Sei sulla pagina 1di 16

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 110-125

DETERMINAN PRODUKTIVITAS LAHAN PERTANIAN


SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DI INDONESIA

Fazriyan Wardani Adhitya 1, Djoni Hartono 2, dan Agni Alam Awirya 3


1 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang
Jalan Ir. Suratin No. 1 Karawang Jawa Barat, Telepon +6285781459011
2 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Kampus Universitas Indonesia Depok, 16424, Telepon+628161189299


3 Divisi Ekonomi Moneter, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Jalan Letda Tantular no 4, Denpasar, Telepon +6281808309726


E-mail: ryan.aditkrw@gmail.com

Diterima 14 Juli 2012 / Disetujui 3 April 2013

Abstract: This study is aimed to analyze the determinant factors affecting the agricultural
land productivity of food crops sub-sectors in 25 provinces in Indonesia during the period of
2005-2009. Descriptive analysis is done to describe the agricultural land productivity of food
crops sub-sectors in Indonesia. The Cobb-Douglas production function with the assumption of
Constant Return to Scale on the food crops sub-sectors production is applied. To solve the
heteroschedasticity problems and avoid the auto-correlation, then the Generalized Least
Square estimator with Cross-Section Weight is done.The result shows that labors and fertilizer
are two factors that do not affect significantly to the productivity of food crops sub-sectors;
while capital, research, human resources and irrigation are factors that affect positively to the
agricultural land productivity of food crops sub-sectors. The study also shows Java as the area
with the highest level of productivity and Maluku has the lowest level of productivity.
Keywords: Agriculture, Food Crops, Land Productivity, production function

Abstrak: Studi ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas
lahan pertanian sub-sektor tanaman pangan di 25 provinsi di Indonesia, selama kurun waktu
2005-2009. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan produktifitas lahan perta-
nian sub-sektor tanaman pangan di Indonesia. Fungsi produksi Cobb-Gouglas diterapkan
dengan asumsi Constant Return to Scale pada produksi pertanian sub-sektor tanaman
pangan. Penerapan estimator Generalized Least Square dengan Cross-Section Weight dilaku-
kan guna mengatasi masalah heteroskedastisitas dan auto-korelasi. Hasil menunjukkan faktor
tenaga kerja dan penggunaan pupuk tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
produktifitas lahan pertanian sub-sektor tanaman pangan; sedangkan faktor modal, riset dan
pengembangan pertanian, kualitas sumber daya manusia, dan irigasi memberikan pengaruh
positif terhadap produktifitas lahan pertanian sub-sektor tanaman pangan. Diketahui pula
Jawa sebagai daerah dengan tingkat produktifitas tertinggi dan Maluku memiliki tingkat
produktifitas terendah.
Kata kunci: pertanian, tanaman pangan, produktiviras lahan, fungsi produksi

PENDAHULUAN Statistik (BPS) menunjukkan perkembangan


jumlah penduduk Indonesia tahun 1995 sebesar
194,75 juta orang yang semakin meningkat
Indonesia sebagai salah satu negara berkem-
pada tahun 2004 sebesar 216,38 juta orang,
bang mempunyai salah satu ciri jumlah pendu-
maka laju pertumbuhan penduduknya per
duk yang besar. Data statistik dari Badan Pusat
tahun sebesar 1,18 persen (BPS, 2005). Sedang- pupuk semakin banyak. Irawan dkk (2003)
kan perkembangan lahan tanaman pangan yang telah mengkaji faktor penyebab perlam-
sebagai sarana produksi yang terdiri dari lahan batan produktivitas usaha komoditas padi
sawah dan lahan kering pada tahun 1995 sebagai bagian komoditas tanaman pangan
sebesar 10,42 juta hektar dan berubah menjadi utama dikarenakan tidak adanya terobosan
10,99 juta hektar pada tahun 2004, sehingga laju teknologi padi secara signifikan. Penelitian ter-
pertumbuhannya per tahun sebesar 0,60 persen. sebut juga menemukan masih banyak petani
Bila kondisi tersebut terjadi pada tahun yang menggunakan pupuk urea melebihi
berikutnya dikhawatirkan kebutuhan pangan standar pemakaian per hektarnya, karena para
di Indonesia pada masa yang akan datang tidak petani berpikir semakin banyak pupuk urea
akan terpenuhi. Oleh karena perlu dilakukan yang digunakan maka hasil panen padi akan
upaya peningkatan produksi pertanian terma- semakin meningkat. Padahal penggunaan dosis
suk meningkatkan produktivitas pertanian. pupuk yang berlebihan dapat menyebabkan
Daniel (2004) menyebutkan bahwa upaya penurunan kualitas tanah.
peningkatan output produksi pertanian dapat Faktor lain yang tidak kalah penting
dipengaruhi oleh faktor-faktor input produksi memengaruhi produktivitas lahan pertanian
pertanian seperti tenaga kerja, modal, dan tanaman pangan adalah tenaga kerja. Namun
lahan dan manajemen usaha. Masing-masing peningkatan jumlah tenaga kerja yang melim-
faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan pah jika tidak disertai kualitas tenaga kerja
saling terkait satu sama lain. Teknologi juga yang memadai akan menyebabkan dampak
berperan dalam menentukan saling keterkaitan produktivitas yang negatif. Proporsi tenaga
antarfaktor produksi. Misalnya bila seseorang kerja di Indonesia khususnya di Pulau Jawa
akan mengupayakan usaha tanaman pangan terutama pada agroekosistem lahan sawah
seluas satu hektar bagaimana menentukan relatif terdistribusi lebih merata antarkelompok
jumlah modal dan tenaga kerja yang dibutuh- umur, dibandingkan dengan di luar Jawa yang
kan, dapat ditentukan dengan menetapkan lebih banyak dilakukan pekerja muda (Susilo-
teknologi yang akan diterapkan. wati dkk, 2008). Berdasarkan data Survei Sosial
Salah satu faktor yang penting dalam Ekonomi Nasional BPS, sektor pertanian
peningkatan produktivitas lahan pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang
komoditas tanaman pangan adalah pengelolaan mampu menyerap tenaga kerja Indonesia
lahan. Wiebe (2003) menyatakan bahwa pro- dalam jumlah yang besar dari tahun 2005–2009,
duktivitas pertanian sangat penting dalam namun demikian tenaga kerja yang bekerja
menciptakan ketahanan pangan dan lahan pada sektor pertanian tanaman pangan di
sangat berpengaruh dalam peningkatan pro- pedesaan cenderung mengalami penurunan
duktivitas pertanian. dari 19,37 juta orang menjadi 18,335 juta orang
Faktor lain yang cukup penting dalam (BPS-Kementerian Pertanian, 2010).
menunjang peningkatan produktivitas lahan Faktor terakhir yang penting dalam
pertanian tanaman pangan di pedesaan adalah meningkatkan produktivitas lahan pertanian
infrastruktur. Evenson and Pray (1991) menye- tanaman pangan adalah modal. Istilah modal
butkan infrastruktur sebagai salah satu faktor dalam usaha pertanian mencakup alat-alat
tetap yang berkontribusi positif terhadap per- pertanian, bibit, pestisida, traktor dan sarana
tumbuhan sektor pertanian dan produktivitas- fisik lain yang menunjang produksi pertanian
nya. Salah satu infrastruktur yang menunjang tanaman pangan. Biasanya petani memperoleh
sektor pertanian tanaman pangan adalah modal baik melalui pemberian kredit perbank-
irigasi. an maupun pinjaman dari keluarganya yang
Salah satu bentuk kebijakan pemerintah cenderung lebih mudah prosesnya daripada
dalam upaya peningkatan produksi tanaman proses perbankan. Pemerintah telah membantu
pangan adalah kebijakan subsidi harga pupuk. petani untuk memperoleh modal dari sejak
Pembelian pupuk urea yang murah mengaki- program Bimas/Inmas tahun 1976-1984.
batkan petani menggunakan input produksi Namun pada periode tersebut terjadi peman-

