Sei sulla pagina 1di 9

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology


Vol.IV, No.2, Juli 2015

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK N- HEKSAN, ETIL ASETAT, DAN ETANOL


Morus alba L. TERHADAP BAKTERI PENYEBAB KARIES GIGI

Diah Lia Aulifa, Yessi Febriani, Maria Selviana Rendo

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia


_____________________________________________________________________________

Abstrak

Fraksi etil asetat ekstrak metanol kulit akar dan ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.)
diketahui mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol
buah murbei terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Simplisia
buah murbei diekstraksi menggunakan kepolaran bertingkat dengan pelarut n-heksan, etil asetat,
dan etanol dengan metode maserasi. Pada simplisia dan ekstrak dilakukan skrining fitokimia,
karakterisisasi simplisia dan uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar. Penentuan
Kadar Hambat Minimum (KHM) dilakukan terhadap ekstrak paling aktif dengan metode difusi
Agar dan diidentifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil uji aktivitas
antibakteri menunjukkan ekstrak paling aktif adalah ekstrak etil asetat dengan nilai KHM 8
mg/ml dan 9 mg/ml terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Hasil
analisis statistika untuk taraf α = 0,05 menunjukkan adanya perbedaan daya hambat antara
kontrol dengan ekstrak etanol dan etil asetat. Hasil skrining fitokimia pada ekstrak etil asetat
menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, fenolat, kuinon, monoterpen dan
seskuiterpen. Hasil identifikasi dengan KLT menunjukkan bahwa pada ekstrak etil asetat
terdapat 10 spot dengan masing-masing Rf 0,04; 0,08; 0,16; 0,36; 0,48; 0,74; 0,78; 0,86 dan
0,94.

Kata kunci: buah murbei (Morus alba L.), Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis,
KHM, Antibakteri.

Abstract

Ethyl acetate fraction of methanol extract of the root bark and ethanol extract of mulberry
leaves (Morus alba L.) was known to have an antibacterial activity against Streptococcus
mutans. The aims of this research is to know the antibacterial activity of n-hexane, ethyl
acetate, and ethanol extract against Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis.
Mulberry fruit was extracted by a maceration method using gradient polarity solvents (n-
hexane, ethyl acetate and ethanol). The phytochemical screening and characterization of crude
drugs and extract were carried out, and identified by Thin Layer Chromatography (TLC). The
antibacterial activity and the minimum inhibitory concentration (MIC) of the most active extract
were determined using the agar diffusion method. The antibacterial activity showed the most
active extract was ethyl acetate extract with MIC value 8 mg/ml and 9 mg/ml against
Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. The statistical analysis for level α = 0.05
showed differences inhibition between the control with ethyl acetate and ethanol extracts. The
phytochemical screening of ethyl acetate extract showed flavonoid, phenolat, quinone, and
monoterpene and sesquiterpene groups. The identification using TLC showed 10 spot with Rf
0.04; 0.08; 0.16; 0.36; 0.48; 0.74; 0.78; 0.86 and 0.94 respectively in the ethyl acetate extract.

Keywords: mulberry fruit (Morus alba L.), Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis,
MIC, Antibacterial
_____________________________________________________________________________

