Sei sulla pagina 1di 8

e-ISSN: 2614-1620 Fundamental Pendidikan Dasar

Vol. 1 No. 1 p...-...

FUNDADIKDAS Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2018| 1


e-ISSN: 2614-1620 Fundamental Pendidikan Dasar
Vol. 1 No. 1 p...-...

ANALISIS SEBAB AKIBAT BULLYING DI MI MUHAMMADIYAH


TERONG DLINGO BANTUL YOGYAKARTA

Rina Nurfamelia, Sri Tutur Martaningsih

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Ahmad Dahlan


Jl. Ki Ageng Pemanahan, No. 19, Yogyakarta
E-mail: rinanur904@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by the rampant bullying among students, especially in MI


Muhammadiyah Terong Dlingo, Bantul, Yogyakarta. The purpose of this study is to
describe the cause and effect analysis of bullying in MI Muhammadiyah Terong Dlingo
Bantul Yogyakarta. This research is a qualitative research. The subject of the research is
one of MI Muhammadiyah Terong Dlingo Bantul Yogyakarta students. Data collection
methods used are observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques
used are data reduction, grouping data by category, analyzing data, and concluding data.
To strengthen the validity of research data, researchers used triangulation of sources,
namely, subjects, victims, and homeroom teachers or school principals. The results of this
study indicate that bullying done by the subject is influenced by several factors including
individual character factors of the perpetrators, family environmental factors, social
environmental factors, social factors, and media technology factors. The forms of bullying
done by the subject are physical bullying (kicking, pulling, punching, pinching, tackling),
verbal bullying (threatening, cheering, making fun of, saying harshly, mocking), and
mental bullying (looking cynically, ostracizing). As a result of bullying acts on victims,
victims become lazy to go to school, are not confident, and have difficulty adapting.
Keywords: Bullying, cause and effect of bullying

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya tindakan bullying dikalangan peserta


didik khususnya di MI Muhammadiyah Terong Dlingo Bantul Yogyakarta. Tujuan dalam
penelitian ini untuk mendeskripsikan mengenai sebab dan akibat perilaku bullying di MI
Muhammadiyah Terong Dlingo Bantul Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Subjek penelitian yaitu salah satu siswa MI Muhammadiyah Terong Dlingo
Bantul Yogyakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data,
mengelompokkan data berdasarkan kategori, menganalisis data, dan menyimpulkan data.
Untuk memperkuat keabsahan data penelitian, peneliti menggunakan triangulasi sumber
yaitu, subjek, korban, dan guru wali kelas atau kepala sekolah. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tindakan bullying yang dilakukan oleh subjek dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor karakter individu pelaku, faktor lingkungan keluarga,
faktor lingkungan sosial, faktor pergaulan, dan faktor media teknologi. Bentuk-bentuk
bullying yang dilakukan oleh subjek yaitu bullying fisik (menendang, menjambak,
memukul, mencubit, menjegal), bullying verbal (mengancam, menyoraki, megolok-olok,
berkata kasar, mengejek), dan bullying mental (memandang sinis, mengucilkan). Akibat

FUNDADIKDAS Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2018| 2


e-ISSN: 2614-1620 Fundamental Pendidikan Dasar
Vol. 1 No. 1 p...-...

dari tindakan bullying pada korban adalah korban menjadi malas untuk pergi ke sekolah,
tidak percaya diri, dan susah beradaptasi.
Kata kunci: Bullying, sebab akibat bullying

