Sei sulla pagina 1di 14

PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA KEUANGAN

PASCA PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)*

Inosentius Samsul
Peneliti Bidang Hukum Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Setjen DPR RI
Email: ino.samsul@yahoo.com; inosentius.samsul@dpr.go.id.

Abstract
Consumer Protection in Indonesia experienced significant growth after the enacment of Act No. 8 of
1999 on Consumer Protection as umbrella of the consumer protection laws. Act No. 21 of 2011 on
the Financial Services Authority as part of consumer protection laws. This paper aims to analyze the
two problems, the first is relationship of the consumer protection Act No. 8 of 1999 (CP Act) and Act
No. 21 of 2011 concerning the Financial Services Authority (FSA Act). Second, to analyze the vertical
synchronization between the Act No. 21 of 2011 on the Financial Services Authority with the Financial
Services Authority Regulation No.1 Year 2013 on Consumer Protection Financial Services Sector as the
implementation regulation of the FSA Act. Analysis of the first problem is the complementary relationship
between the Act 8 of 1999 and Act No. 21 of 2011. Act No. 21 of 2011 strengthen consumer protection
laws on the financial services sectors. Second, FSA regulation No. 1 of 2013 a detailed set of consumer
protection efforts. But there are still some substances that has not been spelled out in the regulation. There
are some substances of the on the Financial Services Authority Act no further stipulated in the FSA
regulation. Therefore, the important suggestion of this paper is the implementation of some provisions of
the Act No 21 of 2011 should be in line with Act No 8 of 1999 to strengthen consumer protection system
in Indonesia. In addition, the FSA should issue a separate regulation of the legal defense that has not been
accommodated in the FSA Regulation No. 1 of 2013.

Kata kunci: Perlindungan konsumen, jasa keuangan, perlindungan konsumen jasa keuangan,
otoritas jasa keuangan

I. PENDAHULUAN perdagangan bebas melarang negara-negara untuk


Setelah perang dunia II perlindungan menghilangkan hambatan masuknya produk
konsumen menjadi anomali dalam tatanan dari negara lain, sebaliknya untuk kepentingan
akitivitas ekonomi dunia. Kecenderungan yang perlindungan konsumennya, suatu negara
utama adalah melakukan “deregulasi” di bidang boleh mengeluarkan aturan yang substansinya
ekonomi, sebaliknya dalam bidang perlindungan membatasi masuknya produk dari negara lain.3
konsumen justru negara-negara perlu Secara filosofis banyak hal yang perlu
mengeluarkan berbagai produk hukum untuk digali dan dipahami lebih dalam mengenai
melindungi hak-hak konsumen.1 Demikian pula perlindungan terhadap hak-hak konsumen.
dalam kesepakatan perdagangan dunia,2 ketika Pemikiran yang paling diperdebatkan adalah
*
Dikembangkan dari Makalah Seminar yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan Bekerjasama dengan Hukumonline.
com dengan tema “Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Peraturan OJK Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan”. Hari/Tanggal: Kamis, 21 November 2013 Pukul : 09.00 – 13.00 WIB
Tempat: Kridangga Ballroom, Atlet Century Hotel, Senayan-Jakarta.
1
Sinai Deutch. “Are Consumer Rights Human Rights?” OSGOODE Hall Law Journal, VOL. 32 NO. 3 Tahun 1994., h. 539.
2
Jami Solli. A Guide to Developing the Consumer Protection Law”, Consumers International, First Edition, 2011., h.13.
3
Paulee A. Coughlin. “The Movement of Consumer Protection in the European Community: A Vital Link in the Establishment
of Free Trade and A Paradigm for North Amerika”.Indiana International & Comparative Law Review, vol . 5 h. 143.

INOSENTIUS SAMSUL: Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan... 153


apakah hak-hak konsumen merupakan hak asasi harkat dan martabat manusia dan bersifat
manusia?4 Untuk hal ini, ada dua pemikiran individual? Untuk hal ini, ada pengakuan
yang berkembang, yaitu pertama bahwa memang yang cukup kuat bahwa hak-hak konsumen
hak-hak konsumen merupakan perkembangan merupakan hak yang bersifat individual.
(generasi keempat) hak asasi manusia. Konsep Perlindungan hak konsumen, baik diakui
hak asasi manusia, dimana terjadi praktek dan tidak diakui sebagai hak asasi manusia
eksploitasi dari pihak yang kuat kepada pihak dituangkan dalam Undang-Undang dan
yang lemah, dalam hal ini pelaku usaha bentuk peraturan lainnya dalam suatu negara
ditempatkan sebagai kelompok masyarakat yang termasuk di Indonesia. Tonggak sejarah penting
kuat, sedangkan konsumen menjadi pihak yang di Indonesia adalah pada tahun 1999 melalui
lemah yang selalu menjadi sasaran eksploitasi pembentukan Undang-Undang No. 8 Tahun
oleh pelaku usaha dengan produk-produk murah 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU
berkualitas rendah tetapi menguntungkan pihak PK). Namun diakui pula bahwa di luar UU PK
pelaku usaha. Dalam konsep ini, hak asasi terdapat Undang-Undang lain yang substansinya
manusia tidak lagi dilihat secara vertikal antara melindungi konsumen, seperti Undang-Undang
negara dan rakyat, dimana polanya adalah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
negara mengeksploitasi rakyat, sedangkan dalam Keuangan (OJK). Di samping itu, pada level
hubungan pelaku usaha dan konsumen adalah peraturan perundang-undangan yang lebih
dalam pola hubungan yang bersifat horisontal.5 rendah sebagai peraturan pelaksanaan UU PK
Kedua, pemikiran yang masih terus menguji dan UU OJK seperti Peraturan OJK Nomor 1/
validitas pengakuan hak-hak konsumen sebagai POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
hak asasi manusia melalui formulasi hak asasi Sektor Jasa Keuangan (Peraturan OJK).
manusia dengan dua kategori. Pertama, suatu Tulisan ini menguraikan beberapa substansi,
hak dapat diakui sebagai hak asasi manusia yaitu pertama, kerangka pemikiran hukum
apabila secara formil sudah diakui oleh perlindungan konsumen dalam perspektif
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui hubungan antara UUPK dan UU OJK. Kedua,
Konvensi yang dikeluarkan oleh lembaga uraian mengenai sinkronisasi Peraturan OJK
tersebut. Perkembangan dalam persyaratan sebagai peraturan pelaksanaan UU OJK. Uraian
ini baru sampai pada tahap pedoman tentang ini penting, sebab Peraturan OJK merupakan
hak-hak konsumen yang dituangkan dalam amanat dalam UU OJK untuk mengatur lebih
United Nation Guidelines on Consumer Protection rinci dan operasional ketentuan-ketentuan
(UNGCP). Sedangkan aspek kedua adalah dalam UU OJK.
berkaitan dengan karakteristik dari hak itu
sendiri apakah hak tersebut berkaitan dengan II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Perlindungan Konsumen
4
Jami Solli. A Guide to Developing the Consumer Protection Pasal 1 angka (1) UU PK menyatakan bahwa
Law. h. 9.
perlindungan konsumen adalah segala upaya
5
Jimly Asshiddiqie, “Dimensi Konseptual dan Prosedural
Pemajuan Hak Asasi Manusia Dewasa ini, Perkembangan yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
ke Arah Pengertian Hak Asasi Manusia Generasi memberi perlindungan kepada konsumen.
Keempat”, Paper Diskusi Terbatas tentang Perkembangan Penulis berpendapat upaya yang dimaksudkan
Pemikiran mengenai Hak Asasi Manusia, Institute for
untuk menjamin kepastian hukum dimaknai
Democracy and Human Rights, (Jakarta: The Habibie
Center, 2000), h. 12. Dasar pemikiran adanya generasi sebagai upaya dalam membentuk peraturan
keempat hak-hak asasi manusia adalah bahwa untuk perundang-undangan atau melakukan intervensi
masa yang akan datang konsep hak asasi manusia tidak terhadap mekanisme pasar.
saja dalam konteks hubungan vertikal antara rakyat dan
Hal ini didasarkan pada pola perkembangan
negara, tetapi dalam hubungan horisontal, sesama warga
masyarakat, dalam hal ini antara konsumen dan produsen, pembangunan suatu bangsa, ketika suatu bangsa
karena praktek eksploitasi tidak saja dalam hubungan memasuki tahap negara kesejahteraan (welfare
vertikal tetapi juga dalam hubungan horisontal.

