Sei sulla pagina 1di 10

J. Akad. Kim.

3(3): 111-120, August 2014


ISSN 2302-6030
EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI DAUN PALADO (Agave angustifolia)
DAN PEMANFAATANNYA DALAM PROSES PEMBUATAN VIRGIN
COCONUT OIL

The Extract of Protease Enzyme of Palado (Agave angustifolia) Leaf and Its Use
in The Making Process of Virgin Coconut Oil
*Kasmir Sy. Male, Siti Nuryanti dan Sitti Rahmawati
Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 07 July 2014, Revised 01 August 2014, Accepted 04 August 2014

Abstract
Virgin coconut oil (VCO) can be made in several ways, namely through a heating process at low
temperature, freeze-drying, fermentation, enzymatic, mechanical pressure or centrifugation. VCO with
an enzymatic method is the making of VCO fromcoconut milk by using enzyme. The protein-oil bonds
in the emulsions in coconut milk can be broken down into protease enzyme. The purpose of this research
is to extract the protease enzyme in palado leaves and utilize the enzymes in the manufacturing process
as well as determining the quality of VCO. This research method passed through some processes. Firstly
enzyme extracts from palado leaves are prepared and coconut milk from coconut cream is made, then
it is tested qualitatively the presence of protease enzyme with ninhydrin color reagent. Furthermore, the
making of VCO enzymatically is undertaken by varying the ratio of the volume of coconut cream and
enzyme extracts of 24 hours. VCO quality is analysis by using the parameters of smell, flavor, color,
moisture content, levels of FFA (free fatty acid) and peroxide. The testing result with ninhydrin reagent
gave a positive reaction (blue-purple) showing that there is enzymes alleged a class of protease in the
palado leaf. The result of VCO made with the comparison of coconut cream and enzyme extracts from
palado (10 : 1) has generate a VCO with a yield of 25.4%. However, from the analysis of VCO quality
test results, it is obtained the smell of distinctive flavor oils, fragrance, the clean color, water content of
0.5% , FFA content of 0.25% and the peroxide number of 0 meq/kg.
Keywords: Enzyme Extract, Virgin Coconut Oil, Palado (Agave angustifolia)

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara tropis (Cocos nucifera L.) yang segar dan diproses
penghasil kelapa terbesar di dunia. Tanaman dengan cara diperas menggunakan air atau
kelapa ditanam dalam bentuk pekarangan tanpa penambahan air, tidak dengan pemanasan
di pulau Jawa, sedangkan di pulau-pulau atau melalui pemanasan dengan suhu rendah
lain tanaman kelapa ditanam dalam bentuk (sekitar 60°C) dan aman dikonsumsi (Badan
monokultur perkebunan (Warisno, 1998). Standarisasi Nasional, 2008).
Daging buahnya dapat dipakai sebagai bahan VCO mempunyai nilai tambah yang
baku untuk menghasilkan kopra, minyak besar karena dapat digunakan sebagai bahan
kelapa, santan, dan kelapa parut (Pontoh & baku berbagai produk seperti kosmetik,
Makasoe, 2011). sabun, makanan, dan obat-obatan (Hartatil
Produk dari kelapa yang mempunyai nilai dan Mulyanil, 2009). Hal ini disebabkan
ekonomi tinggi dan menjadi perbincangan di karena VCO mengandung sekitar 64% asam
negara-negara penghasil kelapa, seperti USA lemak jenuh rantai sedang atau medium chain
dan beberapa negara berkembang adalah VCO saturated fatty acids (MCFA) yang terdiri lebih
(Bawalan & Chapman, 2006). VCO adalah dari 50% asam laurat (C12), 6–7% asam kaprat
minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (C10), dan 8% asam kaprilat (C8) (Sulistio,
*Korespondensi: dkk., 2009). MCFA mempunyai kemampuan
Kasmir Sy. Male untuk meningkatkan sistem imun, juga dapat
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan membantu penyerapan magnesium, kalsium
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako dan asam amino oleh tubuh (Hanafiah, dkk.,
email: kazmyr_kimia@ymail.com
© 2014 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako 2011).
111
Volume 3, No. 3, 2014: 111-120 Jurnal Akademika Kimia

