Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
(BKM Journal of Community Medicine and Public Health) Halaman 403-410
Abstract
Purpose: The purpose of this study was to describe the role of mental health
Dikirim: 4 Juni 2016
Diterbitkan: 1 Agustus 2017 cadres in the effort of community based mental health service at Wonosari II
Health Center Gunungkidul. Methods: Qualitative research was done by case
study approach. The cadres were chosen purposively with the criteria of:
having attended training or socialization of mental health, having at least 2
years work experience related to community mental health service, and still
active. Data collection was done through in-depth interviews and document
utilization. Results: Cadres play an important role in providing social support.
First, the cadre can show empathy to the family of people with mental
disorders by building close relationships and facilitating the social acceptance
of the community. Secondly, the cadres provide socialization related to
mental disorders and mental health services. Third, approaches through
home visits, referral assistance to health services, and health insurance and
social assistance suggest that cadres facilitate access to care for people with
mental disorders. Conclusion: There was a high social awareness of cadres to
families with mental disorders in poor neighborhoods. We found that
poverty does not limit people to share with others, and social support helps
prevent mental illness from getting worse.
1
Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email: rahmiyatikmpk@gmail.com)
2
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
3
Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
403
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 8 Tahun 2017
404
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 8 Tahun 2017
mengenai pengobatan di puskesmas Kader patah hati. Keluarga datang ke orang pintar untuk
mendistribusikan kartu jaminan kesehatan pengobatan namun tidak membawa kesembuhan.
untuknya. Wanita tersebut kini kondisinya sehat, Setelah keluarga mendapat informasi mengenai
badannya terawat bersih, dan bisa nyambung saat layanan gangguan jiwa di puskesmas dan wanita
berkomunikasi. Kader menginformasikan kepada tersebut memperoleh kartu jaminan, pengobatan
pengasuhnya setiap kali ada kegiatan sosialisasi dilakukan di puskesmas. Wanita bersama
kesehatan jiwa di desa. Pengasuh tersebut pengasuh sering mengikuti kegiatan di paguyuban.
mendapat ilmu dan wawasan mengenai perawatan Kondisinya saat ini telah membaik. Awalnya
orang dengan gangguan jiwa dalam kegiatan wanita tersebut sangat pendiam. Hanya ibunya
sosialisasi yang dia ikuti. Pengasuh tersebut yang bisa menemui untuk memberi makannamun
merawat kakaknya sejak awal terjadi gangguan kini sudah berubah, biasa keluar rumah, pergi ke
jiwa, namun menurutnya cara merawat orang rumah tetangga, dan ke masjid. Aktivitas harian
dengan gangguan jiwa dengan baik baru dia dan menjaga kebersihan diri sudah bisa dilakukan
ketahui setelah sering mengikuti kegiatan sendiri. Dia juga suka bekerja menyelesaikan
sosialisasi di desa. berbagai macam pekerjaan yang ada baik
pekerjaan rumah tangga, membantu pekerjaan
pertanian, maupun membantu pekerjaan
Kasus: Orang dengan gangguan jiwa yang berjualan orang tuanya. Menurutnya melakukan
sembuh dan semakin percaya diri. Seorang aktivitas lebih baik daripada bmelamun, berdiam
laki-laki di Padukuhan Gedangsari mengalami diri membuat pusing.
gangguan jiwa yang diduga stres karena faktor
pekerjaan. Laki-laki tersebut awalnya tidak
Stake holder mempunyai peran sesuai kapasitas
menjalani pengobatan karena keluarga kurang
masing-masing. Ketersediaan layanan kesehatan jiwa
mampu. Laki-laki tersebut marah dan berteriak di
di masyarakat dan kepedulian dari berbagai pihak,
malam hari setiap kali kambuh. Seorang kader
membuat maka kualitas hidup penderita di Desa
mendekati keluarga, memberikan edukasi dan
Baleharjo menjadi semakin baik. Kesempatan untuk
mengarahkan pengobatan. Kader juga
mengakses berbagai layanan kesehatan dan
mengupayakan jaminan kesehatan dan bantuan
dukungan sosial yang dapat meningkatkan kualitas
lain. Keluarga laki-laki tersebut kooperatif dan
hidup lebih terbuka.