154 NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 2, November 2013


state)6 tuntutan terhadap intervensi pemerintah Selanjutnya Pasal 8 mengaturnya sebagai
melalui pembentukan hukum yang melindungi berikut:
pihak yang lemah sangatlah kuat.7 Pada periode 1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain
ini negara mulai memperhatikan antara lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
kepentingan tenaga kerja, konsumen, usaha (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
kecil dan lingkungan hidup.8 Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Di Indonesia, intervensi Pemerintah melalui Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
hukum perlindunggan konsumen melahirkan Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
kerangka hukum perlindungan konsumen sesuai Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial,
dengan jenis dan hierakhie peraturan perundang- Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau
undangan yang diakui dalam Undang-Undang komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah
Peraturan Perundang-Undangan (UUPPP) yaitu: Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 7: Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan
1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang- Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/
undangan terdiri atas: Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik 2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
Indonesia Tahun 1945; dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Pengganti Undang-Undang; Perundang-undangan yang lebih tinggi atau
d. Peraturan Pemerintah; dibentuk berdasarkan kewenangan.
e. Peraturan Presiden; Mengacu kepada jenis dan hierarkhie
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan peraturan perundang-undangan dalam Pasal
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. 7 dan Pasal 8 UU PPP, maka kerangka hukum
2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang- perlindungan konsumen dapat ditelusuri mulai dari
undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
dimaksud pada ayat (1). Tahun 1945 (UUD 1945) sampai dengan peraturan

6
Organski, A.F.K. The Stages of Political Development. The daerah kabupaten kota serta peraturan perundang-
University of Michigan. Disunting dan alih bahasa oleh undangan yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga
A.Amran Tasai: Tahap-Tahap Pembangunan Politik.
pemerintah, termasuk kementerian tertentu.
Akademi Pressindo, Jakarta, Cetakan kedua: 2010., h. 222.
7
Erman Rajagukguk, “Peranan Hukum di Indonesia: Relevansi secara substantif UUD 1945
Menjaga Persatuan, Memulihkan Ekonomi dan dengan persoalan perlindungan konsumen
Memperluas Kesejahteraan Sosial,” Pidato Disampaikan sejalan dengan pemikiran bahwa UUD 1945,
dalam rangka Dies Natalis dan Peringatan Tahun Emas
di samping sebagai konstitusi politik juga
Universitas Indonesia (1950-2000), Kampus UI-Depok, 5
Pebruari 2000 (Jakarta: Feburari 2000), h. 14. Morton J. disebut konstitusi ekonomi, yaitu konstitusi
Horwitz, The Transformation of American Law 1780-1860 yang mengandung ide negara kesejahteraan
(Cambrige: Harvard University Press, 1977), h. 253-254. yang tumbuh berkembang karena pengaruh

8
Dalam sejarah pertumbuhan hukum perlindungan konsumen,
sosialisme sejak abad 19.9 Beberapa ketentuan
masalah-masalah tenaga kerja, usaha kecil dan perlindungan
lingkungan hidup merupakan bagian dari “ruang lingkup yang menjadi landasan pengaturan perlindungan
pengertian konsumen”. Karen S. Fishman, An Overview of
Consumer Law, dalam Donald P. Rothschild & David W. 9
Jimlly Asshiddiqie, Undang-undang Dasar 1945: konstitusi
Carroll, Consumer Protection Reporting Service, Volume One negara Kesejahteraan dan Realitas Masa Depan, Pidato
(Maryland: National Law Publishing Corporation, 1986), pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Madya (Jakarta:
h. 7-9. Sebenarnya sistem hukum perlindungan konsumen Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998), h. 1-2.
juga demikian, terbukti dari pencantuman beberapa Konsep Negara Kesejahteraan ini dinamakan oleh
undang-undang terkait, termasuk Undang-undang di bidang Mohammad Hatta sebagai konsep Negara “pengurus”.
ketenagakerjaan dan lingkungan hidup dalam Penjelasan Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang-undang
Umum Undang-undang Perlindungan Konsumen. Dasar 1945 (Jakarta: Jajasan Prapantja, 1960), h. 298.

INOSENTIUS SAMSUL: Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan... 155


konsumen dalam UUD 1945 yaitu Pasal 27 ayat B. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
(2)10 dan Pasal 3311. OJK adalah lembaga yang independen dan
UU PK merupakan payung dari semua bebas dari campur tangan pihak lain, yang
peraturan perundang-undangan yang terkait mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
perlindungan konsumen. Penjelasan Umum pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
UU PK menyatakan: ”Disamping itu, Undang- penyidikan.14 Dalam perspektif perkembangan
undang tentang Perlindungan Konsumen pada kegiatan bisnis sektor jasa keuangan, pembentukan
dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari OJK didasarkan pada beberapa persoalan, yaitu:
hukum yang mengatur tentang perlindungan Pertama, terjadinya konglomerasi bisnis melalui
konsumen, sebab sampai pada terbentuknya Undang- keterkaitan bisnis sektor keuangan seperti bank,
undang tentang Perlindungan Konsumen ini telah perusahaan sekuritas, asuransi, pembiayaan.
ada beberapa undang-undang yang materinya Kedua, tumbuhnya beranekaragam produk
melindungi kepentingan konsumen”.12 Oleh karena jasa keuangan seperti bancassurance, unitlink,
itu, dalam penjelasan umum disebutkan 23 (dua pemasaran produk investasi melalui bank.
puluh tiga) Undang-Undang yang substansinya Ketiga, perbedaan standar pengaturan oleh Bank
melindungi kepentingan konsumen. UU PK Indonesia dan Bappepam-LK.15
juga mengakui Undang-Undang lain yang akan Lembaga ini dibentuk dengan tujuan agar
muncul kemudian sebagai bagian dari hukum keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
perlindungan konsumen. UU OJK merupakan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan
salah satu contoh Undang-Undang yang lahir akuntabel; mampu mewujudkan sistem keuangan
12 tahun setelah UU PK yang akan memperkuat yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
sistem hukum perlindungan konsumen. mampu melindungi kepentingan konsumen dan
Kerangka hukum perlindungan konsumen, masyarakat.16 OJK berfungsi menyelenggarakan
tidak saja pada level Undang-Undang seperti sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
UU PK dan UU OJK, namun terdapat juga terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
peraturan perundang-undangan level di keuangan,17 yang meliputi sektor Perbankan; Pasar
bawahnya sebagai peraturan pelaksanaan dari Modal; dan jasa keuangan di sektor Perasuransian,
masing-masing Undang-Undang.13 Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.18 Tugas

