Sei sulla pagina 1di 15

POLA BAKTERI DAN RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA ULKUS

DIABETIK GRADE DUA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE 2012


Galuh Tiara Akbar
Jazil Karimi
Dewi Anggraini

galuhtiaraa@yahoo.com / 081365071714

ABSTRACT
Diabetic ulcer is chronic complication of diabetes melitus shown as connective
tissues ulceration and destruction on lower limbs caused by uncontrollable
hyperglycaemic of Diabetes melitus patient that lead into peripheral angiopathy and
neuropathy so that bacterial infection trauma will easily occur. This research’s goal
is to find out bacterial pattern and antibiotic resistance of second grade diabetic
ulcer patients that have been hospitalized in General Hospital Arifin Achmad on
2012. 23 comprehensive medical records have been used in this descriptive and
retrospective methode of research. From distribution of age category has been found
40-59 years old as the highest percentage (87%). Based on gender has been found
female respondents (78,3%) and male respondents (21,7%). Most of patients have
been suffered Diabetes melitus for less than 5 years (60,9%) and allowed to went
home after treatment (82,6%). Most commonly bacteria that found based on bacterial
culture and resistance test was Acinetobacter baumanii (34,8%), Klebsiella
pneumoniae (26,2%) and Escherichia coli (17,4%). Amoxicillin and ampicillin have
lowest sensitivity (0%), followed by trimethoprim/sulfametoxazole (17,4%) and
cefotaxime as well as ciprofloxacin was 21,7%. The highest sensitivity antibiotics was
meropenem (100%), imipenem, amikacin, and colistin (95,6%), followed by
ertapenem (91,3%).

Keywords: diabetic ulcer, bacterial pattern, resistance test, sensitivity, antibiotic

PENDAHULUAN produktivitas pada pasien diabetes


1, 2
Ulkus diabetik merupakan salah melitus.
satu komplikasi jangka panjang Ulkus diabetik terjadi karena
diabetes melitus yang sering terjadi. adanya hiperglikemi pada pasien
Pada kehidupan sehari-hari, ulkus diabetes melitus yang kemudian
diabetik menyebabkan penurunan menyebabkan kelainan neuropati dan
pembuluh darah. Kelainan neuropati

1 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


mengakibatkan berbagai perubahan melitus sebanyak 912 kasus, dan pada
pada kulit dan otot yang kemudian tahun 2013 naik hingga 1638 kasus.
menyebabkan terjadinya perubahan Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan Provinsi Riau tahun 2009, Pekanbaru
selanjutnya mempermudah terjadinya merupakan kota di Riau dengan
ulkus. Dengan adanya ulkus yang prevalensi tertinggi.6
terinfeksi, maka resiko amputasi Berdasarkan data di Rumah
menjadi lebih besar.3 Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
International Diabetes Pekanbaru didapatkan bahwa insiden
Federation (IDF) tahun 2006 diabetes melitus masih tinggi. Sebanyak
menyatakan bahwa lebih dari 371 juta 188 kasus tercatat pada tahun 2003, 221
orang di dunia yang berumur 20-79 kasus tahun 2004, dan 158 kasus pada
tahun menderita diabetes melitus. tahun 2005.7
Global Status Report on Non Setelah pertama kali
Communicable Disease (NCD) World terdiagnosis ulkus diabetik, dalam
Health Organization (WHO) tahun waktu 6-18 bulan 5-24% pasien
2010 melaporkan bahwa diabetes mengalami amputasi. Di Rumah Sakit
melitus menduduki peringkat ke-6 Umum Pusat Nasional dr. Cipto
sebagai penyebab kematian di dunia. Mangunkusumo tahun 2003, angka
Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat kematian dan angka amputasi masih
diabetes dan 4% meninggal sebelum tinggi masing-masing sebesar 16% dan
usia 70 tahun.4 25%.3
Berdasarkan Riset Kesehatan Infeksi bakteri bukanlah
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 penyebab langsung dari ulkus diabetik
dilaporkan insiden diabetes melitus di tetapi infeksi dapat memperlambat
indonesia mencapai 5,6%. Diperkirakan penyembuhan, menyebabkan
bahwa pada tahun 2030 prevalensi deformitas dan kematian. Pola bakteri
diabetes melitus mencapai 21,3 juta pada ulkus diabetik berbeda pada tiap
orang. Sekitar 15% dari seluruh pasien daerah bahkan rumah sakit.
diabetes melitus akan mendapatkan Berdasarkan Penelitian yang dilakukan
komplikasi berupa ulkus diabetik.5 di Rumah Sakit dr. Wahidin
Riau adalah provinsi dengan Sudirohusodo Makassar pada Januari
prevalensi diabetes melitusnya melebihi 2009 – Juni 2010 didapatkan bakteri
prevalensi nasional setelah Kalimantan terbanyak adalah gram negatif
Barat dan Maluku yang masing-masing (73,52%) yaitu Enterobacter
dengan prevalensi 11,1%, yakni dengan agglomerans, Proteus mirabilis dan
prevalensi 10,4%. Berdasarkan data Klebsiella pneumonia, sedangkan
Dinas Kesehatan Provinsi Riau, pada bakteri gram positif terbanyak adalah
tahun 2012 tercatat kasus diabetes Streptococcus sp.8 Di Rumah Sakit

