Sei sulla pagina 1di 145

GAMBARAN PERSEPSI TENTANG ROKOK ELEKTRIK

PADAPARA PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK DI


KOMUNITAS VAPORIZER KOTA TANGERANG

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

SITI SARAH ALAWIYAH

1113104000039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H/2017

i
ii
iii
iv
v
vi

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2017

Siti Sarah Alawiyah, NIM 1113104000039

Electric Cigarettes Perception On Electric Cigarettes Users In Vaporizer


Communities On Tangerang
xvi + 62 pages + 8 tables + 2 schemes + 1 figures + 4 attachements

ABSTRACT

Currently there is a trend among smokers that is electric cigarette. An electric


cigarette is a device designed to produce nicotine vapor without burning tobacco
while still providing a smoking sensation. Electric cigarettes were created to help
smokers quit tobacco cigarettes, but this has yet to be verified. The purpose of this
research is to know the perception about electric cigarette on the electric cigarette
users in Tangerang City vaporizer community. This type of research is quantitative
with descriptive design. The sample of research is 73 member of vaporizer
community in Tangerang City with consecutive sampling technique. Quantitative
data collection with questionnaires. The results showed that 86.3% of respondents
were male, 69.9% adult, and switch from tobacco cigarettes 76.7%. Respondents
had very low nicotine dependence of 45.2%. Respondents had positive perceptions
of electric cigarette of 50.7%. 53.4% of respondents know exactly the definition of
electric cigarette. Respondents consider that electric cigarettes do not contain
harmful substances as much as 50.7%. As many as 60.3% of respondents had
perceptions that electric cigarettes can help to stop from tobacco cigarettes.
Respondents who know electric cigarettes have a negative impact on health as much
as 54.8%. 52.1% of respondents use electric cigarettes because of the people around
them who use and follow the trend. As many as 68.5% of respondents wanted the
regulation on electric cigarettes to be regulated and set. As many as 54.8% of
respondents stated that electric cigarettes are more expensive than tobacco
cigarettes. Researchers recommend for health service agencies to always provide
promotion and preventive about electric cigarettes to prevent the increasing number
of users and to prevent from the impacts that are obtained from the use of electric
cigarettes.
Keywords: Electric Cigarette, Perception, Vaporizer Communities
References: 45 (2003-2016)

vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017

Siti Sarah Alawiyah, NIM : 1113104000039

Gambaran Persepsi Tentang Rokok Elektrik Pada Para Pengguna Rokok


Elektrik Di Komunitas Vaporizer Kota Tangerang

xvi + 62 halaman + 8 tabel + 2 bagan + 1 gambar + 4 lampiran

ABSTRAK

Saat ini muncul suatu tren dikalangan para perokok yaitu rokok elektrik. Rokok
elektrik merupakan suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan uap nikotin
tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok. Rokok
elektrik diciptakan untuk membantu para perokok berhenti dari rokok tembakau,
namun hal ini masih belum dibuktikan kebenarannya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran persepsi tentang rokok elektrik pada para pengguna
rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif dengan desain deskriptif. Sampel penelitian adalah 73 anggota
komunitas vaporizer di Kota Tangerang dengan teknik consecutive sampling.
Pengambilan data kuantitatif dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 86,3%responden berjenis kelamin laki-laki, berusia dewasa 69,9%, dan
beralih dari rokok tembakau 76,7%. Responden memiliki ketergantungan nikotin
sangat rendah 45,2%.Respondenmemiliki persepsi positif terhadap rokok elektrik
sebesar 50,7%. Sebanyak 53,4% responden mengetahui dengan tepat definisi rokok
elektrik. Responden menganggap bahwa rokok elektrik tidak mengandung bahan
yang berbahaya sebanyak 50,7%.Sebanyak 60,3% responden memiliki persepsi
bahwa rokok elektrik dapat membantu untuk berhenti dari rokok
tembakau.Responden yang mengetahui rokok elektrik memiliki dampak buruk bagi
kesehatan sebanyak 54,8%.Sebanyak 52,1% responden menggunakan rokok
elektrik karena orang disekitarnya yang menggunakan dan mengikuti tren yang
ada.Sebanyak 68,5% responden menginginkan peraturan tentang rokok elektrik
segera diatur dan ditetapkan. Sebanyak 54,8% responden menyatakan bahwa rokok
elektrik lebih mahal dari rokok tembakau.Peneliti menyarankan bagi instansi
pelayanan kesehatan agar selalu memberikan promosi dan preventif mengenai
rokok elektrik untuk mencegah semakin banyaknya para pengguna dan untuk
mencegah dari dampak yang didapatkan dari penggunan rokok elektrik.

Kata kunci : Rokok Elektrik, Persepsi, Komunitas, Vaporizer


Referensi : 45 (2003-2016)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Sarah Alawiyah

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Juli 1995

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jln. Benteng Betawi gg kikil RT 002/ RW 012 no. 68

Tanah Tinggi, Tangerang, Kota Tangerang

Telepon : 081286271900

Email : sitisarahalawiyah10@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 04 Tanah Tinggi (2001-2007)

2. SMP Negeri 5 Kota Tangerang (2007-2010)

3. SMK Yuppentek 7 Tangerang (2010-2013)

4. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-sekarang)

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah, kekuatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Persepsi Tentang Rokok Elektrik

Pada Para Pengguna Rokok Elektrik Di Komunitas Vaporizer Kota Tangerang”

yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan. Sholawat serta salam juga tercantumkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan

sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa

dalam proses penulisan skripsi ini jauh dari sempurna dan banyak mengalami

kendala, namun berkat bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak

sehingga penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Elyadi Hermawan dan Ibu

Rohmaniah yang tidak pernah lelah untuk memberikan dukungan baik

moril, material, kasih sayang dan selalu mendoakan penulis dalam proses

menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa kakakku Ana Nurmaliana, Sobari, dan

seluruh keluargaku yang selalu membantu dan telah memberikan semangat

tanpa pamrih

ix
2. Prof.Dr.H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati,

S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Waras Budi Utomo, S,Kep, MKM dan Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep

selaku dosen pembimbing, terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang

telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar

kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini

5. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed, selaku dosen pembimbing akademik,

terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan

memberi motivasi selama 3tahun duduk di bangku kuliah.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis ilmu dan

pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan

7. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Teman-teman satu bimbingan Tiko, Yuni, Santi, Mira, Sebi, Riska dan

Sintiya, Karen, Alin, Hayu, Rifan yang selalu menyemangati, membantu,

menghibur, dan mendo’akan selama penulis menyusun skripsi ini.

x
xi

9. Seluruh angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih karena telah saling mengingatkan, mendukung, mendo’akan

dan menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaannya dan semoga apa yang telah penulis peroleh

selama Pendidikan ini dapat bermanfaat dan diamalkan dengan baik. Aamiin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, Juli 2017

Siti Sarah Alawiyah

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................ Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv

ABSTRACK .......................................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR BAGAN............................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10

A. Persepsi ...................................................................................................... 10

xii
1. Definisi Persepsi ..................................................................................... 10

2. Macam-Macam Persepsi ........................................................................ 11

3. Syarat Dan Proses Pembentukan Persepsi .............................................. 13

4. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi .................................................... 15

B. Rokok ......................................................................................................... 19

1. Definisi Rokok Konvensional ................................................................ 19

2. Kandungan Rokok Konvensional ........................................................... 19

3. Ketergantungan Nikotin ......................................................................... 20

4. Terapi Pengganti Rokok (Nicotine Replacement Therapy) .................... 23

C. Rokok Elektrik ........................................................................................... 24

1. Definisi Rokok Elektrik.......................................................................... 24

2. Struktur Rokok Elektrik ......................................................................... 25

3. Sejarah Rokok Elektrik........................................................................... 26

4. Kandungan Rokok Elektrik .................................................................... 27

5. Manfaat Dan Kerugian Rokok Elektrik .................................................. 29

6. Regulasi Rokok Elektrik......................................................................... 31

D. Penelitian Yang Terkait.............................................................................. 33

E. Kerangka Teori........................................................................................... 37

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 38

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 38

B. Definisi Operasional................................................................................... 39

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 42

A. Desain Penelitian........................................................................................ 42

B. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 42

C. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 42

xiii
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 46

E. Uji Validitas Dan Reliabilitas .................................................................... 48

F. Tahap Penelitian ......................................................................................... 50

G. Pengolahan Data......................................................................................... 51

H. Analisa Data ............................................................................................... 52

I. Etika Penelitian .......................................................................................... 55

BAB VHASIL PENELITIAN............................................................................... 57

A. Gambaran Responden ................................................................................ 57

B. Karakteristik Demografi............................................................................. 57

C. Tingkat Ketergantungan Nikotin................................................................ 59

D. Persepsi Terhadap Rokok Elektrik ............................................................. 62

E. Persepsi Tentang Rokok Elektrik Berdasarkan Karakteristik Demografi.. 64

BAB VIPEMBAHASAN ...................................................................................... 66

A. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan


Terakhir, Status Penggunaan, Dan Lama Penggunaan.............................. 66

B. Ketergantungan Nikotin ............................................................................. 69

C. Persepsi Tentang Rokok Elektrik ............................................................... 71

D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 76

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 77

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 77

B. SARAN ...................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.2 Skor Perhitungan Statistik Persepsi Tentang Rokok Elektrik…………………54

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi......….60

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan…………….61

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketergantungan Nikotin………61

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Usia.………….....62

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status Penggunaan


…………………………………………………………………………………62

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Lama Penggunaan


…………………………………………………………………………………63

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Rokok Elektrik
……………………………………………………………………………...….64

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Definisi, Kandungan,


Manfaat, Kerugian, Alasan Penggunaan, Regulasi, Dan Harga……………….64

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Tentang Rokok Elektrik Terhadap Karakteristik
Demografi …………………………………………………………….……….66

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 37

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 38

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Dasar Rokok Elektrik .......................................................... 26

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden…………………………….87

Lampiran 2 Surat Persetujuan Responden……………………………………….88

Lampiran 3 Kuesioner……………………………………………………………89

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian…………………………………………………94

Lampiran 5 Validitas Dan Reliabilitas………………………………………….102

Lampiran 6 Hasil Olah Data SPSS……………………………………………...109

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok merupakan kebiasaan yang tidak asing lagi dilingkungan

masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia

menggunakan rokok. Kebiasaan merokok dapat memberikan rasa nikmat

menurut para penggunanya, namun rokok juga dapat menimbulkan berbagai

dampak buruk bagi kesehatan diri sendiri maupun orang lain yang berada

disekitarnya. Merokok juga dapat menimbulkan masalah lainnya seperti

beban social, ekonomi dan lingkungan. Rokok sesungguhnya sudah menjadi

masalah kesehatan di dunia yang sulit untuk diselesaikan (Syarfa, 2015).

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan jumlah perokok diseluruh

dunia mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta diantaranya berada di negara

berkembang. Paling sedikit satu dari empat orang dewasa adalah perokok di

negara berkembang. Prevalensi perokok lebih tinggi di negara dengan

pendapatan yang rendah dan paling banyak pada kelompok penduduk

dewasa muda dengan perbandingan 27% laki-laki dan 21% perempuan.

Prevalensi perokok di Amerika Serikat terdapat 26% laki-laki dan 21%

perempuan sedangkan di Ingris terdapat 27% laki-laki dan 25% perempuan

(Kemenkes RI, 2013).

1
2

Indonesia merupakan negara peringkat ketiga dari 10 negara dengan

tingkat perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India serta diatas

peringkat Rusia dan Amerika. Riset Kesehatan Dasar (2013) menyatakan

prevalensi merokok di indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan

masyarakat, terutama pada laki-laki. Menurut data Susenas dan data

Riskesdas (2013) prevalesi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki

(65,8%) dibandingkan perempuan (4,2%).

Dengan semakin banyaknya masalah rokok yang ada di Indonesia,

baru-baru ini muncul suatu tren di Indnesia yaitu penggunaan rokok

elektrik.Rokok elektrik merupakan salah satu jenis rokok yang tengah

menjadi fenomena baru dikalangan masyarakat Indonesia. Sebagai

perangkat dan teknologi baru, rokok elektrik menarik dan membuat rasa

ingin tahu para masyarakat. WHO (World Health Organization)

mengatakan rokok elektrik sebagai Electronic Nicotine Delivery System

(ENDS). Rokok elektrik dirancang untuk menghasilkan uap nikotin tanpa

pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok.

Di Indonesia sendiri penggunaan rokok elektrik masih banyak dan

semakin menjamur. Sampai saat inipun peneliti belum mendapatkan data

yang pasti mengenai berapa banyak pengguna rokok elektrik di Indonesia,

namun Riskesdas (2013) melakukan survei dari total remaja ditemukan

2,1% remaja penghisap rokok elektrik (vaporizer) selama 30 hari terakhir,

dan hal ini terjadi pada 3% remaja laki-laki dan 1,1% remaja perempuan

(Kemenkes RI, 2013).

2
3

Rokok elektrik pertama kali diciptakan secara modern oleh seorang

apoteker asal Tiongkok pada tahun 2003 dan dipatenkan pada tahun 2004

lalu mulai menyebar ke seluruh dunisa pada tahun 2006-hingga sekarang

dengan berbagai macam merek (Caponetto, et al. 2014). Di Indonesia

sendiri rokok elektrik tengah menjadi tren yang semakin banyak

peminatnya. Rokok elektrik dapat sangat mudah untuk ditemukan karena

para penjual menjualnya melalui penjualan online dengan berbagai rasa dan

variasi desainnya (BPOM, 2015).

Rokok elektrik terdiri dari 3 bagian yaitu baterai, atomizer (bagian

yang akan memanaskan dan menguapkan larutan nikotin) dan catridge

(berisi larutan nikotin). Kandungan larutan yang terdapat dalam rokok

elektrik yaitu berupa nikotin, propilen glikol, gliserol, air dan berbagai

bahan perasa (BPOM, 2015).Food And Drug Administration (FDA)

Amerika melakukan penelitian pada tahun 2009 terhadap kandungan liquid

rokok elektrik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa rokok elektrik

mengandung Tobacco Specific Nitrosamine (TSNA) yang bersifat toksik

dan Diethylene Glycol (DEG) yang dikenal sebagai karsinogen. Hal tersebut

membuat FDA mengeluarkan peringatan kepada masyarakat tentang

bahaya zat toksik dan karsinogen yang terkandung dalam rokok elektrik dan

membuat WHO (World Health Organization) juga tidak

merekomendasikanpenggunaannya sebagai Nicotine Replacement Therapy

(NRT) karena beberapa studi menemukan kandungan zat liquid yang dapat

menjadi racun dan karsinogen sehingga tidak memenuhi unsur keamanan

3
4

(Westernberg, 2009). Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik

Indonesia (BPOM RI 2015) juga menemukan beberapa zat berbahaya

lainnya yaitu logam, zat karbonil, dan terdapat zat lainnya (seperti kumarin,

tadalafin, rimonabant, serat silika).

Manfaat dari penggunaan rokok elektrik adalah hanya membantu

berhenti/mengurangi kadar merokok, sedangkan kerugiannya yaitu,

kandungan liquid yang tidak aman, inkonsistensi kadar dengan label yang

tercantum, menimbulkan masalah adiksi nikotin, dapat disalahgunakan

dengan memasukan nikotin berlebih atau bahan ilegal (seperti, mariyuana,

heroin, kanibus oil, dll), beredar berbagai zat perisa (flavoring) yang

menarik anak-anak, keracunan akibat flavoring dalam liquid terus

meningkat secara signifikan, bertambahnya perokok pemula, resiko

bertambahnya perokok dual use, eks-perokok kembali merokok karena

diklaim aman, re-normalisasi perilaku merokok (BPOM, 2015).

Hal ini selaras dengan sebuah penelitian oleh Strasser dkk (2007),

terhadap perilaku pengguna rokok elektrik menemukan bahwa akibat dari

penurunan kadar nikotin tersebut menyebabkan pengguna rokok elektrik

juga mengkonsumsi rokok tembakau sebagai kompensasi kebutuhan nikotin

yang tidak terpenuhi sehingga tetap terpajan oleh zat toksik dan karsinogen

yang berbahaya dari rokok tembakau.

Kerugian dari penggunaan rokok elektrik lebih banyak dari manfaat

penggunaan rokok elektrik. Kulkarni dan Malouin (2016) menemukan dari

bulan oktober 2015 sampai juni 2016 sudah terdapat 15 pasien yang terluka

4
5

akibat ledakan litium yang berasal dari komponen batrai rokok elektrik.

Pasien tersebut mengalami luka bakar dibagian wajah, tangan, dan paha.

Ledakan tersebut menyebabkan hilangnya gigi, trauma, dan hilangnya luas

jaringan lunak. Di Indonesia juga terdapat kasus yang disebabkan oleh

ledakan rokok elektrik. Didalam koran Tribun Bali, terdapat seorang

pemuda yang usinya 26 tahun mengalami luka akibat ledakan dari rokok

elektrik. Pemuda tersebut mengalami luka bakar di bagian jari, dada dan

sekitar mata (Sadnyari, 2015).

Penggunaan rokok elektrik yang menyebutkan bahwa mampu

membuat perokok tembakau dapat berhenti merokok, namun hal ini perlu

mendapat perhatian lebih oleh pemerintah karena hingga saat ini belum ada

bukti secara ilmiah yang menyatakan bahwa rokok elektrik bermanfaat

untuk kesehatan dan sebagai langkah awal seseorang untuk berhenti

merokok (Istiqomah, dkk. 2016). Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Indra (2015) menyatakan bahwa responden menggunakan rokok elektrik

adalah karena mereka ingin hidup lebih sehat karena mereka menganggap

bahwa rokok elektrik dapat membantu mereka untuk berhenti dari rokok

tembakau. Selain itu responden menggunakan rokok elektrik karena mereka

melihat orang disekitarnya juga menggunakan dan mereka teratrik dengan

rokok elektrik karena rasa dan uap yang dihasilkan lebih banyak.

Menurut studi pendahuluan yang dilakukan, terdapat beberapa

komunitas yang ditemukan di kota Tangerang yaitu diantaranya komunitas

Vapor Tangerang yang jumlah anggotanya yaitu 80 orang, komunitas

5
6

Vaperions Tangerang yang jumlah anggotanya 50 orang, dan komunitas

Evapes sebanyak 60 orang. Di kota Tangerang juga terdapat banyak toko

yang menjual perangkat dan cairan rokok elektrik Studi pendahuluan yang

dilakukan pada 15 orang terdapat 60% responden menyatakan bahwa rokok

elektrik lebih aman daripada rokok tembakau dan terdapat 73,3% responden

yang setuju bahwa rokok elektrik adalah salah satu alternatif untuk program

berhenti merokok dari rokok tembakau.

Penelitian Indra (2015) mengenai gambaran psikologis perokok

tembakau yang beralih menggunakan rokok elektrik menyimpulkan bahwa

responden memperoleh suatu kepuasan psikologis selama menggunakan

rokok elektrik karena banyaknya rasa yang dapat dihasilkan liquid dan

faktor kognitif responden yang menganggap bahwa rokok elektrik tersebut

lebih aman dibanding rokok tembakau. Penelitian ini juga mengatakan

perasaan yang dirasakan oleh responden adalah senang dan nyaman selama

menggunakan rokok elektrik karena bertambahnya teman sosial yang juga

memakai rokok elektrik yang telah menjadi tren gaya hidup pada zaman

sekarang ini. Hal tersebut menyebabkan suatu perubahan perilaku yang

sangat cepat, yang merubah kebiasaan responden dari merokok tembakau

menjadi menggunakan rokok elektrik.

