Sei sulla pagina 1di 21

PERBEDAAN PENGARUH TEKNIK MARMET DENGAN PIJAT

OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI IBU POSTPARTUM DI


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBI SURABAYA

SETIAWANDARI
Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAC

The Difference between the Influence of Mamet Technique and Oxytocin Massage toward the
Production of Breast Milk of Postpartum Mother
in the Mother and Child Hospital IBI Surabaya

Setiawandari1), DidikTamtomo2), Hermanu Joebagio3)


Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana UNS
setiawandari@ymail.com

This research is motivated by the decrease of breast milk production of postpartum mother in the
early breast feeding process that become a problem for mother to provide breast milk early on her baby.
The delay of breast milk production could be stimulated by the use of intervention of mamet technique and
oxytocin massage.

This study aims to understand the difference between the influence of mamet technique and
oxcytocin massage toward the production of breast milk of the postpartum mother in RSIA IBI Surabaya.

This research is an experiment study using pre and post test only design with control group. Using a
total sample technique, this research was conducted toward 40 postpartum mothers. The technique of data
analysis applied in this study is normality data test, t-pair test, and t-independent test.

The result of this research shows that there has been an influenced of mamet technique toward the
production of breast milk of those postpartum mothers p=0,000 and there has been influenced of oxytocin
massage toward the production of breast milk of those postpartum mothers p=0,000. There is no difference
influence between mamet technique and oxytocin massage toward the production of breast milk of the
postpartum mothers p=0,893.

Based on the result, it can be concluded that: (1) mamet technique has increased the production of
breast milk of the postpartum mother; (2) oxytocin massage has increased the production of breast milk of

1
the postpartum mother; (3) there is no difference influence between mamet technique and oxytocin massage
in increasing the production of breast milk of the postpartum mother in RSIA IBI Surabaya.

Keywords: mamet technique, oxytocin massage, breast milk production

PENDAHULUAN Menyusui adalah cara yang normal

dan sehat untuk memberi makan bayi.


ASI merupakan makanan utama
Menyusui mencakup lebih dari sekedar
bagi bayi, yang sangat dibutuhkan olehnya.
memberi makan bayi dengan ASI. Menyusui
Tidak ada makanan lainnya yang mampu
penting bagi seluruh keluarga, secara
menyaingi kandungan gizinya. ASI
emosional dan ekonomi, serta melindungi
mengandung protein, lemak, gula, dan
kesehatan ibu dengan beberapa cara. Hal ini
kalsium dengan kadar yang tepat. Dalam ASI
sesuai dengan pendapat Poernomo (2004)
juga terdapat zat antibodi, yang dapat
yang mengatakan menyusui bukanlah
melindungi bayi dari serangan penyakit
sekedar memberikan air susu kepada bayi.
selama ibu menyusuinya. Hal yang sama
Didalamnya tercakup kepercayaan, harapan,
dinyatakan oleh WHO (2008) bahwa ASI
dan kebiasaan yang berlangsung secara turun
adalah makanan pertama alami bagi bayi,
menurun, diwariskan dari generasi.
ASI menyediakan seluruh energi dan nutrien

yang dibutuhkan oleh bayi selama beberapa Menurut Proverawati dan Rahmawati

bulan pertama kehidupannya, dan terus (2010) menyatakan : produksi ASI dapat

menyediakannya hingga setengah atau lebih meningkat dan menurun, salah satu

kebutuhan nutrisi anak selama enam bulan diantaranya disebabkan oleh stimulasi pada

kedua kehidupan, dan hingga sepertiga kelenjar payudara terutama pada minggu

selama tahun kedua kehidupan. pertama laktasi. Karena itu ibu dianjurkan

2
menyusui dini agar isapan bayi segera di jam-jam pertama kelahiran bagi suksesnya

menstimulasi hipofisis anterior untuk pemberian ASI Eklusif di kemudian hari.