PENDAHULUAN
Bullying seringkali terjadi di dunia pendidikan. Siswa merasa bahwa bullying
adalah hal biasa yang terjadi di lingkungan sekolah. Beberapa tahun terakhir, angka kasus
bullying di dunia pendidikan semakin tinggi. Terbukti dari pernyataan Komisioner KPAI
bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam situs https://www.kpai.go.id/ yang menyatakan
bahwa KPAI mencatat ada 8 kasus anak korban kebijakan terjadi selama 4 bulan pertama
2019. Ada juga korban pengeroyokan 3 kasus, kekerasan fisik 8 kasus, kekerasan seksual 3
kasus, 12 kasus kekerasan psikis dan bullying, dan kasus anak membully guru sebanyak 4
kasus. Retno menyebut mayoritas kasus-kasus tersebut terjadi di jenjang sekolah dasar,
mencapai 25 kasus atau 67% dari keseluruhan kasus yang ada. Tindkan bullying yang
terjadi dilakukan oleh siswa dari jenjang sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi.
Padahal yang kita tahu, sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan bagi
siswa untuk belajar membentuk dan mengenali berbagai macam kemampuan yang
dimiliknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peran dan tanggung
jawab dalam menanamkan nilai-nilai guna membentuk watak serta kepribadian anak.
Pendidikan formal dan nonformal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Sekolah dasar sebagai
pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan paling dasar yang memiliki peranan
dalam keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya.
Pendidikan dasar merupakan pondasi awal bagi jenjang pendidikan selanjutnya.
Berkaitan dengan hal itu maka pendidikan dasar harus berperan dalam membentuk suatu
pondasi yang kokoh berkaitan dengan watak serta kepribadian anak khususnya peserta
didik. Namun apabila pondasi dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang berdampak
pada pembentukan watak serta kepribadian anak tidak kuat, nantinya anak akan mudah
terpengaruh dengan hal-hal negatif. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
pelajaran pada kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa “Standar kompetensi lulusan pada
jenjang pendidikan dasar bertujuan meletakkan dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut”. Berdasarkan kutipan tersebut sesuatu yang menjadi dasar
diibaratkan sebagai pondasi, di mana pondasi inilah yang nanti akan menahan, menopang,
serta menyokong segala sesuatu yang ada diatasnya.
Pondasi awal pada anak tentu saja berasal dari didikan orang tua dalam lingkungan
keluarga. Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak orang tua lebih mementingkan
kebutuhan material bagi anak mereka, sehingga beberapa orang tua menyerahkan
sepenuhnya dalam hal mendidik anak kepada pihak sekolah karena adanya tuntutan dunia
kerja yang tidak dipungkuri telah menyita banyak waktu orang tua tersebut. Padahal
pendidikan yang pertama didapatkan dari lingkungan keluarga. Pembentukan perilaku,

FUNDADIKDAS Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2018| 3


e-ISSN: 2614-1620 Fundamental Pendidikan Dasar
Vol. 1 No. 1 p...-...

