Sei sulla pagina 1di 9

Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…

Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

PENERAPAN KEAMANAN DAN SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI


MINUMAN SEHAT KACANG-KACANGAN UMKM JUKAJO SUKSES MULIA
DI KABUPATEN TANGERANG
Implementation of Sanitation and Food Safety of Beans-Based Healthy Drinks Production at
The Jukajo Sukses Mulia Home Industry in Tangerang Regency

Angelina Rianti1), Alvin Christopher1), Devi Lestari1), Warsono El Kiyat1)*


1)
Departemen Teknologi Pangan, Fakultas Ilmu Hayati, Universitas Surya
Jl. MH. Thamrin Km 2.7, Banten 15117, Indonesia
*E-mail: warsono.el.kiyat@gmail.com

ABSTRACT

Food contamination is not desired by producers or consumers. Safety factor is important in


order to prevent side effects due to food contamination that can endanger health. Contamination in
food occurs from small to large industries. Sanitation also plays an important role in many industries
including the food industry. The research subject was a home industry of beans-based healthy drinks
(BBHD), such as mung beans, soybeans, and red beanss drinks at Jukajo Sukses Mulia home industry
in Tangerang Regency. This study was conducted to determine the level of security, sanitation, and
sources of contamination in the BBHD industry Tangerang Regency. This study was carried out
through observation and interview with the owner and the workers of Jukajo Sukses Mulia home
industry. The result showed that the level of security and sanitation in the production environment
was quite good. The potential source of contamination in the production process was the hygiene of
the employees and the cleanliness of the production equipment. The critical control points were be
located in filling, chilling, and storing processes. Total plate count value of mung beans, soybeans,
and cashwes drinks were too numerous to count (TNTC), 3 x 103, and 2 x 102CFU/ml, respectively.

Keywords: food safety, healthy drink, home industry, sanitation

PENDAHULUAN Kemudian, pada tahun 2013-2015, laporan


Adanya cemaran pada produk mengenai keracunan makanan yang serius
pangan dapat mengakibatkan penyakit meningkat dari 48 menjadi 61 kasus di 34
berbahaya hingga kematian. Pada salah provinsi. Oleh karena itu, untuk
satu artikel dari Pikiran Rakyat, pada mengurangi kontaminasi pada proses
tahun 2013 terdapat 10.700 kasus produksi di suatu industri, hal tersebut
keracunan pangan yang mengakibatkan harus diperhatikan dengan baik, yaitu
kematian di Indonesia (Effendi, 2017). dengan menerapkan GMP (good
Selain itu, pada tahun 2016 terdapat data manufacturing practices) dan HACCP
yang menunjukkan sekitar 14,9% dari (hazard analysis and critical control
26.537 sampel pangan tidak memenuhi point) sehingga kasus keracunan makanan
syarat. Produk pangan tersebut dikatakan dapat dikurangi.
tidak memenuhi syarat karena Salah satu bagian dari GMP adalah
mengandung bahan berbahaya, cemaran sanitasi. Sanitasi memegang peranan
mikroba atau bahan tambahan pangan penting dalam berbagai industri termasuk
(BTP) yang kadarnya melebihi batas industri pangan. Sanitasi pangan
maksimum yang diizinkan. Menurut Putri menentukan seberapa higienis suatu
(2017), pada tahun 2011-2015, produk produk dihasilkan. Sanitasi juga
makanan yang tidak memenuhi syarat mendukung program HACCP yang
mengalami peningkatan sekitar 35 persen. diterapkan dalam industri pangan.