Determinan Produktivitas Lahan (Fazriyan Wardani, Djoni Hartono, dan Agni Alam) 111
degan karena tunggakan semakin banyak dan fungsi produktivitas lahan pertanian dengan
petani cenderung tidak mampu membayar pendekatan variabel dependennya PDB perta-
kembali. Program pemberian kredit untuk nian per hektar dikarenakan pertanian merupa-
pertanian mulai tahun 2000 diberikan melalui kan multioutput produk yang terdiri dari
perbankan dengan nama kredit ketahanan tanaman pangan, hortikultur, perkebunan,
pangan dengan perkembangan yang cenderung peternakan, kehutanan, dan perikanan. Hasil
meningkat (Bank Indonesia, 2010). penelitiannya menemukan bahwa kredit, jum-
Penelitian determinan produktivitas lahan lah tenaga kerja, luas lahan teririgasi mem-
pertanian khususnya komoditas tanaman pengaruhi produktivitas lahan pertanian.
pangan masih relevan dilakukan. Penelitian ini Masterson (2007) melakukan penelitian
akan menganalisis secara dreskiptif gambaran produktivitas lahan, efisiensi teknis dan skala
produktivitas lahan pertanian subsektor tanam- ukuran tanaman pangan pada sektor pertanian
an pangan di Indonesia. Penelitian ini akan di Paraguay. Hasil penelitiannya dengan meng-
mendasarkan analisisnya pada hipotesis bahwa gunakan model regresi berganda ditemukan
diduga modal, tenaga kerja, riset dan pengem- variabel luas lahan yang dikuasai berpengaruh
bangan pertanian, lahan yang teraliri irigasi, negatif terhadap produktivitas lahan. Sedang-
penggunaan pupuk urea, dan rata-rata lama kan ukuran rumah tangga, asset, akses kredit,
sekolah petani berpengaruh positif terhadap bantuan teknologi, dan kualitas tanah
produktivitas lahan pertanian subsektor berpengaruh positif terhadap produktivitas
tanaman pangan. Oleh karena itu, penelitian ini lahan pertanian.
juga akan mengkaji faktor-faktor apa saja yang Thirtle, Lin dan Piesse (2003) juga mengkaji
dapat memengaruhi produktivitas lahan perta- produktivitas lahan pertanian dengan tujuan
nian subsektor tanaman pangan di Indonesia. mengetahui dampak riset pertanian terhadap
Studi Literatur. Kebanyakan penelitian pertumbuhan produktivitas lahan pertanian
produktivitas lahan dengan menggunakan yang akhirnya berdampak terhadap pengu-
pendekatan fungsi produksi Cobb Douglas. rangan kemiskinan di Afrika, Asia, dan Ame-
Secara umum faktor yang dapat memengaruhi rika Latin. Riset dan pengembangan pertanian
produktivitas lahan pertanian adalah semua akan berdampak terhadap produktivitas lahan
variabel penjelas input yang lainnya selain pertanian tanaman pangan melalui timbulnya
lahan. Piya, Kiminami dan Yagi (2011) mengkaji inovasi varietas baru yang menghasilkan out-
produktivitas lahan pertanian di Asia Selatan put lebih banyak lagi, penggunaan pupuk dan
dan Asia Tenggara. Hasil risetnya menemukan pestisida menjadi lebih efektif, pembenihan
faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas peternakan lebih praktis dan produktif. Peneli-
lahan pertanian adalah variabel pupuk/hektar tian dan pengembangan pertanian dibutuhkan
yang berpengaruh positif dengan elastisitas tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas
0,21, demikian juga variabel traktor/hektar tanaman pangan, tetapi juga untuk menjaga
berpengaruh positif dengan elastisitas 0,12, dan agar produktivitas tanaman tetap terkontrol
variabel ternak/hektar berpengaruh positif dengan semakin berkembangnya berbagai
dengan elastisitas 0,36 serta tenaga kerja/hektar macam penyakit dan hama pada tanaman
juga berpengaruh positif terhadap produkti- pangan yang semakin bervariasi.
vitas lahan dengan elastisitas 0,40 yang juga Gaiha and Imai (2008) mengkaji determin-
merupakan pengaruh terbesar dalam mem- an pertumbuhan pertanian, determinan tenaga
pengaruhi produktivitas lahan pertanian. kerja pertanian dan tingkat upah di negara-
Sedangkan sumber pertumbuhan produksi negara berkembang. Hasil penelitiannya di-
pertanian lebih dominan kontribusi dari pro- temukan bahwa mesin traktor, lahan yang
duktivitas lahan daripada kontribusi perluasan teririgasi, penggunaan pupuk, tenaga kerja per-
lahan. tanian berpengaruh positif terhadap produkti-
Iqbal, Ahmad, and Abbas (2003) mengkaji vitas lahan pertanian.
dampak kredit terhadap produktivitas lahan
pertanian di Pakistan, kemudian mengestimasi

112 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 110-125
METODE PENELITIAN produktivitas lahan pertanian tanaman pangan.
Sedangkan rasio pada sisi sebelah kanan, 6
komponen terakhir menunjukkan rasio antara
Strategi Analisis Data salah satu input terhadap input tertentu. Rasio
Analisis data dibagi menjadi dua bagian yaitu tersebut dapat dibaca sebagai intensitas,
analisis deskriptif dan analisis inferensial. misalnya pada fungsi produksi Cobb-Douglass,
Analisis deskriptif digunakan sebagai penduga K/L dapat dibaca sebagai intensitas penggu-
awal hubungan antarvariabel. Dengan demi- naan modal. Dengan demikian pada persamaan
kian, hasil analisis deskriptif juga menjadi 2 adalah produktivitas lahan pertanian
media konfirmasi hasil estimasi inferensial tanaman pangan, adalah intensitas peng-
guna menguji kekuatan model yang digunakan. gunaan tenaga kerja pertanian tanaman
Analisis deskriptif dilakukan pada hubungan pangan, adalah intensitas penggunaan
antar variabel dalam bentuk diagram titik. modal pertanian tanaman pangan, adalah
intensitas penggunaan riset pertanian tanaman
Model Penelitian
pangan, adalah intensitas penggunaan
Penelitian ini menerapkan fungsi produksi pupuk pertanian tanaman pangan, adalah
Cobb-Douglas dengan asumsi Constant Return intensitas kualitas tenaga kerja pada pekerja
to Scale (CRS) pada produksi pertanian subsek- pertanian tanaman pangan dan adalah
tor tanaman pangan. Pengembangan fungsi intensitas lahan pertanian tanaman pangan
produksi Cobb-Douglas dilakukan dengan teririgasi.
menambah jumlah input dari 2 (modal dan Penerapan hasil riset membutuhkan jeda
tenaga kerja) menjadi 7 input, sehingga fungsi waktu karena penelitian yang dilakukan tidak
produksi berbentuk sebagai berikut: langsung dapat diterapkan di lapangan. Pan-
jang jeda waktu optimal ditentukan dari uji
statistik. Perbedaan infrastruktur antarwilayah
. . . . . . . akan dikontrol dengan variabel dummy.
(1) Berdasarkan persamaan 2 bentuk persamaan
regresi yang digunakan dalam penelitian ini
dimana Y adalah output, A adalah total factor berbentuk:
productivity, LHN adalah luas lahan pertanian
tanaman pangan, TK adalah tenaga kerja = + +
pertanian tanaman pangan, MDL adalah modal )+ ) +
pertanian tanaman pangan, RIS adalah riset dan
) +
pengembangan pertanian tanaman pangan,
PUP adalah pupuk pertanian tanaman pangan,
SDM adalah sumber daya manusia/kualitas + DInf + ε (3)
pada pekerja pertanian tanaman pangan dan
IRD adalah luas lahan pertanian tanaman dimana PRODVit adalah produktivitas lahan
pangan teririgasi. Persamaan 1 diubah ke pertanian tanaman pangan, TKLit adalah inten-
dalam bentuk logaritma natural pada kedua sisi sitas penggunaan tenaga kerja pertanian tanam-
menjadi: an pangan, MODALit adalah intensitas penggu-
naan modal pertanian tanaman pangan, RISETit
adalah intensitas penggunaan riset penelitian
dan pengembangan pertanian tanaman pangan,