memproduksi hormon prolaktin dan hipofisis


Pelaksanaan program ASI Eklusif di
posterior untuk memproduksi hormon
RSIA IBI Surabaya juga telah berjalan dan
oksitosin. Hal ini senada dengan pendapat
digalakkan pada setiap ibu yang melahirkan.
Varney (2008) yang menyatakan tanpa
Hal ini telah dibuktikan adanya pojok laktasi
stimulasi puting susu, kadar prolaktin
yang ada di ruang bayi dan ruang post partum
menurun sampai kadar pada wanita tidak
dan tidak diberikannya susu formula pada
hamil, dan tidak menyusui dua minggu.
bayi baru lahir selain ada indikasi. Melalui
Menyusui melalui stimulasi puting susu
wawancara yang dilakukan kepada bidan
memberi stimulasi terhadap pelepasan
yang ada di ruangan postpartum di RSIA
prolaktin.
IBI Surabaya mereka mengatakan tidak

Studi pendahuluan yang dilakukan di pernah melakukan teknik marmet dan pijat

RSIA IBI pada bulan Agustus 2013, hasil oksitosin pada saat memberikan perawatan

wawancara dengan bidan mengatakan : kepada ibu post partum sebagai intervensi

Inisiasi Menyusu Dini sudah sejak awal untuk melancarkan produksi ASI. Mereka

program telah dilakukan pada setiap ibu lebih cenderung menggunakan terapi breast

bersalin yang melahirkan normal yang care dan terapi farmakologi untuk

ditolong oleh bidan , hal ini dikarenakan mengatasi masalah kurangnya produksi ASI

kesadaran pentingnya manfaat menyusui dini pada ibu postpartum.

3
Penurunan produksi ASI pada hari- cemas pada ibu dapat menghambat reflek let

hari pertama setelah melahirkan dapat down (Dewi dan Sunarsih, 2011).

disebabkan oleh kurangnya rangsangan


Refleks oksitosin dapat dirangsang
hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat
melalui Inisiasi Menyusu Dini serta memerah
berperan dalam kelancaran produksi ASI.
dan memompa ASI 10-20 menit hingga bayi
Prolaktin dan oksitosin merupakan salah satu
dapat menyusu. Teknik memerah ASI yang
hormon pendukung dalam proses laktasi.
dianjurkan adalah menggunakan cara Cloe
Prolaktin adalah hormon esensial untuk
Marmet yang disebut dengan Teknik Marmet
penyempurnaan lobules-alveolus dalam
yang merupakan perpaduan antara teknik
kehamilan dan memulai sekresi air susu
memerah dan memijat (Roesli, 2012). Teknik
melalui reseptor pada dinding sel alveolus.
kombinasi antara cara memerah ASI dan
Faktor inhibisi-prolaktin (prolactin-inhibiting
memijat payudara menyebabkan reflek
factor, PIF) dari hipotalamus secara negative
keluarnya ASI dapat optimal. Prinsipnya
mengendalikan prolaktin, yang disekresikan
bertujuan untuk mengosongkan ASI dari
oleh hipofisis (Varney, 2008). Sedangkan
sinus laktiferus yang berada dibawah areola
oksitosin merangsang pengeluaran susu dari
sehingga diharapkan dengan pengosongan
payudara melalui kontraksi sel-sel miopitel di
ASI pada daerah sinus laktiferus ini akan
alveoli dan duktus (Cuningham, 2006).
merangsang pengeluaran hormon prolaktin,
Apabila rangsangan produksi oksitosin dari
pengeluaran hormone prolaktin ini
hipofisis berkurang, pengeluaran ASI juga
selanjutnya akan merangsang mammary
akan terhambat. Beberapa keadaan seperti
alveoli untuk memproduksi ASI. Senada
stress maternal, keadaan bingung, takut dan
4
dengan pendapat Manuaba (2007) memompa memaksimalkan reseptor prolaktin dan

atau memerah ASI adalah usaha untuk meminimalkan efek samping dari

menghindari kemungkinan lambatnya tertundanya proses menyusui oleh bayi.

