Sei sulla pagina 1di 10

KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN TANAMAN TEMBELEKAN


(Lantana camara Linn) DARI BEBERAPA TINGKAT KEPOLARAN PELARUT

[Antibacterial Activity Test of Tembelekan (Lantana camara Linn) Plant Leaf Extract
Using Varied level of Solvent Polarity]

Ikatami Putri Lestari1*, Mappiratu1, Ruslan1, Pasjan Satrimafitrah1


1
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km.9, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp. 0451- 422611
*)Coresponding author: ikatamiputri3@gmail.com

Diterima 28 Juli 2018 Disetujui 11 Oktober 2018

ABSTRACT

The study of leaf extract of Lantana camara Linn using various level of polarities as antibacterial
agent has been performed. This study aims to determine whether the antibacterial compounds in the
leaves tembelekan (Lantana Camara Linn) are polar, semipolar or nonpolar, as well as how the
inhibition of leaf extract tembelekan against gram-positive bacteria (Streptococcus pyogenes and
Micrococcus luteus) and Gram-negative bacteria (Vibrio cholerae and Shigella dysenteriae). The
extraction method used in this research was maceration with 3 levels of solvent polarities which
started from non polar solvent (n-hexane), followed by semipolar solvents (ethyl acetate) and polar
solvent (ethanol). Test of extracts against bacteria inhibition was carried out using the well-diffusion
method. The results showed that ethanol extract provided highest inhibition of gram-positive bacteria
(Streptococcus pyogenes and Micrococcus luteus) and Gram-negative bacteria (Vibrio cholerae and
Shigella dysenteriae) respectively - were 20.89 mm; 12 mm; 18.56 mm and 5.33 mm and showed that
the leaves tembelekan contains antibacterial compounds which are non polar, semi-polar and polar.

Keywords: Tembelekan, extract, inhibition, antibacterial

ABSTRAK

Penelitian tentang ekstrak daun tembelekan menggunakan berbagai tingkat kepolaran sebagai
antibakteri telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa antibakteri dalam daun
tembelekan (Lantana camara Linn) bersifat polar, semipolar atau nonpolar, serta daya hambat
ekstrak daun tembelekan terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus pyogenesis dan Micrococcus
luteus) dan bakteri gram negative (Vibrio cholera dan Shigella dysenteriae). Metode ekstraksi yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode maserasi dengan 3 tingkat polaritas pelarut yang dimulai
dari pelarut nonpolar (n-heksan), diikuti dengan pelarut semipolar (etil asetat) dan pelarut polar
(etanol). Uji daya hambat ekstrak terhadap bakteri uji dilakukan menggunakan metode sumur difusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol memberikan daya hambat tertinggi pada gram
postif (Staphylococcus pyogenesis dan Micrococcus luteus) dan bakteri gram negative (Vibrio cholera
dan Shigella dysenteriae) berturut-turut 20,89, 12, 18,56, dan 5,33 mm serta menunjukkan bahwa
daun tembelekan mengandung senyawa antibakteri yang bersifat nonpolar, semipolar, dan polar.

Kata Kunci : Tembelekan, ekstrak, daya hambat, antibakteri.