VCO berpotensi untuk dikembangkan enzim bromelin telah banyak dilakukan. Dewi
sebagai bahan sediaan obat, karena mengandung dan Rahmawati (2012) telah menggunakan
asam laurat dan oleat yang dapat berperan daun dan akar tanaman palado (Agave
melembutkan kulit. Disamping itu, VCO angustifolia) untuk pembuatan VCO dengan
efektif dan aman digunakan sebagai moisturizer metode enzimatis dan membandingkannya
pada kulit sehingga dapat meningkatkan dengan akar nanas yang mengandung enzim
hidratasi kulit, dan mempercepat penyembuhan bromelin. Hasil penelitiannya menunjukkan
pada kulit (Lucida, dkk., 2008). Asam laurat bahwa tanaman palado dapat digunakan untuk
yang terdapat dalam VCO bermanfaat pembuatan VCO secara enzimatis dengan rata-
sebagai antibiotik serta dapat meningkatkan rata rendemen sebesar 17,5% dengan bilangan
metabolisme tubuh (Rampengan, 2006). asam 0,56 (menggunakan daun palado) dan
Nevin & Rajamohan (2004) melaporkan 0,44 (menggunakan akar palado).
hasil penelitiannya terhadap sampel tikus Penelitian Dewi & Rahmawati (2012)
yang diberi suntikan VCO di dalam serum menduga adanya enzim protease dalam akar
darahnya yaitu VCO bermanfaat menurunkan dan daun palado yang digunakan untuk
kadar komponen lipid dibandingkan minyak mendegradasi ikatan lipoprotein pada santan
kelapa biasa. VCO mengurangi jumlah total seperti halnya enzim bromelin yang terdapat
kolesterol, trigliserida, fosfolipid, low density dalam tanaman nanas. Akan tetapi, hal ini
lipoprotein (LDL) dan tingkat kolesterol belum dapat dipastikan karena belum ada
very low density lipoprotein (VLDL) serta penelitian secara mendalam tentang enzim
dapat meningkatkan kolesterol high density yang terkandung dalam tanaman palado
lipoprotein (HDL) dalam serum dan jaringan. tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut,
Hal ini diduga disebabkan adanya kandungan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut
senyawa polifenol yang terdapat dalam minyak untuk mengekstrak enzim dari daun palado
yang berperan dalam aktivitas biologi. dan melakukan pengujian terhadap ekstrak
Hasil penelitian Momuat, dkk., (2011) enzim yang diperoleh dalam proses pembuatan
menerangkan bahwa kelompok hewan yang VCO serta menentukan rendemen dan kualitas
diberi pakan VCO memiliki malondialdehida VCO yang dihasilkan.
(MDA) plasma lebih besar dari pada hewan
yang tidak diberi pakan VCO. Tikus yang Metode
diuji sebagai hewan percobaan, karena sistem Peralatan yang digunakan antara lain:
metabolisme tubuhnya sama dengan manusia. neraca digital (ARC-120), desikator, oven
Hal ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi (MM Medcenter Venticell), sentrifuge (HD-
VCO dapat menurunkan tingkat oksidasi 16 D), dan shaker (KS-130 Basic). Bahan
dalam plasma. yang digunakan antara lain: KH2PO4, NaOH,
Pembuatan VCO ada beberapa cara yaitu Na2S2O3.5H2O, KI, H2C2O4.2H2O, K2Cr2O7,
melalui proses fresh-dry, pendinginan dan NaHCO3, ninhidrin, asam asetat glasial,
pencairan, enzimatis, dan fermentasi (Mansor, amilum, fenolftalein, kloroform 97%, etanol
dkk., 2012). Pembuatan VCO dengan cara 95% dari MERCK, aquades, kelapa dan daun
enzimatis merupakan pembuatan VCO dari palado.
santan kelapa dengan bantuan enzim. Ikatan
protein minyak yang berada pada emulsi santan Preparasi ekstrak kasar enzim protease dari
bisa dipecah dengan bantuan enzim yaitu daun palado
enzim protease. VCO yang dihasilkan dari Tanaman palado yang biasa tumbuh di
proses enzimatis memiliki keunggulan antara daerah Tondo, diambil daunnya dan dibersihkan
lain VCO berwarna bening, kandungan asam lalu dipotong-potong. Selanjutnya diparut dan
lemak di dalam VCO tidak banyak berubah diperas agar kadar airnya berkurang kemudian
sehingga khasiatnya tetap tinggi, tidak mudah dikeringkan. Serbuk yang telah kering diambil
tengik karena komposisi asam lemaknya tidak 20 gram dan ditambahkan aquades 200 mL
banyak berubah. Rendemen yang dihasilkan kemudian dihomogenkan sampai berbentuk
tinggi (Setiaji, 2006). jus, lalu disaring dan diperoleh filtrat dan
Salah satu enzim yang dapat digunakan residu. Filtrat merupakan ekstrak kasar enzim
untuk memecahkan ikatan lipoprotein dalam dengan konsentrasi 10% (b/v) (Sulastri, 2008).
emulsi lemak adalah enzim bromelin yang
terdapat pada buah nanas (Setiaji, 2006). Preparasi krim santan dari buah kelapa
Penelitian pembuatan VCO menggunakan Dua buah kelapa setengah tua diambil

