Sei sulla pagina 1di 7

Protobiont (2015) Vol.

4 (2) : 77-83

PotensiEkstrak Daun Bambu Apus (GigantochloaapusKurz)sebagai


BioherbisidaPenghambatPerkecambahan Biji danPertumbuhan
Gulma Rumput Grinting (Cynodon dactylon(L.) Pers)

Nurhilda Frihantini1, Riza Linda1, Mukarlina1


1ProgramStudiBiologi, FakultasMIPA, UniversitasTanjungpura,Jl. Prof. Dr. H.HadariNawawi, Pontianak
Emailkorespondensi:nurhildafrihantini@gmail.com

Abstract

Spring bamboo(GigantochloaapusKurz)leaves have allelochemicalcompounds such as phenol and flavonoid


that able to obstruct other plant growth, so that they have potentiality to be used as bioherbicide. The aim of
this research war to coqnize the effective concentrations of spring bamboo leaves extract to obstruct seed
germination and growth of devil’s grass (Cynodon dactylon (L.) Pers). The research was conducted for 7
months started from May to December 2014 in Biology Laboratory, Biology Greenhouse of Math and
Science Faculty, and Forest products Tecnology Laboratory of Forestry Faculty of Tanjungpura University.
The method of this research utilized the completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 5
replications. The concentrations of spring bamboo leaves extract used in this research were 0 g/ml, 0,17
g/ml, 0, 42 g/ml, 0,81 g/ml and 1,5 g/ml. The Result of this research shows that the administration of spring
bamboo leaves extract can obstruct the seed germination and growt of devil’s grass. The lowest effective
concentration that can obstruct seed germination of devil’s grass is 0,81 g/ml. The lowest effective
concentration that can obstruct the growt of devil’s grass is 0,17 g/ml.

Keywords : Leaves exstract,GigantochloaapusKurz., Germination, Growth, Cynodon dactylon(L.) Pers.

PENDAHULUAN mengeluarkansenyawa alelokimia yang


menghambat pertumbuhan tanaman.
Cynodon dactylon (L.) Pers atau dikenal dengan
nama rumput grinting merupakan gulma yang Aplikasi herbisida merupakansalahsatu alternatif
banyak ditemukan di daerah tropika dan dalam keberhasilan pertanian,tetapiaplikasi
subtropika (Jayadi, 1991). Rumput grinting (C. herbisida sintetik mempunyai dampak negatif
dactylon) mampu bertahan dalam kondisi seperti pencemaran lingkungan, meninggalkan
lingkungan ekstrim, laju pertumbuhan yang cepat, residu pada produk pertanian, matinya beberapa
dan responsif terhadap pemupukan dan pengairan musuh alami dan sebagainya (Setyowati dan
(Gilliland, et al.,1971 dalam Suci, 2007; Suprijono, 2001). Menurut Hera (2011),
Tjahjono, 1993 dalam Ketut, 1999), sehingga ketergantunganpadaaplikasi herbisida
rumput grinting (C. dactylon) menjadi gulma yang dalammengendalikan gulmasebenarnyatidak
sangat merugikan pada lahan pertanian maupun dianjurkan untuk pertanianyang
perkebunan. Menurut Sastroutomo (1990), bersifatberkelanjutandanramahlingkungan. Oleh
kerugian yang diakibatkan oleh rumput grinting sebab itu, perlu adanya alternatif pengendalian
(C. dactylon)yaituberupapenurunan produksi gulma yang ramah lingkungan, sehingga dapat
daribeberapa tanaman adalah sebagai berikut digunakan secara berkelanjutan. Menurut Willis
:padi10,8%;sorgum 17,8%; (2007), upaya tersebut dapat dilakukan dengan
jagung13%;tebu15,7%;coklat11,9%;kedelai13,5% menggali potensi senyawa kimia yang berasal dari
dankacangtanah11,8. tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
bioherbisida.
Menurut Rukmana dan Saputra(1999), kerugian
yang ditimbulkan oleh gulma adalah adanya
kompetisi dalam memperoleh air, unsur hara, Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi
cahaya, dan tempat hidup, gulma menjadi inang senyawa alelokimia adalah bambu
hama dan penyakit, dan dapat apus(Gigantochloa apus Kurz). Daun tumbuhan

