Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
SKRIPSI
Oleh :
DINDA EROBATHRIEK
1113104000038
1438 H / 2017 M
i
FACULTY OF MEDICNE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
ABSTRACT
The incidence of falls increases along with age of elderly which occurs because of
decreased balance due to aging. This study aims to determine the effect of
Cawthorne-Cooksey exercise to risk of fall in the elderly. this study design is pre-
experimental design, with two group (control group and intervention group)
pretest posttest method. Sample of this study, 30 respondents the subjects were
randomly chosen as per the inclusion criteria and divided into two groups. The
elderly were given Cawthorne cooksey exercise for 2 weeks. Data collect method
is done with Berg Balance Scale. The results of the statistical analays is Test ,
there is . There is a difference on the fall risk 4,8 (P-value< 0.05) in intervation
group and 0,47 (P-value>0.05) in control group with independent T test. It is
suggested that cawthorne cooksey can be teach for elderly to reduce the risk of
falling.
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ABSTRAK
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Tangerang Selatan
Telepon : 089608086336
Email : dindaaero1@gmail.com
PENDIDIKAN
vii
KATA PENGANTAR
berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita.
Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku
berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
Jakarta Selatan”.
syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta
kuliah. Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi
Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal
mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima
viii
Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang
takterhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ibu
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed dan Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku
meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada
terima kasih sebesar- besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan
5. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri
6. Teristimewa ucapan Terima Kasih kepada Orang tua tercinta, Bapak Bathriek,
SE dan Ibu Dra. Efi Rosita,. Kons yang telah mendidik, mencurahkan semua
ix
bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses
menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa Kakakku Nanda Erobathriek dan
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh
dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat
Dinda Erobathriek
x
DAFTAR ISI
xi
A. Desain Penelitian ............................................................................................. 32
B. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 33
C. Lokasi dan waktu penelitian............................................................................ 36
D. Alat Pengumpul Data ...................................................................................... 36
E. Prosedur penelitian .......................................................................................... 37
F. Analisis Data ................................................................................................... 41
G. Etika Penelitian ............................................................................................... 42
BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................... 53
A. Karakteristik Subjek Penelitian ....................................................................... 53
B. Pengaruh Cawthorne-Cooksey Terhadap Penurunan Resiko Jatuh pada
Lansia ..................................................................................................................... 58
C. Beda Pengaruh Kelompok Perlakuan dengan Pemberian Cawthorne-
Cooksey dengan Kelompok Kontrol Terhadap Penurunan Resiko Jatuh pada
Lansia. .................................................................................................................... 64
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DARTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia 47
Tabel 5. 2 Rerata Nailai Resiko Jatuh Pretest Dan Posttest ................................. 47
TABEL 5. 3 Uji normalitas distribusi data dengan dengan Kolmogororf dan
Smirnof test ........................................................................................................... 48
Tabel 5.4 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Test Awal Kelompok Eksperimen Dan
Kelompok Kontrol ................................................................................................ 49
Tabel 5.5 Hasil Uji Test Akhir Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol . 50
Tabel 5. 6 Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok Perlakuan dan
Kontrol .................................................................................................................. 51
xiii
DARTAR GAMBAR
xiv
DARTAR BAGAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam (Maryam, 2011). Proses ini merupakan tahap akhir dari siklus hidup
manusia yang akan dialami oleh setiap individu. Jumlah penduduk lansia di
Indonesia ialah 18 juta penduduk, atau sekitar 7, 59% dari total penduduk
perubahan pada struktur dan fisiologi dari sel, jaringan, organ dan sistem
pada lansia yaitu, gangguan penglihatan 3,17 juta, ganguan mendengar 2,3
juta, gangguan berjalan 2,25 juta dan gangguan berkonsentrasi 1,68 jua jiwa
sadar menjadi berada di permukaan tanah, tanpa disengaja dan tidak termasuk
1
2
2006). kejadian jatuh pada lansia yang tinggal di panti seperti panti wherda
kejadian jatuh yang berulang (WHO, 2007). Menurut Behavioral Risk Faktor
lansia, baik kejadian injuri yang fatal maupun tidak. Selama tahun 2014 di
jatuh. Angka Lansia diobati di IGD Karena injuri akibat kejadian jatuh ialah
Stabilitas pada postur dan pandangan saat berdiri dan berjalan di pertahankan
oleh sistem vestibular. Input yang dengan cepat dari visual dan input
somatosensory diinput dalam sistem saraf lalu diteruskan menuju output pada
mengenai gerakan kepala dan postur tubuh. Agar gerakan dan pandangan
(D‟Silva, et all, 2015). Setiap faktor pada sistem ini memburuk selama proses
meningkat pada lansia lain, namun tidak pada dirinya (Yardley & Bishop,
pada awalnya aktifitas latihan ini digunakan pada pasien vertigo, pusing
berat, dan penyakit gangguan vestibular lain maupun pada masa pemulihan
ialah merilekskan leher dan otot pundak, melatih pergerakan mata dan
salah satu panti werdha di Jakarta. Pada bulan Desember berpenghuni 274
oleh petugas panti selama 6 bulan terakhir tercatat sekitar 10 orang yang
Werdha Budi Mulya tiga dengan rentang usia 65-85 tahun diketahui bahwa 5
bahwa 10 lansia tersebut termasuk dalam kategori resiko jatuh dengan resiko
jatuh ringan (50%), resiko jatuh sedang (30%) dan resiko jatuh berat (20%).
