Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
4 (2) : 77-83
Abstract
77
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji lanjut ANAVA untuk rerata
tinggi tanaman, konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml
Hasil menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata
Pengaruh Ekstrak Daun Bambu Apus dengan kontrol, sedangkan konsentrasi ekstrak
(Gigantochloa apus Kurz) Terhadap 0,42 g/ml, 0,81 g/ml, dan 1,5 g/ml menunjukkan
Perkecambahan Biji Gulma Rumput Grinting pengaruh nyata dengan konrol dan konsentrasi
(Cynodon dactylon (L)) Pers 0,17 g/ml (Tabel 2).
Perlakuan dengan ekstrak daun bambu apus
(Gigantochloa apus Kurz) berpengaruh nyata
Hasil uji lanjut ANAVA untuk rerata panjang
terhadap persentase perkecambahan biji gulma
akar, konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml, 0,42 g/ml dan
rumput grinting (Cynodon dactylon(L.) Pers) (χ2
0,81 g/ml menunjukkan pengaruh tidak berbeda
= 22,426, p = 0,0001; Uji Kruskal-Wallis), dan
nyata dengan kontrol, sedangkan konsentrasi
panjang kecambah gulma rumput grinting (χ2
ekstrak 1,5 g/ml menunjukkan pengaruh berbeda
=21,804, p = 0,0001; Uji Kruskal-Wallis).
nyata dengan kontrol (Tabel 2).
Berdasarkan hasil uji lanjut Nemenyi untuk
persentase perkecambahan, konsentrasi ekstrak
0,17 g/ml dan 0,42 g/ml menunjukkan pengaruh Hasil uji lanjut ANAVA untuk rerata berat kering,
tidak berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml, 0,42 g/ml, 0,81
79
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83
g/ml dan 1,5 g/ml menunjukkan pengaruh berbeda lipase akan merombak cadangan makanan pada
nyata dengan kontrol (Tabel 2). sel endosperm biji berupa pati dan protein. Proses
hidrolisis akan menghasilkan energi bagi
perkembangan embrio diantaranya untuk
Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman, Panjang Akar dan Berat pembentukan akar kecambah dan tunas yang akan
Kering Gulma Rumput Grinting dengan
Pemberian Ekstrak Daun Bambu Apus menembus kulit biji. Hambatan fungsi enzim α-
Konsentrasi Tinggi Panjang Berat Berat amilase menyebabkan energi tumbuh yang
Ekstrak Tanaman akar Basah Kering dihasilkan selama proses perkecambahan menjadi
(g/ml) (cm) (cm) (g) (g) sangat sedikit dan lambat, sehingga hanya sedikit
0 3,98d 2,22b 0,1936 0,077c biji yang berkecambah.
0,17 3,6cd 1,76ab 0,1334 0,0208b
0,42 2,94bc 1,62ab 0,1308 0,0146b
0,81 2,58 ab 1,64 ab 0,1594 0,0086a Panjang kecambah gulma rumput grinting
1,5 1,66a 1,24a 0,118 0,0038a mengalami penurunan setelah diberi perlakuan
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf dengan ekstrak daun bambuapus (G. apus).
yang tidak sama menunjukkan pengaruh Konsentrasi ekstrak 0,81 g/ml merupakan
berbeda nyata
konsentrasi terendah yang mampu menghambat
perkecambahan biji rumput grinting yang
Pembahasan ditunjukkan dengan menurunnya rerata panjang
Pengaruh Ekstrak Daun Bambu Apus Terhadap
kecambah menjadi 0,047 cm (Tabel 1).
Persentase Perkecambahan Biji dan Panjang
Penghambatan pertumbuhan panjang kecambah
Kecambah Gulma Rumput Grinting
terjadi melalui aktivitas senyawa fenol dalam
Persentase perkecambahan biji gulma rumput
menghambat proses mitosis pada embrio,
grinting mengalami penurunan setelah diberi
sehingga pembelahan sel terhambat dan
perlakuan dengan ekstrak daun bambu apus
berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah
(Gigantochloa apus Kurz). Konsentrasi ekstrak
(Rice, 1984).
