asupan makanan yang tidak
metotreksat. memadai dapat mengakibatkan
Seluruh obat-obatan fase induksi ketidakcukupan asupan zat gizi.
memiliki efek samping mual/muntah ringan Ketidakcukupan asupan gizi inilah yang
hingga berat pada pemberian dosis tinggi. disebut sebagai kekurangan nutrisi atau
Daunorubisin, metotreksat, dan sitosin malnutrisi. Banyaknya gejala hambatan
arabnosida menyebabkan ulserasi mukosa asupan nutrisi dari efek samping kemoterapi
khususnya pada saluran GI berupa pada penelitian ini seharusnya menjadikan
stomatitis dan diare. Obat L-Asparaginase responden berada pada status malnutrisi.
menyebabkan penurunan berat badan dan Asumsi peneliti hal ini dapat terjadi karena
anoreksia (Wong et al, 2008). faktor-faktor lain juga mempengaruhi status
Hasil penelitian ini juga menemukan gizi anak selain dari medikasi dan terapi
bahwa pada fase konsolidasi sebagian besar pengobatan, yaitu pendapatan keluarga dan
responden mengalami mual dan nyeri pola asuh ibu.
sebanyak 3 orang (75%) dan sebagian Penelitian yang dilakukan oleh Putri,
responden merasakan sariawan, masalah Sulastri, dan Lestari (2015) menyebutkan
menelan, muntah, dan mulut kering. bahwa terdapat hubungan pendapatan
Sedangkan pada fase rumatan, hampir keluarga dan pola asuh ibu terhadap status
sebagian responden mengalami mulut gizi anak. Ibu dengan pola asuh yang baik
kering dan segala makanan terasa aneh seperti memberikan perhatian yang penuh
yaitu sebanyak 9 orang (47,4%) serta mual serta kasih sayang pada anak, memberikan
sebanyak 8 orang (42,1%). waktu yang cukup untuk memperhatikan
Seluruh obat pada fase konsolidasi dan status gizinya, akan membuat status gizi
rumatan juga memiliki efek samping anak menjadi lebih baik. Penelitian pada
mual/muntah. Obat merkaptopurin memiliki anak leukemia di RSUD Arifin Achmad
efek samping mual/muntah, diare, Provinsi Riau didapatkan bahwa orang tua
anoreksia, stomatitis, dan depresi SSP dengan anak leukemia dituntut untuk
(Wong et al, 2008). Penggunaan obat memperhatikan anaknya lebih ekstra mulai
merkaptopurin yang berkelanjutan mulai dari makanan yang harus diolah sendiri dan
masa konsolidasi hingga rumatan serta tidak diperbolehkan mengandung penyedap
penggunaan obat merkaptopurin dan rasa, pengawet, pewarna, hingga
metotreksat peroral bersamaan pada masa memperhatikan aktivitas anak yang harus
rumatan membuat gejala mual, muntah, dibatasi agar tidak terlalu lelah. Pendapatan
gangguan pada mukosa mulut, dan keluarga dapat berhubungan dengan status
anoreksia sering diterjadi. gizi anak karena jika keluarga memiliki
pendapatan yang besar dan cukup maka
E. Hambatan Asupan Nutrisi berdasarkan pemenuhan kebutuhan gizi dapat terjamin
Status Gizi (Putri et al, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang berstatus F. Hubungan Fase Kemoterapi dengan
gizi baik merasakan mual yaitu sebanyak 11 Status Gizi
orang (50,0%). Hampir sebagian responden Hasil penelitian yang telah dilakukan
yang bernutrisi baik juga merasakan segala dengan uji Kolmogorov-Smirnov
makanan terasa aneh atau tidak berselera didapatkan bahwa p value 0,460 yang
yaitu sebanyak 10 orang (45,4%), mulut berarti p value > α 0,05 sehingga dapat
kering sebanyak 8 orang (36,4%). disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Sedangkan pada responden yang malnutrisi antara fase kemoterapi dengan status gizi