bersedia mengikuti arahan kader. Keluarga
membawa laki-laki itu ke puskesmas. Kini Tabel 1. Peran Stake Holder dalam layanan kesehatan
kondisinya telah baik dan sudah dapat jiwa
berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dia juga
Stake holder Peran
bisa bekerja jika ada yang memberi pekerjaan. Puskesmas pengelola dan pelaksana layanan
Pihak padukuhan memprioritaskan laki-laki itu kesehatan jiwa
Rumah Sakit pengelola dan pelaksana layanan
untuk menerima bantuan sosial dari WKSBM.
Umum kesehatan jiwa
Bantuan lain yang diterima adalah bantuan Rumah Sakit Jiwa pengelola dan pelaksana layanan
pembuatan rumah dari Dinas Sosial melalui kesehatan jiwa
Dinas Sosial pengelola dan penyalur bantuan
Pemerintah Desa. Bantuan dana berasal dari sosial
pemerintah dan pengerjaan rumah dilakukan BPJS pengelola dan penyalur jaminan
secara gotong royong oleh masyarakat setempat. kesehatan
Pemerintah Desa penentu kebijakan tingkat desa
Laki-laki tersebut menjadi percaya diri dan pintu akses berbagai sumber
berinteraksi dengan masyarakat sekitar karena dukungan sosial bagi ODGJ
merasa diperhatikan. WKSBM pengelola dan penyalur bantuan
sosial dari masyarakat untuk
masyarakat
Kader kesehatan pelaksana layanan kesehatan jiwa
jiwa masyarakat di masyarakat
Paguyuban kelompok dukungan keluarga
Kasus: Orang dengan gangguan jiwa yang Keluarga ODGJ ODGJ
semakin sehat Masyarakat
Seorang wanita di Padukuhan Mulyosari LSM Swasta pengelola dan pelaku dukungan
bagi ODGJ
mengalami gangguan jiwa yang diduga karena
405
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 8 Tahun 2017
Fokus penelitian ini adalah mengenai empati mengasuh adik yang mengalami gangguan jiwa
kader. Empati kader tercermin dalam kategori selama 15 tahun. Berbekal pengalaman pribadi, dia
keakraban kader dengan orang dengan gangguan mempunyai empati yang dalam terhadap orang
jiwa dan kepercayaan diri dan penerimaan oleh dengan gangguan jiwa yang ditemui.
masyarakat.
"Harus bagaimana ya, orang seperti itu tidak perlu
dengan gangguan jiwa. Seperti yang dilakukan dengan gangguan jiwa. Karena akses mudah dan
seorang kader di Padukuhan Gedangsari. Kader keakraban telah lama terbangun, kader berhasil
mempunyai aktivitas berdagang sayuran dan memengaruhi orang dengan gangguan jiwa dan
makanan berkeliling di wilayah itu. Sering keluarga untuk menjalani pengobatan.
"Kalau saya jualan itu, nanti saya mampir terus Sebagian besar orang dengan gangguan jiwa yang
ngobrol. Dia kan sering duduk di situ. Terus saya sapa, berhasil didekati kader melalui kunjungan rumah
mbak sedang apa gitu. Dia njawab nggak ngapa-ngapa. maupun pertemuan insidental berhasil dirujuk untuk
Mbok main kerumah. Iya, gitu." (Kdr.Wd.1. pengobatan di puskesmas. Mereka sembuh dengan
Wukirsari). menjalani pengobatan rutin.
