Sei sulla pagina 1di 35

UPAYA DIPLOMASI INDONESIA DALAM PEMBEBASAN

SANDERA WARGA NEGARA INDONESIA DARI KELOMPOK


ABU SAYYAF DI FILIPINA SELATAN

JURNAL

Oleh :
Dandy Prima Putra
1310851017

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

2
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

UPAYA DIPLOMASI INDONESIA DALAM PEMBEBASAN SANDERA


WARGA NEGARA INDONESIA DARI KELOMPOK ABU SAYYAF DI
FILIPINA SELATAN1

DANDY PRIMA PUTRA2

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS

ABSTRACT

This research explains about diplomatic efforts by Indonesia in releasing


Indonesian citizen hostages from the Abu Sayyaf group in the Southern Philippines.
This research uses qualitative research approach with descriptive analysis method.
To analyze the Indonesian diplomacy effort, this research uses multitrack diplomacy
concept from Louise Diamond and John Mc Donald, which namely Government,
Nongovernment / Professional, Business, Private Citizen, Research, Training and
Education, Activism, Religion, Funding, Communications and the Media. Hostages
releasing only use three tracks, they are government, nongovernment / professional
and research, yet training and education. On the government tracks, this research
finds that the government conducted formal and informal diplomacy to the Philippine
government. On a non-governmental / professional tracks, this research finds that
Kivlan Zein accommodated tracks that the government could not reach with the help
of Nur Misuari. Meanwhile, on the tracks of research, training, and education, this
research finds that diplomacy was successfully done by providing scholarships to
children of Abu Sayyaf soldiers. Each tracks has an actor and a different way of
solving the problem. These three tracks had synergize each other and the mechanisms
by the Indonesian government in releasing hostages have been neatly and
systematically arranged, so that they can be a way to realizing the release of
hostages.

Keywords: Indonesia, Abu Sayyaf, Multitrack Diplomacy.

1
Jurnal ini adalah elaborasi dari skripsi yang berjudul “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan
Warga Negara Indonesia dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan”, ditulis oleh Dandy
PrimaPutra (1310851017) atas bimbingan dari ibu Anita Afriani Sinulingga, S.IP, M.Si dan ibu Sofia
Trisni, S.IP, M.A (IntRel)
2
Alumni Jurusan Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2013

3
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

PENDAHULUAN
Filipina Selatan yang lebih dikenal dengan Mindanao, terletak di bagian utara

pulau Sulawesi dan Kalimantan. Mindanao dianggap strategis karena terletak di

antara tiga negara yaitu Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Konsekuensi dari posisi

tersebut menjadikan Mindanao sebagai jalur perdagangan dan lalu lintas barang yang

menghubungkan ketiga negara.3 Dengan posisinya yang strategis, Filipina Selatan

sering mengalami konflik yang berkepanjangan. Konflik yang terjadi di Filipina

Selatan sudah berlangsung sejak zaman kolonialisme. Isu-isu agama yang mendasari

konflik ini membuat situasi menjadi memanas. Setelah kemerdekaan Filipina tahun

1946, penduduk Mindanao yang sebagian besar bangsa muslim Moro masih

mengalami diskriminasi dan marjinalisasi oleh pemerintah Filipina, seperti

kemiskinan, sulit memperoleh lapangan pekerjaan, tingkat pendidikan rendah, bahkan

kekerasan militer.4

Akibat tidak adanya respon dari pemerintah, masyarakat Mindanao

mendirikan sebuah organisasi Moro Liberation Front (MLF) yang kemudian pecah

menjadi Moro National Liberation Front (MNLF) dan Moro Islamic Liberation

Front (MILF).5 Mereka menginginkan sebuah tujuan yaitu, Moro merdeka.

Kelompok bersenjata Moro tersebut melakukan serangan terhadap pasukan militer

Filipina sebagai bentuk protes terhadap hak yang belum mereka dapatkan.

3
Suwandono,”Manajemen Resolusi Konflik Separatisme : Dinamika Negosiasi Dalam Penyelesaian
Konflik Mindanao”,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar), hal 25.
4
Suwandono, hal 26.
5
Cristomo Bas,”Strategy to Adress Terrorism in The Philippines”,(America: Center For Global
Initiatives,2008), hal 6

4
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Proses penyelesaian konflik antara pemerintah dan masyarakat Mindanao di

Filipina Selatan sudah dilakukan beberapa kali dengan melibatkan kedua belah pihak,

bahkan pihak ketiga sebagai mediator. Konflik yang berlarut-larut menimbulkan

kondisi dimana tingkat keamanan sangat rendah dan ketidakstabilan ekonomi.

Akhirnya, pada tanggal 2 September 1996 disepakati Final Peace Agreement antara

pemerintah dan masyarakat Mindanao untuk mengakhiri konflik.6

Perdamaian dan stabilitas politik belum terwujud dengan penuh di kawasan

Filipina Selatan meskipun telah dicapai kesepakatan mengakhiri konflik. Masih

tingginya intensitas konflik dan kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut ditandai

dengan adanya kehadiran kelompok teroris yang secara aktif melakukan penculikan,

kekerasan bersenjata, dan intimidasi. Salah satu kelompok teroris masih melakukan

tindak kekerasan saat ini di Filipina Selatan adalah kelompok Abu Sayyaf.

Abu Sayyaf merupakan kelompok teroris yang didirikan oleh Abdulrajak

Janjalani pada tahun 1989.7 Kelompok ini beroperasi di sekitar provinsi kepulauan

Basilan dan kepulauan Sulu, serta tiga provinsi di Semenanjung Zamboanga di

wilayah barat Mindanao. Daerah ini umumnya merupakan daerah pedesaan. Hal ini

menjadikan kelompok Abu Sayyaf memiliki markas yang strategis dan aman dari

pihak militer Filipina.8

6
Gaye Christoffersen,”The War On Terrorism in Southeast Asia: Searching For Partners, Delimiting
Targets”,(Naval Postgraduate School,2002), hal 89.
7
Mark Turner, “The Management of Violence in a Conflict Organization: The Case of the Abu
Sayyaf”, (Public Organization Review: A Global Journal no. 3,2003), hal 387-401.
8
Alfredo Filler,”The Abu Sayyaf Group: A Growing Menace to Civil Society”,(Terrorism and Political
Violence 14, no.4 , 2002), hal 131.

5
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Nama “Abu Sayyaf” secara literal berarti “pembawa pedang” atau “ayah dari

pedang”.9 Nama ini diambil dari nama panglima militer mujahidin Afghanistan

Abdur Rab Rasul Sayyaf oleh Abdulrajak Janjalani untuk menghormati beliau.

Abdurrajak Janjalani termasuk sebagai salah satu dari 48 orang ke dalam Executive

Council of The Islamic International Brigade, orang-orang inti yang akan membentuk

jaringan internasional Al-Qaeda kedepannya.10

Abu Sayyaf mendapatkan aliran dana dari jaringan Al-Qaeda pimpinan

Osama bin Laden terkait kepentingan memperluas jaringan di Asia Tenggara. Selain

bantuan dana, Osama bin Laden juga memberikan pendampingan organisasi dengan

mengirim Wali Khan Amin Shah ke Filipina untuk melakukan rekrutmen dan

membantu pelatihan militer.11

Tujuan utama dari kelompok Abu Sayyaf ini adalah membentuk suatu negara

merdeka yang menggunakan hukum-hukum syariah Islam sebagai dasar otoritas dari

negara. Abdulrajak Janjalani menilai ketidakadilan terhadap kelompok minoritas

muslim Moro di Filipina Selatan.12 Hal inilah yang menjadi keyakinan dan motivasi

dari Abdulrajak Janjalani untuk berjuang melalui jihad. Kelompok Abu Sayyaf

dikenal secara luas oleh publik ketika aksi pengeboman pertama pada bulan Agustus

9
Zachary Abuza,”Balik-Terrorism : The Return of the Abu Sayyaf”,(Strategic Studies Institute,
September 2005), hal 3.
10
Zachary Abuza, hal 4.
11
Peter Chalk,”Al Qaeda and Its Links to Terrorist Groups in Asia”,(Singapore: Eastern Universities
Press, 2002),hal 115.
12
Peter Chalk, hal 115.