167
Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

Biasanya, kalangan industri pangan skala Observasi Lapangan


besar telah menerapkan HACCP, namun Observasi lapangan dilakukan
masih banyak industri skala rumah tangga dengan mengamati setiap kegiatan yang
yang belum menerapkannya. Tentu saja dilakukan pada proses produksi di industri
hal tersebut menjadi perhatian khusus rumah tangga minuman sehat berupa
karena produk yang dihasilkan belum minuman kacang hijau, kacang kedelai,
terjamin keamanannya secara maksimal. dan kacang merah. Data-data yang
Risiko keamanan pangan bagi konsumen diperoleh dicatat dengan sistematis untuk
sangatlah penting karena sudah terdapat mengetahui gejala-gejala yang terjadi di
regulasi yang mengaturnya. Oleh karena lapangan.
itu, pada penelitian ini dilakukan Narasumber dalam penelitian ini
peninjauan pada industri skala rumah adalah pihak manajemen atau karyawan
tangga. industri rumah tangga minuman sehat
Pada penelitian ini, industri yang minuman kacang hijau, kacang kedelai,
dikaji penerapan keamanan dan dan kacang merah. Penelitian wawancara
sanitasinya yaitu home industry minuman dan observasi bersifat saling melengkapi
sehat berupa pabrik pengolahan kacang- sehingga dapat diperoleh data yang
kacangan seperti kacang hijau, kacang lengkap.
kedelai, dan kacang merahmenjadi jus siap
minum di UMKM Jukajo Sukses Mulia. Studi Literatur
Industri ini dipilih karena minuman dari Studi literatur dilakukan untuk
kacang-kacangan cukup digemari memperkuat teori dan konsep yang
masyarakat karena rasanya yang manis, digunakan dalam penelitian melalui
segar, dan menyehatkan. Akan tetapi, jika publikasi ilmiah yang berkaitan dengan
produsen tidak memperhatikan sanitasi topik. Adapun referensi yang digunakan di
saat proses produksi, maka konsumen antaranya jurnal ilmiah, buku, dan
dapat terkena dampak negatifnya. peraturan-peraturan lembaga pemerintah.

METODE PENELITIAN Metode Analisis


Analisis data yang dilakukan adalah
Alat dan Bahan analisis SSOP (Sanitation Standard
Alat yang digunakan pada penelitian Operating Procedure), HACCP (Hazard
ini adalah form audit, cawan petri, Analysis Critical Control Point), GMP
autoklaf, mikropipet, labu erlenmeyer, (Good Manufacturing Practice). Selain itu
bunsen, dan inkubator. Bahan yang juga dilakukan analisis cemaran mikroba
digunakan pada penelitian ini adalah pada produk.
sampel minuman sehat, media Plate Count
Agar (PCA), dan saline water. Analisis HACCP (CAC, 2003)
Analisis HACCP dilakukan sebagai
Teknik Pengumpulan Data bentuk pemeriksaan apakah industri telah
Teknik pengumpulan data mengikuti standar keamanan pangan
merupakan cara yang digunakan untuk bertaraf internasional, mengingat CODEX
memperoleh informasi yang berguna untuk menyarankan agar seluruh skala industri
analisis data. Teknik pengumpulan data pangan sebaiknya dapat mengaplikasikan
yang digunakan dalam penelitian ini prinsip HACCP ini. Analisis HACCP yang
meliputi observasi lapangan, wawancara dilakukan adalah penentuan titik kendali
pada narasumber dan studi literatur. kritis (TKK) pada alur produksi.

168
Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

Analisis GMP (BPOM, 2012a) air bekas pemasakan. Setelah itu, kacang
Analisis GMP yang dimaksud adalah dimasukkan ke dalam mesin penggiling
analisis sesuai dengan standar CPPB (cara untuk dihancurkan. Kacang yang telah
produksi pangan yang baik). Analisis digiling, kemudian disaring dengan ayakan
GMP dan SSOP dilakukan melalui form ukuran 60 mesh.
audit checklist GMP dan SSOP sesuai
dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor Penerimaan bahan baku
HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Penimbangan

Analisis Cemaran Mikroba (Sanders,


2012) Pengemasan
Analisis cemaran mikroba dengan
metode Angka Lempeng Total (ALT) pada
produk minuman sehat kacang-kacangan. Pencucian
Pertama, sampel diencerkan terlebih
dahulu kemudian diinokulasikan pada
cawan berisi mediaPCA (Plate Count Pemasakan
Agar). Cawan tersebut diinkubasi pada
keadaan aerob, suhu 30°C selama 72 jam.
Jumlah mikroorganisme per ml sampel Penghancuran
dihitung dari jumlah koloni yang tumbuh
pada cawan dengan jumlah di bawah 300
koloni. Adapun rumus perhitungannya Penyaringan
yaitu:
koloni per ml = jumlah koloni per cawan
x 1 / faktor pengenceran. Pengemasan (filling)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pasteurisasi

