Sei sulla pagina 1di 9

ARTIKEL PENELITIAN

Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Sepsis Neonatorum Di


Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan
Tahun 2016 - 2018
Hotnida Masni Natasya1, Lesmana Syahrir2, Renatha Nainggolan3

ABSTRACT
Background : Sepsis neonatorum is an invasive blood flow infection and characterized by
the discovery of bacteria in body fluids such as blood, bone marrow fluid or urine in the first
28 days after birth. Risk factors for neonatal sepsis are low birth weight <2500 gr, low
APGAR score, gestational age <37 weeks, labor with action and premature rupture of
membranes >12 hours. The purpose of this study was to determine the factors that influence
the incidence of neonatal sepsis at the Regional General Hospital Dr. Pirngadi Medan City in
2016-2018.
Method : This study used an observational analytic method with a cross sectional approach.
The samples involved are 95 neonates. Samples were obtained by using consecutive
sampling method. The study was conducted at Dr. Pirngadi Medan. The result has been
processed by Chi-square test.
Results : Univariate analysis showed 62 newborn baby (65.3%) had neonatal sepsis, 63
newborn baby (66.3%) with birth weight ≤2500 gr, 59 newborn baby (62.1%) with APGAR
score 1 minute with a score of 0-6, 56 newborn baby ( 58.9%) with a 5 minute APGAR score
1
Program Studi Pendidikan Dokter, with a score of 0- 6, 64 newborn baby (67.4%) with gestational age <37 weeks, 58 newborn
Fakultas Kedokteran baby (61.1%) with cesarean section and 62 newborn baby (65.3%) not premature rupture of
Universitas Methodist Indonesia, membranes. Bivariate analysis showed that there were influences of birth weight, APGAR
2
Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat & Kedokteran
score, gestational age and delivery to the incidence of neonatal sepsis (p<0.001). There was
Komunitas, no influence of premature rupture of membranes >12 hours with the incidence of neonatal
Fakultas Kedokteran sepsis (p< 0.001). Multivariate analysis showed LBW is the most dominant risk factor in the
Universitas Methodist Indonesia incidence of neonatal sepsis.
3
Departemen Penyakit Dalam, Conclusion : There is a relationship between low birth weight, low APGAR score,
Fakultas Kedokteran gestational age <37 weeks and the delivery process of caesarean section to the incidence of
Universitas Methodist Indonesia neonatal sepsis.
Keywords : Sepsis Neonatorum, Risk Factors

ABSTRAK
Korespondesi:
hotnidamasninatasya@g Latar Belakang : Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan
mail.com ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum
tulang atau air kemih dalam 28 hari pertama setelah kelahiran. Faktor risiko sepsis
neonatorum adalah berat bayi lahir rendah <2500 gr, skor APGAR rendah, usia gestasi <37
minggu, proses persalinan dengan tindakan dan ketuban pecah dini >12 jam. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang memengaruhi kejadian sepsis
neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun 2016-2018.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 95. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara consecutive sampling. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Analisa data menggunakan uji Chi square.
Hasil : Analisis univariat menunjukan sebanyak 62 bayi baru lahir (65,3%) mengalami sepsis
neonatorum, 63 bayi baru lahir (66,3%) dengan berat badan lahir ≤2500 gr, 59 bayi baru lahir
(62,1%) dengan skor APGAR menit 1 dengan skor 0-6, 56 bayi baru lahir (58,9%) dengan
skor APGAR menit 5 dengan skor 0-6, 64 bayi baru lahir (67,4%) dengan usia kehamilan
<37 minggu, 58 bayi baru lahir (61,1%) dengan proses persalinan sectio caesarea dan 62
bayi baru lahir (65,3%) tidak ketuban pecah dini. Analisis bivariat menunjukan terdapat
pengaruh berat badan lahir, skor APGAR, usia kehamilan dan proses persalinan terhadap
kejadian sepsis neonatorum (p<0,001). Tidak terdapat pengaruh KPD dengan kejadian sepsis
neonatorum (p<0,001). Analisis multivariat menunjukan BBLR merupakan faktor risiko
paling dominan pada kejadian sepsis neonatorum.
Kesimpulan : Terdapat hubungan berat badan lahir rendah, skor APGAR rendah, usia
kehamilan <37 minggu dan proses persalinan sectio caesarea terhadap kejadian sepsis
neonatorum.
Kata Kunci : Sepsis Neonatorum, Faktor Risiko
PENDAHULUAN Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum secara
garis besar dibagi menjadi tiga yaitu infeksi antenatal
Angka Kematian bayi (AKB) merupakan salah atau intrauterin, infeksi intranatal, dan infeksi
satu indikator sensitif yang digunakan untuk pascanatal.8 Diagnosa sepsis neonatorum dengan 2
menunjukkan keberhasilan dunia kesehatan pada bayi manifestasi klinis dan 2 hasil pemeriksaan laboraorium.