6
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

1991 yang menghancurkan kapal M/V Doulos, kapal misionaris Kristen yang

berlabuh di Zamboanga, Filipina Selatan.13

Awal mula Kelompok Abu Sayyaf menyandera WNI adalah pada tanggal 30

Maret 2005. 3 orang WNI anak buah kapal (ABK) Kapal Bonggaya 91 diculik

kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina Selatan.14 Kepala Polisi Republik

Indonesia saat itu Jendral Da’i Bachtiar menunjuk Irjen Purn Benny Mamoto

pimpinan operasi sebagai negosiator untuk membebaskan sandera. Kerjasama juga

dilakukan dengan pemerintah Filipina, Kementerian Luar Negeri, Polri, BIN, dan

Menko Polhukam. Negosiasi yang dilakukan kepada kelompok Abu Sayyaf

berlangsung selama 3 bulan.

Teknik negosiasi yang dilakukan Benny Mamoto adalah negosiator satu pintu

agar kelompok Abu Sayyaf tidak dapat meneror kepada pihak manapun karena sudah

disepakati untuk kontak kepada satu pihak saja.15 Dari 3 sandera yang ditawan, 2

orang dibebaskan pada 12 Juni 2005, sedangkan 1 orang lagi dibebaskan pada 9

September 2005. Hal ini terjadi karena 1 sandera dibawa kabur kembali ke dalam

hutan oleh kelompok Abu Sayyaf. Operasi pembebasan yang dilakukan berhasil

meskipun sandera dilepaskan secara bertahap.

Pada tanggal 26 Maret 2016, Abu Sayyaf kembali melakukan pembajakan

kapal milik PT. United Tractors dan penyanderaan terhadap 10 Anak Buah Kapal

13
Garret Atkinson,”Abu Sayyaf: The Father of The Swordsman, A Review of The Rise of Islamic
Insurgency in the Southern Philippines”(Perspective Journal of American Security Project, Maret
2012), hal 4
14
Heyder Affan,”Kisah Pembebasan WNI yang disandera Abu Sayyaf pada 2005”,
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/04/160410_indonesia_kisah_pembebasan_sande
ra2005 diakses 20 Maret 2017
15
Heyder Affan, ibid.

7
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

(ABK) Warga Negara Indonesia. Kronologis pembajakan dan penyanderaan berawal

ketika kedua kapal tug boat Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12

membawa 7.000 ton batubara akan menuju Batangas, Filipina Selatan dari Sungai

Puting, Kalimantan Selatan.16 Ketika melintasi Basilan Island, sebuah pulau kecil

yang memang jarang dilalui oleh petugas patroli laut, kedua kapal tersebut dikejar

oleh para pembajak dengan menggunakan kapal cepat (speedboat).

10 sandera WNI yang merupakan awak kapal tug boat Brahma 12 yang

menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara dibajak oleh teroris

yang merupakan jaringan Abu Sayyaf.17 Kelompok Abu Sayyaf tersebut lalu

menghubungi pemilik kapal untuk meminta uang tebusan sebesar 50 juta peso (

setara dengan 14,3 miliar Rupiah ) untuk dipenuhi paling lambat tanggal 31 Maret

2016.18

Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan segala usaha untuk membebaskan

WNI yang disandera oleh Abu Sayyaf. Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah siap

membebaskan para sandera, demikian juga dengan uang tebusan yang dipersiapkan

oleh perusahaan. Namun, pemerintah Indonesia menggunakan upaya pembebasan

sandera melalui diplomasi yang melibatkan banyak aktor.

16
Arrmanatha, “Dua kapal Indonesia dibajak di Filipina, 10 WNI disandera” ,
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160329_indonesia_kapal_dibajak_filipina
diakses 3 Februari 2017
17
Diananta P.Sumedi,”Diduga Disandera Abu Sayyaf, Ini nama awak kapal Brahma”.
https://m.tempo.co/read/news/2016/03/29/078757804/diduga-disandera-abu-sayyaf-ini-nama-awak-
kapal-brahma-12 diakses 3 Februari 2017
18
Sandro Gatra,”Sandera 10 awak kapal Indonesia, Abu Sayyaf minta tebusan 14,3 milliar”,
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/29/09191801/Sandera.10.Awak.Kapal.Indonesia.Abu.Sayyaf
.Minta.Tebusan.Rp.14.3.Miliar diakses 3 Februari 2017

8
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Diplomasi yang melibatkan banyak aktor dilakukan pemerintah Indonesia

bertujuan untuk menghindari terjadinya pembunuhan sandera dan peningkatan

hubungan bilateral dengan Filipina. Karena dalam penyelesaian permasalahan lintas

batas negara, pemerintah Indonesia selalu menggunakan soft power diplomacy.19

Dalam hal ini pemerintah menggunakan jaringan-jaringan yang bisa bekerjasama

dalam pembebasan sandera WNI. Indonesia sebelumnya telah memiliki pengalaman

dalam pembebasan sandera pada tahun 2005. Hal ini menjadi langkah pemerintah

dalam melakukan upaya diplomasi dengan melibatkan negosiator untuk

membebaskan para sandera.

Presiden Joko Widodo mengutus Menteri Luar Negeri Retno Marsudi

melakukan kunjungan ke Filipina pada 1-2 April 2016 untuk mengupayakan

pembebasan 10 sandera WNI yang dibajak di perairan Filipina oleh kelompok yang

mengaku dari Abu Sayyaf.20 Di Filipina, Menlu Retno diterima oleh Presiden

Filipina, Benigno S Aquino III, dan melakukan pertemuan terpisah dengan Menlu

Filipina, Jose Rene D Almendras dan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina. Tujuan

kunjungan ke Filipina adalah untuk mengintensifkan komunikasi dan koordinasi

dengam Pemerintah Filipina dalam upaya pembebasan sandera WNI.

Upaya diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam kasus ini

melibatkan banyak aktor. Negosiasi yang terjadi bukan hanya melibatkan aktor

negara saja, tetapi aktor non-negara. Pelibatan aktor pemerintah maupun

nonpemerintah dilakukan agar pembebasan 10 WNI yang disandera dapat berjalan

19
Pribadi Sutiono,”Soft Power dan Strategi Diplomasi Indonesia”,(Jurnal Diplomasi Indonesia Vol.4
No.1, Maret, 2012), hal 98
20
Anggi M. Lubis, “Detains of Realease Kept Quiet”, The Jakarta Post, 3 Mei 2016

9
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

dengan cepat tanpa ada pihak yang merasa dirugikan. Penunjukan aktor-aktor ini

dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dan berada di bawah koordinasi Kementerian

Luar Negeri.

Aktor-aktor yang terlibat dalam pembebasan sandera terbagi dalam 2 pihak

yaitu dari pemerintah Indonesia dan pemerintah Filipina. 21 Pemerintah Indonesia

menunjuk Mayjen (Purn) Kivlan Zein, Ahmad Baidowi yang berafiliasi dengan

Media Group. Aktor-aktor tersebut dibantu oleh Pemerintah Filipina yang menunjuk

Nur Misuari dan Toto Tan. Aktor-aktor ini akan saling berkoordinasi dalam

memberikan dukungan dalam membuka ruang komunikasi dengan penyandera.

Kivlan Zein merupakan tokoh militer Indonesia yang pernah memegang

jabatan Komandan Kontingen Garuda yang memperjuangkan perdamaian di Filipina

Selatan pada tahun 1995-1996.22 Melalui Nur Misuari, Kivlan Zein bisa melakukan

kontak dan menjamin komunikasi intens dengan kelompok Abu Sayyaf. Nur Misuari

adalah pimpinan MNLF yang kenal dengan orang-orang kelompok teroris Abu

Sayyaf karena beberapa anggota kelompok Abu Sayyaf merupakan mantan anak buah

dari Nur Misuari.23 Sedangkan Toto Tan, Gubernur Sulu yang menjadi salah satu

negosiator merupakan keponakan dari Nur Misuari.