0,81 g/ml merupakan konsentrasi terendah yang
mampu menghambat perkecambahan biji rumput
Wattimena (1987) menyatakan bahwa senyawa
grinting yang ditunjukkan dengan menurunnya
alelokimia terutama fenol merusak benang-benang
persentase perkecambahan menjadi 3,33% (Tabel
spindel pada saat metafase, akibatnya jumlah sel
1). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang
tidak bertambah. Penghambatan panjang
diberikan persentase perkecambahan gulma
kecambah dapat juga terjadi melalui hambatan
rumput grinting semakin menurun. Hal ini
pengangkutan hasil perombakan cadangan
dikarenakan ekstrak daun bambu apus
makanan secara difusi dari endosperm menuju
mengandung senyawa alelokimia yang dapat
titik-titik tumbuh pada plumula dan radikula.
menghambat perkecambahan. Menurut Rahayu,
Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa senyawa
Sri et al., (2011); Ogunjinmi et al., (2009) dalam
fenol dapat menyebabkan penurunan
Sujarwo et al., (2010) daun tumbuhan ini
permeabilitas membran sel. Terjadinya penurunan
memiliki kandungan flavonoid cukup tinggi.
permeabilitas sel menyebabkan terhambatnya
Sedangkan, Valentine et al. (2003) dan El-Rokiek
pengangkutan dan difusi hasil perombakan
(2010) menyatakan bahwa flavonoid merupakan
cadangan makanan melewati membran sel.
turunan dari senyawa fenol bersifat alelokimia
Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan sel
yang dapat menghambat perkecambahan. Menurut
menjadi terhambat.
Kristanto (2006) dan Robinson (1991) fenol dan
flavonoid lebih efektif menghambat aktivitas
Pengaruh Ekstrak Daun Bambu Apus Terhadap
enzim selama proses perkecambahan. Kondisi ini
Tinggi Tanaman, Panjang Akar, Berat Basah dan
menyebabkan proses perkecambahan menjadi
Berat Kering Gulma Rumput Grinting
terhambat, akibatnya persentase perkecambahan
Perlakuan konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml untuk
menurun.
parameter tinggi tanaman berdasarkan hasil Uji
ANAVA menunjukkan pengaruh tidak berbeda
Trenggono (1990) berpendapat bahwa pengaruh
nyata dengan kontrol (Tabel 2). Senyawa
senyawa alelokimia terjadi pada saat proses
alelokimia pada konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml
pengangkutan air pada biji. Air yang telah
masih rendah, sehingga tidak mampu
bercampur dengan ekstrak yang mengandung
menghambat pertumbuhan
alelokimia akan mengganggu kerja hormon asam
tanaman.Penghambatan tinggi tanaman mulai
giberelin (GA) sehingga GA tidak dapat
terjadi pada konsentrasi 0,81 g/ml. Hal ini
menginduksi enzim α-amilase yang
menunjukkan bahwa senyawa alelokimia pada
mengakibatkan proses perkecambahan terganggu.
konsentrasi 0,81 g/ml sudah memiliki kemampuan
Enzim dalam biji seperti amilase, protease dan
80
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83
Penghambatan proses pembelahan sel dapat Semua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap
disebabkan terganggunya atau terhentinya proses berat basah. Perlakuan berat basah memberikan
mitosis oleh senyawa fenol yang terdapat pada kisaran dari 0,118 gram sampai 0,1936 gram
ekstrak daun bambu apus. Hal ini berdasarkan (Tabel 2). Berat basah merupakan total kandungan
pernyataan Wattimena, 1987; Rice, 1984, air dalam organ-organ tumbuhan. Adanya
menyatakan bahwa alelokimia sejenis fenol penyerapan air yang berlangsung dapat
mengganggu mitosis sel dengan merusak benang- menyebabkan total kandungan air meningkat
benang spindel pada saat metafase. Jika proses (Alfandi dan Dukat, 2007). Hal ini sesuai dengan
pembelahan sel terhambat, maka pembesaran sel hasil pengamatan panjang akar, dimana
juga ikut terhambat yang berakibat terjadi konsentrasi 1,5 g/ml merupakan konsentrasi
penurunan pertumbuhan tanaman. tertinggi yang berpengaruh terhadap kontrol,
tetapi tidak berpengaruh nyata antar perlakuan.