45
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.IV, No.2, Juli 2015

PENDAHULUAN bakteri Streptococcus mutans pada


Di Indonesia, penyakit infeksi saat permukaan gigi dapat menyebabkan proses
ini masih menjadi masalah utama kesehatan demineralisasi pada email gigi. Bila proses
masyarakat, salah satunya penyakit infeksi demineraslisasi ini terus terjadi maka dapat
pada rongga mulut. Pengobatan terhadap menyebabkan remineralisasi sehingga
penyakit infeksi biasanya mengggunakan terjadi karies, sedangkan gingivitis dimulai
antibiotik sintetis, namun penggunaan dari kolonisasi Streptococcus sanguinis
antibiotik sintetis ini kadang-kadang pada permukaan gigi yang kemudian
memberikan efek samping yang tidak memfasilitasi bakteri lain seperti
diinginkan bagi tubuh seperti resistensi Streptococcus mutans untuk membentuk
(Aliero, 2008). Beberapa antibiotik sering koloni di dalam plak. Hal ini dimungkinkan
digunakan untuk infeksi dalam rongga karena bakteri ini memiliki kemampuan
mulut. Situasi ini menunjukkan perlunya melakukan agregasi segera setelah gigi
dilakukan penelitian untuk dibersihkan dan menghasilkan
mengembangkan obat antibakteri baru yang neuraminidase yang berperan dalam
berasal dari tumbuhan. Rongga mulut pembentukan plak (Kriswandini, 2005).
manusia merupakan salah satu tempat Salah satu upaya menanggulangi
mikroorganisme tumbuh, yaitu mikroba masalah karies gigi dan gingivitis adalah
Streptococcus mutans, Streptococcus penggunaan buah murbei (Morus alba L.).
sanguinis, dan Candida albicans. Hal ini Menurut hasil penelitian Park (2003), kulit
dikarenakan kelembaban pada rongga mulut akar murbei (Morus alba L.) memberikan
cukup tinggi, dan juga banyak terdapat aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan
partikel- partikel kecil makanan membuat Streptococcus mutans. Kuwanon G yang
rongga mulut menjadi lingkungan ideal diisolasi dari ekstrak metanol kulit akar
bagi pertumbuhan mikroba sehingga timbul Morus alba L. menunjukkan aktivitas
berbagai penyakit gigi. Berdasarkan hasil terhadap Streptococcus mutans dengan nilai
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Minimum Inhibitory Consentration (MIC)
departemen Kesehatan RI tahun 2004, sebesar 8 µg/ml, sedangkan uji
prevalensi karies mencapai 60 %. Selain bactericidial menunjukkan Kuwanon G
karies gigi, penyakit gigi yang sering terjadi tidak aktif terhadap Streptococcus mutans
adalah gingivitis. Salah satu penyebab pada konsentrasi 20 mg/ ml. Selain bakteri
karies adalah bakteri Streptococcus mutans Streptococcus mutans, Kuwanon G juga
sedangkan salah satu penyebab gingivitis menghambat pertumbuhan bakteri lainnya
adalah bakteri Streptococcus sanguinis. seperti Steptococcus sobrinus,
Kedua bakteri ini mempelopori Streptococcus sanguinis dan
terbentuknya plak pada gigi. Adanya Porphyromonas gingivalis. Selain itu, Islam

46
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.IV, No.2, Juli 2015

(2008) telah membuktikan adanya aktivitas klorida 2N, kloroform, serbuk magnesium,
antibakteri 1-deoxynojirimycin isolat dari asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat,
daun murbei (Morus alba L.) terhadap asam klorida 0,1 N, besi (III) klorida,
pertumbuhan Streptococcus mutans. larutan gelatin, amil alkohol, eter, larutan
Berdasarkan informasi di atas, Kadar vanilin, KOH 5%. Pereaksi yang digunakan
Hambat Minimum (KHM) ekstrak buah adalah pereaksi Dragendorf, pereaksi
murbei (Morus alba L.) belum diteliti. Oleh Liebermann Burchard, dan pereaksi Mayer.
sebab itu, dilakukan penelitian mengenai uji Bahan-bahan yang digunakan untuk uji
aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan, etil mikrobiologi adalah Mueller Hinton Agar
asetat dan etanol buah murbei (Morus alba (MHA) (Oxoid), darah manusia steril
L.) serta penentuan KHM terhadap (golongan darah O), amoksisilin trihidrat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (Aurobindo), dan NaCl fisiologis. Bakteri
dan Streptococcus sanguinis. yang digunakan adalah bakteri
Streptococcus mutans yang di peroleh dari
METODOLOGI biakan di Laboratorium Mikrobiologi
Alat Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran
Alat-alat yang digunakan dalam dan bakteri Streptococcus sanguinis yang
penelitian ini antara lain yaitu rotary diperoleh dari biakan di Laboratorium
evaporator (IKA®), spektofotometer UV- Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi
Vis (Shimadzu UV-1800), lampu UV Universitas Padjajaran.
®
(Camag), autoklaf (My Life ), perforator
Persiapan Bahan Baku dan Determinasi
diameter 6 mm, inkubator (Jenaco®),
Tanaman
Laminar Air Flow (LAF), micropipette
Buah murbei yang diperoleh,
(Socorex), oven (Memmert), lemari
dibersihkan dari kotoran, lalu dikeringkan
®
pendingin (Polytron ), tanur (Branstead
menggunakan oven buatan. Buah murbei
Thermolyne).
dideterminasi di Laboratorium Herbarium
Bahan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Buah murbei (Morus alba L.) Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
diperoleh dari Wisata Ilmu Budidaya Ulat Padjadjaran Jatinangor.
Sutera, Padepokan Dayang Sumbi,
Skrining Fitokimia dan Karakterisasi
Arcamanik. Bahan-bahan kimia yang
Simplisia
digunakan adalah etanol 95%, n-heksan, etil
Untuk mengetahui kandungan
asetat, metanol, anisaldehid, asam asetat,
metabolit sekunder yang terdapat dalam
®
silika gel GF254 (Merck ),Aqua destilata,
buah murbei (Morus alba L.) maka
Tween 80, dan bahan-bahan untuk
dilakukan penapisan fitokimia, yaitu
penapisan fitokimia seperti ammonia, asam

