Sei sulla pagina 1di 9

Jurnal AgroBiogen 1(2):76-84

ULASAN
Dampak Tanaman Transgenik Bt terhadap Populasi
Serangga Pengendali Hayati
Bahagiawati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jalan Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111

ABSTRACT hanya mendukung populasi serangga hama, tetapi


juga memberikan ruang bagi populasi serangga yang
Effect of Bt Transgenic Plant on Biological Agent Popula-
tion. Bahagiawati. An alternative technique to improve
makan serangga hama tanaman tersebut. Interaksi
plant resistance to insect pests is plant transformation using antara tanaman, serangga hama, dan musuh alami
the genetic engineering technology. Several transgenic berperan dalam mengontrol populasi hama itu sendiri
plants resistant to insect have been produced and commer- yang dalam istilah ekologi dikenal dengan sistem tri-
cially released to environment in some industrial and devel- tropik. Dalam sistem ini, tanaman merupakan tingkat
oping countries. Before release, transgenic plants need to be (level) pertama dari tropik, serangga hama merupakan
assessed for their potential risks to human health and envir- tingkat kedua, dan musuh alami merupakan tingkat
onment. One of the environmental risk assessments is the ketiga (Gambar 1). Pentingnya tanaman bagi perkem-
potential risk to non-target insects, including the biocontrol
bangan populasi predator dan parasit dan potensinya
insects. Laboratories, glasshouse, and field experiments
have been conducting the study of the impact of transgenic
untuk mengatur keberhasilan pengendalian hayati te-
plant resistance to insect, especially transgenic Bt plants to lah lama diketahui (Schuler et al. 1999). Karena kekha-
the population of predators and parasitoids. However the watiran bahwa tanaman transgenik akan merusak ke-
results were controversial. The objective of this review is to stabilan populasi serangga pengendali hayati, maka
inform some of controversial results, and to suggest serial produk rekayasa genetik perlu dikaji keamanannya
experiments need to be done to solve the problem. The terhadap lingkungan sebelum dilepas di alam. Di
impact of the transgenic plant resistance to insects depends beberapa negara telah ditetapkan persyaratan untuk
on several factors, such as genes that are used to transform pengkajian pengaruh tanaman transgenik baik terha-
the plants, the kind of plant pests, and the kind and stages of
dap hama sasaran maupun serangga pengendali haya-
the insect natural enemies. Results of the experiments were
influenced by sites of the experiments (laboratory, glass-
ti yang hidup dan berkembang dari serangga hama
house, or field) and contact of the natural enemies to the sasaran.
toxin. Some experiments showed that the transgenic Bt Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk memapar-
plants have no impact to the natural enemies population, kan hasil-hasil penelitian tentang dampak tanaman
and otherwise. Due to the controversial results, the experi- transgenik, khususnya tanaman yang mengandung
ment and assessment should be done in depth and carefully gen cry dari Bacillus thuringiensis (Bt), terhadap beber-
studied. A sequential experiments need to be adopted to
apa serangga pengendali hayati.
avoid the misleading interpretation, and the assessment
need to be based on a case by case study.
TANAMAN TRANSGENIK BT
Key words: Transgenic Bt plants, potential risks, impact to
biocontrol insects. Seperti pada tanaman transgenik lainnya, maka
perkembangan luas areal tanaman transgenik Bt juga
PENDAHULUAN mengalami peningkatan, misalnya luas areal tanaman
Perakitan tanaman transgenik yang dapat meng- kapas Bt di USA pada 1996 mencapai 0,73 juta ha. Jika
ekspresikan gen penyandi protein yang bersifat insekti- dijumlahkan, maka luas pertanaman kapas Bt mulai
sidal memberikan beberapa keuntungan dalam usaha tahun 1996 sampai 2003 mencapai 23,3 juta ha.
peningkatan produksi pertanian. Walaupun demikian, Tanaman transgenik Bt ditanam di beberapa negara
seperti halnya dengan pestisida, tanaman hasil perakit- seperti di USA, Kanada, Argentina, Brasil, India, China,
an dengan teknologi baru ini secara teori berpotensi Filipina, dan beberapa negara lain termasuk Indone-
mengubah ekosistem tanaman-serangga hama dan sia (James 2002; Saragih 2004).
serangga pengendali hayati. Di lapang, tanaman tidak Tanaman transgenik Bt merupakan tanaman
transgenik pertama yang dilepas di alam untuk tujuan
Hak Cipta 2005, BB-Biogen
komersial dan menempati urutan pertama dalam daf-
2005 BAHAGIAWATI: Dampak Tanaman Transgenik Bt 77

Tingkat tropik 1: musuh alami (predator/parasitoid)

Efek langsung Efek langsung

Efek interaksi

Unprocessed novel dan/atau Processed novel dan/atau


senyawa alami pada tanaman senyawa alami pada tanaman

Senyawa pada herbivora Senyawa pada herbivora


Tingkat tropik 2: herbivora

Efek langsung Efek langsung

Efek interaksi

Senyawa alami tanaman Senyawa novel/baru dari gen yang


diintroduksi

Tingkat tropik 1: tanaman transgenik

Gambar 1. Kerangka efek jaringan makanan pada tanaman transgenik tahan hama.
Sumber: Hilbeck (2001).