sistem vestibular guna menurunkan resiko jatuh. Hal ini menjadi daya tarik
kejadian jatuh pada lansia di Panti werdha budi mulya 3. Berdasarkan uraian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Penurunan Resiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
2. Tujuan Khusus
Cooksey. .
D. Manfaaat Penelitian
gambaran mengenai resiko jatuh pada lansia yang tidak memiliki riwayat
lansia.
6
data dilakukan pada kedua kelompok dan akibat yang diperoleh dari
A. Konsep Lansia
Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah penduduk yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (BPS, 2010). Lansia adalah tahapan dimana
individu ada pada usia tertentu, yang dikategorikan menjadi lansia awal (young-
sampai 84 tahun dan lansia akhir (oldold) 85 tahun atau lebih (Miller, 2012).
Lansia Menurut WHO dalam Nugroho, (2008) klasifikasi lansia dibagi dalam 4
kategori yaitu, usia pertengahan kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut 60-74
tahun, usia lanjut tua antara 75-90 tahun, Usia sangat tua diatas 90 tahun.
meningkatnya usia. sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan
serta sistem organ (Fatimah, 2010). Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada
fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas
dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi. Penurunan fungsi dan
7
8
B. Penuaan
berbagai serangan penyakit (Fatimah , 2010). Perubahan yang terjadi pada lansia
diantaranya meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ
gravitasi diberikan oleh sistem sensorik, sedangkan sistem saraf pusat berfungsi
otot sekitar 30%-50%, terutama terjadi pada ekstremitas bawah (Miller, 2012).
Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot, ukuran
otot menjadi mengecil. Penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada
ekstremitas bawah karena sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan
lemak. Akibatnya kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun
terjadi pada sendi dan jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament, dan
fasia mengalami penurunan elastisitas dan daya lentur sehingga sendi menjadi
kaku, menyebabkan lansia takut untuk mengerakan sendi karena nyeri, namun
hal tersebut dapat memperburuk kekakuan sendi (Serra et al, 2016). Pada tulang
proses penuaan. Pada sistem visual lansia, terjadi penebalan jaringan fibrosa dan
elastisitas lensa dan otot siliaris. Penurunan fungsi visual tersebut, menyebabkan
masalah dalam persepsi bentuk dan kedalaman serta informasi visual mengenai
otolith, epithelium sensorik dan sel rambut, nervus vestibularis, dan serebelum.
terhadap gravitasi dan pergerakan linear. Selain itu terjadi pula atrofi sel rambut
disertai pembentukan jaringan parut dan setelah usia di atas 70 tahun terjadi
penurunan sebanyak 20% jumlah sel rambut di makula dan 40% di krista
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, kegemukan, trauma kepala (Head Injury),
gangguan sirkulasi darah yang mempengaruhi telinga bagian dalam atau otak,
faktor usia, dan gangguan vestibular pada bagian tepi, gangguan vestibular pada
bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak dan saraf yang
tidak dikontrol, maka akan dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia
(Siburian, 2006).