2 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


Umum Pusat Sanglah, Denpasar pada bangsal rawat inap Rumah Sakit Umum
September 2009 – Desember 2010 Daerah Gambiran kota Kediri pada
didapatkan bakteri gram negatif tahun 2013, resistensi imipenem dan
(78,4%) lebih mendominasi meropenem (3%), cefotaxim (27%),
dibandingkan gram positif (21,6%). ceftazidim (31%), dan ciprofloxacin
Pseudomonas sp merupakan bakteri (38%). Resistensi bakteri yang terbesar
terisolasi yang paling banyak (39.9%), adalah amoxicillin sebesar (77%) dan
Enterobacter sp (11,8%), cefuroxime (62%).10
Acinetobacter sp (5,9%). Kelompok Pemilihan antibiotik pada
bakteri gram positif yang terbanyak infeksi ulkus diabetik harus berdasarkan
adalah Staphilokokus koagulase negatif pada hasil kultur bakteri yang
(9,8%), Streptococcus sp (7,8%).9 Di dilanjutkan dengan tes resistensi bakteri
bangsal rawat inap Rumah Sakit Umum terhadap antibiotik. Data yang didapat
Daerah Gambiran kota Kediri pada dari hasil kultur dan resistensi, dapat
tahun 2013, didapatkan bakteri gram dijadikan sebagai dasar saat dilakukan
negatif (97%) bakteri gram positif terapi empiris. Hal ini dikarenakan pola
(3%). Bakteri terbanyak adalah P. bakteri dan resistensi antibiotik tiap
aeruginosa sebesar (20%).10 daerah dan rumah sakit berbeda.
Antibiotik merupakan golongan Dengan demikian penggunaan
obat yang paling banyak digunakan di antibiotik empiris yang tepat dapat
dunia untuk infeksi bakteri. Penggunaan diberikan untuk mengindari terjadinya
antibiotik yang tepat akan sangat komplikasi yang lebih luas, biaya yang
membantu pasien dalam proses tidak perlu, dan perawatan yang lama.
penyembuhan baik dari segi biaya Berdasarkan fakta tersebut, penulis
maupun waktu penyembuhannya. tertarik untuk melakukan penelitian
Penggunaan antibiotik tidak tepat dapat mengenai pola bakteri dan resistensi
menimbulkan masalah besar berupa antibiotik pada ulkus diabetik grade
muncul dan berkembangnya bakteri dua di Rumah Sakit Umum Daerah
kebal antibiotik atau dengan kata lain Arifin Achmad Pekanbaru periode
terjadinya resistensi antibiotik.11 2012.
Berdasarkan penelitian di RSUP
dr M Djamil Padang dari April – METODE PENELITIAN
September 2007 didapatkan bahwa Desain penelitian
meropenem merupakan antibiotik Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan resistensi terendah (5,3%). retrospektif untuk mengetahui pola
Sementara cefotaxim, ceftriaxon, bakteri dan resistensi antibiotik pada
ciprofloxacin menghasilkan resisten ulkus diabetik grade dua di Rumah
yang relatif tinggi yaitu (60,6%), Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
(68,5%) dan (84,3%).12 Sedangkan di Pekanbaru periode 2012.

3 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


Lokasi dan waktu penelitian Variabel penelitian
Penelitian ini dilakukan di Variabel pada penelitian ini
bagian rekam medik Rumah Sakit terdiri dari umur, jenis kelamin lama
Umum Daerah Arifin Achmad menderita diabetes melitus, keadaan
Pekanbaru pada bulan Maret 2014. pulang, pola bakteri, dan uji resistensi.
Populasi dan sampel penelitian Pengumpulan data
Populasi penelitian adalah seluruh data Data yang dikumpulkan adalah
sekunder pasien diabetes melitus data sekunder berdasarkan variabel
dengan ulkus grade dua dan menjalani penelitian yang diambil dari status
perawatan di RSUD Arifin Achmad rekam medik Rumah Sakit Umum
Pekanbaru. Sedangkan sampel Daerah Arifin Achmad Pekanbaru
penelitian adalah seluruh data sekunder periode 2012.
pasien diabetes melitus dengan ulkus Pengolahan dan penyajian data
grade dua yang memenuhi kriteria Data diolah dengan WHONET
inklusi dan tercatat di rekam medik 5.6 kemudian disajikan secara deskriptif
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan menggunakan tabel distribusi
periode 2012. frekuensi yang digunakan dalam
Kriteria inklusi mengambil kesimpulan.
Kriteria inklusi dari penelitian Etika penelitian
ini adalah data pasien diabetes melitus Penelitian ini dilaksanakan
dengan ulkus grade dua yang menjalani setelah melalui prosedur kaji etik dan
perawatan di Rumah Sakit Umum mendapat pernyataan lulus dari unit etik
Arifin Achmad dan pada rekam penelitian dan kesehatan Fakultas
mediknya memiliki identitas yang Kedokteran Universitas Riau dengan
lengkap serta memiliki hasil uji kultur dikeluarkannya surat keterangan lolos
bakteri dan resistensi antibiotik. kaji etik
Kriteria eksklusi (nomor:24/UN19.1.28/UEPKK/2014)
Kriteria eksklusi dari penelitian pada tanggal 04 April 2014.
ini adalah data pasien diabetes melitus
dengan ulkus diabetik yang berobat di HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Penelitian ini dilakukan pada
Achmad yang bukan ulkus diabetik tanggal 24 Maret – 22 April 2014 di
grade dua, tidak memiliki identitas yang bagian rekam medis RSUD Arifin
lengkap, tidak memiliki hasil uji kultur Achmad Pekanbaru. Sampel pada
bakteri atau pada hasil pemeriksaan penelitian ini adalah data rekam medik
tidak ditemukan adanya bakteri, dan pasien ulkus diabetik grade dua. Jumlah
tidak memilki hasil tes resistensi sampel pada penelitian ini adalah
antibiotik. sebanyak 23 sampel. Hasil penelitian
ini dapat dilihat pada tabel berikut:

4 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


Tabel 4.1 Distribusi proporsi karakteristik pasien ulkus diabetik grade dua di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012
Frekuensi Persentase
Variabel
(n) (%)
Umur
< 40 tahun 1 4,3
40 – 59 tahun 20 87,0
60 – 79 tahun 2 8,7
Jenis Kelamin
Laki – laki 5 21,7
Perempuan 18 78,3
Lama menderita diabetes melitus
< 5 tahun 14 60,9
5 – 10 tahun 7 30,4
> 10 tahun 2 8,7
Keadaan pulang
Pulang diizinkan/berobat jalan 19 82,6
Pulang atas permintaan sendiri 3 13,1
Meninggal 1 4,3

Tabel 4.2 Pola bakteri berdasarkan hasil kultur

Pola bakteri hasil kultur

4,3%
4,3% 4,3%
A. baumanii

8,7% 34,8% K. pneumoniae

E. coli

17,4% E. cloacae

P. stuartii

26,2% R. ornithinolytica

P. aeruginosa

5 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


Tabel 4.3 Peta uji sensitivitas antibiotik
A. baumannii K. pneumoniae E. coli E.cloacae P. stuartii R. ornithinolytica P. aeruginosa Semua
Antibiotik
(34,8%) (26,2%) (17,4%) (8,7%) (4,3%) (4,3%) (4,3%) bakteri
AMP 0 0 0 0 0 0 0 0
AMX 0 0 0 0 0 0 0 0
AMC 0 66,7 25 0 0 100 100 30,4
TZP 12,5 50 50 0 100 100 0 34,8
CAZ 12,5 0 50 100 100 100 0 30,4
CRO 12,5 0 50 50 100 100 0 26,1
CTX 0 0 50 50 100 100 0 21,7
FEP 12,5 0 75 100 100 100 0 34,8
ETP 87,5 100 100 100 100 100 0 91,3
IPM 100 100 100 100 100 100 0 95,6
MEM 100 100 100 100 100 100 100 100
AMK 100 100 100 100 100 100 0 95,6
GEN 25 33,3 75 50 0 100 0 39,1
TOB 100 0 25 0 100 100 0 47,8
CIP 0 33,3 0 100 0 100 0 21,7
LVX 12,5 33,3 0 100 0 100 0 26,1
SXT 12,5 33,3 0 0 0 100 0 17,4
COL 100 100 100 100 100 100 0 95,6
TGC 62,5 100 100 100 100 100 0 73,9

Keterangan warna
: Sensitivitas 0% – 50%
: Sensitivitas 51% – 7%5
: Sensitivitas 76% – 100%

PEMBAHASAN salah satunya ulkus diabetik.