tar tanaman transgenik tahan hama. Tanaman trans- Pengetahuan tentang mekanisme kerja endotok-
genik Bt merupakan hasil rekayasa genetik dengan sin Bt penting untuk menentukan proses utama yang
mengintroduksi gen cry1A yang diisolasi dari bakteri bertanggung jawab terhadap kespesifikan dari suatu
gram positif B. thuringiensis. Bakteri B. thuringiensis kristal protein. Faktor utama yang menentukan kisaran
adalah bakteri yang pada proses sporulasinya mengha- inang dari kristal protein adalah perbedaan pH di
silkan kristal protein yang bersifat toksik dan dapat midgut larva yang mempengaruhi proses kelarutan
membunuh serangga (insektisidal) (Hofte dan (solubilization) dan pengubahan kristal yang tidak ak-
Whiteley 1989). Kristal protein Bt yang bersifat insek- tif menjadi aktif, serta keberadaan lokasi penempelan
tisidal sering disebut dengan -endotoksin. Kristal ini di (binding-site) yang spesifik dari protoksin di dalam
alam merupakan protoksin yang jika larut dalam usus perut (gut) serangga (Lereclus et al. 1993).
serangga karena proses proteolisis akan diubah men- Bakteri B. thuringiensis mempunyai beberapa
jadi polipeptida yang lebih pendek (27-149 kilo Dalton) subspesies, yaitu subsp. kurstaki, aizawai, sotto,
serta mempunyai sifat insektisidal. Toksin aktif ini ber- entomocidus, berliner, san diego, tenebroid, morrisoni,
interaksi dengan sel-sel epitel dari usus (midgut) se- dan israelensis. Setiap subspesies Bt memiliki bebe-
rangga. Toksin Bt mengakibatkan terbentuknya pori- rapa strain, seperti strain HD-1 dan HD-5. Suatu strain
pori pada membran sel saluran pencernaan, sehingga Bt pada umumnya memproduksi lebih dari satu jenis
mengganggu keseimbangan osmotik sel tersebut. Sel kristal protein. Gen yang menyandi pembentukan kris-
yang terganggu tekanan osmosisnya menjadi bengkak tal protein Bt telah diisolasi dan dikarakterisasi. Gen ini
dan pecah, sehingga serangga mati (Hofte dan disebut gen cry yang merupakan singkatan dari kata
Whiteley 1989). crystal. Kristal endotoksin Bt dikelompokkan menjadi
78 JURNAL AGROBIOGEN VOL 1, NO. 2