C. Resiko Jatuh
masalah fisik yang sering dialami lansia akibat proses penuaan dan tidak
Kejadian jatuh tersebut berasal dari penyebab yang spesifik berbeda dari
11
mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006). Insiden
jatuh di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau
kesehatan (NANDA, 2014). Faktor risiko jatuh pada lansia terdiri dari faktor
intrinsik (host dan aktivitas) dan faktor ekstrinsik (lingkungan dan obat-
seseorang dapat jatuh pada-waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang
sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor ekstrinsik antara lain
terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau
tergeletak dibawah, tempat tidur atau wc yang rendah atau jongkok, obat-
resiko jatuh dapat membantu dalam menilai masalah kesehatan Kejadian jatuh
Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah
tulang panggul. Dampak psikologis dapat terjadi walaupun cedera fisik tidak
terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak
aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh. Pada lansia yang telah
meninggal dunia . Dilihat dari dampak jatuh, pencegahan terjadinya jauh perlu
jatuh pada lansia. Pencegahan Pencegahan jatuh pada lansia di panti (Miller,
2012):
gangguan mobilisasi, lansia yang berumur 75 tahun atau lebih). Kaji dan
regular untuk mengantisipasi (misalnya tiap shift, setiap hari, saat terjadi
gelang berwarna pada lengan lansia yang berisiko jatuh, atau meletakkan
jatuh dan cara memperoleh bantuan jika terjadi jatuh pada lansia.
pencegahan jatuh, faktor risiko jatuh pada lansia, terutama faktor- faktor
penggunaan sepatu).
13
pencegahan jatuh
D. Keseimbangan
kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh internal dan eksternal
posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown et al., 2006). Beberapa
jenis reseptor sensorik di seluruh kulit, otot, kapsul sendi, dan ligament
internal maupun eksternal pada setiap sendi yang akhirnya berpengaruh pada
tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu sistem mengalami
manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap
input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
otak, kemudian otak memerikan informasi agar sistem musculoskeletal (otot &
orientasi mata dan posisi kepala, yang sangat berperan penting terutama pada
saat berada pada landasan penunjang yang tidak stabil sebab itu goyangan
leher), dimana bagian ini akan menjadi suatu terminal dari ganglia saraf
trigeminal atau ganglia dari saraf sensorik kranial lainnya (Bonder et al, 2009).
Neuron kedua dimana neuron ini berada di medulla spinalis dan brain stem dan
meiliki sel tubuh yang baik. Akson neuron ini naik ke sisi berlawan di medulla
spinalis dan brain stem, (Akson dari banyak neuron berhenti pada bagian
thalamus (Ventral Posterior nucleus, VPN), dan yang lainnya pada sistem
retikuler dan cerebellum. Third neuron (ketiga) Dalam hal sentuhan dan
rangsangan nyeri, neuron ketiga memiliki tubuh sel dalam VPN dari thalamus
sensitif terhadap perubahan cepat dari orientasi tubuh, sedangkan sistem visual
lebih sensitif terhadap perubahan posisi yang lebih lambat. Sedangkan bila
mengembalikan pusat gravitasi tubuh ke posisi seimbang. Dalam hal ini yang
E. Latihan Cawthorne-Cooksey
Membantu lansia memilih program latihan yang akan mereka jalani, serta
pada sistem vestibular dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia (Freiria
merupakan jenis terapi vestibular pertama kali digunakan tahun 1940 (Schubert
19
20
dilakukan sambil berdiri tandem serta berdiri satu kaki adalah kunci untuk
stabilitas tatapan terdapat gerakan, Saccades yaitu Gerakan mata ketika bergerak
dari satu fixasi ke fixasi berikutnya. Convergence yaitu mengerakan mata untuk
mengikuti objek yang mendekati wajah. Pursuits mengerakan mata secara halus
mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat objek yang bergerak kemudian
proksimal yaitu kumpulan otot-otot pada leher dan otot-otot punggung (otot
lateral, yang berperan dalam mengurangi resiko jatuh pada lansia. Merupakan
(Batson,, 2009). Latihan ini merupakan salah satu latihan yang bertujuan untuk
melatih sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan
gerakan tubuh.
keseimbangan dan dapat dilakukan pada lansia normal (Macias, Massingale, &
21
Gerkin, 2005). Latihan ini bentuk pada latihan keseimbangan pada lansia dalam
penelitian (Umi Budi & Itoh, 2006 ;.Danar, 2015). Keselamatan adalah
perhatian utama pada latihan ini. Edukasi dan instrumen untuk keselamatan
harus selalu dapat diakses oleh pasien. Terapi ini aman, efektif, dan tanpa efek
normal.
sehari-hari.