10
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945: “Tiap-tiap warga negara berhak pengaturan dan pengawasan sektor perbankan
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. meliputi kewenangan pengaturan dan pengawasan

11
Pasal 33 UUD 1945: “(1) perekonomian disusun sebagai usaha mengenai kelembagaan bank dan kegiatan usaha
bersama berdas atas asaaas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang
bank.
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah Nomor
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh 59 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
negara dan dipergunakan untuk sebesanr-besar kemakmuran Masyarakat. Pada tingkat Peraturan Presiden terdapat
rakyat.” Relevansi dari Pasal 33 UUD 1945 adalah berkaitan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2001 tentang
dengan konsep pembangunan ekonomi yang berorientasi pada Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
peningkatan kemakmuran rakyat, baik melalui proses produksi 14
Pasal 1 angka (1) UU OJK.
yang dikuasai negara maupun oleh swasta. Pasal 33 UUD 15
Sri Wahyu Widodo K. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
1945, ditempatkan dalam Bab XIV tentang Kesejahteraan Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sosial, oleh karena itu, maka fokusnya adalah pada masalah Jasa Keuangan. Implikasi Hukum Penerbitan Peraturan
kesejahteraan sosial, sendangkan mengenai penguasaan OJK Nomor 1 Tahun 2013 terhadap Penyelenggaraan
oleh Negara atau swasta, termasuk privatisasi merupakan Perlindungan Konsumen oleh Industri Jasa Keuangan di
instrument atau alat untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Indonesia, Materi Presentasi Seminar, Penegakan Hukum

12
Lihat Penjelasan Umum UU PK. Perlindungan Konsumen Pasca Undang-Undang Otoritas

13
Beberapa peraturan perundang-undangan yang dimaksud Jasa Keuangan (OJK) dan Peraturan OJK Nomor 1 Tahun
antara lain pada tingkat Peraturan Pemerintah adalah 2013, Jakarta, 21 November 2013.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan 16
Pasal 4 UU OJK.
Perlindungan Konsumen Nasional, Peraturan Pemerintah 17
Pasal 5 UU OJK.
Nomor 58 tentang Pembinaan, Pengawasan, Penyelenggaraan 18
Pasal 6 UU OJK.

156 NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 2, November 2013


Pengaturan mengenai kelembagaan bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
meliputi: perizinan untuk pendirian bank, undangan di sektor jasa keuangan.20
pembukaan kantor bank, anggaran dasar, Sedangkan kewenangan OJK di bidang
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan pengawasan: a. menetapkan kebijakan operasional
dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha b. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan
bank. Sedangkan kegiatan usaha bank, antara yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c.
lain sumber dana, penyediaan dana, produk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. perlindungan Konsumen, dan tindakan lain
Di samping pengaturan mengenai kelembagaan terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau
dan kegiatan usaha bank, kewenangan lainnya penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
adalah pengaturan dan pengawasan mengenai dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
kesehatan bank yang meliputi: (1) likuiditas, di sektor jasa keuangan; d. memberikan perintah
rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/atau
kecukupan modal minimum, batas maksimum pihak tertentu; e. melakukan penunjukan pengelola
pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap statuter; f. menetapkan penggunaan pengelola
simpanan, dan pencadangan bank; (2) laporan statuter; g. menetapkan sanksi administratif
bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
bank; (3) sistem informasi debitur; (4) pengujian terhadap peraturan perundang-undangan di sektor
kredit (credit testing); dan (5) standar akuntansi jasa keuangan; dan h. memberikan dan/atau
bank.19 mencabut: 1. izin usaha; 2. izin orang perseorangan;
OJK juga memiliki kewenangan pengaturan 3. efektifnya pernyataan pendaftaran; 4. surat tanda
dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian terdaftar; 5. persetujuan melakukan kegiatan usaha;
bank yang meliputi: (1) manajemen risiko; (2) 6. pengesahan; 7. persetujuan atau penetapan
tata kelola bank; (3) prinsip mengenal nasabah pembubaran; dan 8. penetapan lain, sebagaimana
dan anti pencucian uang; dan (4) pencegahan dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; di sektor jasa keuangan.21
dan d. pemeriksaan bank. Dengan melihat kewenangan pengaturan
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan yang dimiliki OJK, maka
di bidang jasa keuangan, OJK mempunyai OJK merupakan suatu lembaga yang memiliki
wewenang: a. menetapkan peraturan pelaksanaan kewenangan yang sangat berpengaruh terhadap
Undang-Undang OJK; b. menetapkan peraturan penyelenggaraan jasa keuangan. OJK menjadi
perundang-undangan di sektor jasa keuangan; c. lembaga yang sangat “powerfull”.
menetapkan peraturan dan keputusan OJK; d. OJK telah mengambil alih peran strategis Bank
menetapkan peraturan mengenai pengawasan di Indonesia di bidang pengawasan bank. Kualitas
sektor jasa keuangan; e. menetapkan kebijakan penyelenggaraan jasa keuangan di Indonesia ke
mengenai pelaksanaan tugas OJK; f. menetapkan depan sangat ditentukan oleh kinerja OJK.
peraturan mengenai tata cara penetapan perintah Kewenangan mengatur dan mengawasi Bank
tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan oleh OJK sebelumnya menjadi bagian dari tugas
dan pihak tertentu; g. menetapkan peraturan dan wewenang Bank Indonesia berdasarkan
mengenai tata cara penetapan pengelola statuter Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
pada Lembaga Jasa Keuangan; h. menetapkan Bank Indonesia.22 Namun dalam Undang-
struktur organisasi dan infrastruktur, serta
mengelola, memelihara, dan menatausahakan 20
Pasal 8 UU OJK.
21
Pasal 9 UU OJK.
kekayaan dan kewajiban; dan i. menetapkan 22
Lihat ketentuan Bab VI Undang-Undang No. 23 Tahun
peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi 1999 tentang Bank Indonesia ( UU BI) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004
19
Pasal 7 UU OJK. dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009.