112
Kasmir Sy. Male Ekstrak Enzim Protease Dari Daun Palado ................

dagingnya, kemudian diparut dan ditambahkan Penetapan Kadar Air


air dengan perbandingan 1 : 1 (b/v). Campuran Penetapan kadar air menggunakan metode
kelapa dan air ini diremas-remas selama oven. Krusibel dicuci bersih dan dikeringkan
15-20 menit. Setelah itu disaring dengan lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC
menggunakan saringan kelapa dan dibiarkan selama 1 jam. Selanjutnya didinginkan dalam
selama 1-2 jam di dalam gelas kimia 2 L. desikator selama ½ jam. Kemudian krusibel
Setelah terjadi dua lapisan, diambil bagian atas ditimbang dan dicatat bobotnya. Perlakuan ini
yang kemudian digunakan pada pembuatan diulangi sampai diperoleh bobot yang tetap.
VCO (Dewi & Rahmawati, 2012). Selanjutnya sampel VCO dimasukkan ke dalam
krusibel sebanyak 1 gram dan dipanaskan lagi
Uji kualitatif ekstrak enzim protease pada oven dengan suhu 105oC selama 1 jam,
Sebanyak 5 gram serbuk kering daun palado lalu didinginkan dalam desikator selama ½ jam.
dihomogenkan dengan 50 mL buffer fosfat Kadar air dinyatakan sebagai % (b/b), dihitung
0,05 M pH 7 (1 : 10). Selanjutnya campuran sampai dua desimal dengan menggunakan
rumus (Badan Standarisasi Nasional, 2008):
disaring dan residunya dibuang, sedangkan
filtrat didinginkan lebih lanjut pada suhu <
4oC selama 3 jam. Selanjutnya diekstraksi m1 - m 2
Kadar Air = x 100%
dengan cara pengocokan (shaking) selama m1
2 jam, dan disentrifugasi dengan kecepatan
3500 rpm selama 15 menit. Hasil sentrifugasi Dimana : m1 = bobot cuplikan (gram), dan
berupa endapan dan supernatan. Supernatan m2 = bobot cuplikan setelah pengeringan
merupakan ekstrak kasar (crude) enzim. (gram).
Ekstraksi juga dilakukan dengan menggunakan
pelarut aquades. Supernatan diuji dengan
pereaksi Ninhidrin dengan cara menambahkan Kadar FFA
5 tetes larutan Ninhidrin 1% ke dalam 5 mL Ditimbang 3 gr sampel ke dalam erlenmeyer
supernatan dan mendidihkannya sampai 100 mL. Ditambahkan 5 mL etanol 95% dan
terjadi perubahan warna. Perubahan warna ini dipanaskan sampai mendidih (± 10 menit)
(menjadi biru keunguan) menunjukkan adanya dalam penangas air sambil diaduk, kemudian
enzim dalam supernatan tersebut (Chaidir, setelah dingin ditambahkan 2 tetes indikator
1998). pp dan dititrasi dengan larutan standar NaOH
0,1 N (yang sebelumnya telah distandarisasi
Pembuatan VCO secara Enzimatis dan dengan larutan H2C2O4 0,1 N) hingga warna
Penentuan Rendemennya merah muda tetap (tidak berubah selama 15
Disiapkan sebanyak 4 gelas kimia detik). Dilakukan penetapan blangko. Kadar
ukuran 250 mL, lalu ke dalam gelas tersebut FFA/asam lemak bebas/derajat asam (dihitung
dimasukkan krim santan sebanyak 100 mL. Ke sebagai asam laurat) dinyatakan sebagai persen
dalam masing-masing gelas kimia ditambahkan asam lemak, dihitung sampai dua desimal
ekstrak kasar enzim protease dengan berbagai dengan rumus berikut (Badan Standarisasi
volume yaitu 10 mL, 20 mL, 30 mL dan 40 Nasional, 2008):
mL. Campuran ditutup dan didiamkan selama
24 jam. Setelah terjadi pemisahan menjadi 3 V x N x 200
lapisan, maka lapisan VCO (tengah) diambil Kadar FFA (sebagai Asam Laurat) =
m x 10
dan ditempatkan di gelas kimia yang lain.
Kemudian disaring menggunakan kertas saring
untuk mendapatkan VCO yang bersih. VCO Keterangan:
yang diperoleh diukur jumlah volumenya dan V = Volume NaOH untuk titrasi contoh
dianalisis rendemennya. Rendemen VCO (mL)
menyatakan perbandingan volume VCO yang N = Normalitas NaOH
dihasilkan terhadap jumlah krim santan yang m = Massa sampel (gram)
digunakan (Sulastri, 2008). 200 = Massa molekul asam laurat
Analisis Kualitas VCO
Bilangan Peroksida
Volume VCO yang dihasilkan (mL) 1 gram contoh dalam erlenmeyer 100
Rendemen VCO (%) = x 100%
Volume Krim Santan yang digunakan (mL) mL ditambahkan 2 mL kloroform kemudian

113
Volume 3, No. 3, 2014: 111-120 Jurnal Akademika Kimia

dikocok dengan kuat. Ditambahkan 3 mL dari VCO yang akan dibuat.