watak serta kepribadian anak berawal dari lingkungan keluarga. Masing-masing keluarga
menerapkan pola asuh yang berbeda-beda dalam mendidik anaknya. Perbedaan pola asuh
yang diterapkan pada setiap keluarga tentu membentuk perilaku dan jatidiri anak yang
berbeda-beda pula.
Perilaku pada anak dapat digolongkan pada perilaku normal ataupun perilaku
abnormal. Perilaku anak dapat dikatakan normal apabila perilaku tersebut sesuai dengan
yang ada di masyarakat. Sedangkan perilaku anak dapat dikatakan abnormal apabila
perilaku anak telah menyimpang dari tatanan yang berlaku di masyarakat tersebut sehingga
masyarakat pun secara langsung maupun tidak langsung melakukan penolakan (Darwis
dalam Syilviana, 2014: 13). Perilaku abnormal ini juga biasa disebut perilaku menyimpang
atau perilaku bermasalah. Anak yang terbiasa mengamati bahkan mengalami kekerasan
baik fisik maupun verbal di lingkungan rumah ataupun lingkungan sekitarnya, nantinya
akan membangun pola pikir anak menjadi menyimpang pula. Anak akan menganggap
bahwa hal-hal seperti kekerasan merupakan suatu hal yang wajar dan perlu untuk
dilakukan. Model perilaku dari orang-orang di sekitar anak secara langsung maupun tidak
langsung akan ditiru. Misalnya saja, ketika orang tua atau orang-orang di sekitarnya sering
memukul, anak akan menganggap memukul itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan,
sehingga anak tersebut pun akan memukul orang lain pula.
Berdasarkan hasil observasi pada saat magang lanjut dan observasi pra penelitian
yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2019, terdapat permasalahan yang ditemukan pada
saat melasanakan magang di MI Muhammadiyah Terong Dlingo yang berhubungan
dengan perilaku bullying. Siswa melakukan bullying terhadap temannya. Beberapa siswa
melakukan bullying kepada siswa lain secara fisik dan psikis. Bullying secara fisik nampak
pada beberapa kejadian seperti yang terjadi pada siswa (pelaku) yang mengejek siswa
(korban) secara terus menerus sehingga membuat korban tidak nyaman dan akhirnya
membalas tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Selain itu ada juga siswa yang melototi
temannya, menjambak, mencubit, menarik kursi temannya hingga terjatuh kelantai,
menarik bajunya agar keluar, mengambil barang temannya, memukul, menendang,
memalak uang jajan, mendorong hingga terjatuh, menarik kuping temannya, melempar
teman dengan batu, menyembunyikan barang milik temannya dan mencoret-coret buku
atau barang milik teman. Bullying secara psikis nampak pada beberapa kejadian seperti
mengejek teman, siswa berkata kotor dan kasar, nyinyir, emosi yang meluap-luap saat
memaki temannya. Siswa juga mengejek seringkali melakukan tindakan saling ejek hingga
korban kerap kali menangis. Ada juga siswa yang mengancam temannya jika temannya
akan mengadukan perbuatannya kepada guru. Dari berbagai tindakan tersebut, siswa akan
merekam kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar mereka kemudian mempraktekkannya.
Ada pula keinginan untuk dianggap paling kuat atau berkuasa. Kurangnya perhatian
sekolah terhadap bentuk-bentuk tindakan bullying juga menjadi salah satu penyebab
maraknya tindakan bullying. Akibatnya korban bisa saja menjadi pelaku bullying ke orang
lain yang lebih lemah, atau bahkan dapat mengalami trauma psikologis sehingga
menghambat kompetensi sosialnya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti
ingin melakukan penelitian mengenai analisis sebab akibat perilaku bullying di MI
Muhammadiyah Terong Dlingo Bantul Yogyakarta.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa
masalah diantaranya adalah sebagai berikut. Krisis moral dan penurunan karakter seperti
pelanggaran etika sehingga kasus kekarasan dan pelanggaran norma marak terjadi.
Rendahnya sopan santun terhadap orang yang lebih tua sehingga sering terjadi
pemberontakan ketika dinasehati. Perusakan fasilitas belajar seperti meja, kursi, dan papan
tulis sehingga membuat kegiatan pembelajaran kurang maksimal. Sikap menghargai

FUNDADIKDAS Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2018| 4


e-ISSN: 2614-1620 Fundamental Pendidikan Dasar
Vol. 1 No. 1 p...-...