Pada penelitian ini distribusi Penelitian Simanjuntak di RS Advent
kelompok umur pasien dengan ulkus Medan tahun 2004-2005 didapatkan
diabetik didapatkan kelompok umur pasien diabetes melitus terbanyak
terbanyak adalah 40-59 tahun pada kelompok umur >40 tahun yaitu
sebanyak 20 (87%) dengan umur rata- sebanyak 82,1%.13 Hal ini sesuai
rata 52 tahun 7 bulan. Hasil penelitian dengan penelitian Tarigan di RSU
ini sesuai dengan penelitian Decroli Herna Medan tahun 2009-2010 yang
dkk. di RSUP dr. M Djamil Padang mana didapatkan bahwa kelompok
dari bulan April – September 2007 di umur >40 tahun merupakan kelompok
mana didapatkan kelompok umur umur dengan komplikasi diabetes
pasien ulkus diabetik terbanyak melitus terbanyak yaitu 128
14
adalah 40-59 tahun sebanyak 25 (95,5%).
(65,8%).11 Hampir sama dengan Ulkus diabetik sering terjadi
penelitian Ferawati di RSUD Prof. pada usia >50 tahun disebabkan
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto karena fungsi tubuh fisiologis
tahun 2013 di mana didapatkan menurun seperti penurunan sekresi
kelompok umur terbanyak pasien atau resistensi insulin, sehingga
dengan ulkus diabetik adalah 56-65 kemampuan fungsi tubuh terhadap
tahun sebanyak 21 (58,3%).12 pengendalian glukosa darah yang
Ada kaitan antara umur pasien tinggi kurang optimal. Kadar gula
saat menderita diabetes melitus dan darah yang tidak terkontrol akan
umur pasien saat muncul komplikasi mengakibatkan komplikasi kronik
6 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014
jangka panjang, baik makrovaskuler lebih banyak menderita ulkus diabetik
maupun mikrovaskuler salah satunya yakni 64 (65,3%).17 Penelitian
yaitu ulkus diabetik.15 Hal ini sama Prastica dkk. di RSUD Saiful Anwar
dengan Santoso dkk. yang Malang selama Januari 2010 – Juli
menyatakan bahwa pada usia di atas 2012 juga mendapatkan hasil bahwa
30 tahun kadar gula darah cenderung perempuan lebih banyak menderita
meningkat dan progresif pada usia di ulkus diabetik yaitu sebanyak 80
atas 50 tahun.16 (56,3%).18
Berdasarkan penelitian diatas Berdasarkan kelompok umur,
dapat disimpulkan bahwa umur pasien perempuan dengan ukus
pasien dengan ulkus diabetik diabetik pada penelitian ini untuk
didapatkan kelompok umur terbanyak kelompok umur >50 tahun adalah
adalah pada kelompok umur sebanyak 13 (72,2%) dan <50 tahun
produktif. Hal ini dapat dihubungkan sebanyak 5 (27,8%). Perempuan yang
dengan gaya hidup dan pola makan telah memasuki masa menopause
masyarakat, khususnya perkotaan akan terjadi penurunan produksi
yang tidak baik.4 Berdasarkan hasil estrogen sehingga menyebabkan
Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) penurunan elastisitas pembuluh darah
tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi yang selanjutnya akan mengakibatkan
penyebab kematian akibat diabetes terjadinya aterosklerosis dan
melitus pada kelompok usia 45-54 hipertensi. Aterosklerosis akan
tahun di daerah perkotaan menduduki mengakibatkan aliran darah
ranking ke-2 yaitu 14,7% dan terhambat, selain itu tekanan darah
prevalensi nasional diabetes melitus yang tinggi akan merusak pembuluh
berdasarkan pemeriksaan gula darah dan menyebabkan lesi pada
penduduk usia >15 tahun di perkotaan endotel yang selanjutnya akan terjadi
adalah 5,7%. Hal ini menggambarkan makroangiopati dan hipoksia jaringan
bahwa penyakit diabetes melitus yang akan mambentuk ulkus
15
khususnya di perkotaan adalah diabetik.
masalah yang serius dan berdampak Smeltzer dan Bare
terhadap produktifitas golongan usia menyebutkan bahwa diabetes melitus
produktif.5 tipe II sering ditemukan pada individu
Pada penelitian ini yang berusia lebih dari 30 tahun dan
menggambarkan bahwa insidensi obesitas.19 Frank dkk. mengatakan
ulkus diabetik lebih sering pada bahwa perempuan cenderung
perempuan yaitu sebanyak 18 beresiko terkena diabetes melitus tipe
(78,3%), sedangkan laki-laki II karena body mass index (berat
sebanyak 5 (21,7%). Hasil penelitian badan dalam satuan kilogram dibagi
ini sama dengan penelitian Kahuripan dengan kuadrat tinggi badan dalam
dkk. di RSUD dr. H. Abdul Moeloek satuan meter) yang kebanyakan tidak
Lampung pada Januari 2005 – Mei ideal.20
2009 di mana didapatkan perempuan

7 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


Selain itu aktivitas perempuan yang mengalami komplikasi terutama pada
hanya dilakukan di rumah dan tanpa penderita diabetes melitus yang
menggunakan alas kaki turut memiliki kontrol glukosa yang
mempertinggi faktor resiko terjadinya buruk.25 Walaupun sebenarnya sulit
ulkus diabetik pada perempuan.21 untuk mendeteksi kapan pertama kali
Pada penelitian ini distribusi pasien menderita diabetes melitus.26
kelompok lama diabetes melitus Pada penelitian ini
didapatkan terbanyak adalah <5 tahun menggambarkan bahwa keadaan
yaitu sebanyak 14 (60,9%) dengan pulang pasien dengan ulkus diabetik
rata-rata 1 tahun 7 bulan. Hal ini sama terbanyak adalah pulang dengan
dengan penelitian Decroli dkk. di diizinkan yakni sebanyak 19 (82,6%).
RSUP dr. M Djamil Padang dari Hal ini sesuai dengan penelitian
bulan April – September 2007 yang Sinaga dkk. di RS Vita Insani
mana didapatkan distribusi lama Pematangsiantar tahun 2011 yang
menderita diabetes melitus terbanyak mana keadaan pulang pasien dengan
yang menyebabkan ulkus adalah <5 ulkus diabetik yang terinfeksi
tahun yakni sebanyak 17 (44,8%).11 terbanyak adalah pulang dengan
Penelitian Sihombing dkk. di diizinkan yakni sebanyak 97
27
Poliklinik DM RSUD Bandung pada (78,9%). Penelitian Tarigan di RSU
Mei 2012 juga didapatkan distribusi Herna Medan tahun 2009-2010 juga
terbanyak lama menderita diabetes didapatkan hasil serupa yakni
melitus adalah <5 tahun yakni sebanyak 86 (64,2%).14
sebanyak 52 (56,5%).22 Tingginya penderita ulkus
Penelitian Banashankari dkk. diabetik yang pulang dengan
di RS M. S. Ramaiah, Bangalore pada diizinkan berkaitan dengan
2008 – 2009 didapatkan bahwa lama penanganan infeksi dan kontrol
diabetes melitus terbanyak yang metabolik yang telah berhasil. Pasien
menyebabkan ulkus yakni <10 tahun akan diizinkan pulang setelah infeksi
sebanyak 132 (65%).23 Hal ini teratasi dan selanjutnya perawatan
berbeda dengan penelitian Boyko di ulkus dilakukan di rumah oleh pasien
Amerika dimana didapatkan hasil setelah sebelumnya diajarkan pada
bahwa lama menderita diabetes saat perawatan di rumah sakit. Selain
melitus >10 tahun merupakan faktor itu nantinya pasien diharapkan untuk
resiko terjadinya ulkus diabetik.24 melanjutkan disiplin diet agar kontrol
Penelitian Ferawati di RSUD Prof. metabolik tetap tercapai. Selama
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto perawatan ulkus di rumah, pasien
tahun 2013 lama diabetes melitus diharuskan untuk menghindari
terbanyak >8 tahun sebanyak 21 tekanan beban pada lokasi ulkus yang
(58,3%).12 Butarbutar dkk. pada tahun dapat memperlambat penyembuhan.17
2013 mengatakan bahwa semakin Berdasarkan hasil kultur terhadap
lama seseorang mengalami diabetes 23 pasien ulkus diabetik grade dua,
melitus maka semakin beresiko didapatkan semua sampel merupakan

