Sei sulla pagina 1di 10

Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

ASUMSI-ASUMSI DASAR ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI


BASIS PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM
Ahmad Irfan
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk Jakarta 11510
ahmadirfan091211@gmail.com

Abstract
The basic assumptions of science as the basis of Islamic education research. The
assumptions in the study of philosophy belong to ontology group, the chapter that
discusses the nature that exists. To process the knowledge become the the science,
It is necessary to conduct research and experiment using scientific method. The
act of the assumptions as the guess to the empirical object to get the knowledge. It
be done as the way or underlayer to the research before something in that
punctual proved the right.The research as a tools to develop the knowledge which
the product will find the new theories or the induction- consultation. As well, to
develop the Islamic educations study, it needs to held the research. The basic
assumptions of science as the basis of Islamic education research. This paper
want to explain about the assumptions of the base in knowledge as the basic of
Islamic education, it source from empiricism, rasionalism, intuition or revelation.
Islamic educational research, include research philosophical knowledge of
Islamic education, the mystical knowledge of Islamic research and science of
Islamic education. Research in the sense of study of logic and mystic has been
done by Islamic scholars. While research on the science of education that is
empirical is still not widely practiced Islamic expert. While this study became the
capital for the development of Islamic education science. From Islamic education
research (science-empirical) it will emerge a theory which is further adapted to
the theachings of Islam. That theory is what later called Islamic education science
theory .

Keywords: assumption, research, islamic education

Abstrak
Asumsi-asumsi dasar ilmu pengetahuan sebagai basis penelitian pendidikan Islam.
Asumsi dalam kajian filsafat ilmu tergolong ke dalam kelompok ontologi, yaitu
bab yang membahas tentang hakikat yang ada. Untuk mengolah pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan (sains) perlu dilakukan penelitian dan eksperimen
menggunakan metode ilmiah. Asumsi berperan sebagai dugaan atau andaian
terhadap objek empiris untuk memperoleh pengetahuan. Ia diperlukan sebagai arah
atau landasan bagi kegiatan penelitian sebelum sesuatu yang diteliti tersebut
terbukti kebenarannya. Penelitian merupakan alat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang hasilnya akan menemukan teori-teori baru maupun induksi-
konsultasi. Begitupun, dalam mengembangkan ilmu pendidikan Islam perlu
diadakan penelitian. Asumsi-asumsi dasar ilmu pengetahuan sebagai basis
penelitian Islam bersumberkan dari empirisme, rasionalisme, intuisi, maupun
wahyu. Penelitian pendidikan Islam, mencakup penelitian terhadap pengetahuan
filsafat pendidikan Islam, pengetahuan mistik Pendidikan Islam, dan Ilmu
Pendidikan Islam. Penelitian dalam arti kajian logika dan mistik telah banyak

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 290


Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

dilakukan para ulama Islam. Sementara itu, kajian atau tepatnya penelitian
terhadap ilmu Pendidikan yang bersifat empris dinilai masih belum banyak
dilakukan pakar Islam. Sedangkan kajian dengan yang terakhir inilah menjadi
modal bagi pegembangan ilmu pendidikan Islam. Dari penelitian Ilmu Pendidikan
Islam (sains yang empiris) itu akan mucul teori yang selanjutnya disesuaikan
dengan ajaran Islam. Teori-teori itulah yang kelak disebut teori Ilmu Pendidikan
Islam