PUPUKit adalah intensitas penggunaan pupuk
pertanian tanaman pangan, SDMLit adalah
intensitas kualitas tenaga kerja pertanian
(2) tanaman pangan, IRIGASIit adalah intensitas
penggunaan lahan pertanian tanaman pangan
Sisi sebelah kiri, , dapat dibaca sebagai yang teririgasi, DInf adalah variabel dummy

Determinan Produktivitas Lahan (Fazriyan Wardani, Djoni Hartono, dan Agni Alam) 113
infrastruktur irigasi dengan nilai 1 untuk wa data panel merupakan data kombinasi
kategori infrastruktur irigasi baik, dan bernilai antara data runtut waktu (time series) dengan
0 untuk kategori infrastruktur irigasi tidak baik, data kerat lintang antarindividu (cross-section).
dan ε adalah error term. Ciri khusus runtut waktu adalah berupa urutan
numerik dimana interval antarobservasi atas
Data dan Sumber Data sejumlah variabel bersifat konstan dan tetap.
Data modal (MDL) pertanian tanaman pangan Sedangkan data kerat lintang adalah suatu unit
menggunakan data nilai kredit. Karena keterba- analisis pada suatu titik waktu tertentu dengan
tasan data, modal yang digunakan dalam observasi atas sejumlah variabel.
penelitian ini dengan pendekatan nilai kredit
yang diberikan oleh Bank Umum dan Bank BPR HASIL DAN PEMBAHASAN
berupa modal kerja pertanian secara umum,
bukan modal kerja pertanian tanaman pangan.
Pada usaha pertanian banyak variabel yang
Data modal dalam penelitian ini belum mencer-
tidak terobservasi dapat mempengaruhi pro-
minkan capital stock.
duktivitas lahan pertanian tanaman pangan,
Data riset dan pengembangan pertanian
namun juga dapat memengaruhi variabel
tanaman pangan (RIS) menggunakan data ang-
penjelas misalnya kualitas lahan dan jumlah
garan penelitian dan pengembangan pertanian.
curah hujan. Sementara penelitian ini meng-
Karena keterbatasan data, anggaran penelitian
asumsikan bahwa strict exogeneity explanatory
dan pengembangan pertanian pada Balai
variabels conditional on unobservables (Wool-
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Badan
dridge, 2002). Maka model yang terbaik untuk
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
mengestimasi terhadap persamaan model 3
Kementerian Pertanian.
adalah fixed effect.
Data sumber daya manusia (SDM) meng-
Penelitian ini menggunakan asumsi terjadi
gunakan data rata-rata lama sekolah pada
adanya masalah heteroskedastisitas pada data
pekerja pertanian tanaman pangan. Alasannya,
karena data ekonomi mikro cenderung hetero-
kualitas tenaga kerja merupakan sesuatu yang
skedastis. Masalah heteroskedastisitas dapat
abstrak. Maka didekati dengan data rata-rata
diatasi menggunakan estimator GLS dengan
lama sekolah pada pekerja pertanian usia 15
cross-section weight (Wooldridge, 2009). Dampak
tahun keatas. Data yang akan digunakan dalam
lain penggunaan estimator GLS adalah meng-
penelitian ini adalah data sekunder dari BPS,
atasi masalah autokorelasi.
Kementerian Pertanian dan Bank Indonesia.
Wilayah observasi penelitian mencakup
Analisis Deskriptif
seluruh provinsi di Indonesia dengan beberapa
penggabungan pada provinsi yang berdekatan. Analisis hubungan antara variabel yang dijelas-
Penggabungan tersebut antara lain Riau diga- kan dengan masing masing variabel penjelas-
bung dengan Kepulauan Riau, Jawa Tengah nya digambarkan secara grafis. Analisis
digabung Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hubungan antara variabel ini tidak menggam-
Bali digabung Nusa Tenggara Barat (NTB) serta barkan kausalitas. Gambar 1 menunjukkan
Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan gambaran hubungan antara rata-rata produk-
digabung dengan Sulawesi Barat, Maluku diga- tivitas lahan pertanian tanaman pangan dengan
bung dengan Maluku Utara dan Papua diga- intensitas penggunaan tenaga kerja rata-rata di
bung dengan Papua Barat. Wilayah Provinsi 25 provinsi selama periode 2005-2009. Bila
DKI Jakarta tidak dimasukkan ke dalam dianalisis lebih dalam hubungan antara laju
penelitian. Alasannya, cakupan penelitian ini rata-rata pertumbuhan jumlah tenaga kerja dan
adalah pertanian tanaman pangan di pedesaan laju rata-rata pertumbuhan produktivitas lahan
saja. pertanian tanaman pangan untuk wilayah Jawa
Periode waktu yang digunakan dalam dan Sumatera terdapat 61,5 persen dari 13
penelitian ini adalah dari tahun 2005-2009. wilayah provinsi tersebut mempunyai anomali
Menurut Wooldridge (2009) menyebutkan bah- hubungan antara laju rata-rata pertumbuhan

