Sei sulla pagina 1di 11

REPORT OF INTRODUCTION ABOUT DIGESTION SYSTEMS

1. Basic concepts
The digestive system or the gastrointestinal system (from the mouth to the anus) is an organ
system in humans that functions to receive food, digest it into nutrients and energy, absorb
nutrients into the bloodstream and get rid of parts of food that cannot be digested or is the rest
of the process from the body.

The digestive tract consists of the mouth, throat (pharynx), esophagus, stomach, small intestine,
large intestine, rectum and anus. The digestive system also includes organs that are located
outside the digestive tract, namely the pancreas, liver and gallbladder.

The digestive system is related to receiving food and preparing it for assimilation of the body.
Besides that the mouth contains teeth for chewing food, and a tongue which helps for taste and
swallowing. Some glands or groups of glands pour important digestive juices into the digestive
tract. The digestive tract is limited by mucous membranes (mucous membranes), from the lips
to the end of the esophagus, plus layers of epithelium (Pearce Evelin C. 2014).

Gastritis is a condition when the stomach lining becomes irritated, inflamed or eroded. In the
stomach lining there are glands whose function is to produce stomach acid and also digestive
enzymes. To prevent irritation to the stomach lining, the layer is protected by thick mucus. If the
mucus is gone, irritation is very possible.

Based on the period of development of symptoms, gastritis is divided into two, namely acute
(develops rapidly and suddenly) and chronic (develops slowly). Gastritis is called also with gastric
inflammation or gastric irritation that can appear improbe and in a relatively long time. This
disease is different from ulcer although the symptoms caused are similar.

Gastritis dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu akut dan kronis. Pada gastritis akut terjadi
jika iritasi terjadi secara tiba-tiba. Gejala yang ditimbulkan pada gastritis akut yaitu nyeri ulu hati
yang parah walau hanya sementara.

2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu:
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan
oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong
oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagianbagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim),
yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Ke atas
bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari: Bagian superior = bagian yang
sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan
bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai
diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus.
d. Lambung
Lambung atau bagian dari saluran pencernaan yang tidak mekar paling banyak terletak
terutama di daerah epigastrium diafragma dan didepan pankreas, dan sebagian di
sebelah kiri daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar, panjang usus halus ± 2,5
meter dalam keadaan hidup, dibagi beberapa bagian yaitu duodenum yang panjangnya
± 25 cm, yeyunum ± 2 meter dan ileum ± 1 meter. Struktur lambung terdiri dari 4 lapisan
yaitu:
1) Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa
2) Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan yaitu :
a) Selaput longitudinal yang tidak dalam dan tidak bersambung dengan
otot oesofagus.
b) Serabut oblig yang terutama pada fundus lambung dan berjalan dari
orifisum kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura
minor.
c) Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta
membentuk otot spingter dan berada di bawah lapisan pertama.
3) Lapisan sub mukosa yang terdiri dari jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran limfe.
4) Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal yang terdiri dari atas
banyak kerutan dan rugae yang hilang bila organ itu mengembang oleh karena
berisi makanan Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak
cairan limfe. Fungsi lambung terdiri dari :
a) Fungsi motorik yaitu sebagai tempat penyimpanan makanan sampai
makanan tersebut sedikit-sedikit dicerna.
b) Fungsi sekresi dan pencernaan yaitu mengeluarkan sekret cairan
pencernaan, getah lambung (HCl) yang mengasamkan semua makanan
dan bekerja sebagai zat antiseptik dan desinfektan sehingga banyak
organisme yang ikut masuk bersama makanan dan tidak berbahaya.
Beberapa enzim pencernaan yang terdapat dalam getah lambung
diantaranya adalah pepsin yang akan memecahkan lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.
c) Fungsi usus halus antara lain:
 Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap
melalui kapiler-kapiler darah
 Menyederhanakan semua zat protein menjadi asam amino.
 Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting: Lendir
melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida
menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak.
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan
organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-
8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari:
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-
bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

1) Usus Buntu (sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
2) Appendix
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi
manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan
caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan
organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai
fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai
appendektomi.
3) Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih
tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus
merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter.
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang
merupakan fungsi utama anus.
3. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut:
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.

Penyebab lain adalah

a. Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan makan-
makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
b. Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan
produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung.
c. Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula
menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar
tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman
penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh
penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada
sebelumnya.
4. Tanda dan Gejala
a. Gastritis akut erosive
Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai
sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang
sangat mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi
renjatan karena kehilangan darah.
2) Nyeri timbul pada ulu hati
3) Mual dan muntahPerdarahan saluran cerna
b. Gastritis kronis
1) Bervariasi dan tidak jelas
2) Perasaan penuh, anoreksia
3) Distress epigastrik yang tidak nyata
4) Cepat kenyang
5. Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan pelepasan
atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus vagus, setelah
melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-
kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan
hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya
berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung.

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung,
mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke
dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung dan
nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis.

Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena mekanisma
neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika asam lambung atau
hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya
asam hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa
lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi
epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan
produksi mukosa lambung.
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang terpajan yaitu
syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga
merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan
akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar
di epigastrium tengah dan punggung.

Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat parasimpatis
dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu nikotin juga dapat
mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat netralisasi asam lambung dalam
duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah.

Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan vaskularisasi, sehingga


mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-kelamaan menyebabkan atropi
gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal
ini berfungsi untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka
faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi
anemia perniciosa.
6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Pencernaan
a. Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b. Pemeriksaan endoskopi.
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat
perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pyloridalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi
melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang
lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu
atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk
menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi
gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid
output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histaminatau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C, 2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ed.8, Vo.2, EGC, Jakarta.

Rondhianto, Keperawatan Perioperatif, http//www.google.co.id, diambil tanggal 4 Maret 2014

PP HIPKABI, 2012, Buku Panduan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar Bedah, HIPKABI Press,
Jakarta.

A.Aziz Halimul Hidayat, 2014, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salema Medika. Budi
Kusuma, 2015, Ilmu Patologi, Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta: EGC

file:///C:/Users/user/Downloads/414978512-LP-Sistem-Pencernaan.pdf

Potrebbero piacerti anche