77
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83

ini memiliki total kandungan fenol dan flavonoid


lebih tinggi dari organ lainnya (Rahayu, Sri, et
al., 2011; Ogunjinmi et al., 2009 dalam Sujarwo Ekstraksi Sampel
et al., 2010). Ekstraksi sampel daun bambu apus dilakukan
dengan metode maserasi. Sebanyak 500 gr serbuk
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penelitian daun bambu apus direndam dengan metanol
ini perlu dilakukan guna mengetahui potensi selama 6 x 24 jam dan dilakukan pengadukan
ekstrak daun bambu apus (G. apus) sebagai setiap hari. Semua meserat dari hasil penyaringan
bioherbisida penghambat perkecambahan biji dikumpulkan menjadi satu dan diuapkan dengan
rumput grinting (C. dactylon). Rotary evaporator pada suhu 48 0C dengan
kecepatan90 rpm sampai semua metanol menguap
sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental
BAHAN DAN METODE dimasukkan ke dalam wadah steril, selanjutnya
disimpan di dalam desikator silika gel (Olayele,
Waktu dan Tempat Penelitian 2007).
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan dari bulan
Mei sampai dengan Desember 2014, dimulai dari
Pembuatan Larutan Ekstrak
persiapan penelitian sampai pengolahan data.
Penentuan konsentrasi perlakuan yaitu dibuat
Tempat dilakukannya penelitian ini ialah di
dalam 5 konsentrasi sebagai berikut:
Laboratorium Biologi dan Rumah Kaca Biologi
K1= 0 g/ml= 4 ml akuades
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
K2= 0,17 g/ml= 0,6 g ekstrak daun bambu
Alam, serta di Laboratorium Kehutanan Fakultas
apus/3,4 ml akuades
Kehutanan Universitas Tanjungpura, Pontianak.
K3= 0,42 g/ml= 1,2 g ekstrak daun bambu
apus/2,8 ml akuades
Bahan Penelitian K4= 0,81 g/ml= 1,8 g ekstrak daun bambu
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
apus/2,2 ml akuades
daun bambu apus (Gigantochloa apus Kurz) yang
K5= 1,5 g/ml= 2,4 g ekstrak daun bambu apus/1,6
diperoleh dari Dusun Sidomulyo Kabupaten Kubu
ml akuades
Raya dan biji rumput grinting (Cynodon dactylon
(L.) Pers), metanol (CH3OH), tanah dan akuades.
Uji Perkecambahan Biji Gulma Rumput Grinting
Media tanam sebanyak 2 kg berupa tanah gambut
Metode Penelitian dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10x15 cm.
Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Benih gulma sebanyak 30 biji disemai pada setiap
Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan. polybag, kemudian disemprot dengan 4 ml
Konsentrasi ekstrak yang digunakan terdiri dari larutan yang disesuaikan dengan perlakuan.
lima perlakuan, yaitu K1=0 g/ml, K2=0,17 g/ml, Perlakuan ekstrak dilakukan 2 hari sekali.
K3=0,42 g/ml, K4=0,81 g/ml, dan K5=1,5 g/ml. Penelitian diakhiri pada hari ke-10 setelah tanam
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali (Nella, 2012).
sehingga diperoleh 25 unit percobaan
perkecambahan dan 25 unit percobaan
pertumbuhan. Uji Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting
Media tanam sebanyak 2 kg berupa tanah gambut
dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10x15 cm.
Prosedur Kerja
Benih gulma sebanyak 30 biji disemai pada setiap
Pengambilan Sampel
polybag. Setelah 10 hari dipilih 1 gulma yang
Sampel daun bambu apus yang digunakan
memiliki ukuran yang sama pada masing-masing
sebanyak 2 kg berat basah berwarna hijau agak
polybag, kemudian disemprot dengan 4 ml larutan
tua diambil dari Dusun Sidomulyo Kabupaten
yang disesuaikan dengan perlakuan. Perlakuan
Kubu Raya dan biji gulma rumput grinting yang
ekstrak dilakukan pada hari ke-10 dan ke-20.
digunakan berwarna hijau kekuningan.
Penelitian diakhiri pada hari ke-30 setelah tanam
Preparasi Sampel (Nella, 2012).
Sampel daun bambu apus dicuci dengan air
hingga bersih, kemudian dikering anginkan tanpa Pengukuran Parameter Lingkungan
terkena cahaya matahari secara langsung selama ± Pengukuran pH tanah dan kesuburan tanah (N,
2 minggu. Sampel yang sudah kering P,dan K) dilakukan sebelum tanam. Pengukuran
diblendersampai menjadi serbuk hingga diperoleh suhu udara, suhu tanah dan kelembaban tanah
berat kering (Nursal et al., 2006). dilakukan pada saat tanam.
78
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83