INOSENTIUS SAMSUL: Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan... 157


Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Demikian pula dalam kasus bail out Bank
Indonesia tersebut dinyatakan pula dalam Pasal Century pada tahun 2008 diduga karena adanya
34 bahwa tugas mengawasi Bank akan dilakukan kolusi antara pemilik bank dengan pejabat
oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan Bank Indonesia serta pemerintah. Kasus bail out
yang independen, dan dibentuk dengan Undang- Bank Century ditanggapi oleh DPR RI dengan
Undang. Pembentukan lembaga pengawasan membentuk Panitia Angket Bank Century. Pada
sektor jasa keuangan yang independen tersebut akhirnya, sidang paripurna DPR-RI memutuskan
dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 31 hasil kerja Panitia Angket Bank Century bahwa
Desember 2002. Sepanjang lembaga pengawasan kebijakan bail out kepada Bank Century diduga
yang dimaksud belum dibentuk, tugas pengaturan melanggar peraturan dan ketentuan perundang-
dan pengawasan bank dilaksanakan oleh Bank undangan. Telah terjadi penyalahgunaan
Indonesia.23 Sementara untuk pengawasan wewenang yang menyebabkan terjadinya dugaan
terhadap penyelenggaraan jasa non bank tindak pidana, berupa tindak pidana umum,
dilaksanakan oleh Badan Pengawas Pasar Modal- tindak pidana perbankan, tindak pidana
Lembaga Keuangan Non Bank Kementerian pencucian uang serta tindak pidana korupsi.27
Keuangan Republik Indonesia. Untuk menindaklanjuti rekomendasi
Gagasan pembentukan OJK dipicu oleh krisis Dewan dalam penanganan kasus Bank Century
keuangan yang melanda Indonesia pada tahun dibentuk Tim Pengawas berdasarkan Keputusan
1990-an. Pembentukan lembaga pengawasan Pimpinan DPR RI No. 17/PIMP/III/2009-2010
sektor finansial ini sebenarnya masuk dalam salah tentang Pembentukan Tim Pengawas Dewan
satu poin Letter of Intend (LOI) antara pemerintah Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap
dan IMF sebagai salah satu persyaratan bagi Tindak Lanjut Rekomendasi Panitia Angket
pemerintah mendapatkan pinjaman pada saat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
krisis ekonomi medio 1997-1998 silam.24 tentang Pengusutan Kasus Bank Century.
Krisis yang mengakibatkan 16 (enam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada
belas) bank dilikuidasi dan dikucurkannya dana Tim Pengawas adanya perbuatan melawan
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) hukum/penyalahgunaan wewenang dalam kasus
kepada sejumlah bank disebabkan oleh lemahnya FPJP dan penetapan Bank Century sebagai bank
pengawasan yang dilakukan oleh pihak Bank gagal berdampak sistemik.28 Sehingga beberapa
Indonesia.25 dan praktek kolusi yang dilakukan orang telah ditetapkan sebagai tersangka, yaitu
oleh oknum pengawasan Bank Indonesia dengan Budi Mulia dan Siti Fajriyah.
bank yang diawasi.26 Pengucuran BLBI yang Kasus-kasus di atas merupakan contoh
merugikan keuangan negara diduga karena lemahnya pengawasan Bank Indonesia terhadap
praktek kolusi antara pejabat Bank Indonesia penyelenggaraan perbankan nasional. Bahkan
dengan pemilik bank yang mendapat dana BLBI. terdapat kasus lain selain kasus nasabah PT
Antaboga Delta Securitas yang merugikan
23
Pasal 35 UU BI.
konsumen, yaitu penggelapan dana prioritas
24
Rijanta Triwahjana R. “Otoritas Jasa Keuangan”. Harian
Republika, Senin, 04 Februari 2008. Lebih lanjut Rijanta Citibank oleh oleh senior relationship managernya,
menyatakan bahwa perjuangan yang cekup lama untuk konspirasi kecurangan deposito milik PT Elnusa
membentuk lembaga pengawas di luar Bank Indonesia, antara Direktur Keuangan PT Elnusa dengan
karena Bank Indonesia belum siap melepaskan fungsi
Kepala Cabang Bank Mega Jababeka29 dan
pengawasan yang dimiliki Bank Indonesia, sebab fungsi
pengawasan menjadi tugas strategis bagi Bank Indonesia.
Namun pada sisi lain, fungsi pengawasan ini yang menjadi 27
Keputusan DPR RI Nomor: 06/DPR RI/II/2009-2010
pemicu dari banyaknya kasus di bidang perbankan. tentang Kesimpulan dan Rekomendasi Panitia Angket
25
Hesti D. Lestari. Otoritas Jasa Keuangan: Sistem Baru Kasus Bank Century.
Dalam Pengaturan dan Pengawasan Jasa Keuangan. Jurnal
28
Tim Pengawas Kasus Bank Century DPR RI, Laporan Akhir
Dinamika Hukum. Vol. 2 Nomor 3.h., 563. Tahun 2013., Sekretariat Jenderal DPR RI, Jakarta, 2013., h. 55.
26
Agus Budianto dalam Hesti D. Lestari Otoritas Jasa 29
Zulkarnain Sitompul dalam Hesti D. Lestari. Otoritas Jasa
Keuangan, h. 563. Keuangan, h.563.

158 NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 2, November 2013


tewasnya nasabah kartu kredit Citibank yang III. PEMBAHASAN
ditembak oleh Debt-Collector yang disewa oleh A. Hubungan UU PK dan UU OJK Dalam
Citibank.30 Penyimpangan yang menyebabkan Perspektif Perlindungan Konsumen
timbulnya kasus bail out dana Bank Century UU OJK bukanlah Undang-Undang
melibatkan Komite Stabilitas Sistem Kuangan tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan
(KSSK) yang kemudian digantikan oleh OJK konsumen merupakan salah satu tujuan dari
khusus dalam upaya pencegahan dan penangan UU OJK, oleh karena itu hubungan antara
krisis keuangan. Setelah OJK terbentuk UU PK dan UU OJK haruslah dilihat dalam
lembaga yang bertugas menjaga stabilitas perspektif perlindungan konsumen. Secara
sistem keuangan yang menggantikan KSSK koseptual, instrumen hukum perlindungan
adalah Forum Koordinasi Stabilitas Sistem konsumen dirumuskan untuk melindungi hak-
Keuangan dengan anggota terdiri atas: a. hak konsumen, yaitu:
Menteri Keuangan selaku anggota merangkap 1. hak atas kenyamanan, keamanan dan
koordinator; b. Gubernur Bank Indonesia keselamatan dalam mengkonsumsi barang
selaku anggota; c. Ketua Dewan Komisioner dan/atau jasa;
OJK selaku anggota; dan d. Ketua Dewan 2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa
Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan serta mendapatkan barang dan/atau jasa
selaku anggota.31 tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
Otoritas Jasa Keuangan menyiapkan dua kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
program strategis perlindungan konsumen 3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan
secara massif dan komprehensif. Program itu jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
bertujuan untuk melindungi kepentingan dan/atau jasa;
konsumen dan masyarakat dalam mendukung 4. hak untuk didengar pendapat dan
pertumbuhan industri jasa keuangan. Dua keluhannya atas barang dan / atau jasa yang
program strategis itu adalah Pembentukan Sistem digunakan;
Pelayanan Konsumen Keuangan Terintegrasi 5. hak untuk mendapatkan advokasi,
(Financial Customer Care/FCC) dan Cetak Biru perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
Program Literasi Keuangan Nasional. Program perlindungan konsumen secara patut;
FCC menjadi prioritas guna meningkatkan 6. hak untuk mendapat pembinaan dan
ketersediaan informasi bagi masyarakat dan pendidikan konsumen;
pelayanan pengaduan konsumen keuangan 7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara
sesuai dengan kewenangan OJK.32 Salah satu benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
fungsi penting OJK adalah “Fungsi edukasi 8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti
dan perlindungan konsumen merupakan pilar rugi dan/atau penggantian, apabila barang
penting dalam sektor jasa keuangan. Edukasi dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
yang bersifat preventif dibutuhkan sebagai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
langkah awal untuk memberikan pemahaman mestinya;
yang lebih baik kepada konsumen.33 9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya.34
Dalam konteks sistem hukum perlindungan
30
Agus Budianto dalam Hesti D. Lestari: Otoritas Jasa konsumen, rumusan hak yang ke-9 menjadi
Keuangan., h. 563. sangat penting, sebab rumusan angka 9 itulah
31
Pasal 44 ayat (1) UU OJK.
yang menjadi dasar hubungan antara UU PK
32
“OJK Siapkan Dua Program Perlindungan Konsumen”,
http://www.tempo.co., Selasa, 03 September 2013. dengan UU OJK. Artinya, selain 8 (delapan)
Diunduh 26 Januari 2014. hak yang disebutkan masih terdapat hak-hak
33
“Pentingnya Perlindungan Konsumen Dalam Sektor lainnya yang diatur dalam Undang-Undang
Keuangan”, http://nasional.news.viva.co.id/news/read/4
53909. Diunduh 26 Januari 2014. 34
Pasal 4 UU PK.