Kata kunci : asumsi, penelitian, pendidikan islam

Pendahuluan langkah-langkah sistematis. (Endang,


Asumsi dalam kajian filsafat ilmu 2011).
tergolong ke dalam kelompok ontologi, Perkembangan dan pengembangan
yaitu bab yang membahas tentang hakikat ilmu pengetahuan mensyaratkan dan
yang ada, yang merupakan ultimate reality memutlakkan adanya kegiatan penelitian.
baik yang berbentuk konkret atau abstrak. Tanpa penelitian itu ilmu pengetahuan
Asumsi berperan sebagai dugaan atau tidak dapat hidup. Memang penelitian
andaian terhadap objek empiris untuk merupakan suatu tugas, agar bangunan
memperoleh pengetahuan. Ia diperlukan ilmu pengetahuan tidak kabur, tanpa
sebagai arah atau landasan bagi kegiatan stuktur jelas, tanpa sistematik, atau dengan
penelitian sebelum sesuatu yang diteliti metode serta tujuan yang kacau. Pada
tersebut terbukti kebenarannya. pokoknya kegiatan penelitian merupakan
Metode ilmiah (seperti empiris- upaya merumuskan permasalahan, meng-
eksperimental) adalah hasil penemuan ajukan pertanyaan-pertanyaan, dan men-
yang telah diupayakan manusia dalam coba menjawab pertanyaan-pertanyaan
waktu yang cukup lama. Dasar-dasarnya tersebut, dengan jalan menemukan fakta-
sudah ada pada masa Yunani, dikembang- fakta dan memberikan penafsiran yang
kan oleh sarjana-sarjana muslim pada masa benar. Tetapi lebih dinamis lagi penelitian
kejayaan peradaban Islam dan kemudian juga berfungi dan bertujuan inventif, yakni
dirumuskan langkah-langkahnya lebih terus menerus memperbaharui lagi kesim-
terperinci pada masa modern. Metode pulan teori yang telah diterima berdasarkan
ilmiah didasarkan pada sejumlah asumsi- fakta-fakta yang telah ditemukan. (Anton,
asumsi yang biasanya diterima begitu saja. 2009)
(Akhyar,2015). Pendidikan Islam yang bertujuan
Asumsi sangat erat kaitannya untuk membimbing pertumbuhan rohani
dengan metodologi penelitian ilmu dan jasmani pemeluknya menurut ajaran
pengetahuan, karena pengetahuan perlu dikembangkan dengan penelitian.
diperoleh melalui pendekatan ilmiah, yakni Pendidikan Islam merupakan hal yang
melalui “ penyelidikan yang sistematik, wajib untuk dilaksanakan untuk
terkontrol dan bersifat empiris atas suatu mengembangkan konsep-konsep pen-
relasi fenomena alam. Metode ilmiah didikan Islam dan upaya menjawab
merupakan prosedur atau langkah-langkah permasalahan yang terjadi dalam dunia
sistematis dalam mendapatkan penge- pendidikan Islam. Maka suatu falsafah
tahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pendidikan yang berdasar Islam tidak lain
pengetahuan yang didapatkan metode adalah pandangan dasar tentang
ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau pendidikan yang bersumberkan ajaran
cara untuk mengetahui sesuatu dengan Islam, yang orientasi pemikirannya ber-
dasarkan ajaran tersebut.
Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 291
Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