SSOP (Sanitation Standard Operating


Procedure) pada Produksi Minuman Penyimpanan
Sehat Kacang-Kacangan Gambar 1. Alur produksi minuman sehat-kacang-
Industri minuman sehat yang kacangan
menjadi objek penelitian diproses dengan
cara seperti Gambar 1. Bahan baku Hasil penggilingan kacang yang
berupa kacang hijau, kacang kedelai dan masih kasar akan digiling kembali untuk
kacang merah ditimbang dan dikemas mendapatkan ukuran yang lebih halus
sebelum dicuci. Pada proses pencucian sehingga lolos pada proses penyaringan.
digunakan air yang bersih dan mengalir Kacang hasil penyaringan kemudian
untuk menghilangkan kotoran yang masih dikemas menggunakan filler dan
menempel pada bahan baku. Sebelum dimasukkan ke dalam botol 350 ml.
dilakukan penghancuran, kacang-kacangan Setelah botol terisi sesuai volume yang
dimasukkan ke dalam air mendidih sudah ditentukan, botol kemudian ditutup
sebanyak ±13 liter selama 40 menit. secara hermetis dengan mesin capping.
Setelah kacang matang, dilakukan Produk yang telah dikemas kemudian
penirisan untuk memisahkannya dengan dimasukkan ke dalam keranjang dan

169
Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

direndam pada suhu 62oC selama 3 menit. pekerja tidak menggunakan alas kaki,
Setelah itu, produk disimpan dalam ruang maka sebaiknya disediakan fasilitas
pendingin. Adapun Uraian SSOP pada footbath untuk menjaga sanitasi di dalam
lokasi produksi adalah sebagai berikut: ruangan produksi. Apabila terjadi
penyimpangan, tindakan koreksi harus
Keamanan Air segera dilakukan, misalnya apabila sampah
Cara mengawasi aspek keamanan air menumpuk harus segera dibuang.
adalah dengan menguji air melalui Pengawasan perlu dilakukan setiap
laboratorium terakreditasi. Sumber air harinya.
yang berupa es maka industri harus
memantau dan memastikan bahwa es Proteksi dari Bahan-Bahan Kontaminan
diperoleh dari air bersih. Apabila terjadi Bahan baku dan alat produksi rentan
penyimpangan, perusahaan harus segera terkontaminasi oleh berbagai sumber,
menindaklanjuti, misalnya menghentikan seperti serangga, debu, bahkan dari
pendistribusian es dari produsen yang pekerja. Pekerja yang berkontak dengan
tidak kredibel. Pengawasan harus produk perlu diberi pelatihan mengenai
dilakukan secara berkala, mulai dari tata cara penanganan produk yang baik
sehari-hari hingga secara periodik per dan benar. Bahan-bahan perlu dipisahkan
bulan. dan dicuci dengan bersih, dan disimpan di
tempat yang aman. Jika terjadi
Pencegahan Kontaminasi Silang penyimpangan, bahan yang telah
Aspek kontaminasi silang dapat terkontaminasi perlu disingkirkan dan
terjadi akibat kontak alat dengan produk tidak boleh digunakan kembali.
ataupun antar bahan baku yang digunakan.
Seharusnya, alat dibersihkan secara Pengendalian Kesehatan Karyawan
berkala (Kemenkes, 2011) menggunakan Kesehatan karyawan memerlukan
desinfektan tertentu seperti natrium pengawasan secara berkala, khususnya
hipoklorit dan glutaraldehid (Utami et al., karyawan yang bekerja di bagian produksi.
2016). Penyimpanan bahan baku yang Sebaiknya setiap karyawan, baik yang
berbeda jenisnya maupun dengan produk bekerja di bagian produksi maupun tidak,
jadi, juga harus dipisahkan agar tidak perlu diberi tunjangan kesehatan dan wajib
terjadi kontaminasi silang. Praktek sanitasi memeriksakan kesehatan sebulan sekali
pekerja juga harus diperhatikan untuk sehingga kesehatan karyawan dapat
mencegah penularan virus atau penyakit dikontrol dengan baik. Apabila terjadi
atau mikroorganisme dari pekerja ke penyimpangan, karyawan yang menderita
produk akhir. Jika terjadi penyimpangan, sakit ringan perlu diliburkan terlebih
maka harus segera dilakukan tindakan dahulu untuk beristirahat hingga kondisi
pengamanan pada produk yang tubuh karyawan tersebut normal kembali.
terkontaminasi dan mengevaluasi tempat Namun jika karyawan menderita penyakit
penyimpanan bahan baku maupun produk yang akut, sebaiknya tidak diperbolehkan
akhir. bekerja di bagian yang berhubungan
dengan bagian produksi.
Menjaga Fasilitas Pencuci Tangan,
Sanitasi dan Toilet GMP (Good Manufacturing Practices)
Sarana pencucian tangan diletakkan pada Produksi Minuman Sehat Kacang-
sebelum memasuki ruang produksi. Kacangan
Tempat sampah harus dilengkapi dengan Lokasi dan Lingkungan Produksi
penutup dan tidak boleh dibiarkan Menurut Kategori Ketidaksesuaian
menumpuk. Apabila dalam ruang produksi BPOM No. HK.03.1.23.04.12.2207 tahun