maupun anak, terhadap baik buruknya kemajuan Manifestasi klinis sepsis neonatorum seperti suhu
kesehatan secara umum. Data analisis mengenai >38.5°C atau <36°C, takikardi/bradikardi, aritmia,
waktu kematian neonatorum menunjukkan bahwa hipertensi, oliguria, takipnea, intoleransi makanan,
sekitar tiga per empat dari total kematian neonatorum ptekie atau sklerema, iritabilitas, hipotoni. Pemeriksaan
terjadi pada minggu pertama kehidupan.1 Pada tahun laboratorium seperti leukositosis (>20,000 × 109/L),
2015 WHO melaporkan kematian akibat sepsis dan leukopeni (<4000 x 109/L), immature to total neutrophil
penyakit infeksi pada bayi baru lahir adalah 2,9 per (I/T) (> 0.2), angka trombosit <100.000 x 109/L, c-
1000 kelahiran hidup.2 reactive protein (CRP) >15 mg/L, procalcitonin (PCT)
Sepsis neonatorum merupakan masalah kesehatan >2 ng/mL, asidosis metabolik; base excess (BE) >10,
yang belum dapat ditanggulangi dalam pelayanan dan glukosa darah >180 mg/dL atau <45 mg/dL.9
perawatan bayi baru lahir berupa infeksi aliran darah Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian sepsis
yang bersifat invasif dan ditandai dengan neonatorum yaitu faktor ibu seperti ketuban pecah dini,
ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti usia kehamilan dan jenis persalinan dan faktor bayi
darah, cairan sumsum tulang atau air kemih dalam 28 berupa berat badan lahir dan skor APGAR.10
hari pertama setelah kelahiran. Sampai saat ini, sepsis Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam
neonatorum merupakan penyebab utama morbiditas manajemen sepsis neonatal.11 Pengendalian infeksi
dan mortalitas pada bayi baru lahir. Pada bulan dapat diberi ampisilin (200mg/kgBB/hari/i.v dalam 4
pertama kehidupan, infeksi yang terjadi berhubungan dosis) dikombinasikan dengan aminoglikosida
dengan angka kematian yang tinggi, yaitu 13%-15%.3 (garamisin 5-7 mg/kgBB/hari/i.v dalam 2 dosis),
Angka kejadian sepsis neonatorum di negara kortikosteroid dinyatakan bermanfaat bila diberikan
berkembang meningkat yaitu 1,8-18 per 1000 pada stadium dini sepsis tetapi harus diberikan bila
kelahiran hidup, sedangkan pada negara maju ditemukan perdarahan kelenjar adrenal, dan untuk
sebanyak 4-5 per 1000 kelahiran hidup.4 strategi suportif yang diberi yaitu pemberian
Insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok immunoglobulin intravena jika terinfek. Lamanya
neonatorum dan bayi <1 tahun dibandingkan dengan pengobatan sangat tegantung kepada jenis kuman
usia 1-18 tahun (9,7 versus 0,23 kasus per 1000 penyebab. Pada penderita yang disebabkan oleh kuman
anak). Pasien sepsis berat, sebagian besar berasal dari gram positif, pemberian antibiotik dianjurkan selama
infeksi saluran nafas (36-42%), bakteremia, dan 10-14 hari, sedangkan gram negatif pengobatan dapat
infeksi saluran kemih. Di unit perawatan intensif anak diteruskan 2- 3 minggu.12
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM),
sejumlah 19,3% atau sekitar 97 pasien dari 502 pasien METODE
anak yang dirawat mengalami sepsis dengan angka Penelitian ini menggunakan penelitian analitik
mortalitas 54%. Sepsis berat lebih sering dialami anak dengan metode cross sectional yaitu penelitian yang
dengan komorbiditas yang mengakibatkan penurunan dilakukan dengan cara pendekatan observasi,
sistem imunitas seperti keganasan, transplantasi, pengumpulan satu data sekaligus pada satu waktu dan
penyakit respirasi kronis dan defek jantung bawaan.5 menggunakan data yang lalu.13
Etiologi sepsis neonatal di negara berkembang Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi
berbeda dengan di negara maju dalam pola etiologi baru lahir di dalam rekam medis Rumah Sakit Umum
bakteri dan kerentanan antibiotiknya. Hampir Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan dari tahun 2016
sebagian besar kuman penyebab di negara sampai 2018, berjumlah 205 bayi baru lahir.
berkembang adalah kuman Gram negatif berupa Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik
kuman enteric seperti Enterobacter sp, Klebsiella sp consecutive sampling yaitu yang memenuhi kriteria
dan E. coli, sedangkan di Amerika Utara dan Eropa inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi yaitu neonatorum
Barat 40% kasus disebabkan oleh Streptokokus grup yang menderita sepsis dan tidak sepsis neonatorum
B.6 dengan data rekam medik yang lengkap. Kriteria ekslusi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum yaitu neonatorum dengan data rekam medik tidak
dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu lengkap, neonatorum yang menderita penyakit
sepsis neonatorum awitan dini (early-onset kongenital seperti PJB (penyakit jantung bawaan), dan
neonatal sepsis) merupakan infeksi perinatal yang neonatorum dengan ibu yang menderita
terjadi segera dalam periode postnatal (kurang dari immunocompromised.
72 jam) dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-
onset neonatal sepsis) merupakan infeksi postnatal
(lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari lingkungan
sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial).7
Berdasarkan perhitungan estimasi besar Tabel 4. Hubungan Skor APGAR Menit 5 Dengan
sampel, didapatkan jumlah sampel minimal yang Kejadian Sepsis Neonatorum
diperlukan adalah 95 sampel. Kejadian Sepsis Neonatorum
Skor Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Sepsis Tidak Sepsis p
APGAR
Neonatorum Neonatorum value
Menit 5
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh dari data n % n % n %
rekam medik RSUD Dr. Pirngadi Medan yang 0-6 47 49,5 9 9,5 56 58,9
7-10 15 15,8 24 25,3 39 41,1 <0,001
memenuhi variabel yang dibutuhkan pada
Total 62 65,3 33 34,7 95 100
penelitian.
Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian Tabel 5. Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian
Variabel Frekuensi % Sepsis Neonatorum
Kejadian Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum 62 65,3 Kejadian Sepsis Neonatorum
Tidak sepsis neonatorum 33 34,7 Total p
Usia Sepsis Tidak Sepsis
Berat Badan Lahir value
Kehamilan Neonatorum Neonatorum
≤2500 gr 63 66,3
>2500 gr 32 33,7 n % n % n %
Skor APGAR Menit 1 <37minggu 52 54,7 12 12,6 64 67,4
0-6 59 62,1 ≥37 minggu 10 10,5 21 22,1 31 32,6 <0,001
7-10 36 37,9 Total 62 65,3 33 34,7 95 100
Skor APGAR Menit 5
0-6 56 58,9
7-10 39 41,1
Tabel 6. Hubungan Proses Persalinan Dengan Kejadian
Usia Kehamilan Sepsis Neonatorum
<37 minggu 64 67,4
≥37 minggu 31 32,6
Kejadian Sepsis Neonatorum
Proses Persalinan
Total
Sectio caesarea 58 61,1 Proses Sepsis Tidak Sepsis p
Spontan 37 38,9 Persalinan Neonatorum Neonatorum value
KPD > 12 Jam n % n % n %
Ya 33 34,7 Sectio 58 61,1
Tidak 62 65,3 46 48,4 12 12,6
caesarea
0,001
Spontan 16 16,8 21 22,1 37 38,9
Total 62 65,3 33 34,7 95 100
Tabel 2. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan
Kejadian Sepsis Neonatorum Tabel 7. Hubungan KPD > 12 Jam Dengan Kejadian
Sepsis Neonatorum
Kejadian Sepsis Neonatorum
Berat Total p Kejadian Sepsis Neonatorum
Badan Sepsis Tidak Sepsis value
Neonatorum Neonatorum Total
Lahir KPD Sepsis Tidak sepsis p
n % N % n % > 12 jam Neonatorum Neonatorum value
<2500 gr 54 56,8 9 9,5 63 66,3 n % N % n %
>2500 gr 8 8,4 24 25,3 32 33,7 <0,001 Ya 24 25,3 9 9,5 33 34,7
Total 62 65,3 33 34,7 95 100 Tidak 38 40 24 25,3 62 65,3 0,374
Total 62 65,3 33 34,7 95 100

Tabel 3. Hubungan Skor APGAR Menit 1 Dengan


Kejadian Sepsis Neonatorum Seleksi bivariat merupakan penentuan variabel
kandidat yang masuk ke dalam analisis multivariat. Di
Kejadian Sepsis Neonatorum tetapkan variabel kandidiat adalah variabel yang dalam
Skor Total p analisis bivariat mempunyai nilai p <0,25 atau p >0,25.
APGAR Sepsis Tidak Sepsis value Analisis multivariat yang digunakan adalah uji regresi
Neonatorum Neonatorum
Menit 1 logistik ganda karena variabel dependennya merupakan
n % N % n %
variabel kategorikal.14
0-6 48 50,5 11 11,6 59 62,1
7-10 14 14,7 22 23,2 36 37,9 <0,001
Total 62 65,3 33 34,7 95 100
Tabel 8. Hasil Seleksi Bivariat dicurigai ISK.15
Pemodelan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Variabel p value
yang dilakukan Wilar, dkk 2010 di RS Prof DR. RD.
Berat badan lahir <0,001 Masuk pemodelan Kandou dimana didapatkan dari 72 neonatus, mayoritas
Skor APGAR Menit 1 <0,001 Masuk pemodelan sepsis neonatorum 58 neonatus (80,5%) dan minoritas
Skor APGAR Menit 5 <0,001 Masuk pemodelan tidak sepsis sebanyak 14 orang (19,5%).15
Usia kehamilan <0,001 Masuk pemodelan
Proses persalinan 0,001 Masuk pemodelan
KPD >12 Jam 0,374 Tidak Masuk pemodelan Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir APGAR
Berdasarkan Sampel Penelitian Di RSUD Dr.
Tabel 9. Analisis Regresi Logistik Tahap Pertama Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018
terhadap Kejadian Sepsis Neonatorum di RSUD Dr. Tabel 1 merupakan hasil penelitian dari 95 neonatus
Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018
menunjukan bahwa mayoritas berat badan lahir ≤2500
Nilai 95% C.I gr sebanyak 63 neonatus (66.3%) dan minoritas berat
Variabel B OR
p Lower Upper badan lahir >2500 gr yaitu sebanyak 32 neonatus
Berat badan .003 7.778 2.001 30.228 (33.7%).
2.051
lahir
Pada hasil penelitian ini didapatkan neonatus yang
Skor APGAR .362 .251 .013 4.902
-1.382 berat badan lahir <2500 gram lebih banyak
Menit 1
Skor APGAR .042 16.843 .869 326.525 dibandingkan yang berat badan >2500 gram. Menurut
2.824
Menit 5 Depkes (2008), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat
Usia kehamilan 1.503 .029 4.497 1.164 17.378 disebabkan oleh kelahiran prematur (<37 minggu), bayi
Proses
1.620
.014 5.051 11.385 18.412 Kecil Masa Kehamilan (KMK) atau Small for
persalinan Gestational Age (SGA), maupun kombinasi keduanya.
Constant -3.377 .000 Selain itu, defisiensi zat gizi makro, kekurangan zat gizi
mikro misalnya anemia (Hb<11), faktor lainnya yaitu
Tabel 10. Analisis Regresi Logistik Tahap Kedua obstetri (kehamilan di usia remaja, paritas, jarak
Terhadap Kejadian Sepsis Neonatorum di RSUD Dr. kehamilan), gaya hidup (merokok, alkohol) dan
Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 lingkungan (paparan asap rokok dan polusi) juga dapat
Nilai 95% C.I berhubungan dengan hambatan pertumbuhan janin.16
Variabel B OR Penelitian ini sejalan dengan penelitian Azzahroh,
p Lower Upper
Berat badan dkk 2017 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
2.152 .002 8.602 2.268 32.629
lahir Lampung tahun 2015 menyatakan bahwa dari 94 orang,
Skor mayoritas berat badan lahir ≤2500 gr sebanyak 63 orang
APGAR 1.578 .012 4.845 1.418 16.560
Menit 5 (67%) dan minoritas berat badan lahir >2500 gr yaitu
Usia 31 orang (33%).17
1.369 .042 3.930 1.049 14.728
Kehamilan
Proses
1.504 .020 4.499 1.267 15.972 Distribusi Frekuensi Skor APGAR Berdasarkan
persalinan
- Sampel Penelitian Di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Constant .000 .037 Tahun 2016-2018
3.303
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas skor
Distribusi Frekuensi Kejadian Sepsis Neonatorum APGAR menit 1 dengan skor 0-6 sebanyak 59 orang
di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016- (62,1%) dan minoritas skor APGAR menit 1 dengan
2018 skor 7-10 sebanyak 36 orang (37,9%).