asam asetat glasial dan 0,2 mL larutan KI jenuh Serat palado yang telah kering
kemudian ditutup erlenmeyer tersebut dengan dihomogenkan/diblender dengan penambahan
cepat dan dikocok kira-kira 5 menit di tempat buffer fosfat 0,05 M pH 7 dingin dengan
gelap pada suhu 15-25 °C. Ditambahkan perbandingan 1 : 10. Penghancuran jaringan
15 mL air suling dan dikocok dengan kuat. dalam blender merupakan metode abrasi sel
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,02 N yang dapat digolongkan sebagai teknik mekanik
(yang sebelumnya telah distandarisasi dengan (fisik), yang bertujuan untuk memisahkan
K2Cr2O7 0,02 N) dengan larutan amilum 1% komponen dan kompartemen sel secara kasar
sebagai indikator. Dilakukan penetapan blanko untuk selanjutnya akan mempermudah dalam
dan dihitung bilangan peroksida dalam sampel. homogenisasi. Sedangkan penambahan buffer
Bilangan peroksida dapat dinyatakan dalam selama proses homogenisasi bertujuan untuk
miligram ekivalen dari oksigen aktif per kg, mempertahankan agar kondisi komponen sel
dihitung dengan menggunakan rumus berikut tetap optimum seperti keadaan yang sebenarnya
(Badan Standarisasi Nasional, 2008): dan tidak mengalami perubahan (Arjito, 2009).
(V1 -V0 ) x N x1000 Hasil homogenisasi disaring dengan kain
Bilangan Peroksida (meq/Kg)= saringan untuk memisahkan filtrat yang
m
mengandung komponen-komponen sel
dengan residu yang mengandung dinding sel.
Keterangan: Filtrat kemudian didinginkan pada suhu 4oC
V1 = Volume Na2S2O3 untuk penitaran dan didiamkan selama 3 jam. Pendinginan
sampel (mL) bertujuan untuk mempertahankan agar enzim
V0 = Volume Na2S2O3 untuk penitaran tidak rusak, sedangkan pendiaman bertujuan
blanko (mL) untuk mengendapkan sisa-sisa serat palado
N = Normalitas Na2S2O3
yang masih ada (Julianti, 2012). Kemudian
m = Massa sampel (gram) dilanjutkan dengan proses pengocokan selama
2 jam dan sentrifugasi selama 15 menit dengan
Hasil dan Pembahasan kecepatan 3500 rpm. Proses pengocokan
Uji Kualitatif Ekstrak Kasar Enzim Protease bertujuan agar ekstraksi enzim lebih sempurna
dan sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan
Penelitian ini diawali dengan menyiapkan
supernatan yang diduga merupakan ekstrak
ekstrak kasar enzim protease dari daun Palado
kasar (crude) enzim dengan sisa-sisa serat
(Agave angustifolia) yang berasal dari kelurahan palado. Ekstrak kasar umumnya mempunyai
Tondo, Kota Palu. Daun palado diambil pada aktivitas yang rendah karena enzim ini masih
sore hari dan dipotong kecil-kecil kemudian merupakan campuran dari beberapa enzim dan
diparut untuk memudahkan memperoleh kemungkinan masih mengandung senyawa-
serat palado. Kemudian dilakukan pemerasan senyawa yang bukan enzim (Wuryanti, 2004).
serat palado untuk memisahkan zat-zat klorofil Supernatan kemudian diuji secara kualitatif
daun dengan seratnya. Setelah itu dilakukan dengan pereaksi spesifik ninhidrin dan
pengeringan selama 3 hari agar tidak terdapat diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji kualitatif ekstrak kasar enzim protease

lagi zat-zat pigmen warna daun yang akan Supernatan enzim hasil ekstraksi baik
mempengaruhi tampilan warna, bau dan rasa menggunakan buffer fosfat maupun aquades
114
Kasmir Sy. Male Ekstrak Enzim Protease Dari Daun Palado ................

memberikan hasil yang positif dengan pereaksi ikatan emulsi tersebut dirusak. Metode yang
ninhidrin (Tabel 1). Pengujian supernatan digunakan untuk merusak sistem emulsi adalah
menunjukkan hasil positif dengan ninhidrin metode enzimatis. Terbentuknya minyak
yang ditunjukkan dengan perubahan warna merupakan terhidrolisisnya ikatan peptida pada
menjadi biru keunguan. Reaksi enzim krim santan oleh enzim. Jika ikatan peptida
dengan ninhidrin (triketohidrindena-hidrat) tersebut terhidrolisis dan putus, maka minyak
menghasilkan senyawa yang berwarna ungu dapat keluar dari sistem emulsi. Mekanisme
(yang disebut ungu Ruhemann), CO2, enzimatik untuk hidrolisis dari ikatan peptida
ammonia dan aldehid beratom C kurang satu dalam protein dikatalisis oleh gugus sulfhidril
dari jumlah semula (Fessenden & Fessenden, (-SH) dari bagian enzim peptida disajikan
1986). dalam Gambar 2 (Effendi, dkk., 2012).
Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok Pembuatan VCO diawali dengan preparasi
protein yang berperan sangat penting dalam sampel ekstrak kasar enzim protease dan krim
aktivitas biologis (Lehninger, 1993). Semua
enzim adalah protein yang mengandung
asam amino dan mempunyai struktur yang
sangat rumit, namun ada sebagian yang agak
sederhana. Reaksi yang terjadi antara enzim
dengan pereaksi ninhidrin sama seperti yang
terjadi pada asam amino (Gambar 1).
O
O
C 2H O
H
O

2 + H2N C H H
C + CO2 + H2O +

H
O R R Gambar 2. Mekanisme Enzimatik untuk
Ninhidrin O
Asam amino Aldehid
Hidrolisis Ikatan Peptida
O O-

2
santan. Preparasi ekstrak kasar enzim protease
N
sama seperti pada pengujian kualitatif enzim
O O
protease, akan tetapi pelarut yang digunakan
Ungu Ruhemann (biru-ungu)
adalah air karena murah dan mudah diperoleh
Gambar 1. Reaksi antara Ninhidrin dengan dibandingkan buffer fosfat. Sedangkan krim
Asam Amino (Fessenden & Fessenden, 1986) santan diperoleh dari buah kelapa tua yang
dagingnya diparut kemudian ditambahkan air
dengan perbandingan 1 : 1 (b/v) kemudian
Pembuatan VCO secara Enzimatis diperas selama 15 menit sampai diperoleh
Pembuatan VCO dengan cara enzimatis santan. Pemarutan dan pemerasan berfungsi
merupakan pemisahan minyak dalam santan untuk merusak dinding sel buah kelapa,
tanpa pemanasan. Ikatan protein minyak yang sehingga emulsi minyak dalam daging buah
berada pada emulsi santan dipecah dengan dapat keluar bersama zat-zat lain dalam daging
bantuan enzim. Santan merupakan emulsi yang buah. Selanjutnya didiamkan selama 1 jam
terdiri dari dua fase, yaitu fase air dan fase minyak sehingga diperoleh pemisahan krim santan
yang tidak saling bercampur, karena distabilkan (lapisan atas) dan skim (lapisan bawah). Krim
oleh suatu emulgator atau zat pengemulsi yaitu santan berada pada lapisan atas santan karena
protein. Kedua fase tersebut diikat oleh molekul mengandung emulsi minyak dalam jumlah
protein yang mengandung rantai hidrokarbon besar dan mempunyai berat jenis yang lebih
dengan ujung polar. Bagian karbon dari protein kecil dari berat jenis air murni. Sedangkan skim
bersifat hidrofobik yang larut dalam minyak mengandung banyak zat-zat ion yang terlarut
dan ion bersifat hidrofilik yang larut dalam fase dalam air dan mempunyai berat jenis lebih
air karena asam amino larut dalam air, gugus besar dibandingkan minyak sehingga berada
karboksilat akan melepaskan ion H+, sedangkan pada lapisan bawah. Krim santan diambil
gugus amina akan menerima ion H+. Asam dengan menggunakan sendok dan diperoleh
amino dapat membentuk ion yang bermuatan 600 mL krim santan dari 2 butir kelapa.
positif dan juga bermuatan negatif atau ion Selanjutnya krim santan sebanyak 100
amfoter (Winarno, 2004). mL dicampur dengan ekstrak kasar enzim
Minyak dapat keluar dari sistem emulsi bila protease dengan variasi volume 10 mL, 20 mL,
115
Volume 3, No. 3, 2014: 111-120 Jurnal Akademika Kimia