Hasil dan Pembahasan adanya. Berfikir alamiah itu sendiri


Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan merupakan pola penalaran yang
Manusia adalah makhluk berfikir berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari
yang selalu ingin tahu tentang sesuatu. pengaruh alam sekelilingnya. Proses
Rasa ingin tahu mendorong manusia memperoleh pengetahuan secara sederhana
mengemukakan pertanyaan. Bertanya dimulai dari pengamatan sekitar kemudian
tentang dirinya, lingkungan di dicari hubungan sebab akibat, lalu diambil
sekelilingnya, ataupun berbagai peristiwa kesimpulan. Tanpa dilakukan analisis dan
yang terjadi di sekitar nya. Dengan pengujian lebih lanjut berdasarkan proses
bertanya itu manusia mengumpulkan keilmuan. Oleh karena itu kesimpulan
segala sesuatu yang diketahuinya. yang diambil mungkin saja bersifat
Begitulah cara manusia mengumpulkan kebetulan atau kebenaran sesaat.
pengetahuan. Dengan demikian dapat Untuk mengatasi kelemahan-
dikatakan, bahwa pengetahuan adalah kelemahan tersebut, maka pengetahuan
produk dari tahu, yakni mengerti sesudah yang bersifat alamiah ini kemudian
melihat, menyaksikan dan mengalami. dikembangkan hingga menjadi ilmu
Manusia memperoleh pengetahuan pengetahuan. Pengembangan ilmu
melalui berbagai cara. Bila hanya sekedar pengetahuan ini dilatarbelakangi oleh
ingin tahu tentang sesuatu, cukup dengan adanya tiga dorongan. Pertama, dorongan
menggunakan pertanyaan sederhana. untuk mengetahui yang lahir dari
Namun di samping itu, adakalanya keterpaksaan untuk mempertahankan
pengetahuan itu diperoleh melalui hidup. Kedua, dorongan manusia untuk
pengalaman yang berulang-ulang terhadap memenuhi kebutuhan yang mendalam dan
suatu peristiwa atau kejadian. Ada juga menemukan tata susunan yang
pengetahuan diperoleh dari usaha dalam sesungguhnya dalam kenyataan. Ketiga,
mengatasi masalah yang berhubungan dorongan mengetahui menyangkut
dengan kebutuhan hidup. Adakalanya pula penilaian mengenai realitas eksistensi
pengetahuan diperoleh dengan percobaan manusia itu sendiri. (Anton,2009)
sederhana atau dikenal dengan trial and Ilmu pengetahuan adalah
error. Pengetahuan dari hasil coba-coba. pengetahuan yang diperoleh sebagi hasil
(Jalaluddin, 2014). rentetan daur-daur penyimpul-ratapan
Pengetahuan seperti ini disebut (induksi), penyimpul-khasan (deduksi) dan
pengetahuan alamiah, pengetahuan biasa, penyahihan (verifikasi/validasi) yang terus
atau pengetahuan. Jadi awalnya masih menerus tak kunjung usai. Berikut ini ciri-
sangat sederhana. Hanya sekedar ingin ciri pengetahuan berdasarkan ahli :
tahu tentang sesuatu melalui proses (Akhyar, 2015)
berfikir alamiah, secara sederhana dan apa

Berling Van Melsen Robert Merton


- Berlaku umu - Metodis - Universalisme
- Otonom - Sistematis - Komunisme
- Ada dasar - Universal - Ketanpa-pamrihan
pembenaran - Objektif - Skeptisisme
- Sistematis - Progresif - Terorganisir
- Objektif - Dapat digunakan
- Tanpa pamrih

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 292


Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

Adapun yang dimaksud dengan sumber analisis selanjutnya dalam


pengetahuan, adalah faktor yang menentukan benar tidaknya pendapat
melatarbelakangi lahirnya ilmu yang dikemukakan. Memang intuisi
pengetahuan. Dari mana atau dengan cara dipercaya mampu memahami banyak
bagaimana manusia memperoleh ilmu hal yang tidak dipahami oleh akal
pengetahuan itu. Maka setidaknya ada untuk menutupi kekurangan itu,
empat sumber pengetahuan manusia, yaitu: manusi dilengkapi dengan intuisi
a. Empirisme (Pengalaman Manusia). ataau hati (qalb), sehingga akan
Dengan ini muncul aliran Empirisme lengkaplah seluruh perangkat ilmu
yang dipelopori oleh Jhon Locke. bagi manusia. (Jalaluddin,2014).
Manusia dilahirkan sebagai kertas Jawaban dari permasalahan yang
putih pengalamanlah yang akan sedang difikirkan muncul di benak
memberikan lukisan kepadanya. manusia sebagai suatu keyakinan
Dunia empiris merupakan sumber yang benar walaupun manusia tidak
pengetahuan, utama dalam dunia bisa menjelaskan bagaimana caranya
pendidikan, terkenal dengan teori untuk sampai ke situ secara rasional.
„tabula rasa’ (teori kertas putih). Dalam tradisi Islam, para sufi
Aliran ini berpendapat bahwa menyebut pengetahuan ini sebagai
pengetahuan dapat dapat diperoleh rasa yang mendalam (dzauq) yang
melalui pengamatan, dengan jalan berkaitan dengan persepsi batin.
observasi, atau jalan penginderaan. Dengan demikian pengetahuan intuitif
(Burhanuddin, 1997) sejenis pengetahuan yang
b. Rasionalisme, (Pikiran Manusia). Hal dikaruniakan tuhan kepada seseorang
ini melahirkan paham Rasionalisme dan pada qalbu-Nya sehingga
yang berpendapat bahwa sumber satu- tersikaplah olehnya sebagian rahasia
satunya dari pengetahuan manusia dan tampak olehnya sebagai realitas.
adalah rasionya (akal budinya). Perolehan pengetahuan ini bukan
Pelopornya ialah Rene Descartes. dengan jalan logis melaainkan dengan
Aliran ini sangat mendewakan akal jalan kesalehan, sehingga seseorang
budi manusia yang melahirkan faham memiliki kebeningan kalbu dan
„intelektualisme’ dalam dunia wawasan spiritual yang prima.
pendidikan. (Mohammad, 2005)
c. Intuisionisme (intuisi). Secara d. Wahyu Allah. Wahyu Allah adalah
etimologis intuisi berarti langsung pengetahuan yang disampaikan oleh
melihat. Pengertian secara umum, Allah kepada manusia lewat para nabi
merupakan suatu metode yang tidak yang diutus-Nya sejak nabi pertama
berdasarkan penalaraan maupun sampai terakhir. Wahyu adalah isyarat
pengalaman dan pengamataan indra. yang cepat atau bisikan halus atau
Kaum intuisionis berpendapat bahwa firman tuhan yang disampaikan
manusia mempunyai kemampuan kepada para anbiya. Para filusuf
khusus, yaitu cara khusus untuk muslim juga mengakui wahyu sebagai
mengetahui yang tidak terikat kepada sumber ilmu pengetahuan.
indra maupun penalaran.
Sebagai dasar untuk menyusun Asumsi
pengetahuan yang teratur, intuisi tidak Asumsi (atau anggapan dasar)
bisa digunakan. Intuisi hanya dapat ialah anggapan yang menjadi titik tolak
digunakan sebagai hipotesis bagi penelitian. Asumsi secara implicit