keberagaman rendah, sehingga paham persatuan, kesatuan, dan kerukunan antar sesama
manusia semakin merosot. Peran sekolah dalam menangani masalah bullying belum
maksimal sehingga penanganan kasus bullying belum bisa diatasi secara tuntas. Terjadi
kasus bullying fisik seperti menendang, memukul, mencubit dan bullying verbal seperti
mengejek, mengintimidasi, mengancam yang kurang terpantau oleh guru sehingga
berpotensi memunculkan pelaku bullying baru bahkan dapat membuat psikologis siswa
terganggu. Penelitian ini difokuskan pada sebab akibat perilaku bullying di MI
Muhammadiyah Terong Dlingo Bantul Yogyakarta. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana sebab dan akibat perilaku bullying di MI Muhammadiyah Terong
Dlingo Bantul Yogyakarta. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
mengenai sebab dan akibat perilaku bullying di MI Muhammadiyah Terong Dlingo Bantul
Yogyakarta.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilaksanakan di MI Muhammadiyah Terong Dlingo Bantul Yogyakarta yang beralamatkan
di Rejosari, Terong, Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Waktu penelitian berlangsung pada bulan
Juli-Agustus 2019. Subjek penelitian meliputi kepala sekolah, guru, dan siswa (pelaku dan
korban). Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah objek penelitian ini adalah sebab dan
akibat tindakan bullying yang terjadi di sekolah tersebut. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis dengan
menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi
sumber dan teknik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Deskripsi Subyek Penelitian
Pelaku adalah anak laki-laki satu-satunya dari sebuah pasangan ibu dan bapak tiri.
Bapak kandungnya meninggl karena kecelakaan. Pelaku tinggal bersama ibu dan
bapak tirinya. Bapaknya bekerja serabutan dan ibunya bekerja sebagai asisten rumah
tangga. Pelaku merupakan siswa kelas VI di MI Muhammadiyah Terong. Di sekolah,
dia sering membuat masalah baik dengan teman-temannya maupun dengan gurunya.
Pelaku juga sering membolos sekolah. Tidak heran jika guru-guru di sekolah
memberikan label pada pelaku sebagai anak istimewa kepada pelaku. Postur tubuhnya
yang tinggi, terlihat paling meninjol dari teman-teman di kelasnya. Dengan gelang di
tangan, rambut agak gondrong berponi yang di cat merah, dan juga baju yang sering
dikeluarkan dengan sengaja tentu saja semakin mempertegas tidak kerapian pada diri
pelaku. Saat ini pelaku berusia 13 tahun dimana seharusnya dia sudah duduk di
bangku kelas 2 SMP sesuai dengan anak-anak seusianya. Hal ini dikarenakan pelaku
tidak naik kelas sebanyak 2 kali. Secara akademis, pelaku tertinggal dalam pelajaran
karena sering tidak memperhatikan pelajaran dan sering membolos sekolah.
2. Bentuk-bentuk bullying di MI Muhammadiyah Terong
Dalam menguraikan bentuk-bentuk bullying yang terjadi di MI Muhammadiyah
Terong, peneliti mengumpulkan data sebanyak mungkin mengenai tindakan siswa
pelaku bullying terhadap korban bullying di sekolah. Dari informasi yang
dikumpulkan, ditemukan bentuk-bentuk bullying yang terjadi di sekolah tersebut
diantaranya yaitu: a) bullying fisik, b) bullying verbal, dan c) bullying
psikologi/mental.
3. Karakteristik pelaku bullying di MI Muhammadiyah Terong

FUNDADIKDAS Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2018| 5


e-ISSN: 2614-1620 Fundamental Pendidikan Dasar
Vol. 1 No. 1 p...-...

Pelaku merupakan siswa yang sering melakukan tindakan bullying fisik, bullying
verbal, maupun bullying mental. Subjek memiliki karakter fisik yang dapat diamati