22
melakukan tugas yang diberikan dan nilai 4 diberikan apabila pasien mampu
pengukuran ini adalah 56. Berg Balance Scale dinilai sebagai prediktor yang
paling efektif untuk jatuh dan gangguan keseimbangan serta sudah beberapa
penanda 5 cm, 12,5 cm, dan 25 cm, Kursi dengan penyangga lengan dan kursi
tanpa penyangga lengan, Objek untuk diambil dari lantai, kursi kecil atau step
Scale, 2012).
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ini ialah, Tes
dilakukan pada lingkungan yang aman penting untuk dilakukan . Klien harus
sadar dan mampu mengerti perintah yang diberikan, Tes bisa dihentikan jika
lansia merasa pusing atau tidak kuat. Prinsip tindakan ini dimulai dari gerakan
yang paling mudah. Dokumentasikan nama, tanggal, waktu, jam dan respon
lansia.
23
antara 53% - 96%, dan cutoff scores antara 46 – 54. Peneliti juga
2015). Para peneliti menyatakan bahwa Berg balance scale adalah alat yang
KERANGKA TEORI
Lansia mengalami
proses degeneratif
Latihan Cawthorne -
cooksey
Peningkatan kompensasi
sistem vestibular
Penurunan Resiko
Jatuh(Khurana et al.,
2015)
PENELITIAN
adalah untuk memperjelas maksud dan tujuan suatu penelitian yang dilakukan.
reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf berubah dan
kesehatan lain. Intervensi mandiri yang dapat dilakukan perawat salah satunya
28
29
Lansia Melakukan
Penurunan Resiko jatuh
Aktifitas laihan Cawthorne and
Cooksey Pada Lansia
Variabel Independen
Variabel Dependen
yang belum pernah memiliki resiko jatuh yang berada di panti sosial.
B. Hipotesis Penelitian
Ho: Tidak Ada perbedaan resiko jatuh berdasarkan hasil ukur Berg Berg
Ha: Ada perbedaan resiko jatuh berdasarkan hasil ukur Berg Balance
C. Definisi Operasional
tujuan agar tidak ada makna atau pengertian ganda dari istilah yang
Variabel Definisi operasional Alat bantu Cara ukur Hasil ukur Skala
Independen
1 = Kelompok kontrol
Lansia Kelompok Seleksi data Nominal
penduduk yang Kuisioner demografi lansia 2 = kelompok intervensi
berumur diatas 60 sesuai kriteria
tahun inklusi dan
eksklusii
Dependent Melakukan
Penurunan Penurunan resiko Berg Pengukuran 0-56 besar sesuai skala Ordinal
resiko jatuh jatuh berdasarkan Balance dengan 14 poin keseimbangan Berg
pengukuran dalam Scale skala ukur berg.
pengukuran skala
Berg
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Perlakuan Q1 CC Q2
Kontrol Q1 Q2
Keterangan :
32
33
a. Populasi
274 Warga Binaan Sosial (WBS) Panti Sosial Tresna Werdha Budi
b. Sampel
b. Usia 60-70
Cooksey
lansia.
35
c. Pengukuran Sampel
n2
n2
= 15
Ket :
= Deviat baku alfa, kesalahan tipe satu ditetapkan sebesar 5%, hipotesis
al., 2015)
Total Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30, yang
dengan alasan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 3 yang
awal mulai dengan posisi duduk sampai berdiri satu kaki. Perpindahan
item dimana setiap item mendapat nilai 0 sampai 4. Nilai 0 diberikan bila
pasien tidak mampu melakukan tugas yang diberikan dan 4 bila pasien
2006)
Skala keseimbangan berg ini dinilai sebagai prediktor yang paling efektif
E. Prosedur penelitian
prosedur teknis.
1. Prosedur administratif
werdha 03 margaguna.
2. Prosedur teknik
Populasi
Sampel
kesimpulan
lili,tulip,susi).
39
selanjutnya.
tanpa berpegangan
tangan
F. Analisis Data
sebagai berkut :
a. Analisis Univariat
seperti usia dan berat badan dijelaskan dengan mean, median, standar
b. Analisis Bivariat
digunakan uji statistik berupa uji T paired test. Uji hipotesis yang
2010) .
