Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2012;33:244-51
ISSN 0126/3773 Case Report
244 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 4 • Oktober - Desember 2012
Jurnal
Kardiologi Indonesia
Laporan Kasus J Kardiol Indones. 2012;33:244-51
ISSN 0126/3773
Latar Belakang. Terapi dengan warfarin selama ini telah menjadi salah satu standar pada pasien dengan deep vein thrombosis.
Namun penggunaan warfarin kerap menyulitkan karena membutuhkan pemantauan yang ketat, dan berinteraksi dengan
beberapa jenis obat dan makanan. Dua antikoagulan oral baru saat ini telah dipertimbangkan untuk menggantikan fungsi
warfarin. Namun apakah penggunaannya akan lebih efektif dan aman daripada warfarin?
Tujuan. Mengetahui bagaimanakah efikasi dan keamanan terapi dengan antikoagulan oral baru : dabigatran dan rivaroxaban
pada pasien deep vein thrombosis.
Metode dan Hasil. Artikel yang relevan dicari dari database Pubmed dan Proquest. Hanya publikasi lima tahun terkhir
yang dimasukkan dalam penelitian ini. Studi RE-COVER menunjukkan non-inferioriti dabigatran dibanding warfarin
pada terapi DVT. Tingkat rekurensi DVT dan kematian terkait sebesar 2.4% vs. 2.1% masing-masing pada dabigatran
dan warfarin (HR=1,10 CI 95% = 0,65-1,84). Kejadian perdarahan lebih rendah pada kelompok dabigatran yaitu 5.6%
vs. 8.8% (HR = 0,63 CI95% = 0,47 - 0,84; RRR =29%, p = 0,0002). Pada studi EINSTEIN, kejadian rekurensi DVT
dan kematian terkait adalah 2.1% vs. 3% masing-masing untuk kelompok rivaroxaban dan warfarin (HR=0,68 CI 95%
= 0,44-1,04). Kejadian perdarahan total adalah 7.3% vs. 7% dan perdarahan mayor 0.8% vs. 1.2% masing-masing pada
rivaroxaban dan warfarin.
Kesimpulan. Dabigatran dan rivaroxaban non-inferior terhadap warfarin untuk terapi DVT. Terdapat penurunan kejadian
perdarahan dengan pemakaian antikoagulan oral baru dibanding warfarin.
Skenario Klinis
Seorang pria, mantan supir truk, berumur 62 tahun
mengeluhkan bengkak pada kaki kananya sejak 10
hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan
rasa tidak nyaman, kemerahan dan sedikit rasa nyeri
Alamat Korespondensi: pada kaki kananya, pasien telah didiagnosis dengan
Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP. Departemen Kardiologi dan Kedoteran diabetes melitus sejak tahun 2000, hipertensi sejak
Vaskular FKUI, dan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta. tahun 2009 dan limfoma non hodgkin sejak tahun
E-mail: yogayun@yahoo.com 2011.
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 4 • Oktober - Desember 2012 245
Jurnal Kardiologi Indonesia
Pasien telah menjalani pemeriksaan ultra menunjukkan hasil yang baik, namun hingga kini
sonography (USG) Doppler di rumah sakit dan kedua obat ini belum menjadi pilihan terapi utama
didiagnosis mengalami deep vein thrombosis, pasien pada pasien DVT. Di Amerika Serikat sendiri hingga
kemudian diberikan warfarin sebagai terapi, namun kini warfarin masih menjadi terapi standar. Masih
kerabatnya, seorang perawat senior khawatir dengan terdapat pertanyaan terkait efikasi dan keamanan
resiko perdarahan dari pemberian warfarin pada pasien terapi ini. Oleh karena itu, makalah ini akan mencoba
ini. Ia pernah mendengar adanya antikoagulan baru, mengkaji hal-hal tersebut.
Dan ia bertanya tanya apakah antikoagulan baru
lebih aman untuk pasien ini dibandingkan dengan
warfarin? Pertanyaan Klinis
Berdasarkan kasus di atas dirumuskan pertanyaan
Pendahuluan klinis sebagai berikut:
Penyakit deep vein thrombosis (DVT) atau thrombosis • P (Patient): Pasien dewasa dengan deep vein
vena dalam merupakan salah satu penyakit vaskular thrombosis
yang kerap berakibat fatal. Ia merupakan bagian dari • I (Intervention): Terapi dengan anti koagulan oral
penyakit tromboembolisme vena yang dialami kira- baru : dabigatran dan rivaroxaban
kira 1-2 orang dewasa per seribu setiap tahunnya. • C (Comparison): Terapi dengan warfarin
Penyakit ini juga merupakan penyebab kematian • O (Outcome): Angka rekurensi DVT dan kejadian
tersering ketiga di antara penyakit vaskular lainnya, perdarahan
setelah infark miokardium dan stroke.