pengeluaran prolaktin. Dengan memompa


Selain usaha tersebut diatas, usaha
atau memerah ASI dapat memberikan
untuk memperlancar produksi ASI dapat
rangsangan pengeluaran prolaktin dan
dilakukan juga dengan Pijat Oksitosin, yaitu
oksitosin. Demikian juga dengan pendapat
pemijatan pada sepanjang tulang belakang
Varney (2008) yang menyatakan masase
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-
payudara dan memerah ASI pada awalnya
keenam dan merupakan usaha untuk
meningkatkan aliran ASI dengan
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
membersihkan sinus-sinus dan duktus-duktus
setelah melahirkan (WHO, 2011). Pijat
lakiferus kolostrum pertama yang lengket,
oksitosin adalah tindakan yang dilakukan
selanjutnya membentuk aliran kolostrum
oleh suami/orang tua pada ibu menyusui
yang kurang pekat. Kunci keberhasilan
yang berupa back massage pada punggung
memerah ASI teknik marmet, yaitu
ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon
memadukan pemijatan payudara sel-sel
oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan
pembuat ASI dan saluran ASI untuk
oleh suami akan memberikan kenyamanan
meningkatkan oksitosin – aliran ASI dengan
pada ibu sehingga akan memberikan
memerah ASI (Roesli, 2012). Jika teknik ini
kenyamanan pada bayi yang disusui
dilakukan dengan efektif dan tepat maka
(Suherni, dkk, 2007). Selain hal tersebut
tidak akan terjadi masalah pada produksi
diatas, pijat oksitosin juga dapat mengurangi
ASI. Tindakan tersebut dapat membantu
5
bengkak (engorgement), mengurangi Menganalisis pengaruh Pijat

sumbatan ASI, merangsang pelepasan Oksitosin terhadap produksi ASI ibu

hormone oksitosin, mempertahankan postpartum di Rumah Sakit Ibu dan

produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit Anak IBI Surabaya

(Depkes RI, 2005).Tetapi usaha tersebut Menganalisis perbedaan

diatas tidak bisa dilakukan secara bersamaan, antara Teknik Marmet dengan Pijat

dikarenakan beberapa alasan. Untuk itu Oksitosin terhadap produksi ASI ibu

peneliti ingin mengetahui dari kedua teknik postpartum di Rumah Sakit Ibu dan

tersebut diatas, manakah yang paling efektif Anak IBI Surabaya.

dalam membantu memperlancar produksi


METODE PENELITIAN
ASI ibu diawal menyusui. Sehingga ibu dapat
Penelitian ini dilakukan di
benar-benar mau melakukan dan mendapat
Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI
dukungan sepenuhnya dari keluarga serta dari
Surabaya pada bulan Agustus 2013
petugas kesehatan (Bidan) dalam usaha
s/d Januari 2014.
memperlancar produksi ASI nya. Adapun
Jenis penelitian ini adalah true
tujuannya :
eksperimen dengan desain penelitian
Menganalisis pengaruh Tehnik
pretest posttest with control group
Marmet terhadap produksi ASI ibu
design. Populasi pada penelitian ini
postpartum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI
adalah semua ibu postpartum yang
Surabaya
melahirkan normal di Rumah Sakit

Ibu dan Anak IBI Surabaya pada


6
bulan September-November 2013 leher sampai tulang belikat. Skala :

dengan besar sampel 40 orang. Nominal.