Berdasarkan studi literatur yang ditemukan dan studi pendahuluan

yang telah dilakukan, para pengguna rokok elektrik menganggap rokok

elektrik yang lebih aman dan sebagai penganti rokok tembakau membuat

perubahan perilaku para penggunanya beralih menjadi menggunakan rokok

6
7

elektrik walaupun sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa masih

terdapat bahan berbahaya didalamnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih dalam bagaimana gambaran persepsi tentang rokok

elektrik pada para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota

Tangerang

B. Rumusan Masalah

Pengguna rokok elektrik yang semakin banyak, persepsi para

penggunanya yang menganggap rokok elektrik lebih aman dan sebagai

alternatif berhenti merokok dari rokok tembakau membuat peneliti ingin

melakukan penelitian mengenai gambaran persepsi tentang rokok elektrik

pada para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran responden meliputi jenis kelamin, usia,

pendidikan terakhir, status penggunan, dan lama penggunaan pada para

pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang?

2. Bagaimana gambaran ketergantungan nikotin responden?

3. Bagaimana gambaran persepsi tentang rokok elektrik pada pada para

pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang?

4. Bagaimana gambaran persepsi tentang rokok elektrik berdasarkan

karakteristik demografi ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

7
8

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi

tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di komunitas

vaporizer Kota Tangerang

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran responden meliputi jenis kelamin, usia,

pendidikan terakhir, status penggunaan, dan lama penggunaan pada

komunitas vaporizer

b. Mengetahui gambaran ketergantungan nikotin responden

c. Mengetahui gambaran persepsi tentang rokok elektrik pada pada

para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota

Tangerang

d. Mengetahui gambaran persepsi tentang rokok elektrik berdasarkan

karakteristik demografi

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan yaitu penelitian ini

diharapkan dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat

dalam memberikan informasi yang terpercaya pada pasien maupun pada

masyarakat dalam tindakan preventif dan promotif terhadap penggunaan

rokok elektrik. Manfaat bagi instansi pelayanan kesehatan adalah dapat

memberikan informasi mengenai keuntungan maupun kerugian dari

penggunaan rokok elektrik ini. Manfaat bagi peneliti selanjutnya yaitu hasil

dari penelitian ini dapat digunakan untuk acuan penelitian selanjutnya dan

8
9

dapat dikembangkan lagi dengan melihat faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi masyarakat dalam penggunaan rokok elektrik.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai gambaran persepsi tentang rokok elektrik

pada para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang

dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Maret hingga April 2017. Subjek penelitian ini adalah

para anggota komunitas vaporizer yang menggunakan rokok elektrik.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Definisi Persepsi

Persepsi adalah tahap akhir dari suatu pengamatan dari objek yang

diawali oleh proses pengindraan, atau proses dimana diterimanya suatu

rangsangan oleh sistem indra yang kemudian individu memiliki suatu

perhatian dan diteruskan ke otak dan individu tersebut menyadari dan

memahami keadaan di lingkungan sekitarnya dan yang ada didalam

individu tersebut (Sunaryo, 2013).

Persepsi merupakan proses organisasi, interpretasi terhadap

rangsangan yang diterima oleh individu sehingga merupakan suatu

yang bermakna dan merupakan aktivitas yang terintegrasi di dalam diri

individu. Persepsi adalah proses kognitif yang dirasakan oleh setiap

individu dalam memahami suatu informasi mengenai lingkungan

sekitarnya, baik dengan menggunakan penglihatan, pendengaran,

perasaan, dan penciuman (Toha, 2008)

Hude (2006) mengatakan persepsi merupakan suatu tindak lanjut

dari suatu perasaan, karena persepsi pada hakikatnya merupakan

pemberian suatu makna pada stimulus yang ditangkap oleh sistem

pengindraan. Persepsi juga sangat bergantung pada beberapa faktor

yaitu faktor personal dan faktor situasional atau faktor fungsional dan

10
11

juga faktor struktural. Persepsi dapat membantu individu untuk

bertindak dan juga mengerti sosial lingkungan sekitarnya, karena

persepsi merupakan suatu proses akhir dari rangkaian peristiwa yang

saling berhubungan.

2. Macam-Macam Persepsi

Mulyana (2007) mengatakan bahwa terdapat 2 macam persepsi yang

dimiliki manusia yaitu:

a. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik

Persepsi setiap individu dalam menilai suatu objek atau suatu

lingkungan fisik dapat terjadi kekeliruan, karena suatu objek

tersebut dapat menipu indera individu tersebut. hal ini

disebabkan karena:

1) Kondisi yang dapat mempengaruhi pandangan seseorang

seperti cuaca yang dapat membuat fatamorgana, pembiasan

cahaya contohnya peristiwa ketika seseorang melihatnya

didalam air yang akan terlihat bengkok yang sebenarnya

berposisi lurus. Hal tersebut yang disebut dengan ilusi

2) Latar belakang pengalaman yang berbeda anatar individu

satu dengan individu lainnya

3) Budaya yang berbeda yang dapat mempengaruhi persepsi

individu tersebut

11
12

4) Gambaran psikologis yang berbeda juga dapat

mempengaruhi perbedaan persepsi individu dengan orang

lain dalam mempersepsikan suatu objek

b. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial

Persepsi manusia atau persepsi sosial merukapan proses

penangkapan makna dari objek-objek sosial dan kejadian yang

dialami oleh individu dalam lingkungan individu tersebut.

persepsi ini lebih kompleks karena:

1) Manusia memiliki sifat yang dinamis karenanya persepsi

manusia dapat berubah dari waktu ke waktu dan lebih cepat

dari pada persepsi terhadap objek

2) Persepsi sosial tidak meliputi sifat-sifat yang tampak dari

luar, namun juga sifat-sifat ataupun alasan-alasan dari

dalam.

3) Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat individu

mempersepsikan orang lalin, maka orang tersebut tidak diam

melainkan turut mempersepsikan orang tersebut.

Menurut Sunaryo (2013) ada dua macam persepsi, yaitu: persepsi

eksternal (externalperception), yaitu suatu persepsi yang datangnya

karena adanya rangsangan dari luar tubuh individu dan persepsi internal

(selfperception) merupakan suatu persepsi yang datangnya karena

adanya rangsangan dari dalam tubuh individu. Hal ini yang menjadi

objek yaitu dirinya sendiri.

12
13

3. Syarat Dan Proses Pembentukan Persepsi

Dengan adanya persepsi, seseorang dapat menyadari dan memahami

suatu keadaan di lingkungan sekitarnya, dan juga dapat menyadari dan

memahami keadaan diri sendiri (self perception). Persepsi terjadi dari

proses sistem pengindraan. Pertama, stimulus akan diterima oleh

reseptor, yang kemudian akan diteruskan kedalam otak atau pada

susunan saraf pusat yang akan diorganisasikan dan juga

diinterpretasikan sebagai proses psikologi. Pada akhirnya individu akan

menyadari apa yang telah ia lihat dan yang telah ia dengar (Sunaryo,

2013).

Ada beberapa syarat terjadi suatu persepsi, yaitu :

a. Adanya objek. Objek berperan sebagai suatu rangsangan,

sedangkan pancaindra berperan sebagai reseptornya

b. Adanya perhatian sebagai salah satu langkah pertama untuk

mengadakan suatu persepsi

c. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima rangsangan

d. Saraf sensorik berguna sebagai meneruskan rangsangan ke

dalam otak (pusat saraf atau pusat kesadaran) yang kemudian

dibawa melalui saraf motorik untuk menghasilkan sebuah

respons

Sebuah persepsi terjadi karena melalui tiga proses, yaitu proses

fisik, fisiologis, dan psikologis. Proses fisik terjadi melalui kealaman,

yakni objek diberikan rangsangan, kemudian diterima oleh reseptor

13
14

atau sistem indra. Sementara itu, proses fisiologis terjadi karena

rangsangan yang dihantarkan ke saraf sensorik akan disampaikan ke

otak. Terakhir, proses psikologis yaitu proses yang terjadi pada otak

sehingga seseorang menyadari rangsangan yang diterima. Jadi, ketiga

syarat tersebut sangat diperlukan untuk tercapaiya suatu persepsi yang

baik (Sunaryo, 2013)

Menurut Nugroho (2013) proses pembentukan persepsi terdiri dari

3 tahapan, yaitu:

a. Rangsangan

Rangsangan merupakan tahap ketika individu menerima

informasi atau stimulus melalui inderanya. Pada tahap ini terjadi

penyeleksian sehingga terdapat rangsangan yang diabaikan dan

yang tidak diabaikan.

b. Organisasi

Organisasi adalah tahap pengelolaan informasi yang sudah

dipilih oleh indera mereka, terjadi suatu proses di otak sebagai

pusat kesadaran sehingga individu dapat menyadari apa yang

dilihat, atau apa yang didengar, dan apa yang diraba.

c. Interpretasi atau evaluasi

Merupakan tahap dimana individu mengartikan atau

menafsirkan suatu informasi yang sudah masuk melalui alat

indera manusia. Penafsiran sebuah informasi melibatkan

beberapa aspek diantaranya pengalaman masa lalu individu,

14
15

nilai yang dianut tiap individu, harapan individu dan lain

sebagainya. Kemudian muncul suatu respon sebagai hasil dari

persepsi yang dapat diambil oleh individu tersebut dalam

berbagai macam bentuk.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Krench dan Crutchfield dalam Sobur (2003) terdapat 4

faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, yaitu:

a. Faktor fungsional

Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari

kebutuhan, kegembiraan, pelayanan yang diterima, dan

pengalaman masa lalu individu. Faktor ini bersifat subjektif dan

internal dari seseorang. Persepsi pada dasarnya tidak ditentukan

oleh jenis rangsangan, tetapi tergantung pada karakter individu

yang memberikan respon terhadap rangsangan tersebut. Dengan

demikian persepsi bersifat selektif fungsional, maka seseorang

yang mempersepsikan sesuatu akan memberikan tekanan sesuai

dengan tujuan individu tersebut.

b. Faktor struktural

Faktor-faktor yang timbul dari bentuk rangsangan dan efek

netral yang akan dihasilkan dari sistem saraf individu. Faktor ini

merupakan faktor biologis dari tubuh seseorang. Gestalt ahli

psikologi mengatakan, manusia mempresepsikan sesuatu

cenderung sebagai suatu yang keseluruhan, meskipun

15
16

rangsangan yang diterima tidak langkap, penginterpretasinya

tetapi secara konsisten dengan rangkaian stimulus yang di

persepsi. Hal itu menyebabkan individu cenderung

mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan

memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.

c. Faktor situasional

Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan bahasa

nonverbal. Persepsi dilihat secara kontekstual yang artinya

situasi dimana persepsi tersebut muncul dan harus mendapatkan

perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam

proses pembentukan persepsi individu.

d. Faktor personal

Faktor personal merupakan faktor yang terdiri dari faktor

pengalaman, sosial budaya, pengetahuan, harapan, motivasi dan

kepribadian individu.

Sedangkan menurut Toha (2008) ada 2 faktor yang mempengaruhi

persepsi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal

a. Faktor internal

Faktor yang terdapat dari dalam diri individu, yang mencakup

beberapa hal antara lain:

1) Fisiologis. Informasi tersebut masuk melalui alat indera dan

selanjutnya akan mempengaruhi dan melengkapi usaha

untuk memberikan makna terhadap lingkungan sekitar.

16
17

Setiap individu dapat mempersepsikannya secara berbeda-

beda

2) Perhatian. Energi yang dibutuhkan oleh individu untuk

menghasilkan, memperhatikan atau memfokuskan bentuk

fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Setiap

individu memiliki energi yang berbeda-beda yang akan

mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

3) Minat. Persepsi terhadap objek dapat bervariasi sesuai

dengan banyak energi atau perceptual vigilance yang

dilakukan untuk mempersepsikan. Perceptual vigilance

merupakan kecenderungan seseoraang untuk

memperhatikan tipe tertentu dari raangsangan atau dapat

dikatakan sebagai minat.

4) Kebutuhan yang searah. Dilihat bagaimana kuatnya individu

dalam mencari objek-objek atau pesan yang dapat

memberikan jawaban dari dalam dirinya yang sesuai.

5) Pengalaman dan ingatan. Pengalaman tergantung pada

ingatan dalam arti sejauh mana individu mengingat kejadian-

kejadian lalu untuk mengetahui suatu rangsangan dalam

pengertian luas.

6) Suasana hati. Gambaran emosi yang dirasakan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang, perasaan ini

menunjukkan bagaimana perasaan individu pada waktu

17
18

tertentu yang dapat mempengaruhi bagaimana individu

tersebut dapat menerima, bereaksi dan mengingat.

b. Faktor eksternal

Faktor ini merupakan karakteristik yang berasal dari lingkungan

dan objek-objek yang terlibat didalamnya yang dapat mengubah

sudut pandang individu terhadap lingkungan sekitarnya dan

dapat mempengaruhi individu agar dapat merasakan dan

menerimanya. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

persepsi yaitu:

1) Ukuran dan penempatan dari objek atau rangsangan.

Semakin besar hubungan suatu objek maka semaki mudah

untuk dipersepsikan. Bentuk ini mempengaruhi persepsi

dengan melihat ukuran dan bentuk dari suatu objek sehingga

mudah untuk membentuk persepsi.

2) Warna dari objek-objek. Suatu objek yang memiliki cahaya

lebih banyak akan mudah dipersepsikan dengan objek yang

lebih sedikit mempunyai warna.

3) Keunikan dan kekontrasan rangsangan. Rangsangan dari luar

yang bentuknya diluar dari yang dibayangkan oleh individu

maka akan lebih menarik perhatian individu tersebut.

4) Intensitas dan kekuatan dari rangsangan. Rangsangan yang

berasal dari luar akan memberi arti lebih jika individu

tersebut sering memperhatikannya.

18
19

5) Motion atau gerakan. Individu akan memberikan banyak

perhatian apabila objek yang diperhatikan dapat memberikan

gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan dengan

objek yang diam.

B. Rokok

1. Definisi Rokok Konvensional

Rokok adalah produk tembakau yang penggunaannya dengan cara

dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,

rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau

sintesisnya yang asapnya mengandung zat seperti nikotin dan tar,

dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya (Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 109, 2012)

2. Kandungan Rokok Konvensional

Pada umummnya rokok konvensional mengandung sebagian besar

daun tembakau yang terdapat nikotin didalamnya. Nikotin dan asap

rokok akan keluar dari tembakau dengan proses merokok (menghirup)

ataupun mengunyah. Kandungan senyawa penyusun rokok yang dapat

menyebabkan ketergantungan pada pemakai adalah golongan alkaloid

yang bersifat perangsang (stimulant). Golongan alkaloid yang

terkandung dalam tembakau yaitu: nikotin, nikotirin, anabasin,

19
20

myosmin, dan lainnya. Nikotin bersifat alkali kuat dan dalam bentuk

ion sehingga dapat masuk melalui membran sel saraf. Sifat racun yang

dimiliki oleh nikotin dapat menyebabkan kelumpuhan saraf dan akan

mudah diserap oleh kulit. Selain nikotin, daun tembakau juga

mengandung karbohidrat, klorofil, asam-asam organik, enzim, mineral,

dan logam. Dalam asap rokok konvensional mengandung tiga zat kimia

yang sangat berbahaya, yaitu: tar, nikotin, dan karbomonoksida. Selain

itu asap rokok juga mengandung senyawa pridin, amoniak,

karbondioksida, keton, aldehida, cadmium, nikel, zink, dan nitrogen

oksida (Nururrahmah, 2014)

3. Ketergantungan Nikotin

Nikotin adalah zat adiktif dalam tembakau yang menyebabkan para

perokok menjadi ketergantungan pada rokok. Dalam satu rokok dosis

nikotin tidak mengancam jiwa, tetapi akan memberikan efek adiktif,

seangkan menghirup bahan kimia lainnya menyebabkan resiko

kesehatan. Kandungan nikotin didalam rokok sangat cepat diserap ke

dalam peredaran darah yaitu dengan waktu 10 detik hingga mencapai

otak. Ini adalah salah satu alasan mengapa merokok memiliki potensi

yang tinggi menjadi perilaku adiktif (Broms, 2008)

Dependen atau ketergantungan adalah pola maladptif dari

penggunaan suatu zat atau penggunaan yang secara konfulsif meskipun

kesadaran alasan substansi untuk tidak menggunakannya.

Ketergantungan nikotin atau nikotin dependen ditandai dengan adanya

20
21

gangguan konsentrasi, mudah marah, gelisah, insomnia, lapar, dan

perubahan pada mood (Tomb, 2004)

Terdapat faktor fisik maupun psikologis lain yang dapat

mempengaruhi seseorang menjadi kecanduan nikotin. Berikut ini

merupakan keadaan atau perilaku yang berhubungan dengan ras ingin

merokok, yaitu:

a. Pada waktu tertentu menimbulkan rasa yang lebih besar untuk

merokok, contohnya pada siang hari pada jam istirahat kerja

dengan secangkir kopi atau setelah melakukan tugas-tugas rutin

b. Setelah makan, individu perokok memiliki keinginan untuk

merokok pada saat setelah makan

c. Alkohol, individu perokok yang menggunakan alcohol

mengatakan bahwa tembakau dan alkohol harus dinikmati

secara bersamaan

d. Pada tempat tertentu, seperti toilet, bar, atau tempat parkir para

perokok memiliki keinginan untuk merokok

e. Merokok dengan beberapa orang, pada saat individu bertemu

dengan orang lain yang juga merokok maka indvidu akan

merasa ingin merokok juga

f. Saat stress, ketika perokok sedang merasa tertekan biasanya

mereka akan memiliki dorongan untuk merokok

g. Bau tembakau, ketika individu mencium bau tembakau dari

oranglain maka akan memicu individu tersebut ingin merokok

21
22

h. Mengemudi, ketika individu sedang berkendara sendirian akan

menimbulkan keinginan untuk merokok

i. Cuaca dingin, bagi beberapa perokok merokok disaat cuaca

yang dingin dapat menyebabkan tubuh terasa hangat

Untuk menentukan seseorang terdiagnosis ketergantungan nikotin

ada beberapa kriteria berdasarkan American Psychiatric Association

yang setidaknya seseorang menunjukkan 3 kriteria DSM-IV-TR selama

periode 12 bulan, yaitu dengan kriteria:

a. Toleransi, yaitu seseorang akan menunjukkan tanda-tanda

tolerasi dengan jumlah kebutuuhan nikotin yang meningkat

untuk memenuhi efek yang diinginkan

b. Penarikan, yaitu seseorang akan menunjukkan gejala atau

sindrom dari penarikan

c. Nikotin digunakan dalam jumlah yang banyak dan lebih lama

dari apa yang telah direncanakan

d. Pengguna memilikii keinginan yang terus menerus untuk usaha

mengurangi penggunaan tembakau

e. Banyak waktu yang habis untuk mendapatkan atau

menggunakan zat atau tembakau

f. Kegiatan sosial, pekerjaan, rekreasi berkurang Karena

penggunaan dari tembakau

(WHO, 2010)

22
23

4. Terapi Pengganti Rokok (Nicotine Replacement Therapy)

Nicotine Replacement Therapy (NRT) adalah suatu metode yang

menggunakan alat untuk memberikan nikotin yang dibutuhkan oleh

seorang perokok tanpa adanya pembakaran tembakaku yang

merugikan. Tujuan dari NRT yaitu untuk menghilangkan pembakaran

tembakau dan salah satu sarana altrnatif pemberian nikotin tetapi pada

prakteknya NRT sering dipakai sebagai sarana alat bantu program

berhenti merokok untuk mencegah withdrawal effect nikotin dengan

menurunkan dosis nikotin secara bertahap (Tanuwihardja & Agus,

2012)

Menurut Tanuwihardja & Agus (2012) ada beberapa jenis Nicotine

Replacement Therapy (NRT) yaitu :

a. Nicotine Skin Patch

Jenis NRT ini digunakan setiap hari dan diganti setiap 24 jam. Cara

penggunaannya yaitu dengan meletakkan pada area kulit yang

tidak tumbuh rambut yang berbeda-beda di antara pinggang hingga

leher untuk mencegah iritasi pada kulit

b. Nicotine Gum Dan Lozanges

Jenis ini digunakan dengan cara dikunyah 1-2 buah setiap jam

dengan maksimal penggunaan 20 buah dalam sehari. Penggunaan

jenis ini dapat meningkatkan kadar nikotin darah setelah 2 jam.

c. Nicotine Inhaler

23
24

Penggunaan nicotine inhaler ini maksimal hingga 16 kali dalam

sehari. Nicotine catridges yang berisi nikotin dimasukkan kedalam

inhaler dan diuapkan selama 20menit. Penggunaan jenis ini

memilikik onset yang cepat. Cara penggunaanya yaitu dihisap ke

mulut lalu diabsorpsi di mulut dan paru serta meningkatkan kadar

nikotin darah dalam waktu 20 menit.

d. Nicotine Nasal Spray

Jenis alat ini cara penggunaannya dengan menyemprotkan ke

dalam hidung yang akan memberikan dosis nikotin lebih cepat

yaitu kadar nikotin dapat meningkat dalam 5-10menit setelah

pemakaian

e. Electronic Cigarette (Rokok Elektrik)

Rokok elektrik atau e-cigarette merupakan salah satu Terapi

pengganti rokok (Nicotine Replacement Therapy) yang cara

kerjanya menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk

memberikan nikotin dalam bentuk uap.