Tatalaksana pada pasien dengan DVT adalah Pertanyaan klinis:
dengan penggunaan anti koagulan untuk mencegah
terbentuknya thrombus ataupun emboli yang nantinya Bagaimanakah efikasi dan keamanan terapi dengan
dapat mengakibatkan kematian. Selama ini regimen anti koagulan baru yaitu dabigatran dan rivaroxaban
yang kerap digunakan sebagai standar terapi untuk masing-masing jika dibandingkan dengan terapi
pasien DVT adalah antikoagulan kerja cepat yang warfarin pada pasien deep vein thrombosis?
diberikan secara parenteral selama 5-7 hari yang
dilanjutkan dengan antikoagulan oral berupa antagonis
vitamin K yaitu warfarin. Karena efek anti koagulasinya METODE
yang kadang menimbulkan perdarahan baik yang
bersifat minor hingga mayor yang mengancam nyawa. 4.1 Pencarian
Oleh karena itu, pasien-pasien yang mendapatkan
warfarin harus dipantau nilai International Normalized Strategi pencarian dilakukan pada database Pubmed
Ratio (INR)-nya untuk menilai risiko perdarahan dan Proquest pada tanggal 31 Maret 2012 dengan
yang mungkin dialaminya. Belum lagi obat ini menggunakan kata kunci : (deep vein thrombosis or
memiliki banyak interaksi dengan obat-obatan lain venous thromboembolism) and (new oral anticoagulant
dan bahkan makanan. Atas dasar pertimbangan- or dabigatran or rivaroxaban) and (warfarin or vitamin
pertimbangan tersebut maka kemudian dipikirkan K antagonist) and (recurrent event or bleeding). Strategi
apakah ada regimen lain yang dapat menggantikan pencarian, hasil, serta kriteria inklusi dan eksklusi
warfarin, namun sama aman dan efektifnya serta tidak dilampirkan dalam gambar di bawah ini.
membutuhkan pemantauan dengan ketat.
Alternatif yang dipertimbangkan untuk menjadi 4.2 Telaah Kritis
pilihan terapi pada pasien dengan DVT adalah
dabigatran etexilate atau yang lebih dikenal sebagai Dari artikel yang didapatkan setelah proses pencarian,
dabigatran saja. Obat ini merupakan obat dari golongan dilakukan penilaian validitas, kepentingan dan
direct thrombin inhibitor. Kemudian adapula rivaroxaban aplikabilitas artikel tersebut. Beberapa aspek dari
yang merupakan penghambat faktor Xa. artikel tersebut akan dinilai berdasarkan validity,
Meskipun uji klinik yang dilakukan telah importance, dan applicability.
246 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 4 • Oktober - Desember 2012
Rasyid R dkk: Terapi Antikoagulan Baru pada Pasien Deep Vein Thrombosis
PubMed Proquest
Kriteria inklusi:
68 60
- Humans
- Clinical trials Screening title abstract*
- Meta-analysis
- Practice guidelines
7 5
- Randomised
controlled trial
Filtering doubles
7
Kriteria inklusi:
Screening title abstract*
- English
- Adult: > 19 Years
7
Ekslusi karena:
7
- Tidak cocok
dengan PICO Reading full text*
Useful:
2 article
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 4 • Oktober - Desember 2012 247
Jurnal Kardiologi Indonesia
248 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 4 • Oktober - Desember 2012
Rasyid R dkk: Terapi Antikoagulan Baru pada Pasien Deep Vein Thrombosis
Kelompok pembanding 27 pasien (2,1%) 18 pasien (1,4%) 24 pasien (1.9%) 111 pasien (8,8%)
(warfarin)
HR=1,10 HR = 0.87 HR = 0,82 HR = 0,63
CI 95% = 0,65–1,84 CI 95% = 0,44–1,70 CI95% = 0,45–1,48 CI95% = 0,47–0,84
Kelompok pembanding 51 pasien (3,0%) 28 pasien (1,6%) 20 pasien (1.2%) 119 pasien (7,0%)
HR=0,68 HR = 0,65
CI 95% = 0,44–1,04 CI95% = 0,33 – 1,30
Pada penelitian ini didapatkan pada pemberian atas dasar : desain penelitian yang dilakukan pada
dabigatran angka rekurensi gejala venous thrombo jurnal tersebut berupa uji klinik terkontrol dengan
embolism ataupun angka kematian terkait adalah 30 randomisasi, double blinding dan standardisasi
dari 1274 pasien atau 2,4% dari seluruh pasien dari perlakuan pada setiap subjek, jumlah drop-out
kelompok yang mendapat dabigatran, sedangkan minimal, dan tindak lanjut yang mumpuni dengan
pada kelompok pembanding dengan terapi warfarin data yang lengkap. Hal yang menjadi kekurangan
angka tersebut adalah 27 dari 1265 pasien atau 2,1%. adalah analisa intention to treat tidak dilakukan pada
(HR=1,10 CI 95% = 0,65–1,84) mereka yang drop out tetapi dihitung dengan carried
Selain itu, hal lain yang disoroti adalah terkait forward method.