G. Etika Penelitian
a. Autonomy
privacy lansia.
b. Beneficence
c. Non Maleficence
kasur) yang dapat di jangkau oleh lansia sebagai tumpuan bila lansia
d. Anonimyty
e. Veracity
44
f. Justice
inklusi dan eksklusi. Kemudian setiap subjek diminta untuk menandatangani surat
mengikuti penelitian ini, 34 lansia dalam rentang umur 60-70 yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 4 lansia diantaranya drop out karena tidak
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan pre and post test pada kelompok
hasil penelitian peredaan resiko jatuh pada lasia melakukan latihan Cawthorne-
Selatan terletak di daerah Jakarta Selatan yang terletak ditengah kota yang
padat penduduk. Populasi yang ada di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulya
3 Margaguna Jakarta Selatan sebanyak 274 lansia Panti sosial ini terdiri dari
wisma khusus yang diperuntukkan bagi lansia yang mengalami psikotik serta
45
46
wisma mandiri. Pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Margaguna
terjadinya jatuh lansia seperti, tinggi lantai yang tidak rata, penerangan yang
kurang di beberapa area, beberapa kasur tidak ada pagar pembatas, lantai
kamar mandi yang licin dan tidak adanya pegangan, serta beberapa kamar
kegiatan panti seperti Program kegiatan yang ada di panti tersebut antara lain
sebagainya.
B. Analisa Univariat
penelitian yang meliputi: Usia, jenis kelamin, hasil resiko jatuh posttest dan
pretest
Penelitan ini melibatkan kelompok usia 60-70 tahun yang berjenis kelamin
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia pada
Lansia PSTW Budi Mulya 3 2017 (N=30)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki laki 5 20%
Perempuan 25 80%
Usia
60- 65 14 47%
66-70 16 53%
dengan 53%.
2. Rerata Nilai Resiko Jatuh Pada Responden Pre Test Dan Post Test
Tabel 5. 2
Rerata Nailai Resiko Jatuh Pretest Dan Posttest pada Lansia PSTW Budi
Mulya 3 2017 (N=30)
pada pemeriksaan pretest dan rata-rata pada post test 50,13 dan
dan post test yaitu 0,47 dengan Simpangan Baku 0,516. Kelompok
perlakuan kontrol memiliki rata-rata 49,67 dan Simpangan Baku 3,12 pada
pemeriksaan pretest dan rata-rata pada post test 54,33 dan Simpangan
48
Baku 1,633 sehingga didapatkan rata-rata selisih antara pretest dan post
variabel terikat. Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah paired t-test
yaitu untuk melihat beda rata-rata resiko jatuh responden selama dua minggu.
analisis bivariat meliputi: uji normalitas, perbedaan resiko jatuh pada lansia
1. Uji Normalitas
terlebih dahulu terhadap data yang ada. Hasil uji normalitas hasil data
Tabel 5. 3
Uji normalitas distribusi data pada Lansia PSTW Budi Mulya 3 2017
(N=30)
P ( Kolmogororf P (Shapiro-
Variabel Kesimpulan
Smirnof ) Wilk)
N1 0.200 0.330 Normal
N2 0.145 0.244 Normal
N3 0.077 0.411 Normal
N4 0.143 0,056 Normal
Keterangan :
Smirnof dan Shapiro Wilk. Dari hasil uji maka dapat disimpulkan
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
Tabel 5.4
Hasil Perbedaan skor test awal resiko jatuh pada Kelompok
perlakuan dan Kelompok Kontrol pada Lansia PSTW Budi Mulya
3 2017 (N=30)
Kelompok Nilai P
x
Perlakuan 49.67 0.534
Kontrol 50.27
latihan
3. Uji Hipotesis
resiko jatuh pada lansia. Berikut hasil uji menggunakan bantuan SPSS
22.0.
independent T test
Tabel 5.5
Hasil Uji Test Akhir Kelompok Eksperimen Dan Kelompok
Kontrol pada Lansia PSTW Budi Mulya 3 2017 (N=30)
Kelompok Nilai P
T test
Tabel 5. 6
Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok Perlakuan
dan Kontrol pada Lansia PSTW Budi Mulya 3 2017 (N=30)
dan kejadian jatuh berulang pada lansia yang dapat menyebabkan cedera
kualitas hidup lansia (Hirvonen TP, et.all 1997 dalam Simoceli, Saraiva,
daily activity pada lansia. Serta penelitian Freiria et al, (2015), lansia
ini juga termasuk dalam kelompok usia lansia muda karena rentang usia
53
54
65 tahun dan 53% pada kelompok usia 66-70 tahun. Pemilihan kelompok
dimana kelompok umur 60-70 memiliki resiko jatuh paling rendah (23%).
pada penelitian.
karakteristik berdasarkan usia didapatkan rata rata usia usia 60-70 tahun
dengan kriteria usia lansia muda menurut kemenkes (2014), ialah usia 60-
lansia.
dengan lansia yang berjenis kelamin laki-laki. lansia dengan jenis kelamin
laki. Pada dasarnya lelaki memiliki otot yang lebih kuat daripada wanita.