Tabel 1 merupakan hasil penelitian dari 95 Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas skor
neonatus di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2016- APGAR menit 5 dengan skor 0-6 sebanyak 56 orang
2018 menunjukan bahwa neonatus yang mengalami (58,9%) dan minoritas skor APGAR menit 5 dengan
sepsis neonatorum sebanyak 62 neonatus (65,3%) skor 7-10 sebanyak 39 orang (41,9%).
dan tidak mengalami sepsis neonatoroum sebanyak Pada hasil penelitian ini didapatkan skor APGAR
33 neonatus (34,7%). menit 1 dan menit 5 dengan skor 0-6 lebih banyak
Pada hasil penelitian ini didapatkan neonatus yang dibandingan skor 7-10. Penilaian skor APGAR meliputi
mengalami sepsis neonatorum lebih banyak rupa atau warna kulit (appearance), frekuensi nadi atau
dibandingkan yang tidak mengalami sepsis detak jantung (pulse), meringis atau refleks pada
neonatorum. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh rangsangan (grimace), kegiatan atautonus otot lengan
banyak faktor seperti berat badan lahir rendah, skor dan kaki (activity), dan pernafasan (respiration). Faktor
APGAR rendah, jenis persalinan yang kurang yang mempengaruhi skor APGAR, yaitu proses
higenis, KPD, ibu demam intrapartum >380 C, persalinan (seksio sesaria, pervaginam), obat-obatan
korioamnionitis, ketuban berbau, denyut jantung janin yang dikonsumsi ibu (analgetik, narkotik, sedative),
(DJJ) >160x/menit, kembar, usia kehamilan <37 imaturitas, trauma, serta kondisi kardiorespirasi dan
minggu, keputihan yang tidak diobati dan ibu yang neurologis bayi.18
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Carolus, eklampsia, kelainan letak bayi (sungsang, lintang),
dkk 2013 di RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta (plasenta
menyatakan bahwa skor APGAR menit 1 rendah previa), bayi kembar, kehamilan pada ibu berusia lanjut,
sebanyak 37 orang (74%) dan normal sebanyak 13 sejarah bedah caesar pada kehamilan sebelumnya, ibu
orang (26%). Untuk skor APGAR menit 5 rendah menderita penyakit tertentu, infeksi saluran persalinan
sebanyak 30 orang (60%) dan normal sebanyak 20 dan sebagainya. Yang kedua adalah keputusan yang
orang (40%).19 diambil tiba-tiba karena tuntutan kondisi darurat. Meski
sejak awal tidak ada masalah apapun dan diprediksi
Distribusi Frekuensi Usia Kehamilan Berdasarkan persalinan bisa dilakukan dengan normal, ada kalanya
Sampel Penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Kota karena satu dan lain hal timbul selama proses
Medan Tahun 2016-2018 persalinan. Contoh penyebab kasus ini antara lain
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas usia plasenta keluar dini, persalinan berkepanjangan, bayi
kehamilan <37 minggu sebanyak 64 neonatus belum lahir lebih dari 24 jam sejak ketuban pecah,
(67.4%) dan minoritas usia kehamilan ≥37 minggu kontraksi terlalu lemah dan sebagainya.22
sebanyak 31 neonatus (32,6%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Pada hasil penelitian ini didapatkanusia kehamilan dilakukan oleh Merlyana, dkk 2017 menyatakan bahwa
>37 minggu lebih banyak dibandingan usia dari 110 neonatus, sebanyak 61 neonatus (55,5%)
kehamilan <37 minggu. Terdapat beberapa faktor dengan sectio caesarea dan 49 neonatus (44,5%)
yang berpengaruh terhadap persalinan prematur, dengan persalinan spontan.23
seperti faktor plasenta dan janin, faktor ibu atau
maternal, serta faktor gaya hidup. Faktor plasenta dan Distribusi Frekuensi KPD > 12 Jam Berdasarkan
janin yang dapat menyebabkan kelahiran prematur Sampel Penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
adalah pertumbuhan janin terlambat dan dapat Tahun 2016-2018
menimbulkan kecil untuk masa kehamilan (KMK), Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas tidak KPD
faktor inkompatibilitas darah, serta terdapat pemicu sebanyak 62 neonatus (65,3%) dan minoritas KPD
persalinan prematur seperti solusio plasenta, plasenta sebanyak 33 neonatus (34,7%).