dari postur tubuh, kekuatan fisik dan penampilannya. Pelaku memiliki postur tubuh
yang lebih besar dibandingkan teman satu kelasnya. Selain itu kekuatan fisik yang
dimiliki pelaku jauh lebih kuat dari teman-temannya yang lain. Postur tubuhnya tinggi
berisi, tidak gemuk ataupun kurus, sesuai usia anak kelas 2 SMP. Ia sering
menunjukan kekuatan fisiknya dihadapan teman-temannya seperti mengangkat meja,
menendang kursi, menendang pintu, bahkan mengangkat sesuatu yang berat. Hal
tersebut tentu saja menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi diri pelaku karena sudah
membuat teman-temannya merasa takut terhadapnya. Penampilan yang dimiliki
pelaku tidak rapi seakan mencerminkan perilakunya. Seperti saja bajunya yang jarang
dimasukkan kedalam celana, potongan rambut agak gondrong dan poni merah. Selain
itu gesture tubuhnya juga menambah kesan arogan yang berada pada diri pelaku.
Terlihat ketika pelaku sampai di sekolah hingga pulang sekolah seragam yang
dikenakan hampir tidak pernah dimasukkan ke dalam celana. Tidak lupa aksesoris
gelang dan kalung sering ia kenakan sehingga menambah kesan arogan pada diri
pelaku
4. Karakteristik korban bullying di MI Muhammadiyah Terong
Terdapat beberapa siswa yang menjadi sasaran dari tindakan bullying yang dilakukan
oleh Pelaku. Diantaranya adalah “C”, “B”, dan “A”. Ketiga orang tersebut memiliki
karakternya masing-masing. Mereka adalah orang yang sering diejek, diancam,
bahkan mendapatkan tindakan fisik dari pelaku. Tidak jarang jika salah satu dari
mereka yang mengangis setiap harinya. Hal tersebut bukan lagi menjadi hal yang
mengherankan di kelas tersebut
5. Faktor-faktor yang memicu perilaku bullying
Tindakan bullying dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: a)
faktor individu, b) faktor lingkungan, dan c) faktor media. Berikut adalah penjabaran
hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti
6. Akibat Bullying
Berdasarkan hasil wawancara, korban bullying mengakui bahwa dirinya merasa
terganggu. korban mengakui bahwa dirinya merasa sakit hati, tidak percaya diri, takut,
canggung, dan malas berangkat sekolah serta kurang konsentrasi saat belajar di kelas.
Dari penjabaran diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa perilaku bullying mempunyai
dampak yang negatif terhadap tumbuh kembang siswa. Seperti halnya korban menjadi
takut untuk sekolah, kurang percaya diri, tidak memiliki semngat untuk berangkat ke
sekolah, takut untuk bersosialisasi, merasa rendah diri, dan turunnya konsentrasi
belajar sehingga nilai pelajarannya turun.
Berikut adalah pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan, peneliti
menemukan bahwa subjek menunjukkan berbagai bentuk tindakan bullying baik bullying
fisik, bullying verbal, maupun bullying mental. Korban bullying mengakui bahwa dirinya
merasa terganggu. “C” mengakui bahwa dirinya merasa sakit hati, tidak percaya diri, takut,
canggung, dan malas berangkat sekolah serta kurang konsentrasi saat belajar di kelas.
Kemudian “B” juga mengakui bahwa dirinya merasa malu dan malas untuk berangkat
sekolah karena takut akan diejek dan diganggu saat di sekolah. Selain itu “A” juga selalu
taku, terancam dan merasa terintimidasi ketika berada di sekolah. Hingga dia kerap
menyendiri saat jam istirahat. Dari penjabaran diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa
perilaku bullying mempunyai dampak yang negatife terhadap tumbuh kembang siswa.
Seperti halnya korban menjadi takut untuk sekolah, kurang percaya diri, tidak memiliki