C. Rokok Elektrik

1. Definisi Rokok Elektrik

Rokok elektrik (e-cigartte) adalah suatu alat yang termasuk kedalam

salah satu tipe rokok yang diciptakan untuk mengubah nikotin menjadi

asap bukan berbentuk rokok seperti rokok pada umumnya. World

Health Organization (WHO) mengistilahkan rokok elektrik sebagai

24
25

Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) karena menghasilkan

nikotin kedalam bentuk uap yang dihirup oleh penggunanya (BPOM,

2015)

Rokok elektrik adalah sebuah perangkat yang dirancang untuk

menghantarkan nikotin tanpa asam tembakau dengan cara memanaskan

larutan nikotin, perasa, propilen glycol dan glycerin (Hajek, et al. 2014).

Rokok elektrik atau lebih terkenal dengan nama vaporizer merupakan

salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti rokok

tembakau, karena rokok elektrik ini tidak mengandung tar dan

karbonmonoksida yang terkandung di rokok tembakau, tetapi rokok

elektrik tetap mengandung senyawa nikotin yang dosisinya sangat

redah (Indra, 2015)

2. Struktur Rokok Elektrik

Seperangkat rokok elektrik adalah alat yang fungsinya mengubah

zat-zat kimia menjadi bentuk uap dan mengalir ke dalam paru-paru

dengan menggunakan tenaga batrai atau listrik. Struktur dasar rokok

elektrik terdiri dari 3 elemen utama yaitu baterai, pemanas logam

(atomizer) dan katrid (liquid) yang berisi berbagai macam cairan zat

kimia. Sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, struktur rokok

elektrik terus mengalami modifikasi dan moderenisasi. Saat ini rokok

elektrik sudah berevolusi hingga pada generasi yang ke-3 dengan

menggunakan sistem tangki dan semakin user friendly, bahkan

modelnya ada yang tidak seperti rokok dan terintegrasi dengan

25
26

perangkat handphone. Dalam peredarannya, rokok elektrik dikenal

dengan istilah vape, personal vaporizer (PV), e-cigs, vapor,

electrosmoke, green cig, smartcigarette, dll. Cairan isi dalam katrid

disebut sebagai e-juice, e-liquid. Sementara aktivitas merokok dengan

rokok elektrik disebut sebagai vaping (BPOM, 2015)

Sumber: BPOM (2015)

Gambar 2.1 Struktur Dasar Rokok Elektrik

3. Sejarah Rokok Elektrik

Sejak tahun 1963 rokok elektrik sudah ada, yang pertama kali

menemukan yaitu Herbert A Gilbert. Namun yang pertama kali

memproduksi secara modern adalah seorang apoteker asal Tiongkok

yang bernama Hon Lik. Hon Lik dikenal sebagai sosok yang mengawali

kehadiran rokok elektrik pada tahun 2003 selanjutnya dipatenkan pada

tahun 2004 dan mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2006-2007

dengan berbagai merek. (Caponnetto,. et al, 2014)

26
27

Di Indonesia, popularitas rokok elektrik sedang melejit, karena

ditunjang dengan ketersediaaan variasi teknologi perangkat, model

ukuran, warna, kapasitas batrai dan lainnya. Tren rokok elektrik saat ini

telah merambah kedalam negri Indonesia, peminat rokok elektrik

semakin banyak. Ini terindikasi dengan menjamurnya seller produk ini,

dan rokok elektrik dapat sangat mudah ditemukan dan dijual bebas

terutama melalui penjualan online. Rokok elektrik sudah sangat mudah

didapatkan dengan berbagai variasi desain dan rasa. Harga yang

ditawarkan pun bervariasi, yaitu mulai yang termurah ratusan ribu,

hingga jutaan rupiah. Selain dapat ditemukan di toko online, rokok

elektrik juga sangat mudah didapatkan melalui media sosial seperti

facebook, twitter, youtube, dan instagram. Juga dapat ditemukan di

kedai vaping, toko-toko elektronik atau ditawarkan pada kegiatan

tertentu seperti Car Free Day yang rata-rata peminatnya adalah

kalangan muda (BPOM, 2015)

4. Kandungan Rokok Elektrik

Kandungan didalam rokok elektrik berbeda-beda, namun pada

umumnya berisi larutan yang terdiri dari 4 jenis campuran yaitu,

nikotin, propilen, glikol, gliserin, air dan flavoring (perisa). Kandungan

kadar nikotin dalam liquid rokok elektrik bervariasi, yaitu dari kadar

rendah hingga kadar tinggi. Namun, seringkali kadar nikotin yang

tertera di label tidak sesuai dan berbeda yang signifikan dari kadar yang

diukur sebenarnya (BPOM, 2015)

27
28

Propilen glikol merupakan suatu zat dalam kepulan asap buatan

yang biasanya dibuat dengan “fog machine” diacara panggung teatrikal,

atau juga sebagai antifrezee, pelarut obat dan pengawet makanan

(BPOM, 2015)

Beberapa senyawa yang berbahaya lainnya yang ditemukan antara lain:

a. Tobacco-specific nitrosamine (TSNAs)

b. Diethylene glycol (DEG)

c. Logam : partikel timah, perak, nikel, aluminium, dan kromium di

dalam uap rokok elektrik dengan ukuran yang sangat kecil (nano-

partikel) sehingga dapat sangat mudah masuk ke dalam saluran

napas di paru-paru

d. Karbonil: karsinogen potensial antara lain formaldehida,

asetaldehida, dan akrolein. Juga senyawa organik volatil (VOCs)

seperti toluena dan pm-xylene

e. Zat lainnya: kumarin, tadalafil, rimonabant, serat silika (BPOM,

2015).

Meskipun jumlah bahan kimia yang ditemukan di rokok elektrik

lebih sedikit dibanding rokok tembakau, chromium dan nikel

ditemukan 4 kali lipat lebih banyak dalam beberapa jenis liquid

vaporizer dibanding rokok tembakau. Liquid vaporizer dan voltase

pada baterai memiliki komponen yang berbahaya dan akan semakin

berbahaya pada device yang memiliki high-voltage (Indra, dkk, 2015)

28
29

5. Manfaat Dan Kerugian Rokok Elektrik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan RI tahun 2015 ada

beberapa manfaat mapun kerugian dari rokok elektrik, yaitu :

a. Manfaat

Rokok elektrik pada awalnya diciptakan sebagai salah satu alat

yang digunakan untuk berhenti merokok atau terapi pengganti

nikotin (Nicotine Replacement Therapy, NRT) dengan cara

mengurangi kadar nikotin rokok elektrik yang secara bertahap di

bawah supervisi dokter.

b. Kerugian

1) Dapat menimbulkan masalah adiksi karena kandungan nikotin

pada liquid rokok elektrik dapat menimbulkan rasa ketagihan

dan dapat meningkatkan kadar plasma nikotin pada

penggunanya yang akan menyebabkan peningkatan adrenalin

dan tekanan darah, serta meningkatkan kadar plasma

karbonmonoksida dan frekuensi nadi yang dapat mengganggu

kesehatan.

2) Dapat disalah gunakan dengan memasukkan berbagai macam

bahan bahaya ilegal seperti mariyuana, heroin dan lainnya.

3) Bahan perisa (flavoring) yang digunakan juga dapat berbahaya

bagi kesehatan tubuh seperti apabila kita menghisapnya ke

paru. Bahan perisa ini sangat kid friendly sehingga dapat

menarik untuk anak-anak dan remaja dan bahan perisa

29
30

digunakan sebagai unsur dominan sebagai pengganti nikotin

apabila pengguna rokok elektrik ini sengaja memasukkan

bahan peisa kedalam paru maka akan mengganggu kesehatan

paru.

4) Resiko bertambahnya perokok pemula yang sebelumnya

seseorang belum pernah merokok maka akan memulai

mencobanya. Data pengguna rokok elektrik di beberapa

negara terus mengalami peningkatan yang signifikan dalam

beberapa tahun belakangan ini, terutama pada usia remaja dan

pelajar ataupun mahasiswa.

5) Resiko bertambahnya perokok ganda (dual user) yaitu para

pengguna rokok konvensional dan rokok elektrik akan

menggunakannya secara bersamaan

6) Mantan perokok kembali merokok karena adanya suatu

pernyataan bahwa produk rokok elektrik aman untuk

digunakan

7) Me-renormalisasi perilaku merokok, artinya bahwa rokok

elektrik ini dapat meningkatkan daya tarik terhadap rokok

konvensional, karena desain rokok elektrik yang dianggap

produk imitasi dari rokok konvensional, sehingga akhirnya

perilaku merokok konvensional dianggap perilaku yang bukan

negatif dan biasa-biasa saja. Dengan demikian penggunaan

rokok elektrik dapat diterima di sosial dari perilaku merokok.

30
31

8) Rokok elektrik dapat mengganggu kebijakan KTR (Kawasan

Tanpa Rokok).

6. Regulasi Rokok Elektrik

Pada tahun 2013, parlemen di Eropa menerbitkan rancangan

undang-undang untuk memperkenalkan sejumlah kebijakan yang

ditunjukan untuk membatasi daya tembakau untuk para masyarakat

termasuk tentang regulasi rokok elektrik, bahwa :

a. Rokok elektrik akan diatur, tetapi tidak sama dengan aturan

seperti produk obat kecuali mereka menyajikan produk yang

bersifat kuratif atau sebagai pencegahan

b. Rokok elektrik yang tidak memiliki klaim tersebut harus dibuat

berisi tidak lebih dari 30mg/ml nikotin, dan harus

mencantumkan peringatan kesehatan dan tidak boleh dijual

kepada mereka yang usianya masih dibawah 18tahun

c. Produsen dan importir harus menyediakan atau mencantumkan

semua bahan yang terkandung didalamnya

d. Rokok elektrik akan tunduk pada pembatasan iklan sama

dengan produk rokok tembakau

(British Medical Association, 2013)

World Health Organization (WHO) telah melakukan pembahasan

mengenai rokok elektrik dalam pertemuan internasional Framework

Convention on Tobacco Control (FCTC) pada tahun 2014 yang

menyarankan negara-negara anggotnya untuk merumuskan kebijakan

31
32

untuk pembatasan promosi tentang rokok elektrik, upaya

meminimalkan resiko kesehatan, melarang klaim kesehatan terhadap

rokok elektrik. disebutkan pula bahwa rokok elektrik tetap memberi

ancaman kesehatan, dan bisa menjadi awal untuk menjadi perokok

(BPOM, 2015).

Diberbagai negara di dunia, ketegori untuk penggolongan rokok

elektrik berbeda-beda, ada negara yang menggolongkannya sebagai

produk tembakau/rokok, obat, ataupun alat kesehatan sehingga regulasi

berbeda-beda sesuai dengan kategori di negara yang bersangkutan.

Tidak kurang dari 15 negara telah melakukan aturan yang ketat

melarang penjualan dan pemasaran rokok elektrik (BPOM, 2015).

Di Indonesia sendiri hingga kini pemerintah masih membahas

penyusunan regulasi terkait dengan rokok elektrik. Adapun rokok

elektrik yang beredar saat ini merupakan barang impor. Badan POM

telah membuat kajian dan mendorong pihak terkait agar kebijakan

tentang rokok elektrik ini dapat segera ditetapkan dengan merujuk

kepada fakta-fakta yang ada dan melihat berbagai perkembangan

penggunaan rokok elektrik yang semakin banyak. Sebagai negara yang

memiliki pravelensi perilaku merokok tertinggi ketiga di dunia,

pengendalian dampak rokok bagi kesehatan perlu menjadi prioritas

dalam pengaturan melalui instrumen kebijakan dengan

mempertimbangkan perspektif jangka panjang untuk kesehatan yang

32
33

meliputi bukan hanya kalangan perokok, tetapi juga kalangan non

perokok (BPOM, 2015).

D. Penelitian Yang Terkait

1. Penggunaan Rokok Elektronik Di Komunitas Personal Vaporizer

Surabaya

Apsari Damayanti (2016) melakukan penelitian yang berjudul

penggunaan rokok elektronik di komunitas personal vaporizer surabaya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan penggunaan rokok

elektronik di komunitas personal vaporizer Surabaya. Penelitian ini

dilakukan padaa 31 responden anggota komunitas. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa pengguna rokok elektrik sebagian besar berusia 26-

35tahun, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SMA sampai dengan

perguruan tinggi, bekerja sebagai pegawai dan memiliki riwayat

merokok. Alasan menggunakannya adalah untuk berhenti merokok.

Hasil Analisa dengan menghitung rasio prevalensi menunjukkan bahwa

pengetahuan yang baik tentang rokok elektronik merupakan faktor

protektif untuk tidak menggunakannya. Perhitungan antara

keterjangkauan biaya terhadap cairan rokok elektronik merupakan

faktor resiko untuk menggunakannya. Perhitungan antara faktor

keluarga dan penggunaan rokok elektronik menunjukkan bahwa tidak

ada dukungan keluarga merupakan faktor protektif untuk tidak

menggunakannya. Dari semua variabel yang diteliti hanya

33
34

keterjangkauan biaya terhadap cairan rokok elektronik yang merupakan

faktor resiko penggunaan rokok elektronik tingkat berat

2. Gambaran psikologis perokok tembakau yang beralih mengunakan

rokok elektrik (vaporizer)

Muhammad Fikri Indra (2015) melakukan penelitian mengenai

gambaran psikologis perokok tembaau yang beralih mengunakan rokok

elektrik (vaporizer) yang dilakukan di Riau pada komunitas Riau

VaporCloud. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi deskriptif. Tujuan peneliltian ini untuk

mengetahui gambaran psikologis yang terjadi pada perokok tembakau

yang beralih menggunakan rokok elektrik. Terdapat 5 orang yang dipilih

untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Responden dipilih

dengan metode purposivesampling dan menggunakan teori kejenuhan.

Data dikumpulkan dengan melalui wawancara mendalam yang

diselesaikan oleh catatan lapangan dan dianalisis dengan metode

Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi 3 tema yaitu persepsi tentang

rokok elektrik, perasaan ketika menggunakan rokok elektrik dan

perilaku yang dilakukan.

3. E-Cigarette Awareness, Use, And Harm Perception In US Adults

Pearson et al (2012) melakukan penelitian tentang pengetahuan,

perilaku, dan persepsi pada dewasa muda terhadap rokok elektrik

mengatakan sebanyak 40,2% responden pernah mendengar tentang

rokok elektrik, dengan tingkat pengetahuan yang tinggi di antara para

34
35

perokok. 11,4% perokok menggunakan rokok elektrik, 2,0% mantan

perokok menggunakan rokok elektrik, dan 0,8% yang belum pernah

merokok mulai menggunakan rokok elektrik. 84,7% dikalangan

perokok percaya bahwa rokok elektrik mengandung sedikit bahan

berbahaya dari rokok konvensional

4. Characteristics Associated With Awareness, Perceptions, And Use Of

Electronic Nicotine Delivery Sistems Among Young Us Midwestern

Adults

Kelvin Choi dan Jean Forster (2013) melakukan penelitian dengan

judul Characteristics associated with awareness, perceptions, and use

of electronic nicotine delivery sistems among young us midwestern

adults. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai karakteristik

yang terkait dengan pengetahuan dan penggunaan terhadap rokok

elektrik, persepsi bahwa rokok elektrik merupakan program berhenti

merokok, kepercayaan bahwa tidak berbahaya dan rendah bahan adiksi

pada rokok elektrik dengan karakteristik demografi, status merokok, dan

teman yang merokok. Hasil dari penelitian ini adalah 69,9% responden

mengetahui tentang rokok elektrik, 7,0% pernah menggunakan, laki-

laki, mantan perokok, dan pengaruh teman dekat lebih mengetahui dan

menggunakan rokok elektrik. 44,5% percaya bahwa rokok elektrik

dapat membantu untuk berhenti merokok dari rokok tembakau, 52,8%

setuju bahwa rokok elektrik tidak berbahaya, dan 26,3% setuju rokok

elektrik rendah bahan adiksi.

35
36

5. How and Why Do Smokers Start Using E-Cigarettes? Qualitative Study

of Vapers in London, UK

Elle Wadsworth, el all pada tahun 2016 melakukan penelitian

dengan judul How and Why Do Smokers Start Using E-Cigarettes?

Qualitative Study of Vapers in London, UK. Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif, tujuan penelitian ini untuk mendekripsikan

bagaimana dan mengapa perokok tembakau mulai beralih menggunakan

rokok elektrik dan produk apa yang mereka gunakan. Penelitian ini

berhubungan dengan teori perubahan perilaku COM-B (Behaviour

change, Capability, Opportunity, dan Motivation). Metode yang

dilakukan yaitu dengan wawancara semi terstruktur pada 30 responden

perokok atau mantan perokok yang menggunakan rokok elektrik di

London, Inggris. Inisiasi perilaku penggunaan rokok elektrik difasilitasi

oleh; kemampuan (kemampuan fisik untuk menggunakan rokok elektrik

dan kemampuan psikologis untuk memahami bahwa rokok elektrik

tidak berbahaya daripada rokok elektrik); kesempatan (peluang untuk

mendapatkan rokok elektrik di toko lebih mudah dan biaya yang di

keluarkan lebih murah dibandingkan dengan rokok tembakau, dan

rokok elektrik memberikan kesempatan sosial dengan teman dan

keluarga; dan motivasi (motivasi menggunakan rokok elektrik adalah

rasa ingin tahu dan proses sadar diri untuk mengambil keputusan yang

berkaitan dengan manfaat kesehatan yang dirasakan. Penerapan model

COM-B mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan

36
37

penggunaan rokok elektrik, yaitu pengaruh kebijakan seperti harga yang

relatif dan dapat digunakan di lingkungan bebas asap rokok.