previa, dan infeksi yang dapat menyebabkan Pada hasil penelitian ini didapatkan tanpa KPD lebih
karioamnionitis. Faktor maternal yang berpengaruh banyak dibandingan dengan KPD. Penyebab KPD
pada kejadian persalinan prematur adalah faktor usia, sebagian kasus belum bisa diketahui dan tidak dapat
status gizi, paritas, penyakit maternal seperti anemia, ditentukan secara pasti. Kehamilan yang berisiko atau
hipertensi, penyakit diabetes melitus, penyakit ginjal, berhubungan erat dengan KPD adalah multipara/paritas,
penyakit hati, kelainan uterus dan riwayat malposisi, serta disproporsi panggul, amniotomi dimana
prematuritas berulang, dll. Selain itu dapat pula ketuban dipecahkan terlalu dini.24
dikaitkan dengan faktor dari gaya hidup ibu seperti Penelitian ini sejalan dengan penelitian Merlyana,
merokok dan minum alkohol.20 dkk 2017 menyatakan bahwa dari 110 neonatus,
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sebanyak 65 neonatus (59,1%) tanpa KPD dan 45
dilakukan oleh Sari, dkk 2016 yang menyatakan neonatus (40,9%) dengan KPD.23
bahwa dari 97 neonatus, sebanyak 63 neonatus
(64,9%) lahir prematur / <37 minggu dan sebanyak Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian
34 neonatus (35,1%) lahir aterm / >37 minggu.21 Sepsis Neonatorum di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan Tahun 2016-2018
Distribusi Frekuensi Proses Persalinan Berdasarkan Tabel 2 dengan uji statistik dari 95
Berdasarkan Sampel Penelitian di RSUD Dr. orang diperoleh hubungan berat badan lahir <2500 gr
Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 terhadap kejadian sepsis neonatorum dengan nilai p =
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas proses <0,001 artinya bahwa ada hubungan berat badan lahir
persalinan sectio caesarea sebanyak 58 orang dengan kejadian sepsis neonatorum.
(61,1%) dan minoritas proses persalinan spontan Teori menyatakan bahwa bayi berat lahir rendah
sebanyak 37 orang (38,9%). berisiko tinggi mengalami infeksi atau sepsis
Pada hasil penelitian ini didapatkan proses neonatorum kemungkinan karena pematangan organ
persalinan secara sectio caesarea lebih banyak tubuhnya yang belum sempurna (hati, paru, pencernaan,
dibandingan dengan persalinan spontan. Penyebab otak, daya pertahanan tubuh dll) yang menyebabkan
persalinan dengan bedah caesar ini bisa karena bayi lebih mudah terkena infeksi. Kemungkinan lainnya
masalah di pihak ibu maupun bayi. Terdapat dua adalah karena bayi berat lahir rendah sering mengalami
keputusan bedah caesar. Pertama, keputusan bedah kesulitan atau kurang mampu menghisap ASI yang
caesar yang sudah didiagnosa sebelumnya. berakibat terjadinya penurunan daya tahan tubuh dan
Penyebabnya antara lain, ketidakseimbangan ukuran memudahkan terjadinya infeksi.25
kepala bayi dan panggul ibu (panggul sempit, anak Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
besar, letak dahi, letak muka, dsb), keracunan dilakukan oleh Hayun, dkk 2015 dengan judul The Risk
kehamilan yang parah, preeklampsia berat atau Factors Of Early Onset Neonatal Sepsis yang
menunjukan bahwa berat badan lahir rendah Hal ini terjadi sesuai dengan teori yang tertulis
merupakan faktor yang memengaruhi sepsis dalam buku Nelson Textbook of Pediatrics edisi ke-20,
neonatorum. Dalam penelitian ini didapatkan berat dikatakan bahwa bayi yang lahir prematur memiliki
badan lahir rendah proporsinya lebih besar pada yang risiko 3-10 kali lebih tinggi untuk terkena infeksi. Bayi
mengalami sepsis neonatorum (72,6%) dibandingkan yang lahir dari ibu dengan masa gestasi terutama kurang
dengan yang tidak sepsis neonatorum (27,4%).26 dari 37 minggu memengaruhi kejadian sepsis
Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan dikarenakan transpor pasif imunoglobulin dimulai pada
Widayati, dkk 2016 dengan judul Faktor Risiko usia gestasi 8-12 minggu melewati plasenta, masuk
Sepsis Neonatorum di Ruang Perinatologi Rumah sirkulasi fetal pada usia kehamilan 30-40 minggu,
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar yang sehingga bayi yang lahir pada usia gestasi <37 minggu
menunjukan bahwa bayi berat lahir rendah (BBLR) (prematur) mempunyai kekebalan tubuh yang masih
mengalami risiko 6 kali lebih besar mengalami sepsis imatur dan mengalami kekurangan antibodi IgG
neonatorum, dibandingkan bayi berat lahir normal.27 terhadap bakteri tertentu karena antibodi ini tidak
melewati plasenta dari ibu ke darah janin sampai akhir
Hubungan Skor APGAR Dengan Kejadian Sepsis kehamilan, sehingga bayi prematur lebih rentan dalam
Neonatorum di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan melawan infeksi dan mudah untuk terjadinya infeksi
Tahun 2016-2018 atau sepsis. Hal ini juga terjadi karena pada bayi
Berdasarkan Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa prematur banyak dilakukan tindakan invasif seperti
dari 95 orang diperoleh hubungan skor APGAR 0-6 pemasangan ventilasi mekanik, kateter intravaskular,
di menit 1 dan 5 dengan kejadian sepsis neonatorum pemberian nutrisi parenteral yang dapat menyebabkan
dengan nilai p = <0,001 artinya bahwa ada hubungan transmisi bakteri terutama ke neonatus yang rentang
skor APGAR dengan kejadian sepsis neonatorum. terinfeksi. Penyakit komorbid yang dialami oleh bayi
Asfiksia adalah suatu keadaan gawat bayi berupa prematur seperti patent ductus arteriosus (PDA),
kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera necrotizing enterocolitis dan penyakit paru kronik juga
setelah lahir dengan melihat indikator nilai skor meningkatkan risiko untuk terjadinya sepsis
APGAR yang rendah yang dapat mengakibatkan neonatorum.30
hipoksia, hiperkarbia dan asidemia yang selanjutnya Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
akan meningkatkan pemakaian sumber energi dan dilakukan oleh Roeslani, dkk 2013 dengan judul Faktor
mengganggu sirkulasi bayi. Hal ini terjadi karena Risiko Pada Sepsis Neonatorum Awitan Dini yang
bayi yang lahir dengan Apgar score yang rendah saat menunjukan bahwa usia kehamilan <37 minggu
menit pertama meningkatkan kebutuhan prosedur merupakan faktor yang memengaruhi sepsis