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 293


Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

terkandung dalam paradigma, perspektif, 1. Menganggap objek- objek tertentu


dan kerangka teori yang digunakan dalam mempunyai keserupaan satu sama
penelitian. Asumsi umumnya diterima lain, umpamanya dalam bentuk,
begitu saja sebagai suatu yang benar struktur, sifat, dan sebagainya.
dengan sendirinya. Asumsi biasa berasal Berdasarkan ini maka kita dapat
dari postulat, yaitu kebenaran (dalil-dalil) a mengelompokkan beberapa objek
priori yang tidak dapat dibuktikan yang serupa ke alam satu golongan.
kebenarannya. Michel Polanyi menyebut Klasifikasi merupakan pendekatan
asumsi-asumsi itu sebagai „ dimensi yang keilmuan yang pertama terhadap
tidak terungkap atau tersembunyi dalam objek- objek yang ditelaahnya dan
ilmu pengetahuan‟. Misalnya, dalam taksonomi merupakan cabang
empirisme terkandung asumsi bahwa alam keilmuan yang mula- mula sekali
ini ada, fenomena alam seragam dan sama berkembang. Konsep ilmu yang lebih
di mana saja, alam dapat diketahui melalui lanjut seperti konsep perbandingan
pengamatan dan rasio atau metode (komparatif) dan kuantitatif hanya
empiris-ekperimental, fenomena alam dimungkinkan dengan adanya
ditentukan oleh hukum-hukum alam taksonomi yang baik. Dengan adanya
(deterministik) dan seterusnya. (Akhyar, klasifikasi ini, sehingga kita
2015) menganggap bahwa individu-
Setiap ilmu memerlukan asumsi. individu dalam suatu kelas tertentu
Asumsi diperlukan untuk mengatasi memiliki ciri- ciri yang serupa, maka
penelaahan suatu permasalahan menjadi ilmu tidak berbicara mengenai kasus
lebar. Asumsi ini perlu, Sebab pernyataan individu. Melainkan suatu kelas
asumtif inilah yang memberi arah dan tertentu. Istilah manusia umpamanya
landasan bagi kegiatan penelaahan kita. memberikan pengertian tentang suatu
Sebuah pengetahuan baru dianggap benar kelas yang anggotanya memiliki ciri-
selama kita bisa menerima asumsi yang ciri tertentu yang serupa.
dikemukakannya. Semua teori mempunyai 2. Anggapan bahwa suatu benda tidak
asumsi- asumsi ini, baik yang dinyatakan mengalami perubahan dalam jangka
secara tersurat maupun yang tercakup waktu tertentu. Kegiatan keilmuan
secara tersirat. bertujuan mempelajari tingkah laku
Ilmu menganggap bahwa obyek- suatu objek dalam suatu keadaan
obyek empiris yang menjadi bidang tertentu. Kegiatan ini jelas tidak dapat
penelaahannya mempunyai sifat dilakukan bila objek selalu berubah-
keragaman, memperlihatkan sifat berulang ubah tiap waktu. Walaupun begitu
dan semuanya jalin- menjalin secara kita tidak dapat menuntut adanya
teratur. Bahwa hujan yang turun diawali kelestarian yang absolut, sebab dalam
dengan awan yang tebal dan langit yang perjalanan waktu setiap benda akan
mendung, hal ini bukan merupakan suatu mengalami perubahan. Karena itu
hal yang kebetulan tetapi memang polanya ilmu hanya menuntut adanya
sudah demikian. Kejadian ini akan terulang kelestarian yang relatif. Artinya sisfat-
dengan pola yang sama. Alam merupakan sifat pokok dari suatu benda tidak
suatu sistem yang teratur yang tunduk pada berubah dalam jangka waktu tertentu.
hukum- hukum tertentu. Tercakup dalam pengertian ini adalah
Menurut Burhanudin Salam ilmu pengakuan bahwa benda- benda
mempunyai tiga asumsi mengenai objek dalam jangka panjang akan
empiris: (Burhanuddin, 1997). mengalami perubahan dan jangka