170
Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

2012, kondisi di sekitar lokasi dan masih berbahan plastik, kemudian juga
lingkungan produksi tergolong dalam baskom diletakkan di bawah (berkontak
kategori mayor. Lokasi di luar ruang langsung dengan lantai). Selain baskom,
produksi masih terawat, namun masih gelas ukur atau gelas takar yang digunakan
banyak ditemukan kelemahan seperti juga masih berbahan plastik. Wadah-
kucing yang berkeliaran di halaman lokasi wadah lain juga tidak disusun dan
produksi, terdapat perangkap tikus dan disimpan dengan rapi di tempat atau
tikus di dekat tempat penyimpanan es. lemari yang bersih dan terlindung dari
Lingkungan produksi berada dekat dengan risiko kontaminasi.
kebun atau tanah kosong, sehingga
seringkali serangga seperti lalat masuk ke Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air
lokasi produksi. Industri juga berlokasi di Kegiatan produksi yang dilakukan
sekitar perumahan dengan sistem selokan sehari-hari menggunakan jenis air bersih
yang berada di depan lokasi masih terbuka PAM untuk proses pencucian rutin dan
dan menimbulkan aroma yang tidak sedap. menggunakan air heksagonal sebagai
Selokan yang terbuka juga memicu adanya bahan baku air dalam produksi minuman
nyamuk dan binatang lainnya. kesehatan berbahan dasar kacang hijau,
kacang kedelai, dan kacang merah
Bangunan dan Fasilitas tersebut. Air heksagonal diperoleh dari
Bangunan dan fasilitas yang supplier yang sudah melewati pengujian
digunakan sebagai tempat produksi sudah laboratorium. Secara keseluruhan, suplai
cukup baik. Jalur keluar dan masuk sudah air pada industri rumah tangga minuman
dibuat satu arah, sehingga para pekerja sehat berupa jus kacang sudah tergolong
tidak dapat keluar masuk ruang produksi baik.
secara sembarangan. Sirkulasi udara di
dalam ruang produksi juga merata karena Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan
didukung dengan sistem ventilasi udara Sanitasi
yang cukup baik. Namun, pada industri Fasilitas dan kegiatan higiene dan
rumah tangga tersebutmasih terdapat sanitasi di sekitar lingkungan produksi
beberapa kekurangan pada ruang produksi tergolong dalam kategori kritis. Fasilitas
berdasarkan peraturan BPOM (2011; toilet untuk karyawan berjumlah 2
2012b), yaitu lantai ruang produksi belum ruangan, yaitu toilet pria dan wanita.
menggunakan jenis lantai yang kedap air, Namun, beberapa peralatan yang
batas lantai dengan dinding masih mendukung kebersihan karyawan belum
berbentuk siku-siku, belum adanya memenuhi kriteria berdasarkan peraturan
penutup lampu, serta peralatan toilet yang BPOM (2012b), seperti tidak terdapat
tidak lengkap. Selain itu, di antara ruang wastafel, sabun cuci tangan, dan pengering
pencucian, ruang perendaman bahan baku, untuk karyawan mencuci tangan setelah
dan ruang penyimpanan tidak terdapat menggunakan toilet. Peralatan kebersihan
sekat pemisah, sehingga lantai menjadi dan pelindung kaki, seperti sepatu boots
basah dan licin. telah disediakan, tetapi tidak tersedia bak
pencuci atau sterilisasi kaki bagi orang-
Peralatan Produksi orang yang hendak masuk ke dalam ruang
Beberapa peralatan yang digunakan produksi. Selain itu, di dalam ruang
pada produksi yang perlu diperhatikan produksi, tidak terdapat kotak P3K
adalah baskom, gelas ukur, dan wadah (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan)
penyimpanan lainnya. Baskom yang untuk menjadi alat pertolongan pertama
digunakan untuk menampung jus kacang apabila terjadi kecelakaan kerja pada
hijau yang hendak dihaluskan (grinding) karyawan.