ventilasi mekanik dan pemasangan kateter umbilikal neonatorum. Dalam penelitian ini didapatkan usia
sehingga meningkatkan risiko terjadinya sepsis kehamilan <37 minggu proporsinya lebih besar
awitan dini pada bayi baru lahir.28 mengalami sepsis neonatorum (63,3%) dibandingkan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang kontrol (36,7%) dengan nilai p = 0,001.31 Begitu juga
dilakukan oleh Sulistijono, dkk 2013 dengan judul dengan hasil penelitian yang dilakukan Putra, dkk 2012
Faktor Risiko Sepsis Awitan Dini pada Neonatus dengan judul Insiden dan Faktor-Faktor yang
yang menunjukan bahwa skor APGAR 0-6 pada Berhubungan dengan Sepsis Neonatus di RSUP
menit 1 mempengaruhi kejadian sepsis neonatorum. Sanglah Denpasar yang menunjukkan bahwa usia
Dari 45 neonatus, sebanyak 39 neonatus (86,7%) kehamilan <37 minggu (prematur) memengaruhi
dengan skor APGAR <7 pada Menit 1 dan 6 orang kejadian sepsis neonatorum, dimana dari 125 kasus
(14,3%) dengan skor APGAR >7 pada menit 1 sepsis neonatorum yang diteliti diperoleh 68,8%
dengan nilai p = 0,001.28 Penelitian ini juga sejalan prematur dan sepsis dengan nilai p = 0,001.32
dengan penelitian Ningrum, dkk 2015 dengan judul
Faktor Ibu Dan Bayi Yang Berpengaruh Terhadap Hubungan Proses Persalinan Dengan Kejadian Sepsis
Kejadian Sepsis Neonatorum Awitan Dini Pada Bayi Neonatorum di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Prematur yang menunjukan bahwa skor APGAR Tahun 2016-2018
menit 1 (p = 0,024) dan skor APGAR menit 5 (p = Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 95
0,032) berpengaruh terhadap kejadian sepsis orang diperoleh hubungan proses persalinan sectio
neonatorum.29 caesarea dengan kejadian sepsis neonatorum dengan
nilai p = 0,001 artinya bahwa ada pengaruh proses
Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian persalinan dengan kejadian sepsis neonatorum.
Sepsis Neonatorum di RSUD Dr. Pirngadi Kota Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
Medan Tahun 2016-2018 menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan tindakan
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 95 (ekstraksi cunam/vakum dan seksio sesaria) berisiko
orang diperoleh hubungan usia kehamilan dengan mengalami sepsis neonatorurn. Demikian juga
kejadian sepsis neonatorum dengan diperoleh nilai p Saifuddin menyatakan bahwa bayi baru lahir berisiko
= <0,001 artinya bahwa ada pengaruh usia kehamilan tinggi terinfeksi apabila ditemukan bayi dengan riwayat
dengan kejadian sepsis neonatorum. kelahiran dengan tindakan. Infeksi dapat diperoleh bayi
dari lingkungannya diluar rahim ibu, seperti alat-alat Hubungan KPD > 12 Jam Dengan Kejadian Sepsis
penolong persalinan yang terkontaminasi.33 Neonatorum di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Selain itu, terdapat teori sepsis neonatorum Tahun 2016-2018
lainnya memiliki kemungkinan terjadi melalui jenis Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 95
persalinan pervaginam. Group B streptococcus orang diperoleh tidak ada hubungan KPD > 12 jam
merupakan bakteri gram positif penyebab terjadinya dengan kejadian sepsis neonatorum dengan nilai p =
sepsis awitan dini yang terdapat pada jalan lahir 0,374 artinya bahwa tidak ada pengaruh KPD > 12 jam
sehingga bayi yang lahir melewati jalan lahir dapat dengan kejadian sepsis neonatorum.
terpapar oleh bakteri tersebut.32 Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
Akan tetapi fenomena yang terjadi di beberapa KPD merupakan faktor resiko terjadinya sepsis
daerah serta rumah sakit yang telah dilakukan pada neonatorum, ha1 ini dapat terjadi karena KPD dapat
penelitian sebelumnya menunjukan bahwa sepsis meningkatkan komplikasi kehamilan pada ibu maupun
neonatorum lebih banyak berkaitan dengan persalinan bayi terutama infeksi. Infeksi neonatus setelah pecah
seksio sesarea dibandingkan dengan persalinan ketuban dipengaruhi oleh kolonisasi kuman
normal. Hal serupa juga didapatkan dari penelitian ini streptokokus grup beta. Lama ketuban pecah
yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun berhubungan dengan peningkatan koloni kurnan, infeksi
2016-2018 dengan hasil bahwa perbandingan sepsis ascending dan jumlah pemeriksaan vagina (vaginal
neonatorum lebih banyak pada seksio sesarea toucher). Frekuensi pemeriksaan vagina dihubungkan
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Dalam dengan peningkatan infeksi neonatus karena
hal ini ditemukan ketimpangan antara teori mengenai meningkatnya infeksi ascending dari vagina ke kavum
patogenesis terjadinya sepsis neonatorum dengan uteri.33
hasil yang didapatkan pada penelitian ini dan Penelitian ini sejalan dengan Wilar, dkk 2010
beberapa penelitian sebelumnya. dengan judul Faktor Risiko Sepsis Awitan Dini yang
Sepsis neonatorum dapat terjadi secara menunjukan KPD >12 jam tidak berhubungan dengan
multifaktorial. Faktor risiko tersebut dapat berasal kejadian sepsis neonatorum dengan nilai p = 0,538.15
dari ibu atau bayi maupun keduanya secara
bersamaan. Multifaktorial risiko yang menyebabkan Hasil Analisis Multivariat
sepsis neonatorum dapat saling mempengaruhi Tabel 10 menunjukkan bahwa seluruh variabel telah
sehingga hal ini diprediksi menjadi faktor yang dapat signifikan yaitu variabel berat badan lahir, skor APGAR
menyebabkan ketimpangan antara teori dengan Menit 5, usia kehamilan dan proses persalinan (p<0,05),
fenomena dilapangan terhadap perbandingan kejadian maka variabel yang dominan berhubungan dengan
sepsis neonatorum antara persalinan pervaginam kejadian sepsis neonatorum adalah variabel berat badan
dengan persalinan seksio sesarea.33 lahir (p= 0,002; OR=8,6; 95%CI 2.268-32.629), yang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang artinya bahwa berat badan lahir <2500 gram berpeluang
dilakukan oleh Utomo, 2010 dengan judul Risk berisiko 8,6 kali lebih besar mengalami sepsis
Factors of Neonatal Sepsis: A Preliminary Study in neonatorum dibanding dengan berat badan lahir ≥2500
Dr. Soetomo Hospital yaitu dari 31 sampel sepsis gram.