114 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 110-125
tenaga kerja dengan laju rata-rata pertumbuhan nya. Sedangkan bila wilayah yang jumlah
produktivitas lahan selama 2005-2009 yakni tenaga kerjanya besar namun tidak dapat
Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Lam- menghasilkan produktivitas lahannya yang
pung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa tinggi seperti misalnya Provinsi Papua yang
Tengah digabung DIY, Jawa Timur, dan Banten. digabung dengan Papua Barat dengan jumlah
Wilayah tersebut menggambarkan penurunan tenaga kerja pertanian subsektor tanaman
rata-rata pertumbuhan jumlah tenaga kerja pangan 664 ribu orang dapat menghasilkan
yang tidak seiring dengan peningkatan rata- produktivitas lahannya sebesar 3,17 juta rupiah.
rata pertumbuhan produktivitas lahan. Hal Berbeda dengan wilayah Sumatera Barat yang
tersebut dimungkinkan untuk wilayah tersebut berjumlah tenaga kerja sekitar 452 ribu orang
sudah mengalami surplus tenaga kerja. Artinya dapat menghasilkan produktivitas lahannya
walaupun terjadi penurunan tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan Provinsi Papua yakni
tanaman pangan, namun produktivitas lahan sebesar 9,24 juta rupiah per hektar. Hal ini
tanaman pangan tetap mengalami pertumbuh- berarti alokasi sumberdaya manusia di Provinsi
an yang meningkat. Sedangkan bila dianalisis Papua tidak dimaksimalkan untuk menghasil-
untuk wilayah Provinsi Bali, NTB, NTT, kan produktivitas lahan tanaman pangan.
Kalimantan, Sulawesi dan Papua ditemukan Perkembangan produktivitas lahan pada
sekitar 58,3 persen dari 12 wilayah tersebut tahun 2006 terjadi peningkatan pertumbuhan
tidak mengalami anomali hubungan antara laju produktivitas rata-rata dari 25 provinsi dengan
rata-rata pertumbuhan tenaga kerja dengan laju laju sebesar 8,67 persen, sementara pertumbuh-
rata-rata pertumbuhan produktivitas lahan an intensitas penggunaan tenaga kerja rata-rata
yakni Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan dari 25 provinsi meningkat dengan laju sebesar
Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, 2,43 persen. Produktivitas lahan terbesar di
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Provinsi Jawa Timur sebesar 23,39 juta rupiah
Papua digabung Papua Barat. Wilayah tersebut per hektar, sedangkan terendah di Provinsi
menggambarkan peningkatan rata-rata pertum- Maluku digabung Maluku Utara sebesar 1,75
buhan jumlah tenaga kerja seiring dengan juta rupiah per hektar.
peningkatan rata-rata pertumbuhan produkti- Pada tahun 2007 pertumbuhan produktivi-
vitas lahan. Artinya peningkatan pertumbuhan tas rata-rata dari 25 provinsi bernilai positif
jumlah tenaga kerja di wilayah Kawasan Timur namun lebih kecil dari tahun sebelumnya
Indonesia (Sulawesi, Papua, NTB, NTT, serta dengan laju sebesar 1,93 persen. Produktivitas
Kalimantan) masih kebanyakan disertai pening- lahan terbesar di Provinsi Jawa Timur sebesar
katan pertumbuhan produktivitas lahannya. 23,65 juta rupiah per hektar, sedangkan
Perkembangan produktivitas lahan perta- terendah di Provinsi Maluku digabung Maluku
nian pada tahun 2005 terdapat tiga wilayah Utara. Pertumbuhan intensitas penggunaan
yang memiliki produktivitas lahan tertinggi tenaga kerja petani tanaman pangan rata-rata
yakni Provinsi Jawa Tengah digabung DIY, dari 25 provinsi ada penurunan laju dari tahun
Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sedangkan dua sebelumnya sebesar 3,24 persen.
wilayah yang produktivitas lahannya terendah Gambar 1 menunjukkan produktivitas
adalah Provinsi Maluku digabung Maluku lahan terbesar pada tahun 2008 berada di
Utara dan Kalimantan Tengah. Jumlah tenaga Provinsi Jawa Tengah digabung DIY sebesar
kerja yang besar dan disertai besarnya produk- 24,62 juta rupiah per hektar, sedangkan yang
tivitas lahan dibanding wilayah lainnya menun- terendah di Provinsi Maluku digabung Maluku
jukkan alokasi penggunaan tenaga kerja di Utara sebesar 1,74 juta rupiah per hektar.
daerah tersebut telah dioptimalkan untuk Pertumbuhan produktivitas rata-rata dari 25
menghasilkan produktivitas yang tinggi pula provinsi ada peningkatan daripada tahun
seperti misalnya Provinsi Jawa Timur berjum- sebelumnya dengan laju sebesar 2,92 persen,
lah tenaga kerja tanaman pangannya 3,5 juta sementara pertumbuhan intensitas penggunaan
orang mampu menghasilkan produktivitas tenaga kerja petani tanaman pangan rata-rata
lahannya sebesar 22,89 juta rupiah per hektar- dari 25 provinsi terjadi peningkatan dengan laju

Determinan Produktivitas Lahan (Fazriyan Wardani, Djoni Hartono, dan Agni Alam) 115
Produktivitas Lahan (juta rupiah/ha) 30

25

20

15

10

0
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0
Tenaga Kerja (orang/ha)
NAD SUMUT SUMBAR RIAU,KEPRI JAMBI
SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL JABAR
JATENG,DIY JATIM BANTEN BALI, NTB, NTT KALBAR
KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG
SULSEL,SB SULTRA GORONTALO MALUKU,MU PAPUA,PB

Sumber : BPS-Kementerian Pertanian (2011), diolah


Gambar 1. Hubungan Produktivitas Lahan Rata-rata dan Intensitas Penggunaan Tenaga Kerja Rata-rata

sebesar 28,94 persen. modal pertanian tertinggi selama periode 2005-


Perkembangan nilai produktivitas lahan 2009 adalah Provinsi Kalimantan Timur sebesar
rata-rata dari 25 provinsi pada tahun 2009 51,54 persen dan juga memiliki laju rata-rata
terjadi peningkatan walaupun sangat kecil pertumbuhan produktivitas lahan tertinggi
sebesar 8,88 juta rupiah per hektar. Namun sebesar 13,27 persen, namun produktivitas
pertumbuhan produktivitas lahan rata-rata dari lahan pertanian tanaman pangan hanya sekitar
25 provinsi terjadi penurunan dengan laju 5 juta rupiah/hektar tidak sebesar seperti
sebesar 1,44 persen. Sementara pertumbuhan Provinsi Jawa Timur. Hal ini diduga karena
intensitas penggunaan tenaga kerja petani alokasi penggunaan modal pertanian di wila-
tanaman pangan rata-rata dari 25 provinsi juga yah tersebut tidak sebagian besar untuk peng-
menurun dengan laju sebesar 6,01 persen. gunaan komoditas tanaman pangan, Provinsi
Produktivitas lahan terbesar masih di Jawa Kalimantan Timur memiliki potensi hutan lebih
Tengah digabung DIY sebesar 26,39 juta rupiah besar daripada potensi tanaman pangannya.
per hektar, sedangkan terendah masih di Hal yang sama diduga terjadi pula di wilayah
Maluku digabung Maluku Utara sebesar 1,74 Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Tengah,
juta rupiah per hektar. Secara keseluruhan Jambi yang memiliki potensi perkebunan lebih
pertumbuhan produktivitas lahan pertanian besar daripada tanaman pangan sehingga
tanaman pangan meningkat dengan laju rata- menyebabkan alokasi penggunaan modal tidak
rata pertumbuhan dari 25 provinsi sebesar 2,52 digunakan sebagian besar untuk komoditas
persen. Sedangkan rata-rata pertumbuhan in- tanaman pangan.
tensitas penggunaan tenaga kerja pertanian Perkembangan intensitas penggunaan mo-
tanaman pangan dari 25 provinsi menurun dal pertanian tanaman pangan pada tahun 2005
dengan laju sebesar 0,17 persen. terbesar di Provinsi Jawa Timur sebesar 4,06
Gambar 2 menggambarkan sebaran nilai juta rupiah per hektar, sedangkan terendah di
hubungan produktivitas lahan rata-rata dan Provinsi NAD sebesar 0,15 juta rupiah per
intensitas penggunaan modal rata-rata perta- hektar. Sedangkan perkembangan pada tahun
nian tanaman pangan di 25 provinsi selama 2006 pertumbuhan intensitas penggunaan
2005-2009. Bila dianalisis lebih dalam laju rata- modal pertanian tanaman pangan rata-rata dari
rata pertumbuhan intensitas penggunaan 25 provinsi dengan lajunya sebesar 24,05 per-

116 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 110-125
Produktivitas Lahan (juta rupiah/ha)
30

25

20

15

10

0
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0
Modal (juta rupiah/ha)
NAD SUMUT SUMBAR RIAU,KEPRI JAMBI
SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL JABAR
JATENG,DIY JATIM BANTEN BALI, NTB, NTT KALBAR
KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG
SULSEL,SB SULTRA GORONTALO MALUKU,MU PAPUA,PB