21
Iwan Santosa,”Filipina dan Pembebasan Sandera”, Kompas 11 Mei 2016
22
Fajar Pratama,”Kivlan Zein, Pembebasan Sandera dan Sejarah Perdamaian di Filipina”
http://news.detik.com/berita/3201524/kivlan-zen-pembebasan-sandera-dan-sejarah-perdamaian-di-
filipina diakses 15 Februari 2017
23
Reza Aditya,”Kivlan Buka Rahasia Moro Terlibat Negosiasi Sandera Abu Sayyaf”
https://m.tempo.co/read/news/2016/05/02/078767802/kivlan-buka-rahasia-alasan-moro-terlibat-
negosiasi-sandera-abu-sayyaf diakses 15 Februari 2017

10
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Negosiator lain yang berperan adalah Ahmad Baidowi dari Yayasan Sukma.24

Ahmad Baidowi mempunyai jaringan pesantren di wilayah Mindanao dan pernah

mengajar pesantren-pesantren di wilayah tersebut. Ahmad Baidowi tergabung dalam

tim kemanusiaan Media Group atas permintaan Surya Paloh. Dalam hal ini, Ahmad

Baidowi melakukan diplomasi melalui jalur pendidikan.

Keoptimisan pihak Indonesia patut diapresiasi karena sikapnya yang

bersikukuh untuk tidak memberi tebusan dan lebih mengandalkan jalur negosiasi.

Walaupun sebelum sandera dari Indonesia dibebaskan, 2 orang warga Kanada

dipenggal oleh kelompok Abu Sayyaf karena pihak Kanada tidak membayar tebusan

hingga batas waktu yang ditentukan.25

KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Multitrack Diplomacy

Louise Diamond dan John McDonald mengatakan bahwa, multitrack

diplomacy adalah konsep diplomasi yang menjelaskan mengenai proses terjadinya

perdamaian dunia dalam sistem internasional melalui perpaduan dari diplomasi jalur

pemerintah, diplomasi jalur kelompok, dan diplomasi jalur individu.26

Diplomasi multijalur atau multitrack diplomacy merupakan diplomasi yang

melibatkan banyak aktor.27 Dalam sistem multijalur kemitraan dan kolaborasi adalah

24
Humprey Wangke,”Keberhasilan Diplomasi Total”(Majalah Info Singkat HI, Vol. VIII, Mei 2016),
hlm.6
25
Santi Dewi,”Kelompok Abu Sayyaf Eksekusi Sandera Asal Kanada”,
http://www.rappler.com/indonesia/130781-abu-sayyaf-eksekusi-sandera-asal-kanada diakses 3
Februari 2017
26
Louise Diamond and Ambassador John Mc. Donald,”Multi-Track Diplomacy: A Sistem Approach to
Peace – Third Edition”,(United States of America: Kumarian Press,1996), hal 1.
27
Ranny Emilia,”Praktek Diplomasi”,(Jakarta: Baduose Media, 2013), hal 86.

11
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

kata kuncinya. Agen pemerintah, professional, sektor swasta, dan masyarakat sipil

terintegrasi dalam usaha-usaha pemerintah dalam memberikan pelayanan diplomasi.28

Diplomasi multijalur mempunyai tujuan ganda yaitu pertama, untuk

menggalang seluruh kekuatan nasional dan kedua, bahwa pelaksanaan diplomasi

harus mencerminkan aspirasi masyarakat sebagai bagian dari kepentingan nasional.29

Diplomasi multijalur didukung oleh suatu sistem yang mampu menggerakkan seluruh

kekuatan nasional untuk bekerjasama, berkonsultasi, dan berkoordinasi menjalankan

kegiatan diplomasi yang terencana.

Diplomasi multijalur dikembangkan berdasarkan cara pandang bahwa

aktivitas-aktivitas diplomatik tidak hanya berlangsung antar agen-agen pemerintah

negara tetapi juga agen non pemerintah.30 Masalah-masalah yang harus ditanggulangi

oleh negara semakin menjadi bertambah kompleks, tidak cukup hanya agen-agen

pemerintah saja yang menghubungkan satu negara dengan negara lain.

Konsep multitrack diplomacy terdiri dari sembilan track diplomacy yang

merupakan gabungan dari berbagai aktor diplomasi yaitu : 31

28
Ranny Emilia, hal 86.
29
Abdul Irsan,”Peluang dan Tantangan Diplomasi Indonesia”,(Jakarta: Himmah Media, 2010),hal 34.
30
Ranny Emilia, hal 87.
31
Diamond and Mc Donald,”Multi-Track Diplomacy”, hal 4.

12
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Gambar 1.0 Sembilan jalur Multitrack Diplomacy

Sumber : Louise Diamond and Ambassador John Mc. Donald,”Multi-Track Diplomacy: A Sistem
Approach to Peace – Third Edition”,(United States of America: Kumarian Press,1996)

Kesembilan jalur tersebut mempunyai representasi tersendiri antar semua jalur

pada tingkat yang sama.32 Setiap jalur memiliki sumber daya, nilai, dan

pendekatannya masing-masing namun saling mempengaruhi satu sama lain.

Multitrack diplomacy harus dipandang sebagai satu kesatuan sistem yang

menyeluruh. Terkait dengan keefektifitasannya harus melihat situasi dan kondisi

suatu konflik, lalu kemudian memadukannya dengan jalur-jalur diplomasi yang ada.

Sehingga penggunaan jalur diplomasi harus disesuaikan dengan permasalahan

terlebih dahulu, yang pada akhirnya dapat ditentukan untuk digunakan secara

bersamaan atau tidak.

32
Diamond and Mc Donald,”Multi-Track Diplomacy”, hal 5.

13
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Pada penelitian ini strategi multitrack diplomacy yang peneliti gunakan yaitu

melalui diplomasi jalur government, profesional, dan education. Ketiga jalur ini

saling bersinergi dan mekanisme yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam

membebaskan sandera telah tersusun rapi dan sistematis sehingga dapat menjadi jalan

menuju terealisasinya pembebasan sandera tanpa adanya pembayaran uang tebusan.

Koordinasi yang mencakup seluruh kekuatan nasional yang terdiri dari unsur

pemerintah dan non pemerintah tersebut, menjadi sangat strategis bagi perjuangan

suatu negara untuk mencapai sasaran terciptanya kemakmuran dan kejayaan rakyat

dan bangsa, yang didukung oleh kekuatan positif seluruh bangsa.33

PEMBAHASAN
ANALISIS UPAYA DIPLOMASI INDONESIA DALAM PEMBEBASAN
SANDERA WNI
Diranah diplomasi internasional, beberapa langkah penting telah ditempuh

oleh Kementrian Luar Negeri di era kepemimpinan Presiden Jokowi, khususnya

dalam upaya menciptakan perdamaian dunia, memberikan perlindungan kepada

warga negara Indonesia, menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI), dan kepemimpinan Indonesia di tingkat regional dan global.34

Pada penelitian ini diplomasi multijalur yang peneliti gunakan melalui tiga

jalur yaitu, pemerintah, professional, dan penelitian, pelatihan, dan pendidikan.

Ketiga jalur ini saling bersinergi dan mekanisme yang dilakukan oleh pemerintah

33
Abdul Irsan, hal 34-35.
34
Direktorat Diplomasi Publik,”Derap Langkah Diplomasi Era Presiden Jokowi”,(Tabloid Diplomasi
no. 108 tahun X, 15 Agustus-14 September 2017), hal 4

14
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Indonesia dalam membebaskan sandera telah tersusun rapi dan sistematis sehingga

dapat menjadi jalan menuju terealisasinya pembebasan sandera.

Upaya pembebasan sandera ini hanya menggunakan tiga jalur karena proses

ini terkait dengan keefektifitasan melihat situasi dan kondisi suatu konflik, kemudian

hal tersebut dianalisis dan dipadukan dengan jalur-jalur diplomasi yang ada. Sehingga

penggunaan jalur diplomasi harus disesuaikan dengan permasalahan terlebih dahulu,

yang pada akhirnya dapat ditentukan untuk digunakan secara bersamaan atau tidak.