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 294


Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

waktu ini berbeda- beda untuk tiap 3. Probabilistik


benda. Kelestarian yang relatif dalam Kelompok penganut paham ini berada
jangka waktu tertentu ini diantara deterministik dan pilihan
memungkinkan kita untuk melakukan bebas yang menyatakan bahwa gejala
pendekatan keilmuan terhadap objek umum yang universal itu memang ada
yang sedang diselidiki. namun sifatnya berupa peluang
3. Determinisme merupakan asumsi (probabilistik). Seperti yang kita
ilmu yang ketiga. Kita menganggap ketahui sebelumnya bahwa hukum
bahwa suatu gejala bukanlah suatu alam tunduk kepada hukum alam
kejadian yang bersifat kebetulan. (deterministik) akan tetapi suatu
Setiap gejala mempunyai suatu pola kejadian tertentu tidak harus selalu
tertentu yang bersifat tetap dengan mengikuti pola tersebut. Jujun (1992)
urutan- urutan kejadian yang sama. memaparkan bahwa ilmu itu tidak
mengemukakan kalau X selalu
Sedangkan menurut Jujun S ilmu mengakibatkan Y, melainkan X
mempunyai tiga asumsi mengenai hakikat memiliki peluang yang besar untuk
keilmuan: (Jujun, 2007) mengakibatkan terjadinya Y
1. Determinisme
Kelompok penganut paham ini Ilmu pengetahuan yang berfungsi
menganggap hukum alam tunduk membantu manusia dalam memecahkan
kepada hukum alam yang bersifat masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu
universal (determinisme). William memiliki kemutlakan seperti agama yang
Hamilton dan Thomas Hobbes dua berfungsi memberikan pedoman terhadap
orang tokoh yang menyimpulkan hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan
bahwa pengetahuan bersifat empiris ini. Walaupun demikian sampai tahap
yang dicerminkan oleh zat dan gerak tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan
yang bersifat universal. Faham dalam melakukan generalisasi, sebab ilmu
determinisme ini bertentangan dengan pengetahuan yang bersifat personal dan
penganut pilihan bebas yang individual seperti upaya seni, tidaklah
menyatakan bahwa manusia bersifat praktis. Jadi diantara kutub
mempunyai kebebasan dalam determinisme dan pilihan bebas ilmu
menentukan pilihannya tidak terikat menjatuhkan pilihannya terhadap
pada hukum alam yang tidak penafsiran probabilistik.
memberikan alternatif. Dalam mengembangkan asumsi
2. Pilihan Bebas (Free will) maka harus diperhatikan beberapa hal.
Kelompok penganut paham ini Pertama, asumsi harus relevan dengan
menganggap hukum yang mengatur bidang ilmu dan tujuan pengkajian disiplin
itu tanpa sebab karena setiap gejala keilmuan. Kedua, asumsi ini harus
alam merupakan pilihan bebas. disimpulkan dari “keadaan sebagaimana
Penganut ini menyatakan bahwa adanya“ bukan “bagaimana keadaan
manusia memiliki kebebasan dalam seharusnya” asumsi yang pertama adalah
menentukan pilihannya tanpa terikat asumsi yang mendasari telaah ilmiah
hukum alam. Kebalikan dari sedangkan asumsi kedua adalah asumsi
deterministik bahwa ilmu social yang mendasar telah moral. Sekiranya
menemukan banyak karakteristiknya dalam kegiatan ekonomis maka manusia
disini dibandingkan dengan ilmu yang berperan adalah manusia “yang
sains. mencari keuntungan yang sebesar-