neonatorum dengan menggunakan uji analitik Chi- Tingginya angka kematian pada neonatus masih
square didapatkan hasil yaitu bayi yang lahir dengan sering disebabkan oleh infeksi terutama pada bayi
seksio sesarea mempunyai risiko terjadi sepsis prematur dan BBLSR. BBLR lebih rentan untuk terkena
neonatorum 1,89 kali lebih tinggi daripada yang tidak infeksi terutama pada BBLR dengan prematuritas
melakukan seksio sesarea (OR=1,895) serta nilai karena kadar imunoglobulin serum yang lebih rendah,
p=0,032.30 Hasil yang sama dilakukan oleh Simbolon, ketidakmatangan kulit yang melemahkan pertahanan
2008 yang berjudul Faktor Risiko Sepsis Pada Bayi imunitas bayi, belum sempurnanya fungsi sekretori IgA
Baru Lahir Di RSUD Curup Kabupaten Rejang di mukosa usus yang merupakan lapisan pelindung
Lebong yang menyebutkan bahwa kejadian sepsis terhadap invasi bakteri di usus, dan respon imun adaptif
neonatorum lebih banyak pada bayi dengan riwayat terhadap berbagai patogen masih belum sempurna.35
persalinan dengan tindakan, bayi yang lahir dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
tindakan dapat berisiko 2,142 kali (OR=2,142) dilakukan oleh Widayati, dkk 2016 menunjukan bahwa
mengalami sepsis neonatorum dibandingkan dengan berat badan lahir rendah satu-satunya variabel yang
bayi yang lahir secara normal dengan nilai p = bermakna meningkatkan risiko sepsis neonatorum
0,037.33 Penelitian lain yang mendukung adalah adalah BBLR dengan OR=20,2 (95%CI: 1,4-289,7).27
penelitian oleh Lihawa, dkk 2013 dengan judul
Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Sepsis KESIMPULAN
Neonatorum di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Manado menyebutkan bahwa bayi yang lahir melalui dengan mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis
jenis persalinan seksio sesarea lebih tinggi mengalami penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
sepsis yaitu 5,6% dibandingkan dengan jenis berikut : distribusi frekuensi kejadian sepsis
persalinan spontan sebesar 3,9%.34 neonatorum di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun
2016-2018 mayoritas mengalami sepsis neonatorum Buku Ajar Neonatologi Edisi 1 Cetakan ke 4. 1st
sebanyak 62 neonatus (65,3%), berat badan lahir ed. Jakarta: IDAI; 2014. 171 p.
≤2500 gr sebanyak 63 neonatus (66,3%), skor 12. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari
APGAR menit 1 dengan skor 0-6 sebanyak 59 HI. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2
neonatus (62,1%), skor APGAR menit 5 dengan skor Cetakan ke 4. Jakarta: UKK infeksi dan Penyakit
0-6 sebanyak 56 neonatus (58,9%), usia kehamilan Tropis IDAI; 2015. 358 p.
<37 minggu sebanyak 64 neonatus (67,4%), proses 13. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi
persalinan sectio caesarea sebanyak 58 neonatus Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2014.
(61,1%) dan tidak KPD sebanyak 62 neonatus 14. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan
(65,3%). Serta terdapat hubungan antara berat badan Kesehatan. Edisi 6. Epidemiologi Indonesia;
lahir dengan kejadian sepsis neonatorum dan besar 2014.
resiko berat badan lahir <2500 gram terhadap 15. Wilar Rocky , Ellen Kumalasari, Diana Yuliani
kejadian sepsis neonatorum, terdapat hubungan antara Suryanto, Stefanus Gunawan. Faktor Risiko
skor APGAR menit 1 dan menit 5 dengan kejadian Sepsis Awitan Dini. Sari Pediatri. 2010;12(4):
sepsis neonatorum, terdapat hubungan antara usia 265-269.
kehamilan dengan kejadian sepsis neonatorum, 16. Fajriana Amima ,Annas Buanasita. Faktor Risiko
terdapat hubungan antara proses persalinan dengan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat
kejadian sepsis neonatorum dan tidak terdapat Lahir Rendah Di Kecamatan Semampir Surabaya.
hubungan antara KPD >12 jam dengan kejadian Jurnal Media Gizi Indonesia. 2018;13(1):71-80.
sepsis neonatorum di RSUD Dr. Pirngadi Kota 17. Azzahroh Putri, Wahyu Ekaningtyas Utami.
Medan Tahun 2016-2018. Berat Badan Lahir Rendah Hubungan BBLR Dengan Kejadian Sepsis
<2500 gram merupakan faktor yang paling dominan Neonatorum di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
terhadap kejadian sepsis neonatorum. Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurnal Ilmu dan
Budaya. 2017;40(57):6609-6616.