konsentrasi ekstrak 0,81 g/ml dan 1,5 g/ml


menunjukkan pengaruh berbeda nyata dengan
kontrol (Tabel 1).

Parameter pengamatan Berdasarkan uji lanjut Nemenyi untuk rerata


Perkecambahan Biji Gulma Rumput Grinting panjang kecambah, konsentrasi esktrak 0,17 g/ml
Parameter perkecambahan yang diamati meliputi dan 0,42 g/ml menunjukkan pengaruh tidak
persentase perkecambahan (%) dan panjang berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan
kecambah (cm) rumput grinting. Pengambilan konsentrasi 0,81 g/ml dan 1,5 g/ml menunjukkan
data dilakukan pada hari ke-10 setelah tanam. pengaruh berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 1).
Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting Tabel 1. Persentase Perkecambahan dan Rerata Panjang
Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi Kecambah Biji Gulma Rumput Grintingdengan
tinggi tanaman (cm), panjang akar (cm), berat Pemberian Ekstrak Daun Bambu Apus
kering (gram) serta berat basah (gram). Konsentrasi
Persentase Rerata Panjang
Ekstrak
Pengamatan dan pengukuran parameter gulma Perkecambahan (%) Kecambah (cm)
(g/ml)
rumput grinting dilakukan pada hari ke-30 setelah 0 100a 2,393a
tanam yaitu (Setyowati, 2001; Palapa, 2009 dalam 0,17 86,67ab 2,38a
abc
Nella, 2012). 0,42 70 1,283ab
0,81 3,33bc 0,047b
1,5 0c 0b
Analisis Data Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf
Data tinggi tanaman, panjang akar, dan berat yang tidak sama menunjukkan pengaruh
kering dianalisis dengan menggunakan analisis of berbeda nyata
variance (ANAVA). Apabila menunjukkan beda
nyata, maka dilakukan uji lanjut Tukey dengan Pengaruh Ekstrak Daun Bambu ApusTerhadap
taraf signifikan α=0,05 (Andi, S. Y. dan Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting
Surakusumah, W., 2007). Data panjang Perlakuan dengan ekstrak daun bambu apus
kecambah, persentase perkecambahan, dan berat (Gigantochloa apus Kurz) berpengaruh nyata
basah tidak memenuhi asumsi parametrik terhadap tinggi gulma rumput grinting (Cynodon
(ANAVA), sehingga dianalisis menggunakan dactylon(L.) Pers) (F5,25= 15,435 , p = 0,0001; Uji
Kruskal Wallis. Jika terjadi perbedaan yang ANAVA), panjang akar gulma rumput grinting
signifikan dengan taraf α=0,05 uji Nemenyi Test (F5,25 = 4,003, p = 0,015; Uji ANAVA), dan berat
digunakan sebagai uji lanjut. Namun, untuk data kering gulma rumput grinting (F5,25 = 65,251, p =
berat basah tidak menunjukkan perbedaan yang 0,0001; Uji ANAVA). Parameter berat basah
signifikan, sehingga data tidak diuji lanjut dengan gulma rumput grinting menunjukkan pengaruh
menggunakan Nemenyi Test. Analisis data tidak berbeda nyata (χ2 = 6,803, p = 0,147 > 0,05;
statistik dilakukan dengan menggunakan Uji Kruskal-Wallis), sehingga tidak diuji lanjut
program SPSS 18 (Zar, 2010). dengan Nemenyi Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji lanjut ANAVA untuk rerata
tinggi tanaman, konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml
Hasil menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata
Pengaruh Ekstrak Daun Bambu Apus dengan kontrol, sedangkan konsentrasi ekstrak
(Gigantochloa apus Kurz) Terhadap 0,42 g/ml, 0,81 g/ml, dan 1,5 g/ml menunjukkan
Perkecambahan Biji Gulma Rumput Grinting pengaruh nyata dengan konrol dan konsentrasi
(Cynodon dactylon (L)) Pers 0,17 g/ml (Tabel 2).
Perlakuan dengan ekstrak daun bambu apus
(Gigantochloa apus Kurz) berpengaruh nyata
Hasil uji lanjut ANAVA untuk rerata panjang
terhadap persentase perkecambahan biji gulma
akar, konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml, 0,42 g/ml dan
rumput grinting (Cynodon dactylon(L.) Pers) (χ2
0,81 g/ml menunjukkan pengaruh tidak berbeda
= 22,426, p = 0,0001; Uji Kruskal-Wallis), dan
nyata dengan kontrol, sedangkan konsentrasi
panjang kecambah gulma rumput grinting (χ2
ekstrak 1,5 g/ml menunjukkan pengaruh berbeda
=21,804, p = 0,0001; Uji Kruskal-Wallis).
nyata dengan kontrol (Tabel 2).
Berdasarkan hasil uji lanjut Nemenyi untuk
persentase perkecambahan, konsentrasi ekstrak
0,17 g/ml dan 0,42 g/ml menunjukkan pengaruh Hasil uji lanjut ANAVA untuk rerata berat kering,
tidak berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml, 0,42 g/ml, 0,81