Hambatan pembelahan sel oleh senyawa Diduga akar rumput grinting masih dapat
alelokimia ekstrak daun bambu apus tidak hanya menyerap air dan unsur hara di dalam tanah,
melalui gangguan aktivitas mitosis tetapi juga sehingga tidak berpengaruh terhadap berat basah
melalui gangguan aktivitas hormon tumbuhan tanaman.
seperti sitokinin berperan dalam memacu
pembelahan sel, pembesaran sel dan merangsang Pemberian ekstrakberpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tunas pucuk (Gardner, et. al., 1991 berat kering gulma rumput grinting. Pengaruh
dan Ardi, 1999). Hambatan ini menyebabkan pemberian konsentrasi ekstrak 0,17 g/ml, 0,42
pembelahan sel pada bagian meristem pucuk g/ml, 0,81 g/ml dan 1,5 g/ml berbeda nyata
terganggu, sehingga menghambat pertumbuhan dengan kontrol (Tabel 2). Konsentrasi 0,17 g/ml
tinggi gulma rumput grinting. merupakan konsentrasi terendah yang mampu
menurunkan berat kering rumput grinting. Hal ini
Senyawa alelokimia pada ekstrak daun bambu menunjukkan adanya pengaruh fisiologis yang
apus diduga menghambat aktivitas giberelin. terjadi pada rumput grinting.
Gardner, et. al., (1991) menyatakan bahwa
pemanjangan ruas batang dipengaruhi oleh Senyawa alelokimia yang terdapat di dalam
aktivitas hormon giberelin. Giberelin berperan ekstrak daun bambu apus diduga menghambat
dalam memacu pembelahan sel, pembesaran sel proses fotosintesis melalui penghambatan
dan pemanjangan batang. Hal ini menyebabkan aktivitas enzim-enzim yang diperlukan dalam
pembelahan sel pada bagian meristem interkalar fotosintesis dan hasil fotosintesis yang
terganggu, sehingga pemanjangan ruas batang diakumulasi tanaman ikut berkurang, sehingga
rumput grinting terhambat. pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan
terjadi penurunan berat kering tanaman. (Gardner
Hasil Uji ANAVA konsentrasi 0,17 g/ml pada et al. 1991).
parameter panjang akar menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap
2). Hal ini dikarenakan pada konsentrasi 0,17 g/ml Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan Gulma
senyawa alelopati yang terkandung di dalam Rumput Grinting
ekstrak masih rendah, sedangkan konsentrasi 1,5 Perkecambahan dan pertumbuhan tanaman dapat
g/ml merupakan konsentrasi yang mampu dipengaruhi oleh faktor abiotik, seperti air, suhu,
menghambat panjang akar tanaman gulma rumput kelembaban, pH tanah dan unsur hara dalam
grinting. Tetelay (2003) menyatakan bahwa media tanah. Berdasarkan analisis tanah
hambatan alelopati dapat berbentuk menunjukan bahwa media tanah tersebut
penghambatan pertumbuhan tanaman melalui mengandung unsur hara yang mendukung
gangguan sistem perakaran. Gangguan perakaran pertumbuhan tanaman uji.
dapat dilihat dari ukuran panjang akar (Tabel 2).
81
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83
Hasil uji kesuburan tanah menunjukkan nilai N Departemen Agronomi Fakultas Pertanian
(1,87 %); nilai P (90,90 ppm), dan K (0,67 Institut Pertanian Bogor, Gramedia, Jakarta
cmol(+) kg-1) sangat tinggi serta nilai pH (7) Hera, N, 2011, Pengaruh Alelopati Beberapa Genotipe Padi
netral. Foth (1994) menyatakan bahwa tanah (Oryza sativa L.) Lokal Sumatera Barat Terhadap
dengan kandungan P, N yang tinggi sangat baik Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Gulma
bagi tumbuhan. Hal ini menunjukkan media tanah Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv., Skripsi,
yang digunakan untuk penelitian cukup baik untuk Universitas Andalas, Padang
pertumbuhan tanaman uji. Adanya hambatan Jayadi,S,1991,Tanaman makananternaktropika,
pertumbuhan bukan disebabkan oleh faktor InstitutPertanianBogor,Bogor
kesuburan tanah namun karena adanya faktor
Ketut, W. T. N., 1999, Pengaruh Pemupukan Urea
pemberian ekstrak. Menurut Tjahjono Nitrogen Slow Release Terhadap Pertumbuhan
(1993)dalam Ketut (1999), pH tanah tidak Dan Kualitas Rumput Lapangan Golf (
mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena Cynodon dactylon var. Tifdwarf), Skripsi,
rumput grinting dapat tumbuh pada tanah yang Institut Pertanian Bogor, Bogor
masam atau basa.