Ikatami Putri Lestari dkk. 244


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

LATAR BELAKANG sedangkan pada bagian bunga hanya


Tumbuhan tembelekan dengan nama mengandung flavonoid dan saponin.
latin Lantana camara L. merupakan jenis Bagian lain, seperti akar, batang, dan buah
tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh didominasi oleh senyawa saponin dan
masyarakat secara tradisional sebagai obat tannin (Sharma, 2013).
luka, bisul, peluruh air seni, batuk, peluruh Senyawa flavonoid pada daun
keringat, dan penurun panas (Mardisiswojo tanaman tembelekan dapat diekstrak
dan Mangunsudarso, 1968). Tanaman ini dengan menggunakan etanol 95%.
tumbuh liar dan memiliki metabolit Penelitian ini pernah dilakukan oleh
sekunder yang beragam, khususnya pada Asterina pada tahun 1994 dan
bagian daun, seperti senyawa terpenoid menemukan bahwa golongan flavonoid
yang termasuk senyawa atsiri, flavonoid, tersebut adalah senyawa flavonol.
fenol, saponin, alkaloid, steroid, tanin dan Senyawa flavonol sendiri sangat potensial
quinon (Bhakta dan Ganewala, 2009; sebagai antibakteri karena mampu
Venkatachalam et al., 2011). Copriady et merusak permeabilitas dinding sel,
al. (2005) dalam Handayani (2013) mikrosom, dan lisosom pada bakteri
menyatakan bahwa senyawa metabolit (Gisvold dalam Sabir, 2005). Kemapuan
sekunder pada daun tembelekan memiliki senyawa flavonoid tersebut didukung oleh
potensi sebagai antioksidan, anti kanker, sifatnya yang lipofilik sehingga (Naim,
anti koagulan darah, antibiotik, dan 2004). Menurut penelitian Iwan et al.,
tentunya sebagai senyawa antibakteri. (2011) ekstrak n-heksan daun tumbuhan
Uji metabolit sekunder sebagai tembelekan memiliki zona hambat yang
antibakteri selalu didahului dengan tinggi terhadap bakteri gram positif dan
ekstraksi pelarut yang bertujuan untuk gram negatif yaitu S.aeureus dan bakteri
menarik metabolit sekunder yang bersifat E.coli.
antibakteri. Jenis pelarut akan Mengacu dari penelitian sebelumnya
berpengaruh terhadap hasil uji, terutama dan melihat potesi atau manfaat dari daun
tingkat polaritas pelarut. Senyawa polar tembelekan, maka dalam penelitian ini
akan lebih mudah teresktrak pada pelarut akan dilakukan pengujian aktivitas
yang bersifat polar, sedangkan senyawa antibakteri dari daun tembelekan.
non polar akan lebih mudah melarut pada
METODE PENELITIAN
pelarut non polar, bigutupun hanlnya pada
Bahan dan Peralatan
senyawa semi polar akan terekstrak pada
Bahan dasar yang digunakan dalam
pelarut semi polar.
penelitian ini mencakup daun tembelekan
Bagian daun dari tanaman
di ambil di daerah Jono Oge Kab. Sigi
tembelekan mengandung flavonoid,
Biromaru. Bahan lainnya berupa bakteri
minyak atsiri, tannin, dan saponin,

Ikatami Putri Lestari dkk. 245


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

patogen Streptococcus pyogenes, Vibrio Tahap ekstraksi daun tembelekan


chorela, Shigella dysenteriae dan (Lisnawati, 2014)