47
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.IV, No.2, Juli 2015

pengujian alkaloida, flavonoid, tanin, darah manusia sebanyak 5%. Sebanyak 15


polifenol, monoterpen dan seskuiterpen, ml media agar darah ditambahkan 150 µL
steroid dan triterpenoid, kuinon, dan suspensi bakteri, kemudian dihomogenkan
saponin. Penapisan fitokimia merupakan dan didiamkan sampai memadat. Dibuat 6
salah satu pendekatan dalam penelitian lubang menggunakan perforator
tumbuhan obat untuk mendeteksi senyawa berdiameter 5 mm, lalu masing- masing
tumbuhan berdasarkan golongan. lubang diisi ekstrak dengan konsentrasi
Karakterisasi simplisia dilakukan untuk 25%; 12,5%; 6,25%; 3,125%; tween 80-1%
mengetahui mutu dan kualitas simplisia b/v sebagai kontrol negatif dan amoksisilin
dengan membandingkan hasil yang sebagai kontrol positif sebanyak 50 µl.
didapatkan dengan data dari literatur. Pengujian dilakukan triplo, kemudian
Pengujian yang dilakukan adalah penetapan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24
susut pengeringan, kadar sari larut air, jam. Setelah itu diameter daerah hambat
kadar sari larut etanol, dan kadar abu dalam diukur menggunakan jangka sorong.
simplisia.
Penentuan Kadar Hambat Minimum
Pembuatan Ekstrak Buah Murbei (KHM)
Ekstraksi buah murbei dilakukan Ekstrak paling aktif buah murbei
dengan metode dingin yaitu menggunakan diuji KHM menggunakan metode difusi
maserasi bertingkat. Simplisia sebanyak agar. Pada media MHA yang sudah
310 gram diekstraksi secara bertingkat disterilisasi dan bersuhu kurang lebih 50 oC,
menggunakan pelarut berturut-turut yaitu n- ditambahkan 5% darah manusia. Sebanyak
heksan, etil asetat, dan etanol 95 % (1:10), 15 ml media agar darah ditambahkan 150
masing-masing selama 3x24 jam. Setelah µL suspensi bakteri, kemudian
itu, ketiga maserat dikentalkan dihomogenkan dan didiamkan sampai
menggunakan evaporator. memadat. Dibuat beberapa lubang pada
media agar yang telah mengeras
Pengujian Aktivitas Antibakteri
menggunakan perforator berdiameter 6
Pengujian aktivitas antibakteri
mm. Ekstrak yang telah dilarutkan dengan
dilakukan pada ekstrak n-heksan, etil asetat
tween80-1% dibuat pengenceran turunan
dan etanol buah murbei dan sebagai standar
dari konsentrasi 12 sampai 7 mg/ml.
digunakan Amoksisilin. Uji aktivitas
Masing- masing konsentrasi ekstrak
dilakukan terhadap bakteri Streptococcus
dimasukkan ke dalam lubang sebanyak 50
mutans dan Streptococcus sanguinis
µL. Pengujian dilakukan triplo, kemudian
menggunakan metode Difusi Agar. Pada
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24
media MHA yang sudah disterilisasi dan
jam. Setelah itu diameter daerah hambat
bersuhu kurang lebih 50 oC, ditambahkan
diukur menggunakan jangka sorong.