30 mL dan 40 mL. Hal ini bertujuan untuk rendah, kecepatan reaksinya bergantung pada
mengetahui volume ekstrak yang paling baik konsentrasi substrat itu sendiri. Pada konsentrasi
dalam pembuatan VCO. Selanjutnya campuran substrat yang tinggi, kecepatan reaksinya tidak
ditutup dengan aluminium foil dan diberi lagi tergantung pada konsentrasi substrat itu
sedikit lubang untuk sirkulasi udara kemudian sendiri (kecepatan reaksinya tidak dipengaruhi
didiamkan pada suhu kamar dengan waktu lagi oleh pertambahan konsentrasi substrat)
pendiaman 24 jam. Setelah didiamkan selama karena semua bagian aktif enzim telah dipenuhi
24 jam, maka diperoleh tiga lapisan yaitu oleh substrat atau telah jenuh dengan substrat.
lapisan atas (blondo), lapisan tengah (minyak) Pada konsentrasi substrat tertentu kecepatan
dan lapisan bawah (air). Lapisan minyak reaksi meningkat dengan bertambahnya
diambil dan disaring serta diukur volumenya konsentrasi enzim. Hal ini karena semakin
untuk memperoleh nilai rendemen VCO. banyak substrat yang dapat berhubungan
dengan bagian aktif enzim menyebabkan
Tabel 2. Nilai rendemen VCO yang dibuat kecepatan reaksinya semakin besar dan jumlah
dengan ekstrak enzim protease hasil reaksinya pun bertambah (Sangi, 2011).
No. Volume krim santan : Rendemen Konsentrasi enzim yang digunakan pada
volume ekstrak enzim (%) pembuatan VCO dalam penelitian ini cukup
(mL) tinggi yaitu 10%, sehingga diduga pada
1. 100 : 10 25,4 volume ekstrak enzim 10 mL, kerja enzim
2. 100 : 20 24,0 telah mencapai optimum dan pada konsentrasi
3. 100 : 30 23,2 yang lebih tinggi lagi, kerja enzim menjadi
4. 100 : 40 18,6 berkurang. Hal ini karena enzim telah jenuh
dengan substrat, akibatnya enzim tidak lagi
Tabel 2 menunjukkan bahwa rendemen menghidrolisis protein yang ada pada substrat,
VCO yang paling banyak adalah pada tetapi menghidrolisis enzim itu sendiri (Hairi,
volume ekstrak enzim dari daun palado 10 2010). Harga kecepatan maksimum pada
mL. Penambahan volume ekstrak enzim konsentrasi substrat tertentu disebut dengan
yang bervariasi pada pembuatan VCO kinetika penjenuhan. Apabila enzim bekerja
mengakibatkan konsentrasi pada setiap volume pada kondisi optimum tersebut maka akan
juga berbeda. Semakin banyak volume ekstrak diperoleh produk yang maksimal (Herdyastuti,
yang ditambahkan, maka semakin besar pula 2006).
konsentrasinya. Hasil ini menunjukkan bahwa Analisis Sifat Fisik VCO (Bau, Rasa dan
semakin tinggi konsentrasi enzim, maka Warna)
rendemen VCO yang dihasilkan semakin Analisis sifat fisik VCO diawali
rendah. Hal ini berbeda dengan literatur yang dengan analisis organoleptik (analisis yang
menyatakan bahwa kenaikan konsentrasi enzim menggunakan panca indera) yaitu: penciuman
akan meningkatkan aktivitasnya (Lehninger, (bau), pengecap (rasa), dan penglihatan (warna)
1993). Sehingga seharusnya semakin tinggi (Asy’ari & Cahyono, 2006). Hasil analisis
konsentrasi enzim, maka VCO yang dihasilkan organoleptik dari VCO yang dibuat dengan
juga semakin banyak karena semakin banyak ekstrak enzim protease disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis organoleptik VCO
No Volume krim
santan : volume
Bau Rasa Warna Keterangan
ekstrak enzim
(mL)
1. 100 : 10 Wangi Khas minyak Bening Normal
2. 100 : 20 Wangi Khas minyak Bening Normal
3. 100 : 30 Wangi Khas minyak Bening Normal
4. 100 : 40 Wangi Khas minyak Bening Normal

enzim yang dapat menghidrolisis ikatan Semua VCO yang dihasilkan memiliki bau,
peptida dalam sistem emulsi (protein-minyak). rasa dan warna yang sesuai dengan SNI 7381
Pada konsentrasi substrat (krim santan) yang Tahun 2008 yaitu berturut-turut memiliki

116
Kasmir Sy. Male Ekstrak Enzim Protease Dari Daun Palado ................

bau yang wangi, rasa yang khas seperti minyak


dan warna yang bening. Sehingga dapat tengik pada minyak tersebut (Ketaren, 2008).
disimpulkan secara fisik VCO yang dihasilkan
normal atau sesuai dengan standar SNI.