Micrococcus luteus, Nutrien Agar (NA), Ekstraksi dilakukan menggunakan


aquades, n-heksan, etil asetat, etanol, metode maserasi menggunakan tiga jenis
pereaksi dragendrof, kertas saring, serbuk pelarut. Ekstraksi pertama digunakan
magnesium, HCl pekat, H2SO4 pekat dan pelarut non polar yakni n-heksan dengan
FeCl3 5%, kertas saring, tissue, aluminium cara menimbang tepung daun tembelekan
foil, Nutrien broth (NB), penicillin G, sebanyak 100 gram, kemudian
dosiscyklik, klofamfenikol, ofloxacin dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 2000 ml
asam asetat anhidrat. lalu ditambahkan 1000 ml n-heksan
Alat yang digunakan dalam (perbandingan pelarut dan sampel 1 : 10).
penelitian ini meliputi tabung reaksi, rak Campuran disimpan selama 2 x 24 jam
tabung reaksi, cawan petri dengan sambil sesekali dikocok, kemudian disaring
diameter 9 mm, pembakar bunsen, dengan penyaringan vakum. Filtrat yang
blender, ayakan 60 mesh, rotary vakum diperoleh dipisahkan pelarutnya dengan
evaporator, Erlenmeyer, corong buchner, rotary vakum evaporator sehingga
pipet tetes, neraca analitik, batang didapatkan ekstrak kental daun
pengaduk, autoclave, jangka sorong, ring tembelekan. Sedangkan residu yang
pelubang, gelas kimia, jarum ose, pipet diperoleh dikering – anginkan selanjutnya
ukur, gelas ukur, alat penyaring vakum, dimasukkan ke dalam erlenmeyer untuk
inkubator, pipet volum dan penangas air. diekstrak kembali dengan pelarut etil
asetat, kemudian pelarut etanol dengan
Prosedur Penelitian
perlakuan yang sama pada ekstrak
Penelitian ini dilaksanakan dalam
menggunakan n-heksan.
tiga tahapan yaitu tahap pengolahan daun
tembelekan, tahap ekstraksi daun Uji fitokimia
tembelekan dengan maserasi dan tahap uji Uji fitokimia dilakukan untuk
aktivitas antibakteri. mengetahui kandungan seyawa metabolit
Tahap pengolahan daun tembelekan sekunder pada ekstrak dan fraksi daun
Daun tembelekan dicuci bersih, tembelekan seperti flavonoid, alkaloid,
digunting kasar, kemudian dikeringkan saponin, tanin dan steroid/terpenoid
dibawah sinar matahari lalu dihaluskan dengan menggunakan pereaksi yang
dengan blender dan diayak dengan spesifik, meliputi :
ayakan 60 mesh untuk mendapatkan daun
1. Uji Alkaloid (Harborne, 1996)
tembelekan dalam bentuk tepung. Tepung
Uji alkaloid dilakukan dengan cara
daun tembelekan disimpan untuk
memasukkan 1 ml ekstrak ke dalam
digunakan pada penelitian selanjutnya.
tabung reaksi lalu ditambahkan 2-3 tetes

Ikatami Putri Lestari dkk. 246


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

pereaksi dragendorf. Hasil positif adanya menghasilkan warna hijau, merah, ungu,
alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya biru atau hitam.
endapan oranye/jingga.
Persiapan bahan uji antibakteri
2. Uji Flavonoid (Harborne, 1987) Sebanyak 28 gram nutrient agar
Sebanyak 1 ml ekstrak ditambahkan (NA) dilarutkan dalam 1000 ml aquades,
0,5 gram serbuk magnesium dan 10 tetes kemudian di sterilkan kedalam autoclave
HCl pekat, bila bereaksi positif akan pada suhu 121°C dengan tekanan 1 atm
menghasilkan larutan berwarna jingga, selama 15 menit.
merah muda atau merah.
Pembuatan suspensi bakteri uji (Fitrial,
3. Uji Steroid dan Triterpenoid 2009)
(Harborne, 1987) Satu mata ose bakteri diambil dari
Sebanyak 2 ml ekstrak ditambahkan biakan murni dalam sediaan agar miring
asam asetat anhidrat sebanyak 10 tetes dan diinokulasikan ke dalam media cair
dan asam sulfat pekat sebanyak 2 tetes. steril Nutrient Broth, kemudian diinkubasi
Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu 37˚C. Kultur
selama beberapa menit. Adanya steroid bakteri siap digunakan untuk pengujian
ditunjukan oleh warna biru atau hijau, aktivitas antibakteri.
sedangkan triterpenoid memberikan warna
Pengujian aktivitas antibakteri dengan
merah atau ungu.
metode sumur difusi (Darmawati, 2009)