Pada penelitian ini, peneliti melihat ketiga jalur sangat representatif dalam

penyelesaian konflik penyanderaan. Koordinasi yang mencakup seluruh kekuatan

nasional yang terdiri dari unsur pemerintah dan non pemerintah tersebut, menjadi

sangat strategis bagi perjuangan suatu negara untuk mencapai sasaran terciptanya

kekuatan positif seluruh bangsa.35

1. Track One : Government

Lembaga yang terlibat dalam jalur pertama ini adalah Kementrian Luar

Negeri Indonesia, Kementrian Pertahanan Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia,

dan Kementerian Luar Negeri Filipina. Pada jalur ini praktik diplomasi dilakukan

melalui aktivitas resmi dan formal dari pemerintah. Dalam hal ini pemerintah

Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri, yaitu Retno LP Marsudi.36 Pemerintah

Indonesia telah menempatkan isu perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI)

sebagai prioritas utama dalam agenda kerjanya sebagai bagian dari implementasi

35
Abdul Irsan, hal 34-35.
Adirini Pujayanti,”Upaya Pembebasan WNI Sandera Kelompok Abu Sayyaf”,(Majalah Info Singkat,
36

Vol.VIII, no. 07, April 2016), hal.5

15
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

sembilan agenda kerja Presiden Joko Widodo (Nawacita).37 Dalam pelaksanaannya,

perlindungan WNI telah dilakukan secara terkoordinir dengan kementerian atau

lembaga terkait. Indonesia mengedepankan soft power dengan negosiasi minim

korban jiwa dan biaya.

Dalam upaya pembebasan sandera terdapat 2 opsi, yaitu opsi militer dan

pembayaran tebusan.38 Namun, dalam hal ini Pemerintah Indonesia mengandalkan

jalur diplomasi dalam pembebasan sandera. Kunci pembebasan sandera ada di tangan

para negosiator sehingga komunikasi dibuat satu pintu. Keluarga korban, perusahaan

pemilik kapal, dan pihak-pihak terkait lainnya dilarang berkomunikasi langsung

dengan penyandera. Alasannya, mereka akan mudah diintimidasi dan dipengaruhi

sehingga menguatkan posisi penyandera.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Tim Kementrian Luar Negeri dalam

jalur ini adalah Pertama, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi datang ke Filipina pada

tanggal 1-2 April 2016. Retno Marsudi disambut oleh Menteri Luar Negeri Filipina

yakni Jose Rene D Almendras.39 Dalam pertemuan tersebut, Pemerintah Indonesia

berharap bisa mengirimkan pasukan militernya untuk menyelamatkan para sandera,

tetapi pemerintah Filipina tidak mengizinkan hal tersebut terkait keamanan teritorial

wilayah Filipina. Namun, pemerintah Filipina akan berusaha mengirimkan pasukan

militernya untuk menyelamatkan sandera. Pertmuan itu menghasilkan kesepakatan

37
Adirini Pujayanti, hal.6
38
Ibid.
39
Sonya Michaella,”Menlu RI ke Filipina Koordinasi Pembebasan Sandera”, dalam
http://internasional.metrotvnews.com/asia/nN97Ro5k-menlu-ri-ke-filipina-koordinasipembebasan-
sandera diakses 7 Agustus 2017

16
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

adanya tindakan tegas yang akan dilakukan Filipina untuk membebaskan para

sandera warga negara Indonesia

Setelah pertemuan tersebut, Keseriusan Filipina ditunjukkan dengan beberapa

kali melakukan operasi penyergapan militer kepada kelompok Abu Sayyaf. Operasi

pertama yang dilakukan pemerintah Filipina yakni pada 9 April 2016. 40 Dimana

operasi militer ini menewaskan 18 tentara Filipina dan melukai 53 tentara Filipina

lainnya. Militer Filipina mengakui posisi mereka yang ada di bawah dan posisi Abu

Sayyaf yang berada di dataran tinggi memudahkan mereka menembaki tentara

Filipina. Kejadian tersebut tidak melemahkan moral prajurit Filipina, dibuktikan

dengan kembali digelarnya operasi penyergapan lanjutan selama 10 jam di hari

berikutnya yakni pada tanggal 10 April. Dalam operasi kedua yang dijalankan

berhasil menewaskan 13 militan Abu Sayyaf.41 Namun operasi penyergapan yang

dilakukan pihak Filipina kepada kelompok Abu Sayyaf belum bisa membebaskan

sandera.

Kedua, setelah Filipina gagal dalam operasi militer, Pemerintah Indonesia

terus memaksimalkan lobi, baik formal maupun informal, agar ada jalan keluar

terbaik. Secara resmi kedua negara terus berkoordinasi untuk mencari opsi terbaik

bagi pembebasan sandera.42 Presiden Indonesia, Joko Widodo meminta jaminan

keselamatan kesepuluh sandera WNI yang berada dalam wilayah Filipina kepada

40
Arrmanatha, “Dua kapal Indonesia dibajak di Filipina, 10 WNI disandera” ,
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160329_indonesia_kapal_dibajak_filipina
diakses 7 Agustus 2017
41
Ibid.
42
Ibid.

17
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Presiden Filipina yakni Benigno Aquino III. 43 Presiden juga memerintahkan Duta

Besar Indonesia untuk Filipina, yakni Mayjen (Purnawirawan) TNI Johny Lumintang

melaporkan informasi setiap saat.

Selain tim dari pihak Kementerian Luar Negeri, ada beberapa tim yang ikut

membantu proses pembebasan sandera yaitu gabungan aparat Intelijen dari Indonesia

dan Filipina.44 Tim ini terus melakukan pertukaran informasi yang di dapat. Informasi

yang terjalin bersifat rahasia, oleh karena itu tim ini dibentuk untuk memudahkan

pertukaran informasi yang Filipina peroleh kepada Indonesia. Tim ini berupaya

memberikan informasi yang berisi kondisi dan keadaan sandera. Hal tersebut yang

bisa membantu memberikan kabar kepada keluarga korban sekaligus menjadi

gambaran bagaimana sebaiknya pemerintah Indonesia maupun Filipina mengambil

langkah selanjutnya dalam membebaskan para sandera.

Indonesia menyadari bahwa penyanderaan warga negara Indonesia terjadi di

Filipina. Hal tersebut membuat Indonesia harus merundingkan setiap langkah yang

akan dilakukan dalam membebaskan sandera kepada pemerintah Filipina. Seperti

halnya keputusan Indonesia yang mencoba memahami penolakan Filipina terhadap

adanya pasukan militer Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan lima

kapal perang dan 500 pasukan elit TNI Angkatan Laut di Tarakan, Kalimantan Utara

sebagai bentuk kesiap siagaan Indonesia apabila keadaan yang mendesak sehingga

43
Erinadli,”Bebaskan Sandera Abu Sayyaf: Jokowi Turun Tangan”, dalam
http://m.liputan6.com/news/read/2472540/top-3-bebaskan-sandera-abu-sayyaf-jokowi-turuntangan
diakses 7 Agustus 2017
44
Viva news,“Membebaskan WNI dari Cengkraman Abu Sayyaf”, dalam
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/753800-membebaskan-wni-dari-cengkeraman-abu-sayyaf
diakses 7 Agustus 2017

18
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

harus dilakukannya operasi militer demi keselamatan para sandera.45 Namun di sisi

lain, Indonesia meminta kepada pihak Filipina untuk serius dalam pembebasan

sandera. Hingga akhirnya mendekati tenggat waktu yang diberikan oleh kelompok

Abu Sayyaf, upaya koordinasi pemerintah tetap dilakukan dan berharap melalui jalur-

jalur lain para aktor dapat membebaskan para sandera.

2. Track Two : Non government/Professional

Aktor-aktor yang terlibat dalam jalur ini adalah Kivlan Zein, Nur Misuari,

Agus Taylor, Kolonel Unbuk, dan Gubernur Sulu, Abdsakur Toto Tan II. Pada jalur

ini diplomasi dilakukan oleh NGO atau para profesional di bidangnya. Tim ini

dipimpin oleh Mayjen (Purn) Kivlan Zein sebagai negosiator pembebasan sandera.