171
Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

Kesehatan dan Higiene Karyawan Pelabelan Pangan, Pengawasan oleh


Industri telah mengadakan pelatihan Penanggung Jawab dan Pelatihan
mengenai GMP kepada para karyawan. Karyawan
Sayangnya, masih ditemukan karyawan Produk minuman sehat berbahan
yang tidak menerapkan aturan dengan dasar kacang hijau, kacang kedelai, dan
benar, contohnya pekerja menggunakan kacang merah ini sudah memiliki nomor
sepatu boots saat keluar dari ruang P-IRT dari Dinas Kesehatan. Produk akhir
produksi, pekerja tidak menggunakan yang siap dipasarkan tidak dilakukan
sarung tangan saat melakukan proses pemeriksaan ulang dan pengujian mutu
pengemasan dan pelabelan, serta masih sebelum diedarkan. Kualitas produk
ada karyawan yang menggunakan hairnet selama distribusi hanya bergantung pada
yang tidak menutupi telinga dan dikenakan penyimpanan produk dalam kotak es saat
di luar area produksi. Pihak industri belum di perjalanan. Kontrol produksi seharusnya
melakukan pengecekan apakah karyawan wajib dilakukan dengan melakukan
terbebas dari penyakit kulit atau penyakit pencatatan dan dokumentasi. Hingga saat
menular lainnya. ini, industri sudah memulai untuk
melakukan pencatatan dan dokumentasi
Pemeliharaan dan Program Higiene sebagai rekapitulasi dan data. Pencatatan
Sanitasi dan dokumentasi dilakukan oleh kepala
Pemeliharaan alat dengan cara produksi/pegawai yang memegang kendali
pembersihan dilakukan setiap hari setelah dan tanggung jawab di rumah produksi.
sebelum proses produksi. Pembersihan Program pelatihan karyawan telah
dilakukan menggunakan air dan sabun dilakukan berupa sosialiasi cara produksi
pencuci biasa. Saluran atau pembuangan pangan yang baik (CPPB). Namun, sejauh
dalam tempat produksi belum dilengkapi ini industri masih belum mengenal
dengan alat yang mempunyai katup untuk HACCP.
mencegah masuknya air ke dalam tempat
produksi. Kendaraan yang digunakan Titik Kendali Kritis
untuk pengiriman selalu dibersihkan setiap Berdasarkan alur proses produksi
kali selesai mendistribusikan produk pada Gambar 1, terdapat tiga titik kendali
kepada konsumen. kritis dalam produksi minuman sehat
berbasis kacang-kacangan yang
Penyimpanan ditemukan. Titik kendali kritis tersebut
Produk yang sudah siap untuk terdapat pada proses filling, pendinginan
didistribusikan disimpan terlebih dahulu di dan penyimpanan produk.
dalam ruang pendingin. Seharusnya,
penyimpanan produk dilakukan pada suhu Proses Filling Dilakukan pada Suhu 60-
di bawah 10°C,namun pada kenyataannya, 65oC
suhu ruangan berada di atas 10°C. Proses pengisian dilakukan dengan
Menurut BPOM (2011), penyimpanan menggunakan mesin yang dapat diatur
dingin harus dilakukan pada suhu 0-8oC. suhunya. Suhu yang digunakan pada
Suhu tersebut harus dipertahankan hingga proses pengisian adalah 60-65°C. Namun,
produk siap didistribusikan untuk menjaga saat proses pengisian, masih terdapat celah
kondisi produk makanan/minuman. antara mesin dengan kemasan sehingga
mikroorganisme yang ada di udara dapat
mengontaminasi produk. Selain itu,
terdapat kemungkinan bahwa suhu aktual
produk tidak mencapai rentang 60-65°C
atau bahkan melebihi rentang tersebut.Jika