4. Uji Saponin (Uji Busa) (Depkes RI, Pada pengujian zona hambat
1995) bakteri digunakan metode sumur difusi.
Sebanyak 2-3 mL ekstrak Media Nutrien Agar (NA) sebanyak 25 ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dicampur dengan 25 μL suspensi bakteri
kemudian ditambahkan 10 mL air panas uji (Streptococcus pyogenes,
lalu didinginkan, kemudian dikocok kuat- Micrococcus luteus, Vibrio cholerae dan
kuat selama 10 detik lalu ditambahkan 1 shigella dysenteriae), dihomogenkan lalu
tetes HCl 2 N. Uji positif ditunjukkan dituang dalam cawan petri steril dan
dengan terbentuknya buih yang stabil dibiarkan sampai memadat. Setelah itu
setinggi 1-10 cm selama tidak kurang dari dibuat sumur yang berdiameter ±6 mm
10 menit. dengan menggunakan Cork Borer. Setiap
cawan berisi 5 lubang atau sumur
5. Uji Tanin (Harborne, 1987)
(lubang pertama untuk control negative
Untuk uji tanin, sebanyak 1 ml
berupa pelarut etil asetat, lubang kedua
ekstrak ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3
untuk kontrol positif berupa antibiotik dan
5%, bila bereaksi positif akan
3 lubang untuk 3 jenis ekstrak), setiap

Ikatami Putri Lestari dkk. 247


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

sumur diisi ekstrak dengan control adanya alkaloid, flavonoid, saponin dan
sebanyak 30 µL, kemudian diinkubasi tanin. Hal tersebut memberikan
selama 24 jam pada suhu 37˚C, keterangan dalam daun tembelekan
selanjutnya diamati dan diukur diameter terdapat senyawa steroid yang bersifat non
zona hambat dengan jangka sorong. polar. Jumlah dan jenis senyawa aktif yang
teresktrak dari bahan/sampel sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN
ditentukan oleh tingkat kepolaran pelarut
Metabolit sekunder dalam ekstrak daun (Lestiani & Lanny, 2008). Pelarut akan
tembelekan mengekstrak senyawa-senyawa yang
Pada daun tembelekan mengandung mempunyai kepolaran yang sama atau
senyawa metabolit sekunder yang dapat mirip dengan kepolaran pelarut yang
berperan sebagai antibiotik, antioksidan digunakan. Sedangkan untuk ekstrak etil
serta atibakteri. Untuk menganalisis asetat terdeteksi adanya tanin dan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat alkaloid. Kedua senyawa ini juga terdeteksi
pada daun tembelekan perlu dilakukan dalam ekstrak etanol, yang berarti tanin
skrining fitokimia. Skrining fitokimia dan alkaloid yang ada pada daun
merupakan suatu proses untuk tembelekan terdiri atas tanin dan alkaloid
mengidentifikasi kandungan kimia pada semi polar serta tanin dan alkaloid polar.
suatu tumbuhan, diantaranya alkaloid, Alkaloid bersifat semi polar yang terkarut
saponin, tannin dan senyawa fenolik. Hasil dalam pelarut semi polar karena memiliki
skrining fitokimia pada daun tembelekan bagian heterosiklik dengan nitrogen dan
disajikan pada Tabel 1 mengandung subtituen yang beragam,
dapat berupa fenol, metoksi, amin dan
Tabel 1 Hasil analisis golongan senyawa
dalam ekstrak daun tembelekan dari amina (Dewi, 2013 dalam Simaremare,
ketiga jenis pelarut.
2014).
Jenis Ekstrak
Golongan
n- Etil
Pada Tabel 1 juga memperlihatkan
senyawa Etanol
heksan asetat golongan senyawa flavonoid dan saponin
Flavonoid - - +
terdeteksi dalam ekstrak etanol, tetapi
Alkaloid - + +
tidak terdeteksi dalam ekstrak etil asetat
Steroid + - -
Saponin - - +
maupun ekstrak n-heksana, yang

Tannin - + + menunjukkan flavonoid dan saponin yang


Keterangan : ada dalam daun tanaman tembelekan
(+) : Terdeteksi adanya senyawa adalah flavonoid dan saponin yang bersifat
(-) : Tidak terdeteksi adanya senyawa
polar. Sifat polar pada flavonoid terjadi
Pada Tabel 1 memperlihatkan dalam karena memiliki ikatan dengan gugus gula
ekstrak n-heksana terdeteksi adanya (Simaremare, 2014), sedangkan kelompok
senyawa steroid, tetapi tidak terdeteksi senyawa steroid cenderung bersifat non