lima kelas utama berdasarkan homologi sekuen asam dengan lalat parasit Bessa remota pada tahun 1925
amino pada terminal N, bobot molekul, dan aktivitas yang diimpor dari Malaysia (Hajek 2004); (3) pengen-
insektisidalnya. Kelima kelas tersebut adalah (1) cry1 dalian walnut aphid (Chromaphis juglandicola) di
yang menyerang serangga lepidoptera, (2) cryII yang California dengan Trioxy pallidus yang diimpor dari
dapat menyerang lepidoptera dan diptera, (3) cryIII Perancis pada tahun 1981 (Hajek 2004), dan (4) pe-
yang dapat menyerang koleoptera, (4) cryIV yang da- ngendalian hama penggerek batang jagung (European
pat menyerang diptera, (5) cryV yang dapat menye- stemborer, Ostrinia nubilalis) dengan Trichogramma
rang lepidoptera dan koleoptera (Bahagiawati 2000). ostriniae di negara bagian New York, Amerika Serikat,
pada tahun 2002 (Wright et al. 2002). Kemajuan peng-
SERANGGA PENGENDALI HAYATI gunaan serangga pengendali hayati cukup menggem-
birakan di luar negeri, berdasarkan jumlah perusahaan
Penggunaan serangga pengendali hayati untuk yang mengkomersialkan predator dan parasitoid untuk
mengendalikan serangga hama tanaman merupakan pengendalian serangga hama tanaman. Pada tahun
kegiatan yang sudah lama diketahui dalam sistem per- 1989, 25 perusahaan di Kanada dan Amerika Serikat
tanian. Suatu contoh klasik adalah penggunaan semut telah memproduksi dan menjual parasitoid dan preda-
untuk mengendalikan hama pada tanaman jeruk di tor yang meliputi parasitoid kutu (fly, Diptera), dan
China. Contoh lain adalah pengendalian hayati kutu lebah (wasps, Hymenoptera), serta predator lacewing
jeruk cottony cushion di California pada tahun 1880-an (Neuroptera), dan Lady bird (Coleoptera) (Pedigo
dengan menggunakan parasitoid dan predator. Bebe- 1989). Pada tahun 2000, lebih dari 130 spesies predator
rapa contoh pengendalian hayati yang dilakukan di dan parasitoid telah diproduksi untuk tujuan komersial
Indonesia adalah pengendalian hama kutu loncat pa- di berbagai negara di dunia (van Lenteren 2000).
da tahun 1980-an dengan menggunakan serangga pre-
dator Curinus curilius atau Lady Bird Beetle yang di-
PENGARUH TANAMAN TRANSGENIK TAHAN HAMA
impor dari Hawaii (Oka dan Bahagiawati 1988) dan
TERHADAP SERANGGA PENGENDALIAN HAYATI
pengendalian hama kedelai dengan parasitoid Tricho-
gramma spp. (Marwoto 2005). Anggapan bahwa tanaman transgenik mempu-
Pada umumnya, serangga pengendali hayati ber- nyai potensi mempengaruhi keseimbangan alam, se-
fungsi sebagai predator dan parasitoid (Pedigo 1989). dangkan tanaman hasil pemulian konvensional tidak
Predator dalam hal ini adalah serangga yang memang- berdampak negatif tidak selalu benar. Secara keselu-
sa atau makan serangga lain (prey). Predator dapat ruhan, tanaman transgenik seperti halnya dengan ta-
memangsa larva dan imago serangga dan biasanya naman konvensional mempunyai potensi mempenga-
memangsa beberapa mangsa dalam satu siklus hidup- ruhi populasi musuh alami. Namun demikian, penga-
nya. Parasitoid adalah serangga yang hidup pada se- ruh ini tidak dapat diambil secara umum (digene-
rangga lain yang lebih besar sebagai inangnya. Para- ralisasikan). Pengaruh ini sangat spesifik, tergantung
sitoid berkembang dan mencapai fase imago pada se- jenis gen tahan yang diintroduksikan ke tanaman
ekor serangga inang, memarasit serangga inang pada transgenik, jenis hama, dan jenis predator atau parasit-
saat parasitoid berada dalam periode pre-imago. nya.
Setelah menjadi imago, parasitoid hidup bebas di luar Pengaruh negatif dari varietas tahan terhadap
inangnya. Biasanya dalam suatu serangga inang dapat larva parasitoid juga ditemukan pada parasitoid yang
hidup lebih dari satu parasitoid. Parasitoid memiliki memangsa hama yang hidup pada tanaman tahan
inang yang lebih spesifik daripada predator (Pedigo hasil pemuliaan konvensional. Misalnya -tomatine
1989). dan nicotine menunjukkan pengaruh negatif terhadap
Pengendalian hama dengan menggunakan se- daya bertahan hidup parasitoid pada hamanya
rangga pengendali hayati (predator dan parasitoid) (Schuler et al. 1999).
tidak mencemari lingkungan, tetapi cara ini tidak kom- Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
patibel dengan cara pengendalian lain, khususnya maka tanaman hasil rekayasa genetika ini juga mem-
pestisida (Pedigo 1989). Beberapa kasus keberhasilan punyai potensi mempengaruhi keberadaan dan fungsi
pengendalian hayati telah dilaporkan, misalnya: (1) musuh alami. Pengaruhnya dapat bersifat positif, nega-
pengendalian cottony cushion scale (Icerya purchasi) tif, atau netral, tergantung jenis toksin yang diekspresi-
di California pada tahun 1868 dengan mengintroduksi kan oleh gen yang terdapat pada tanaman transgenik
Lady bird beetle (Rodolia cardinalis) dari Australia tersebut, jenis hama, dan jenis predator serta parasit
(Pedigo 1989); (2) pengendalian coconut moth pada habitat tanaman tahan tersebut. Pada saat ini,
(Levuana iridescens) pada perkebunan kelapa di Fiji beberapa gen tahan telah digunakan untuk merakit
2005 BAHAGIAWATI: Dampak Tanaman Transgenik Bt 79