E. Kerangka Teori

Anggota komunitas
pengguna rokok
elektrik (vaporizer)

Rokok Elektrik (Vaporizer)

Faktor yang - Definisi rokok elektrik


mempengaruhi persepsi: - Kandungan rokok elektrik
- Manfaat rokok elektrik
- Faktor fungsional Persepsi
- Faktor struktural - Kerugian rokok elektrik
- Faktor situasional - Regulasi rokok elektrik
- Faktor personal - Alasan penggunaan rokok
elektrik
- Harga rokok elektrik
- Nikotin dependen

Self perception: External


pengetahuan, sikap, perception:
perasaan, keluarga, orang
kepribadian, lain, informasi
harapan, keinginan, yang diterima,
motivasi dan lingkungan, dan
keadaan fisik hal baru

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Dimodifikasi dari Sumber: Krench dan Crutchfield dalam Sobur


(2003); Sunaryo (2013); BPOM (2015)

37
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran

persepsi tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di

komunitas vaporizer Koa Tangerang. Penelitian ini bersifat kuantitatif

dengan rancangan desain analisis deskriptif. Peneliti meneliti variabel

persepsi yang meliputi

Persepsi:

- Definisi rokok elektrik


- Kandungan rokok elektrik
- Manfaat rokok elektrik
- Kerugian rokok elektrik
- Regulasi rokok elektrik
- Alasan penggunaan rokok elektrik
- Harga rokok elektrik
- Nikotin dependen

Bagan 1Bagan 3.1 Kerangka Konsep

38
B. Definisi Operasional

Tabel 1Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Persepsi Tentang Suatu sudut pandangseseorang terhadap Skala Likert Menggunakan kuesioner yang dibuat Cut of point Ordinal
Rokok Elektrik suatu objek yang diterimanya dan dapat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor jawaban
dipahami oleh seseorang tersebut judgementexpert berjumlah 23 pernyataan ≥ mean, 68,58)
lalu menghitung skor pada pernyataan yang 2. persepsi negatif (skor jawaban
sudah dijawab responden < mean, 68,57)
Persepsi definisi Suatu persepsi yang dimiliki responden Skala Likert Menggunakan kuesioner yang dibuat Cut of point
rokok elektrik terhadap definisi rokok elektrik dan sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor jawaban
maknanya apabila persepsi positif maka judgementexpert berjumlah 3 pernyataan ≥ median, 10,00)
responden tersebut dapat menjawab lalu menghitung skor pada pernyataan yang 2. Persepsi negatif (skor jawaban
dengan tepat tentang definisi rokok sudah dijawab responden <median, 9,90)
elektrik
Persepsi Suatu persepsi dimana responden Skala Likert Menggunakan kuesioner yang dibuat Cut of point
kandungan menganggap bahwa rokok elektrik sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor jawaban
rokok elektrik memiliki zat atau senyawa yang berbahaya judgementexpert berjumlah 4 pernyataan ≥ mean, 10,63)
didalamnya lalu menghitung skor pada pernyataan yang 2. Persepsi negatif (skor jawaban
sudah dijawab responden < mean, 10,62)
Persepsi manfaat Suatu persepsi dimana responden Skala Likert Menggunakan kuesioner yang dibuat Cut of point
rokok elektrik menganggap bahwa setelah mereka sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor jawaban
menggunakan rokok elektrik mereka dapat judgementexpert berjumlah 3 pernyataan ≥ mean, 9,12)
mengurangi penggunaan kadar nikotin lalu menghitung skor pada pernyataan yang 2. Persepsi negatif (skor jawaban
sudah dijawab responden < mean, 9,11)
Persepsi Suatu persepsi dimana responden Skala Likert Menggunakan kuesioner yang dibuat Cut of point
kerugian rokok menganggap bahwa rokok elektrik sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor jawaban
elektrik berbahaya dan memiliki dampak kesehatan judgementexpert berjumlah 4 pernyataan ≥ mean, 10,68)
yang sama dengan rokok tebakau setelah lalu menghitung skor pada pernyataan yang 2. Persepsi negatif (skor jawaban
mereka menggunakannya sudah dijawab responden < mean, 10,67)

39
40

Persepsi alasan Suatu persepsi dimana responden Skala Likert Menggunakan kuesioner yang dibuat Cut of point
penggunaan menganggap bahwa mereka menggunakan sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor jawaban
rokok elektrik rokok elektrik karena teman dan orang- judgementexpert berjumlah 4 pernyataan ≥ mean, 11,19)
orang disekitarnya dan mereka ingin lalu menghitung skor pada pernyataan yang 2. Persepsi negatif (skor jawaban
mencoba hal yang baru sudah dijawab responden < mean, 11,18)
Persepsi regulasi Suatu persepsi dimana responden Skala Likert Menggunakan kuesioner yang dibuat Cut of point
rokok elektrik menganggap bahwa rokok elektrik harus sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor jawaban
segera dibuat tentang peraturannya judgementexpert berjumlah 2 pernyataan ≥ median, 8,00)
lalu menghitung skor pada pernyataan yang 2. Persepsi negatif (skor jawaban
sudah dijawab responden < median, 7,90)
Persepsi harga Suatu persepsi dimana responden Skala Likert Menggunakan kuesioner yang dibuat Cut of point
rokok elektrik menganggap penggunaan rokok elektrik sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor jawaban
lebih murah dan lebih hemat daripada judgementexpert berjumlah 3 pernyataan ≥ mean, 9,42)
rokok tembakau lalu menghitung skor pada pernyataan yang 2. Persepsi negatif (skor jawaban
sudah dijawab responden < mean, 9,41)
Nikotin Pengukuran ketergantungan terhadap rokok Kuesioner Pilihan jawaban pertanyaan no.1 bernilai: 1. Skor 0-2 sangat rendah (very Ordinal
dependen atau nikotin Fagerstrom 5 menit = 3 low dependence)
Test For 6-30 menit = 2 2. Skor 3-4 rendah (low
Nicotine 31-60 menit = 1 dependence)
Dependence Setelah 60 menit = 0 3. Skor 5 sedang (medium
(FTND) Pertanyaan no.2 bernilai: dependence)
berisi 6 Ya = 1 4. Skor 6-7 tinggi (high
pertanyaan Tidak = 0 dependence)
Pertanyaan no.3 benilai: 5. Skor 8-10 sangat tinggi (very
Rokok pertama dipagi hari = 1 high dependence)
Yang lainnya = 0
Pertanyaan no.4 bernilai:
1-10 rokok = 0
11-20 rokok = 1
21-30 rokok = 2
31 rokok atau lebih = 3
Pertanyaan no.5 dan 6 bernilai:
Ya = 1
Tidak = 0

40
41

Usia Suatu rentang waktu kehidupan yang Angket Kuesioner 1. Remaja= 18-20 tahun Ordinal
diukur dengan tahun berdasarkan tahun 2. Dewasa muda= 21-40tahun
yang sudah dilalui oleh responden pada
saat pengambilan data (potter & perry, 2013)
Jenis kelamin Status seks antara laki-laki dan perempuan Angket Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
yang dimiliki oleh responden secara 2. Perempuan
biologis yang dibawa sejak responden lahir
Pendidikan Suatu tingkat pendidikan formal terakhir Angket Kuesioner 1. SD Ordinal
Terakhir yang pernah diikuti oleh responden sampai 2. SMP
tamat 3. SMA
4. Diploma/Sarjana
Status Pemakaian rokok elektrik responden pada 1 pertanyaan Kuesioner 1. Beralih dari rokok tembakau Ordinal
penggunaan saat pengambilan data pada 2. Langsung menggunakan rokok
kuesioner elekrik
karakteristik
responden
Lama Jangka waktu pemakaian rokok elektrik 1 pertanyaan Kuesioner Kategori bulan Rasio
penggunaan responden saat pengambilan data pada
kuesioner
karakteristik
responden

41
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain

deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran persepsi

tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di komunitas

vaporizer Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan

data menggunakan kuesioner penelitian.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada para pengguna rokok elektrik di

komunitas vaporizer Kota Tangerang. Penelitian dilakukan padabulan

Maret hingga April 2017

C. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan individu yang akan dikenai sasaran

generalisasinnya dari sampel yang akan diambil dalam sebuah penelitian

(Sumantri, 2011). Populasi penelitian ini adalah pada para pengguna rokok

elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang yang berjumlah 190 orang

yang terdiri dari 3 komunitas, yaitu 80 orang komunitas Vapor Tangerang,

50 orang komunitas Vaporions Tangerang, dan 60 orang komunitas Evapes.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah dengan menggunakanconsecutivesampling,

42
43

yaitupemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria

penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,

sehingga jumlah responden yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2008).

Peneliti menggunakan teknik consecutive sampling karena terbatasnya

responden.Sampel pada penelitian ini adalah para pengguna rokok elektrik

di komunitas vaporizer Kota Tangerang. Pengambilan sampel mangacu

pada kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang ditentukan oleh peneliti.

Kriteria inklusi

a. Remaja akhir (18-20tahun) dan dewasa muda (21-40tahun) yang

menggunakan rokok elektrik

b. Pria dan wanita yang menggunakan rokok elektrik

c. Bersedia menjadi responden

d. Anggota komunitas vaporizer

Kriteria ekslusi

a. Responden yang tidak kooperatif

b. Responden yang menolak dijadikan responden

Pada penelitian ini untuk menentukan jumlah sampel, peneliti

menggunakan rumus slovin, maka rumus sampelnya adalah (Hamdi, 2014)

N
𝑛=
1 + N (d)2

Keterangan:

n = jumlah sampel

43
44

N = jumlah populasi

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang

diinginkan: 10%

190
𝑛=
1 + 190 (10%)2

190
𝑛=
1 + 1,9

190
𝑛=
2,9

𝑛 = 65,517

n= 65,517 dibulatkan menjadi 66

Dari rumus sample diatas, maka diperoleh jumlah sample sebesar 66

orang responden. Besar sampel kemudian ditambah untuk mengantisipasi

kemungkinan dropout 10% sehingga sample penelitian sebanyak 73 orang

responden. Agar penyebaran data merata dan seimbang antara komunitas,

maka digunakan rumus sebaran data (Saryono, 2011), yaitu:

jumlah strata sampel x sampel


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎 =
populasi

80 x 73
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑉𝑎𝑝𝑜𝑟 = = 31 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
190

60 x 73
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑣𝑎𝑝𝑒𝑠 = = 23 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
190

50 x 73
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑉𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑜𝑛𝑠 = = 19 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
190

Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel pertama pada

komunitas evapes yang pada saat itu sedang mengadakan pertemuan

44
45

(vapemeet) yang dihadiri oleh 15 orang anggota komunitas, lalu peneliti

langsung membagikan kuesioner pada 15 anggota tersebut yang bersedia

untuk dijadikan responden dan masuk kedalam kriteria inklusi penelitian.

Kemudian hari kedua peneliti kembali mengambil sampel di komunitas

evapes yang dihadiri oleh 17 anggota dan peneliti membagikankuesioner

pada 8 anggota yang yang sesuai dengan kriteria penelitian. Selama

pengambilan data di komunitas evapes anggotanya tidak ada yang menolak

untuk dijadikan responden. Pada hari ketiga, peneliti mengambil sampel

pada komunitas vaporions yang pada saat itu sedang mengadakan

pertemuan antar anggotanya (vapemeet) pada saat itu dihadiri oleh 13 orang

anggota komunitas lalu peneliti mengambil 13 responden yang bersedia

untuk mengisi kuesioner dan masuk kedalam kriteria penelitian. Pada hari

keempat, peneliti mengambil sampel pada komunitas vaporions kembali

yang pada saat itu dihadiri oleh 20 anggota dan peneliti mengambil sampel

yang kurang sebanyak 6 responden yang bersedia dan masuk kedalam

kriteria penelitian. Kelima peneliti mengambil sampel pada komunitas

vapor yang sedang mengadakan pertemuan (vapemeet) yang dihadiri oleh

23 anggota komunitas dan peneliti membagikan kuesioner kepada 23

anggota yang bersedia untuk dijadikan responden.Pada hari keenam peneliti

mengambil sampel di komunitas vapor untuk yang kedua kalinya yang pada

saat itu dihadiri oleh 27 anggota komunitas dan peneliti membagikan

kuesioner kepada 8 anggota komunitas yang kurang. Pada saat peneliti

45
46

mengambil sampel tidak ada anggota komunitas yang menolak untuk

dijadikan responden.

D. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian adalah seluruh alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau

mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara

sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu masalah atau

menguji suatu hipotesis (Saryono, 2011). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang

digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai gambaran

persepsi tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di

komunitas vaporizer Kota Tangerang.

1. Kuesioner Karakteristik Demografi

Kuesioner karakteristik demografi bertujuan untuk mengetahui

karakteristik responden, kuesioner karakteristik demografi ini terdiri

dari pertanyaan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status

penggunaan dan lama penggunaan.

2. Kuesioner Nikotin Dependen

Kuesioner ini berisi kuesioner Fagerstrom Test for Nicotine

Dependence (FTND). FTND ini merupakan suatu skala yang telah

digunakan sebagai standar untuk penentuan ketergantungan nikotin oleh

WHO (world health organization). Skala ini sudah disebut oleh

berbagai kepustakaan yang telah mewakili aspek fisik dan psikologis

46
47

dari suatu ketergantungannya, khususnya untuk ketergantungan nikotin.

Skala FTND ini disebutkan pada berbagai kepustakaan telah mewakili

aspek fisik dan psikologis dan ketergantungannya, khususnya

ketergantungan nikotin. FTND mempunyai 6 item pertanyaan, setiap

item dalam skala ini memiliki poin tersendiri. Kuesioner ketergantungan

ini peneliti modifikasi kata-katanya yaitu yang awalnya kata rokok

tembakau menjadi rokok elektrik.

3. Kuesioner Persepsi

Kuesioner persepsi ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan cara melihat

teori-teori yang telah ada. Kuesioner ini berisi 23pernyataan mengenai

persepsi tentang definisi rokok elektrik 3 pernyataan, kandungan rokok

elektrik 4 pernyataan, manfaat rokok elektrik 3 pernyataan, kerugian

menggunakan rokok elektrik 4 pernyataan, regulasi rokok elektrik 2

pernyataan, alasan menggunakan rokok elektrik 4 pernyataan dan harga

rokok elektrik 3 pernyataan.

Tabel 2Tabel 4.1


Kisi-Kisi Kuesioner
Persepsi rokok elektrik positif negatif Jumlah
Definisi 1, 2 3 3
Kandungan 6, 7 4, 5 4
Manfaat 8, 10 9 3
Kerugian 11, 12, 13 14 4
Alasan - 16, 15, 17,18 4
Regulasi 19, 20 - 2
Harga 22 21, 23 3
Total 12 11 23

Penilaian kuesioner ini menggunakan skala Likert yang meliputi:

jika pernyataan positif akan mendapat nilai 5 = sangat setuju, 4 = setuju,

47
48

3 = ragu-ragu 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Jika pernyataan

negatif akan mendapat nilai: 1 = Sangat setuju, 2 = setuju, 3 = ragu-ragu,

4 = tidak setuju, 5 = sangat tidak setuju.

E. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Uji validitas merupakan indeks yang dapat menunjukkan suatu alat

ukur tersebut benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan

valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut dapat mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut yaitu suatu variabel (Hidayat,

2008). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang dibuat

sendiri oleh peneliti. Setelah membuat instrumen sesuai dengan aspek-

aspek yang akan diukur berlandaskan dengan teori tertentu, maka

selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (judgement experts).Kuesioner

dalam penelitan ini sudah dikonsultasikan oleh dokter spesialis paru, dr.

Mukhtar Ikhsan, Sp. P, MARSdosen kedokteran UIN Jakarta dan dokter

spesialis paru RS PersahabatanDR. dr. Agus Dwi S, Sp. P (K), FAPSR.

Hasil uji ahli dengan dr. Mukhtar dari 25 pernyataan semua pernyataan

dinyatakan layak digunakan dan beberapa diperbaiki penggunaan kata-

katanya agar responden dapat mengerti pernyataannya, contohnya

penggunaan kata liquid diganti dengan cairan, regulasi diganti dengan

peraturan. Hasil uji ahli oleh dr.Agus mengenai kuesioner persepsi dari 25

pernyataan yang layak untuk digunakan sebanyak 23 pernyataan,karena 2

pernyataan (nomor 4 dan 19) tidak layak untuk digunakan. 2 dari pernyataan

yang dihilangkan yaitu pernyataan yang mengandung kata sehat karena

48
49

pada kusioner ini tidak boleh memasukan kata-kata sehat didalamnya

karena akan membuat respoden memandang bahwa rokok elektrik lebih

sehat. Dari 23 pernyataan yang layaklalu peneliti mengubah penggunaan

kata-katanyamenjadi disederhanakan agar memudahkan masyarakat untuk

mengerti maksud dari pernyataan dari kuesioner tersebut.

Setelah dilakukan judgement expert selanjutnya peneliti melakukan

uji validasi yang dilakukan pada para pengguna rokok elektrik di komunitas

Maturevaporizer Jakarta sebanyak 30 responden. Uji yang dilakukan adalah

menggunakan rumus PearsonProductMoment. Pernyataan valid apabila r

hitung > r tabel, sedangkan pernyataan dianggap tidak valid jika r hitung <

r table (0,361) pada n = 30 (Sugiyono, 2013). Hasil uji validitas berdasarkan

statistik pada instrumen persepsi terhadap rokok elektrik didapatkan dari 23

pernyataan 18 pernyataan secara statistik dinyatakan validdan 5 pernyataan

secara statistik dinyatakan tidak valid. Kemudian peneliti melakukan

modifikasi 5 pernyataan tersebut yang berdasarkan masukan yang diberikan

oleh ahli uji judgementexpert. Setelah peneliti melakukan modifikasi

selanjutnya peneliti menggunakan kuesionernya untuk mengambil data.

Uji reliabelitas adalah ukuran yang menunjukkan pada suatu tingkat

kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Penelitian ini dianggap

baik jika instrumen yang digunakan sudah memenuhi validitas dan

reliabilitas. Uji reliabilitas pada penelitian ini digunakan cara Cronbach’s

Alpha α.> 0,60 (Sujarweni, 2014). Hasil uji reliabilitas dari instrument

49
50

persepsi terhadap rokok elektrik adalah 0,749 sehinga instrument ini

dianggap sudah baik dan bisa digunakan untuk penelitian.

F. Tahap Penelitian

1. Sumber Data

Data primer yang didapatkan peneliti adalah langsung dari

responden melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Sebelum

melakukan pengumpulan data peneliti sudah melakukan uji validitas

dan uji reliabilitas kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini.

Responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang telah

diberikan oleh peneliti dan tidak boleh diwakili. Kuesioner yang telah

diisi langsung diberikan kepada peneliti.

2. Prosedur Pengambilan Data

Prosedur dalam pengambilan data pada penelitian ini melalui

beberapa tahap, yaitu:

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji dan pembimbing,

peneliti membuat kuesioner berdasarkan teori yang ada.

b. Kuesioner dilakukan uji judgement expert oleh dokter spesialis paru

yaitu dr. Mukhtar Ikhsan, Sp. P, MARS dan oleh DR. dr. Agus Dwi

S, Sp. P (K), FAPSR

c. Selanjutnya peneliti mengambil data setelah mendapatkan surat

pemohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

50
51

d. Memberikan surat permohonan izin penelitian kepada ketua

komunitas vaporizer di Kota Tangerang.

e. Setelah mendapatkan izin oleh ketua komunitas, peneliti

memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian

kepada calon reponden.

f. Memberikan lembar persetujuan (informed concent) untuk

ditandatangani oleh calon responden apabila mereka setuju menjadi

objek penelitian.

g. Menjelaskan kepada responden untuk tata cara mengisi kuesioner.

h. Memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kusioner

dan bertanya kepada peneliti apabila ada pertanyaan yang tidak jelas

dalam kuesioner.

i. Mengingatkan responden untuk memeriksa kembali kuesioner yang

telah diisi untuk memastikan semua pernyataan diisi dengan baik

j. Responden memberikan kembali kuesioner yang sudah diisi oleh

responden untuk diperiksa

k. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistik yang telah

ditetapkan oleh peneliti.

G. Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian dari

kuesioner yang telah diisi sudah sesuai dan sudah lengkap. Pada proses

ini peneliti melakukan pemeriksaan data yang telah terkumpul misalnya,

51
52

semua pernyataan sudah terisi, penulisannya sudah jelas, dan jawaban

yang ditulis relevan dengan pernyataan.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode yakni dengan

mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan. Misalnya untuk variabel Pendidikan terakhir diberikan

koding 1= SD, 2= SMP, 3= SMA, 4= Diploma/Perguruan Tinggi. Proses

koding ini untuk mempermudah peneliti saat melakukan Analisa data

dan mempercepat entery data atau memasukan data kedalam program

computer SPSS

3. Processing

Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentery data yang

sudah diubah dalam bentuk kode kedalam program computer SPSS.

4. CleaningData

Cleaning data adalah suatu kegiatan mengecek kembali data yang

sudah dimasukkan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan. Setelah

proses entery data selesai, peneliti mengecek kembali data-data yang

telah di entery, dan semua data tidak ada yang salah.

(Notoatmodjo, 2010)

H. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisa univariat

digunakan untuk mendeskripsikan setiap karakteristik masing-masing

variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).Karakteristik responden

52
53

meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status penggunaan dan

lama penggunaan. Variabel yang akan dianalisis univariat adalah persepsi

tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di komunitas

vaporizer Kota Tangerang

Kuesioner persepsi pada penelitian ini menggunakan cut of point

sebagai nilai tengah untuk mengetahui skor persepsi tentang rokok elektrik,

sehingga dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan pembagian antara nilai skewness yang

dibagi dengan standar error yang nantinya menghasilkan angka diantara -2

sampai 2 (Sopiyudin, 2012). Perhitungan statistik persepsi tentang rokok

elektrik dan subvariabelnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 1 Tabel 4.2


Skor Perhitungan Statistik Persepsi Tentang Rokok Elektrik Dan
Subvariabelnya
Mean Median Modus skewness Standar Hasil Keterangan
Error
Persepsi 68,58 68,00 67 0,383 0,281 1,362 Normal
total
Definisi 9,64 10,00 9 -0,988 0,281 -3,516 Tidak
normal
Kandungan 10,63 11,00 10 -0,004 0,281 -0,014 Normal
Manfaat 9,12 9,00 9 -0,196 0,281 -0,697 Normal
Kerugian 10,68 11,00 13 -0,267 0,281 -0,950 Normal
Alasan 11,19 11,00 12 0,148 0,281 0,526 Normal
Regulasi 1,88 8,00 8 -0,850 0,281 -3,024 Tidak
normal
Harga 9,42 9,00 9 0,019 0,281 0,067 Normal

Pada tabel 4.2 diatas didapatkan bahwa data mengenai persepsi

tentang rokok elektrik berdistribusi normal. Namun pada subvariabel

definisi dan regulasi rokok elektrik tiddak berdistrubusi normal. Hasil

53
54

pembagian nilai skewness dan standar error adalah persepsi total adalah

1,362, definisi adalah -3,516, kandungan adalah -0,014, manfaat adalah -

0,697, kerugian adalah -0,950, alasan adalah 0,526, regulasi adalah -3.024,

dan harga adalah 0,067. Data yang berdistribusi normal menggunakan nilai

mean dan yang tidak berdistribusi normal menggunakan nilai median

sebagai nilai batas tengah atau cut of point.

Nilai cut of point mean untuk persepsi tentang rokok elektrik adalah

68,58, apabila persepsi positif maka skor hitung ≥ 68,58 dan apabila

persepsi negatif maka skor hitung ≤ 68,57. Nilai cut of point median persepsi

positif definisi rokok elektrik skor hitung ≥ 10,00 dan persepsi negatif skor

hitung ≤9,90. Nilai cut of point mean persepsi positif kandungan rokok

elektrik skor hitung ≥ 10,63 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 10,62. Nilai

cut of point mean persepsi positif manfaat rokok elektrik skor hitung ≥ 9,12

dan persepsi negatif skor hitung ≤ 9,11. Nilai cut of point mean persepsi

postif kerugian rokok elektrik skor hitung ≥ 10,68 dan persepsi negatif skor

hitung ≤ 10,67. Nilai cut of point mean persepsi positif alasan penggunaan

rokok elektrik skor hitung ≥ 11,19 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 11,18.

Nilai cut of point median persepsi positif regulasi rokok elektrik skor hitung

≥ 8,00 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 7,90. Nilai cut of point mean

persepsi positif harga rokok elektrik skor hitung ≥ 9,42 dan persepsi negatif

skor hitung ≤ 9,4.

54
55

I. Etika Penelitian

Dalam sebuah penelitian, peneliti harus memperhatikan beberapa

etika penelitian, yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak subjek dalam mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan berjalannya penelitian. Peneliti

mempersiapkan formulir informed concent dalam menghormati harkat

dan martabat subjek dalam penelitian, yang terdiri atas:

a. Menjelaskan manfaat penelitian

b. Menjelaskan resiko yang mungkin dapat muncul serta

ketidakamanan

c. Melakukan persetujuan peneliti dapat menjawab pertayaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian

d. Melakukan persetujuan subjek apabila menolak untuk dijadikan

subjek penelitian

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Peneliti memperhatikan kerahasiaan data subjek dalam penelitian,

karena tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh

orang lain. Dalam pelaksanaan, peneliti tidak menampilkan informasi

mengenai identitas baik nama maupun alamat dalam kuesioner serta alat

55
56

ukur apapun dalam menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas

subjek.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan dan keterbukaan dalam penelitian. Penelitian ini

dilakukan secara jujur, hati-hati, professional, berperikemanusiaan, dan

memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan,

intimitas, psikologis serta perasaan religious dari subjek penelitian.

Prinsip keterbukaan mencakup kejelasan prosedur penelitian. Prinsip

keadilan menekankan sejauh mana peneliti membagikan keuntungan

dan beban yang secara merata kepada semua subjek yang bersedia

dalam penelitian ini.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harm and benefits)

Peneliti melakukan penelitian ini sesuai dengan proses dan prosedur

penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin untuk subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan dalam

tingkat populasi

(Sumantri, 2011)

56
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Responden

Peneliti menyebarkan 73 kuesioner kepada para pengguna rokok

elektrik di komunitas vaporizer kota Tangerang. Peneliti melakukan

penelitian terhadap 3 komunitas. Salah satu komunitasnya yaitu komunitas

Vapor Tangerang. Komunitas ini terbentuk pada awal tahun 2016 karena

kesamaan penggunaan terhadap rokok elektrik pada para anggotanya.

Komunitas ini terdiri dari 80 orang dari berbagai macam daerah di kota

Tangerang. Komunitas ini terdiri dari ketua dan anggota lainnya. Kegiatan

yang dilakukan di komunitas ini yaitu setiap minggunya mengadakan

vapemeet atau pertemuan antar anggotanya. Pertemuan yang diadakan

setiap minggu ini biasanya membahas atau saling memberikan informasi

terkait dengan rokok elektrik yang mereka gunakan dan informasi mengenai

cairan (e-liquid).

B. Karakteristik Demografi

Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel

penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, Pendidikan terakhir, status

penggunaan, dan lama penggunaan

57
58

Table 2 Tabel 5.1


Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, usia,
Pendidikan terakhir, status penggunaan
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Jenis kelamin
Laki- laki 63 86,3%
perempuan 10 13,7%
Usia
Remaja 22 30,1%
Dewasa 51 69,9%
Pendidikan terakhir
SMA 58 79,5%
Pendidikan Terakhir 15 20,5%
Status penggunaan
Beralih dari tembakau 56 76,7%
Langsung mengunakan rokok elektrik 17 23,3%
Total 73 100%

Pada tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status penggunaan,

dan lama penggunaan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

mayoritas adalah laki-laki yaitu berjumlah 86,3% sedangkan responden

perempuan berjumlah 13,7%. Karakteristik responden berdasarkan usia

mayoritas berusia dewasa yaitu bekisar antara 21-40 tahun berjumlah

69,9%, sedangkan responden yang berusia remaja atau berkisar antara 18-

20 tahun berjumlah 23,3%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan sebagian besar responden memiliki pendidikan menengah

(SMA) berjumlah 79,5%, sedangkan responden yang memiliki pendidikan

tinggi berjumlah 20,5%. Karakteristik responden berdasarkan status

penggunaan sebagian besar responden adalah beralih dari rokok tembakau

58
59

berjumlah 76,7%, sedangkan responden yang langsung menggunakan rokok

elektrik berjumlah 23,3%.

Table 3 Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama penggunaan

N Min Max Mean Median Standar 95%CI


deviasi
Lama 73 1 bulan 20 7,18 5,00 6,061 5,76%-
penggunaan bulan 8,59%
Valid N 73
(listwise)
Pada tabel 5.2 diatas terlihat bahwa dari 73 responden, lama

penggunaa terbaru adalah 1 bulan, dan lama penggunaan terlama yaitu 20

bulan, dengan nilai mean 7,18 dan standar deviasi sebesar 6,061.

C. Tingkat Ketergantungan Nikotin

Ketergantungan nikotin responden dapat dilihat pada tabel 5.2

Table 4 Tabel 5.3


Distribusi frekuensi responden berdasarkan ketergantungan
nikotin
Ketergantungan Nikotin Dependen Frekuensi Peresentase (%)
Sangat rendah 33 45,2
Rendah 24 32,9
Sedang 10 13,7
Tinggi 5 6,8
Sangat Tinggi 1 1,4
Total 73 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 mayoritas responden memiliki

ketergantungan nikotin yaitu sangat rendah berjumlah 45,2%, sedangkan

responden yang memiliki ketergantungan nikotin sangat tinggi yaitu

berjumlah 1,4%.

59
60

1. Ketergatungan Nikotin Berdasarkan Usia

Table 5Tabel 5.4


Distribusi frekuensi ketergantungan nikotin berdasarkan usia
Karakteristik Ketergantungan Nikotin
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
Remaja 13 6 1 2 -
(59,1%) (27,3%) (4,5%) (9,1%) -
Dewasa 20 18 9 3 1
(39,2%) (35,3%) (17,6%) (5,9%) (2,0%)
Total 33 24 10 5 1
(45,2%) (32,9%) (13,7%) (6,8%) (1,4%)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa ketergantungan nikotin berdasarkan

usia remaja adalah sangat rendah yaitu sebesar 59,1% dan

ketergantungan nikotin sangat tinggi berjumlah 9,1%. Sedangkan

ketergantungan nikotin berdasarkan usia dewasa yaitu sangat rendah

berjumlah 39,2% dan ketergantungan nikotin sangat tinggi berjumlah

1,4%.

2. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status Penggunaan

Table 6 Tabel 5.5


Distribusi frekuensi ketergantungan nikotin berdasarkan status
penggunaan
Karakteristik Ketergantungan Nikotin
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
Beralih dari 23 18 9 5 1
rokok tembakau (41,1%) (32,1%) (16,1%) (8,9%) (1,8%)
Langsung 10 6 1 - -
menggunakan (58,8%) (35,3) (5,9%)
rokok elektrik
Total 33 24 10 5 1
(45,2%) (32,9%) (13,7%) (6,8%) (1,4%)

60
61

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa ketergantungan nikotin berdasarkan

status penggunaan rokok elektrik yang beralih dari rokok tembakau

adalah sangat rendah yaitu sebesar 41,1% dan ketergantungan nikotin

sangat tinggi berjumlah 1,8%. Sedangkan ketergantungan nikotin

berdasarkan status penggunaan yang langsung menggunakan rokok

elektrik yaitu sangat rendah berjumlah 58,8% dan ketergantungan

nikotin sedang berjumlah 5,9%.

3. KetergantunganNikotin Berdasarkan Lama Penggunaan

Table 7Tabel 5.6


Distribusi frekuensi ketergantungan nikotin berdasarkan lama
penggunaan
Ketergantungan Lama penggunaan
nikotin Min - Max Mean Median SD 95%CI Total
Sangat rendah 1bulan– 5,76 4,00 5,540 3,79- 33
20bulan 7,72
Rendah 1bulan- 6,54 3,50 6,381 3,87- 24
20bulan 9,21
Sedang 1bulan- 10,50 13,50 5,759 6,38- 10
20bulan 14,62
Tinggi 1bulan- 11,60 11,00 5,367 4,94- 5
20bulan 18,26

Pada tabel 5.6menunjukkan bahwa sebanyak 33 orang memiliki

ketergantungan nikotin yang sangat rendah dengan rata-rata lama

penggunaan rokok elektrik adalah 20 bulan dan yang terbaru

menggunakan rokok elektrik adalah 1 bulan.

61
62

D. Persepsi Terhadap Rokok Elektrik

Hasil penelitian dari gambaran persepsi tentang rokok elektrik pada

para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer kota Tangerang dapat

dilihat pada tabel berikut:

Table 8 Tabel 5.7


Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi tentang
rokok elektrik
Positif Negatif
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Persepsi 37 50,7% 36 49,3%
Total 73 100%
Berdasarkan data pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden

mayoritas memiliki persepsi positif terhadap rokok elektrik yaitu sebesar

50,7%, dan yang memiliki persepsi negatif sejumlah 49,3%. Pada penelitian

ini peneliti membagi persepsi menjadi 7 yaitu persepsi definisi, kandungan,

manfaat, kerugian, alasan penggunaan, regulasi dan harga yang dapat dilihat

pada tabel 5.8

Table 9Tabel 5.8


Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi definisi,
kandungan, manfaat, kerugian, alasan penggunaan, regulasi, dan
harga
Persepsi Rokok Positif Negatif
Elektrik Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(%) (%)
Definisi 39 53,4% 34 46,6%
Kandungan 37 50,7% 36 49,3%
Manfaat 29 39,7% 44 60,3%
Kerugian 40 54,8% 33 45,2%
Alasan penggunaan 35 47,9% 38 52,1%
Regulasi 50 68,5% 23 31,5%
Harga 33 45,2% 40 54,8%
Total 73 100% 73 100%

62
63

Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden mayoritas memiliki

persepsi positif terhadap definisi rokok elektrik dengan jumlah 53,4% yaitu

mayoritas responden menjawab pernyataan tentang definisi rokok elektrik

dengan tepat. Persepsi tentang kandungan rokok elektrik mayoritas

reponden memiliki persepsi positif dengan jumlah 50,7% yaitu mayoritas

responden menganggap bahwa rokok elektrik mangandung zat atau

senyawa yang berbahaya didalamnya. Persepsi manfaat terhadap rokok

elektrik mayoritas responden memiliki persepsi negatif dengan jumlah

60,3% yaitu mayoritas responden menganggap bahwa setelah mereka

menggunakan rokok elektrik mereka dapat berhenti menggunakan rokok

tembakau. Persepsi tentang kerugian terhadap rokok elektrik mayoritas

responden memiliki persepsi positif dengan jumlah 54,8% yaitu mayoritas

responden mengetahui bahwa rokok elektrik memiliki bahaya untuk

meledak dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Persepsi tentang

alasan penggunaan rokok elektrik mayoritas responden memiliki persepsi

negatif dengan jumlah 52,1% yaitu mayoritas responden menggunakan

rokok elektrik karena teman dan orang sekitar menggunakannya dan mereka

ingin mencoba hal baru. Persepsi tentang regulasi terhadap rokok elektrik

mayoritas responden memiliki persepsi positif dengan jumlah 68,5% yaitu

mayoritas responden menginginkan peraturan mengenai rokok elektrik

segera diatur dan ditetapkan. Persepsi tentang harga rokok elektrik

mayoritas responden memiliki persepsi negatif yaitu berjumlah 54,8% yaitu

63
64

mayoritas responden menganggap bahwa rokok elektrik lebih mahal dari

pada rokok tembakau.

E. Persepsi Tentang Rokok Elektrik Berdasarkan Karakteristik

Demografi

Persepsi tentang rokok elektrik berdasarkan karakteristik demografi

dapat dilihat pada tabel 5.9

Table 10 Tabel 5.9


Distribusi frekuensi persepsi tentang rokok elektrik terhadap
karakteristik demografi
Karakteristik Persepsi tentang rokok elektrik Total
demografi positif Negatif
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(%) (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 34 54,0% 29 46,0% 63(100%)
Perempuan 3 30,0% 7 70,0% 10 (100%)
Usia
Remaja 10 45,5% 12 54,5% 22 (100%)
dewasa 27 52,9% 24 47,1% 51 (100%)
Pendidikan
terakhir
SMA 29 50,0% 29 50,0% 58 (100%)
Perguruan tinggi 8 53,3% 7 46,7% 15 (100%)
Status
penggunaan
Beralih dari rokok
tembakau 29 51,8% 27 48,2% 56 (100%)
Langsung
menggunakan 8 47,1% 9 52,9% 17 (100%)
rokok elektrik
Lama penggunaan
1-20 bulan 37 50,7% 36 49,3% 73 (100%)

Pada tabel 5.9menunjukkan bahwa distribusi proporsi persepsi

berdasarkan karakteristik demografi responden adalah mayoritas responden

dengan jenis kelamin laki-laki memiliki persepsi positif berjumlah

64
65

54,0%%,sedangkan pada jenis kelamin perempuan mayoritas memiliki

persepsi negatif berjumlah 70,0%. Persepsi berdasarkan karakteristik usia

responden adalah mayoritas memiliki persepsi positif yaitu responden

dewasa dengan jumlah 52,9% sedangkan pada usia remaja paling banyak

memiliki persepsi negatif berjumlah 54,5%.Persepsi berdasarkan

karakteristik pendidikan terakhir responden adalah pada sekolah menengah

atas (SMA) memiliki persepsi positifdan negatif sebesar 50,0% dan

perguruan tinggi memiliki persepsi positif sebesar 53,3%. Persepsi

berdasarkan karakteristik status penggunaan rokok elektrik mayoritas

responden beralih dari rokok tembakau memiliki persepsi positif sebesar

51,8% dan yang langsung menggunakan rokok elektrik memiliki persepsi

negatif sebesar 52,9%. Persepsi berdasarkan karakteristik lama penggunaan

rokok elektrik mayoritas reponden yang menggunakan rokok elektrik

selama 1-20 bulan memiliki persepsi positif sebesar 50,7%dan yang memiliki

persepsi negatif sebesar 49,3%

65
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan

dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian

akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian

A. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,

Pendidikan Terakhir, Status Penggunaan, Dan Lama Penggunaan

Mayoritas pada penelitian ini yaitu sebanyak 86,3% responden berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 13,7% responden. Pada

penelitian ini didapatkan jumlah laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan

perempuan. Hal ini berkaitan dengan sebagian besar anggota komunitas

vaporizer adalah laki-laki dan laki-laki lebih cenderung mempunyai

kebiasaan merokok dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut sejalan

dengan penelitianDamayanti (2015) dimana penelitian ini juga meneliti

didalam suatu komunitas yang ada di Surabaya yang menyebutkan bahwa

mayoritas respondennya adalah laki-laki. Produk rokok elektrik lebih

banyak digunakan oleh laki-laki karena keyakinan yang berhubungan

dengan pengggunaan rokok pada masa depan. Mayoritas respponden laki-

laki ini juga karena mereka lebih tertarik dengan rokok elektrik yang

menghasilkan uap lebih banyak dibandingkan dengan rokok tembakau serta

memiliki variasi rasa yang banyak.