Ikatami Putri Lestari dkk. 248


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

polar sehingga dapat larut dalam n-heksan Daya hambat ekstrak daun tembelekan
(Harborne, 1987). Saponin merupakan Berdasarkan hasil penelitian dari 4
glikosida triterpen yang memiliki sifat bakteri masing – masing 3 kali
cenderung polar karena ikatan pengulangan diperoleh perbedaan zona
glikosidanya (Sangi et al., 2013). Senyawa hambat dari masing – masing ekstrak. Uji
tannin memiliki kepolaran yang cukup efektifitas ekstrak daun tembelekan
tinggi karena termasuk jenis senyawa terhadap pertumbuhan bakteri gram positif
fenolik sehingga cukup mudah larut (Streptococcus pyogenes dan Micrococcus
dalam air dan pelarut polar lainnya luteus) dan gram negatif (Vibrio cholerae
(Harborne, 1996 dalam Simaremare, dan Shigela dysenteriae) dengan
2014). menggunakan metode sumur, yang
Temuan adanya flavonoid dalam ditandai dengan terbentuknya zona bening
daun tembelekan juga ditemukan oleh di sekitar sumuran. Antibiotik (Penicillin,
Asterina (1994), yang melakukan Ofloxacin, Dosiscyclin dan
pemeriksaan flavonoid pada daun Chloramphenicol) sebagai kontrol positif.
tembelekan, memperoleh adanya senyawa Pengamatan terhadap diameter zona
golongan flavonoid pada daun yang hambat dari masing – masing ekstrak
diekstrak dengan menggunakan etanol dengan pengukuran menggunakan jangka
95%. Golongan flavonoid ini tergolong sorong. Hasil pengukuran zona hambat
senyawa flavonol. bakteri disajikan pada Tabel 2

Tabel 2 Hasil pengkuran zona hambat bakteri gram positif (Streptococcus pyogenes dan
Micrococcus luteus) dan gram negatif (Vibrio cholera dan Shigela dysenteriae)

Diameter Rata-rata Zona Daya Hambat (mm)


Ekstrak
S.pyogenes M. luteus V. chorela S. dysenteriae
n-heksan 8,44 5,55 8,67 4,55
Etil asetat 19,22 12,55 17 6,22
Etanol 20,89 12 18,56 5,33
Penicillin 14,56 - - -
Kontrol Ofloxacin - 21,56 - -
Positif Dosiscylin - - 43,44 -
Chloramphenicol - - - 29,45
Kontrol Negatif (0 ekstrak) - - - -