INOSENTIUS SAMSUL: Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan... 159


sektoral seperti UU OJK untuk konsumen jasa Dengan pencantuman dalam ketentuan
keuangan. umum, maka masalah konsumen merupakan
Penjelasan Umum UU PK yang masalah penting dalam UU OJK. Di samping itu,
menyebutkan 23 (dua puluh tiga) Undang- UU OJK memberikan pengertian yang luas dan
Undang yang ada termasuk Undang-Undang di umum terhadap konsumen. Pengertian konsumen
bidang jasa keuangan diakui memiliki substansi dalam UU OJK tidak membatasi pengertian
perlindungan konsumen. Namun UU OJK konsumen dalam individu saja dan pemodal di
yang lahir jauh setelah terbentukannya UU Pasar Modal diakui sebagai konsumen.37
PK memiliki kualitas yang lebih dibandingkan Perlindungan konsumen dalam UU OJK
dengan Undang-Undang lainnya, sebab UU mencakup perlindungan konsumen yang lebih
OJK merupakan satu-satunya Undang-Undang kompleks dan lengkap. Dengan cakupan yang
di luar UU PK yang secara sistematis dan khusus semakin luas ini, maka jangkauan tugas dan
mengatur mengenai perlindungan konsumen wewenang serta tanggungjawab perlindungan
dalam satu bab tersendiri dengan judul tentang konsumen OJK juga semakin luas di bidang jasa
perlindungan konsumen dan masyarakat.35 keuangan. Melalui UU OJK dibentuk lembaga
Spirit perlindungan konsumen dalam UU OJK dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
OJK, sesungguhnya tidak saja terletak dalam dalam sektor jasa keuangan mampu melindungi
satu bab itu, tetapi terdapat beberapa ketentuan kepentingan Konsumen dan masyarakat.38
pada bagian lain yang dapat dimaknai sebagai 3. Wewenang OJK
bentuk perlindungan konsumen, yaitu: Untuk melaksanakan tugas pengawasan
1. Ketentuan Menimbang huruf a. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK
“Untuk mewujudkan perekonomian nasional mempunyai wewenang melakukan pengawasan,
yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen,
stabil, diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan,
keuangan yang terselenggara secara teratur, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa
adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh perundang-undangan di sektor jasa keuangan.39
secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu Kewenangan tersebut di atas diperkuat
melindungi kepentingan konsumen dan dengan kewenangan untuk menetapkan sanksi
masyarakat;” Frase terakhir yaitu melindungi administratif terhadap pihak yang melakukan
kepentingan konsumen dan masyarakat pelanggaran terhadap peraturan perundangan-
merupakan argumentasi yang kuat bagi adanya undangan di sektor jasa keuangan.40 Memberikan
beberapa ketentuan perlindungan konsumen dan/atau mencabut: izin usaha; izin perorangan;
dalam pasal-pasal selanjutnya dari UU OJK. efektifnya pernyataan pendaftaran; surat tanda
2. Pengertian Konsumen: Pasal 1 angka 15 terdaftar; persetujuan melakukan kegiatan
UU OJK. usaha; pengesahan; persetujuan atau penetapan
“Konsumen adalah pihak-pihak yang pembubaran; dan penetapan lain, sebagaimana
menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa di sektor jasa keuangan.41 Kewenangan di atas,
Keuangan antara lain nasabah pada Perbankan,
pemodal di Pasar Modal, pemegang polis pada 37
David L. Tobing. OJK Selaku Pelindung Konsumen
Perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, dan Pelaku Usaha.Paper Seminar, Penegakan Hukum
Perlindungan Konsumen Pasca Undang-Undang Otoritas
berdasarkan peraturan perundang-undangan di
Jasa Keuangan (OJK) dan Peraturan OJK Nomor 1 Tahun
sektor jasa keuangan.”36 2013, Jakarta, 21 November 2013., h. 1.
38
Pasal 4 huruf c UU OJK.
39
Pasal 9 huruf c UU OJK.
35
Bab VI Pasal 28-31 UU OJK. 40
Pasal 9 huruf g UU OJK.
36
Pasal 1 angkat 15 UU OJK. 41
Pasal 9 huruf h UU OJK.

160 NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 2, November 2013


jelas memberikan peran dan pengaruh yang besar Konsumen yang dirugikan oleh pelaku
bagi OJK dalam kegiatan jasa sektor keuangan usaha sektor jasa keuangan dimaksud;
termasuk upaya penegakan hukum perlindungan b. mengajukan gugatan:
konsumen jasa keuangan. 1) untuk memperoleh kembali harta
4. Upaya Perlindungan Konsumen kekayaan milik pihak yang dirugikan
UU OJK mengatur mengenai perlindungan dari pihak yang menyebabkan
Konsumen dan masyarakat, yaitu OJK berwenang kerugian, baik yang berada di bawah
melakukan tindakan pencegahan kerugian penguasaan pihak yang menyebabkan
konsumen dan masyarakat, yang meliputi: kerugian dimaksud maupun di bawah
a. memberikan informasi dan edukasi kepada penguasaan pihak lain dengan itikad
masyarakat atas karakteristik sektor jasa tidak baik; dan/atau
keuangan, layanan, dan produknya; 2) untuk memperoleh ganti kerugian dari
b. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk pihak yang menyebabkan kerugian
menghentikan kegiatannya apabila kegiatan pada Konsumen dan/atau Lembaga
tersebut berpotensi merugikan masyarakat; Jasa Keuangan sebagai akibat dari
dan pelanggaran atas peraturan perundang-
c. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai undangan di sektor jasa keuangan.
dengan ketentuan peraturan perundang- Dilihat dari rumusan perlindungan konsumen
undangan di sektor jasa keuangan.42 yang tertuang dalam UU OJK, maka peran OJK
5. Pelayanan Pengaduan Konsumen dalam sistem hukum perlindungan konsumen
Di samping upaya pencegahan pelanggaran tidak terbatas menfasilitasi perlindungan
ketentuan dalam UU OJK, terdapat beberapa konsumen, yang menampung dan menjadi
instrumen untuk pelayanan pengaduan lembaga mediasi, tetapi juga menjadi lembaga
Konsumen atas pelanggaran yang dilakukan yang melakukan keberpihakan kepada konsumen
oleh pelaku usaha, yang meliputi: dalam bentuk kegiatan pembelaan hukum. Di
a. menyiapkan perangkat yang memadai samping itu, bentuk-bentuk perlindungan yang
untuk pelayanan pengaduan Konsumen dilakukan OJK meliputi perlindungan dalam arti
yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa upaya pencegahan terjadinya pelanggaran dan
Keuangan; pemulihan hak-hak konsumen apabila terjadi
b. membuat mekanisme pengaduan Konsumen kerugian yang dialami konsumen.
yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa
Keuangan; dan B. Sinkronisasi Perlindungan Konsumen
c. memfasilitasi penyelesaian pengaduan Dalam Peraturan OJK, UUPK dan UU
Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di OJK
Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan Dalam sistem peraturan perundang-undangan
peraturan perundang-undangan di sektor nasional sesuai dengan UU PPP, Peraturan
jasa keuangan.43 OJK merupakan salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan yang berada pada jalur
6. Pembelaan Hukum hirarki fungsional yang diakui dalam Pasal 8 UU
OJK memiliki 2 (dua) kewengan dalam PPP.44 Dengan demikian, keberadaan Peraturan
yang termasuk dalam pembelaan hukum bagi
konsumen, yaitu: 44
UU PPP mengenal 2 (dua) jenis hierarki peraturan
a. memerintahkan atau melakukan tindakan perundang-undanngan, yaitu hierarki struktural yang dianut
dalam Pasal 7 dan hirarki fungsional dalam Pasal 8 UU No.
tertentu kepada pelaku usaha sektor jasa
12 Tahun 2011. Kekuatan mengikat dari masing-masing
keuangan untuk menyelesaikan pengaduan jenis peraturan perundang-undangan tersebut sama, baik
yang terdapat dalam Pasal 7 maupun yang terdapat dalam
42
Pasal 28 UU OJK. Pasal 8, sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
43
Pasal 29 UU OJK. Undangan yang lebih tinggi.