tanaman tahan hama dengan teknik rekayasa genetik, bahan sifat fisik. Sebagai contoh tanaman transgenik
antara lain gen cry dari B. thuringiensis. Selain gen cry, menghasilkan senyawa volatil yang berbeda susunan
gen-gen lain juga telah digunakan untuk merakit ta- molekulnya dengan yang dihasilkan tanaman non-
naman transgenik tahan hama. Gen-gen ini umumnya transgenik dari spesies yang sama, walaupun hal ini
diisolasi dari tanaman, misalnya gen -amilase in- sangat jarang terjadi. Perubahan senyawa volatil ini ju-
hibitor, gen lectin, dan gen proteinase inhibitor (Baha- ga mempunyai potensi untuk mengubah tingkah laku
giawati 2000). Setiap gen mempunyai sasaran hama musuh alami, terutama kemampuan musuh alami da-
yang berbeda. Promoter yang digunakan dalam proses pat mengenal dan menemukan mangsa atau inang-
perakitan juga bermacam-macam, antara lain cauliflo- nya. Rangkuman pengaruh tanaman transgenik tahan
wer mosaic virus 35S yang dapat terekspresi di seluruh hama terhadap populasi musuh alaminya dapat dilihat
jaringan tanaman, rice sucrose synthase yang tereks- pada Tabel 1.
presi di jaringan phloem saja, maize ubiquitin yang Di samping itu, pengaruh tanaman transgenik ta-
terekspresi di seluruh jaringan tanaman, dan maize han hama terhadap musuh alaminya dapat terjadi baik
pollen specific promoter yang hanya terekspresi di secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
jaringan benangsari (Schuler et al. 1998). Di jaringan langsung disebabkan oleh pengaruh toksin secara
mana saja gen ini terekspresi tentu mempengaruhi langsung terhadap musuh alami. Pengaruh tidak lang-
jenis hama yang menyerangnya. Misalnya, tanaman sung terjadi karena reduksi dari jumlah dan kualitas
transgenik yang dirakit dengan menggunakan pro- inang atau mangsa dan secara tidak sengaja introgresi
moter rice sucrose synthase hanya efektif terhadap ha- gen menyebabkan perubahan sifat fisik dan kimia
ma sasaran yang menyerang phloem, seperti wereng tanaman, sehingga tanaman tidak menarik untuk di-
coklat. Jika tanaman transgenik dirakit dengan meng- kunjungi musuh alami (Dutton et al. 2003).
gunakan promoter yang dapat diekspresikan di selu-
ruh jaringan tanaman, maka diharapkan tanaman ini PENGARUH TANAMAN TRANSGENIK BT TERHADAP
efektif untuk mengendalikan hama yang menyerang JENIS DAN STADIA MUSUH ALAMI
daun, batang, dan akar. Demikian juga pada tanaman
yang dirakit dengan promoter yang terekspresi di be- Toksin yang terdapat pada biopestisida Bt ber-
nangsari, maka hanya efektif untuk hama yang me- lainan dengan yang terdapat pada tanaman transgenik
nyerang benangsari. Bt. Pada biopestisida Bt, toksin hanya terdapat dalam
Setiap hama mempunyai komplek musuh alami bentuk protoksin. Biasanya protoksin ini mempunyai
yang berbeda, misalnya musuh alami wereng coklat bobot molekul lebih besar daripada toksinnya. Protok-
berbeda dengan musuh alami penggerek batang padi. sin Bt jika dimakan oleh serangga sasaran akan ber-
Insersi gen yang diintroduksikan berpengaruh terha- ubah di saluran pencernaan serangga menjadi toksin
dap tanaman yang dimodifikasi. Tanaman transgenik yang mempunyai bobot molekul lebih kecil. Perubah-
ini diharapkan mengekspresikan gen yang diintroduksi an protoksin menjadi toksin terjadi karena aktivitas en-
dan menunjukkan sifat proteksi terhadap serangga ha- zim proteinase di dalam saluran pencernaan serangga.
ma sasaran. Namun demikian, kadang-kadang tanam- Lain halnya dengan biopestisida Bt pada tanaman
an transgenik memperlihatkan pengaruh yang tidak di- transgenik, toksin Bt terdapat dalam bentuk toksin.
harapkan atau terabaikan, misalnya mengalami peru- Protoksin Bt yang digunakan sebagai biopestisida pada

Tabel 1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengaruh tanaman transgenik terhadap populasi
serangga pengendali hayati.

Tingkat tropik Atribut


Tanaman transgenik Tingkat ketahanan tanaman
Promoter yang mengatur ekspresi gen
Perubahan senyawa volatil
Keberadaan tanaman alternatif yang peka
Hama tanaman Kepekaan terhadap toksin yang diintroduksikan
Keberadaan inang alternatif
Perubahan tingkah laku serangga (geografi) karena tanaman transgenik
Perubahan mobilitas serangga
Musuh alami Tipe musuh alami (predator atau parasit)
Kepekaan terhadap toksin yang diintroduksikan
Mobilitas musuh alami
Ciri-ciri predator atau parasit, generalis atau spesialis
Sumber: Schuler et al. (1999).
80 JURNAL AGROBIOGEN VOL 1, NO. 2