Ikatami Putri Lestari dkk. 249


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

Pada Tabel 2 memperlihatkan zona hambat terendah (5,33 mm) terdapat


ekstrak n-heksan memberikan daya pada S. dysenteriae. Kandungan ekstrak
hambat terhadap semua bakteri uji. etanol berupa, senyawa alkaloid yaitu
Diameter zona hambat tertinggi (8,67 mm) golongan senyawa basa bernitrogen yang
pada bakteri Vibrio chorela dan zona sebagaian besar berupa heterosiklik dan
hambat terendah (4,55 mm) pada bakteri banyak terdapat pada tanaman,
Shigela dysenteriae. Dengan demikian mekanisme penghambatan pertumbuhan
steroid non polar dalam daun tembelekan bakteri oleh senyawa alkaloid yaitu dengan
bersifat antibakteri. Ekstrak etil asetat yang cara menganggu komponen penyusun
mengandung alkaloid semi polar dan tanin peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
semi polar memberikan zona hambat lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
terhadap semua bakteri uji, meskipun utuh dan menyebabkan kematian sel
diameter zona hambatnya berbeda-beda. tersebut (Robinson, 1995). Ganiswara
Diameter zona hambat tertinggi (19,22 (1995) menyatakan bahwa flavonoid
mm) ditemukan pada bakteri S. pyogenes merupakan jenis senyawa fenol mampu
dan zona hambat terendah (6,22 mm) mengikat senyawa protein dari bakteri
terdapat pada bakteri uji S.dysenteriae. yang selanjutnya mengganggu proses
Kelompok senyawa apa dalam ekstrak etil metabolism bakteri. Mekanisme lebih
asetat yang berperanan sebagai lengkap tentang peran flavonoid sebagai
antibakteri belum dapat ditemukan, perlu antibakteri, yaitu gugus hidroksil pada
pengujian lanjut sebab dalam ekstrak etil struktur fenol senyawa flavonoid
asetat terdapat 2 kelompok senyawa. Jika berinteraksi dengan protein menyebabkan
diasumsikan hanya satu jenis senyawa komponen organic berubah dan transport
yang berperanan sebagai antibakteri, nutrisi terganggu sehingga timbul efek
maka senyawa semi polar dalam daun racun atau toksik pada bakteri (Sabir,
tembelekan memiliki spektrum 2005). Pada senyawa saponin memiliki
penghambatan yang luas terhadap bakteri mekanisme yang berbeda dengan
dibandingkan dengan Penicillin, Ofloxacin, flavonoid, yaitu membentuk ikatan dengan
Dosiscylin dan Chloramphenicol yang kolesterol dari membran sel bakteri
hanya menghambat satu jenis bakteri dari sehingga merusak membran sel dan
4 jenis bakteri yang dicobakan. memberikan efek hemolisis pada sel darah
Ekstrak etanol yang mengandung merah (Faradisa, 2008), sedangkan
senyawa–senyawa polar (alkaloid, senyawa tanin yang terdiri dari campuran
flavonoid saponin dan tanin) juga senyawa polifenol dan dapat juga
memberikan zona hambat terhadap semua tergabung dengan glukosa berperan
bakteri uji. Zona hambat tertinggi (20,89 dalam menghambat pembentukan dinding
mm) ditemukan pada S. pyogenes dan sel bakteri karena memiliki kemampuan

Ikatami Putri Lestari dkk. 250


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

untuk mengganggu sintesis peptidoglikan etanol pada konsentrasi 60-99% masih


pada bakteri (Linggawati et al., 2002). dapat menghambat pertumbuhan gram
Kemampuan antibakteri dari suatu negatif (Ali et al., 2001). n-Heksan tidak
senyawa ditentukan dari zona bening yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap
terbentuk pada media uji, yaitu zona bakteri gram positif dan negatif. Hal ini
hambat >20 mm (sifat antibakteri sangat sesuai dengan hasil penelitian Abhishek et
kuat), 10-20 mm (sifat antibakteri kuat), 5- al. (2013) dan Ekwenchi et al. (2014) yang
10 mm (sifat antibakteri sedang), dan <5 menunjukkan bahwa heksan sebagai
mm (sifat antibakteri lemah) (Davis dan kontrol negatif tidak memiliki aktivitas
Stout, 1971 dalam Arista, 2013). antibakteri terhadap bakteri gram positif
Berdasarkan pernyataan Davis dan Stout dan negatif.
(1971) senyawa antibakteri dalam ekstrak Schlegel (1993) menyatakan bahwa
heksan termasuk antibakteri daya hambat setiap golongan senyawa metabolit
sedang terhadap S.pyogenes, M. luetus sekunder memiliki efek antibakteri yang
dan Vibrio cholerae dan daya hambat berbeda. Perbedaan aktivitas yang terjadi
lemah terhadap S.dysenteriae. Untuk tersebut disebabkan oleh metabolit
senyawa antibakteri dalam ekstrak etil sekunder yang terkandung memiliki efek
aserat termasuk antibakteri daya hambat sinergis yang berbeda tergantung dari sifat
kuat terhadap S. pyogenes, M.luetus dan dan morfologi dari bakteri tersebut. Faktor
V.cholerae dan daya hambat sedang lain yang menyebabkan perbedaan
terhadap S. dysenteriae. Demikian pula diameter zona hambat dari ekstrak
senyawa antibakteri dalam ekstrak etanol tersebut adalah perbedaan senyawa aktif
termasuk daya hambat sangat kuat yang terdapat pada ekstrak. Hal ini sesuai
terhadap S. pyogenes dan daya hambat dengan pendapat Prescott (2005), bahwa
kuat terhadap M. luteus dan V.cholerae, ukuran dari zona hambat dipengaruhi oleh
tetapi daya hambat sedang terhadap S. beberapa hal, seperti tingkat sensitifitas
dysenteriae. dari organisme uji, kecepatan difusi dari
Hasil uji aktivitas antibakteri pelarut senyawa antibakteri dan konsentrasi
etanol menunjukkan dapat menghambat senyawa antibakteri.
pertumbuhan bakteri gram negatif tetapi
KESIMPULAN
tidak dapat menghambat pertumbuhan
Berdasarkan hasil penelitian yang
bakteri gram positif. Hal ini dapat
telah dilakukan, diperoleh bahwa daun
disebabkan oleh tingginya konsentrasi
tembelekan mengandung senyawa
etanol yang digunakan (>98%). Etanol
antibakteri yang bersifat non polar yaitu
absolut memiliki efek bakterisidal yang
steroid, senyawa semi polar yaitu alkaloid
lebih lemah dibandingkan campuran
dan tannin serta senyawa polar yaitu
antara alkohol dan air. Meskipun demikian,