Kivlan Zein merupakan tokoh militer Indonesia yang pernah memegang jabatan

Kepala Staf Kostrad dan pernah menjadi Komandan Kontingen Garuda yang

memperjuangkan perdamaian di Filipina Selatan tahun 1995-1996.46 Kivlan Zein

merupakan utusan dari perusahaan PT. Maritime Lines namun tetap berkoordinasi

dengan pemerintah Indonesia.47 Kivlan Zein ditugaskan perusahaan untuk

membebaskan sandera setelah mendapatkan mandat sejak tanggal 29 Maret.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Kivlan Zein adalah Pertama, Kivlan

Zein menemui Nur Misuari yang merupakan bekas pimpinan Moro National

Liberation Front (MNLF)48. Keduanya merupakan teman akrab sejak Kivlan

ditugaskan dalam proses perdamaian di Filipina Selatan pada tahun 1996. Nur
45
Ibid.
46
Humphrey Wangke, hal.6
47
Wawancara Kivlan Zein di Program ILC TV ONE 5 Mei 2016,”Siapa dibalik Pembebasan
Sandera?” diakses 27 Oktober 2017
48
Dwi Ani,”Rajin Dekati Faksi Abu Sayyaf”, dalam http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/rajin-
dekati-faksi-abu-sayyaf/ diakses 7 Agustus 2017

19
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Misuari dilibatkan karena dianggap memiliki pengaruh di Mindanao. Salah satu

pimpinan Abu Sayyaf yang menyandera WNI adalah Al Habsyi Misa yang

merupakan mantan supir dan pengawal saat Nur Misuari menjadi Gubernur Otonomi

Muslim di Mindanao pada 1996-2001.49 Melalui Nur Misuari, Kivlan berhasil

melakukan kontak dengan kelompok Abu Sayyaf dan menjalin komunikasi intensif.

Kedua, setelah mendapatkan kontak dengan Abu Sayyaf, pada tanggal 20

April, Kivlan Zein bertemu dengan kelompok Abu Sayyaf yang menyandera WNI di

pulau Basilan. Pertemuan ini tidak lepas dari peran Nur Misuari sebagai pemimpin

MNLF. Dalam dialog yang dilakukan oleh Kivlan Zein, kondisi para sandera dalam

keadaan baik dan Abu Sayyaf akan segera melepaskan para sandera. Disinilah terjadi

proses pemberian sedekah ke kelompok Abu Sayyaf, karena Kivlan Zein menilai hal

itu sebagai tanda terima kasih mereka kepada Abu Sayyaf karena telah memberikan

makanan kepada para sandera.50

Ketiga, proses negosiasi yang dilakukan oleh Kivlan Zein adalah negosiasi

secara kekeluargaan, tidak dengan cara kekerasan. Kivlan juga dibantu oleh seorang

penerjemah yaitu Agus Taylor yang merupakan anggota MNLF pimpinan Nur

Misuari.51 Agus Taylor memudahkan Kivlan dalam berkomunikasi dengan

penyandera dan juga memudahkan dalam pemetaan wilayah para sandera berada.

49
Reza Aditya,“Kivlan Buka Rahasia Alasan Moro Terlibat Negosiasi Sandera Abu Sayyaf” dalam
http://m.tempo.co/read/news/2016/05/02/078767802/kivlan-buka-rahasia-alasan-moro-
terlibatnegosiasi-sandera-abu-sayyaf diakses 7 Agustus 2017
50
Wawancara Kivlan Zein di Program ILC TV ONE 5 Mei 2016,”Siapa dibalik Pembebasan
Sandera?” diakses 27 Oktober 2017
51
Ibid.

20
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Dalam negosiasinya Abu Sayyaf berjanji akan melepaskan para sandera pada 25

April 2016.52

Pada tanggal 1 Mei 2016, akhirnya para sandera dilepas oleh kelompok Abu

Sayyaf. Dalam tradisi pelepasannya tidak ada serah terima dari penyandera ke

pemerintah, namun hanya dilepaskan di suatu tempat dan para negosiator menjemput

mereka.53 Setelah dijemput para sandera akhirnya dibawa kerumah Gubernur Sulu,

Toto Tan. Disana para sandera diberikan makanan dan pakaian sebelum dipulangkan

ke Indonesia.

Dalam dinamika ketahanan nasional, peran diplomasi sangat diutamakan

sebelum akhirnya operasi militer itu digunakan, termasuk penggunaan senjata. Hal

tersebut juga dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan berupaya melakukan

negosiasi sebagai langkah yang dianggap dapat meminimalisir jatuhnya korban.

Pemerintah Indonesia melakukan upaya negosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf.

Kali ini Indonesia melibatkan Nur Misuari. Dia adalah seorang tokoh muslim Filipina

Selatan yang juga pimpinan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF).54

Abu Sayyaf sendiri pernah menjadi bagian dari MNLF (Moro National

Liberation Front) sebelum akhirnya memisahkan diri pada tahun 1991 dan melakukan

sejumlah aksi teror.55 Hubungan pemerintah Indonesia dan Nur Misuari sangat dekat

karena Indonesia telah berperan banyak dalam upaya perdamaian antara MNLF dan

52
Ibid.
53
Ibid.
54
BBC News,”Siapa Nur Misuari, tokoh dibalik pembebasan sandera Abu Sayyaf”, dalam
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/10/161003_dunia_penjelasan_nur_misuari diakses 7
Agustus 2017
55
Ibid.

21
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Filipina pada tahun 1966. Nur Misuari dipilih karena dianggap berpengaruh karena

memiliki hubungan yang baik juga dengan kelompok Abu Sayyaf.56

Jadi, dalam diplomasi melalui jalur professional yang dilakukan oleh Kivlan

Zein mengakomodasi jalur-jalur yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah, yaitu

melalui bantuan Nur Misuari. Pola yang dilakukan oleh Kivlan Zein adalah

menyelamatkan sandera dengan melakukan pertemuan dan dialog kepada kelompok

Abu Sayyaf dengan bantuan Nur Misuari, karena beberapa anggota kelompok Abu

Sayyaf adalah bekas anak buah Nur Misuari ketika masih di MNLF.

3. Track Five : Research, Training, and Education

Aktor-aktor yang terlibat dalam jalur ini adalah Ahmad Baidowi dan Rizal

Panggabean yang merupakan tim dari Yayasan Sukma Bangsa.57 Yayasan ini

didirikan oleh Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) yakni Surya Paloh.

Dalam kasus ini Ahmad Baidowi bersama rekannya, Rizal Panggabean dilibatkan

karena mereka berdua pernah melakukan penelitian tentang terorisme di Filipina

Selatan.58 Oleh karena itu mereka diharapkan mengetahui bagaimana cara yang tepat

dalam menangani kondisi penyanderaan dan bernegosiasi dengan penyandera.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh tim Yayasan Sukma adalah Pertama,

satu minggu pertama tim Yayasan Sukma menemui orang-orang yang perlu ditemui

diantaranya rakyat sipil, professor, LSM, dan sebagian teman-teman aktivis yang

56
Fajar Pratama,“Kivlan Zein, Pembebasan Sandera dan Sejarah Perdamaian di Filipina” dalam
http://m.detik.com./news/berita/3201524/kivlan-zen-pembebasan-sandera-dan-sejarahperdamaian-di-
filipina diakses 7 Agustus 2017
57
Humphrey Wangke, hal. 6
58
Rinaldo,”Yayasan Sukma Pembebasan Sandera Abu Sayyaf Berlangsung Dinamis”, dalam
http://news.liputan6.com/read/2497096/yayasan-sukma-pembebasan-sandera-abu-sayyaf-berlangsung-
dinamis diakses 7 Agustus 2017

22
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

bermukim di Mindanao. Aktivis tersebut merupakan mahasiswa dari Rizal

Panggabean yang bergerak di LSM anti kekerasan, community building, peace and

non violence, dan ICRC. Selain itu, tim Yayasan Sukma juga bertemu dengan LSM

BDA (Bangsa Moro Development Agency) yang dibentuk dalam konteks perjanjian

damai antara pemerintah Filipina dan MILF.59 Negosiasi pembebasan sandera oleh

Yayasan Sukma dilakukan melalui dialog langsung dengan pihak tokoh masyarakat,

LSM, lembaga kemanusiaan daerah Sulu, Filipina yang memiliki akses langsung

dengan Abu Sayyaf. Yayasan Sukma sebelumnya telah bekerjasama dalam bidang

pendidikan dengan pemerintah otonomi Moro Selatan, sehingga hal ini juga

memudahkan Yayasan Sukma dalam bernegosiasi.60

Kedua, selain pendekatan sosial, tim Yayasan Sukma juga melakukan

pendekatan ekonomi. Salah satunya yakni pemberian beasiswa kepada anak-anak

muslim di Mindanao.61 Yayasan Sukma menandatangani nota kesepahaman

pemberian bantuan pendidikan dengan Kepala Staf Regional Wilayah Otonom

Muslim Mindanao. Yayasan Sukma memberikan beasiswa kepada 31 anak yang

berasal dari Cotabato, Zamboanga, Basilan, Sulu, dan Tawi-tawi. Latar belakang

daerah bekas konflik bersenjata membuat pendidikan menjadi sesuatu yang

diimpikan. Karena keterbatasan sarana dan prasarana serta relawan pengajar, di

dukung dengan munculnya kemiskinan dan sulitnya mendapatkan kehidupan yang

layak membuat anak-anak kehilangan harapan.