172
Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

suhu aktual produk berada di bawah pertumbuhan mikroorganisme, sehingga


rentang tersebut, maka bahaya yang produk menjadi lebih awet jika
muncul adalah bahaya mikroorganisme. dibandingkan dengan suhu yang lebih
Namun, jika suhu aktual produk melebihi tinggi.
rentang tersebut maka bahaya yang Suhu akan meningkat apabila pintu
muncul adalah bahaya kimia, yaitu terjadi dibuka dan pekerja masuk ke dalam
proses denaturasi protein. Menurut Stuart ruangan tersebut. Suhu yang meningkat
(2005), bakteri termofilik akan mampu dapat menyebabkan mikroorganisme
tumbuh dalam rentangan suhu sekitar 40- kembali aktif sehingga membuat produk
80°C, dengan pertumbuhan optimal pada menjadi cepat rusak.
kisaran suhu 50-65°C. Buckel et al. (1985)
menyatakan bahwa protein susu seperti Hasil Pengujian Cemaran Mikrobiologi
protein whey dapat mengalami denaturasi Tabel 1 menunjukkan hasil
oleh panas, yaitu pada suhu sekitar 65°C. pertumbuhan koloni cemaran
mikrobiologipada ketiga varian produk.
Pendinginan Produk Sampel minuman kacang hijau (MKH)
Produk yang sudah berada dalam memiliki jumlah pertumbuhan koloni yang
kemasan masih berada dalam kondisi tertinggi (TBUD CFU/ml), kemudian
panas. Kemudian, produk tersebut diikuti sampel minuman kacang kedelai
dimasukkan ke dalam bak berisi air dingin (MKK) sebesar3 × 103CFU/ml dan susu
dengan suhu sekitar 10°C. Perlakuan kacang merah (MKM) sebesar 2× 102
dengan perbedaan suhu yang cukup CFU/ml. Berdasarkan Pedoman Kriteria
ekstrim bertujuan untuk membunuh Cemaran pada Pangan Siap Saji dan
mikroorganisme dengan perlakuan thermal Pangan Industri Rumah Tangga (BPOM
shock. Titik kendali kritis pada proses ini RI, 2012c), uji Angka Lempeng Total
adalah kemungkinan suhu dari air dingin (ALT) memiliki batas maksimum cemaran
yang tidak mencapai 10°C karena hanya mikroorganisme sebesar 1×105 koloni/g.
didinginkan dengan es batu. Jika suhu air
tidak benar-benar dingin, maka suhu akhir Tabel 1. Nilai ALT (Angka Lempeng Total) pada
produk dapat menjadi suhu yang optimum produk minuma sehat berbasis kacang-
kacangan
untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Sampel EAPC (CFU/ml)
Penyimpanan Produk MKH TBUD
Produk yang telah dikemas, MKK 3 × 103
disimpan di dalam ruang pendingin MKM 2 × 102
sebelum didistribusikan agar umur simpan Keterangan:
EAPC = Estimated Aerobic Plate Count
produk menjadi lebih panjang. Namun, TBUD = Terlalu Banyak untuk Dihitung
ruang pendingin tersebut hanya CFU = Colony Forming Unit
menggunakan AC yang dimodifikasi
sehingga suhunya dapat diatur menjadi Hasil pengujian ALT pada sampel
10°C. Padahal, seharusnya produk MKH menunjukkan bahwa cemarannya
disimpan pada suhu di bawah 10°C. melebihi batas maksimum cemaran
Menurut Koswara (2009), pendinginan mikroba, sementara sampel MKK dan
dilakukan pada suhu diatas suhu MKM tidak melebihi batas maksimum
pembekuan yaitu -2 sampai 10oC. cemaran mikroba. Perbedaan dalam proses
Pendinginan yang biasa dilakukan sehari- pembuatan sampel MKK, MKM, dan
hari dalam lernari es pada umumnya MKH terletak pada jenis bahan yang
mencapai suhu 5-8oC. Pendinginan pada digunakan. Sampel MKH dibuat dengan
suhu di bawah 10oC dapat menghambat penambahan pandan dan pasta pandan,