66
67

Responden dalam penelitian ini ada 2 kategori, yaitu remaja usia 18

sampai 20 tahun berjumlah 30,1%dan dewasa usia 21 sampai 40 tahun

berjumlah69,9%. Pada penelitian ini jumlah responden dewasa lebih tinggi

dibandingkan dengan remaja, hal ini sesuai dengan kenyataan yang

ada.Pada kemasan cairan rokok elektrik tertera yang dapat menggunakan

atau membeli cairannya hanya dapat digunakan atau dibeli pada orang

dewasa diatas usia 18 tahun sedangkan remaja dibawah usia 18 tahun

dilarang menggunakan rokok elektrik. Hal ini sesuai dengan rancangan

undang-undang parleman di Eropa yang menyebutkan bahwa regulasi rokok

elektrik dibuat salah satu kebijakannya yaitu rokok elektrik tidak boleh

dijual kepada mereka yang usianya masih dibawah 18 tahun (British

Medical Association, 2013)

Pada penelitian ini responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA

yaitu dengan jumlah 79,5%. Responden yang memiliki pendidikan terakhir

perguruan tinggi yaitu sebanyak 20,5% responden, sedangkan untuk

pendidikan terakhir SD dan SMP tidak ada. Hasil penelitian ini

menggambarkan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir

SMA dan Perguruan Tinggi, sehingga dengan tingkat pendidikan yang

cukup tinggi, individu dapat memahami suatu hal dan mengetahui suatu hal

yang berdampak baik maupun buruk. Notoatmodjo (2010) mengungkapkan

bahwa pendidikan berdampak pada peningkatan pengetahuan individu.

Individu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih

luas dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. Hal

67
68

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tiara (2007) yang menyebutkan

bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya persepsi

salah satunya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh individu, maka dari itu

tingkat pengetahuan akan mempengaruhi responden dalam

mempersepsikan rokok elektrik.

Hasil penelitian dari status penggunaan, sebagian besar responden

adalah beralih dari rokok tembakau lalu menggunakan rokok elektrik yaitu

sebesar 76,7% dan jumlah responden yang langsung mnggunakan rokok

elektrik adalah sebanyak 23,3%. Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas

pengguna rokok elektrik mempunyari riwayat merokok tembakau lalu

beralih menggunakan rokok elektrik.Hal ini selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pearson, et all (2012) yang menyatakan bahwa mayoritas

pengguna rokok elektrik yang diteliti secara online adalah mempunyai

riwayat menggunaan rokok tembakau dan sebagian lagi tidak mempunyai

riwayat merokok tembakau. Penelitian yang dilakukan oleh Dawkin (2013)

menyebutkan bahwa terdapat dugaan seseorang beralih menggunakan

rokok tembakau yaitu untuk berhenti merokok.

Lama penggunaan rokok elektrik diperlukan untuk mengetahui seberapa

lama responden menggunakan rokok elektrik. Dari hasil penelitian diatas

dapat diketahui bahwa mayoritas responden menggunakan rokok elektrik

terbaru yaitu 1 bulan sebanyak 15 responden 20,5% dan yang terlama yaitu

20 bulan sebanyak 1 orang 1,4%. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa

penggunaan rokok elektrik pada 73 responden sebagian besar adalah

68
69

pengguna sudah menggunakannya lebih dari satu bulan.Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Choi & Forster (2013) yang

menyatakan bahwa sebagian besar pengguna rokok elektrik telah

menggunakan rokok elektrik lebih dari 30 hari.

B. Ketergantungan Nikotin

Nikotin adalah suatu zat adiktif yang terdapat didalam tembakau

yang dapat menyebabkan para perokok menjadi ketergantungan, sedangkan

ketergantunganadalah suatu pola maladaptif dari penggunaan suatu zat atau

penggunaan yang secara konfulsif meskipun kesadaran alasan substansi

untuk tidak menggunakannya (Broms, 2008). Pengukuran ketergantungan

nikotin ini dilakukan untuk mengetahui gambaran ketergantungan nikotin

pada pengguna rokok elektrik yang mana didalam cairan rokok elektrik juga

mengandung nikotin yang sama halnya dengan rokok tembakau, namun

nikotin yang terdapat didalam rokok elektrik ini kandungannya lebih kecil

atau seringkali kadar nikotin yang tertera di label tidak sesuai dan berbeda

yang signifikan dari kadar yang diukur sebenarnya (BPOM, 2015).

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 73 responden

yang masuk dalam kategori ketergantungan nikotin sangat rendah adalah

sebanyak 45,2%. Pada penelitian ini juga melihat gambaran ketergantungan

nikotin padakarakteristik usia, status penggunaan dan lama penggunaan

rokok elektrik. Didapatkan hasil usia remaja mayoritas memiliki

ketergantungan nikotin sangat rendah yaitu 59,1% dan untuk usia dewasa

mayoritas memiliki ketergantungan nikotin sangat rendah sebesar 39,2%,

69
70

hal ini menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi tingkat ketergantungan

responden, usia remaja dan usia dewasa mayoritas memiliki tingkat

ketergantungan yang sangat rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian

Artana & Rai (2010) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan

tingkat ketergantungan nikotin antara kelompok perokok muda dengan

kelompok usia yang lebih tua secara signifikan.

Karakteristik status penggunan didapatkan hasil mayoritas

pengguna yang beralih dari rokok tembakau memiliki ketergantungan

nikotin yang sangat rendah yaitu sebesar 41,1% dan untuk yang langsung

menggunakan rokok elektrik memiliki tingkat ketergantungan nikotin

sangat rendah sebesar 58,8%. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada

perbedaan antara kedua status penggunaan, keduanya memiliki tingkat

ketergantungan nikotin yang sangat rendah. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian Rena & Arijana (2016) yang menyebutkan bahwa mayorias

responden yang merokok di kelurahan Seminyak Bali memiliki tingkat

ketergantungan nikotin yang sedang dan juga ringan

Karakteristik lama penggunaan rokok elektrik mayoritas memiliki

tingkat ketergantungan yang sangat rendah dimana mayoritas responden

memiliki lama penggunaan selama 1 bulan sebanyak 33 responden atau

sebesar 45,2%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarfa

(2015) tentang nikotin dependen para perokok tembakau pada mahasiswa

UIN Jakarta menyebutkan bahwa sebagian besar respoden perokok

tembakau mengalami ketergantungan nikotin rendah. Semakin tinggi adiksi

70
71

individu terhadap nikotin maka akan semakin tinggi pula rokok yang di

konsumsi dalam sehari. Hal ini tentunya dikarenakan semakin banyak dan

semakin lama seseorang mengkonsumsi rokok maka akan semakin banyak

nikotin yang tekonsumsi. Hasil dari nikotin dependen ini juga sesuai dengan

lama penggunaan rokok elektrik, karena sebagian besar para pengguna baru

yaitu 1 bulan, maka semakin rendah juga tingkat ketergantungan nikotin

yang ada pada rokok elektrik

C. Persepsi Tentang Rokok Elektrik

Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu

dalam memahami suatu informasi tentang lingkungannya, baik secara

penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Toha,

2008). Persepsi psitif maupun negatif diibaratkan sebagai suatu file yang

sudah tersimpan didalam pikiran bawah sadar kita. File tersebut akan segera

muncul ketika suatu rangsangan dapat memicunya, dan ada kejaidan yang

dapat membukanya. Persepsi merupakan suatu hasil kerja otak dalam

memahami sesuatu atau menilai sesuatu yang terjadi di lingkungan

sekitarnya (Waidi, 2006).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 73 responden, sebanyak

50,7% memiliki persepsi positif terhadap rokok elektrik, sedangkan yang

memiliki persepsi negatif terhadap rokok elektrik sebanyak 49,3%.

Penelitian ini membagi persepsi responden menjadi 7 bagian yaitu persepsi

terhadap definisi rokok elektrik, persepsi terhadap kandungan rokok

elektrik, persepsi terhadap manfaat rokok elektrik, persepsi terhadap

71
72

kerugian rokok elektrik, persepsi terhadap alasan penggunaan, persepsi

terhadap regulasi rokok elektrik, dan persepsi terhadap harga rokok elektrik.

Persepsi responden terhadap definisi rokok elektrik sebagian besar

adalah persepsi positif dengan jumlah53,4%. Persepsi positif disini yaitu

apabila responden menjawab pernyataan tentang definisi rokok elektrik

dengan tepat. Pernyataan yang terjawab dengan tepat ini dapat didasari oleh

faktor pengetahuan serta latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh

responden dimana mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki

pendidikan terakhir menengah(SMA) dan perguruan tinggi.Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pearson, et all (2012)

yang menyebutkan bahwa sebagian bsar responden memiliki pengatahuan

yang tinggi mengenai rokok elektrik. pengetahuan yang dimiliki oleh

pengguna rokok elektrik didapatkan melalui media internet, dan lain-

lain.Pengetahuan yang dimiliki oleh responden juga sesuai dengan

penelitian Waidi (2006) yaitu setiap individu memiliki kecenderungan

dalam melihat suatu beda yang sama dengan cara yang berbeda-beda.

Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh banyaknya faktor, yaitu

diantaranya faktor pengetahuan

Persepsi tentang kandungan rokok elektrik ini adalah persepsi yang

mengganggap bahwa rokok elektrik memiliki zat atau senyawa yang

berbahaya didalamnya. Dari 73 responden sebanyak 49,3% memiliki

persepsi negtaif terhadap kandungan rokok elektrik. Hal ini menunjukkan

bahwa persepsi responden menganggap kandungan rokok elektrik tidak

72
73

berbahaya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wadsworth, et all (2016) yang menyebutkan bahwa

pengguna rokok elektrik menganggap rokok elektrik kurang berbahaya

dibandingkan dengan rokok tembakau. Mereka memahami dan membuat

keputusan berdasarkan pada konsep yang menganggap rokok elektrik tidak

berbahaya. Tetapi pada penelitiannya juga menyebutkan bahwa sebagian

responden masih bingung terhadap keamanan dari rokok elektrik tersebut.

Mereka menginginkan kejelasan mengenai informasi tentang rokok

elektrik, termasuk bukti penelitian mengenai perbedaan bahaya rokok

elektrik dan rokok tembakau.

Persepsi pada manfaat rokok elektrik ini adalah persepsi responden

menganggap bahwa setelah mereka menggunakan rokok elektrik mereka

bisa berhenti menggunakan rokok tembakau. Hasil pada penelitian ini,

mayoritas responden memiliki persepsi negatifterhadap manfaat rokok

elektrik, yaitu sebanyak 60,3%. Hal tersebut juga sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh Damayanti (2016) yang menyebutkan bahwa

responden menggunakan rokok elektrik untuk berhenti merokok dari rokok

tembakau. BPOM (2015) menyebutkan bahwa pada awalnya rokok elektrik

diciptakan sebagai salah satu alat yang digunakan untuk berhenti merokok

atau sebagai terapi pengganti nikotin dengan cara mengurangi kadar nikotin

rokok elektrik yang secara bertahap dibawah supervise dokter.

Persepsi tentang kerugian rokok elektrik ini adalah persepsi mengenai

bahaya serta dampak yang mereka dapatkan setelah mereka menggunakan

73
74

rokok elektrik. Hasil penelitian ini mayoritas responden memiliki persepsi

positif terhadap kerugian rokok elektrik ini berjumlah 40 orang (54,8%)..

hal ini menyebutkan bahwa mayoritas reponden mengetahui bahwa rokok

elektrik memiliki bahaya untuk meledak dan juga mereka mengetahui

bahwa rokok elektrik dapat menimbulkan dampak masalah adiksi dan

menyebabkan masalah kesehatan.Hal tersebut tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Choi & Jean (2013) yang menyebutkan

bahwa responden setuju bahwa rokok elektrik rendah bahan adiksi dan tidak

menimbulkan masalah kesehatan. Mereka juga percaya bahwa rokok

elektrik tidak berbahaya dibandingkan dengan rokok tembakau. BPOM

(2015) menyatakan bahwa rokok elektrik dapat menimbulkan masalah

adiksi karena kandungan nikotin yang ada didalam cairannya dan dapat

mengganggu system peredaran darah karena kadar nikotinnya.

. Persepsi tentang alasan penggunaan ini adalah persepsi yang

menganggap bahwa mereka menggunakan rokok elektrik karena orang

disekitarnya yang menggunakan rokok elektrik dan ingin mencoba hal baru.

Hasil pada penelitian ini menyatakan bahwa sebanyak 52,1% responden

memiliki persepsi negatif terhadap alasan penggunaan. Dalam penelitian ini

mayoritas responden menggunakan rokok elektrik dengan alasan melihat

temannya yang menggunakannya dan juga ingin mencoba hal yang baru.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan di komunitas

vaporizer Riau oleh Indra (2015) menyebutkan bahwa pengguna rokok

elektrik tertarik atau penasaran terhadap rokok elektrik. Dalam

74
75

penelitiannya juga menyebutkan bahwa mereka menggunakan rokok

elektrik karena melihat temannya yang menggunakannya sehingga mereka

penasaran dan mulai menggunakannya. Selain itu, pengguna rokok elektrik

juga menyebutkan bahwa mereka lebih merasa senang dan lebih percaya

diri ketika mereka menggunakannya.

Persepsi tentang regulasi ini merupakan persepsi yang menganggap

bahwa rokok elektrik harus segera dibuat peraturannya. Hasil pada

penelitian ini menyatakan bahwa sebesar 68,5% respondenmemiliki

persepsi positif terhadap regulasi rokok elektrik yang ada di Indonesia.Hal

ini menyebutkan bahwa mayoritas pengguna rokok elektrik ini

menginginkan peraturan mengenai rokok elektrik segera diatur agar jelas

keberadaannya. Seperti yang diketahui di Indonesia sendiri penggunaan

rokok elektrik masih belum jelas peraturannya dan juga masih dikatakan

illegal. Hal ini sesuai dengan BPOM (2015) yang menyebutkan bahwa

pemerintah Indonesia masih membahas penyusunan regulasi terkait dengan

rokok elektrik. sebagai negara yang memiliki prevalensi perilaku merook

tertinggi ketiga di dunia, pengendalian dampak rokok bagi kesehatan perlu

menjadi prioritas dalam pengaturan melalui kebijakan-kebijakan yang ada

dengan mempertimbangkan perspektif jangka panjang untuk kesehatan

masyarakat yang bukan hanya perokok tetapi juga para kalangan yang tidak

merokok. World health organization (WHO) juga telah melakukan

pembahasan mengenai rokok elektrik yang hasilnya menyarankan setiap

75
76

negara untuk merumuskan kebijakan untuk pembatasan promosi tentang

rokok elektrik.

Persepsi tentang harga rokok elektrik ini adalah persepsi yang

menganggap bahawa penggunaan rokok elektrik lebih hemat dan lebih

murah dari pada rokok tembakau. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa

persepsi responden terhadap harga rokok elektrik sebagian besar adalah

persepsi negatif dengan jumlah 54,8%. Hal ini menyebutka bahwa

mayoritas pengguna rokok elektrik menganggap bahwa rokok elektrik lebih

mahal dari pada rokok tembakau. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang di

ungkapkan oleh responden pada saat peneliti menanyakannya tentang harga

rokok elektrik saat mengambil data. Mereka mengungkapkan bahwa

memang rokok elektrik lebih mahal dari rokok tembakau tetapi mereka

tidak merasa keberatan akan hal itu, karena mereka menganggap tidak

masalah membayar mahal, karena mereka menganggap rokok elektrik lebih

sehat dan jangka panjang yang diterima juga akan lebih murah. Hal ini

berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Wadsworth, et

all (2016) yang menyatakan bahwa responden menganggap rokok elektrik

lebih hemat daripada rokok tembakau

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sadar masih menemukan keterbatasan-

keterbatasan, diantaranya yaitu :

1. Responden sulit untuk ditemui karena pada saat komunitas melakukan

vapemeeet (pertemuan) tidak semua anggota komunitas yang hadir.

76
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden

dari 3 komunitas vaporizer kota Tangerang dalam penelitian ini yaitu:

persentase jenis kelamin laki-laki adalah 86,3%. Persentase usia paling

banyak adalah dewasa sebanyak 69,9%. Sebagian besar responden

memiliki pendidikan terakhir menengah (SMA) sebesar 79,5%.

Persentase status penggunaan yang beralih dari rokok tembakau adalah

76,7% dan yang langsung menggunakan rokok elektrik adalah 23,3%.

Mayoritas lama penggunaan rokok elektrik adalah terbaru 1 bulan

sebanyak 30 responden.

2. 73 responden mayoritas memiliki ketergantungan nikotin sangat rendah

yaitu sebesar 45,2%, hal ini dapat dikatakan karena lama penggunaan

rokok elektrik pada para penggunanya terbaru yaitu 1bulan.

3. 73 responden memiliki persepsi positif tentang rokok elektrik sebanyak

50,7%. Mayoritas responden memiliki persepsi positif tentang definisi

sebanyak 53,4%. Memiliki persepsi positif tentang kandungan sebesar

50,7%. Memiliki persepsi negatif tentang manfaat sebesar 60,3%.

Memiliki persepsi positif tentang kerugian persepsi sebesar 54,8%.

Memiliki persepsi negatif tentang alasan penggunaan sebesar 52,1%.

Memiliki persepsi positif tentang regulasi terhadap sebesar 68,5%.

77
78

Memiliki persepsi terhadap harga rokok elektrik mayoritas memiliki

persepsi negatif yaitu sebesar 54,8%. Hal ini dapat dikatakan bahwa

persepsi tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di

komunitas vaporizer kota Tangerang adalah mereka masih menganggap

bahwa rokok elektrik ini aman untuk digunakan untuk para

penggunanya.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dapat

disarankan hal-hal berikut:

1. Bagi instansi pelayanan kesehatan, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai landasan promosi dan preventif kesehatan mengenai rokok

elektrik untuk mencegah semakin banyaknya pengguna dan juga untuk

mencegah dampak kesehatan yang didapatkan dari penggunaan rokok

elektrik yang sedang menjadi tren di Indonesia bahkan sudah

dikonsumsi oleh anak-anak.

2. Bagi institusi pendidikan keperawatan, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi landasan dan acuan dalam mengembangkan ilmu

pembelajarandan dapat menjadi sumber informasi mengenai rokok

elektrik.

3. Bagi peneliti lain, dapat melakukan penelitian persepsi rokok elektrik

dengan jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara agar

mendapatkan hasil yang lebih mendalam. Populasi dan sampel

78
79

yangdigunakan tidak hanya penggunanya saja tetapi pada masyarakat

yang tidak menggunakan rokok elektrik dan pada pengguna usia muda.