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 295


Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

besarnya dengan korbanan sekecil- Adapun pengertian pendidikan


kecilnya” maka itu sajalah yang kita dari segi istilah menurut Ki Hajar
jadikan pegangan tidak usah ditambah Dewantara adalah upaya untuk memajukan
sebaiknya begini, atau seharusnya begitu. pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin,
Sekiranya asumsi semacam ini digunakan karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak
dalam penyusunan kebijaksanaan (policy), yang antara satu dengan lainnya
atau strategi serta penjabaran peraturan berhubungan agar dapat memajukan
lainnya maka hal ini bisa saja dilakukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan
asal semua itu membantu kita dalam penghidupan anak-anak yang kita didik
menganalisis permasalahan. Namun selaras dengan dunia nya. (Ki Hajar
penetapan asumsi yang berdasarkan Dewantara, 1962). Islam sebagai agama
keadaan yang seharusnya ini seyogyanya yang bersumber dari al qur‟an dan hadist,
tidak dilakukan dalam analisis teori Islam terbukti memiliki ajaran yang
keilmuan sebab metafisika keilmuan komprehensif, yaitu ajaran yang tidak
berdasarkan kenyataan sesungguhnya hanya ditujukan untuk mencapai
sebagaimana adanya. (Jujun, 2007) kehidupan dunia, melainkan juga di
Berdasarkan paparan diatas dapat akhirat. Selanjutnya, jika kata pendidikan
disimpulkan bahwa asumsi ilmu sangat dan Islam disatukan menjadi pendidikan
diperlukan karena setiap ilmu memerlukan Islam, artinya secara sederhana adalah
asumsi. Asumsi diperlukan untuk pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam
mengatasi penelaahan suatu permasalahan dengan ciri-cirinya sebagaimana tersebut
menjadi lebar. Dan Asumsi inilah yang di atas. Sebagian ada yang mengatakan
memberi arah dan landasan bagi kegiatan bahwa pendidikann Islam adalah proses
penelaahan kita. pewarisan dan pengembangan budaya
manusia yang bersumber dan berpedoman
3. Penelitian Pendidikan Islam ajaran Islam sebaagaimana termaktub
Pendidikan Islam merupakan salah dalam al qur‟an dan terjabar dalam as
satu bidang studi Islam yang mendapat sunnah dan pendapat para ulama.
banyak perhatian dari para ilmuwan. Hal (Zuharini, 1992).
ini dikarenakan di samping peranannya Ilmu Pendidikan Islam,
yang sangat strategis dalam rangka cakupannya ialah masalah-masalah yang
meningkatan sumber daya manusia, juga berada dalam tataran ilmu (sains), yaitu
karena di dalam Islam terdapat berbagai objek-objek yang logis dan empiris tentang
masalah yang kompleks dan memerlukan pendidikan. Maka pengetahuan (ilmu)
penangan segera. pendidikan Islam terdiri dari pengetahuan
Ilmu pengetahuan berkembang filsafat pendidikan, tasawuf (mistik)
sesuai dengan perkembangan kebutuhan pendidikan dan ilmu pendidikan.
manusia. Sedangkan kebutuhan manusia (Ahmad,1995). Dengan demikian, maka
adalah sesuatu yang berkembang di dalam penelitian pendidikan Islam, mencakup
dan bersama dengan perkembangan penelitian terhadap pengetahuan filsafat
kebudayaan. Maka manusia selalu pendidikan Islam, pengetahuan mistik
berupaya berdasarkan disiplin metodologi Pendidikan Islam, dan Ilmu Pendidikan
ilmiah, dengan tujuan menemukan prinsip- Islam. Penelitian dalam arti kajian logika
prinsip baru untuk mengantisipasi dan mistik telah banyak dilakukan para
perubahan dan perkembangan ulama Islam. Sementara itu, kajian atau
kebutuhannya. Itulah yang disebut tepatnya penelitian terhadap ilmu
penelitian. (Anton,209). Pendidikan yang bersifat empris dinilai