Sumber : BPS-Kementerian Pertanian (2011), diolah

Gambar 2. Hubungan Produktivitas Lahan Rata-rata dan Intensitas Penggunaan Modal Rata-rata

sen. Intensitas penggunaan modal pertanian persen. Intensitas penggunaan modal pertanian
tanaman pangan terbesar di Provinsi Jawa tanaman pangan terbesar di Provinsi Lampung
Timur sebesar 3,42 juta rupiah per hektar, sebesar 6,67 juta rupiah per hektar, sedangkan
sedangkan terendah di Provinsi NAD sebesar terendah di Provinsi NAD sebesar 0,27 juta
0,15 juta rupiah per hektar. rupiah per hektar. Secara keseluruhan pertum-
Pertumbuhan intensitas penggunaan mo- buhan tahunan rata-rata dari 25 provinsi atas
dal terjadi penurunan dibandingkan tahun intensitas penggunaan modal tumbuh positif
sebelumnya pada tahun 2007 dengan laju dengan laju sebesar 17,28 persen.
pertumbuhan rata-ratanya dari 25 provinsi Gambar 3 menunjukkan hubungan antara
sebesar 21,67 persen. Intensitas penggunaan rata-rata produktivitas lahan pertanian dengan
modal terbesar di Provinsi Jawa Timur sebesar intensitas penggunaan anggaran riset pertanian
4,13 juta rupiah per hektar, sedangkan terendah rata-rata selama tahun 2005-2009. Perkembang-
di Provinsi NAD sebesar 0,2 juta rupiah per an intensitas penggunaan anggaran riset perta-
hektar. Sementara tahun 2008 juga terjadi nian pada tahun 2005 terbesar di Provinsi
peningkatan intensitas penggunaan modal per- Bangka Belitung sebesar 47,26 ribu rupiah/ha,
tanian tanaman pangan dengan laju pertum- sedangkan terendah di Provinsi NAD sebesar
buhan rata-ratanya dari 25 provinsi sebesar 3,89 ribu rupiah/ha.
32,48 persen. Intensitas penggunaan modal Peningkatan pertumbuhan intensitas
pertanian tanaman pangan terbesar di Provinsi penggunaan anggaran riset pertanian terjadi
Jawa Timur sebesar 5,35 juta rupiah per hektar, pada tahun 2006 dengan laju rata-rata dari 25
sedangkan terendah di Provinsi NAD sebesar provinsi sebesar 66,81 persen. Intensitas
0,26 juta rupiah per hektar. penggunaan anggaran riset pertanian terbesar
Perkembangan pertumbuhan intensitas di Provinsi Bangka Belitung sebesar 78,99 ribu
penggunaan modal di tahun 2009 lebih kecil rupiah/ha, sedangkan terkecil di Provinsi
dibandingkan tahun sebelumnya dengan laju Sumatera Selatan sebesar 8,63 ribu rupiah/ha.
rata-ratanya dari 25 provinsi menjadi 10,22

Determinan Produktivitas Lahan (Fazriyan Wardani, Djoni Hartono, dan Agni Alam) 117
Produktivitas Lahan (juta rupiah/ha)
30

25

20

15

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Riset (000 rupiah/ha)

NAD SUMUT SUMBAR RIAU,KEPRI JAMBI


SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL JABAR
JATENG,DIY JATIM BANTEN BALI, NTB, NTT KALBAR
KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG
SULSEL,SB SULTRA GORONTALO MALUKU,MU PAPUA,PB
Sumber : BPS-Kementerian Pertanian (2011), diolah

Gambar 3. Hubungan Produktivitas Lahan Rata-Rata dan Intensitas Penggunaan Anggaran Riset Pertanian
Rata-Rata

Perkembangan pertumbuhan intensitas penggunaan lahan teririgasi rata-rata selama


penggunaan anggaran riset pertanian pada periode 2005-2009. Semakin besar intensitas
tahun 2007 laju rata-rata dari 25 provinsi penggunaan lahan teririgasi, maka semakin
sebesar 62,58 persen. Intensitas penggunaan besar kemungkinan tanaman pangan memper-
anggaran riset pertanian terbesar di Provinsi oleh kebutuhan kecukupan air. Dampaknya
Bangka Belitung sebesar 96,44 ribu rupiah/ha, akan meningkatkan hasil produksi tanaman
sedangkan yang terkecil di Provinsi Kalimantan pangan sehingga meningkatkan produktivitas
Selatan sebesar 11,25 ribu rupiah/ha. Laju komoditas tanaman pangan terutama komodi-
pertumbuhan rata-rata intensitas penggunaan tas padi yang membutuhkan air relatif lebih ba-
anggaran riset pertanian dari 25 provinsi pada nyak dibandingkan komoditas tanaman pangan
tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 5,98 lainnya.
persen. Intensitas penggunaan anggaran riset Pada tahun 2005 intensitas penggunaan
pertanian terbesar yakni di Provinsi Bangka lahan teririgasi terbesar di Provinsi Jawa Timur
Belitung sebesar 76,63 ribu rupiah/ha, sedang- sebesar 0,77. Sedangkan terkecil di Provinsi
kan yang terendah di Provinsi Kalimantan Papua digabung Papua Barat sebesar 0,04.
Selatan sebesar 9,74 ribu rupiah/ha. Intensitas Perkembangan intensitas penggunaan lahan
penggunaan anggaran riset pertanian pada teririgasi pada tahun 2009, Provinsi Jawa Timur
tahun 2009 laju pertumbuhan rata-rata dari 25 masih terbesar dengan intensitas penggunaan
provinsi meningkat lagi dengan laju sebesar lahan teririgasi sebesar 0,77 sedangkan yang
11,93 persen. Secara keseluruhan pertumbuhan terendah adalah Provinsi Riau sebesar 0,04.
anggaran penelitian cenderung meningkat Sementara Provinsi Papua intensitas penggu-
selama periode 2005-2009 dengan laju sebesar naan lahan teririgasi meningkat menjadi 0,06.
26,88 persen. Gambar 5 menunjukkan gambaran hubung-
Gambar 4 menggambarkan hubungan pro- an antara produktivitas lahan rata-rata dengan
duktivitas lahan rata-rata dengan intensitas intensitas kualitas sumber daya manusia rata-

118 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 110-125
Produktivitas Lahan (000 rupiah/ha)
30

25

20

15

10

0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 00,50 0,60 0,70 0,80
0 0,90
Intenssitas lahan terirrigasi (ha/ha)
NAD SUM
MUT SUMBAR RIAU
U,KEPRI JAMBI
SUMSEL BEN
NGKULU LAMPUNG BAB
BEL JABAR
JATENG,DIY
Y JATIIM BANTEN BAL
LI, NTB, NTT KALBAR
KALTENG KAL
LSEL KALTIM SUL
LUT SULTENG
SULSEL,SB SUL
LTRA GORONTAL
LO MAL
LUKU,MU PAPUA,PB
Su
umber : BPS-Kem
menterian Pertan
nian (2011), diollah

Gambar 4. Hubungan Produk


ktivitas Lahan
n Rata-rata dan
n Intensitas Lahan Teririgasi Rata-rata

rata deengan pendeekatan rata-rrata lama seekolah sebbesar 4 tahu


un. Perkembbangan rata--rata lama
di 25 provinsi sellama tahun n 2005-2009. Pada sekkolah petanni tan amann pangan pa ada tahun
tahun 2005 rata-rata lama sekolah p petani 20009 wilayah h yang ratta-rata lama a sekolah
tanama an pangan terbesar
t di Provinsi
P Sullawesi terrbesar masihh di Provin
nsi Lampung g, sedang-
Utara sebesar 7,21
1 tahun, seddangkan tereendah kaan terendah masih di Provinsi Pa apua diga-
di Pro ovinsi Papuua digabun ng Papua Barat buung Papua Barat. Seca ara keseluru
uhan nilai
Produktivitas Lahan (000 rupiah/ha)

30

25

20

15

10

0
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0
Inteensitas SDM (ttahun per 1000
000 ha)
NAD SUM
MUT SUMBAR RIIAU,KEPRI JAMBI
SUMSEL BEN
NGKULU LAMPUNG
G BA
ABEL JABAR
JATENG,DIY
Y JATIM BANTEN BA
ALI, NTB, NTT KALBAR
R
KALTENG KAL
LSEL KALTIM SU
ULUT SULTENG
SULSEL,SB SUL
LTRA GORONTA
ALO M
MALUKU,MU PAPUA,P
PB