173
Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

sedangkan sampel MKK dan MKM tidak [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan.
menggunakan bahan tersebut. 2012b. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik
KESIMPULAN Indonesia Nomor
Tingkat keamanan dan sanitasi di HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana
lingkungan produksi minuman sehat di Produksi Pangan Industri Rumah
UMKM Jukajo Sukses Mulia masih Tangga. BPOM RI, Jakarta.
tergolong cukup baik. Sumber cemaran
yang paling berpotensi, terdapat pada [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan.
proses produksi adalah higiene karyawan 2012c. Pedoman Kriteria Cemaran
pada Pangan Siap Saji dan Pangan
dan kebersihan peralatan produksi. Produk
Industri Rumah Tangga. BPOM RI,
minuman kacang hijau memiliki cemaran Jakarta.
mikroba yang melebihi batas standar
BPOM, sementara minuman kacang [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik 70
kedelai dan kacang merah berada pada Tahun Indonesia Merdeka. BPS,
Jakarta.
batas aman. Titik kendali kritis terletak
pada proses filling pada saat produk akan Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H. and
dikemas, proses pendinginan yang terjadi Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan. UI–
setelah produk dikemas, dan proses Press, Jakarta.
penyimpanan sebelum produk [CAC] Codex Alimentarius Commission.
didistribuskan. 2003. General Principles of Food
HygieneCAC/RCP 1-1969. Rev. 4-2003.
UCAPAN TERIMAKASIH CAC, Rome.
Penulismengucapkan terimakasih Effendi, A. 2017. Kasus keracunan pangan
kepada pemilik usaha industri rumah masih tinggi. (http://www.pikiran-
tangga (home industry) minuman sehat. rakyat.com/nasional/2017/05/03/kasus-
Selain itu, penulis juga berterima kasih keracunan- pangan-masih-tinggi-
kepada Lembaga Penelitian dan 400404). [Diakses tanggal 20 Mei
Pengabdian Masyarakat (LPPM) 2018].
Universitas Surya atas bimbinganselama [Kemenkes] Kementerian KesehatanRI. 2011.
penelitian dan penyelesaian naskah ini. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
DAFTAR PUSTAKA 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Higiene Sanitasi Jasaboga.
RI.2011. Peraturan Kepala Badan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Pengawas Obat dan Makanan Republik Koran Jakarta. 2016. Kesadaran standar
Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.11. keamanan pangan rendah.
10569 Tahun 2011 tentang Pedoman (http://www.koran-
Cara Ritel Pangan yang Baik. BPOM akarta.com/kesadaran-standar-
RI, Jakarta. keamanan- pangan-rendah/). [Diakses
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan tanggal 20 Mei 2018].
Makanan. 2012a. Peraturan Kepala Koswara, S. 2009. Pengolahan pangan dengan
Badan Pengawas Obat dan Makanan suhu rendah. (http://www.
Republik Indonesia Nomor bookpangan.com). [Diakses tanggal 27
HK.03.1.23.04.12.2207 Tentang Tata Agustus 2014].
Cara Pemeriksaan Sarana Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga. BPOM
RI, Jakarta.

174
Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi…
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 02 (2018)

Putri, M. 2017. BPOM: Keamanan pangan


tanggung jawab semua pihak.
(http://www.republika.co.id/berita/ekon
omi/makro/17/04/03/ontwdm415-bpom-
keamanan-pangan-tanggung-jawab-
semua-pihak). [Diakses tanggal 20 Mei
2018].
Sanders, E.R. 2012. Aseptic laboratory
techniques: Plating methods. J.
Visualized Experiments, 63: 1-18.
Stuart, H. 2005. Essential Microbiology. John
Wiley & Sons Ltd, West Sussex.
Utami, S.P., Mulyawati, E. dan Soebandi,
D.H. 2016. perbandingan daya
antibakteri disinfektan instrumen
preparasi saluran akar natrium
hipoklorit 5,25%, glutaraldehid 2%, dan
disinfektan berbahan dasar glutaraldehid
terhadap Bacillus Subtilis. Jurnal
Kedokteran Gigi, 7(2): 151-156.

175

Potrebbero piacerti anche