FUNDADIKDAS Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2018| 6


e-ISSN: 2614-1620 Fundamental Pendidikan Dasar
Vol. 1 No. 1 p...-...

semngat untuk berangkat kesekolah, takut untuk bersosialisasi, merasa rendah diri, dan
turunnya konsentrasi belajar sehingga nilai pelajarannya turun.
Esa Anesty dalam (Monica Putri, 72 : 2014) mengungkapkan jika dibiarkan terus
menerus tanpa intervensi, pelaku bullying akan melakukan perilaku lain berupa kekerasan
ataupun tindakan kriminal. Pelaku bullying memiliki kekuatan fisik dan kemampuan sosial
yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lain sehingga pelaku dengan ,mudah dapat
mengontrol situasi dan kondisi kelas beserta teman-temannya yang lain. Kathy Robinson
dalam (Monica Putri, 72 :2014) menyatakan bahwa pelaku bullying dihormati sebagai
pimpinan atau seseorang yang paling ditakuti di kalangan teman-temannya. Oleh karena itu
pelaku bullying sering bertindak layaknya seorang bos dengan menyuruh teman-temannya
melakukan apa yang ia suruh dan ia inginkan.
Terdapat berbagai alasan yang melatarbelakangi mengapa seseorang menjadi
seorang pelaku bullying yang suka menindas temannya yang lain. Alasan yang paling jelas
adalah pelaku juga merupakan koban bullying. Selain itu karena rasa senang, puas dan
bangga yang dirasakan oleh pelaku ketika melihat temannya tunduk dan takut terhadapnya.
Menurut Sejiwa (73 :2008), keinginan amak untuk balas dendam, mendapatkan pengakuan
serta menunjukkan eksistensi dirinya dikalangan teman sebayanya juga dapet mengubah
seseorang menjadi pelaku bullying. Adanya perasaan berhak untuk menghina, mencederai,
menindas, dan merasakan apa yang pernah ia alami saat menjadi korban bullying juga
kerap kali menjadi alasan bagi seseorang menjadi pelaku bullying. Selain itu, tindakan
bullying yang dilakukan oleh pelaku bisa jadi sebagai wujud ungkapan rasa kesal dan
kecewa yang dialami oleh pelaku. Emosi yang meledak-ledak serta tempramen yang tinggi
membuat seseorang mudah marah dan bersikap kasar. Pelaku akan merasa lebih senang
tanpa belas kasihan ketika melihat korbanya merasa kesakitan hingga menangis.
Rendahnya empati menjadikan salah satu alasan seseorang menjadi pelaku bullying.
Kurangnya kemampuan merespon tekanan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh orang
lain membuat pelaku merasa bangga dengan apa yang ia lakukan.
Selain itu terdapat pula siswa korban bullying yang memiliki karakter suka
membangkang atau tidak mau menuruti apa yang di inginkan oleh pelaku bullying.
Menurut Sejiwa (74 :2008) anak yang cenderung menentang pelaku bullying karena sering
beradu argumentasi biasanya akan dianggap sebagai seseorang yang menyebalkan
sehingga pelaku akan terus menindas mereka sampai mereka mau menuruti apa yang
diinginkan oleh pelaku. Ada juga korban yang memiliki keterbatasan atau kekurangan
fisik, dimana ia sering menjadi bahan lelucon bagi pelaku bullying.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat di simpulkan bahwa
Bullying yang terjadi di MI Muhammadiyah Terong merupakan Bullying fisik, Bullying
Verbal, dan Bullying Mental. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan bullying adalah
faktor individu, lingkungan , dan media. Pelaku merupakan seseorang yang memiliki
tempramen tinggi, tidak mau mengalah, dan empati rendah. Iklim sekolah terlalu
mengabaikan tindakan bullying yang terjadi. Lingkungan pergaulan didominasi atmosfir
yang negatif. Lingkungan keluarga pelaku menerapkan pola asuh otoriter dan mengandung
unsur kekerasan. Media yang sering ditonton atau dimainkan oleh pelaku mengandung
unsur kekerasan. Korban bullying mengalami penurunan konsentrasi dan hasil belajar, sulit
berinteraksi dan bersosialisasi, merasa rendah diri, selalu merasa cemas, malas ke sekolah,
bahkan hasil belajarnya juga menurun.

DAFTAR PUSTAKA

FUNDADIKDAS Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2018| 7


e-ISSN: 2614-1620 Fundamental Pendidikan Dasar
Vol. 1 No. 1 p...-...

Annisa.(2012). “Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Bullying


Remaja”.Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas
Indonesia.Depok.diakses tanggal 18 Maret 2019 jam 18.30 WIB

Dewi, Nurita. (2018). “Hari Anak Nasional, KPAI Catat Kasus Bullying Paling Banyak.
Tempo .https://nasional.tempo.co/read/1109584/hari-anak-nasional-kpai-catat-
kasus-bullying-paling-banyak: diakses tanggal 26 Maret 2018 : 20.00 WIB.
Fikri. (2018). “4 Kasus Bullying Paling Menggemparkan di Indonesia, Korbannya Ada
yang Meninggal”. Okezone.com. https://lifestyle.okezone.com/read/
2018/05/04/196/ 1894566/4-kasus-bullying-paling-menggemparkan-di-
indonesia-korbannya-ada-yang-meninggal. Diakses tanggal 1 April 2019 :
17.10 WIB.
Kusuma, Monicka P. (2014). Perilaku School Bullying pada Siswa Sekolah Dasar Negri
Delegan 2 Dinginan Sumberharjo Prambanan Sleman Yogyakarta.
Skripsi.Yogyakarta : FIP UNY.

Maradewa, Rega. (2019). Catatan KPAI di Hardiknas: Kasus Anak Bully Guru
Meningkat Drastis. https://www.kpai.go.id/berita/catatan-kpai-di-hardiknas-
kasus-anak-bully-guru-meningkat-drastis. diakses pada 3 Oktober 2019 pukul
19.13.

Permendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun


2016 Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta:
Depdiknas

Republik Indonesia. (2006). Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2003 tentang sisdiknas. Bandung: Permana.

Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa). (2008). Bullying (Mengatasi Kekerasan di Sekolah
dan Lingkungan Sekitar Anak).Jakarta :PT Grasindo.

FUNDADIKDAS Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2018| 8

Potrebbero piacerti anche