79
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83

g/ml dan 1,5 g/ml menunjukkan pengaruh berbeda lipase akan merombak cadangan makanan pada
nyata dengan kontrol (Tabel 2). sel endosperm biji berupa pati dan protein. Proses
hidrolisis akan menghasilkan energi bagi
perkembangan embrio diantaranya untuk
Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman, Panjang Akar dan Berat pembentukan akar kecambah dan tunas yang akan
Kering Gulma Rumput Grinting dengan
Pemberian Ekstrak Daun Bambu Apus menembus kulit biji. Hambatan fungsi enzim α-
Konsentrasi Tinggi Panjang Berat Berat amilase menyebabkan energi tumbuh yang
Ekstrak Tanaman akar Basah Kering dihasilkan selama proses perkecambahan menjadi
(g/ml) (cm) (cm) (g) (g) sangat sedikit dan lambat, sehingga hanya sedikit
0 3,98d 2,22b 0,1936 0,077c biji yang berkecambah.
0,17 3,6cd 1,76ab 0,1334 0,0208b
0,42 2,94bc 1,62ab 0,1308 0,0146b
0,81 2,58 ab 1,64 ab 0,1594 0,0086a Panjang kecambah gulma rumput grinting
1,5 1,66a 1,24a 0,118 0,0038a mengalami penurunan setelah diberi perlakuan
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf dengan ekstrak daun bambuapus (G. apus).
yang tidak sama menunjukkan pengaruh Konsentrasi ekstrak 0,81 g/ml merupakan
berbeda nyata
konsentrasi terendah yang mampu menghambat
perkecambahan biji rumput grinting yang
Pembahasan ditunjukkan dengan menurunnya rerata panjang
Pengaruh Ekstrak Daun Bambu Apus Terhadap
kecambah menjadi 0,047 cm (Tabel 1).
Persentase Perkecambahan Biji dan Panjang
Penghambatan pertumbuhan panjang kecambah
Kecambah Gulma Rumput Grinting
terjadi melalui aktivitas senyawa fenol dalam
Persentase perkecambahan biji gulma rumput
menghambat proses mitosis pada embrio,
grinting mengalami penurunan setelah diberi
sehingga pembelahan sel terhambat dan
perlakuan dengan ekstrak daun bambu apus
berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah
(Gigantochloa apus Kurz). Konsentrasi ekstrak
(Rice, 1984).
0,81 g/ml merupakan konsentrasi terendah yang
mampu menghambat perkecambahan biji rumput
Wattimena (1987) menyatakan bahwa senyawa
grinting yang ditunjukkan dengan menurunnya
alelokimia terutama fenol merusak benang-benang
persentase perkecambahan menjadi 3,33% (Tabel
spindel pada saat metafase, akibatnya jumlah sel
1). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang
tidak bertambah. Penghambatan panjang
diberikan persentase perkecambahan gulma
kecambah dapat juga terjadi melalui hambatan
rumput grinting semakin menurun. Hal ini
pengangkutan hasil perombakan cadangan
dikarenakan ekstrak daun bambu apus
makanan secara difusi dari endosperm menuju
mengandung senyawa alelokimia yang dapat