Ikatami Putri Lestari dkk. 251


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Faradisa, M. 2008. Uji Efektifitas


Antimikroba Senyawa Saponin dari
Serta zona hambat tertinggi ekstrak daun
Batang Tanaman Belimbing Wuluh
tembelekan terhadap bakteri gram positif (Averrhoa bilimbi Linn). [Skripsi].
Malang: Fakultas Sains dan
diperoleh dari ekstrak etanol yaitu 20,89
Teknologi. UIN
mm pada bakteri Streptococcus pyogenes.
Fitrial Y., 2009. Analisis Potensi Biji dan
Sedangkan pada bakteri gram negatif yaitu Umbi Teratai (Nymphaea pubescens
Willd) untuk Pangan Fungsional
18,56 mm pada bakteri Vibrio cholera.
Prebiotik dan Antibakteri Escherichia
coli . Enteropatogenik K 1.1. [Tesis].
DAFTAR PUSTAKA Bogor: Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor:
Abhishek, S., Ujwala, P., Shivani, K., dan
Meeta, B. 2013. Antibacterial activity Ganiswara, S.G. 1995 Farmakologi dan
of Tecomella undulata leaves crude Terapi, Edisi 4. Jakarta: Bagian
extracts. International Journal of Farmakologi FKUI.
Biological Sciences. 2(6):60-62.
Handayani, S. 2013. Kandungan Flavonoid
Ali, Y., Dolan, M. J., Fendler, E. J., dan Kulit Batang dan Daun Pohon Api-
Larson, E. L. 2001. Alcohols. Dalam Api (Avicennia marina (Forks) Vierh)
Block, S. S. (ed.). 2001. Disinfection, Sebagai senyawa aktif Antioksidan.
Sterilization, and Preservation. Edisi [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
ke- 5. Lippincott Williams and Bogor.
Wilkins, Philadelphia. Halaman 231
Harborne J B. 1987. Metode Fitokomia :
dan 234.
penuntun cara modern menganalisis
Asterina, R. 1994. Pemeriksaan flavonoid tumbuhan. Penerjemah Kokasih
dan verbaskosid daun Lantana Padmawinata dan Iwang Soediro.
camara L. Verbenaceae. [Skripsi]. Terbitan Kedua. Bandung : Penerbit
Bandung: FMIPA, ITB. ITP. Halaman 47-102, 152-153.
Bhakta D and Ganjewala D. Effect of leaf Harborne J B. 1987. Metode Fitokomia :
positions on total phenolics, penuntun cara modern menganalisis
flavonoids and proanthocyanidins tumbuhan. Ed. II. Diterjemahkan
content and antioxidant activities in oleh Padmawinata K, Sudiro I.
Lantana camara (L). Journal of Bandung: Institut Teknologi
Scientific Research. 1 (2): 363-369. Bandung. 3-15.
Darmawati, S. 2009. Keanekaragaman Harborne, J.B. 1996. Methode Fitokimia
Genetik Salmonella Typhi. Jurnal Penuntun cara Modern Menganalisis
Kesehatan, 2(1) : 28 – 32. Tumbuhan. Bandung: Penerbit
ITB.P.76-153.
Davis, W.W. dan T.R. Stout. 1971. Disc
Plate Methods of Microbiological Iwan Dini, Muharram, Sitti Faika. 2011.
Antibiotic Assay. Microbiology. Potensi ekstrak Tumbuhan
22(4): 659-665. Tembelekan (Lantana camara Linn)
dalam Menghambat Pertumbuhan
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia.
Bakteri Staphylococcus aureus dan
Jakarta: Departemen Kesehatan
Escheria coli). Bionature, 12(1): 21 –
Republik Indonesia.
25.
Ekwenchi, M. M., Oluigbo, J., dan
Lestiani dan Lanny. 2008. Vitamin Larut
Akpuaka, A. 2014. Antibacterial
Air. Jakarta: Universitas Indonesia.
activity of n-hexane extract of
Ocimum gratissimum leaves. IOSR Linggawati A, Muhdarina, Erman, Azman,
Journal of Applied Chemistry, 7(5): dan Midiarty. 2002. Pemanfaatan
6-10. tannin limbah kayu industri kayu