umumnya tidak toksik terhadap parasitoid, meskipun Pengaruh Tanaman Transgenik Bt terhadap
terdapat perkecualian pada beberapa kasus hasil pe- Parasitoid Imago
nelitian di laboratorium (Schuler et al. 1999).
Parasitoid yang berada pada stadia imago ma-
Toksin yang ada di dalam tanaman transgenik Bt kan pada kelenjar nektar bunga. Peluang terjadinya
juga berpotensi mempengaruhi populasi musuh alami kontak antara parasitoid dengan toksin yang ada pada
serangga sasaran. Namun demikian, pengaruh ini sa- tanaman transgenik kecil, karena promoter yang di-
ngat bergantung pada jenis musuh alami dan stadia- gunakan untuk transformasi tanaman umumnya tidak
nya, misalnya pada serangga parasitoid mempunyai terekspresi pada benangsari. Hasil penelitian menun-
karakteristik yang berbeda antara imago dan larvanya. jukkan bahwa toksin cry1Ac tidak berpengaruh terha-
Tanaman transgenik berpengaruh secara tidak lang- dap parasitoid Nasonia vitripennis, jika terjadi kontak
sung terhadap larva parasitoid, karena parasitoid ini dan imagonya makan nektar yang bercampur toksin
terpapar lebih banyak di jaringan tubuh larva yang di- cry1Ac (Sims 1995). Mekanisme parasit dan predator
makannya daripada langsung pada tanaman transge- untuk datang dan mendapatkan inangnya juga berda-
nik. Larva parasitoid akan terpapar ke berbagai protein sarkan senyawa volatil yang dikeluarkan oleh tanaman
yang ada di tubuh serangga yang diparasitisasi secara tatkala dimakan oleh serangga hamanya. Cotesia plu-
langsung, ketika mereka makan jaringan tubuh inang- tella lebih menyenangi tanaman yang telah dimakan
nya. Dosis mematikan (sublethal dosage) dari toksin larva P. xylostella yang sehat dan hidup pada larva
yang ada di tubuh inang kemungkinan akan mening- yang makan atau hidup pada tanaman Bt (Schuler et
katkan daya parasitismenya, yaitu dengan melemah- al. 1999).
nya sistem imun dari inangnya.
Perubahan tingkah laku hama yang makan pada
Pengaruh tanaman transgenik Bt sangat dipenga- tanaman transgenik juga mempengaruhi kesuksesan
ruhi oleh jenis hama tanaman dan jenis serta stadia
hidup parasitoid. Sebagai contoh, larva L. Decemline-
musuh alaminya. Penelitian tentang pengaruh tanam-
ata dan P. xylostella yang makan pada tanaman trans-
an transgenik tahan hama terhadap musuh alami telah
genik Bt membuatnya lemah dan tidak banyak berge-
dilakukan baik di laboratorium dengan metode ma-
rak. Hal ini memudahkan parasitoid M. doryphorae
kanan buatan, dengan menggunakan toksin Bt mau-
dan C. plutellae untuk meletakkan telurnya (Lopez
pun dengan makanan alami dalam bentuk daun, ba-
dan Ferro 1995).
tang atau tanaman transgenik Bt. Di samping itu, pe-
nelitian juga dilakukan dalam kondisi alami di lapang.
Di bawah ini diuraikan beberapa hasil penelitian Pengaruh Tanaman Transgenik Bt terhadap
pengaruh tanaman transgenik pada jenis dan stadia Perkembangan Predator
musuh alami berbeda di laboratorium dan di lapang. Predator, baik pada stadia imago maupun larva,
hidup bebas, tidak di dalam tubuh serangga, sehingga
Pengaruh Tanaman Transgenik Bt terhadap
lebih bebas bergerak dan biasanya mempunyai mang-
Pre-Imago Parasitoid
sa yang lebih beragam. Predator biasanya tidak begitu
Pengaruh toksin Bt pada dosis sublethal terhadap dipengaruhi oleh penurunan populasi dari mangsanya.
hama kubis diamond backmoth (Plutella xylostella) di Beberapa predator seperti Coccinella spp., mencari
laboratorium menunjukkan bahwa toksin Bt dapat mangsa secara acak, sedangkan predator lain seperti
memperpanjang masa berpupa parasit braconid Cote- lacewing menggunakan senyawa volatil yang dikeluar-
sia plutellae, namun tidak berpengaruh terhadap bra- kan oleh tanaman. Perubahan profil senyawa volatil
conid lain, yaitu Dinadegma insulare yang juga me- yang dikeluarkan oleh tanaman transgenik mempe-
mangsa P. xylostella (Schuler et al. 1999). Pengaruh ngaruhi keberhasilan predator untuk mendapatkan
negatif toksin Bt juga tidak dijumpai pada parasitoid habitatnya.
hama kubis Helicoverpa armigera dengan parasit Mi- Pengaruh tanaman transgenik Bt terhadap pre-
croplitis croceipes (Blumberg et al. 1997). dator jenis hama tertentu berbeda-beda, bergantung
Percobaan lapang dengan tanaman transgenik pada jenis predatornya. Hilbeck et al. (1998a) meng-
tembakau yang mengekspresikan toksin Bt dengan amati mortalitas larva chrysopid (Chrysoperla carnea)
tingkat rendah menunjukkan adanya pengaruh siner- yang mamangsa Ostrinia nubilalis dan Spodoptera
gistik dengan parasitoid Campoletis sonorensis dalam littoralis yang dipelihara pada tanaman jagung Bt dan
mengendalikan H. virescens. Perpanjangan periode non-Bt. Mereka menemukan persentase kematian lar-
larva pada H. virescens yang makan tanaman temba- va C. carnea yang memangsa O. nubilalis yang diper-
kau Bt membuat waktu lebih panjang bagi C. sonoren- banyak pada tanaman jagung Bt lebih tinggi (62%)
sis untuk memparasit H. virescens (Johnson 1997).
2005 BAHAGIAWATI: Dampak Tanaman Transgenik Bt 81