48
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.IV, No.2, Juli 2015

Konsentrasi hambat terkecil yang memiliki benar merupakan tanaman murbei (Morus
diameter hampir mendekati diameter alba L.). Pembuatan ekstak buah murbei
perforator ditetapkan sebagai konsentrasi dilakukan dengan metode maserasi
hambat minimum. bertingkat dengan pelarut n-heksan, etil
asetat, dan etanol 95%. Berat ekstrak kental
Pengujian Kromatografi Lapis Tipis
yang didapatkan dari 310 gram simplisia
(KLT)
adalah 4,15 gram untuk ekstrak n- heksan,
Ekstrak yang memiliki aktivitas
5,6 gram untuk ekstrak etil asetat, dan 90,51
antibakteri dianalisis komponen-
gram untuk ekstrak etanol, dengan
komponennya dengan KLT menggunakan
rendemen ekstrak masing- masing 1,34%;
fase diam silika gel dan pengembang n-
1,81%; 29,20%.
heksan : etil asetat (4:6). Deteksi lebih
lanjut menggunakan sinar UV 254, sinar Skrining Fitokimia dan Karakterisasi
UV 366, dengan penampak bercak H2SO4 Simplisia
10%, FeCl3, anisaldehid, dan uap amoniak. Hasil skrining fitokimia
menunjukkan bahwa pada ekstrak n-heksan
Analisis Data
terkandung senyawa golongan steroid,
Data yang diperoleh pada uji
sedangkan pada simplisia tidak terdapat
aktivitas antibakteri, dianalisis
senyawa steroid. Hal ini dikarenakan
menggunakan Analysis of Varians
senyawa steroid masih terperangkap di
(ANOVA) yang kemudian dilanjutkan
dalam sel dan saat diekstraksi, sel- sel
dengan uji Tukey menggunakan SPSS versi
tumbuhan pecah menyebabkan senyawa
18.
steroid tertarik oleh pelarut n-heksan. Hasil
dapat dilihat pada tabel 1. Karakterisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
simplisia dilakukan untuk mengetahui mutu
Determinasi Tanaman dan Ekstraksi
dan kualitas dari simplisia. Pemeriksaan
Pada proses pengumpulan bahan
yang dilakukan pada karakterisasi adalah
baku berupa buah murbei (Morus alba L.)
penetapan susut pengeringan, penetapan
yang diperoleh dari daerah Arcamanik,
kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,
Bandung diperoleh berat basah sebesar
kadar abu. Penetapan susut pengeringan
8063,39 gram, dan berat setelah
dilakukan untuk mengetahui besarnya
pengeringan sebesar 708,78 gram.
senyawa yang menguap selain air seperti
Determinasi tanaman dilakukan di
senyawa atsiri. Penetapan kadar abu
Laboratorium Herbarium Taksonomi
dilakukan untuk mengetahui seberapa
Tumbuhan, jurusan Biologi FMIPA -
banyak kandungan mineral dalam simplisia.
Universitas Padjajaran. Hasil determinasi
Hasil penetapan kadar sari menunjukkan
menyatakan bahwa tanaman yang diperiksa
kadar sari yang larut air lebih besar

49
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.IV, No.2, Juli 2015

daripada kadar sari larut etanol, hal ini berarti ekstrak n- heksan tidak memiliki
dikarenakan kandungan gula pada buah aktivitas antibakteri. Sebagai kontrol
cukup tinggi sehingga banyak gula yang negatif digunakan tween 80-1 % b/v yang
ikut larut dalam air. Hasil dapat dilihat pada digunakan sebagai pelarut ekstrak. Pada
tabel 2. ekstrak etil asetat dan etanol, dapat dilihat

Tabel 1. Hasil skrining fitokimia


Ekstrak
Golongan Senyawa Simplisia
n-heksan Etil Asetat Etanol
Alkaloid - - -
Fenolat + - + +
Kuinon + + + +
Saponin - - - -
Tanin - - - -
Flavonoid + - + +
Monoterpen dan seskuiterpen + + + -
Steroid - + - -
Triterpenoid - - - -

Tabel 2. Hasil karakterisasi simplisia buah murbei


Karakterisasi simplisia buah murbei (Morus alba L.) Hasil (%)
Susut pengeringan 15
Penetapan kadar abu 8
Penetapan kadar sari larut etanol 25
Penetapan kadar sari larut air 28