INOSENTIUS SAMSUL: Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan... 161


OJK memiliki landasan hukum yang kuat sesuai seimbang dan adil), serta hak konsumen setelah
dengan perintah Pasal 31 UU PPP. Persoalan lain tranksaksi seperti kewajiban untuk membayar
adalah dari sisi substansi pengaturan. Analisis ganti kerugian atau fasilitasi penyelesaian
terhadap sinkronisasi Peraturan OJK dari aspek pengaduan konsumen jasa keuangan. Adapun
teknis perundang-undangan. analisis terhadap beberapa ketentuan teknis dan
Peraturan OJK mengatur beberapa substansi substansi Peraturan OJK adalah sebagai berikut.
penting mulai dari pengertian perlindungan 1. Waktu berlaku Peraturan OJK.
konsumen itu sendiri yang didefenisikan sebagai Ketentuan waktu mulai berlakunya
perlindungan terhadap konsumen dengan suatu peraturan perundang-undangan
cakupan perilaku pelaku usaha jasa keuangan.45 memiliki implikasi hukum dan kebijakan.
Dibandingkan dengan rumusan perlindungan Dalam peraturan OJK Nomor 1 Tahun 2013
konsumen dalam UU PK,46 maka jelas rumusan dinyatakan berlaku 1 (satu) tahun terhitung
perlindungan konsumen dalam Peraturan OJK sejak tanggal diundangkan.52 Peraturan OJK
lebih difokuskan kepada perlindungan konsumen ini diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2013.
yang obyeknya adalah perilaku pelaku usaha Artinya akan berlaku mulai tanggal 6 Agustus
bidang jasa keuangan. Tahun 2014. Rumusan Pasal 57 berimplikasi
Ketentuan perlindungan konsumen dalam pada beberapa aspek dalam Peraturan ini, yaitu
Peraturan OJK dimulai dengan kewajiban- misalnya Pasal 14 ayat (4) OJK dalam satu tahun
kewajiban pelaku usaha jasa keuangan,47 fasilitasi ini perlu membuat Surat Edaran mengenai
pengaduan konsumen dan pemberian fasilitas Laporan Rencana Penyelenggaraan edukasi
penyelesaian pengaduan oleh OJK,48 pengendalian yang dilaksanakan oleh Pelaku Usaha Jasa
internal,49 pengawasan perlindungan konsumen Keuangan. Demikian pula terkait ketentuan
jasa keuangan,50 dan Sanksi.51 Pasal 54 mengenai kewajiban menyesuaikan
Inti dari substansi-substansi kewajiban dengan ketentuan Pasal 22 mengenai perjanjian
pelaku usaha dalam Peraturan OJK sesungguhnya baku. Hal ini penting dikemukakan mengingat
memiliki relevansinya dengan perlindungan hak- salah satu kelemahan legislasi selama ini adalah
hak konsumen dalam UU PK, baik hak yang tindak lanjut penyusunan dan penyesuaian
sebelum transaksi (hak atas informasi dan edukasi) yang lalai dilakukan, sehingga sistem penegakan
hak pada saat terjadi transaksi (perjanjian yang hukumnya akan bermasalah, dan berhenti pada
norma di atas kertas.
45
Pasal 1 angka 3 Peraturan OJK.
2. Penormaan Peraturan OJK.
46
Pasal 1 angka 1 UU PK “Perlindungan konsumen adalah
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk Dari 54 Pasal, terdapat tidak kurang dari 40
memberi perlindungan kepada konsumen”. Pasal yang dirumuskan dengan menggunakan
47
Bab II Peraturan OJK. yaitu: kewajiban terkait dengan kata wajib53 dan 6 (enam) pasal yang
informasi yang jujur, akurat, jelas, dan tidak menyesatkan
menggunakan kata “dilarang”. Penggunaan
dan terkini dan mudah diakses tentang produk dan/atau
layanan, informasi tentang penerimaan, penundaan atau dua pilihan kata ini berimplikasi pada sanksi
penolakan permohonan produk dan/atau layanan Kewajiban atas pelanggaran terhadap rumusan yang
yang terkait dengan penggunaan istilah, frasa, dan/atau menggunakan kata wajib dan kata larangan54
kalimat yang sederhana dalam bahasa Indonesia yang mudah
Lazimnya, “wajib” dikaitkan dengan sanksi
dimengerti oleh konsumen dalam setiap dokumen yang
terkait dengan produk. Kewajiban lain dalam Peraturan OJK
adalah menyusun dan menyediakan ringkasan informasi, 52
Pasal 57 UU Peraturan OJK.
kewajiban memberikan pemahaman kepada konsumen 53
Untuk menyatakan adanya suatu kewajiban yang telah
mengenai hak dan kewajiban konsumen, kewajiban yang ditetapkan, gunakan kata wajib. Jika kewajiban tersebut
terkait dengan keseimbangan, keadilan, dan kewajaran tidak dipenuhi, yang bersangkutan dijatuhi sanksi (
dalam pembuatan perjanjian dengan konsumen. Nomor 268 Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011).
48
Bab III Peraturan OJK. 54
Untuk menyatakan adanya larangan, gunakan kata
49
Bab IV Peraturan OJK. dilarang. Setiap orang dilarang menyewakan atau
50
Bab V Peraturan OJK. mengalihkan kepemilikannya atas rumah umum kepada
51
Bab VI Peraturan OJK. pihak lain. (Nomor 270: Lampiran II UU PPP).