titik-titik tumbuh pada plumula dan radikula.
menghambat perkecambahan. Menurut Rahayu,
Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa senyawa
Sri et al., (2011); Ogunjinmi et al., (2009) dalam
fenol dapat menyebabkan penurunan
Sujarwo et al., (2010) daun tumbuhan ini
permeabilitas membran sel. Terjadinya penurunan
memiliki kandungan flavonoid cukup tinggi.
permeabilitas sel menyebabkan terhambatnya
Sedangkan, Valentine et al. (2003) dan El-Rokiek
pengangkutan dan difusi hasil perombakan
(2010) menyatakan bahwa flavonoid merupakan
cadangan makanan melewati membran sel.
turunan dari senyawa fenol bersifat alelokimia
Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan sel
yang dapat menghambat perkecambahan. Menurut
menjadi terhambat.
Kristanto (2006) dan Robinson (1991) fenol dan
flavonoid lebih efektif menghambat aktivitas
Pengaruh Ekstrak Daun Bambu Apus Terhadap
enzim selama proses perkecambahan. Kondisi ini
Tinggi Tanaman, Panjang Akar, Berat Basah dan
menyebabkan proses perkecambahan menjadi
Berat Kering Gulma Rumput Grinting
terhambat, akibatnya persentase perkecambahan
Perlakuan konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml untuk
menurun.
parameter tinggi tanaman berdasarkan hasil Uji
ANAVA menunjukkan pengaruh tidak berbeda
Trenggono (1990) berpendapat bahwa pengaruh
nyata dengan kontrol (Tabel 2). Senyawa
senyawa alelokimia terjadi pada saat proses
alelokimia pada konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml
pengangkutan air pada biji. Air yang telah
masih rendah, sehingga tidak mampu
bercampur dengan ekstrak yang mengandung
menghambat pertumbuhan
alelokimia akan mengganggu kerja hormon asam
tanaman.Penghambatan tinggi tanaman mulai
giberelin (GA) sehingga GA tidak dapat
terjadi pada konsentrasi 0,81 g/ml. Hal ini
menginduksi enzim α-amilase yang
menunjukkan bahwa senyawa alelokimia pada
mengakibatkan proses perkecambahan terganggu.
konsentrasi 0,81 g/ml sudah memiliki kemampuan
Enzim dalam biji seperti amilase, protease dan
80
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83

menghambat proses-proses fisiologis pada gulma


rumput grinting. (Tabel 2). Keberadaan senyawa fenol menyebabkan
gangguan pada transportasi auksin dari pucuk ke
Penghambatan pertumbuhan tinggi gulma rumput akar dan gangguan sintesis sitokinin di bagian
grinting oleh senyawa alelokimia yang terdapat akar. Sitokinin diketahui berfungsi untuk
pada ekstrak daun bambu apus dapat terjadi pembelahan dan diferensiasi sel akar dan auksin
melalui penghambatan aktivitas pembelahan dan merupakan senyawa yang memacu perpanjangan
pemanjangan sel-sel. akar (Gardner, et. al., 1991).