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 378


anak leukemia. Hasil penelitian ini sesuai selera makan dan perasaan lebih sehat.
dengan penelitian Herdika (2017) tentang Efek lainnya adalah moon face, retensi
hubungan tahap kemoterapi dengan status cairan, perubahan mood, dan penambahan
gizi pada penderita leukemia limfoblastik berat badan (Wong et al, 2008).
akut, dimana hasil uji statistik tidak Peningkatan berat badan dan perbaikan
terdapat hubungan yang bermakna antara gejala hambatan asupan membuat anak
tahap kemoterapi dengan status gizi. termasuk pada kategori status nutrisi baik.
Namun hasil penelitian ini bertolak Rachmawati (2014) menyatakan
belakang dengan penelitian oleh bahwa asupan makanan dan penyakit
Astriningrum (2011) yang menyimpulkan mempengaruhi status gizi pasien. Faktor
bahwa terdapat hubungan yang kuat dan yang melatarbelakangi kedua faktor
bermakna antara tahap induksi serta tahap tersebut misalnya faktor ekonomi,
rumatan/maintenance dengan status gizi produktivitas keluarga, dan kondisi
penderita leukemia limfoblastik akut. perumahan. Seperti penelitian Putri et al
Anak dengan leukemia membutuhkan (2015) yang dijelaskan sebelumnya bahwa
kemoterapi sebagai pengobatan utama faktor ekonomi berupa pendapatan
untuk mencapai tahap remisi (Bangun, keluarga mempengaruhi status gizi.
2012). Sejumlah gejala, komplikasi Pendapatan yang besar dan cukup akan
kanker, dan pengobatan anti-kanker dapat memenuhi kebutuhan gizi sedangkan
mengganggu nafsu makan pasien dan pendapatan yang rendah membuat
kemampuan untuk makan serta mencerna keluarga tidak mampu membeli pangan
makanan (Omlin et al, 2013). Apabila yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pasien banyak merasakan gejala yang anak leukemia. Orang tua anak leukemia
menghambat asupan nutrisi, maka pasien di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
akan tidak tercukupi asupan zat gizinya telah diedukasi oleh tenaga medis untuk
atau disebut dengan malnutrisi (Kozier et menambahkan menu jus buah-buahan
al, 2010). Pada penelitian ini ditemukan (buah bit, buah naga, buah jambu biji) dan
hasil yang bertolak belakang dengan teori susu setiap hari. Oleh karena itu
tersebut. Anak leukemia dengan jumlah diperlukan dana yang lebih untuk
terbanyak yaitu pada fase rumatan dan membeli menu tersebut setiap hari agar
mengalami banyak gejala hambatan kebutuhan nutrisi anak dapat tercukupi
asupan nutrisi berada pada status nutrisi saat menjalani kemoterapi.
baik dengan jumlah 16 orang (84,2%). Hasil penelitian juga memperlihatkan
Wolley et al (2016) berpendapat bahwa persentase nutrisi baik pada fase
bahwa terdapat beberapa faktor yang induksi dan konsolidasi lebih rendah
menyebabkan malnutrisi pada anak daripada rumatan. Peneliti berasumsi
dengan kanker, yaitu faktor spesifik untuk bahwa pada masa induksi, pengetahuan
tumor, faktor yang berhubungan dengan orang tua untuk merawatan anak leukemia
pasien, dan faktor yang berhubungan masih minim. Orang tua belum
dengan pengobatan. Peneliti berasumsi mengetahui proses pengobatan, efek
bahwa pengobatan yang dijalani oleh anak terapi, dan penanganan efek terapi anti-
leukemia pada saat penelitian berpotensi kanker. Orang tua masih dalam tahap
meningkatkan nutrisi anak dan mencegah penyesuaian terhadap kondisi anak dan
terjadinya malnutrisi. Anak leukemia masih mengumpulkan berbagai informasi
limfoblastik akut mendapatkan obat tentang perawatan leukemia. Hal ini
prednison selama fase induksi dan sesuai dengan penelitian kualitatif
deksametason pada fase rumatan. Novrianda dan Anita (2015) yang
Prednison dan deksametason merupakan menyatakan bahwa orang tua akan
obat golongan kortikosteroid yang bertanya dan mencari informasi tentang
diberikan secara oral. Efek terapi steroid kemoterapi kepada tenaga medis dan
jangka pendek akan menghasilkan reaksi orang tua anak leukemia lainnya yang
yang menguntungkan yakni peningkatan lebih berpengalaman.