8 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


bakteri gram negatif. Bakteri gram Pada penelitian ini bakteri
negatif ini yaitu A. baumannii 8 yang ditemukan didominasi oleh A.
(34,8%), K. pneumoniae 6 (26,2%), E baumanii dan Enterobacteriaceae (K.
coli 4 (17,4%), E. cloacae 2 (8,7%), pneumoniae, E. coli, dan E. cloacae).
P. stuartii, R. ornithinolytica, P. Pada penelitian lain tidak ditemukan
aeruginosa, masing-masing 1 (4,3%). hasil kultur bakteri pada swab ulkus
Tidak ditemukan adanya bakteri gram diabetik terbanyak adalah A.
positif. Baumanii. Namun beberapa
Pola bakteri bisa berbeda-beda penelitian, golongan
tiap waktu dan tempat. Secara garis Enterobacteriaceae merupakan
besar tidak ada penelitian yang pada bakteri terbanyak yang ditemukan.
hasil kultur bakterinya hanya Seperti pada penelitian Decroli dkk.
didapatkan bakteri gram negatif saja. di RSUP dr. M Djamil Padang dari
Namun, bakteri gram negatif memang bulan April – September 2007 yang
merupakan bakteri yang mana didapatkan K. pneumoniae
mendominasi. Seperti penelitian merupakan bakteri terbanyak yang
Gotera dkk. pada pasien ulkus ditemukan yaitu sebanyak 28,2%.11
diabetik di RSUP Sanglah, Denpasar Pada penelitian Zubair dkk. pada
pada September 2009 – Desember pasien ulkus diabetik di Aligarh India
2010 didapatkan bahwa bakteri dari bulan Desember 2008 –
terbanyak pada hasil swab ulkus November 2009 didapatkan E. coli
diabetik yakni bakteri gram negatif cukup tinggi yakni sebanyak 26,6%.29
sebanyak 78,8% dan hanya 21,2% P. Mirabilis yang juga merupakan
bakteri gram positif yang ditemukan.9 bakteri golongan Enterobacteriaceae
Demikian juga dengan penelitian yang pada penelitian Decroli dkk.
Aulia pada pasien ulkus diabetik di banyak ditemukan, yakni sebanyak
RSUP H. Adam Malik Medan pada 25,6%.11 Berbeda dengan penelitian
Desember 2007 – Mei 2008 di mana Gotera dkk. di RSUP Sanglah dari
didapatkan bakteri terbanyak adalah bulan September 2009 – Desember
bakteri gram negatif sebanyak 88% 2010 didapatkan Pseudomonas sp
dan bakteri gram positif sebanyak yang merupakan bakteri golongan
12%.28 Pada penelitian ini, tidak non fermentasi lakotosa sebanyak
ditemukannya bakteri selain gram 39,2%.9 Pada penelitian Bano dkk.
negatif karena sampel yang dari bulan Januari 20010 – Juni 2011
digunakan merupakan hasil swab di Pakistan didapatkan P. aeruginosa
pasien ulkus diabetik grade dua sebanyak 48%.30
dimana pada ulkus dengan grade dua Berdasarkan laporan dari
hanya ditemukan bakteri aerob gram Laboratorium Mikrobiologi Klinik
negatif dan anaerob. Bakteri anaerob Departemen Mikrobiologi Fakultas
tidak ditemukan karena di RSUD Kedokteran Universitas Indonesia
Arifin Achmad, tidak dilakukan pada tahun 2011 di ruang Intensive
kultur anaerob. Care Unit (ICU) di RS. Cipto