Pengujian Aktivitas Antibakteri bahwa ekstrak etil asetat memiliki zona


Pengujian aktivitas buah murbei dilakukan hambat yang lebih tinggi hampir di semua
menggunakan metode difusi agar dengan konsentrasi. Hal ini menunjukkan, bahwa
beberapa variasi konsentrasi, hasil dapat ekstrak etil asetat memiliki aktivitas yang
dilihat pada tabel 3. Aktivitas antibakteri paling aktif dibandingkan ekstrak etanol
ekstrak buah murbei terhadap bakteri dan ekstrak n-heksan. Hasil analisis
Streptococcus mutans dan Streptococcus statistika menggunakan ANOVA untuk taraf
sanguinis menunjukkan bahwa ekstrak etil α = 0,05 menunjukkan adanya perbedaan
asetat dan etanol memiliki aktivitas daya hambat antara kontrol dengan etanol
antibakteri, sedangkan ekstrak n-heksan dan etil asetat.
memiliki zona hambat sebesar kontrol, yang

50
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.IV, No.2, Juli 2015

Penentuan Konsentrasi Hambat 0,58; 0,74; 0,78; 0,86; 0,94. Setelah


Minimum (KHM) disemprot dengan penampak bercak FeCl3
Pengujian KHM ekstrak etil asetat buah timbul bercak berwarna abu-abu pada Rf
murbei dilakukan menggunakan metode 0,16 yang menunjukkan adanya golongan
difusi agar. KHM untuk Streptococcus senyawa fenolat (Harborne, 1985). Hasil
mutans dan Streptococcus sanguinis identifikasi dengan uap amonia
berturut-turut sebesar 8 mg/ml dan 9 menunjukkan adanya golongan senyawa
mg/ml. Hasil dapat dilihat dalam tabel 4. flavonoid dengan terbentuknya warna biru
terang dibawah sinar UV 366 pada Rf 0,36
Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan 0,58 (Markham, 1988). Hasil
Kromatografi lapis tipis dilakukan terhadap
identifikasi dengan dengan anisaldehid-
ekstrak etil asetat dengan menggunakan
asam sulfat menunjukkan adanya senyawa
pengembang n-heksan : etil asetat (4 : 6).
monoterpen dan seskuiterpen dengan
Identifikasi dilakukan pada sinar UV 254,
terbentuknya warna ungu pada Rf 0,78
sinar UV 366 dengan penampak bercak
(Wagner, 1984).
H2SO4 10%, FeCl3, uap amoniak dan
anisaldehid-asam sulfat. Hasil deteksi di
SIMPULAN
bawah sinar UV 366 menunjukkan ada 10
Ekstrak etil asetat buah murbei
spot dengan Rf 0,04; 0,08; 0,16; 0,36; 0,48;

Tabel 3. Hasil uji aktivitas ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol buah murbei putih
Diameter Hambat (mm)
Bakteri Ekstrak
A B C D
Streptococcus Kontrol 6,00 6,00 6,00 6,00
mutans n-heksan 6,00 6,00 6,00 6,00
Etil Asetat 19,08±0,08 15,53±0.10 11,40±0,10 9,11±0, 08
Etanol 18,18±0,14 14,42 ± 0,15 10,4 ±0,12 8,54±0,10
Streptococcus Kontrol 6,00 6,00 6,00 6,00
sanguinis n-heksan 6,00 6,00 6,00 6,00
Etil Asetat 18,13±0,07 16,48±0,08 9,61± 0,15 8,82±0,1
Etanol 17,96±0,07 14,18±0,12 10,47±0,1 7,77± 0,05

Tabel 4. Hasil Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak etil asetat buah murbei putih
Diameter Hambat (mm) pada Konsentrasi (mg/ml)
Bakteri
12 11 10 9 8 7
S. mutans 8,35±0,21 7,76±0,09 7,35±0,13 6,70±0,14 6,48±0,09 -
S. sanguinis 8,26±0,15 7,80±0,17 7,25±0,13 0,66±0,01 - -