Eliopoulos (2005), Hal ini juga didukung oleh teori yang menyatakan
Hasil observasi data peneliti tidak teradapat perbedaan antara resiko jatuh
exercise.
laki Hal ini disebabkan karena seiring bertambahnya usia baik perempuan
& Moon, 2009); Dan otonomi (Beilger, 2009). Hal Ini menunjukkan
besar terdiri dari unsur fisik, mental, dan psikologis yang mencetuskan
Mulya 3 yang sudah cukup aman dan nyaman bagi lansia, akan tetapi
jatuh lebih sering dari lansia yang tinggal di komunitas. 30 – 50% lansia
tua melambat sambil berjalan untuk memeriksa pijakan yang tepat. Hal ini
nursing home terjadi karena lansia mencoba melakukan hal hal mandiri.
sehingga kejadian jatuh atau pun perasaan takut jatuh pada lansia itu
hilang. Perlu dijelaskan kepada lansia apabila terapi tersebut tidak bisa
balance Scale karena pengukuran ini sudah di validasi oleh WHO. Empat
sensitivitas antara 53% - 88,2%, spesifisitas antara 53% - 96%, dan cutoff
memiliki resiko yang besar untuk mengalami jatuh. Penilaian ini dilakukan
gerakan antara lain berdiri dari posisi duduk, berpindah tempat, berputar,
dan berdiri diatas satu kaki, sehingga dapat dilihat apakah terdapat
oada lansia. Terdapat erbedaan hasil selisih berg balance scale dan nilai
rata rata pada kedua kelompok yang sejalan dengan hasil penelitian.
pada Lansia
dengan desain penelitian yang digunakan yaitu Pre and Post Test with
kembali resiko jatuh menggunakan alat ukur Berg Balance Scale. Evaluasi
yang dilakukan 2 minggu setelah perlakuan ini sesuai dengan teori NHS,
59
(2011) yakni latihan biasanya dilihat sekali setiap 1-2 minggu dan
sensori motor.
Dari hasil uji Paired Sample T-Test pada hasil pre dan post test
lansia karena nilai p = 0,000. Hal ini sesuai dengan penelitian (Khurana et
2010).
terdapat dua sasaran yang terdapat pada latihan akan menstimulus sistem
sarat pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitar dan
menjadi lebih baik. Sistem vestibular yang baik akan membantu tubuh
seluruh cairan keluar kanal dan selama gerakan rotasi maka terjadi
mata untuk memperbaiki posisi pada objek bergerak. Gerakan baru akan
terjadi reaksi refleks cepat untuk kedua tungkai dan batang untuk
perubahan, Hal ini disebabkan penurunan fungsi dan kekuatan otot tubuh
seperti berjalan, naik turun tangga, dan mengganti posisi. Kelelahan juga
menyebabkan risiko jatuh pada lansia. Jatuh juga sering terjadi pada lansia
yang imobile (jarang bergerak) ketika tiba-tiba ingin pindah tempat atau
test pada kedua kelompok lalu dilakukan Uji Independent Sample T-Test.
Selisih antara pre test dan post test tingkat Penurunan Resiko Jatuh pada
nilai p = 0,000. Dari hasil nilai p yang telah diperoleh dapat dikatakan
65
pada lansia.
dan area assosiasi otak (Riemann et al., 2002 & Baston, 2009).
rata-rata selisih 4,80 pada hasil ukur Berg Balance Scale. Hal ini diperkuat
tubuh pada lansia di Panti Werda Bangkalan. Hasil penelitian dari Umi
salah satu bentuk intervensi tunggal yang dapat dilakukan pada lansia
teratur.
maupun pada lansia yang kurang atau tidak produktif diharapkan dapat
67
D. Keterbatasan Penelitian
A. Kesimpulan
berikut :
49,67 dan 50,27 pada kelompok Kontrol yang tergolong resiko jatuh
rendah.
jatuh rendah.
68
69
B. Saran
2. Peneliti selanjutnya
lanjut usia.
70
DAFTAR PUSTAKA
Adams, K., & Moon, H. (2009). Subthreshold depression: Characteristics and risk
factors among vulnerable elders. Journal of Aging & Mental Health, 13(5),
682–692.
Bloch, F., Thibaud, M., Dugué, B., Breque, C., Rigaud, A. S., & Kemoun, G.