18. Hanif Hanifa, Syahredi SA, Finny FitryYani.
DAFTAR PUSTAKA Hubungan antara Lama Ketuban Pecah Dini
1. Riyadi ALS. Ilmu Kesehatan Masyarakat. dengan Skor Apgar Neonatus di RSUP dr. M.
Yogyakarta: Penerbit Andi; 2016. Djamil Padang. Jurnal FK Unand. 2017;6(1):1-4.
2. Aryanta IW. Hubungan Ketuban Pecah Dini 19. Carolus Winny, Johnny Rompis, Rocky Wilar.
Dengan Kejadian Infeksi Neonatorum Di Rsud Hubungan Apgar skor Dan Berat Badan Lahir
Abdul Wahab Sjahranie Tahun 2016. Jurnal Dengan Sepsis Neonatorum. E journal Unsrat.
Kedokteran Mulawarman. 2018;5(2):42–49. 2013;1(2):1-7.
3. Hartanto R. Hubungan Kadar Neuron-Specific 20. Setiabudi Muhamad Taufiqy, Hema Dewi
Enolase Serum dengan Mortalitas pada Sepsis Anggraheny, Yolinda Candra Arintya. Analisis
Neonatorum. Sari Pediatri. 2016;17(6):450– Faktor Risiko Kejadian Persalinan Prematur di
454. RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Kedokteran
4. Wilar R, Daud D, Febriani DB. A comparison Muhammadiyah. 2014;3(2):1-8.
of neutrophil gelatinase-associated lipocalin and 21. Sari Enderia, Mardalena. Faktor-Faktor Yang
immature to total neutrophil ratio for diagnosing Berhubungan Dengan Kejadian Sepsis Pada
early-onset neonatal sepsis. Paediatric Neonatorum Di Rumah Sakit Moehammad Hoesin
Indonesia. 2016;56(2):107–110. Palembang. Jurnal Unimus RAKERNAS
5. IDAI. Konsensus Diagnosis dan Tata Laksana AIPKEMA. 2016.
Sepsis pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit 22. Aprina, Anita Puri. Faktor-Faktor yang
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016. 1-2 p. Berhubungan dengan Persalinan Sectio Caesarea
6. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI. di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Buku Ajar Neonatologi Edisi 1 Cetakan ke 4. Lampung. Jurnal Kesehatan. 2016;7(1):90-96.
1st ed. Jakarta: IDAI; 2014. 171 p. 23. Merlyana Sheilla, Desilestia Dwi Salmarini ,Dewi
7. Lissauer T, Fanaroff A. At a Glance Pusparani Sinambela. Factors Related To
Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. Neonatal Sepsis Events In Dr. H. Moch. Ansari
100 p. Saleh Hospital Banjarmasin. ATLANTIS PRESS.
8. Kliegman RM. Infection of the neonatal infant 2017;6:549-557.
Nelson of pediatric20th. Canada: Elsevier; 24. Mochtar R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi,
2016. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC; 2012.
9. Bansal C, Agrawal R, Sukumaran T. IAP 25. Atikah P, Cahyo I. BBLR : Berat Badan Lahir
Textbook of Pediatrics. New Delhi: Jaypee Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
Brothers Medical Publishers (P) Ltd.; 2013. 26. Hayun Muhammad. Ema Alasiry, Dasril Daud,
366-368 p. Dwi Bahagia Febriani, Djauhariah Madjid. The
10. Pl Risk Factors of Early Onset Neonatal Sepsis.
11. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI. American Journal of Clinical and Experimental
Medicine. 2015;3(3):78-82.
27. Widayati Kurniasih, Desak Putu Yuli Kurniati,
Gusti Ayu Trisna Windiani. Risk Factors Of
Neonatal Sepsis At Perinatology Unit Sanglah
General Public Hospital Denpasar. Public
Health and Preventive Medicine Archive.
2016;4(1):67-73.
28. Sulistijono E, RvcBrigitta Ida, K Siti Lintang, K
Astrid Kristina. Faktor Risiko Sepsis Awitan
Dini pada Neonatus. Jurnal Kedokteran
Brawijaya. 2013;27(4):232–235.
29. Ningrum ND, Suswihardhyono ANR. Faktor
Ibu dan Bayi yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Sepsis Neonatorum Awitan Dini pada
Bayi Prematur. Media Medika Muda.
2015;4(4):1331–1341.
30. Utomo Martono Tri. Risk Factors of Neonatal
Sepsis: A Preliminary Study in Dr. Soetomo
Hospital. Indonesian Journal Of Tropical and
Infectious Disease. 2010;1(1):23-26.
31. Roeslani Rosalina D, Idham Amir, M. Hafiz
Nasrulloh, Suryani. Penelitian awal : Faktor
Risiko Pada Sepsis Neonatorum Awitan Dini.
Sari Pediatri. 2013;14(6):363-368.
32. Putra, Putu Junara. Insiden dan Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Sepsis Neonatus di
RSUP Sanglah Denpasar. Sari Pediatri.
2010;14(3):205-211.
33. Simbolon, Demsa. Faktor Risiko Sepsis Pada
Bayi Baru Lahir Di RSUD Curup Kabupaten
Rejang Lebong. Bul. Penel Kesehatan.
2008;36(3):127-134.
34. Lihawa Maria Y., Max Mantik, Rocky Wilar.
Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian
Sepsis Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Jurnal E-Clinic. 2014;2(1):1-
5.
35. Rahmawati Putri, Mayetti Mayetti, Sukri
Rahman. Hubungan Sepsis Neonatorum dengan
Berat Badan Lahir pada Bayi di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
2018;7(3):405-410.

Potrebbero piacerti anche