Pengambilan sampel menggunakan Produksi ASI adalah

metode total sampling, kemudian banyaknya ASI ibu post partum yang

dilakukan randomisasi untuk keluar, diukur dengan menggunakan

menentukan sampel mana yang indikator utama yaitu BB Bayi yang

masuk ke dalam kelompok intervensi ditimbang pada hari ke 1 ke 7 dan ke-

teknik marmet atau pijat oksitosin. 14 (Berat badan bayi sesuai dengan

Variabel independent dalam BB lahir atau naik) ,dan indicator

penelitian ini adalah teknik marmet penunjang yaitu frekuensi BAK 6-8

dengan pijat oksitosin. Sedangkan x/hari, frekuensi menyusui 8-12x/hari,

variabel dependent dalam penelitin dan bayi tidur nyenyak 2-3 jam

ini adalah produksi ASI. setelah disusui. Alat ukur : timbangan

Teknik Marmet adalah teknik bayi digital. Cara ukur: observasi dan

mengeluarkan ASI pada ibu post kuesioner. Skala = Rasio.

partum hari ke 1-3 dengan cara Teknik analisis data, sebelum

kombinasi antara memerah dan dilakukan uji statistik, peneliti

memijat payudara. Skala : Nominal. melakukan uji normalitas data dengan

Pijat Oksitosin adalah memijat kolmogorov smirnov dengan bantuan

bagian punggung ibu postpartum hari SPSS 16. Jika ρ > α (0.05) maka

1-3 pada sisi tulang belakang dari dapat disimpulkan data berdistribusi

normal.
7
Berdasarkan uji normalitas
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
didapatkan nilai ρ = 0,522. Hal ini berarti
Tabel 1.1 Hasil Uji Normalitas One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
nilai ρ > 0,05 yang menunjukkan bahwa data
BBL
berdistribusi normal.
N 40
Normal Parametersa Mean 2975.92
Std.
286.008
Deviation
Most Extreme Absolute .129
Differences Positive .120
Negative -.129
Kolmogorov-Smirnov Z .813
Asymp. Sig. (2-tailed) .
522
a. Test distribution is Normal.
Tabel 1.2 Hasil Analisis Uji Hipotesis T Pair pada Teknik Marmet Terhadap
Produksi ASI Ibu Postpartum di RSIA IBI Surabaya

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviatio Error Difference Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 BBL -
BB14hari -93.650 89.243 19.955 -135.417 -51.883 -4.693 19 .000

Berdasarkan tabel 1.2 didapatkan ρ = yang signifikan teknik marmet terhadap

0,000. Dengan demikian nilai ρ lebih kecil dari produksi ASI ibu postpartum di RSIA IBI

nilai α (5%) atau 0,05 sehingga Ha diterima dan Surabaya.

Ho ditolak. Dapat disimpulkan ada pengaruh

8
Tabel 1.3 Hasil Analisis Uji Hipotesis T Pair pada Pijat Oksitosin Terhadap Produksi
ASI Ibu Postpartum di RSIA IBI Surabaya

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviat Error Difference Sig. (2-
Mean ion Mean Lower Upper t df tailed)
BBL
P -
air 1 BB14hari -106.600 71.977 16.095 -140.286 -72.914 -6.623 19 .000

Berdasarkan tabel 1.3 didapatkan ρ = ada pengaruh yang signifikan pijat oksitosin

0,000. Dengan demikian nilai ρ lebih kecil terhadap produksi ASI ibu postpartum di

dari nilai α (5%) atau 0,05 sehingga Ha RSIA IBI Surabaya.

diterima dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan

9
Tabel 1.4 Hasil Analisis Uji Hipotesis Independent Samples Test

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Sig. Error Interval of the
(2- Mean Differenc Difference
F Sig. t df tailed) Difference e Lower Upper
BB14hari Equal
variances 4.662 .037 .136 38 .893 13.000 95.577 -180.486 206.486
assumed
Equal
variances
.136 35.155 .893 13.000 95.577 -181.002 207.002
not
assumed

10
Berdasarkan analisis diatas pada ibu yang tidak teratur memompa

didapatkan pada kelompok teknik marmet payudaranya. Kombinasi memompa dan

ρ = 0,893. Sedangkan pada kelompok pijat memijat payudara lebih efektif dalam

oksitosin ρ = 0,893. Dengan demikian nilai memproduksi ASI dan dianjurkan pada ibu