Sumb
ber : BPS-Kemeenterian Pertan
nian (2011), diiolah
Gamb
bar 5. Hubungan Produktiv
vitas Lahan R
Rata-rata dan Intensitas Ku
ualitas Sumber Daya Manu
usia Rata-
rata

Determ
minan Produk
ktivitas Laha
an (Fazriyan Wardani, Djjoni Hartono,, dan Agni Alam)
A 119
Produktivitas Lahan (juta rupiah/ha)
30

25

20

15

10

0
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4
Pupuk (ton/ha)
NAD SUMUT SUMBAR RIAU,KEPRI JAMBI
SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL JABAR
JATENG,DIY JATIM BANTEN BALI, NTB, NTT KALBAR
KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG
SULSEL,SB SULTRA GORONTALO MALUKU,MU PAPUA,PB

Sumber: BPS-Kementerian Pertanian (2011), diolah


Gambar 6. Hubungan Produktivitas Lahan Rata-rata dan Intensitas Penggunaan Pupuk Urea Rata-rata.

rata-rata pertumbuhan rata-rata lama sekolah struktur kualitas tanah sehingga hasil produksi
petani tanaman pangan dari 25 provinsi lajunya tanaman pangan tidak optimal.
sebesar 0,69 persen. Pada tahun 2005 intensitas penggunaan
Faktor sumber daya manusia dengan pen- pupuk urea terbesar di Provinsi Sulawesi Teng-
dekatan rata-rata lama sekolah ini dapat menja- gara sebesar 1,416 ton/hektar/tahun, bila di
di modal dasar petani untuk menerima transfer daerah tersebut diusahakan 3 kali dalam seta-
pengetahuan tentang teknologi atau dalam hun dosis penggunaan pupuknya masih terlalu
rangka mengadaptasi hasil riset pertanian besar, tidak sesuai dengan anjuran Kementerian
terbaru. Karena keberhasilan upaya penyu- Pertanian sebesar 200-300 kg/ hektar (Balit-
luhan dari pemerintah juga perlu didukung bang-Kementerian Pertanian, 2008). Sedangkan
oleh tingkat pendidikan agar paling tidak wilayah yang intensitas penggunaan pupuk
dalam mengaplikasikan obat pestisida perta- terendah di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
nian yang baru, pupuk organik sesuai dosisnya. 0,023 ton/hektar/tahun, dosis yang masih di
Tingkat pendidikan ini juga mempermudah bawah anjuran dari Kementerian Pertanian.
petani untuk mencari informasi tentang hasil Berbeda dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah
inovasi terbaru benih unggul melalui internet digabung DIY yang menggunakan pupuk urea
yang sekarang dapat diakses di pedesaan sebesar 0,789 ton/hektar/ tahun, bila diusaha-
tempat tinggal petani. kan 3 kali dalam setahun dosisnya masih sesuai
Gambar 6 menggambarkan hubungan aturan sehingga menghasilkan produktivitas
antara produktivitas lahan rata-rata dengan lahan yang optimal.
penggunaan pupuk per unit satuan lahan yang
digunakan tanaman pangan di 25 provinsi Analisis Hasil Regresi
selama periode 2005-2009. Pupuk kimia seperti Model fixed effect yang menggunakan estimasi
salah satunya urea merupakan salah satu alat Generalized Least Square (GLS) dengan pembo-
input kebutuhan petani untuk meningkatkan botan terhadap crosssection dapat dilihat pada
hasil usaha pertanian tanaman pangan. Namun Tabel 1. Terdapat dua variabel yang tidak berpe-
bila dosis p enggunaan pupuk urea tidak sesuai ngaruh terhadap produktivitas lahan pertanian
dosis maka akan menyebabkan kerusakan

120 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 110-125
Tabel 1. Hasil Estimasi Model
Variabel Nilai
Konstanta 9,453632***
(0,831563)
Tenaga Kerja/Lahan -0,009583
(0,028035)
Modal/ Lahan 0,033765***
(0,010299)
Riset / Lahan (lag tahun ke 2) 0,041810***
(0,008129)
Lahan Teririgasi X Dummy Infrastruktur Irigasi 0,175725**
(0,071815)
Sumber daya manusia / Lahan 0,675189***
(0,074569)
Pupuk / Lahan 0,003036
(0,011329)
R2 0,999672
Adjusted R2 0,999448
F-Statistik 4468,370***

Sumber : Hasil pengolahan data penelitian


Ket : ** Signifikan pada taraf nyata 5%, *** Signifikan pada taraf nyata 1%,
Angka dalam kurung merupakan standard error

tanaman pangan. Variabel tersebut adalah produktivitas tenaga kerja dan akan mening-
pupuk dan variabel tenaga kerja. katkan produktivitas lahan Carter (1989).
Selanjutnya dari hasil estimasi pada Tabel 1 Riset berpengaruh positif terhadap pro-
dapat diinterpretasikan bahwa modal mem- duktivitas lahan sehingga sesuai dengan hipo-
pengaruhi produktivitas lahan dengan bertan- tesis alternatif pada hipotesis uji. Anggaran
da positif sesuai dengan hipotesis alternatif riset dan pengembangan pertanian merupakan
pada hipotesis uji dengan nilai elastisitas bentuk inovasi input produksi baik berupa bibit
sebesar 0,03. Artinya peningkatan 1 persen unggul maupun teknologi praktis yang dapat
modal yang diberikan untuk usaha pertanian meningkatkan produktivitas lahan. Peningkat-
akan meningkatkan 0,03 persen produktivitas an anggaran riset dan pengembangan seyogya-
lahan pertanian subsektor tanaman pangan, nya disertai peningkatan kinerja para ahli di
dengan asumsi bahwa variabel-variabel lain bidang pertanian untuk menghasilkan pene-
adalah tetap. Hal ini menjelaskan bahwa usaha muan-penemuan baru dan uji coba praktek di
pertanian komoditas tanaman pangan membu- lapangan atas hasil penemuan tersebut. Sema-
tuhkan kredit sebagai salah satu sumber modal kin banyak uji coba praktik di lapangan dengan
usahanya. Walaupun banyak dipertentangkan hasil yang mampu meningkatkan produksi
bahwa kredit bukan sumber utama permodalan akan menyebabkan petani pun tertarik untuk
usaha pertanian. Modal yang bersumber dari menggunakan teknologi tersebut. Karena peta-
kredit akan menolong petani yang kesulitan ni Indonesia cenderung tidak berani menggu-
mendapatkan modal. nakan bibit baru sebelum terbukti hasilnya
Modal yang diperoleh tersebut dapat dapat meningkatkan produksi usaha tanaman
digunakan untuk pembelian input produksi pangan tersebut. Riset pada penelitian ini ber-
seperti bibit/benih tanaman pangan, pestisida, pengaruh terhadap produktivitas lahan dengan
dan sarana produksi lainnya seperti mesin nilai elastisitas sebesar 0,04 artinya peningkatan
traktor, dan alat yang mahal lainnya. Selain itu penelitian dan pengembangan pertanian sebe-
dengan fasilitas kredit seseorang dapat mening- sar 1 persen akan meningkatkan produktivitas
katkan konsumsi sehingga nutrisi seseorang lahan pertanian tanaman pangan sebesar 0,04
akan meningkat yang berakibat meningkatnya persen, dengan asumsi bahwa variabel-variabel