Kader yang mempunyai keluarga orang dengan "Kita dulu di puskesmas hanya menemukan yang
gangguan jiwa menunjukkan kemampuan yang lebih pernah opname dari Grhasia. Karena obat habis maka
dalam memahami keadaan orang dengan gangguan
jiwa. Seorang kader mempunyai pengalaman
406
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 8 Tahun 2017
harus lanjut di puskesmas, begitu saja. Kalau dibantu melalui pendataan dan usulan yang dilakukan kader
kader penemuan baru itu ada." (Ppk.1). berdampak terhadap berkembangnya perhatian
masyarakat. Berkembangnya perhatian masyarakat
Selain memahami orang dengan gangguan jiwa
yang dirasakan oleh orang dengan gangguan jiwa
kader juga memahami keluarga penderita. Kader
mampu mendukung kepercayaan diri mereka.
mengerti bahwa yang dialami keluarga orang dengan
gangguan jiwa adalah masalah yang berat. Kader "Warga kerja bakti membangun rumahnya. Jadinya
mengetahui hal itu tetapi kadang masih menemui dia punya rasa‘ wah aku ternyata benar-benar
orang dengan gangguan jiwa yang sulit didekati. diperhatikan oleh masyarakat’ gitu. Jadinya dia
sekarang tambah sehat. Sekarang sudah pede. Misal
"Yang kita pikirkan itu keluarganya. Bukankah pasien
dia pergi kemana-mana, terus ditanya sama
itu menjadi beban keluarga. Kasihan yang masih
tetangga-tetangga sini sudah mau menanggapi."
produktif. Kalau bisa diobati, ia meringankan orang
(Kdr.SS.2. Gedangsari).
tua." (Kdr.Rc.3. Gedangsari)
"Biasa kalau ngobrol dengan orang, sekarang banyak
yang nyambung. Apa yang ditanyakan orang bisa
Penerimaan oleh masyarakat
menjawab, kalau dulu cuma diam." (Pngsh.Yn.1.
Gedangsari).
Setelah ada kegiatan-kegiatan layanan kesehatan jiwa
di masyarakat, penerimaan masyarakat terhadap
"Dia itu sekarang sudah percaya diri. Itu sudah bagus.
orang dengan gangguan jiwa semakin baik. Mereka
Dulu nggak mau keluar rumah. Sekarang nyabuti
bersikap lebih terbuka, menerima, serta tidak
rumput di depan rumah, bertegur sapa juga mau,
meremehkan. Bahkan kini banyak kunjungan orang
bertatap muka mau. Kalau dulu nggak mau bertemu
dengan gangguan jiwa yang dilakukan pihak
dengan orang lain." (Wd.3.Wukirsari)
berkepentingan seperti dokter jiwa dari rumah sakit,
mahasiswa, perwakilan dari lembaga sosial, serta Dukungan sosial terhadap orang dengan
petugas kesehatan lainnya. Masyarakat sudah biasa gangguan jiwa juga terwujud dalam hal yang bersifat
menyikapi hal itu. Kader sebagai pemandu pun tidak konkrit. Orang dengan gangguan jiwa menjadi salah
mengalami kesulitan menghadapi warga. satu penerima bantuan dari lembaga sosial
masyarakat desa. Mereka didata oleh kader dan
"Kemarin saya mengantar kunjungan rumah yang
disalurkan untuk menerima bantuan tersebut secara
berasal dari lembaga itu selama 3 hari. Dalam 3 hari
rutin setiap triwulan.
kami menemukan 17 orang dengan gangguan jiwa."
(Kdr.Pj.1.Wukirsari).
BAHASAN
Saat ini penerimaan sebagian besar masyarakat
Empati adalah konsep kompleks multi dimensi
terhadap orang dengan gangguan jiwa sudah baik.
yang mengandung unsur moral, kognitif, emosi dan
Keluarga maupun orang dengan gangguan jiwa dapat
komponen perilaku (10). Salah satu jenis dukungan
melakukan aktivitas di masyarakat secara normal.
sosial adalah empati. Empati memainkan peran kunci
Mereka tidak nampak rendah diri dan terganggu
terhadap kesehatan mental (11). Empati dari kader
menjalankan kegiatannya sehari-hari.
menunjukkan peran kunci sebagai dukungan sosial
yang menunjang perbaikan kualitas hidup orang
"Untuk warga tidak ada masalah. Toh kebetulan di sini
dengan gangguan jiwa.
tidak ada orang dengan gangguan jiwa parah.