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 379


SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terima kasih yang tak terhingga atas bantuan
sebagian besar anak leukemia berjenis dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 orang penyelesaian laporan penelitian ini
(63,3%). Mayoritas anak-anak menderita 1
Siska Rani Ramadhani: Mahasiswa Fakultas
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
sebanyak 28 orang (93,3%). Sebagian besar 2
Ns. Yufitriana Amir, MSc., PhD., FISQua:
anak-anak sedang menjalani kemoterapi fase
Dosen Departemen Keperawatan Anak
rumatan yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Fakultas Keperawatan Universitas Riau,
Anak yang menderita leukemia rata-rata Indonesia
berusia 6,27 tahun dan usia anak saat 3
Ns. Sofiana Nurchayati, M.Kep: Dosen
pertama kali didiagnosa leukemia rata-rata Departemen Keperawatan Medikal Bedah
4,9 tahun. Sebagian besar responden yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Riau,
sebanyak 16 orang (53,3%) mengalami mual Indonesia
dan sebanyak 15 orang (50,0%) mengalami
mulut kering yang menghambatan asupan DAFTAR PUSTAKA
nutrisi pada saat kemoterapi. Mayoritas American Cancer Society. (2014). Cancer fact
responden berada pada nutrisi baik yaitu and figures 2014, special section: cancer
sebanyak 22 orang (73,3%). in children & adolescents. diperoleh
Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov tanggal 13 Januari 2018 dari
didapatkan p value = 0,460 > α (0,05) yang https://www.cancer.org/content/dam/can
berarti bahwa tidak ada hubungan antara fase cer-org/research/cancer-facts-and-
kemoterapi dengan status gizi anak statistics/annual-cancer-facts-and-
leukemia. Tidak adanya hubungan antara figures/2014/special-section-cancer-in-
fase kemoterapi dengan status gizi children-and-adolescents-cancer-facts-
disebabkan oleh beberapa faktor seperti and-figures-2014.pdf
American Childhood Cancer Organization.
faktor yang berhubungan dengan pengobatan
(2014). Childhood leukemias. Diperoleh
dan faktor ekonomi yang mempengaruhi
tanggal 13 Januari 2018 dari
asupan makanan dan status gizi anak
https://www.acco.org/childhood-
leukemia. leukemias/
Ariawati, K., Windiastuti, E., & Gatot, D.
SARAN (2007). Toksisitas kemoterapi leukemia
Hasil penelitian ini dapat menjadi limfoblastik akut pada fase induksi &
masukan bagi perawat maupun orang tua profilaksis susunan saraf pusat dengan
untuk meningkatan asupan nutrisi anak, metotreksat 1 gram. Sari Pediatri, 9(4),
mempertahankan status gizi dalam keadaan 252–258.
baik, dan meminimalisir efek kemoterapi Astriningrum, M. (2011). Hubungan tahap
selama menjalani kemoterapi. Hasil kemoterapi pada penderita leukemia
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai limfoblastik akut dengan status gizi di
dasar untuk melakukan penelitian bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr
selanjutnya. Penelitian selanjutnya Moewardi. Universitas Sebelas Maret.
disarankan untuk menambah jumlah sampel Bangun, M. (2012). Analisis faktor kejadian
penelitian, menambah lokasi penelitian, serta relapse pada anak dengan leukemia di
melihat status gizi dan hambatan asupan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumu
nutrisi yang difokuskan pada salah satu fase Jakarta. Tesis. Fakultas Ilmu
kemoterapi atau jenis leukemia. Selain itu Keperawatan. Universitas Indonesia.
penelitian selanjutnya juga disarankan Handayani, W. & Haribowo, A.S. (2008).
melakukan penelitian eksperimen untuk Buku ajar asuhan keperawatan pada
mengurangi gejala hambatan asupan nutrisi klien dengan gangguan hematologi.
akibat efek samping kemoterapi. Jakarta: Salemba Medika.