Penghambatan proses pembelahan sel dapat Semua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap
disebabkan terganggunya atau terhentinya proses berat basah. Perlakuan berat basah memberikan
mitosis oleh senyawa fenol yang terdapat pada kisaran dari 0,118 gram sampai 0,1936 gram
ekstrak daun bambu apus. Hal ini berdasarkan (Tabel 2). Berat basah merupakan total kandungan
pernyataan Wattimena, 1987; Rice, 1984, air dalam organ-organ tumbuhan. Adanya
menyatakan bahwa alelokimia sejenis fenol penyerapan air yang berlangsung dapat
mengganggu mitosis sel dengan merusak benang- menyebabkan total kandungan air meningkat
benang spindel pada saat metafase. Jika proses (Alfandi dan Dukat, 2007). Hal ini sesuai dengan
pembelahan sel terhambat, maka pembesaran sel hasil pengamatan panjang akar, dimana
juga ikut terhambat yang berakibat terjadi konsentrasi 1,5 g/ml merupakan konsentrasi
penurunan pertumbuhan tanaman. tertinggi yang berpengaruh terhadap kontrol,
tetapi tidak berpengaruh nyata antar perlakuan.
Hambatan pembelahan sel oleh senyawa Diduga akar rumput grinting masih dapat
alelokimia ekstrak daun bambu apus tidak hanya menyerap air dan unsur hara di dalam tanah,
melalui gangguan aktivitas mitosis tetapi juga sehingga tidak berpengaruh terhadap berat basah
melalui gangguan aktivitas hormon tumbuhan tanaman.
seperti sitokinin berperan dalam memacu
pembelahan sel, pembesaran sel dan merangsang Pemberian ekstrakberpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tunas pucuk (Gardner, et. al., 1991 berat kering gulma rumput grinting. Pengaruh
dan Ardi, 1999). Hambatan ini menyebabkan pemberian konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml, 0,42
pembelahan sel pada bagian meristem pucuk g/ml, 0,81 g/ml dan 1,5 g/ml berbeda nyata
terganggu, sehingga menghambat pertumbuhan dengan kontrol (Tabel 2). Konsentrasi 0,17 g/ml
tinggi gulma rumput grinting. merupakan konsentrasi terendah yang mampu
menurunkan berat kering rumput grinting. Hal ini
Senyawa alelokimia pada ekstrak daun bambu menunjukkan adanya pengaruh fisiologis yang
apus diduga menghambat aktivitas giberelin. terjadi pada rumput grinting.
Gardner, et. al., (1991) menyatakan bahwa
pemanjangan ruas batang dipengaruhi oleh Senyawa alelokimia yang terdapat di dalam
aktivitas hormon giberelin. Giberelin berperan ekstrak daun bambu apus diduga menghambat
dalam memacu pembelahan sel, pembesaran sel proses fotosintesis melalui penghambatan
dan pemanjangan batang. Hal ini menyebabkan aktivitas enzim-enzim yang diperlukan dalam
pembelahan sel pada bagian meristem interkalar fotosintesis dan hasil fotosintesis yang
terganggu, sehingga pemanjangan ruas batang diakumulasi tanaman ikut berkurang, sehingga
rumput grinting terhambat. pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan
terjadi penurunan berat kering tanaman. (Gardner
Hasil Uji ANAVA konsentrasi 0,17 g/ml pada et al. 1991).
parameter panjang akar menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap
2). Hal ini dikarenakan pada konsentrasi 0,17 g/ml Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan Gulma
senyawa alelopati yang terkandung di dalam Rumput Grinting
ekstrak masih rendah, sedangkan konsentrasi 1,5 Perkecambahan dan pertumbuhan tanaman dapat
g/ml merupakan konsentrasi yang mampu dipengaruhi oleh faktor abiotik, seperti air, suhu,
menghambat panjang akar tanaman gulma rumput kelembaban, pH tanah dan unsur hara dalam
grinting. Tetelay (2003) menyatakan bahwa media tanah. Berdasarkan analisis tanah
hambatan alelopati dapat berbentuk menunjukan bahwa media tanah tersebut
penghambatan pertumbuhan tanaman melalui mengandung unsur hara yang mendukung
gangguan sistem perakaran. Gangguan perakaran pertumbuhan tanaman uji.
dapat dilihat dari ukuran panjang akar (Tabel 2).
81
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83