Kadar Air VCO


Pengujian terhadap kadar air sangat penting
untuk menduga ketahanan minyak. Kadar
air dalam VCO sangat mempengaruhi mutu
minyak tersebut, minyak yang berkadar air
tinggi akan cenderung memiliki masa simpan Gambar 3. Reaksi hidrolisis minyak
(trigliserida)
pendek (Sudarmadji, dkk., 2007).
Tabel 4. Kadar air VCO Kadar FFA VCO
Volume krim santan : Asam lemak bebas (FFA) penting dilakukan
Kadar Air sebab tingginya asam lemak bebas dapat
No. volume ekstrak enzim
(%) mempengaruhi cita rasa dan bau pada minyak
(mL)
1. 100 : 10 0,5
sehingga menyebabkan penurunan kualitas
dari minyak tersebut. Semakin tinggi nilai
2. 100 : 20 0,5 FFA maka semakin banyak asam lemak bebas
3. 100 : 30 0,5 yang terdapat dalam minyak tersebut (Ketaren,
4. 100 : 40 1,0 2008).
Kadar FFA VCO yang dihasilkan dengan
menggunakan beragam variasi konsentrasi
Kadar air dari VCO yang diperoleh belum tidak berbeda jauh yaitu berkisar antara 0,21-
0,25% (Tabel 5). Kadar FFA VCO ini belum
memenuhi standar SNI untuk kadar air dan memenuhi standar SNI yaitu maksimal 0,20%.
senyawa yang menguap dalam VCO yaitu Tingginya kadar FFA VCO ini disebabkan
maksimal 0,2%, sedangkan hasil VCO yang oleh tingginya kadar air dalam VCO sehingga
diperoleh memiliki kadar air berkisar antara mempengaruhi kualitas VCO yang diperoleh.
0,5-1,0%, dimana kadar air tertinggi pada Tabel 5. Kadar FFA VCO
volume ekstrak enzim 40 mL (Tabel 4). Hasil
No. Volume krim Kadar FFA
ini menunjukkan bahwa kadar air VCO
santan : volume (%)
meningkat seiring bertambahnya volume
ekstrak enzim (mL)
ekstrak enzim protease. Hal ini terjadi karena
semakin tinggi volume ekstrak enzim, maka 1. 100 : 10 0,25
kadar air (sebagai pelarut) dalam ekstrak juga 2. 100 : 20 0,25
tinggi. Tingginya kadar air pada ekstrak enzim 3. 100 : 30 0,21
inilah yang menyebabkan kadar air dalam VCO 4. 100 : 40 0,23
yang dihasilkan juga besar. Semakin tinggi
kadar air maka ketengikan minyak semakin Secara kimia minyak adalah lemak yang
cepat terjadi (Effendi, dkk., 2012). disebut juga trigliserida. Trigliserida jika
Kadar air berhubungan dengan reaksi dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam
hidrolisis dari lemak. Jika dalam lemak atau lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol
minyak terdapat air maka minyak tersebut (Budimarwanti, 2013). Asam lemak bebas
akan terhidrolisis sehingga menghasilkan asam terbentuk karena proses hidrolisis (reaksi dapat
lemak bebas dan gliserol. Jika minyak tersebut dilihat pada Gambar 3). Hidrolisis minyak
banyak mengandung air, kemungkinan besar dapat disebabkan oleh adanya sejumlah air
yang terdapat dalam minyak. Proses hidrolisis
asam lemak bebas minyak akan besar pula, dapat dipengaruhi oleh lamanya waktu
akibatnya kualitas minyak tersebut akan penyimpanan minyak. Semakin lama minyak
menurun. Reaksi hidrolisis minyak (Gambar disimpan, kemungkinan minyak terhidrolisis
3) akan mengakibatkan kerusakan minyak atau akan semakin besar (Sangi, 2011).
lemak sehingga menghasilkan flavour dan bau

117
Volume 3, No. 3, 2014: 111-120 Jurnal Akademika Kimia

Bilangan Peroksida VCO terpisahnya senyawa-senyawa non minyak yang


Angka peroksida sangat penting untuk mengandung ikatan rangkap seperti polimer,
identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak protein, hidrokarbon, glikosida dan β-karoten,
yang mengandung asam-asam lemak tak jenuh sehingga diduga oksidasi tidak hanya terjadi
dapat teroksidasi oleh oksigen menghasilkan pada minyak, melainkan pada senyawa-senyawa
suatu senyawa peroksida (Anwar, 1996). non minyak tersebut.
Tabel 6. Bilangan Peroksida VCO Bilangan peroksida menyatakan jumlah
No. Volume krim santan : Bilangan
ekivalen hidroperoksida yang terbentuk setiap
volume ekstrak enzim (mL) Peroksida
1000 g sampel. Hidroperoksida terbentuk dari
(meq/Kg)
reaksi radikal bebas peroksida dengan asam
lemak tak jenuh pada minyak. Secara umum,
1. 100 : 10 0,0 reaksi pembentukan peroksida dapat dilihat
2. 100 : 20 1,5 pada Gambar 4 (Ketaren, 2008):
3. 100 : 30 2,5
4. 100 : 40 3,0