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 380


Hapsari, H. I. (2012). Pengaruh pendidikan Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal
kesehatan tentang efek samping Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
kemoterapi melalui multimedia Keperawatan,5(1)
terhadap perilaku orang tua dalam Novrianda, D., & Anita, F. A. (2015).
merawat anak leukemia yang sedang Mother’s first experience in assisting
kemoterapi. Universitas Indonesia. children with acute lymphoblastic
Herdika, A.R. (2017). Hubungan tahap leukemia who is undergoing
kemoterapi dengan status gizi pada chemotherapy. Indonesian Nursing
penderita leukemia limfoblastik akut di Journal of Education and Clinic
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. (INJEC), 2(2), 192-197.
M. Djamil Padang tahun 2017. Omlin, A., Blum, D., Wierecky, J., Haile, S.
Universitas Andalas. R., Ottery, F. D., & Strasser, F. (2013).
International agency for Research on Cancer Nutrition impact symptoms in advanced
World Health Organization. (2012). cancer patients: Frequency and specific
Population fact sheets. Diperoleh interventions, a case-control study.
tanggal 13 Januari 2018 dari Journal of Cachexia, Sarcopenia and
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets Muscle, 4(1), 55–61.
_population.aspx Putri, R. F., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015).
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman faktor-faktor yang berhubungan dengan
penemuan dini kanker pada anak. status gizi anak balita di wilayah kerja
Diperoleh tanggal 16 Januari 2018 dari Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/b Kesehatan Andalas, 4(1).
itstream//123456789/1639/2/BK2011- Rachmawati, F. (2014). Hubungan status gizi
AUG1-130912.pdf dengan frekuensi hospitalisasi pasien
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, leukemia limfositik akut pada anak
S.J. (2010). Buku ajar fundamental prasekolah di RSUD Dr. Moewardi.
keperawatan: konsep, proses, dan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
praktik. Jakarta: EGC. Rudolph, A. M., Hoffman, J. I. E., &
Malihi, Z., Kandiah, M., Chan, Y. M., Rudolph, C. D. (2006). Buku ajar
Hosseinzadeh, M., Sohanaki Azad, M., pediatri Rudolph vol. 2 (2nd ed.).
& Zarif Yeganeh, M. (2013). Jakarta: EGC.
Nutritional status and quality of life in Sumampouw, O. J., Soemarno, S., Andarini,
patients with acute leukaemia prior to S., & Sriwahyuni, E. (2017). Diare
and after induction chemotherapy in balita, suatu tinjauan dari bidang
three hospitals in Tehran, Iran: A kesehatan masyarakat. Yogyakarta:
prospective study. Journal of Human Deepublish.
Nutrition and Dietetics, 26(SUPPL.1), Wijayanti, O. M. & Arifah, S.
123–131. (2017). Berbagai tindakan orang tua
Marcdante, K. J., Kliegman, R. M., Jenson, dalam mengatasi efek samping
H. B., & Behrman, R. E. (2014). Nelson kemoterapi pada anak leukemia di
ilmu kesehatan anak. (6th ed.). RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Singapura: Saunders Elsivier. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mueller, C., Compher, C., & Ellen, D. M. Wolley, N. G., Gunawan, S., & Warouw, S.
(2011). A.S.P.E.N. clinical guidelines, M. (2016). Perubahan status gizi pada
nutritional screening, assessment, and anak dengan leukemia limfoblastik akut
intervention in adults. Journal of selama pengobatan. Jurnal E-Clinic
Parenteral and Enteral Nutrition, 35(1), (eCl), 4.
16-24. Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M.,
Negara, I.Z.C., Indriati, G., & Nauli, F.A. Wilson, D., Winkelstein, M. L., &
(2018). Hubungan dukungan keluarga Schwartz, P. (2008). Buku ajar
dengan tingkat kecemasan pada anak keperawatan pediatrik Wong.vol 2 (6th
leukemia akibat kemoterapi di RSUD ed.). Jakarta: EGC.

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 381

Potrebbero piacerti anche