Hasil uji kesuburan tanah menunjukkan nilai N Departemen Agronomi Fakultas Pertanian
(1,87 %); nilai P (90,90 ppm), dan K (0,67 Institut Pertanian Bogor, Gramedia, Jakarta
cmol(+) kg-1) sangat tinggi serta nilai pH (7) Hera, N, 2011, Pengaruh Alelopati Beberapa Genotipe Padi
netral. Foth (1994) menyatakan bahwa tanah (Oryza sativa L.) Lokal Sumatera Barat Terhadap
dengan kandungan P, N yang tinggi sangat baik Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Gulma
bagi tumbuhan. Hal ini menunjukkan media tanah Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv., Skripsi,
yang digunakan untuk penelitian cukup baik untuk Universitas Andalas, Padang
pertumbuhan tanaman uji. Adanya hambatan Jayadi,S,1991,Tanaman makananternaktropika,
pertumbuhan bukan disebabkan oleh faktor InstitutPertanianBogor,Bogor
kesuburan tanah namun karena adanya faktor
Ketut, W. T. N., 1999, Pengaruh Pemupukan Urea
pemberian ekstrak. Menurut Tjahjono Nitrogen Slow Release Terhadap Pertumbuhan
(1993)dalam Ketut (1999), pH tanah tidak Dan Kualitas Rumput Lapangan Golf (
mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena Cynodon dactylon var. Tifdwarf), Skripsi,
rumput grinting dapat tumbuh pada tanah yang Institut Pertanian Bogor, Bogor
masam atau basa.
Kristanto, BA, 2006, ‘Perubahan Karakter Tanaman
Jagung (Zea mays L.) Akibat Alelopati dan
Suhu udara, suhu tanah dan kelembaban juga Persaingan Teki (Cyperus rotundus L.)’, Jurnal
mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Suhu Indonesia Tropica Animal Agriculture, vol. 31,
udara berkisar 34-36 °C dan Suhu tanah pada no. 3, hal. 189 – 194
media tanam berkisar 32-35°C. Menurut
Kurniawan, A. Dan Parikesit., 2008, Persebaran Jenis
Sunarjono (2000) suhu udara yang mendukung
Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan di
kehidupan suatu tumbuhan berkisar antara 25-35 Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa
o
C. Suhu tersebut masih termasuk dalam kisaran Barat
yang cocok untuk pertumbuhan tanaman uji.
Nella, E., 2012, Pengaruh Ekstrak Rhizoma Alang-
Alang (Imperata Cylindrica (L.) Beauv)
Kelembaban tanah berkisar antara 72-78%.
Terhadap Pertumbuhan Gulma Putri Malu
Tumbuhan dapat hidup pada kelembaban antara (Mimosa pudica L.), Skripsi, Universitas
50-80 % (Kurniawan dan Parikesit, 2008). Tanjungpura, Pontianak
Kelembaban tanah dapat berpengaruh terhadap
perkembangbiakan biji. Tanah yang terlalu Nursal, WS & Juwita, WS, 2006, Bioaktifitas Ekstrak
Jahe (Zingiber officinale Roxb.) dalam
lembab akibat kelebihan air dapat menyebabkan
Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri
kekurangan udara dalam tanah dan akan Escheria coli dan Bacillus subtilis, Biogenesis,
berpengaruh terhadap pertumbuhan (Haryadi, vol. 2, no. 2, hal. 64-66,
1979).
Olayele, MT, 2007, Cytotoxicity and Antibacterial
DAFTAR PUSTAKA Activity of Methanolic Ekstract of Hisbiscus
sabdariffa, Journal of Medicinal Plants
Research, vol. 1, no. 1, hal 9-13,
Alfandi&Dukat,2007,„Responpertumbuhan dan
produksi tigakultivarkacanghijau(Vigna Rahayu, Sri, et. al., 2011, Potensi Ekstrak Daun
radiataL.)terhadapkompetisi dengangulma Bambu sebagai Antibakteri dalam Susu Pedet
padadua jenistanah‟,vol.6,no.1,hal.26-29 PFH Lepas Kolostrum, Penelitian Pertanian
dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) Departemen
Ardi, 1999, ‘Pengaruh Gabungan Beberapa Senyawa
Pertanian dengan Universitas Soedirman
Fenol terhadap Perkecambahan Empat Spesies
Gulma Famili Asteraceae’, Stigma, vol. 7, no. 3, Rice, EL, 1984, Alleopathy, Second Edition, Academic
hal. 17, Press Inc., London
El-Rokiek, G, Kowthar, R, El-Masry, Rafet & K. Robinson, T, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan
Nadia, Messiha, 2010, “The Allelopathic Effect Tinggi, ITB, Bandung
of Mango Leaves on the Growth &
Rukmana, HR, & US, Saputra, 1999, Gulma dan
Propagative Capacity of Purple Nutsedge
Teknik Pengendalian, Kanisius, Jakarta
(Cyperus rotundus L.)”, Journal American
Research, vol. 6, no. 3, hal 151-159 Sastroutomo,1990,EkologiGulma,GramediaPustakaUta
ma, Jakarta
Foth, H.D., 1994, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Edisi ke-6,
Erlangga, Jakarta Setyowati, N, & E, Suprijono, 2001, ‘Efikasi Alelopati
Teki Formulasi Cairan Terhadap Gulma
Gardner, FP, Pearce, RB & Mitchel, RL, 1991,
Mimosa invisa dan Melochia corchorifolia’,
Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerjemah
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, vol. 3, no.
Herawati, S., Penerbit UI Press, Jakarta
1, hal. 16-24
Haryadi, S. S., 1979, Pengantar Agronomi,
82
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83