Bilangan peroksida dari setiap VCO yang


dihasilkan cukup berbeda jauh yaitu berkisar Gambar 4. Reaksi Radikal Bebas Peroksida
antara 0-4 meq/kg (Tabel 6). Bilangan peroksida dengan Asam Lemak Tak Jenuh Pada Minyak
dari VCO yang dihasilkan ini cukup beragam,
ada yang memenuhi standar SNI (pada volume
ekstrak enzim 10 mL dan 20 mL) dan ada Reaksi kimia yang terjadi pada penentuan
yang tidak memenuhi standar SNI (pada bilangan peroksida disajikan pada Gambar
volume ekstrak enzim 30 mL dan 40 mL) yaitu 5. Reaksi tersebut didasarkan pada reaksi
maksimal 2,0 meq/kg. Hasil ini menunjukkan gugus hidroperoksida (ROOH) dengan ion
bahwa semakin besar penambahan volume iodida (I-). Jumlah iodin (I2) yang dibebaskan
ekstak enzim, maka semakin besar juga nilai sebanding dengan konsentrasi hidroperoksida
bilangan peroksida VCO yang dihasilkan. Hal yang ada. Iodin yang terbentuk dapat diketahui
ini berarti tingkat oksidasi VCO meningkat jumlahnya melalui titrasi natrium tiosulfat
seiring bertambahnya konsentrasi enzim. menggunakan indikator pati. Kalium iodida
Tingkat oksidasi VCO berhubungan dengan (KI) digunakan sebagai reduktor untuk
adanya asam-asam lemak tak jenuh dalam VCO mereduksi hidroperoksida, dan bila bereaksi
yang dihasilkan. Oksidasi terjadi pada ikatan akan terbentuk I2 bebas (Asa dalam Sangi,
tak jenuh dalam asam lemak. Setiap satu ikatan 2011).
tak jenuh dapat mengabsorpsi 2 atom oksigen
pada suhu kamar sampai dengan suhu 100 oC, ROOH + 2H + + 2KI → I 2 + ROH + H 2 O + 2K +
sehingga terbentuk persenyawaan peroksida I 2 + 2Na 2S2 O3 → Na 2S4 O6 + 2NaI
yang bersifat labil. Proses pembentukan
peroksida ini dipercepat oleh adanya cahaya, Gambar 5. Reaksi Kimia yang Terjadi pada
suasana asam, kelembapan udara dan katalis Penentuan Bilangan Peroksida
(Hairi, 2010).
VCO yang mengandung asam-asam lemak
tak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen Kesimpulan
yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Hasil uji kualitatif ekstrak daun palado
Sehingga semakin tinggi bilangan peroksida (Agave angustifolia) menggunakan pereaksi
dari VCO, maka diduga kandungan asam-asam ninhidrin menunjukkan hasil yang positif yaitu
lemak tak jenuh (asam lemak yang mengandung berwarna biru keunguan yang membuktikan
ikatan rangkap) juga semakin tinggi. Namun bahwa di dalam daun palado terdapat enzim
dugaan lain dilaporkan oleh Selfiawati (2003), yang diduga merupakan golongan protease
kenaikan bilangan iodin (yang hampir sama karena dapat mendegradasi protein dalam
dengan bilangan peroksida yaitu berhubungan santan. Rendemen VCO yang terbaik diperoleh
dengan adanya asam-asam lemak tak jenuh 25,4% dengan menggunakan perbandingan
dalam minyak) ini bukan karena bertambahnya volume krim santan dan ekstrak enzim 100 :
ikatan rangkap pada minyak tetapi karena telah 10. Kualitas VCO dari rendemen yang terbaik

118
Kasmir Sy. Male Ekstrak Enzim Protease Dari Daun Palado ................

yaitu baunya wangi, rasanya khas minyak, (2012). Optimalisasi penggunaan enzim
warnanya bening, kadar air 0,5%, kadar FFA bromelin dari sari bonggol nanas dalam
0,25% dan, 0 meq/kg. pembuatan minyak kelapa. Indonesian
Journal of Chemical Science, 1(1), 1-6.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada: Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1986).
Husnia, Nurbaya, Zainal Abidin, Sitti Nadira, Kimia organik Jilid II edisi ketiga. Jakarta:
Agustiawan A. Salim, Ukhuwah Islamiyah, Penerbit Erlangga.
Irna Vidianawati, Zakiyah S. Rewa, Sri Utarid,
Novia Ch. Patunde, Cresna, Heri Sulistiyono, Hairi. (2010). Pengaruh umur buah nanas dan
dan Sofyan Ramadhan yang telah membantu konsentrasi ekstrak kasar enzim bromelin
secara intensif selama penelitian. pada pembuatan virgin coconut oil dari
buah kelapa typical (Cocos nucifera L).
Referensi (Skripsi tidak publikasikan). Malang; UIN
Maulana Malik Ibrahim.
Anwar, C. (1996). Pengantar praktikum kimia
organik. Jakarta: Departemen Pendidikan Hanafiah, A., Widyasari, E. M., & Oekar, N.
dan Kebudayaan. K. (2011). Pembuatan, pemurnian dan
stabilitas virgin coconut oil (VCO) bertanda
Arjito, I. P. D. (2009). Analisis protein jaringan radioiodium-131. Indonesian Journal of
otak sapi dengan metode isolasi, purifikasi Nuclear Science and Technology, 12(2), 75-
dan visualisasi. Jurnal GaneÇ Swara, 3(2), 84.
55-58.
Hartatil, A., & Mulyanil, A. (2009). Profil dan
Asy’ari, M., & Cahyono, B. (2006). Pra- prospek bisnis minyak dara (virgin coconut
standarisasi: Produksi dan analisis minyak oil/VCO) di kabupaten Cilacap. Jurnal
virgin coconut oil (VCO). JSKA, 9(3), 1-9. Agroland, 16(2), 130-140.