Determinan Produktivitas Lahan (Fazriyan Wardani, Djoni Hartono, dan Agni Alam) 121
lain adalah tetap. Riset berpengaruh positif ter- pada hipotesis uji. Hal ini diduga pupuk urea
hadap produktivitas lahan pertanian subsektor bukan merupakan input yang efektif. Hasil
tanaman pangan setelah dua tahun kemudian. yang serupa dengan penelitian yang dilakukan
Sementara itu sumber daya manusia ber- oleh Pingali and Rosegrant (1994) yang menye-
pengaruh terhadap produktivitas lahan, sesuai butkan bahwa penyebab kelelahan lahan
dengan hipotesis alternatif pada hipotesis uji. pertanian karena terbentuknya tanah keras dan
Nilai elastisitasnya sebesar 0,67 artinya setiap padat, serta berkurangnya kemampuan tanah
terjadi peningkatan 1 persen pada sumber daya dalam penyediaan unsur nitrogen.
manusia yang diukur oleh rata-rata lama seko- Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh
lah pekerja pertanian tanaman pangan per unit terhadap produktivitas lahan pertanian subsek-
lahan pertanian tanaman pangan akan mening- tor tanaman pangan. Hal ini sesuai dengan
katkan produktivitas lahan pertanian tanaman hipotesis null pada hipotesis uji. Diduga tidak
pangan sebesar 0,67 persen, dengan asumsi berpengaruhnya jumlah tenaga kerja terhadap
bahwa variabel-variabel lain adalah tetap. Hal produktivitas lahan pertanian subsektor tanam-
ini menggambarkan bahwa semakin tinggi jen- an pangan, karena tenaga kerja pertanian sudah
jang pendidikan formal, petani akan berupaya banyak dan mengalami surplus tenaga kerja.
untuk meningkatkan produktivitas lahan perta- Artinya penambahan jumlah tenaga kerja perta-
nian tanaman pangan dengan mengadopsi nian tanaman pangan tidak mempengaruhi
teknologi baru dalam bertani. Selain teknologi output karena lahan garapan petani juga sema-
yang bersumber dari penyuluhan langsung di kin berkurang. Sedangkan program intensifi-
lapangan, petani dapat berupaya mencari infor- kasi pertanian terus digalakkan.
masi melalui penyebaran informasi melalui Efek individu dari hasil estimasi model
media cetak dari Kementerian Pertanian atau terbaik diperoleh bahwa variabel lain di luar
media internet. persamaan model 3 yang dapat memengaruhi
Lahan yang teraliri irigasi berpengaruh produktivitas lahan pertanian subsektor tanam-
positif terhadap produktivitas lahan tanaman an pangan adalah wilayah Provinsi Jawa
pangan dengan nilai elastisitas sebesar 0,17 Tengah tergabung DIY dan Provinsi Jawa
artinya setiap peningkatan perluasan irigasi Timur dengan koefisien masing-masing sebesar
yang berlokasi di Pulau Jawa dan Sumatera 11,45 poin dan 11,44 poin. Artinya terdapat
sebesar 1 persen akan berpengaruh terhadap variabel lain di wilayah provinsi tersebut yang
peningkatan produktivitas lahan pertanian dapat memengaruhi produktivitas lahan perta-
tanaman pangan sebesar 0,17 persen, dengan nian subsektor tanaman pangan. Variabel-
asumsi bahwa variabel-variabel lain adalah variabel yang diduga tersebut diasumsikan
tetap. Ketersediaan air merupakan faktor utama adalah besaran tenaga kerja penyuluh pertanian
dalam usaha tani komoditas tanaman pangan. dan kualitas tanah di Pulau Jawa lebih banyak
Karena kecukupan air untuk memenuhi kebu- daripada di luar Pulau Jawa. Hasil penelitian
tuhan tanaman pangan ini untuk mengantisi- yang pernah dilakukan oleh Kusmiyati,
pasi terjadinya musim kemarau. Pemeliharaan Maryani dan Kusnadi (2010) menyebutkan
jaringan irigasi dan perbaikan manajemen pentingnya peran penyuluh untuk memotivasi
distribusi air irigasi sangat diperlukan sebagai petani dalam upaya peningkatan produktivitas
penyedia air. Kebutuhan irigasi untuk masing- pertanian. Selain itu faktor internal yang dapat
masing komoditas tanaman pangan berbeda- memengaruhi kinerja penyuluh adalah tingkat
beda. Karena komoditas padi di Indonesia pendidikan formal. Bila dilihat dari distribusi
merupakan komoditas dominan diantara lain- jumlah tenaga kerja penyuluh pertanian se-
nya maka perluasan irigasi diarahkan kepada Indonesia, jumlah penyuluh di Jawa Timur
lahan yang masih diusahakan oleh petani untuk sebanyak 2775 orang dengan komposisi tingkat
menanam padi. pendidikan diploma III/IV sebanyak 456 orang,
Pupuk tidak berpengaruh terhadap pro- Strata 1 sebanyak 1.830 orang, dan Strata 2
duktivitas lahan pertanian subsektor tanaman sebanyak 62 orang, sisanya lulusan SLTA.
pangan, sehingga sesuai dengan hipotesis null Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah sejumlah

122 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 110-125
2.568 orang penyuluh dan di Provinsi DIY yang dapat mempengaruhi produktivitas lahan
sejumlah 318 orang (Rekapitulasi Penyuluh pertanian subsektor tanaman pangan. Penggu-
Pertanian, 2012). Hasil penelitian Badan peneli- naan variabel tersebut perlu dikaji dalam ruang
tian tanah Kementerian Pertanian (2011) me- lingkup provinsi/kabupaten agar diperoleh
nyebutkan terkonsentrasinya lahan persawahan pendekatan data yang lebih baik.
di Pulau Jawa berkaitan dengan jenis tanah Penggunaan variabel pupuk urea sebagai
yang berasal dari bahan induk endapan pendekatan variabel pupuk masih terbatas da-
vulkanik, yang secara alami lebih subur lam penelitian ini. Saran penelitian selanjutnya
daripada tanah-tanah di luar Pulau Jawa. dapat dimodifikasi dengan menambahkan fak-
tor pupuk lainnya seperti pupuk organik.
Penggunaan variabel tersebut perlu dikaji
SIMPULAN
dalam satu periode musim tanam agar diper-
oleh pendekatan data yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diper-
oleh, akhirnya dapat ditarik beberapa kesim-
pulan bahwa produktivitas lahan tiga wilayah DAFTAR PUSTAKA
terbesar berada di Provinsi Jawa Tengah terma-
suk DIY, Jawa Timur, Jawa Barat dengan nilai Alene, A.D., and O. Coulibaly. (2008). The
masing-masing sebesar 24,10 juta rupiah/ha, Impact of Agricultural Research on Pro-
23,60 juta rupiah/ha, dan 22,50 juta rupiah/ha. ductivity and Poverty in sub-Saharan
Produktivitas lahan terendah berada di Pro- Africa. Journal Food Policy 34.p.198-209.
vinsi Maluku termasuk Maluku Utara sebesar
Badan penelitian dan pengembangan pertanian.
1,70 juta rupiah/ha. Perkembangan produk-
tivitas lahan dari tahun 2005-2009 cenderung 2005-2009 (tahunan). Statistik Penelitian
meningkat dengan laju pertumbuhan per tahun Pertanian. Jakarta: Kementerian Pertanian.
yang positif sebesar 2,38 persen. Badan Penelitian dan Pengembangan Perta-
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh nian-Kementan. 2005. Prospek dan Arah Pe-
positif terhadap produktivitas lahan pertanian ngembangan Agribisnis: Tinjauan Aspek
subsektor tanaman pangan yakni anggaran Kesesuaian Lahan. Jakarta: Balitbang-Ke-
penelitian dan pengembangan pertanian, mo- menterian Pertanian.
dal, lahan pertanian yang teraliri irigasi, dan
sumber daya manusia dengan pendekatan rata- Badan Penelitian dan Pengembangan Perta-
rata lama sekolah yang dimiliki pekerja perta- nian-Kementerian Pertanian. (2006). Kum-
nian. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh pulan Istilah Ilmu Tanah. Jakarta: Balit-
terhadap produktivitas lahan pertanian bang-Kementerian Pertanian.
subsektor tanaman pangan adalah pupuk dan Badan Penelitian Tanah-Kementerian Pertanian.
tenaga kerja. Nopember 20, 2011. http://balittanah.
Saran. Penelitian selanjutnya dapat meng- litbang.deptan.go.id/eng/dokumentasi/b
kaji lebih dalam tentang kualitas sumber daya uku/tanahsawah/tanahsawah5.pdf
manusia berupa tingkat pengalaman pekerja
tanaman pangan dalam berusaha tani tanaman Badan Pusat Statistika. 2004). Sensus Pertanian.
pangan melalui data pelatihan-pelatihan yang Jakarta: BPS.
telah diselenggarakan oleh pemerintah baik Badan Pusat Statistika. 2005-2010 (tahunan).
formal maupun informal. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.
Terdapat beberapa faktor lain yang belum
Badan Pusat Statistika. 2011. Ensiklopedia Indi-
terobservasi dalam penelitian ini seperti kuali-
kator Ekonomi dan Sosial. Jakarta: BPS.
tas lahan, organisme pengganggu tanaman
(OPT) dan curah hujan. Saran untuk penelitian Badan Pusat Statistika -Kementerian Pertanian.
selanjutnya, variabel-variabel tersebut dapat 2010. Data Sub Sistem Hulu (CD- ROM).
digunakan untuk mengkaji faktor-faktor lain Jakarta: Pusdatin-BPS.