keamanan. Pada penelitian RE-COVER didapatkan Pada penelitian ini didapatkan pada pemberian
pada pasien yang mendapatkan dabigatran, kejadian rivaroxaban angka rekurensi gejala venous thrombo
perdarahan ditemukan pada 71 pasien (5,6%). embolism ataupun angka kematian terkait adalah 36
Sedangkan kejadian serupa pada kelompok warfarin dari 1731 pasien atau 2,1% dari seluruh pasien dari
ditemukan pada 111 pasien (8,8%). (HR = 0,63 kelompok yang mendapat rivaroxaban, sedangkan
CI95% = 0,47 – 0,84; RRR = 29%, p = 0,0002) pada kelompok pembanding dengan terapi warfarin
Kemudian di antaranya 20 pasien (1,6%) mengalami angka tersebut adalah 51 dari 1718 pasien atau 3,0%
perdarahan mayor dan/atau fatal pada kelompok (HR=0,68 CI 95% = 0,44–1,04).
dabigatran dan 24 pasien (1,9%) pada kelompok Mengenai keamanan, kejadian perdarahan
warfarin (HR = 0,82 CI95% = 0,45 – 1,48). pada kelompok rivaroxaban ditemukan pada 126
Studi EINSTEIN2 membandingkan antara terapi pasien (7,3%) dengan 14 pasien (0,8%) mengalami
rivaroxaban yang diberikan dalam dosis 15 mg dua kali perdarahan mayor ataupun fatal. Sedangkan pada
sehari selama 3 minggu dilanjutkan 20 mg per hari dan kelompok warfarin perdarahan terjadi pada 119
warfarin yang diberikan dalam dosis yang disesuaikan pasien (7,0%) dengan 20 pasien (1,2%) mengalami
untuk mencapai INR 2,0 – 3,0. Penelitian ini dipilih perdarahan mayor atau fatal (HR (untuk perdarahan
karena memiliki validitas yang baik yang ditentukan mayor) = 0,65 CI95% = 0,33 – 1,30).
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 4 • Oktober - Desember 2012 249
Jurnal Kardiologi Indonesia
250 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 4 • Oktober - Desember 2012
Rasyid R dkk: Terapi Antikoagulan Baru pada Pasien Deep Vein Thrombosis
untuk kedua antikoagulan baru ini mengambil sampel kedua obat ini juga lebih mahal dibandingkan
yang sebagian besar bangsa kaukasian dan usia dewasa dengan warfarin. Selain itu, masih banyak yang
tua (rata-rata 55 tahun). Oleh karena itu, studi jangka dipertanyakan pada penggunaan antikoagulan
panjang dan juga studi pada karakteristik demografi generasi baru ini, terutama terkait penggunaannya
lain diperlukan untuk lebih memperkuat tingkat dalam jangka panjang. Kemudian belum pula dapat
kepercayaan. dinilai mana yang lebih baik diantara kedua obat ini.
Oleh karena itu, masih dibutuhkan investigasi lebih
lanjut mengenai hal-hal tersebut.
Kesimpulan
Kedua antikoagulan oral baru, dabigatran dan Daftar Pustaka
rivaroxaban menunjukkan efikasi yang setara dan
keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan 1. Schulman S, Kearon C, Kakkar AK, Mismetti P, Schellong
warfarin yang menjadi terapi standar pada pasien S, Eriksson H, et al for the RE-COVER Study Group.
dengan deep vein thrombosis. Kedua obat ini Dabigatran versus warfarin in the treatment of acute venous
memiliki keunggulan dibandingkan warfarin karena thromboembolism. N Engl J Med. 2009; 361: 2342-52.
tidak mememerlukan pemantauan ketat tentang 2. The EINSTEIN Investigators. Oral Rivaroxaban for
status koagulasi yang dilihat dari INR, yang dipantau symptomatic venous thromboembolism. N Engl J Med
pada pasien yang mendapatkan warfarin. Selain itu, 2010;363:2499-510.
interaksi antara kedua obat ini dengan obat-obatan 3. Connolly SJ, Ezekowitz MD, Yusuf S, Eikelboom J, Oldgren J,
lain ataupun makanan juga lebih sedikit dibanding Parekh A, and the RE-LY Steering Committee and Investigators.
warfarin. Kedua obat ini juga memiliki awitan kerja Dabigatran versus warfarin in patients with atrial fibrillation. N
yang lebih cepat. Engl J Med 2009;361:1139-51.
Beberapa hal yang menjadi kekurangan adalah 4. Keisu M, Andersson TB. Drug-induced liver injury in
belum tersedianya antidotum untuk dabigatran humans: the case of ximelagatran. Handb Exp Pharmacol.
dan rivaroxaban ini. Kemudian dari segi ekonomi, 2010;196:407-18.
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 4 • Oktober - Desember 2012 251