59
Yantina Debora, Ign. L. Adhi Bhaskara & Putu Agung Nara Indra,”Terlalu Naif Kalau Tanpa Uang
Tebusan”, dalam https://tirto.id/terlalu-naif-kalau-tanpa-uang-tebusan-bliy diakses 25 November 2017
60
Editor 1,”Ahmad Baidowi Negosiator Pembebasan Sandera”, dalam
https://partainasdem.id/2016/05/02/ahmad-baedowi-negosiator-pembebasan-sandera/ diakses 7
Agustus 2017
61
Ibid.

23
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Dengan diberikannya beasiswa tersebut, diharapkan dapat memperbaiki

pendidikan di daerah tersebut dan anak-anak tersebut dapat menuntaskan pendidikan

setara SMA dengan baik. Selain pemberian beasiswa, pihak Yayasan Sukma juga

memberikan sumbangan Al-Qur’an.62 Dari beasiswa 4 tahun yang diberkan tersebut,

diharapkan anak-anak tersebut akan diberi bekal mengenai bagaimana menumbuhkan

sikap menghargai antar sesama, baik budaya, agama maupun perbedaan bahasa dan

suku. Mereka akan diberi pelajaran bagaimana mengeola konflik dengan cara damai.

Sehingga generasi penerus tersebut tidak mengikuti jejak para tetuanya. Hal itu juga

yang sebenarnya diinginkan Abu Sayyaf, karena meskipun mereka pemberontak,

namun dalam proses negosiasi mereka juga menginginkan pendidikan yang baik

untuk generasi selanjutnya.

Mindanao dipilih karena merupakan pusat beroperasinya Abu Sayyaf yang

pada awalnya ingin mendirikan negara Islam. Adanya sejarah konflik bersenjata pada

suatu wilayah tentu dapat berdampak pada kesejahteraan manusia, lingkungan, dan

ekonomi. Pernah terjadinya konflik bersenjata juga dapat mengakibatkan setiap

masyarakat menjadi tidak mampu untuk hidup lebih layak. Banyak warga sipil yang

kehilangan pekerjaan dan akhirnya tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.

Alasan itu pula yang diyakini menjadikan kelompok Abu Sayyaf yang tadinya adalah

pemberontak bangsa, menjadi perompak dan melakukan aksi penyanderaan demi

mendapatkan sejumlah uang yang didapatkan dari hasil tebusan sandera.

62
Suara Merdeka,”Ahmad Baidowi: Saya masuk ke Kamp Abu Sayyaf berbekal Al-Quran, Kopiah,
Keripik, Tempe, Peyek”, dalam http://www.rmol.co/read/2016/05/10/246073/Ahmad-Baidowi:-Saya-
Masuk-Ke-Kamp-Abu-Sayyaf-Berbekal-Alquran,-Kopiah,-Keripik-Tempe-&-Peyek- diakses 7
Agustus 2017

24
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Dampak adanya konflik bersenjata juga sampai pada rusaknya sarana dan pra

sarana seperti tempat tinggal penduduk, jalan raya, bandara sipil, rumah sakit,

sekolah, tempat ibadah, dan sebagaianya. Mindanao merupakan daerah yang tadinya

mayoritas penduduknya beragama muslim, namun Mindanao merupakan daerah yang

kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Namun setelah adanya

konflik bersenjata, daerah ini mengalami krisis kemiskinan. Oleh karena itu, alasan

pemerintah Indonesia melakukan pendekatan sosial dan ekonomi yakni adalah karena

mengetahui bagaimana latar belakang kondisi di Mindanao.63

Dalam upayanya, pihak dari Indonesia juga menggunakan pendekatan

kultural.64 Jika perbedaan budaya antar negara cukup besar, maka komunikasi

diantara mereka juga akan semakin sulit. Penting adanya komunikasi antar budaya

untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika proses penyelesaian

konflik. Beruntung Indonesia memiliki kebudayaan yang tidak jauh dari kebudayaan

Filipina. Pendekatan kultural juga dilakukan oleh Yayasan Sukma dengan koordinasi

bersama Kementerian Luar Negeri Indonesia. Pendekatan kultural dilakukan melalui

pesantren.

Ketiga, tim negosiator yang dipimpin oleh Baedowi dari Yayasan Sukma,

bernegosiasi dengan sejumlah tokoh keagamaan pesantren di Mindanao, Filipina.65

Baedowi pengajar di Yayasan Sukma yang juga memiliki jaringan dengan guru-guru

63
Suwandono,”Manajemen Resolusi Konflik Separatisme : Dinamika Negosiasi Dalam Penyelesaian
Konflik Mindanao”,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar), hal 25.
64
Nurhalimah Siregar,”Strategi Negosiasi Indonesia Dalam Pembebasan WNI Dari Kelompok Abu
Sayyaf”,(Jurnal Magister Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2016)
65
Jovita Valentina,”Peran Tim Kemanusiaan Surya Paloh Dalam Pembebasan 10 WNI Sandera Abu
Sayyaf”, dalam https://news.hargatop.com/2016/05/02/peran-tim-kemanusiaan-surya-paloh-dalam-
pembebasan-10-wni-sandera-abu-sayyaf/4124351.html diakses 7 Agustus 2017

25
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

di Mindanao. Salah satu guru tersebut juga pernah mengajar beberapa orang anggota

Abu Sayyaf. Dengan adanya pendekatan pesantren ini diharapkan bisa lebih diterima

oleh kelompok Abu Sayyaf. Dari adanya pendekatan ini pula, tim mengetahui kondisi

para sandera dan mendapatkan beberapa informasi dari tokoh pesantren di Mindanao.

Jadi, dalam diplomasi melalui jalur yang dilakukan oleh tim Ahmad Baidowi

ini, negosiasi berjalan lancar karena tim yang dikerahkan untuk bernegosiasi adalah

orang-orang yang sebelumnya pernah melakukan riset dan penelitian mengenai akar

permasalahan terorisme di Filipina Selatan.66 Pola yang dilakukan oleh tim Ahmad

Baidowi adalah pendekatan melalui pendidikan dan adanya kesepakatan pemberian

beasiswa untuk anak-anak di Mindanao. Tim ini melakukan dialog langsung dengan

pihak tokoh masyarakat, LSM, lembaga kemanusiaan daerah Sulu, Filipina yang

memiliki akses langsung dengan keluarga anggota kelompok Abu Sayyaf.

Semua pendekatan tersebut akhirnya membawa hasil. Sabtu, 30 April 2016,

upaya pembebasan sandera telah menemui titik terang. Upaya diplomasi dengan jalan

negosiasi yang melibatkan banyak pihak baik Indonesia maupun Filipina berhasil

membuat kelompok Abu Sayyaf mau membebaskan kesepuluh sandera Warga

Negara Indonesia. Keterlibatan masyarakat dan para tokoh dalam pemberian akses

pada kelompok Abu Sayyaf sangat membantu pihak pemerintah Indonesia dalam

upaya pembebasan sandera.

66
Nurhalimah Siregar, Ibid.

26
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Kesepuluh sandera Warga Negara Indonesia tersebut akhirnya di bebaskan

pada 1 Mei 2016.67 Sandera dibebaskan di Pantai Parang Sulu, Mindanao Selatan.

Sandera kemudian dibawa ke rumah Gubernur Sulu, yakni Abdsakur Toto Tan II

untuk melakukan proses verifikasi. Kemudian sandera diterbangkan dari Sulu menuju

Zamboanga untuk kembali melakukan verifikasi dan pemeriksaan kesehatan oleh tim

negara Filipina.68 Pemerintah Filipina kemudian menyerahkan secara resmi kesepuluh

sandera Warga Negara Indonesia kepada Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia.