ρ lebih besar dari nilai α (5%) atau 0,05 yang bayinya sakit atau lahir premature.

sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini sependapat dengan hasil

Dapat disimpulkan tidak terdapat penelitian Desmayanti (2008) yang

perbedaan yang signifikan antara teknik berjudul “Efektifitas Kombinasi Areolla

marmet dengan pijat oksitosin terhadap Massage dengan Rolling Massage

produksi ASI ibu postpartum di RSIA IBI Terhadap Pengeluaran ASI Secara Dini

Surabaya. Pada Ibu Post SC di Puskesmas

Pamulang dan Cikupa Banten”. Hasil


PEMBAHASAN
penelitian menunjukkan ibu-ibu yang
Pengaruh Teknik Marmet Terhadap
diberi intervensi kombinasi areolla
Produksi ASI Ibu Postpartum
massage dengan rolling massage

Ada pengaruh teknik marmet mempunyai peluang 5,146 kali untuk

terhadap produksi ASI ibu postpartum di terjadi pengeluaran ASI kurang dari 12

RSIA IBI Surabaya. Hasil tersebut jam. Artinya intervensi areolla massage

didukung oleh penelitian yang dilakukan dengan rolling massage efektif dalam

oleh E Jones, dkk (2001) yang berjudul “A menstimulasi hipofise anterior dan

randomised controlled trial to compare posterior mensekresi hormon prolaktin

methods of milk expression after preterm dan oksitosin di awal menyusui. Senada

delivery”. Hasil penelitian menunjukkan dengan hasil penelitian Sefi Rachma

ibu yang memompa payudaranya secara Afianti (2012) yang meneliti tentang

teratur lebih lancar produksi ASI nya dari “Efektivitas Pemijatan Payudara Dengan

11
Senam Payudara Terhadap Kelancaran memberikan rangsangan pengeluaran

Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum”. prolaktin dan oksitosin.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada


Produksi ASI juga dipengaruhi
perbedaan yang signifikan antara
oleh frekuensi menyusui, semakin sering
pemijatan payudara dan senam payudara
menyusui akan semakin meningkatkan
terhadap pengeluaran kelancaran ASI
produksi ASI. Menurut Khasanah (2010)
pada ibu post partum.
menyatakan bahwa berdasarkan hasil

Ada banyak hal yang penelitian, produksi ASI akan optimal

mempengaruhi produksi ASI, salah satu ketika ibu menyusui bayinya 5 kali atau

diantaranya perawatan payudara. lebih per hari selama 1 bulan awal

Perawatan payudara yang tepat diawal menyusui. Menyusui yang tidak terjadwal

menyusui bisa merangsang payudara untuk atau menyusui keinginan bayi (on

memproduksi ASI lebih dini dan banyak. demand), dapat meningkatkan produksi

Dengan perawatan payudara dalam hal ini ASI pada minggu pertama. Hal tersebut

teknik marmet, hipofisis dipengaruhi untuk mengacu pada teori Manajemen Laktasi

mengeluarkan hormon prolaktin dan (WHO,2011) tentang milk production

oksitosin. Kedua hormon inilah yang reflek dan let down reflex. Milk production

berperan besar dalam produksi ASI. Hal reflek yaitu ketika bayi menyusu,

tersebut mengacu teori Manuaba (2007) rangsangan sensorik dari puting payudara

yang mengatakan bahwa perawatan tersebut dikirim ke otak. Sebagai

payudara adalah usaha untuk menghindari jawabannya, bagian depan (anterior)

kemungkinana lambatnya pengeluaran kelenjar pituitary didasar otak

prolaktin. Dengan merawat payudara mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk

(memerah, memijat, memompa, kompres ke dalam darah menuju payudara, dan

hangat, senam payudara, dsb) dapat menyebabkan sel-sel pembuat ASI


12
memproduksi ASI. Sedangkan let down perawatan payudara dalam hal ini teknik

reflex yaitu ketika bayi menyusu, marmet diawal menyusui adalah salah satu

rangsangan sensorik dikirim ke otak. metode yang bisa membantu menambah

Sebagai jawabannya bagian belakang frekuensi isapan bayi yang kurang. Dengan

kelenjar pituitary di dasar otak kombinasi gerakan memerah dan memijat

mengeluarkan hormone oksitosin. yang dilakukan minimal 2 x dalam sehari

Oksitosin masuk ke pembuluh darah akan membuat duktus melebar dan

menuju payudara, merangsang sel-sel otot menjadi lunak, juga membantu

(mioepitelium) disekeliling alveoli menstimulasi saraf hipotalamus untuk

berkontraksi. Kontraksi ini membuat ASI segera mengeluarkan hormon prolaktin

yang telah terkumpul di alveoli mengalir dan oksitosin, sehingga produksi ASI tidak

sepanjang duktus laktiferus menuju ke terlambat. Hal ini sesuai dengan teori dari

puting masuk ke dalam mulut bayi. Roesli (2012) yang mengatakan perawatan

payudara dengan teknik marmet bertujuan


Tetapi kenyataan dilapangan, tidak
untuk mengosongkan ASI dari sinus
jarang pada hari pertama sampai hari
laktiferus yang berada dibawah areola
ketiga, bayi mengalami kondisi banyak
sehingga diharapkan dengan pengosongan
tidur sedikit menyusu. Berkurangnya
ASI pada daerah sinus laktiferus ini akan
rangsangan menyusui oleh bayi diawal
merangsang pengeluaran hormon
pospartum misalnya dikarenakan bayi
prolaktin, pengeluaran hormon prolaktin
malas menghisap, kekuatan isapan yang
ini selanjutnya akan merangsang mammary
kurang, frekuensi isapan yang kurang dan
alveoli untuk memproduksi ASI.
singkatnya waktu menyusui menyebabkan

pelepasan prolaktin dan oksitosin dari Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

hipofisis berkurang sehingga ASI tidak Produksi ASI Ibu Postpartum

segera diproduksi. Oleh sebab itu


13
Ada pengaruh pijat oksitosin oksitosin pada kelompok perlakuan

terhadap produksi ASI ibu postpartum di berhasil meningkatkan pemberian ASI

RSIA IBI Surabaya. Hal ini sesuai dengan dengan signifikan = 0,004. Hal ini

hasil penelitia Budiarti (2009) yang membuktikan pemberian pijat oksitosin

berjudul “Hubungan Pemberian Paket mempengaruhi keberhasilan proses

Sukses ASI Terhadap Produksi ASI Pada menyusui pada ibu nifas daripada ibu

Ibu Postpartum Dengan Seksio Sesaria di nifas yang hanya melakukan perawatan

wilayah Depok Jawa Barat”. Adapun putting susu dengan baby oil.

salah satu isi dari paket sukses ASI adalah


Pelepasan hormon oksitosin dari
pemberian intervensi pijat oksitosin pada
kelenjar hipofisis posterior dapat
masa 24 jam setelah operasi sampai
distimulasi dengan pemijatan sepanjang
dengan hari ketiga setelah operasi. Hasil
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang
penelitian menyatakan ada hubungan yang
costae kelima-keenam ibu. Hal ini sesuai
bermakna antara pemberian paket
dengan teori yang dikemukanan oleh
“Sukses ASI “ terhadap kelancaran
Roesli (2011), oksitosin adalah hormon
produksi ASI baik dari indikator bayi
yang diproduksi di hipotalamus dan
maupun dari indikator ibu.
diangkut lewat aliran aksoplasmed ke

Senada dengan hasil penelitian hipofisis posterior yang jika mendapatkan

Syswianti, D (2009) yang berjudul “The stimulasi yang tepat hormon ini akan

Influence of Massage Oxytosin Against dilepas kedalam darah. Peranan fisiologi

The Success of Breastfeeding Process on lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah

Material Chilbed of Maternal meningkatkan pengeluaran ASI dari

Breastfeeding at PKU Muhammadiyah kelenjar mammae. Impuls neural dari

Bantul Hospital in 2009”. Hasil pemijatan sepanjang tulang belakang

penelitian menunjukkan pemberian pijat


14
merupakan stimulus bagi pelepasan dalam tubuh dan efeknya menyerupai

oksitosin. heroin dan morfin. Zat ini berkaitan

dengan penghilang nyeri alamiah.