Determinan Produktivitas Lahan (Fazriyan Wardani, Djoni Hartono, dan Agni Alam) 123
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Iqbal, M. M. Ahmad, and K. Abbas. 2003. The
Teknologi Pertanian-BALITBANG Ke- Impact of Institutional Credit on Agricultural
menterian Pertanian (Kementan). (2008). Production in Pakistan. MPRA. No. 3673.
Teknologi Budidaya Padi. Jakarta: Badan Irawan, B.., B. Winarso, I. Sadikin, dan G.S.
Penelitian dan Pengembangan Pertanian- Hardono. 2003. Analisis Faktor Penyebab
Kementerian Pertanian. Pelambatan Produksi Komoditas Tanaman
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Utama. Bogor: Pusat Penelitian dan
Teknologi Pertanian-BALITBANG Ke- Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
menterian Pertanian (Kementan). 2008. Kiani, Adiqa K. 2008. Farm Size and Pro-
Teknologi Budidaya Ubi Kayu. Jakarta: ductivity in Pakistan. European Journal of
Badan Penelitian dan Pengembangan Per- Science Vol.7 No.2.
tanian-Kementerian Pertanian.
Kusmiyati, Maryani Ait dan Kusnadi, Dedi.
Baltagi, B.H. 2005. Econometric Analysis of Panel 2010. Kinerja Penyuluh Pertanian PNS
Data 3rd ed. England: John Wiley and dalam Melaksanakan Tupoksi Di Kabu-
Sons, Ltd. paten Bogor (Kasus di BP3K Cibung-
Bank Indonesia. 2005-2010 (bulanan). Statistik bulang). Bogor: Jurnal Penyuluhan Perta-
Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) nian Vol. 5 No.1. Mei.
provinsi-provinsi di Indonesia. Jakarta: Bank Li, J., Y. Xin, and L. Yuan. 2009. Hybrid Rice
Indonesia. Technology Development Ensuring
Basis Data Statistik Pertanian. September 1, China’s Food Security. IFPRI Discussion
2011. http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/ Paper 00918-CGIAR.
newkom.asp Luh, Yir-Hueih, C.C. Chang, and Fung-Mey
Carter,M.R. 1989. The Impact of Credit on Peasant Huang. 2008. Efficiency Change and Pro-
Productivity and Differentiation in Nicara- ductivity Growth in Agriculture: A Com-
gua. Journal of Development Economics parative Analysis for Selected East Asian
31, 13-36. Economics. Journal of Asian Economics.
Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Perta- Vol.19 p.312-324
nian. Jakarta: Bumi Aksara. Masterson, T. 2007. Productivity, Technical Effi-
Evenson, R.E. and C.E. Pray. 1991. Research and ciency, and Farm Size in Paraguayan
Productivity in Asian Agriculture. Ithaca: Agriculture. WP. No. 490. The Levy Eco-
Cornell University Press. nomic Institute of Bard College.
Gaiha, Raghav and K. Imai. 2008. Agricultural Olayide, S. Olajuwon and E.O. Heady. 1982.
Growth, Employment, and Wage Rates in Introduction to Agricultural Production Eco-
Developing Countries in Berlin Workshop nomics. Ibadan University Press. 319 p.
Series. World Bank. Pingali, P.L. and M.W. Rosegrant. 1994. Con-
Griffith, William E.,Hill, R.C. and Lim, G.C. fronting the Environmental Consequences of
2008. Using Eviews for Principle of Econo- the Green Revolution in Asia. Environment
metrics. Australia: John Wiley and Sons, and Production Technology Division,
Inc. IFPRI. Washington D.C.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu tanah. Medyatama Piya, Sujan, A. Kiminami, and H. Yagi. 2011.
Sarana Perkasa. Sources of Agricultural Productivity Growth
in South and Southeast Asia. Trend in Agri-
Haider M.Z. 2011. Technical Efficiency of Agri-
cultural Economics 4(1):18-29.
cultural Farms in Khulna, Bangladesh:
Stochastic Frontier Approach. International Rastogi, P.N. 2002. Sustaining Enterprise Compe-
Journal of Economic and Science Vol.3 No.3. titiveness –is Human Capital the Answer.

124 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 110-125
Human System Management. 19(3), 193- Thirtle, C.,Lin Lin, J. Piesse. 2003. The Impact of
203. Research-Led Agricultural Productivity
Rekapitulasi Penyuluh Pertanian Berdasarkan Growth on Poverty Reduction in Africa,
Pendidikan. Januari 3, 2012. http://www. Asia and Latin America. World Develop-
deptan.go.id/bppsdmp/images/downloa ment Vol.31No.12,p 1959-1975.
d/rekappnsdik2010.pdf Todaro, Michael P. 2000. Ekonomi pembangunan
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. di Dunia Ketiga Edisi Tujuh- Jilid 1 (Haris
Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Munandar, Penerjemah). Jakarta: Erlang-
ga.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan
Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Dou- Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2009, tentang
glas. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Tambahan Lembaran Ne-
Suphannachart, W. and P. Warr. 2010. Total
gara Republik Indonesia Nomor 5068.
Factor Productivity in Thai Agriculture.
Working Paper No. 2553/1. Wooldridge, J.M. 2002. Econometric Analysis of
Cross Section and Panel Data. England: MIT
Susilowati, Sri, H. Sumaryanto, dkk. 2008. Arah
Press. Cambridge, Massachusetts.
Perubahan Penguasaan Lahan dan Tena-
ga Kerja Pertanian. Laporan Akhir Konsor- Wooldridge, J.M.2009. Introductory Econometrics
sium Penelitian: Karakteristik Sosial Ekonomi A Modern Approach 4th ed. Canada: South
Petani pada Berbagai Agroekosistem. Jakarta: Western-Cengage Learning.
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebi- World Bank Report. 2011. Who is Benefiting from
jakan Pertanian. Departemen Pertanian. Fertilizer Subsidies in Indonesia?. Policy
Swastika, Dewa K.S., J. Wargiono, Soejitno, dan Research Working Paper World Bank East
A. Hasanuddin. 2007. Analisis Kebijakan Asia and Pacific Region Poverty Reduct-
Peningkatan Produksi Padi melalui Efi- ion and Economic Management Unit.
siensi Pemanfaatan Lahan Sawah di Indo-
nesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume
5 No. 1, Maret 2007: 36-52.

Determinan Produktivitas Lahan (Fazriyan Wardani, Djoni Hartono, dan Agni Alam) 125

Potrebbero piacerti anche