Selanjutnya para sandera diterbangkan ke Indonesia dan diserahkan kepada

pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri di Bandara Halim Perdana, Jakarta.

Hubungan Koordinasi Aktor-aktor dalam Pembebasan Sandera

Gambar 3.1 Skema Diplomasi Multijalur Indonesia

Diplomasi Multijalur Indonesia

Pemerintah

NGO/Profesional Koordinasi Penelitian dan


Pendidikan
1

Dari skema diatas dapat dijabarkan bahwa masing-masing aktor memiliki

jalur yang berbeda-beda dalam menyelamatkan sandera. Dalam hal ini peneliti

membedakan jalur yang dilakukan oleh negara dan sipil. Negara bergerak melalui
67
Raynaldo Ghiffari Lubabah,”Ini Kronologi Lengkap 10 WNI Disandera Hingga Dibebaskan Abu
Sayyaf”, dalam https://www.merdeka.com/peristiwa/ini-kronologi-lengkap-10-wni-disandera-hingga-
dibebaskan-abu-sayyaf.html diakses 8 Agustus 2017
68
Ibid.

27
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

pemerintah yang dilakukan oleh Retno Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri

Indonesia, sedangkan sipil bergerak dalam jalur professional melalui tim Kivlan Zein

dan jalur penelitian, pendidikan melalui tim Yayasan Sukma. Masing-masing aktor

bergerak secara sendiri melalui jalurnya namun tetap berkoordinasi dengan

pemerintah.

Pertama, Retno Marsudi terus berupaya menjalin komunikasi dengan

membicarakan perihal langkah pembebasan para sandera dengan Menteri Luar Negeri

Filipina yakni Jose Rene D Almendras.69 Koordinasi antar instansi dan antar dua

negara menjadi prasyarat mutlak, karena lokasi penyanderaan berada di bawah

otoritas negara Filipina.70 Menteri Luar Negeri Indonesia yakni Meskipun punya

hubungan baik, Indonesia tetap harus menghormati kedaulatan negara tetangga dekat

ini. Sehingga langkah apapun merupakan keputusan bersama.

Kedua, tim sipil bergerak melalui diplomasi yang masuk ke jaringan akar

rumput, bukan diplomasi elitis ala negara yang langsung menyasar lembaga. 71 tim

Kivlan Zein memilih untuk mendekati Nur Misuari, mantan pimpinan MNLF yang

disegani di Mindanao dan juga kenal dengan kelompok penyandera WNI, karena

merupakan mantan anak buahnya. Sedangkan, tim Yayasan Sukma terdiri dari

Ahmad Baidowi dan Rizal Panggabean yang menjalin kontak dengan rekan-rekan

LSM dan masyarakat.

69
Sonya Michaella,”Menlu RI ke Filipina Koordinasi Pembebasan Sandera”, dalam
http://internasional.metrotvnews.com/asia/nN97Ro5k-menlu-ri-ke-filipina-koordinasipembebasan-
sandera diakses 7 Agustus 2017
70
Web Presiden RI,”Upaya Terbaik Bebaskan Sandera”, http://presidenri.go.id/program-prioritas-
2/upaya-terbaik-bebaskan-sandera.html diakses 26 November 2017
71
Putu Agung Nara Indra,”Karena Diplomat Adalah Kita”, https://tirto.id/karena-diplomat-adalah-
kita-bjqp diakses 26 November 2017

28
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Dari segi koordinasi antar aktor, tim sipil selalu memberikan roadmap

mengenai kejelasan para sandera kepada tim negara yaitu, kementrian luar negeri dan

KBRI Manila melalui komunikasi seluler.72 Namun, tim sipil, yaitu tim Kivlan Zein

dan tim Yayasan Sukma dari awal hingga akhir pembebasan tidak melakukan

komunikasi karena bergerak dalam jalur yang berbeda. Dalam perdebatan yang

terjadi, semua memiliki peran yang sama dalam pembebasan sandera, namun dalam

tindakannya memiliki masing-masing jalur yang berbeda.73

Pembebasan dan penyelematan sandera juga tidak lepas dari dukungan

pemerintah Filipina dalam membantu informasi serta koordinasi dengan aktor-aktor

dari Indonesia. Sebagai negara yang sudah meratifikasi International Convention

Againts the Taking Hostages (Konvensi Internasional tentang penyanderaan) yang

disusun PBB pada 1979, Filipina diwajibkan untuk melakukan segala upaya untuk

memastikan pembebasan sandera. Isi dari konvensi antara lain menyebutkan dua

poin penting yakni yang pertama, tidak membayar tebusan kepada penyandera dan

kedua, negara bersangkutan wajib melakukan segala upaya untuk mencegah dan

membebaskan sandera jika terjadi dalam teritorial negara mereka.74

Pemerintah Filipina terus memberikan informasi terkait perkembangan

upaya pembebasan sandera kepada Indonesia. Sebagai bentuk keseriusan

Pemerintah Filipina dalam melakukan usaha pembebasan sandera Warga Negara

72
Wawancara Kivlan Zein dan Viktor Laiskodat di Program ILC TV ONE 5 Mei 2016,”Siapa dibalik
Pembebasan Sandera?” diakses 27 Oktober 2017
73
Wawancara Benny Mamoto di Program ILC TV ONE 5 Mei 2016,”Siapa dibalik Pembebasan
Sandera?” diakses 27 Oktober 2017
74
Berita Satu,“Komitmen Filipina dalam Konvensi Penyanderaan Dipertanyakan”, dalam
http://m.beritasatu.com/asia/377643-komitmen-filipina-dalam-konvensi-penyanderaan-
dipertanyakan.html diakses 25 November 2017

29
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Indonesia, Duterte sebagai presiden Filipina memutuskan untuk meminta bantuan

kepada Nur Misuari, seorang pemimpin kelompok separatis MNLF (Moro National

Liberation Front) yang dianggap berpengaruh dalam membantu proses pembebasan

sandera.

Komitmen pemerintah untuk all out membebaskan sandera sebenarnya adalah

amanat dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.75 Di situ secara tegas

dikatakan bahwa pemerintah negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia. Pesan tersebut juga tertera dalam butir Nawa

Cita pertama yakni menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa

dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

Pembebasan dan penyelamatan sandera warga negara Indonesia menjadi

tujuan utama diplomasi multijalur yang dipraktikkan oleh pemerintahan Presiden

Joko Widodo. Langkah pertama yang dilakukannya adalah dengan membangun

komunikasi secara intensif dengan Presiden Filipina Benigno Aquino. 76 Selanjutnya,

sesuai dengan karakter diplomasi multijalur yang melibatkan banyak aktor, negosiasi

yang terjadi bukan hanya melibatkan aktor negara saja tetapi juga melibatkan aktor-

aktor non-negara. Dengan kata lain, pelibatan aktor formal maupun nonformal

dilakukan agar pembebasan 10 ABK dapat berjalan cepat tanpa ada pihak yang

merasa dirugikan.

75
Web Presiden RI, Ibid.
76
Humprey Wangke,”Keberhasilan Diplomasi Total”(Majalah Info Singkat HI, Vol. VIII, Mei 2016),
hal. 6

30
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

KESIMPULAN
Upaya diplomasi Indonesia dalam membebaskan Warga Negara Indonesia

dari kelompok Abu Sayyaf berbeda dengan yang dilakukan pada kasus penyanderaan

sebelumnya. Pada kasus ini, Indonesia tidak diperbolehkan mengirimkan pasukan

militernya ke Filipina karena adanya konstitusi Filipina yang melarang keterlibatan

militer asing di wilayah Filipina. Di sisi lain, pemerintah dihadapkan dengan adanya

tenggat waktu yang diberikan Abu Sayyaf, permintaan tebusan serta keinginan

keluarga korban yang menginginkan sandera secepatnya dibebaskan. Hal ini tentu

membuat pemerintah Indonesia dilema dalam mengambil langkah pembebasan

sandera. Maka peneliti ingin meneliti bagaimana upaya diplomasi Indonesia dalam

membebaskan sepuluh Warga Negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu

Sayyaf.