79
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi


VI.Jakarta: Rineka Cipta
Artana, Bagus & Ngurah Rai. 2010. Tingkat Ketergantungan Nikotin Dan Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Pada Perokok Di Desa Penglipuran 2009. Jurnal
Penyakit Dalam FK Unud RSUP Sanglah Denpasar
Badan POM.2015.InfoPOM.Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia.Jakarta: Vol.16 No 5
Bahri, Samsul.2015. Hubungan Antara Konsumsi Rokok Elektrik Dan Kejadian
Hipertensi.Skripsi.Malang.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
British Medical Association.2013.Goverment’s Policy On Regulation Of The Sale,
Advertising And Promotion Of Cigarette.Jurnal British Medical Association
Broms, Ulla.2008.Nicotine Dependence and Smoking Behaviour A Genetic
Epidemiological Study.University of Helsinki Department of Public Health
Brown, J.2014.Real-World Effectiveness Of E-Cigarette When Used To Aid
Smoking Cessation: A Cross-Sectional Population Study.Addiction Vol. 109
No.1532
Caponetto P, Et Al.20014.The Emerging Phenomenon Of Electronc
Cigarette.Jurnal Respiratory Medicine
Choi, K & Jean.2013.Forster.Characteristic Associated Wih Awareness,
Perception, And Use Of Electronic Nicotine Delivery System Among Young
US Midwestern Adults.American Journal Of Public Health.Vol.103.No.3
Damayanti, Apsari. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Electronic
Cigarette Pada Komunitas Personal Vaporizer Surabaya. Surabaya: FKM
Universitas Airlangga
Dawkins L, Et All. 2013. Vaping Profile And Preferences: An Online Survey Of
Electronic Cigarette Users. Addiction
Etter J.F.2010.Electronic Cigarette: A Survey Of Users: BMC J Public Health

80
Garner, C.2014. A Brief Description Of History, Operation And
Regulation.Ecigarette Task Force
Hajek P, Et All.2014.Electronic Cigarettes: Review Of Use, Content, Safety, Effects
On Smokers And Potential For Harm And Benefit. UK: Addiction
Hamdi, A.S.2014.Metodologi Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
Pendidikan.Yogyakarta: Deepublish
Hastono, Susanto P.2006.Analisis Data.Universitas Indonesia: FKM
Hidayat, A. A.2008.Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis
Data.Jakarta: Salemba Medika
Hude, M. D.2006.Emosi: Penjelajah Religio-Psikologi Tentang Emosi Manusia Di
Dalam Al-Quran.Jakarta: Erlangga
Indra, M.F.2015.Gambaran Psikologi Perokok Tembakau Yang Beralih
Menggunakan Rokok Elektrik (Vaporizer).Riau.JOM. Vol.2.No.2
Kementrian Kesehatan RI.2013.InfoDATIN: Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI
Kulkarni, R. & Malouin, R.A.2016.Explosion Injuries From E-Cigarettes.Jurnal
New England Of Medicine
Laugesen M.2008.Safety Report On The Ruyan E-Cigarette Catridge And Inhaled
Aerosol.Health New Zaeland
Mulyana, Deddy.2007.Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja
Rosdakarya
Notoatdmodjo, Soekidjo.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka
Cipta
Nururrahmah.2014.Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Dan Pembentukan
Karakter Manusia.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Karakter
Nursalam.2008.Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis Dan Istrumen Penelitian Keperawatan.Jakarta:
Salemba Medika
Pearson, J.L. et al.2012.E-Cigarette Awareness, Use, And Harm Perception In Us
Adults.American Journal Of Public Health. Vol.102.No.9

81
Peraturan Pemerintah Republic Indonesia Nomor 109.2012.Pengamatan Bahan
Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan.Jakarta: PPRI
Potter & Perry.2013.Fundamental Keperawatan.Jakarta: EGC
Rena, Ni Nyomas & Arijana I G K.2016. Prevalensi Buruh Bangunan Dengan
Ketergantungan Nikotin Di Kelurahan Seminyak Kecamatan Kuta
Kabupaten Badung Bali 2013. E-Jurnal Medika, Vol 5 FK Unud
RISKESDAS.2013.Hasil Riset Kesehatan Dasar.Jakarta: Riset Kesehatan Dasar
Saryono.2011.Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
Sobur, Alex.2003.Psikologi Umum.Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono.2013.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung:
Alfabeta
Sujarweni, VW.2014. Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava Media
Sumantri, Arif.2011.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Kencana
Sunaryo.2013.Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta: EGC
Stepanov I, et al.2010.Analysis Of 23 Polycyclic Aromatic Hydrocarbons In
Smokeless Tobacco By Gas Chromatography.Chem Res Toxicol
Strasser A.A, ET AL.2007.New Lower Nicotine Cigarettes Can Produce
Compensatory Smoking And Increased Carbon Monoxide Exposure. Drug
Alcohol Depend. Vol.86 No.294
Syarfa, Ilyati. 2015. Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku Merokok Dan
Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Swarjana, Ketut.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: ANDI
Tanuwihardja, R. K., & Agus D. S.2012.Rokok Elektrik (Electronic Cigarette).
Jurnal Respirasi Indonesia. Jakarta: Vol.32 No. 1
Toha, Miftah.2008.Perilaku Organisasi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta:
Raya Grafindo Persada
Tomb, David A.2004.Buku Saku Psikiatri.Jakarta: EGC

82
Wadsworth, Elle, Et All. 2016. How And Why Do Smokers Start Using E-
Cigarettes? Qualitative Study Of Vapers In London. UK: International
Journal Of Environmental Research And Public Health
Westernberger, B.J.2009.Evaluation Of E-Cigarettes.US: FDA Center For Drug
Evaluation And Research
World Health Organization.2010.Addiction to Nicotine.Gender, Women, and the
Tobacco Epidemic

83
LAMPIRAN

84
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Siti Sarah Alawiyah


NIM : 1113104000039
Program studi : Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Saya adalah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Kedokteraan Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu

Keperawatan yang sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai

tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan

(S.Kep). Berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya mohon bantuan

dan kesediaan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini dengan sejujur-

jujurnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi tentang

rokok elektrik pada pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota

Tangerang. Partisipasi saudara/i akan sangat berarti terhadap penelitian saya.

Kerahasiaan jawaban dan identitas saudara/i akan dijaga dan hanya diketahui oleh

peneliti.

Saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan partisipasi saudara/i dalam

pengisian kuesioner ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Hormat saya

Siti Sarah Alawiyah


SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar

permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai

responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :

Nama : Siti Sarah Alawiyah

NIM : 1113104000039

Judul Penelitian : Gambaran Persepsi Tentang Rokok Elektrik Pada

Para Pengguna Rokok Elektrik Di Komunitas

Vaporizer Kota Tangerang

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan

saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada

paksaan dan ancaman.

Tangerang, Maret 2017

(....................................................)

Nama dan Tanda tangan


KUESIONER DEMOGRAFI DAN RIWAYAT MEROKOK

Petunjuk pengisian:

1. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga dapat dimengerti

2. Setiap pertanyaan dimohon untuk dapat memberikan jawaban yang jujur

3. Harap mengisi pertanyaan yang ada didalam kuesioner ini, pastikan tidak

ada yang terlewat

4. Beri tanda ceklist (√) pada kotak jawaban yang telah disediakan

5. Apabila mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner, silahkan bertanya

langsung pada peneliti

A. Data Demografi/Identitas

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :( ) Laki-laki

( ) Perempuan

4. Pendidikan :( ) SD

( ) SMP

( ) SMA

( )perguruan tinggi

B. Status penggunaan

( ) Beralih dari rokok tembakau

( ) Langsung menggunakan rokok elektrik

C. Lamapenggunaan : _________Bulan
KUESIONER NIKOTIN DEPENDEN

Berilah tanda silang (X) pada pertanyaan yang tersedia di bawah ini yang mewakili

1. Seberapa segera setelah bangun tidur pagi anda merokok rokok elektrik (vape)

pertama anda ?

a. 5 menit

b. 6-30 menit

c. 31-60 menit

d. Setelah 60 menit

2. Apakah anda mendapatkan kesulitan untuk menunda menggunakan rokok

elektrik (vape) pada tempat dengan larangan merokok?

a. Ya

b. Tidak

3. Penggunaan rokok elektrik (vape) yang mana yang paling sulit anda lewatkan?

a. Rokok pertama dipagi hari

b. Yang lainnya

4. Berapa kali rokok elektrik (vape) yang anda gunakan perhari?

a. 1-10 rokok

b. 11-20 rokok

c. 21-30 rokok

d. 31 rokok atau lebih

5. Apakah anda lebih sering menggunakan rokok elektrik (vape) dalam jam

pertama setelah bangun tidur pagi hari dibandingkan waktu lain dalam satu

hari?
a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda menggunakan rokok elektrik (vape) saat anda sedang sakit parah

dan berada diatas tempat tidur seharian?

a. Ya

b. Tidak

89
KUESIONER PERSEPSI TENTANG ROKOK ELEKTRIK
Berilah tanda checklist (√) pada pernyataan yang tersedia di bawah ini yang mewakili dengan
keterangan dibawah ini:
SS : Sangat Setuju RR : Ragu-Ragu TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No. Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
1. Rokok elektrik atau electronic nicotine delivery system (ENDS) adalah
suatu alat yang termasuk kedalam salah satu tipe rokok yang diciptakan
untuk mengubah nikotin menjadi uap yang dihirup oleh penggunanya
2. Rokok elektrik merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
menghantarkan nikotin tanpa asap tembakau dengan cara memanaskan
larutan nikotin, perasa, propilen glycol dan glycerin (zat untuk
menghasilkan asap)
3. Menurut saya rokok elektrik memiliki dampak lebih sedikit atau lebih
aman dari rokok tembakau
4. Menurut saya kandungan rokok elektrik tidak mengandung tar dan karbon
monoksida seperti yang terkandung didalam rokok tembakau
5. Menurut saya rokok elektrik hanya mengandung senyawa nikotin dalam
cairannya
6. Menurut saya rokok elektrik tetap mengandung senyawa karsinogen atau
senyawa yang dapat memicu kanker
7. Menurut saya dalam uap rokok elektrik mengandung partikel yang sangat
kecil sehingga dapat sangat mudah masuk ke paru
8. Menurut saya setelah saya menggunakan rokok elektrik saya bisa berhenti
menggunakan rokok tembakau
9. Setelah saya menggunakan rokok elektrik saya jadi mempunyai banyak
teman
10. Saat saya menggunakan rokok elektrik membuat saya menjadi lebih
percaya diri
11. Menurut saya penggunaan rokok elektrik berpotensi memiliki bahaya
yang bisa meledak setiap saat pada komponen batrainya
12. Menurut saya rokok elektrik dapat menimbulkan masalah adiksi
(ketagihan)
13. Menurut saya nikotin yang terkandung dalam rokok elektrik dapat
menyebabkan masalah kesehatan terutama pada sistem peredaran darah
14. Menurut saya bau asap yang dihasilkan rokok elektrik lebih enak dihirup
dibandingkan dengan rokok tembakau
15. Saya menggunakan rokok elektrik karena saya melihat teman saya
menggunakannya
16. Saya menggunakan rokok elektrik karena saya ingin berhenti
menggunakan rokok tembakau
17. Saya mengunakan rokok elektrik karena orang-orang yang ada disekitar
saya juga menggunakan rokok elektrik
18. Saya menggunakan rokok elektrik karena saya ingin mencoba hal yang
baru
19. Menurut saya peraturan tentang rokok elektrik harus segera ditetapkan
oleh pemerintah
20. Menurut saya kebijakan tentang penggunaan rokok elektrik ditempat
umum harus segera diatur oleh pemerintah
21. Saya lebih hemat menggunakan rokok elektrik daripada rokok tembakau
22. Perangkat (starter kit) rokok elektrik harganya lebih mahal dari pada rokok
tembakau
23. Saya tidak masalah membayar mahal rokok elektrik, karena dalam jangka
panjang biaya pengobatan akibat dampak rokok elektrik yang dibayar
akan lebih murah

91
95
96
97
98
99
100
102
103
104
Uji Validitas Kuesioner Persepsi Rokok Elektrik

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17

p1 Pearson - -
.52 .00 .08 .23 .08 .46 .05 .53 .02 .03 .15 .03 .72 .15
Correlatio 1 .05 .06
6** 0 3 4 3 9** 5 4** 7 7 4 8 9** 4
n 0 5

Sig. (2- .00 1.0 .66 .21 .79 .66 .00 .77 .00 .88 .84 .41 .84 .00 .41 .73
tailed) 3 00 2 3 3 4 9 3 2 6 7 8 2 0 8 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson - - -
.52 .00 .22 .14 .16 .37 .00 .92 .02 .15 .09 .31 .27
Correlatio 1 .08 .07 .02
6** 0 4 4 6 2* 0 1** 6 6 8 0 8
n 0 3 9

Sig. (2- .00 1.0 .67 .23 .44 .38 .04 1.0 .00 .89 .41 .60 .70 .09 .13 .88
tailed) 3 00 6 4 8 2 3 00 0 0 0 6 2 6 7 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p3 Pearson - - - - - - - -
.00 .00 .00 .28 .19 .48 .05 .06
Correlatio 1 .04 .34 .11 .23 .14 .09 .04 .31
0 0 0 9 1 0** 9 3
n 4 1 9 3 4 0 0 0

Sig. (2- 1.0 1.0 .81 .06 1.0 .53 .21 .44 .63 .12 .31 .83 .00 .75 .74 .09
tailed) 00 00 8 5 00 2 5 7 6 2 2 2 7 5 1 5

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p4 Pearson - - - - - - - -
.08 .17 .06 .41 .20 .01 .08 .02
Correlatio .08 .04 1 .01 .13 .06 .17 .26 .18
3 2 1 5* 2 2 3 9
n 0 4 0 5 8 6 6 9

Sig. (2- .66 .67 .81 .36 .74 .02 .95 .47 .72 .28 .95 .35 .15 .66 .87 .31
tailed) 2 6 8 2 7 2 9 8 0 4 1 2 5 2 8 8

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson - - - -
.23 .22 .17 .00 .25 .37 .09 .33 .03 .18 .35 .25
Correlatio .34 1 .01 .02 .27
4 4 2 0 2 2* 8 8 3 0 2 4
n 1 0 5 8

Sig. (2- .21 .23 .06 .36 1.0 .17 .04 .60 .06 .86 .95 .89 .13 .34 .05 .17
tailed) 3 4 5 2 00 9 3 5 8 3 8 8 7 1 7 6

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p6 Pearson - -
.14 .00 .06 .00 .35 .17 .33 .04 .30 .14 .28 .00 .00 .18
Correlatio .05 1 .07
4 0 1 0 0 9 5 7 4 0 4 0 0 9
n 0 9

Sig. (2- .79 .44 1.0 .74 1.0 .05 .34 .07 .80 .10 .46 .12 1.0 1.0 .31 .67
tailed) 3 8 00 7 00 8 5 1 3 2 1 8 00 00 6 7

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p7 Pearson - - - -
.08 .16 .41 .25 .35 .13 .06 .35 .43 .15 .26 .22
Correlatio .11 1 .02 .15 .11
3 6 5* 2 0 4 4 6 6* 4 3 2
n 9 7 2 3

Sig. (2- .66 .38 .53 .02 .17 .05 .48 .88 .73 .05 .01 .41 .42 .16 .23 .55
tailed) 4 2 2 2 9 8 0 6 6 3 6 8 2 0 9 2

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p8 Pearson - - - -
.46 .37 .37 .17 .13 .07 .29 .00 .05 .31 .38 .48
Correlatio .23 .01 1 .07 .11
9** 2* 2* 9 4 3 7 0 2 1 9* 1**
n 3 0 8 3

Sig. (2- .00 .04 .21 .95 .04 .34 .48 .70 .11 1.0 .78 .09 .68 .03 .00 .55
tailed) 9 3 5 9 3 5 0 0 1 00 3 5 2 4 7 4

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p9 Pearson - - - -
.05 .00 .09 .33 .07 .10 .41 .11 .31 .13 .04 .17
Correlatio .14 .13 .02 1 .11
5 0 8 5 3 4 7* 5 1 9 2 4
n 4 5 7 0

Sig. (2- .77 1.0 .44 .47 .60 .07 .88 .70 .58 .02 .54 .09 .46 .56 .82 .35
tailed) 3 00 7 8 5 1 6 0 5 2 5 4 5 4 8 9

106
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson - - - -
.53 .92 .33 .04 .06 .29 .10 .06 .05 .23 .28 .02
0 Correlatio .09 .06 1 .02 .04
4** 1** 8 7 4 7 4 9 8 5 1 4
n 0 8 6 3

Sig. (2- .00 .00 .63 .72 .06 .80 .73 .11 .58 .89 .71 .76 .82 .21 .13 .90
tailed) 2 0 6 0 8 3 6 1 5 2 8 0 1 1 2 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson - -
.02 .02 .28 .20 .03 .30 .35 .00 .41 .40 .09 .00 .21 .12
1 Correlatio .02 1 .02
7 6 9 2 3 4 6 0 7* 3* 3 0 9 5
n 6 2

Sig. (2- .88 .89 .12 .28 .86 .10 .05 1.0 .02 .89 .02 .62 1.0 .24 .51 .90
tailed) 6 0 2 4 3 2 3 00 2 2 7 4 00 4 2 9

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson - - -
.03 .15 .19 .01 .14 .43 .05 .11 .06 .40 .27 .06 .36
2 Correlatio .01 1 .10 .05
7 6 1 2 0 6* 2 5 9 3* 9 8 5*
n 0 1 1

Sig. (2- .84 .41 .31 .95 .95 .46 .01 .78 .54 .71 .02 .13 .59 .72 .04 .79
tailed) 7 0 2 1 8 1 6 3 5 8 7 5 5 0 7 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson - - - -
.15 .09 .28 .15 .31 .31 .05 .09 .27 .07 .15 .35
3 Correlatio .04 .17 .02 1 .23
4 8 4 4 1 1 8 3 9 8 4 7
n 0 6 5 5

Sig. (2- .41 .60 .83 .35 .89 .12 .41 .09 .09 .76 .62 .13 .68 .41 .05 .21
tailed) 8 6 2 2 8 8 8 5 4 0 4 5 3 8 3 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson - - - - - - - - -
.03 .48 .00 .13 .00 .07 .13
4 Correlatio .07 .26 .27 .15 .07 .04 .10 1 .01 .41
8 0** 0 9 0 8 8
n 3 6 8 2 8 3 1 9 2*

107
Sig. (2- .84 .70 .00 .15 .13 1.0 .42 .68 .46 .82 1.0 .59 .68 .92 .46 .02
tailed) 2 2 7 5 7 00 2 2 5 1 00 5 3 1 7 4

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson - - -
.72 .31 .05 .08 .18 .00 .26 .38 .23 .21 .06 .15 .08
5 Correlatio .11 .01 1 .20
9** 0 9 3 0 0 3 9* 5 9 8 4 5
n 0 9 8

Sig. (2- .00 .09 .75 .66 .34 1.0 .16 .03 .56 .21 .24 .72 .41 .92 .65 .26
tailed) 0 6 5 2 1 00 0 4 4 1 4 0 8 1 4 9

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson -
.15 .27 .06 .02 .35 .18 .22 .48 .04 .28 .12 .36 .35 .13 .08
6 Correlatio 1 .30
4 8 3 9 2 9 2 1** 2 1 5 5* 7 8 5
n 5

Sig. (2- .41 .13 .74 .87 .05 .31 .23 .00 .82 .13 .51 .04 .05 .46 .65 .10
tailed) 8 7 1 8 7 6 9 7 8 2 2 7 3 7 4 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson - - - - - - - - - - - - -
.25 .17 .02
7 Correlatio .06 .02 .31 .18 .07 .11 .11 .02 .05 .23 .41 .20 .30 1
4 4 4
n 5 9 0 9 9 3 3 2 1 5 2* 8 5

Sig. (2- .73 .88 .09 .31 .17 .67 .55 .55 .35 .90 .90 .79 .21 .02 .26 .10
tailed) 1 1 5 8 6 7 2 4 9 1 9 0 1 4 9 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p1 Pearson - - - - -
.54 .35 .34 .49 .00 .21 .42 .37 .13 .36 .24 .15
8 Correlatio .24 .08 .10 .00 .17
5** 0 8 6** 0 0 5* 1* 9 5* 2 8
n 6 7 9 6 9

Sig. (2- .00 .05 .19 .05 .00 1.0 .26 .01 .64 .04 .56 .97 .46 .34 .04 .19 .40
tailed) 2 8 0 9 5 00 6 9 6 4 6 5 5 5 7 8 3

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

108
p1 Pearson - -
.50 .13 .05 .18 .05 .08 .14 .00 .23 .21 .05 .03 .59 .05 .04
9 Correlatio .02 .05
4** 7 9 0 0 3 8 0 5 9 1 8 4** 1 2
n 8 8

Sig. (2- .00 .47 .75 .88 .34 .79 .66 .43 1.0 .21 .24 .76 .78 .84 .00 .78 .82
tailed) 5 1 5 4 1 3 4 7 00 1 4 2 8 2 1 8 7

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson - - - - - - - - -
.04 .08 .31 .06 .14 .10 .16 .06
0 Correlatio .12 .21 .04 .01 .05 .23 .09 .15 .04
9 0 5 5 3 8 7 7
n 2 7 9 4 0 8 4 4 0