Badan Standarisasi Nasional. (2008). Minyak Herdyastuti, N. (2006). Isolasi dan karakterisasi
kelapa virgin (VCO). Standar Nasional ekstrak kasar enzim bromelin dari batang
Indonesia (SNI) 7381. nanas (Ananas comusus L.Merr). Berk. Penel.
Hayati; 12, 75–77.
Bawalan, D. D., & Chapman, K. R. (2006).
Virgin coconut oil production manual for Julianti, E. (2012). Isolasi dan pemurnian enzim
micro- and village-scale processing. Bangkok: 1. [Online]. Diunduh kembali dari http://
Food and Agriculture Organization elisajulianti. files.wordpress.com/2012/09/
Regional Office for Asia and the Pacific. isolasi-dan-pemurnian-enzim1.pdf.

Budimarwanti. (2013). Analisis lipida sederhana Ketaren, S. (2008). Pengantar teknologi minyak
dan lipida kompleks. [Online]. Diunduh dan lemak pangan. Jakarta: Universitas
kembali dari http://staff.uny.ac.id/sites/ Indonesia Press.
default/files/131877177/analisis%20lipid.
pdf. Lehninger, L. (1993). Dasar-dasar biokimia jilid
I. Jakarta: Erlangga.
Chaidir, Z. (1998). Ekstraksi enzim protease
dari madu lebah. Jurnal Kimia Andalas, Lucida, H., Salman., & Hervian, M. S. (2008).
4(2), 118-123. Uji daya peningkat penetrasi virgin coconut
oil (VCO) dalam basis krim. Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi, 13(1), 23-30.
Dewi, S., & Rahmawati, S. (2012).
Pemanfaatan protease dari akar agave, daun Mansor, T. S. T., Che Man, Y. B., Shuhaimi,
palado (agave), dan daun nenas pada proses M., Afiq, M. J. A., & Nurul, F. K. M.
pembuatan virgin coconut oil (VCO). Jurnal (2012). Physicochemical properties of
Matematika dan Sains, 8(2), 231-238. virgin coconut oil extracted from different
processing methods. International Food
Effendi, A. M., Winarni, & Sumarni, W. Research Journal, 19(3), 837-845.

119
Volume 3, No. 3, 2014: 111-120 Jurnal Akademika Kimia

Momuat, L. I., Sangi, M. S., & Purwati, N. Setiaji, B. (2006). Membuat VCO (virgin
(2011). Pengaruh VCO mengandung coconut oil) berkualitas tinggi. Jakarta: PT.
ekstrak wortel terhadap peroksidasi lipid Gramedia Pustaka Utama.
plasma. Jurnal Ilmiah Sains, 11(2), 296-301.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi.
Nevin, K. G., & Rajamohan, T. (2004). (2007). Analisa bahan makanan dan
Beneficial effects of virgin coconut oil on pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
lipid parameters and in vitro LDL oxidation.
Clinical Biochemistry, 37(9), 830-835. Sulastri, S. (2008). Pemanfaatan protease
dari akar nanas pada proses pembuatan
Pontoh, J., & Makasoe, L. (2011). virgin coconut oil (VCO). (Tesis tidak
Perbandingan beberapa metode pembuatan dipublikasikan). Bandung: ITB.
metil ester dalam analisa asam lemak dari
virgin coconut oil (VCO). Jurnal Ilmiah Sulistio, J., Rahayu, R. D., & Poeloengan, M.
Sains, 11(2), 241-247. (2009). Ekstraksi secara enzimatik minyak
kelapa murni (VCO) dan uji pra-klinis
Rampengan, V. F. (2006). Beberapa menggunakan mencit DDY. Berk. Penel.
karakteristik virgin coconut oil yang diolah Hayati Edisi Khusus; 3A, 101–106.
secara fermentasi. Journal Eugenia, 12(3),
229-234. Warisno. (1998). Budi daya kelapa kopyor.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sangi, M. S. (2011). Pemanfaatan ekstrak
batang buah nenas untuk kualitas minyak Winarno, F. G. (2004). Pengantar teknologi pangan.
kelapa. Jurnal Ilmiah Sains, 11(2), 210-218. Jakarta: Gramedia.
Selfiawati, E. (2003). Kajian proses degumming Wuryanti. (2004). Isolasi dan penentuan
dan netralisasi pada pemurnian minyak aktivitas spesifik enzim bromelin dari buah
goreng bekas. (Skripsi tidak dipublikasikan). nanas (Ananas comosus L.). JKSA, 7(3), 83-
Bogor; FTP IPB. 87.

120

Potrebbero piacerti anche