Dengan menggunakan konsep pembuatan kebijakan luar negeri, maka

pemerintah mengambil opsi untuk mengambil diplomasi menjadi upaya dalam

menyelamatkan sandera. Pemerintah Indonesia lebih mengedepankan negosiasi

dalam diplomasi yang dilakukan. Dalam kasus kali ini, Indonesia menggunakan

upaya diplomasi multijalur dimana Indonesia mengakumulasikan seluruh sumber

daya yang dimiliki melalui berbagai pendekatan baik formal maupun informal dengan

berbagai pihak. Meskipun Indonesia tidak diperbolehkan melakukan operasi militer

secara langsung dikarenakan adanya konstitusi Filipina yang melarang hal tersebut,

namun Indonesia tetap menggunakan pasukan militernya di perbatasan sebagai

bentuk pencegahan apabila Indonesia diizinkan mengambil alih upaya pelepasan

sandera dan atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

31
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Peneliti menemukan bahwa pihak yang terlibat dalam proses pembebasan

sandera yakni dari pihak Kementerian Luar Negeri, tokoh masyarakat dari Indonesia

maupun Filipina, serta Inteligen Indonesia dan Filipina. Dalam pembebasan sandera

WNI, Indonesia menunjuk aktor-aktor berpengalaman yang terlibat. Mereka adalah

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi sebagai perwakilan pemerintah, Kivlan Zein

sebagai perwakilan profesional, dan Ahmad Baidowi dari tim Yayasan Sukma

Bangsa sebagai perwakilan dalam hal pendidikan.

Pendekatan yang dilakukan Indonesia yakni dari pendekatan politik, sosial

dan ekonomi, serta pendekatan kebudayaan. Pendekatan tersebut berbentuk upaya

menjalin hubungan yang baik dengan Filipina selaku negara yang mempunyai

wewenang dalam membebaskan sandera karena sandera berada di wilayah Filipina.

Selain itu pendekatan lain berbentuk pemberian beasiswa kepada anak-anak di

Mindanao. Pendekatan budaya dilakukan dengan latar belakang mayoritas penduduk

Indonesia yang juga beragama muslim, dan adanya negosiasi pihak dengan

masyarakat muslim di Mindanao untuk menjalin komunikasi demi mendapatkan

informasi yang dibutuhkan. Diplomasi multijalur Indonesia terbukti membuahkan

hasil dengan bebasnya kesepuluh sandera yang ditawan oleh Abu Sayyaf.

32
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Reza. Kivlan Buka Rahasia Moro Terlibat Negosiasi Sandera Abu Sayyaf.
https://goo.gl/8hHd6o diakses 15 Februari 2017

Affan, Heyder. Kisah Pembebasan WNI yang disandera Abu Sayyaf pada 2005.
https://goo.gl/1N88ok diakses 20 Maret 2017

Ani, Dwi. Rajin Dekati Faksi Abu Sayyaf. https://goo.gl/NNfcdb diakses 7 Agustus
2017.

Arrmanatha. Dua kapal Indonesia dibajak di Filipina, 10 WNI disandera.

Atkinson, Garret. Abu Sayyaf: The Father of The Swordsman, A Review of The Rise
of Islamic Insurgency in the Southern Philippines. Perspective Journal of
American Security Project, Maret 2012.

Bas, Cristomo. Strategy to Adress Terrorism in The Philippines. America: Center


Brahma. https://goo.gl/gdNy6K diakses 3 Februari 2017.

Chalk, Peter. Al Qaeda and Its Links to Terrorist Groups in Asia. Singapore: Eastern
Universities Press, 2002.

Christoffersen, Gaye. The War On Terrorism in Southeast Asia: Searching For


Dalam Penyelesaian Konflik Mindanao. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Turner, Mark. The Management of Violence in a Conflict Organization: The Case of


the Abu Sayyaf. Public Organization Review: A Global Journal no. 3, 2003.

Dewi, Santi. Kelompok Abu Sayyaf Eksekusi Sandera Asal Kanada.


https://goo.gl/W3ofAf diakses 3 Februari 2017

Diamond, Louise and Ambassador John Mc. Donald. Multi-Track Diplomacy: A


Sistem Approach to Peace – Third Edition. United States of America:
Kumarian Press, 1996.

Direktorat Diplomasi Publik. Derap Langkah Diplomasi Era Presiden Jokowi.


Tabloid Diplomasi no. 108 tahun X, 15 Agustus-14 September 2017.

Editor 1. Ahmad Baidowi Negosiator Pembebasan Sandera.


https://partainasdem.id/2016/05/02/ahmad-baedowi-negosiator-pembebasan-
sandera/ diakses 7 Agustus 2017.

Emilia, Ranny. Praktek Diplomasi,Jakarta: Baduose Media, 2013.

33
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Erinadli. Bebaskan Sandera Abu Sayyaf: Jokowi Turun Tangan.


http://m.liputan6.com/news/read/2472540/top-3-bebaskan-sandera-abu-
sayyaf-jokowi-turuntangan diakses 7 Agustus 2017.

Filler, Alfredo. The Abu Sayyaf Group: A Growing Menace to Civil Society.
For Global Initiatives, 2008.

Gatra, Sandro. Sandera 10 awak kapal Indonesia, Abu Sayyaf minta tebusan 14,3
milliar. https://goo.gl/P4M238 diakses 3 Februari 2017

Gumilang, Prima. Ryamizard Sebut Filipina Segera Bebaskan Sandera Abu Sayyaf.
https://goo.gl/wY815U diakses 7 Agustus 2017.

Irsan, Abdul. Peluang dan Tantangan Diplomasi Indonesia. Jakarta: Himmah

KSP. Upaya Terbaik Bebaskan Sandera. http://presidenri.go.id/program-prioritas-


2/upaya-terbaik-bebaskan-sandera.html diakses 26 November 2017.

Lubis, M. Anggi. Detains of Realease Kept Quiet. The Jakarta Post, 3 Mei 2016
Media, 2010.

Michaella, Sonya. Menlu RI ke Filipina Koordinasi Pembebasan Sandera.


http://internasional.metrotvnews.com/asia/nN97Ro5k-menlu-ri-ke-filipina-
koordinasipembebasan-sandera diakses 7 Agustus 2017.

Nara Indra, Putu Agung. Karena Diplomat Adalah Kita. https://tirto.id/karena-


diplomat-adalah-kita-bjqp diakses 26 November 2017

Pratama, Fajar. Kivlan Zein, Pembebasan Sandera dan Sejarah Perdamaian di


Filipina. https://goo.gl/B8GqfJ diakses 15 Februari 2017.

Pujayanti, Adirini. Upaya Pembebasan WNI Sandera Kelompok Abu Sayyaf. Majalah
Info Singkat, Vol.VIII, no. 07, April 2016.

Santosa, Iwan. Filipina dan Pembebasan Sandera. Kompas, 11 Mei 2016.

Sumedi, P. Diananta. Diduga Disandera Abu Sayyaf, Ini nama awak kapal
https://goo.gl/k8XzDL diakses 3 Februari 2017

Sutiono, Pribadi. Soft Power dan Strategi Diplomasi Indonesia. Jurnal Diplomasi
Indonesia Vol.4 No.1, Maret, 2012.

34
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas “Upaya Diplomasi Indonesia dalam Pembebasan Sandera Warga Negara Indonesia
dari Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan” Dandy Prima Putra/ 1310851017

Suwandono. Manajemen Resolusi Konflik Separatisme : Dinamika Negosiasi


Terrorism and Political Violence 14, no.4 , 2002.

Turner, Mark. The Management of Violence in a Conflict Organization: The Case of


the Abu Sayyaf. Public Organization Review: A Global Journal no. 3, 2003.

Valentina, Jovita. Peran Tim Kemanusiaan Surya Paloh Dalam Pembebasan 10 WNI
Sandera Abu Sayyaf. https://news.hargatop.com/2016/05/02/peran-tim-
kemanusiaan-surya-paloh-dalam-pembebasan-10-wni-sandera-abu-
sayyaf/4124351.html diakses 7 Agustus 2017.

Wangke, Humprey. Keberhasilan Diplomasi Total. Majalah Info Singkat HI, Vol.
VIII, Mei 2016.

Wawancara Kivlan Zein di Program ILC TV ONE 5 Mei 2016. Siapa dibalik
Pembebasan Sandera?. diakses 27 Oktober 2017.

35

Potrebbero piacerti anche