Sig. (2- .79 .51 .24 .67 .09 .73 .79 .94 .45 .79 .57 .20 .62 .41 .37 .83 .72
tailed) 6 9 9 6 0 1 6 1 0 2 2 6 2 6 7 3 5

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson - - - -
.17 .03 .19 .10 .18 .29 .13 .10 .05 .43 .25 .26 .29
1 Correlatio .11 .08 .15 .14
3 6 8 0 8 5 7 7 5 6* 6 3 0
n 9 3 2 9

Sig. (2- .36 .85 .53 .66 .29 .59 .32 .11 .47 .57 .77 .01 .17 .42 .16 .12 .43
tailed) 1 0 2 2 4 9 0 3 0 4 3 6 2 2 0 0 3

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson - - -
.17 .04 .17 .30 .06 .35 .31 .11 .10 .17 .35 .24 .00 .69
2 Correlatio .02 .40 .26
0 5 8 5 3 8 3 4 4 2 1 6 6 0**
n 9 1* 8

Sig. (2- .88 .36 .81 .02 .34 .10 .74 .05 .09 .54 .58 .36 .05 .18 .97 .00 .15
tailed) 1 9 2 8 6 1 1 2 2 9 3 3 7 9 6 0 3

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson - -
.05 .04 .26 .24 .16 .20 .22 .06 .14 .36 .35 .11 .25 .25 .45
3 Correlatio .12 .27
0 8 4 0 7 0 3 1 2 5* 0 4 3 0 5*
n 3 7

Sig. (2- .79 .80 .15 .51 .20 .37 .28 .23 .74 .45 .04 .05 .55 .17 .18 .01 .13
tailed) 3 1 9 7 2 9 9 6 9 3 7 8 0 7 2 2 8

109
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

tot Pearson -
.55 .51 .03 .07 .48 .40 .46 .56 .40 .50 .51 .47 .42 .02 .52 .62
al Correlatio .07
7** 2** 3 1 5** 7* 2* 6** 4* 9** 2** 2** 0* 7 1** 3**
n 2

Sig. (2- .00 .00 .86 .70 .00 .02 .01 .00 .02 .00 .00 .00 .02 .88 .00 .00 .70
tailed) 1 4 1 9 7 6 0 1 7 4 4 8 1 5 3 0 4

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Correlations

p18 p19 p20 p21 p22 p23 total

p1 Pearson Correlation .545** .504** .049 .173 -.029 .050 .557**

Sig. (2-tailed) .002 .005 .796 .361 .881 .793 .001

N 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson Correlation .350 .137 -.122 .036 .170 .048 .512**

Sig. (2-tailed) .058 .471 .519 .850 .369 .801 .004

N 30 30 30 30 30 30 30

p3 Pearson Correlation -.246 .059 -.217 -.119 .045 .264 .033

Sig. (2-tailed) .190 .755 .249 .532 .812 .159 .861

N 30 30 30 30 30 30 30

p4 Pearson Correlation .348 -.028 .080 -.083 -.401* -.123 .071

Sig. (2-tailed) .059 .884 .676 .662 .028 .517 .709

N 30 30 30 30 30 30 30

p5 Pearson Correlation .496** .180 .315 .198 .178 .240 .485**

Sig. (2-tailed) .005 .341 .090 .294 .346 .202 .007

110
N 30 30 30 30 30 30 30

p6 Pearson Correlation .000 .050 .065 .100 .305 .167 .407*

Sig. (2-tailed) 1.000 .793 .731 .599 .101 .379 .026

N 30 30 30 30 30 30 30

p7 Pearson Correlation .210 .083 -.049 .188 .063 .200 .462*

Sig. (2-tailed) .266 .664 .796 .320 .741 .289 .010

N 30 30 30 30 30 30 30

p8 Pearson Correlation .425* .148 -.014 .295 .358 .223 .566**

Sig. (2-tailed) .019 .437 .941 .113 .052 .236 .001

N 30 30 30 30 30 30 30

p9 Pearson Correlation -.087 .000 .143 .137 .313 .061 .404*

Sig. (2-tailed) .646 1.000 .450 .470 .092 .749 .027

N 30 30 30 30 30 30 30

p10 Pearson Correlation .371* .235 -.050 .107 .114 .142 .509**

Sig. (2-tailed) .044 .211 .792 .574 .549 .453 .004

N 30 30 30 30 30 30 30

p11 Pearson Correlation -.109 .219 .108 .055 .104 .365* .512**

Sig. (2-tailed) .566 .244 .572 .773 .583 .047 .004

N 30 30 30 30 30 30 30

p12 Pearson Correlation -.006 -.058 -.238 .436* .172 .350 .472**

Sig. (2-tailed) .975 .762 .206 .016 .363 .058 .008

N 30 30 30 30 30 30 30

p13 Pearson Correlation .139 .051 -.094 .256 .351 .114 .420*

111
Sig. (2-tailed) .465 .788 .622 .172 .057 .550 .021

N 30 30 30 30 30 30 30

p14 Pearson Correlation -.179 .038 -.154 -.152 .246 .253 .027

Sig. (2-tailed) .345 .842 .416 .422 .189 .177 .885

N 30 30 30 30 30 30 30

p15 Pearson Correlation .365* .594** .167 .263 .006 .250 .521**

Sig. (2-tailed) .047 .001 .377 .160 .976 .182 .003

N 30 30 30 30 30 30 30

p16 Pearson Correlation .242 .051 -.040 .290 .690** .455* .623**

Sig. (2-tailed) .198 .788 .833 .120 .000 .012 .000

N 30 30 30 30 30 30 30

p17 Pearson Correlation .158 .042 .067 -.149 -.268 -.277 -.072

Sig. (2-tailed) .403 .827 .725 .433 .153 .138 .704

N 30 30 30 30 30 30 30

p18 Pearson Correlation 1 .257 .002 -.114 -.050 .000 .438*

Sig. (2-tailed) .170 .993 .550 .792 1.000 .015

N 30 30 30 30 30 30 30

p19 Pearson Correlation .257 1 .049 .173 .006 .451* .439*

Sig. (2-tailed) .170 .796 .361 .976 .012 .015

N 30 30 30 30 30 30 30

p20 Pearson Correlation .002 .049 1 -.285 .082 -.065 .067

Sig. (2-tailed) .993 .796 .127 .665 .731 .723

N 30 30 30 30 30 30 30

112
p21 Pearson Correlation -.114 .173 -.285 1 .166 .501** .394*

Sig. (2-tailed) .550 .361 .127 .380 .005 .031

N 30 30 30 30 30 30 30

p22 Pearson Correlation -.050 .006 .082 .166 1 .420* .476**

Sig. (2-tailed) .792 .976 .665 .380 .021 .008

N 30 30 30 30 30 30 30

p23 Pearson Correlation .000 .451* -.065 .501** .420* 1 .553**

Sig. (2-tailed) 1.000 .012 .731 .005 .021 .002

N 30 30 30 30 30 30 30

total Pearson Correlation .438* .439* .067 .394* .476** .553** 1

Sig. (2-tailed) .015 .015 .723 .031 .008 .002

N 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.749 23

113
Hasil olahan SPSS

A. Karakteristik Demografi

Statistics
kat_usia

N Valid 73

Missing 0
kat_usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid remaja 22 30.1 30.1 30.1

dewasa 51 69.9 69.9 100.0

Total 73 100.0 100.0


Statistics

jenis_kelamin pendidikan_terakhir status_penggunaan lama_penggunaan

N Valid 73 73 73 73

Missing 0 0 0 0
jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 63 86.3 86.3 86.3

perempuan 10 13.7 13.7 100.0

Total 73 100.0 100.0


pendidikan_terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SMA 58 79.5 79.5 79.5


perguruan tinggi 15 20.5 20.5 100.0

Total 73 100.0 100.0


status_penggunaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid beralih dari rokok tembakau 56 76.7 76.7 76.7

langsung menggunakan
17 23.3 23.3 100.0
rokok elektrik

Total 73 100.0 100.0

Lama penggunaan
Statistics
lama_penggunaan

114
N Valid 73

Missing 0
Mean 7.18
Std. Deviation 6.061
Minimum 1
Maximum 20
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama_penggunaan 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%


Descriptives

Statistic Std. Error

lama_penggunaan Mean 7.18 .709

95% Confidence Interval for Lower Bound 5.76


Mean Upper Bound 8.59

5% Trimmed Mean 6.87

Median 5.00

Variance 36.732

Std. Deviation 6.061

Minimum 1

Maximum 20

Range 19

Interquartile Range 11
Skewness .638 .281

Kurtosis -1.092 .555

B. aKetergantungan Nikotin

Statistics
kat_nikotin

N Valid 73

Missing 0
kat_nikotin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat_rendah 33 45.2 45.2 45.2

rendah 24 32.9 32.9 78.1

115
sedang 10 13.7 13.7 91.8

tinggi 5 6.8 6.8 98.6

sangat tinggi 1 1.4 1.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

1. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Usia

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kat_usia * kat_nikotin 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%


kat_usia * kat_nikotin Crosstabulation

kat_nikotin

sangat_rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi Total

kat_usia remaja Count 13 6 1 2 0 22

% within kat_usia 59.1% 27.3% 4.5% 9.1% 0.0% 100.0%

dewasa Count 20 18 9 3 1 51

% within kat_usia 39.2% 35.3% 17.6% 5.9% 2.0% 100.0%


Total Count 33 24 10 5 1 73

% within kat_usia 45.2% 32.9% 13.7% 6.8% 1.4% 100.0%


2. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status Pengguaan Beralih
Dari Rokok Tembakau

Statistics
kat_nikotin

N Valid 56

Missing 0
kat_nikotin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat_rendah 23 41.1 41.1 41.1

rendah 18 32.1 32.1 73.2

sedang 9 16.1 16.1 89.3

tinggi 5 8.9 8.9 98.2

sangat tinggi 1 1.8 1.8 100.0

Total 56 100.0 100.0

116
3. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status Pengguaan
Langsung Menggunakan Rokok Elektrik

Statistics
kat_nikotin

N Valid 56

Missing 0
kat_nikotin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat_rendah 23 41.1 41.1 41.1

rendah 18 32.1 32.1 73.2

sedang 9 16.1 16.1 89.3

tinggi 5 8.9 8.9 98.2

sangat tinggi 1 1.8 1.8 100.0

Total 56 100.0 100.0

4. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Lama Penggunaan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama_penggunaan *
73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
kat_nikotin
lama_penggunaan * kat_nikotin Crosstabulation

kat_nikotin

sangat_rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi Total

lama 1 Count 8 7 0 0 0 15
penggunaan % within
53.3% 46.7% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan
2 Count 6 2 1 0 0 9

% within
66.7% 22.2% 11.1% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

3 Count 2 3 1 0 0 6

% within
33.3% 50.0% 16.7% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

4 Count 2 1 0 1 0 4

117
% within
50.0% 25.0% 0.0% 25.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

5 Count 4 1 1 0 0 6
% within
66.7% 16.7% 16.7% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

6 Count 1 2 1 0 0 4

% within
25.0% 50.0% 25.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

7 Count 1 0 0 0 0 1

% within
100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

8 Count 0 1 0 0 0 1

% within
0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

9 Count 2 0 0 0 0 2

% within
100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

10 Count 1 1 0 0 0 2

% within
50.0% 50.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

11 Count 1 0 0 2 0 3

% within
33.3% 0.0% 0.0% 66.7% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

12 Count 0 1 0 0 0 1

% within
0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

13 Count 0 0 1 1 0 2

% within
0.0% 0.0% 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

14 Count 0 0 1 0 1 2

% within
0.0% 0.0% 50.0% 0.0% 50.0% 100.0%
lama_penggunaan

15 Count 1 0 2 0 0 3

% within
33.3% 0.0% 66.7% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

16 Count 2 1 2 0 0 5

118
% within
40.0% 20.0% 40.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

17 Count 1 2 0 0 0 3
% within
33.3% 66.7% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

18 Count 0 2 0 0 0 2

% within
0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

19 Count 0 0 0 1 0 1

% within
0.0% 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan

20 Count 1 0 0 0 0 1

% within
100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
lama_penggunaan
Total Count 33 24 10 5 1 73

% within
45.2% 32.9% 13.7% 6.8% 1.4% 100.0%
lama_penggunaan

C. Uji normalitas data

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

total_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%


Descriptives

Statistic Std. Error

total_persepsi Mean 68.58 .746

95% Confidence Interval for Lower Bound 67.09


Mean Upper Bound 70.06

5% Trimmed Mean 68.40

Median 68.00

Variance 40.637

Std. Deviation 6.375

Minimum 49

Maximum 89

119
Range 40

Interquartile Range 7

Skewness .383 .281

Kurtosis 1.636 .555

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

total_persepsi .097 73 .089 .966 73 .046

a. Lilliefors Significance Correction


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent

total_definisi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%


total_kandungan 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_manfaat 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_kerugian 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_alasan 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_regulasi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_harga 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
Descriptives

Statistic Std. Error

total_definisi Mean 9.64 .169

95% Confidence Interval for Lower Bound 9.31


Mean Upper Bound 9.98

5% Trimmed Mean 9.75

Median 10.00

Variance 2.094

Std. Deviation 1.447

Minimum 5

Maximum 12

Range 7

Interquartile Range 2

Skewness -.988 .281

Kurtosis 1.615 .555

120
total_kandungan Mean 10.63 .284
95% Confidence Interval for Lower Bound 10.06
Mean Upper Bound 11.20
5% Trimmed Mean 10.63
Median 11.00
Variance 5.875
Std. Deviation 2.424
Minimum 5
Maximum 16
Range 11
Interquartile Range 3
Skewness -.004 .281
Kurtosis -.098 .555
total_manfaat Mean 9.12 .151
95% Confidence Interval for Lower Bound 8.82
Mean Upper Bound 9.42
5% Trimmed Mean 9.14
Median 9.00
Variance 1.665
Std. Deviation 1.290
Minimum 6
Maximum 12
Range 6
Interquartile Range 2
Skewness -.196 .281
Kurtosis -.033 .555
total_kerugian Mean 10.68 .293
95% Confidence Interval for Lower Bound 10.10
Mean Upper Bound 11.27
5% Trimmed Mean 10.72
Median 11.00
Variance 6.247
Std. Deviation 2.499
Minimum 4
Maximum 16
Range 12
Interquartile Range 4

121
Skewness -.267 .281
Kurtosis -.144 .555
total_alasan Mean 11.19 .347
95% Confidence Interval for Lower Bound 10.50
Mean Upper Bound 11.88
5% Trimmed Mean 11.15
Median 11.00
Variance 8.768
Std. Deviation 2.961
Minimum 5
Maximum 19
Range 14
Interquartile Range 4
Skewness .148 .281
Kurtosis -.205 .555
total_regulasi Mean 7.88 .205
95% Confidence Interval for Lower Bound 7.47
Mean Upper Bound 8.28
5% Trimmed Mean 8.00
Median 8.00
Variance 3.054
Std. Deviation 1.748
Minimum 2
Maximum 10
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness -.850 .281
Kurtosis .885 .555
total_harga Mean 9.42 .264

95% Confidence Interval for Lower Bound 8.90


Mean Upper Bound 9.95

5% Trimmed Mean 9.44

Median 9.00

Variance 5.081

Std. Deviation 2.254

Minimum 3

Maximum 15

122
Range 12

Interquartile Range 3

Skewness .019 .281


Kurtosis .732 .555
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

total_definisi .177 73 .000 .884 73 .000


total_kandungan .096 73 .095 .980 73 .314
total_manfaat .174 73 .000 .945 73 .003
total_kerugian .111 73 .027 .975 73 .150
total_alasan .087 73 .200* .984 73 .474
total_regulasi .213 73 .000 .895 73 .000
total_harga .139 73 .001 .965 73 .041

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

D. Frekuensi Persepsi Tentang Rokok Elektrik


Statistics
kat_persepsi

N Valid 73

Missing 0
kat_persepsi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid positif 37 50.7 50.7 50.7

negatif 36 49.3 49.3 100.0

Total 73 100.0 100.0

Statistics

kat_definisi kat_kandungan kat_manfaat kat_kerugian kat_alasan kat_regulasi kat_harga

N Valid 73 73 73 73 73 73 73

Missing 0 0 0 0 0 0 0
kat_definisi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

123
Valid positif 39 53.4 53.4 53.4

negatif 34 46.6 46.6 100.0

Total 73 100.0 100.0


kat_kandungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid positif 37 50.7 50.7 50.7

negatif 36 49.3 49.3 100.0

Total 73 100.0 100.0


kat_manfaat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid positif 29 39.7 39.7 39.7


negatif 44 60.3 60.3 100.0

Total 73 100.0 100.0


kat_kerugian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid positif 40 54.8 54.8 54.8

negatif 33 45.2 45.2 100.0

Total 73 100.0 100.0


kat_alasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid positif 35 47.9 47.9 47.9

negatif 38 52.1 52.1 100.0

Total 73 100.0 100.0


kat_regulasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid positif 50 68.5 68.5 68.5

negatif 23 31.5 31.5 100.0

Total 73 100.0 100.0


kat_harga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

124
Valid positif 33 45.2 45.2 45.2

negatif 40 54.8 54.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

E. Karakteristik Demografi Berdasarkan Persepsi Rokok Elektrik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kat_usia * kat_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%


kat_usia * kat_persepsi Crosstabulation

kat_persepsi

positif negatif Total

kat_usia remaja Count 10 12 22

% within kat_usia 45.5% 54.5% 100.0%

dewasa Count 27 24 51

% within kat_usia 52.9% 47.1% 100.0%


Total Count 37 36 73

% within kat_usia 50.7% 49.3% 100.0%


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin * kat_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%


jenis_kelamin * kat_persepsi Crosstabulation

kat_persepsi

positif negatif Total

jenis_kelamin laki-laki Count 34 29 63

% within jenis_kelamin 54.0% 46.0% 100.0%

perempuan Count 3 7 10

% within jenis_kelamin 30.0% 70.0% 100.0%


Total Count 37 36 73

% within jenis_kelamin 50.7% 49.3% 100.0%


Case Processing Summary

Cases

125
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan_terakhir *
73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
kat_persepsi
pendidikan_terakhir * kat_persepsi Crosstabulation

kat_persepsi

positif negatif Total

pendidikan_ SMA Count 29 29 58


terakhir % within pendidikan_terakhir 50.0% 50.0% 100.0%

perguruan Count 8 7 15
tinggi % within pendidikan_terakhir 53.3% 46.7% 100.0%
Total Count 37 36 73

% within pendidikan_terakhir 50.7% 49.3% 100.0%


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status_penggunaan *
73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
kat_persepsi
status_penggunaan * kat_persepsi Crosstabulation

kat_persepsi

positif negatif Total

status_p beralih dari rokok Count 29 27 56


engguna tembakau % within status_penggunaan 51.8% 48.2% 100.0%
an langsung menggunakan Count 8 9 17
rokok elektrik % within status_penggunaan 47.1% 52.9% 100.0%
Total Count 37 36 73

% within status_penggunaan 50.7% 49.3% 100.0%


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama_penggunaan *
73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
kat_persepsi
lama_penggunaan * kat_persepsi Crosstabulation

kat_persepsi Total

126
positif negatif

lama_penggunaan 1-3 bulan Count 12 18 30

% within lama_penggunaan 40.0% 60.0% 100.0%

4-6 bulan Count 7 7 14

% within lama_penggunaan 50.0% 50.0% 100.0%

7-12 bulan Count 8 2 10

% within lama_penggunaan 80.0% 20.0% 100.0%

lebih dari satu tahun Count 10 9 19

% within lama_penggunaan 52.6% 47.4% 100.0%


Total Count 37 36 73

% within lama_penggunaan 50.7% 49.3% 100.0%

127

Potrebbero piacerti anche