162 NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 2, November 2013


administrasi, sedangkan “larangan” dikaitkan 4. Pengaturan Hak Konsumen Atas Informasi:
dengan sanksi pidana.55 Upaya pencegahan kerugian konsumen/
Persoalannya dalam Peraturan OJK rumusan Sebelum Transaksi.
larangan tidak diikuti dengan penunjukkan Kekuatan dari peraturan OJK adalah sistem
norma yang akan menjadi sanksi pidana, pengawasan secara preventif terhadap pelaku
termasuk penunjukan terhadap OJK sebagai usaha jasa keuangan. Substansi ini penting,
institusi pelaksana dari UU OJK.56 Sedangkan sebab informasi mengenai produk merupakan
untuk sanksi administratif ditempatkan dalam dasar bagi konsumen untuk memutuskan
satu bab tersendiri. Model pengaturan demikian apakah menggukan suatu produk (barang/jasa)
berimpilikasi pada implementasi peraturan atau tidak. Dalam perspektif tersebut, Peraturan
perundang-undangan yang dapat diinterpratasi OJK telah mengaturnya secara komprehensif
berbeda dalam pelaksanaannya. Penyusunan dan detail dan selaras dengan ketentuan dalam
secara bersama dalam bab tentang sanksi UU PK yaitu Pasal 7 mengenai kewajiban
administrasi mengakibatkan rumusan sanksi pelaku usaha, Pasal 8 mengenai perbuatan yang
menjadi mengambang dan sangat ditentukan dilarang dalam memproduksi barang dan atau
oleh diskresi OJK. Rumusan dalam Peraturan jasa, Pasal 9 perbuatan yang dilarang dalam
OJK tidak sesuai dengan ketentuan mengenai menawarkan, memproduksikan, mengiklankan
penormaan sanksi administratif menurut suatu barangdan/atau jasa, Pasal 10 mengenai
Lampiran II UU PPP.57 penawaran barang dan atau jasa, Pasal 11
3. Ruang Lingkup Pengaturan mengenai penjualan barang dan atau jasa
Dalam perspektif perlindungan konsumen, dengan cara obral, Pasal 12 penawaran barang
perumusan norma perlindungan konsumen atau jasa dengan iklan dan tarif khusus, Pasal
mencakup perlindungan sebelum transaksi, 17 tentang iklan.
selama transaksi dan setelah transaksi. Sebelum Demikian pula rumusan Pasal 18 ayat (2)
transaksi diwujudkan dengan jaminan terhadap huruf a Peraturan OJK mencerminkan jaminan
hak atas informasi produk. Pada saat transaksi atas hak konsumen untuk memilih produk jasa
diwujudkan dalam hak atas perjanjian atau keuangan dengan adanya larangan memaksa
kesepakatan yang adil (fair agreement), dan konsumen untuk membeli produk. Di samping
jaminan perlindungan hak setelah terjadi itu, Peraturan OJK memberikan perhatian yang
transaksi seperti risiko pengguna produk, atau kuat terhadap hak atas privasi dan konsumen
kualitas produk yang sudah digunakan oleh yang berkebutuhan khusus. Konsumen yang
konsumen. berkebutuhan khusus merupakan suatu kebutuhan
yang muncul akhir-akhir ini, sehingga kalau
55
Ketentuan Nomor 112 Lampiran II UU PPP Ketentuan OJK sudah mengatur perlindungan terhadap
pidana memuat rumusan yang menyatakan penjatuhan konsumen berkebutuhan khusus, maka hal
pidana atas pelanggaran terhadap ketentuan yang berisi tersebut merupakan suatu kemajuan.
norma larangan atau norma perintah.
56
Pasal 31 (1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang dengan 5. Pengaturan Perlindungan Hak Atas Fair
cara apapun, memberikan data dan/atau informasi Agreement (perjanjian/Kesepakatan yang
mengenai Konsumennya kepada pihak ketiga. (2) Larangan
adil)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dalam
hal: a. Konsumen memberikan persetujuan tertulis; dan/ Salah satu kemajuan penting dalam UU
atau b. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. PK adalah pengaturan mengenai klausula
Rumusan lain adalah ketentuan Pasal Pasal 33 bahwa baku. UU PK melakukan intervensi dengan
Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang mengenakan biaya
membatasi asas kebebasan berkontrak yang
apapun kepada Konsumen atas pengajuan pengaduan.
57
Nomor 64 Lampiran II UU PPP. Substansi yang berupa tidak dapat dilaksanakan secara mutlak dalam
sanksi administratif atau sanksi keperdataan atas transaksi antara pelaku usaha dan konsumen.
pelanggaran norma tersebut dirumuskan menjadi satu Sebab asas kebebasan berkontrak menghasilkan
bagian (pasal) dengan norma yang memberikan sanksi
perjanjian yang adil apabila pihak yang
administratif atau sanksi keperdataan.

INOSENTIUS SAMSUL: Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan... 163


bersepakat memiliki posisi tawar yang seimbang bertanggung jawab atas kerugian Konsumen
atau setara. Kalau tidak terpenuhi persyaratan yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian,
tersebut, malah justru salah satu pihak yang pengurus, pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan
akan memaksakan kehendaknya untuk dan/atau pihak ketiga yang bekerja untuk
dituangkan dalam perjanjian atau dokumen kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan”.
tertentu. Posisi tawar konsumen yang lemah Ketentuan ini menarik dikaitkan dengan
dibandingkan dengan pelaku usaha menuntut praktek penagihan utang yang dilakukan oleh
adanya intervensi melalui pembatasan dalam penagih hutang (Debt Collector). Mengambil
melakukan perjanjian antara konsumen dan contoh di Amerika Serikat telah memiliki
pelaku yang dituangkan dalam Pasal 18 UU PK. Undang-Undang tentang Debt Collection
Secara keseluruhan rumusan dalam Practice Act. Dengan adanya Undang-Undang
Peraturan OJK sudah sejalan dengan ketentuan tersebut maka profesi penagih utang diakui
dalam Pasal 18 UU PK. Namun terdapat oleh Undang-Undang memiliki tanggung jawab
hal prinsip yang menggambarkan konstruksi profesi. Rumusan Pasal 29 Peraturan OJK
perlindungan dalam peraturan OJK lebih sempit nampaknya mengambil alih tanggung jawab
dibandingkan dengan apa yang dimaksudkan tindakan yang dilakukan oleh penagih utang.
dalam Pasal 18 UU PK, yaitu Pasal 22 peraturan Peraturan OJK tidak mengatur mengenai
OJK menggunakan konstruksi hukum bagaimana OJK melakukan tugas yang
“perjanjian baku”, sementara dalam Pasal 18 UU diamanatkan oleh Pasal 30 UU OJK melakukan
PK menggunakan konstruksi “klausula baku”. “gugatan perwakilan”. Peran OJK dalam
Disamping itu, rumusan Pasal 22 Peraturan OJK Peraturan OJK sebatas memberi fasilitasi, mediasi
berbeda dengan Pasal 11 Peraturan OJK yang pengaduan. Bagaimana Pasal 30 dilaksanakan
menggunakan dokumen dan/atau perjanjian. tidak diatur lebih lanjut. Oleh karena itu OJK
Dalam berbagai kasus jelas perbedaan antara lebih menempatkan diri sebagai fasilitator
penggunaan frase perjanjian dan klausula baku. menyelesaikan pengaduan, lebih sempit dari apa
Sebab, ketika terjadi sengketa dimungkinkan yang diamanatkan oleh UU OJK.
perjanjian secara keseluruhan tetap sah,
namun beberapa klausul dalam perjanjian IV. PENUTUP
yang tidak adil atau bertentangan dengan A. Kesimpulan
UUPK atau Peraturan OJK batal demi hukum. Tulisan ini sampai pada beberapa
Dari perspektif perlindungan kepentingan kesimpulan mengenai perlindungan konsumen
konsumen maka konsep klausula baku lebih pasca Otoritas Jasa Keuangan adalah sebagai
responsif dibandingkan dengan menggunakan berikut:
kata perjanjian. 1. OJK merupakan suatu lembaga yang
6. Pengaturan Mengenai Kompensasi atas memiliki kewenangan yang besar “powerfull”
Kerugian Konsumen dalam penyelenggaraan jasa keuangan.
Secara keseluruhan pengaturan dalam OJK mengambil alih fungsi dua lembaga
Peraturan OJK sudah sejalan dengan ketentuan sebelumnya yaitu pengawasan Bank
dalam UU PK khususnya Pasal 19 UU Indonesia terhadap jasa keuangan perbankan
PK tentang tanggung jawab pelaku usaha. dan fungsi pengaturan dan pengawasan pada
Kekosongan dalam Peraturan OJK ini adalah kementerian keuangan terhadap pasar modal
menyangkut substansi dalam Pasal 30 UU OJK dan lembaga keuangan non bank. Pengaturan
mengenai pembelaan hukum yang menjadi mengenai tugas dan wewenang OJK dalam
tugas dari OJK. perlindungan konsumen menjadikan OJK
Salah satu ketentuan penting adalah Pasal sebagai lembaga yang memperkuat sistem
29 Peraturan OJK dengan rumusan sebagai perlindungana konsumen. OJK memiliki
berikut: “Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib otoritas yang secara langsung atas pelaku