Suci, Warni, S, 2007, Penambahan Asam Humik Pada


kondisi Salin Terhadap Pertumbuhan Cynodon
dactylon varietastifdwarf, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Sujarwo, WB, Ketut Arinasa, I, & Nyoman, PI, 2010,
‘Potensi Bambu Tali (Gigantochloa apus J.A &
j.H. Schult Kurz) Sebagai Obat di Bali’, Bul.
Littro, vol. 21, no. 2, hal. 134,
Sunarjono, H., 2000, Prospek Perkebunan Buah,
Penebar Swadaya, Jakarta
Tetelay,F,2003,„Pengaruh allelopathy Acacia mangium
Wild terhadap perkecambahan benih kacang
hijau (Phaseolus radiatus. L) dan jagung
(Zeamays)‟, Jurnal Ilmu Tanahdan
Lingkungan,vol.4,no.1, hal.41-49
Trenggono, RM, 1990, Biologi Benih,
InstitutPertanianBogorPress,Bogor
Valentine I.K., M.I. Kalevitch dan B. Borsari., 2003,
“Siklus Fenolik pada Tanaman dan
Lingkungan”, Jurnal Sel dan Biologi
Molekuler., (2):13-18
Wattimena, GA, 1987, ZatPengatur Tumbuh,
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Dikti,
Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB
Willis,R.J.2007.The History of Allelopathy. Australia:
University of Melbourne, Parkville, Victoria,
Australia
Zar,JH,2010,Biostatistical Analysis, Departement of
Biological Sciences Northern Illinois
University, NewJersey

83

Potrebbero piacerti anche