Kristanto, BA, 2006, ‘Perubahan Karakter Tanaman
Jagung (Zea mays L.) Akibat Alelopati dan
Suhu udara, suhu tanah dan kelembaban juga Persaingan Teki (Cyperus rotundus L.)’, Jurnal
mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Suhu Indonesia Tropica Animal Agriculture, vol. 31,
udara berkisar 34-36 °C dan Suhu tanah pada no. 3, hal. 189 – 194
media tanam berkisar 32-35°C. Menurut
Kurniawan, A. Dan Parikesit., 2008, Persebaran Jenis
Sunarjono (2000) suhu udara yang mendukung
Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan di
kehidupan suatu tumbuhan berkisar antara 25-35 Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa
o
C. Suhu tersebut masih termasuk dalam kisaran Barat
yang cocok untuk pertumbuhan tanaman uji.
Nella, E., 2012, Pengaruh Ekstrak Rhizoma Alang-
Alang (Imperata Cylindrica (L.) Beauv)
Kelembaban tanah berkisar antara 72-78%.
Terhadap Pertumbuhan Gulma Putri Malu
Tumbuhan dapat hidup pada kelembaban antara (Mimosa pudica L.), Skripsi, Universitas
50-80 % (Kurniawan dan Parikesit, 2008). Tanjungpura, Pontianak
Kelembaban tanah dapat berpengaruh terhadap
perkembangbiakan biji. Tanah yang terlalu Nursal, WS & Juwita, WS, 2006, Bioaktifitas Ekstrak
Jahe (Zingiber officinale Roxb.) dalam
lembab akibat kelebihan air dapat menyebabkan
Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri
kekurangan udara dalam tanah dan akan Escheria coli dan Bacillus subtilis, Biogenesis,
berpengaruh terhadap pertumbuhan (Haryadi, vol. 2, no. 2, hal. 64-66,
1979).
Olayele, MT, 2007, Cytotoxicity and Antibacterial
DAFTAR PUSTAKA Activity of Methanolic Ekstract of Hisbiscus
sabdariffa, Journal of Medicinal Plants
Research, vol. 1, no. 1, hal 9-13,
Alfandi&Dukat,2007,„Responpertumbuhan dan
produksi tigakultivarkacanghijau(Vigna Rahayu, Sri, et. al., 2011, Potensi Ekstrak Daun
radiataL.)terhadapkompetisi dengangulma Bambu sebagai Antibakteri dalam Susu Pedet
padadua jenistanah‟,vol.6,no.1,hal.26-29 PFH Lepas Kolostrum, Penelitian Pertanian
dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) Departemen
Ardi, 1999, ‘Pengaruh Gabungan Beberapa Senyawa
Pertanian dengan Universitas Soedirman
Fenol terhadap Perkecambahan Empat Spesies
Gulma Famili Asteraceae’, Stigma, vol. 7, no. 3, Rice, EL, 1984, Alleopathy, Second Edition, Academic
hal. 17, Press Inc., London
El-Rokiek, G, Kowthar, R, El-Masry, Rafet & K. Robinson, T, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan
Nadia, Messiha, 2010, “The Allelopathic Effect Tinggi, ITB, Bandung
of Mango Leaves on the Growth &
Rukmana, HR, & US, Saputra, 1999, Gulma dan
Propagative Capacity of Purple Nutsedge
Teknik Pengendalian, Kanisius, Jakarta
(Cyperus rotundus L.)”, Journal American
Research, vol. 6, no. 3, hal 151-159 Sastroutomo,1990,EkologiGulma,GramediaPustakaUta
ma, Jakarta
Foth, H.D., 1994, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Edisi ke-6,
Erlangga, Jakarta Setyowati, N, & E, Suprijono, 2001, ‘Efikasi Alelopati
Teki Formulasi Cairan Terhadap Gulma
Gardner, FP, Pearce, RB & Mitchel, RL, 1991,
Mimosa invisa dan Melochia corchorifolia’,
Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerjemah
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, vol. 3, no.
Herawati, S., Penerbit UI Press, Jakarta
1, hal. 16-24
Haryadi, S. S., 1979, Pengantar Agronomi,
82
Protobiont (2015) Vol.4 (2) : 77-83
83