164 NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 2, November 2013


usaha di bidang jasa keuangan. Oleh DAFTAR PUSTAKA
karena itu, upaya preventif maupun upaya
perlindungan konsumen melalui penetapan
sanksi oleh OJK atas pelanggaraan pelaku
usaha terhadap hak-hak konsumen akan Buku
lebih efektif. Penguatan sistem perlindungan Asshiddiqie,Jimly.“Dimensi Konseptual dan
konsumen melalui OJK didasarkan pada Prosedural Pemajuan Hak Asasi Manusia
hubungan yang komplenter antara UU PK Dewasa ini, Perkembangan ke Arah
dan UU OJK. Pengertian Hak Asasi Manusia Generasi
2. Peraturan OJK telah menjabarkan Keempat”, Paper Diskusi Terbatas tentang
instrumen dan mekanisme perlindungan Perkembangan Pemikiran mengenai Hak
konsumen yang terdapat dalam UU OJK Asasi Manusia, Institute for Democracy
secara lebih rinci. Namun Peaturan OJK and Human Rights, (Jakarta: The Habibie
belum secara tegas memperkuat peran Center, 2000).
OJK dalam penyelesaian sengketa, sebab -------- Undang-undang Dasar 1945: Konstitusi
masih berperan sebagai fasilitator atau Negara Kesejahteraan dan Realitas Masa
mediator yang dinilai lebih sempit dari yang Depan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
diamanatkan oleh UU OJK. Di samping itu, Besar Tetap Madya (Jakarta: Fakultas
terdapat materi dalam UU OJK yang belum Hukum Universitas Indonesia, 1998).
dirumuskan dalam Peraturan OJK yaitu
mengenai pembelaan hukum terhadap Coughlin Paulee A..”The Movement of
konsumen oleh OJK. Consumer Protection in the European
Community: A Vital Link in the
B. Saran Establishment of Free Trade and A Paradigm
Beberapa saran penting untuk penguatan for North Amerika”. Indiana International &
sistem perlindungan konsumen ke depan Comparative Law Review, vol . 5.
adalah: Deutch, Sinai, . “Are Consumer Rights Human
Pertama, perlindungan konsumen yang Rights?” OSGOODE Hall Law Journal,
dilaksanakan oleh OJK haruslah sejalan VOL. 32 NO. 3, Year 1994.
dengan mekanisme perlindungan konsumen
Hesti D. Lestari. “Otoritas Jasa Keuangan:
yang tertuang dalam UU PK, atau OJK menjadi
Sistem Baru Dalam Pengaturan dan
lembaga utama perlindungan konsumen untuk
Pengawasan Jasa Keuangan”. Jurnal
jasa keuangan. Berdasarkan hubungan yang
Dinamika Hukum, Vol. 2 Nomor 3 Fakultas
komplementer, implementasi kedua Undang-
Hukum Universitas Jenderal Soedirman,
Undang ini menggunakan norma atau ketentuan
Purwokerto, 2012.
yang lebih menguntungkan konsumen.
Kedua, tugas OJK dalam bidang pembelaan Horwitz, Morton J. The Transformation of
hukum terhadap konsumen perlu diatur dalam American Law 1780-1860 (Cambrige:
Peraturan OJK untuk memperjelas mekanisme Harvard University Press, 1977).
pembelaan oleh OJK. Di samping itu, Organski, A.F.K. The Stages of Political
mekanisme penyelesaian sengketa konsumen Development. The University of Michigan.
jasa keuangan melalui OJK perlu diperkuat Disunting dan alih bahasa oleh A.Amran
menjadi mekanisme putusan yang final dan Tasai: Tahap-Tahap Pembangunan Politik.
mengikat, sehingga OJK dapat menjadi Akademi Pressindo, Jakarta, Cetakan
lembaga terakhir bagi penyelesaian alternatif di kedua: 2010.
luar pengadilan terhadap sengketa konsumen
bidang jasa keuangan.

INOSENTIUS SAMSUL: Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan... 165


Rahayu, Sri Widodo K. Implikasi Hukum Negara Republik Indoneisa Nomor 3843)
Penerbitan Peraturan OJK Nomor 1 Tahun sebagaimana telah beberapa kali diubah
2013 terhadap Penyelenggaraan Perlindungan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Konsumen oleh Industri Jasa Keuangan di Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Indonesia, Makalah Seminar, Penegakan Pemerinth Pengganti Undang-Undang
Hukum Perlindungan Konsumen Pasca Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
(OJK) dan Peraturan OJK Nomor 1 Tahun Tahun 1999 tentang Bank Indonesia).
2013, Jakarta, 21 November 2013. ----------, Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Rajagukguk, Erman. “Peranan Hukum 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan 2011
di Indonesia: Menjaga Persatuan, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Memulihkan Ekonomi dan Memperluas Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan
Kesejahteraan Sosial,” Pidato Disampaikan Lembaran Negara Republik Indonesia
dalam rangka Dies Natalis dan Peringatan Nomor 5253).
Tahun Emas Universitas Indonesia (1950- ----------, Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2000), Kampus UI-Depok, 5 Pebruari 2000 2011 tentang Pembentukan Peraturan
(Jakarta: Feburari 2000). Perundang-Undang (Lembaran Negara
Sekretariat Jenderal DPR RI, Laporan Akhir Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
Tahun 2013 Tim Pengawas Kasus Bank 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Century, Jakarta: 2013. Indonesia Nomor 5234).
Solli, Jami. A Guide to Developing the Consumer ----------, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Protection Law”, Consumers International, Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan
First Edition, 2011. Konsumen Sektor Jasa Keuangan (Lembaran
Tobing, David, M.L. Penegakan Hukum Negara Republik Indonesia Tahun 2013
dan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Konsumen dalam Industri Jasa Keuangan di Republik Indonesia Nomor 5431)
Indonesia. Makalah Seminar, Penegakan
Hukum Perlindungan Konsumen Pasca Surat Kabar dan Internet
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Harian Republika, Senin, 04 Februari 2008.
(OJK) dan Peraturan OJK Nomor 1 Tahun OJK Siapkan Dua Instrumen Perlindungan
2013, Jakarta, 21 November 2013. Konsumen. http://www.tempo.co., Selasa,
03 September 2013. Diunduh 26 Januari
Peraturan Perundang-Undangan 2014.
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Pentingnya Perlindungan Konsumen Dalam Sektor
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Keuangan. http://nasional.news.viva.co.id/
-----------, Undang-Undang Nomor 8 Tahun news/read/453909. Diunduh 26 Januari
1999 tentang Perlindungan Konsumen 2014.
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821).
----------, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran

166 NEGARA HUKUM: Vol. 4, No. 2, November 2013

Potrebbero piacerti anche