Gangguan jiwa masih menjadi masalah besar bagi
Kenyataan semua biasa, tidak ada yang dikucilkan,
keluarga dan masyarakat sebelum ada layanan
tidak ada masalah." (Kdr.Rc.3.Gedangsari).
kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan oleh
"Keluarganya tidak malu, biasa saja. Lingkungan juga
kader. Masyarakat mengalami masalah penyakit dan
nggak mengucilkan. Nggak ada masalah." (Kdr.Nd.1.
sosial. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
Purwosari).
menyebutkan bahwa banyak orang dengan gangguan
Mendukung kepercayaan diri jiwa dibebani dua kali lipat permasalahan. Satu sisi,
menghadapi gejala dan kecacatan akibat penyakit, di
Adanya dukungan sosial dalam bentuk bantuan sisi lain dibebani oleh stereotip dan prasangka yang
materi yang diterima orang dengan gangguan jiwa
407
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 8 Tahun 2017
diakibatkan oleh kesalahpahaman tentang gangguan Kader melakukan interaksi dengan orang dengan
jiwa (12). gangguan jiwa dengan secara berempati. Kader
Pengetahuan mengenai gangguan jiwa dan berkomunikasi dengan sikap ramah dan terbuka
penerimaan masyarakat terhadap orang dengan yang menimbulkan hubungan yang akrab. Kader
gangguan jiwa di Desa Baleharjo awalnya masih menerima dan memandang kondisi orang dengan
kurang. Secara umum masyarakat masih awam gangguan jiwa apa adanya. Sikap kader yang baik ini
sehingga disitu terjadi stigma gangguan jiwa. menjadi aspek dukungan emosional. Cara yang
Penelitian lain menyatakan efek stigma dimoderatori dilakukan terbukti efektif terhadap penerimaan oleh
oleh pengetahuan tentang penyakit mental. keluarga maupun orang dengan gangguan jiwa.
Pengetahuan kesehatan mental yang baik dapat Pesan-pesan konten layanan selanjutnya dapat
mengurangi dampak buruk stigma pada pencarian disampaikan setelah penerimaan berhasil dicapai.
perawatan (13). Stigma gangguan mental, meski lebih Sikap empati yang dilakukan kader selaras
sering berhubungan dengan konteks daripada dengan empati dalam hubungan terapeutik.
penampilan seseorang, tetap menjadi label negatif Pengaruh empati terhadap kesehatan mental dan
yang kuat dalam semua hubungan sosial (14). keperawatan menunjukkan hal itu memainkan peran
Stigma menjadi hambatan besar dalam kunci. Empati penting dalam hubungan terapeutik
pencapaian kualitas hidup orang dengan gangguan terkait dengan tujuan. Inti tujuan adalah mendukung
jiwa. Persepsi negatif membuat penderita tidak dan berkomunikasi interpersonal untuk memahami
berdaya untuk mengupayakan penyembuhan. Sesuai persepsi dan kebutuhan pasien. Beberapa penelitian
dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa menyebutkan empati bisa membantu menciptakan
stigma gangguan mental membatasi penggunaan iklim interpersonal yaitu bebas dari sikap membela
sumber daya yang tersedia (15). Banyak orang gagal diri yang memungkinkan orang untuk berbicara
mendapatkan manfaat layanan kesehatan mental. persepsi kebutuhan mereka (10).
Salah satu penyebab adalah stigma. Sebagai upaya Berawal dari sikap empati, kader menjalin
menghindari label penyakit jiwa dan bahaya yang komunikasi dan interaksi yang lebih produktif
ditimbulkan, orang memutuskan untuk tidak mencari dengan keluarga dan orang dengan gangguan jiwa.