daripada kematian larva predator pada jagung non-Bt predator O. nubilalis (Pilcher et al. 1997). Namun De-
(37%). Hal serupa tidak terjadi pada C. carnea yang mikian, penelitian Pilcher et al. (1999) yang dilakukan
memangsa S. littoralis, baik pada tanaman jagung Bt di lapang menunjukkan hal yang sebaliknya, populasi
maupun jagung non-Bt. Hilbeck et al. (1998b) meneliti Macrocentris grandii pada perangkap yang diletakkan
pengaruh cry1Ab terhadap perkembangan larva C. Car- di pertanaman jagung Bt berkurang 30-60%.
nea dengan metode makanan buatan untuk mengkon- Rangkuman hasil penelitian yang tidak konsisten
firmasi hasil penelitian sebelumnya. Hasilnya menun- disajikan pada Tabel 2. Hasil yang tidak konsisten ini
jukkan bahwa cry1Ab juga bersifat toksik terhadap C. disebabkan antara lain oleh perbedaan metode yang
carnea. Pada tahun 1999, Hilbeck (Hilbeck et al. 1999) digunakan oleh para peneliti, mulai dari percobaan di
mengadakan penelitian untuk mengkonfirmasi hasil laboratorium menggunakan makanan buatan dan ma-
penelitian sebelumnya menggunakan dosis yang lebih kanan alami, penelitian di rumah kaca, hingga peneliti-
tinggi dari toksin cry1Ab melalui makanan buatan un- an di lapang; perbedaan jenis serangga pengendali ha-
tuk mengetahui pengaruhnya terhadap C. carnea yang yati yang digunakan (parasitoid atau predator), dan
memangsa S. littoralis. Hasil penelitiannya juga me- perbedaan antara stadia serangga pengendali hayati
nunjukkan bahwa toksin cry1Ab toksik terhadap C. yang digunakan. Oleh sebab itu, pada pertemuan an-
carnea. Dutton et al. (2002) mempelajari pengaruh tara pakar entomologi dan keamanan hayati (bio-
toksin cry1A terhadap C. carnea dengan menggunakan safety) telah disarankan menggunakan teknik peneliti-
mangsa yang berbeda, yaitu spidermite dan aphid an berseri (serial) atau sistematik untuk meneliti
yang dipelihara pada tanaman jagung Bt dan non-Bt, pengaruh toksin terhadap serangga pengendali hayati
sedangkan Romeis et al. (2004, in press) meneliti pada melalui pendekatan tritropik (Dutton et al. 2003; Schu-
makanan buatan. Hasilnya menunjukkan bahwa tok- ler et al. 2003). Dutton et al. (2003) dan Schuler et al.
sin cry1Ab tidak menimbulkan dampak negatif terha- (2003) telah mengajukan teknik serial yang patut di-
dap C. carnea. Hasil ini berlawanan dengan hasil pe- pertimbangkan. Gambar 2 memperlihatkan contoh
nelitian Hilbeck (Hilbeck et al. 1998a; 1998b; 1999). urutan tahapan penelitian yang dianjurkan oleh Dutton
Percobaan lapang dengan tanaman transgenik et al. (2003). Jika diperoleh hasil penelitian yang ber-
yang mengandung Bt dan lektin (CpTI) memperlihat- dampak negatif seperti kasus C. carnea, maka peneli-
kan tidak ada perbedaan populasi predator dari famili tian perlu dilanjutkan dengan tahapan seperti pada
Nabidae (Schuler et al. 1999). Pengaruh tanaman Gambar 3. Dari sini akan dapat diketahui bahwa sebe-
transgenik Bt terhadap populasi predator dari famili narnya C. carnea lebih menyukai aphid dan spider
lain yang memangsa O. nubilalis juga telah diteliti di mite, sehingga jika mangsa atau inang alternatif ini
lapang selama dua tahun. Hasil penelitian menunjuk- berada bersamaan dengan mangsa atau inang larva
kan bahwa tanaman jagung transgenik Bt tidak mem- Lepidoptera, maka kemungkinannya kecil larva Lepi-
pengaruhi keberadaan predator dari famili Coccinelli- doptera akan menjadi mangsa C. carnea, sehingga
dae, Anthocoridae, dan Chrysopidae yang merupakan dampak negatif tidak akan terjadi di alam.

Tabel 2. Hasil penelitian sensitivitas predator terhadap toksin Bt yang diekspresikan di tanaman jagung Bt.

Jenis predator Teknik pemberian toksin Dampak negatif Pustaka


Coleoptera: Coccinelidae
Coleomegilla maculata Benang sari jagung Tidak Pilcher et al. (1977)
Heteroptera: Anthocoridae
Orius insidiosus Benang sari jagung Tidak Pilcher et al. (1977)
Rambut jagung Tidak Al-Deeb et al. (2001)
Orius majuculus Thrip yang diperbanyak pada Jagung-Bt Tidak Zwahlen et al. (2000)
Neuroptera: Chrysopidae
Chrysoperla carnea Benang sari jagung dan telur Lepidoptera Tidak Pilcher et al. (1977)
Makanan buatan mengandung Toksin cry1Ab Ya Hilbeck et al. (1998b)
Larva Lepidoptera yang diperbanyak di jagung-Bt Ya Dutton et al. (2002)
Hilbeck et al. (1998a)
Spider mite yang diperbanyak di jagung-Bt Tidak Dutton et al. (2002)
Aphid diperbanyak di jagung-Bt Tidak Dutton et al. (2002)
Lozzia et al. (1998)
Toksin cry1Ab pada makanan buatan berupa cairan gula Tidak Romeis et al. (2004)
Sumber: Dutton et al. (2003).
82 JURNAL AGROBIOGEN VOL 1, NO. 2