(2010). Laxatives as a risk factor for iatro- genic falls in elderly subjects
myth or reality? Drugs Aging 2010, 27(11), 895–901.
Bloch, Frederic et al. 2013. “Estimation of the Risk Factors for Falls in the
Elderly : Can Meta-Analysis Provide a Valid Answer ?” 250–63.
72
Bonder, Bette R., L. Otr, and Vanina Dal Bello-haas. 2009. Functional
Performance in Older Adults. 3th ed. Philadelphia: F.A Davis Company.
Clancy, John. 2009. Physiology and Anatomy for Nurses and Healthcare
Practitioners : A Homeostatic Approach. 3th ed. Norwich: HODDER
ARNOLD AN HACHETTE UK COMPANY.
Dharmojo. 2011. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai FKUI
Dahlan, m.sopiudin. 2013. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Philadelghia
Guzman, Allan B. De, Joanna Louise C. Ines, et al. 2013. “Nutrition , Balance and
Fear of Falling as Predictors of Risk for Falls Among Filipino Elderly in
Nursing Homes : A Structural Equation Model ( SEM ).” 441–53.
Hain, Timothy C. n.d. Anatomy and Physiology of the Normal Vestibular System.
Han, Byung In, Seok Song, and Soo Kim. 2011. “Vestibular Rehabilitation
Therapy : Review of Indications , Mechanisms , and Key Exercises.” 184–
96.
Hausdorff Jm, Nelson Me, Kaliton D, Layne Je, Bernstein Mj, Nuernberger A,
SINGH MA: Etiology and modification of gait instability in older adults: a
randomized controlled trial of exercise. J Appl Physiol 82: 262-269, 2001.
Irfan, M., 2012. Fisioterapi Bagi Insan Stroke, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Iwasaki, Shinichi and Tatsuya Yamasoba. 2015. “Dizziness and Imbalance in the
Elderly: Age-Related Decline in the Vestibular System.” Aging and Disease
6(1):38–47. Retrieved
(http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=4306472&tool=
pmcentrez&rendertype=abstract).
Kaesler, 2007, A Novel Balance Exercise Program for Postural Stability in Older
Adults: A pilot study, Journal of Bodywork and Movement Therapies. Vol:
49 no: 11 hal: 37-43
Kirchengast, S., & Haslinger, B. (2009). Even mild depression reduces health
related quality of life (HRQL) among healthy elderly. Journal of Medical
Psychology, 1(1), 3–9.
Khurana, Niti, Davinder K. Gaur, and Sanya Linjhara. 2015. “Effect of Cawthorne
and Cooksey Exercises on Balance In Elderly and Risk of Fall.” 29(4):398–
406.
Macias, John D., Shelly Massingale, and Richard D. Gerkin. 2005. “Efficacy of
Vestibular Rehabilitation Therapy in Reducing Falls.” Otolaryngology -
Head and Neck Surgery 133(3):323–25.
Martono & Darmojo. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: FKUI.
75
Maryam, et al. 2011. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
MILLER, CAROL A. 2012. Nursing for Wellness in Older Adults. 6th ed.
cleveland: wolters kluwer.
Nyunt, M., Fones, C., Niti, M., & Ng, T.-P. (2009). Criterion-based validity and
reliability of the Geriatric Depression Screeing Scale (GDS-15) in a large
validation sample of community-living Asian older adults. Journal of Aging
& Mental Health, 13(3), 376–382.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2nd ed. Jakarta:
EGC.
Priyo, Sutanto and Hastono. 2006. ANALISIS DATA. jakarta: fakultas kesehatan
masyarakat universitas indonesia.
Riemann, B.L. & Lephart, S.M. 2002. The Sensorimotor System, Part II: The
Role of Proprioception in Motor Control and Functional Joint Stability.
Journal of Athletic Training. 37(1); 80-84.
Saladin, K. 2007. Anatomy and Physiology The Unity of Form and Function. 4th
ed.New
Serra, Marcos Maur??cio et al. 2016. “Balance and Muscle Strength in Elderly
Women Who Dance Samba.” PLoS ONE 11(12):1–9.
Setyoadi, Yulian Wiji Utami, and Sheylla Septina. 2013. “Senam Dapat
Meningkatkan Keseimbangan Tubuh Lansia Di Yayasan Gerontologi Kec.
Wajak Malang.” Jurnal Ilmu Keperawatan 1(1):35–40.