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 296


Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

masih belum banyak dilakukan pakar


Islam. Sedangkan kajian dengan yang
terakhir inilah menjadi modal bagi
pegembangan ilmu pendidikan Islam.

Skema
Asumsi dasar ilmu pengetahuan sebagai basis penelitian pendidikan Islam

Dari penelitian Ilmu Pendidikan Jika hendak mengembangkan ilmu


Islam (sains yang empiris) itu akan mucul pendidikan Islami maka kita harus
teori yang selanjutnya disesuaikan dengan mengembangkan teori-teori ilmu
ajaran Islam. Teori-teori itulah yang kelak pendidikan islami tersebut. Mengem-
disebut teori Ilmu Pendidikan Islam. bangkan ilmu berarti mengembangkan
Dengan demikian, pengembangan Ilmu teori. Selanjutnya mengembangkan teori
Pendidikan Islam tidaklah mencakup sekurang-kurangnya dapat berarti :
pekerjaan mengembangkan filsafat 1. Merevisi teori yang sudah ada. Di
pendidikan Islam dan tidak pula sini teori lama tidak dibuang
mengembangkan manual-manual pendi- sluruhnya melainkan hanya
dikan Islam. Teori-teori yang perlu disempurnakan.
dikembangkan dalam Ilmu pendidikan 2. Mengganti teori lama dengan teori
Islam sangat luas mulai dari teori tentang baru. Disini teori lama tersebut
pendidikan Islam pada masa pra natal. dibuang semuanya.