Pemilihan spesies yang akan diuji adalah:


Status ekonomi atau ekologi tanaman yang ditransformasi
Adanya dan besarnya kemungkinan terpapar pada toksin (produk gen)
Pengetahuan (hasil penelitian) karakterisasi toksin

Seri-1 Seri-2 Seri-3


Efek Efek
Laboratorium Semi lapang Lapang Manajemen risiko

Tidak ada efek Tidak ada efek Tidak ada efek

STOP STOP STOP

Contoh uji: Contoh uji: Contoh uji:


*Studi toksisitas *Uji untuk 1 spesies *Spesifik menjawab pertanyaan dengan
beberapa spesies tertentu
Uji A: respon dosis (makanan *Uji mobilitas spesies di tanaman
buatan)
Uji B: materi dari bagian tanaman
(tanaman, daun, batang)
*Studi tingkah laku

Gambar 2. Diagram serial penelitian untuk mengetahui pengaruh suatu tanaman transgenik tahan hama terhadap populasi serangga pengendali
hayati.
Sumber: Dutton et al. (2003).

Paparan Chrysoperla carnea terhadap toksin Bt.


Larva Imago
Sumber makanan spider mite larva Lepidoptera aphid telur pollen honeydew
Apakah mangsa
mencerna toksin?
Ya Ya tidak tidak Ya tidak
Apakah penelitian seri-1 Ya Ya tidak tidak Ya
(ujit toksisitas) harus
dilakukan?
Uji A Uji B Uji A Uji B
makanan spider mite larva Lepidoptera makanan buatan materi tanaman
buatan diperbanyak diperbanyak pada tanaman
pada tanaman

ada efek tidak ada efek ada efek


uji tingkah laku sampai saat ini penelitian belum pernah
-. lebih senang aphid sehingga diadakan karena ekpresi gen yang rendah
larva Lepidoptera tidak dimangsa di pollen

Apakah penelitian seri-2 perlu dilakukan? Tidak


Gambar 3. Kajian risiko jagung Bt terhadap predator C. Carnea
Sumber: Dutton et al. (2003).

KESIMPULAN nyandi toksin yang ditransfer ke tanaman transgenik,


jenis hama/inang/mangsa, dan jenis predator/parasit
Tanaman transgenik tahan hama cenderung
yang berada di habitat tanaman transgenik. Penelitian
mempengaruhi fungsi serangga pengendali hayati.
untuk mengetahui pengaruh tanaman transgenik Bt
Pengaruh ini bergantung pada beberapa hal, antara
khususnya dan transgenik tahan hama umumnya ter-
lain metode penelitian yang digunakan, jenis gen pe-
hadap musuh alami perlu dilakukan dengan seksama.
2005 BAHAGIAWATI: Dampak Tanaman Transgenik Bt 83