9 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


Mangunkusumo pada seluruh isolat sensitivitas tertinggi yaitu
didapatkan A. baumanii merupakan meropenem, imipenem, dan
bakteri gram negatif terbanyak yang ertapenem yang merupakan golongan
ditemukan yakni sebanyak 23,3%.31 carbapenem masing-masing sebesar
Berdasarkan laporan dari 100%, 95,6%, dan 91,3%. Amikacin
Laboratorium Mikrobiologi RSUD dan colistin masing-masing sebesar
Arifin Achmad pada Juni – Desember 95,6%.
2013 pada seluruh isolat didapatkan Hampir sama dengan
A. baumanii merupakan bakteri penelitian Decroli dkk. pada hasil
terbanyak yang ditemukan yakni swab pasien ulkus diabetik di RSUP
sebanyak 18,2%.32 dr. M. Djamil Padang didapatkan
A. baumannii biasanya nilai sensitivitas tertinggi juga pada
terdapat di kulit, membran mukosa, meropenem 94,7%. Sedangkan
dan tanah. Bakteri ini mampu ceftriaxon yang merupakan golongan
bertahan hidup pada berbagai cephalosporin generasi ketiga 31,5%,
permukaan (baik basah dan kering) di cefepime yang merupakan golongan
lingkungan rumah sakit dan juga cephalosporin generasi keempat
memiliki kemampuan bertahan hidup 28,9% gentamicin 13%, dan
pada kisaran suhu dan nilai pH yang ciprofloxacin 15,7% memiliki nilai
berbeda selama beberapa hari, sensitivitas terendah.11 Berbeda
sehingga menjadi sumber utama dengan penelitian Kahuripan dkk. di
infeksi pada pasien dengan sistem RSUD dr. H. Abdul Moelok
kekebalan tubuh yang rendah, Lampung pada hasil swab pasien
memiliki luka terbuka, orang tua, dan ulkus diabetik selama tahun 2005-
anak-anak. Pasien yang terinfeksi 2008 ditemukan bahwa nilai
biasanya memiliki riwayat rawat inap sensitivitas yang masih tinggi pada
lama atau terapi antibiotik.33 ceftazidime dan cefotaxime yang
Dari hasil penelitian merupakan golongan cephalosporin
didapatkan resistensi bakteri terhadap generasi ketiga masing-masing 82,3%
antibiotik pada 23 pasien ulkus dan 75%.17
diabetik grade dua didapatkan Hasil penelitian ini sesuai
amoxicillin dan ampicillin memiliki dengan penelitian Mehta dkk di
nilai sensitivitas terendah yaitu Gujarat didapatkan nilai sensitivitas
sebesar 0% diikuti tertinggi pada ulkus diabetik untuk
trimethoprim/sulfamethoxazole bakteri gram negatif pada imipenem
sebesar 17,4%, cefotaxime yang sebesar 100%. Sedangkan amikacin
merupakan golongan cephalosporin dan gentamicin memiliki sensitivitas
generasi ketiga serta ciprofloxacin sebesar masing-masing 62% dan
masing-masing sebesar 21,7%, dan 75%.34
cefepime yang merupakan golongan Hasil penelitian ini sesuai
cephalosporin generasi keempat dengan penelitian Zubair dkk pada
sebesar 34,8%. Sedangkan tahun 2010 yang mana pada hasil

10 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


swab ulkus diabetik didapatkan Eropa pada tahun 2001-2004
bahwa antibiotik golongan didapatkan, nilai resistensi A.
carbapenem memiliki sensitivitas baumanii terhadap imipenem,
tertinggi yakni sebesar 92,9%. meropenem, ampicillin/sulbaktam,
Sedangkan golongan aminoglicosida masing-masing adalah 26,3%, 29,6%,
sebesar 44,5%, quinolone 44,3%, dan 51,6%. Gladstone dkk. dari
penicillin 44,2%, dan yang paling Vellore, India pada tahun 2005
rendah yaitu cephalosporin sebesar melaporkan resistensi sebesar
30,6%.29 carbapenem sebesar 14% pada A.
Dari hasil penelitian baumanii. Di Delhi, India pada tahun
didapatkan resistensi A. baumanii 2006 didapatkan resistensi
terhadap antibiotik didapatkan carbapenem sebesar 35%. Di Yunani,
amoxicillin, ampicillin, resistensi imipenem terhadap A.
amoxicillin/clavulanic acid, baumanii pada pasien rawat inap
ciprofloxacin, dan cefotaxime yang tahun 1996-2007 di rumah sakit
merupakan golongan cephalosporin perawatan tersier di beberapa daerah
generasi ketiga memiliki nilai meningkat hingga 60%.36
sensitivitas terendah yaitu sebesar Berbeda dengan peneltian ini,
0%. Sedangkan cefepime yang berdasarkan laporan dari
merupakan golongan cephalosporin Laboratorium Mikrobiologi Klinik
generasi keempat sebesar 12,5%. Departemen Mikrobiologi Fakultas
Sensitivitas tertinggi yaitu imipenem Kedokteran Universitas Indonesia
dan meropenem yang merupakan pada tahun 2011 didapatkan nilai
golongan carbapenem, amikacin, sensitivitas meropenem terhadap A.
tobramicin, dan colistin masing- baumanii hanya 21%. Nilai
masing sebesar 100%. sensitivitas tertinggi untuk
Data dari Informasi Uji A.baumanii adalah tigecycline sebesar
Kerentanan Meropenem Tahunan 61,3%. Namun untuk Nilai
(MISTIKUS) untuk A. baumanii pada sensitivitas terendah didapatkan sama,
tahun 2006 mengungkapkan yakini cefotaxime, ceftriaxone, dan
peningkatan dalam angka resistensi amoxicillin masing-masing 1,6%,
untuk meropenem 43,4% dan 4,8%, dan 8,1%.31 Berdasarkan
imipenem 42,5%. Namun laporan dari laporan dari Laboratorium
berbagai wilayah untuk resistensi Mikrobiologi RSUD Arifin Achmad
imipenem pada A. baumanii masih pada Juni – Desember 2013
dibawah 40% pada tahun 2000-2004. didapatkan nilai sensitivitas tertinggi
Laporan dari Teaching Hospital di untuk A. baumanii adalah tigecycline
Spanyol pada tahun 2002, prevalensi sebesar 96,7%, amikacin 89,7%, dan
resistensi imipenem terhadap A. meropenem 83,9%. Sedangkan
baumanii meningkat dari tidak ada ceftriaxone sebesar 0%, ciprofloxacin
resistensi pada tahun 1991 menjadi dan levofloxacin masing-masing
50% pada tahun 2001.35 Penelitian di 23,3%.32