Selain menstimulasi pengeluaran

hormon oksitosin, pemijatan sepanjang Rasa nyaman yang dirasakan ibu

tulang belakang juga memberikan rasa selain dikarenakan efek dari pemijatan,

nyaman pada ibu. Hal ini sejalan dengan juga dikarenakan pijat oksitosin pada ibu

pendapat Nurchayati (2012) dalam postpartum membutuhkan bantuan orang

penelitiannya “Manfaat Massaging Nafe lain atau mengikutsertakan peran ayah

(Pemijatan Tengkuk) Terhadap maupun anggota keluarga lain seperti

Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD orang tua. Hal inilah yang membuat ibu

Cilacap” yang menyatakan rasa nyaman menyusui merasa nyaman, yakin dan

yang ibu rasakan akan membantu dalam percaya diri bahwa kehadiran bayinya

pengeluaran ASI sehingga ibu tidak memang diharapkan semua pihak. Karena

merasakan nyeri baik dari hisapan bayi pada dasarnya proses menyusui merupakan

pada payudara maupun kontraksi uterus interaksi emosional bersama, sehingga rasa

karena pada pemijatan tengkuk mampu percaya diri, afektif dan interaksi sosial

mengeluarkan endorphin . Endorphin lebih terjadi dengan baik. Sejalan dengan

merupakan senyawa yang menenangkan. pendapat Roesli (2011) pemberian ASI

Dalam keadaan tenang seperti inilah ibu tidak hanya sekedar proses berdua antara

nifas yang sedang menyusui mampu ibu dengan bayi, akan tetapi keberadaan

mempertahankan produksi ASI yang seorang ayah akan sangat membantu.

mencukupi bagi bayinya. Hal ini mengacu Ketenangan jiwa ibu akan meningkatkan

pada teori Sloane (2003), peranan hipofisis refleks let down, begitu juga sebaliknya

adalah mengeluarkan endorphin apabila ibu dalam kondisi mengalami

(endegenous opiates) yang berasal dari gangguan emosi (takut, cemas, binggung)
15
akan menghambat refleks let down. Hal ini penelitian yang dilakukan oleh

mengacu pada teori oleh Soetjiningsih Mardiyaningsih, E (2010) yang berjudul

(2012) yang menyatakan bahwa bila ada “Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet

stress pada ibu yang menyusui maka akan Dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi

terjadi suatu blokade dari refleks let down. ASI Ibu Postpartum Dengan Seksio

Ini disebabkan oleh karena adanya Sesaria Di Rumah Sakit Wilayah Jawa

pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang Tengah”. Hasil penelitian menyatakan ada

menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh perbedaan proporsi kelancaran produksi

darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit ASI antara kelompok kontrol dan

harapannya untuk mencapai target organ kelompok intervensi dengan value =

mioepitelium. Oleh karena itu rasa aman, 0,000 dan ibu seksio sesarea yang

nyaman, dan rasa percaya diri sangat diberikan kombinasi teknik marmet dan

diperlukan pada ibu yang menyusui, guna pijat oksitosin berpeluang 11,5 kali lebih