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 297


Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

3. Membuat teori. Di sini, kita deduksi sama sekali tidak digunakan.


membuat teori, karena memang (Ahmad, 2012)
belum ada teori sebelumnya itu.
Kesimpulan
Dalam pengembangan teori Ilmu pengetahuan adalah
tersebut itu, apakah merevisi, mengganti, pengetahuan yang diperoleh sebagi hasil
atau pun membuat teori, diperlukan rentetan daur-daur penyimpul-ratapan
metode yang menjelaskan cara kerja yang (induksi), penyimpul-khasan (deduksi) dan
terpertanggungjawabkan. Jika kita penyahihan (verifikasi/validasi) yang terus
merevisi teori yang atau hendak mengganti menerus tak kunjung usai.
teori , itu berarti teori lama sudah ada. Empat sumber ilmu pengetahuan
Teori lama yang ada dan banyak ialah teori yaitu empirisme, rasionalisme, intuisi serta
pendidikan dari barat. Apa salahnya kita akal merupakan dasar pijakan dalam
mulai dengan memeriksa teori pendidikan membuat asumsi. Asumsi (atau anggapan
barat tersebut, lantas kita konsultasikan ke dasar) ialah anggapan yang menjadi titik
Islam (al-qur‟an, hadist), boleh jadi teori tolak penelitian. Asumsi secara implicit
itu kita terima, kita revisi, atau kita tolak. terkandung dalam paradigma, perspektif,
Inilah persoalan islamisasi ilmu pendidikan dan kerangka teori yang digunakan dalam
dalam rangka mengembangkan pendidikan penelitian. Ilmu mempunyai tiga asumsi
Islami. Jika cara ini ditempuh maka kita mengenai hakikat keilmuan yaitu
dikatakan menggunakan metode induksi- determinisme, free will dan probabilistik.
konsultasi. Dapat disimpulkan bahwa asumsi ilmu
Ada dua arus yang muncul tentang sangat diperlukan karena setiap ilmu
cara pengembangan Ilmu Pendidikan memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan
Islami. Pertama cara deduksi, yaitu kita untuk mengatasi penelaahan suatu
mulai dari teks wahyu atau sabda rasul; permasalahan menjadi lebar. Dan Asumsi
lantas ditafsirkan, dari sini muncul teori inilah yang memberi arah dan landasan
pendidikan pada tingkat filsafat; teori itu bagi kegiatan penelaahan/penelitian.
dieksperimenkan, dari sini akan muncul Penelitian merupakan upaya untuk
teori ilmu pendidikan pada tingkat ilmu mengembangkan ilmu, mengembangkan
(sains). Selanjutnya diuraaikan lebih ilmu pendidikan Islami kita harus
operasional sehingga langsung dapat mengembangkan teori-teori ilmu pendi-
dijadikan petunjuk teknis (manual). Uraian dikan islami tersebut. Mengembangkan
sebagai berikut. ilmu berarti mengembangkan teori, dengan
Cara deduksi memang menjamin dua cara pertama deduktif dan kedua
teori yang diproduksi tidak akan induksi-konsultasi. Penelitian pendidikan
menyimpang atau berlainan dengan ajaran Islam, mencakup penelitian terhadap
Islam. Tetapi cara ini amat lama, mahal, pengetahuan filsafat pendidikan Islam,
dan sulit. Agaknya cara kedua lebih cepat pengetahuan mistik Pendidikan Islam, dan
murah dan mudah. Kedua, ialah cara Ilmu Pendidikan Islam. Penelitian dalam
induksi-konsultasi, yaitu sebagaimana arti kajian logika dan mistik telah banyak
telah diuraikan tadi, kita ambil teori yang dilakukan para ulama Islam. Sementara itu,
sudah ada (baik dari barat maupun timur), kajian atau tepatnya penelitian terhadap
kita konsultasikan ke al qur‟an dan atau ilmu Pendidikan yang bersifat empris
hadist, jika tidak berlawanan, maka teori dinilai masih belum banyak dilakukan
itu kita daftarkan ke dalam khazanah Ilmu pakar Islam.
pendidikan Islami. Ini bukan berarti cara

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 298


Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan sebagai Basis Penelitian Pendidikan Islam

Daftar Pustaka Bandung: Fakultas Tarbiyah


Bakker, Anton dan Ahmad Charris Zubair, UIN Sunan Gunung Ddjati.
(2009), Metodologi Penelitian
Filsafat. Yogyakarta: ________. (2012) Filsafat Pendidikan
Kanisius. Islam. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Dewantara, Ki Hajar. Bagian Pertama
Pendidikan. Yogyakarta: Zuharini, dkk. (1992). Sejarah Pendidikan
Malis Luhur Taman Siswa, Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
1962.

Jalaludin. (2014). Filsafat Ilmu


Pengetahuan, Filsafat, Ilmu
Pengetahuan, dan Peradaban .
Jakarta: Rajawali Pers.

Komara, Endang. (2011) Filsafat Ilmu dan


Metodologi Penelitian.
Bandung: Reflika Aditama.

Lubis, Akhyar Yusuf. (2015). Filsafat Ilmu


Klasik Hingga Kontemporer.
Jakarta: Rajawali Press.

Muslih, Mohammad. (2005). Filsafat Ilmu


(Kajian atas Asumsi Dasar
Paradigma dan Kerangka
Teori Ilmu Pengetahuan).
Yogjakarta: Belukar.

Salam, Burhanudin. (1997). Logika


Materiil, Filsafat Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Suriasumantri, Jujun S. (2007). Filsafat


Ilmu sebuah Pengantar
Populer. Jakarta:
Pancaraninta.

--------------. (2001). Ilmu dalam


Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Tafsir, Ahmad. (1995). Epistemologi untuk


Ilmu Pendidikan Islam.

Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 299

Potrebbero piacerti anche