11 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


SIMPULAN DAN SARAN sebesar 21,7%. Sedangkan
Simpulan sensitivitas tertinggi yaitu
Berdasarkan data rekam medik hasil meropenem 100%, imipenem,
uji kultur dan resistensi bakteri pada amikacin, dan colistin masing-
ulkus diabetik grade dua di RSUD masing 95,6%, diikuti ertapenem
Arifin Achmad Pekanbaru periode sebesar 91,3%.
2012 dapat diambil kesimpulan Saran
sebagai berikut : Berdasarkan hasil penelitian, maka
1. Kelompok umur pasien dengan penulis memberikan saran sebagai
ulkus diabetik grade dua berikut:
didapatkan kelompok umur 1. Untuk pemberian antibiotik
terbanyak adalah 40-59 tahun empiris pada pasien ulkus
sebanyak 20 (86,7%). diabetik grade dua sebaiknya
Berdasarkan jenis kelamin, tidak menggunakan amoxicillin,
pasien ulkus diabetik terbanyak ampicillin, cefotaxime,
adalah perempuan sebanyak 18 ( ciprofloxacin, dan
78,3%). Untuk lama menderita trimethoprim/sulfamethoxazole
diabetes melitus didapatkan karena dari hasil penelitian
rentang umur terbanyak adalah antibiotik ini mempunyai nilai
<5 tahun sebanyak 14 (60,9%) sensitivitas yang rendah.
dan keadaan pulang setelah 2. Perlunya penelitian lanjutan
menjalani perawatan di rumah mengenai pola bakteri dan
sakit terbanyak adalah pulang resistensi antibiotik di RSUD
diizinkan yaitu sebanyak 19 Arifin Achmad Pekanbaru tiap
(82,6%). tahunnya.
2. Bakteri yang ditemukan 3. Kepada para klinisi agar dapat
semuanya adalah bakteri gram merasionalisasikan penggunaan
negatif 23 yaitu A.baumanii 8 antibiotik yang tepat sehingga
(34,8%), K. pneumoniae 6 dapat meminimalisir terjadinya
(26,2%), E. coli 4 (17,4%), E. resistensi bakteri terhadap
cloacae 2 (8,7%), P. stuartii, R. antibiotik.
ornithinolytica, P. aeruginosa,
masing-masing 1 (4,3%). Tidak UCAPAN TERIMA KASIH
ditemukan adanya bakteri gram Penulis mengucapkan terima
positif. kasih kepada pihak Fakultas
3. Resistensi bakteri terhadap Kedokteran Universitas Riau, dosen
antibiotik pada didapatkan pembimbing, pihak RSUD Arifin
amoxicillin dan ampicillin Achmad Provinsi Riau, serta seluruh
memiliki nilai sensitivitas pihak yang telah memberikan
terendah yaitu sebesar 0% diikuti dukungan baik moril maupun materil
cefotaxime, cprofloxacin, dan dalam melaksanakan penelitian ini.
trimethoprim/sulfamethoxazole

12 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


DAFTAR PUSTAKA 8. Kurniawan LB, Esa T, Sennang
1. Waspadji S. Kaki diabetes dan N. Pola kuman aerob dan
kaitannya dengan neuropati kepekaan antimikroba pada ulkus
diabetik. Dalam makalah kaki diabetik di RS dr. Wahidin
diabetik patogenesis dan Sudirohusodo. Makasar: Jurnal
penatalaksanaan. Semarang: Universitas Airlangga. 2011. Vol
Balai penerbit Universitas 18
Diponogoro; 1997
9. Gotera W, Dewi RS.
2. Preventive foot care in people Karakteristik dan uji kepekaan
with diabetes in american antibiotik pada kuman dari ulkus
diabetes association. Clinical diabetikum di RSUP Sanglah.
Practice Recommendation 2002. Denpasar: Universitas Udayana;
Diabetes care; 2003. p.78 - 79 2011
3. Waspadji S. Kaki diabetes. 10. Adhitama LV. Evaluasi
Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi pemilihan antibiotika
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati berdasarkan uji kultur kuman dan
S. (editor) . Buku ajar ilmu sensitivitas antibiotika pada
penyakit dalam. Edisi 4. Jakarta: ganggren diabetik di bangsal
FKUI; 2007. p.1911-1914 rawat inap RSUD Gambiran Kota
Kediri [Tesis]. Yogyakarta:
4. Kementrian Kesehatan Republik
Universitas Gadjah Mada; 2013
Indonesia. Diabetes melitus
penyebab kematian nomor 6 di 11. Decroli E, Karimi J, Manaf A,
dunia. Syahbuddin S. Profil ulkus
http://www.depkes.go.id/index.p diabetik pada penderita rawat
hp (diakses 04 Februari 2014) inap di bagian penyakit dalam
RSUP Dr. M Djamil Padang.
5. Suharjo JB, Cahyono B.
MKI (Majalah Kedokteran
Manajemen ulkus kaki diabetik.
Indonesia); 2008. p. 58
Dexa Media; 2007. p. 103-108
12. Ferawati I. Faktor-faktor yang
6. Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
mempengaruhi terjadinya ulkus
Profil kesehatan Provinsi Riau
diabetikum pada pasien diabetes
2010. Pekanbaru; 2013
melitus tipe 2 di RSUD Prof. Dr.
7. Bina Program RSUD Arifin Margono Soekarjo Purwokerto
Achmad Provinsi Riau. [Skripsi]. Purwokerto:
Rekapitulasi penyakit yang Universitas Jendral Soedirman;
dirawat di RSUD Arifin Achmad 2014
Provinsi Riau pada tahun 2003-
13. Simanjuntak S. Karakteristik
2005. Riau; 2006
penderita diabetes mellitus yang