Pengkajian data yang diperoleh juga perlu dilakukan Lopez, R. and D.N. Ferro. 1995. Larviposition response of
seksama agar interpretasi yang dibuat lebih mendekati Myopharus doryphorae (Diptera: Tachinidae) to Colo-
rado potato beetle (Coleoptera: Chrysomelidae) larvae
kondisi alami.
treated with lethal and sublethal doses of Bacillus thuri-
ngiensis Berliner subsp tenebroinis. J. Econ. Entomol.
PUSTAKA 88:870-874.
Al-Deeb, M.A., G.E. Wilds, and R. Higgins. 2001. No effect Lozzia, GC, C. Furlanis, B. Manachini and IE Rigomonti.
of Bacillus thuringiensis corn and Bacillus thuringiensis 1998. Effects of Bt corn on Rhopalosiphum padi L
on predator Orius insidiosus (Hemiptera: Anthocoridae). (Rhynchota: Aphididae) and on its predator Chrysoperla
Environ. Entomol. 30:625-629. carnea Stephen (Neuroptera: Chrysopidae). Bull. Zool.
Agr. Bachi. 30:153-164.
Bahagiawati. 2000. Peranan dan potensi dietary insecticial
protein dalam rekayasa genetika tanaman tahan hama. Oka, I.N. dan Bahagiawati. 1988. Comprehensive program
Bull. Agrobio 3(2):74-79. towards integrated control of Leucaena psyllid, a new
pest of Leucaena trees in Indonesia. AARD Journal
Blumberg, D., A. Navon, S. Keren, S. Goldenberg, and 10(1):23-30.
S.M. Ferkovich. 1997. Interaction among Helicoverpa
armigera (Lepidoptera: Noctuidae), its larval endopara- Marwoto. 2005. Prospek parasitoid Trichogramma Bactrea-
sitoid Microplitis croceipes (Hyminoptera: Braconidae), bactrae Nagaraja (Hymenoptera) sebagai agens hayati
and Bacillus thuringiensis. J. Econ. Entomol. 90:1181- pengendali hama penggerek polong kedelai Etiella
1186. zinckenella treait. Orasi pengukuhan Ahli Peneliti Utama,
Bidang Hama Tanaman. Badan Litbang Pertanian,
Dutton, A., H. Klein, J. Romeis, and F. Bigler. 2002. Up- Departemen Pertanian.
take of Bt-toxin by herbivores feeding on transgenic
maize and consequences for the predator Chrysoperla Pedigo, L.P. 1989. Entomology and pest management.
carnea. Ecol. Entomol. 27:441-447. MacMillan, London-New York.
Dutton, A., J. Romeis, and F. Bigler. 2003. Assessing the Pilcher, C.D., J.J. Obrycki, M.E. Rice, and L.C. Lewis.
risks of insect resistant transgenic plants on ento- 1997. Preimaginal development, survival, and field
mophagous arthropods: Bt-maize expressing Cry1Ab as abundance of insect predators on trangenic Bacillus
a case study. BioControl 48:611-636. thuringiensis corn. Environ. Entomol. 26:446-454.
Hajek, A. 2004. Natural enemies: An introduction to Pilcher, C.D. 1999. Phenological, physiological, and eco-
biological control. Cambridge University Press. logical influences of transgenic Bt corn on European
Hilbeck, A., M. Baumgartner, P.M. Fried, and F. Bigler. cornborer management. PhD dissertation. Iowa State
University, Ames, Iowa, USA.
1998a. Effects of transgenic Bacillus thuringiensis corn-
fed prey on mortality and development time of immature Romeis, J., A. Dutton, and F. Bigler. 2004. Bacillus thuri-
Chrysoperla carnea (Neuroptera: Chrysopidae). Environ. ngiensis toxin (cry1Ab) has no direct toxic effect on
Entomol. 27:480-487. larvae of the green lacewing Chrysoperla carnea. J.
Hilbeck, A., W.J. Moar, M. Putztai-Carey, A. Philippini, Insect Physiol. In press.
and F. Bigler. 1998b. Toxicity of Bacillus thuringiensis Saragih, E. 2004. Existing national biotechnology regulatory
cry1Ab toxin to predator Chrysoperla carnea (Neurop- system. Private sector perspective. Indonesian National
tera: Chrysopidae). Environ. Entomol. 27:1225-1263. Consultation Meeting. Bogor, September 6-7, 2004.
Hilbeck, A., W.J. Moar, M. Pusztai-Carey, A. Filippini, and Schuler, T.H., G.M. Poppy, B.R. Kerry, and I. Denholm.
F. Bigler. 1999. Prey-mediated effects of cry1Ab toxin 1998. Insect-resistant transgenic plants. Tibtech 16:168-
and protoxin cry2A protoxin on the predator Chrysoperla 175.
carnea. Entomol. Experimental Appl. 91:305-316.
Schuler, T.H., G.M. Poppy, B.R. Kerry, and I. Denholm.
Hofte, H. and H.R. Whiteley. 1989. Insecticidal crystal 1999. Potential side effects of insect-resistant trangenic
proteins of Bacillus thuringeinesis. Microbiol. Review plants on arthropod natural enemies. Tibtech 17:210-
53:242-255. 216.
James, C. 2002. Global review of commercialized transgenic Schuler, T. 2003. Effects of GM plants on beneficial
crops: 2001. Feature: Bt cotton. ISAAA Brief No. 26. arthropods. Contribution to the UK GM Science Review,
ISAAA, Ithaca, New York. 28 May 2003.
Johnson, M.T. 1997. Interaction of resistant plants and Sims, S.R. 1995. Bacillus thuringiensis var kurstaki
wasp parasitoid of tobacco budworm (Lepidoptera: Nuc- (cry1A(C)) protein expressed in transgenic cotton: Ef-
tuidae). Environ. Entomol. 26:207-214. fects on beneficial and other non-target insects. South-
Lereclus, D., A. Delecluse, and M.M. Lecaded. 1993. west Entomol. 20:493-500.
Diversity of Bacillus thuringiensis toxins and genes. Van Lenteren. 2000. Success in biological control of
Bacillus thuringiensis, an environmental biopesticides: arthropods by augmentation of natural enemies. In Gurr,
Theory and practices. John Willey and Sons.
84 JURNAL AGROBIOGEN VOL 1, NO. 2

G. and S. Wratten (Eds.). Biological Control: Measures Zwahlen, C., W. Nentwig, F. Bigler, and A. Hulbeck. 2000.
of Success. Kluwer Academic Publisher. Tritrophic interactions of transgenic Bacillus thuringi-
ensis cornfed Anaphothrips obscurus (Thysanoptera:
Wright, M.G., T.P. Kuhar, M.P. Hoffmann, and S.A. Che-
Thripidae) with the predator Orius majuculus (Heterop-
nus. 2002. Effect of inoculative releases of Tricho- tera: Anthocoridae). Environ. Entomol. 29:846-850.
gramma ostriniae on population of Ostorinia nubilalis
and damage to sweet corn and field corn. Biological
Control 23:149-155.

Potrebbero piacerti anche