Ikatami Putri Lestari dkk. 252


KOVALEN, 4(3): 244-253, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

lapis untuk modifikasi resin fenol Physicochemical and preliminary


formaldehid. Jurnal Natur Indonesia, phytochemical studies on the
5(1):84-94. Lantana camara (L.) fruits.
International Journal of Pharmacy
Lisnawati, 2014. Aktivitas Antioksidan
and Pharmaceutical Sciences, 3 (1):
Ekstrak Daun Kelor (Moringa
52-54
oliefera L) dari Berbagai Tingkat
Kepolaran Pelarut. [Skripsi]. Palu:
Fmipa Kimia. Universitas Tadulako.
Mardisiswojo, S., dan Radjak
Mangunsudarso, H. 1968. Cabe
puyang warisan nenek moyang
III. P.T. Karya Wreda. Jakarta. 29
halaman. Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT, 2(3).
Naim, R. 2004. Senyawa Antimikroba Dari
Tumbuhan. Bogor: Fkh Dan Sekolah
Pascasarjana Ipb.
Prescott, LM. 2005. Microbiology. New
York: Mc.Grow-Hill.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: K.
Padmawinata. Edisi IV. Bandung:
ITB Press.
Sabir, A. 2005. Aktivitas Antibakteri
Flavonoid Propolis Trigona Sp
Terhadap Bakteri Streptococcus
mutans (in vitro). Maj. Ked. Gigi.
(Dent. J.). 38: 135–41.
Sangi, M.S., L. I. Momuat dan M.
Kumaunang. 2013. Uji Toksisitas
dan Skrining Fitokimia Tepung
Gabah Pelepah Aren (Arange
pinnata). Jurnal Ilmiah Sains,
12(2.): 127-134.
Schlegel, G. Hans. 1993. General
Microbiology. Seventh Edition.
England: Cambridge University
Press.

Sharma, R. 2013. Preliminary


Phytochemical Screening of Lantana
Camara Linn. Sparta Institute of
Technology. Journal, 3(4).
Simaremare, E. S., 2014. Skrining
Fitokimia Ekstrak Etanol Daun
Gatal (Laporteae decumana (Roxb)
Wedd). Pharmachy. 11 (1).
Venkatachalam T, Kumar VK, Selvi PK,
Maske AO, Kumar NS.

Ikatami Putri Lestari dkk. 253

Potrebbero piacerti anche