Simoceli, Lucinda, Roseli Saraiva, Moreira Bittar, and Juliana Sznifer. 2008.
“Adaptation Exercises of Vestibulo-Ocular Reflex on Balance in the
Elderly.” International Archives of Otorhinolaryngology 12(2):183–88.
rajagrafindo.
Thomas JI, Lane JV. A pilot study to explore the predic- tive validity of 4
measures of falls risk in frail elderly patients. Arch Phys Med Rehabil 2005;
86: 1636–1640
Umi Budi, Rahayu and Masitoh Itoh. 2006. “Fenomena Balance Exercise Untuk
Meningkatkan Keseimbangan Postural Lanjut.” Fisioterapi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta 166–70.
Whitney, Susan L., Patrick J. Sparto, and Saudi Arabia. 2011. “Principles of
Vestibular Physical Therapy Rehabilitation.” 29:157–66.
WHO. 2007. “WHO Global Report on Falls Prevention in Older Age WHO
Global Report on Falls Prevention in Older Age.” AGEING AND LIFE
COURSE, FAMILY AND COMMUNITY HEALTH.
Zech, A., Hübscher, M., Vogt, L., Banzer, W., Hänsel, F., & Pfeifer, K. (2010).
Balance training for neuromuscular control and performance enhancement: a
systematic review. Journal of athletic training, 45(4), 392
78
Wassalamu‟alaikum Wr.W
Hormat saya,
Dinda Erobathriek
79
LEMBAR KUISIONER
No. ID Responden
Petunjuk Pengisian : Beri tanda (X) pada kotak yang memiliki kriteria sesuai
kondisi
1) Duduk ke berdiri Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak
menggunakan tangan sebagai sokongan
10) Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali
ke arah kanan
3 : mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama empat
detik atau kurang
13) Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya Instruksi:
tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya. Jika merasa tidak
bisa, cobalah melangkah sejauh yang Anda bisa
14) Berdiri dengan satu kaki Instruksi: berdirilah dengan satu kaki
semampu Anda tanpa berpegangan
0 – 20 Resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu jalan berupa
kursi roda.
Usia Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kel umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pre-test
a. Kelompok Perlakuan
Descriptives
Median 50.00
Variance 9.810
Std. Deviation 3.132
Minimum 43
Maximum 54
Range 11
Interquartile Range 5
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Pre-test
b. Kelompok kontrol
Descriptives
Median 51.00
Variance 3.781
Std. Deviation 1.944
Minimum 47
Maximum 53
Range 6
Interquartile Range 3
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Post-test
c. Kelompok perlakuan
Cases
Descriptives
Median 55.00
Variance 2.667
Minimum 51
Maximum 56
Range 5
Interquartile Range 3
Cases
Post-test
d. Kelompok kontrol
94
Descriptives
Median 55.00
Variance 2.667
Minimum 51
Maximum 56
Range 5
Interquartile Range 3
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Descriptives
Median 50.00
Variance 4.695
Minimum 46
Maximum 53
Range 7
Interquartile Range 3
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
e. Homogenitas
ANOVA
Total 202.000 29
postest Between Groups 120.000 1 120.000 25.688 .000
Total 250.800 29
Paired Differences
Pair 1 Post
test -
4.800 2.513 .649 3.408 6.192 7.398 14 .000
Pre
Test
2. kontrol
Paired Samples Test kontol
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference Sig. (2-
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 posttest
-
- -.133 1.302 .336 -.854 .588 14 .698
.397
pretest
g. Selisih
selisih
Cumulati
interval 97
Valid ve
Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent
Frequency Percent Percent Percent
Vali 0 8 26.7 26.7 26.7
Valid 0 8 53.3 53.3 53.3 d 1 7 23.3 23.3 50.0
1 7 46.7 46.7 100.0
2 1 3.3 3.3 53.3
Total 15 100.0 100.0
3 5 16.7 16.7 70.0
1
1 3.3 3.3 100.0
Statistics 0
interval kontrol T
N Valid 15 o
Missing 0 t 30 100.0 100.0
Mean .47 a
Std. Error of Mean .133 l
Median .00
Mode 0
Std. Deviation .516
Variance .267
Range 1
Minimum 0
Maximum 1
Sum 7
Group Statistics
95% Confidence
selisih Equal
variances .873 .358 -3.828 28 .001 -3.267 .853 -5.015 -1.519
assumed
Equal
variances -3.828 27.905 .001 -3.267 .853 -5.015 -1.518
not assumed
\
99