51
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.IV, No.2, Juli 2015

memiliki aktivitas antibakteri yang paling Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia
baik terhadap bakteri Streptococcus mutans Medika Indonesia Jilid V, Jakarta :
dan Streptococcus sanguinis dibandingkan DepKes RI.
ekstrak n- heksan dan etanol. Hasil Ditjen POM. 2000. Parameter Standar
pengujian Kadar Hambat Minimum (KHM) Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
ekstrak etil asetat terhadap bakteri Jakarta: Departemen Kesehatan RI:
Streptococcus mutans sebesar 8 mg/ml dan 1-11.
Streptococcus sanguinis sebesar 9 mg/ml. Farnsworth, N.R. 1966. “Biological and
Hasil analisis statistika untuk taraf α= 0,05 phytochemical screening of plants.”
menunjukkan perbedaan daya hambat Journal of Pharmaceutical
antara kontrol dengan etanol dan etil asetat. sciences, 55 (3): 245-264.
Hasil skrining fitokimia menunjukkan pada Frazier, W. C and D. C. Westhoff. 1988.
ekstrak etil asetat terdapat senyawa Food Microbiology 4th ed, Mc-
golongan flavonoid, fenolat, kuinon, Graw Hill, Inc. New York.
monoterpen dan seskuiterpen. Gaman P.M, dan Sherrington. 1994.
Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
DAFTAR PUSTAKA Mikrobiologi. Yogyakarta, Gajah
Aliero, A.A., 2008, Preliminary Mada University Press.
phytochemical and antibacterial Harborne, J.B. 1985. Metode Fitokimia
screening of scadoxus multiflorus, Penuntun Cara Modern
International Journal of Pure and Menganalisis Tumbuhan. Terbitan
Applied Science, 4: 13-17. Kedua, Bandung: Penerbit ITB.
Butkhup, L., Wannee, S., Supachai, S. Islam, B, hahper N. K, Irfanul H, Alam,
2013. “Phenolic composition and M, Mushfiq, M, and Asad , U. K.
antioxidant activity of white 2008. “Novel anti-adherence
mulberry (Morus alba L.) Fruits.” activity of mulberry leaves:
International Journal of Food inhibition of Streptococcus mutans
Science & Technology, 48 (5): 934- biofilm by 1-deoxynojirimycin
940 isolated from Morus alba.” Journal
Cronquist, Arthur. 1981. An Integrated Of Antimicrobial Chemoteraphy, 62
System of Classification of (4): 751-757.
Flowering Plants, New York : Kriswandin, I.L. 2005. “Bakteri
Columbia University Press. Streptococcus sanguis sebagai
Departemen Kesehatan RI. 1995. Fasilitator Streptococcus mutans
Farmakope Indonesia Edisi IV, yang Berperan Dalam Patogenesis
Jakarta : DepKes RI.

52
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.IV, No.2, Juli 2015

Karies Gigi.” Maj. Ked. Gigi (dent Suwelo, Ismu, S., 1992, Karies Gigi Pada
J). Ed khusus Timnas IV: 247- 251. Anak Dengan Berbagai Faktor,
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Jakarta, EGC.
Laboratorium. Jakarta. PT. Raja Tjay, T.H, Rahardja, K. 2007. Obat- Obat
Grafindo Persada: 67-71. Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Markham, K.R. 1988. Cara Efek- Efek Sampingnya edisi
Mengidentifikasi Flavonoid keenam, Jakarta, Elex Media
(diterjemahkan oleh Kosasi Komputindo: 66-68.
Panduwinata), Bandung, Penerbit Wardani, A.P. 2012. “Pengaruh Pemberian
ITB. Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora
Parhusip, A. 2006. “Kajian Mekanisme persica) Pada Berbagai
Antibakteri Ekstrak Andaliman KonsentrasiI Terhadap
(Zanthoxylum acanthopodium DC) Pertumbuhan Streptococcus
terhadap Bakteri Patogen Pangan.” mutans.” Skripsi. Kedokteran
Disertasi. Sekolah Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas
Institut Pertanian Bogor. Diponegoro: 97-98.
Park, K.M. 2003. “Kuwanon G: an Wagner, H. 1984. Plant Drug Analysis a
antibacterial agent from the root Thin Layer Chromatography Atlas,
bark of Morus alba against oral hal. 164, Springer-Verlag.
pathogens.” J. Ethnopharmacol, 84
(2-3): 181.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Cetakan pertama, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar: 359.
Sasatrohamidjojo, H. 1983. Kromatgrafi.
Yogyakarta, Universitas Gajah
Mada: 29.
Suswandi, T. 2012. “Pengembangan
Potensi Antibakteri Kelopak Bunga
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
Terhadap Streptococcus sanguinis
Penginduksi Gingivitis menuju
Obat Herbal Terstandar.” Disertasi.
Fakultas kedokteran gigi,
Univesitas Indonesia:20-21.

53

Potrebbero piacerti anche