atau tidak peduli terhadap pengobatan dan Penerimaan dan keterbukaan keluarga dan orang
perawatan. Stigma menghasilkan dua jenis bahaya dengan gangguan jiwa adalah faktor penting untuk
yang dapat menghambat partisipasi pengobatan yaitu keberhasilan pelayanan. Dengan sikap keluarga yang
mengurangi harga diri dan merampok orang dari terbuka, kader dapat menyampaikan informasi,
kesempatan sosial (16). saran, dukungan, dan pesan lain yang dibutuhkan
Kader mendekati keluarga dan penderita untuk penanganan gangguan jiwa. Cara yang
gangguan jiwa pada saat pelayanan di masyarakat dilakukan kader ini sama dengan yang dilakukan
mulai dikembangkan. Kader mempunyai akses kader di India, kader membangun hubungan saling
menjangkau orang dengan gangguan jiwa di sekitar. percaya dengan individu dan pengasuh dengan rasa
Kader tidak mengalami hambatan jarak, budaya, hormat dan empati. Kader mendorong partisipasi dan
bahasa, agama, dan status sosial lain untuk memberikan dukungan, menanggapi kesulitan sosial
berkomunikasi dan membangun hubungan. Kader yang dihadapi oleh pengasuh, meningkatkan interak-
lebih paham terhadap berbagai aspek kehidupan si sosial, mendorong untuk kegiatan masyarakat,
masyarakat setempat. Sejalan dengan penelitian mengajari strategi untuk menghadapi stigma dan
Thornicroft, Deb and Henderson, yang menyebutkan diskriminasi. Intervensi yang disampaikan oleh kader
pekerja perawatan kesehatan garis depan seperti ini dapat diterima dan layak untuk mengobati
pekerja kesehatan masyarakat, sering direkrut dari skizofrenia (19).
daerah setempat, mereka memiliki pemahaman yang Setelah kegiatan layanan kesehatan jiwa
kaya akan konteks sosio-kultural. Perawatan dilakukan di masyarakat, penerimaan masyarakat
kesehatan jiwa masyarakat terdiri dari prinsip dan terhadap orang dengan gangguan jiwa semakin baik.
praktik yang diperlukan untuk mempromosikan Masyarakat semakin tahu tentang gangguan jiwa, dan
kesehatan jiwa bagi penduduk lokal dengan cara mereka bersikap lebih terbuka dan bisa menerima
yang mudah diakses dan dapat diterima, membangun keberadaan orang dengan gangguan jiwa di
tujuan dan kekuatan orang-orang yang mengalami lingkungan. Empati berkembang lebih luas di
gangguan jiwa, mempromosikan jaringan dukungan, masyarakat, dan stigmatisasi semakin tereduksi.
layanan dan sumber daya yang memadai (17, 18). Dampak penerimaan masyarakat ini mendukung
408
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 8 Tahun 2017
409
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 8 Tahun 2017
11. Yin, R. K. Studi Kasus. 1st edn. Jakarta: PT. Raja situation and strategies for action. The Lancet.
Grafindo Persada. 2015. 2011 Nov 5;378(9803):1654-63.
12. Lund C, De Silva M, Plagerson S, Cooper S, 16. Corrigan P. How stigma interferes with mental
Chisholm D, Das J, Knapp M, Patel V. Poverty and health care. American psychologist. 2004
mental disorders: breaking the cycle in Oct;59(7):614.
low-income and middle-income countries. The 17. Topor A, Ljungqvist I, Strandberg EL. Living in
lancet. 2011 Oct 22;378(9801):1502-14 poverty with severe mental illness coping with
13. Corrigan PW, Watson AC. Understanding the double trouble. Nordic Social Work Research.
impact of stigma on people with mental illness. 2016 Sep 1;6(3):201-10
World psychiatry. 2002 Feb;1(1):16. 18. Love MB, Gardner K, Legion V. Community health
14. Corrigan PW, Druss BG, Perlick DA. The impact of workers: who they are and what they do. Health
mental illness stigma on seeking and Education & Behavior. 1997 Aug;24(4):510-22.
participating in mental health care. Psychological 19. Balaji M, Chatterjee S, Koschorke M, Rangaswamy
Science in the Public Interest. 2014 T, Chavan A, Dabholkar H, Dakshin L, Kumar P,
Oct;15(2):37-70. John S, Thornicroft G, Patel V. The development
15. Kakuma R, Minas H, van Ginneken N, Dal Poz MR, of a lay health worker delivered collaborative
Desiraju K, Morris JE, Saxena S, Scheffler RM. community based intervention for people with
Human resources for mental health care: current schizophrenia in India. BMC health services
research. 2012 Dec;12(1):42.
410