13 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


di rawat inap di RS Advent medical-bedah. Jakarta: EGC;
Medan Tahun 2004-2005 2002
[Skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara; 2007 20. Frank G, Cuntz U, Lehnert P,
Fichter M. Interrelationship
14. Tarigan LA. Karakteristik between the size of the pancreas
penderita diabetes mellitus and weight patients with eating
dengan komplikasi yang dirawat disorder. Int J Eat Disord; 2002.
inap di RSU Herna Medan Tahun 27(3): 297-303
2009-2010 [Skripsi]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 21. Ulkus diabetikum.
2011 http://www.bedahugm.net
(diakses 23 Maret 2013)
15. Frykberb RG. Risk Factor,
pathogenesis and management of 22. Sihombing D, Nursiswati,
diabetic foot ulcers. Iowa: Des Prawesti A. Gambaran perawatan
Moines University; 2002 kaki dan sensasi sensorik kaki
pada pasien diabetes melitus tipe
16. Santoso M, Lian S, Yudi. 2 di Poliklinik DM RSUD
Gambaran pola penyakit diabetes [Skripsi]. Bandung: Universitas
mellitus di bagian rawat inap Padjajaran; 2010
RSUD Koja 2002-2004. Cermin
Dunia Kedokteran; 2006. No 150 23. Banashankari GS, Rudresh HK,
Harsha AH. Prevalence of gram
17. Kahuripan A, Andrajati R, negative bacteria in diabetic foot
Syafridani T. Analisis pemberian a clinico-microbiological study.
antibiotik berdasarkan hasil uji Al Ame en JMedSci; 2012
sensitivitas terhadap pencapaian
clinical outcome pasien infeksi 24. Boyko. A prospective study of
ulkus diabetik di RSUD Dr. H. risk factor for diabetic foot ulcer.
Abdul Moeloek Lampung. The Seattle Diabetic Foot Study
Majalah Ilmu Kefarmasian; 2009. Departement of Medicine of
vol VI Washington: Seattle; 1999

18. Prastica VA. Perbedaan angka 25. Butarbutar F, Hiswani, Jemadi.


kejadian ulkus diabetikum pada Karakteristik penderita diabetes
pasien diabetes melitus dengan melitus dengan komplikasi yang
dan tanpa hipertensi di RSUD Dr. di rawat inap Di RSUD Deli
Saiful Anwar Malang [Skripsi]. Serdang tahun 2012 [Skripsi].
Malang: Universitas Berawijaya; Medan: Universitas Sumatera
2013 Utara; 2013

19. Smeltzer C, Suzanne, Bare G, 26. Zimmet PZ. The pathogenesis


Brenda. Buku ajar keperawatan and prevention of diabetes in

14 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014


adults (Genes, autoimmunity and Fakultas Kedokteran Universitas
demography). Diabetes Care; Indonesia; 2012
1995. 18:1050-71
32. Bina program RSUD Arifin
27. Sinaga M, Hiswani, Jemadi. Achmad Provinsi Riau. Hasil uji
Karakteristik penderita diabetes kepekaan mikroorganisme
melitus dengan komplikasi yang terhadap antibiotik Juni-
dirawat inap di Rumah Sakit Vita Desember 2013. Pekanbaru:
Insani Pematangsiantar tahun Laboratorium Mikrobiologi
2011 [Skripsi]. Medan: RSUD Arifin Achmad; 2014
Universitas Sumatera Utara;
2012 33. Bergogne-Berezin E, Towner KJ.
Acinetobacter spp. as nosocomial
28. Aulia NF. Pola kuman aerob dan pathogens: microbiological,
sensitifitas pada ganggren clinical, and epidemiological
diabetik [Tesis]. Medan: features. Clin Microbiol Rev;
Universitas Sumataera Utara; 1996. 9: 148-165
2008
34. Mehta VJ, Kikani KM, Sanjay.
29. Zubair M, Abida M, Ahmad J. Microbiological profile of
Clinico-bacteriology and risk diabetic foot ulcers and its
factor for the diabetic foot antibiotic susceptibility pattern in
infection with multidrug resistant a teaching hospital January-
microorganisms in north india. February 2014. Gujarat: Shah
Biology and medicine; 2010. Vol Medical College and Hospital;
2 2014

30. Bano I, Chaudhary WA, Hameed 35. Finkbeiner, Le SR, Binh-Minh,


A. In vitro bacteriologic study Holtz, Storch L, Gregory, Wang,
and empiric antibiotic regimens David. Optimal therapy for
for diabetic foot ulcers. African multidrug-resistant Acinetobacter
journal of microbiology research; baumannii. Missouri:
2012. Vol 6 Washington University School of
Medicine Missouri; 2010
31. Rosa Y, Rosana Y, Sudiro TM,
Karuniawati A. Hasil uji 36. Smith MG, Gianoulis TA,
kepekaan mikroorganisme Pukatzki S, et al. New insights
terhadap berbagai antimikroba into Acinetobacter baumannii
tahun 2011. Jakarta: pathogenesis revealed by
Laboratorium Mikrobiologi highdensity pyrosequencing and
Klinik Departemen Mikrobiologi transposon mutagenesis.
GenesDev; 2007. 21: 601-614

15 JOM Vol 1, No 2, Oktober 2014

Potrebbero piacerti anche