meningkatkan produksi ASI-nya. besar untuk mempunyai produksi ASI

lancar dibandingkan dengan kelompok


Perbedaan Pengaruh Antara Teknik
kontrol (OR=11,500).
Marmet Dengan Pijat Oksitosin Terhadap
Hal senada juga dinyatakan oleh
Produksi ASI Ibu Postpartum
Purnama (2013) dalam penelitiannya yang
Tidak ada perbedaan pengaruh
berjudul “Perbedaan Efektivitas Antara
teknik marmet dengan pijat oksitosin
Pijat Oksitosin Dan Breast Care Terhadap
terhadap peningkatan produksi ASI ibu
Produksi ASI Pada Ibu Post Partum
postpartum di RSIA IBI Surabaya. Kedua
Dengan SC di RSUD Banyumas”. Hasil
intervensi sama-sama efektif dalam
penelitiannya menyatakan bahwa tidak
peningkatan produksi ASI postpartum.
terdapat perbedaan yang signifikan antara
Hasil penelitian ini didukung oleh
pijat oksitosin dan breast care terhadap
16
produksi ASI pada ibu post partum dengan (2005) yang menyatakan : segera setelah

SC di RSUD Banyumas. Artinya ibu dilahirkan, bayi harus di susukan kepada

postpartum yang dengan segera ibunya, tindakan ini bukan dimaksudkan

mendapatkan usaha untuk melancarkan untuk memberikan nutrisi, tetapi agar bayi

atau meningkatkan produksi ASI baik belajar menyusui atau menghisap puting

dengan cara pijat oksitosin atau breast payudara ibu, serta mendukung produksi

care akan lebih baik daripada ibu ASI. Gerakan refleks bayi baru lahir, yang

postpartum yang tidak mendapatkan menghisap puting payudara ibu akan

intervensi sama sekali mencapai puncaknya pada 20-30 menit

setelah kelahirn bayi. Jika ibu terlambat


Kenyataan yang ada di masyarakat
menyusui bayinya, maka refleks itu akan
menunjukkan bahwa produksi ASI dan
berkurang.
ejeksi ASI yang sedikit pada hari-hari

pertama melahirkan menjadi kendala Peran tenaga kesehatan dalam

dalam pemberian ASI secara dini. Tidak memberikan dukungan psikologis, tidak

keluarnya produksi ASI pada hari-hari bisa dilepaskan dari usaha ibu dalam

pertama setelah melahirkan menyebabkan meningkatkan produksi ASI-nya.

ibu dan keluarga memberikan susu Pemberian nasihat dan penyuluhan tentang

formula (prelactal feeding). Bila prelactal ASI perlu diberikan terutama pada ibu-ibu

feeding diberikan pada bayi, maka ASI yang baru pertama kali mempunyai anak,

terbentuk lebih lambat, karena bayi tidak dan belum mengetahui cara menyusu yang

cukup kuat menghisap puting payudara benar. Begitu juga pemberian intervensi

ibu. Hal ini menyebabkan bayi enggan tentang perawatan payudara sangat

untuk menyusu, sehingga tidak ada penting. Sehingga masalah menyusui yang

stimulasi hipofisis untuk memproduksi muncul pada hari-hari pertama menyusui

ASI. Sejalan dengan pendapat Prasetyono seperti produksi ASI sedikit, ASI tidak
17
lancar dan ASI tidak keluar dapat diatasi. keluarga, terutama ayah atau suami.

Beberapa intervensi perawatan payudara Selama proses ini berlangsung, peran ayah

diantaranya adalah teknik marmet dan pijat sama pentingnya dengan peran ibu. Peran

oksitosin. Kedua intervensi mempunyai ayah yang paling utama adalah

kelebihan masing-masing, pada teknik menciptakan suasana dan situasi kondusif

marmet ibu bisa melakukan sendiri tanpa yang memungkinkan pemberian ASI

bantuan orang lain. Sehingga ibu lebih berjalan lancar. Hal tersebut sesuai dengan

percaya diri bahwa dirinya mampu pendapat Suherni (2007) yang menyatakan

merawat payudaranya dan dapat pijat oksitosin adalah tindakan yang

memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan dilakukan oleh suami/orang tua pada ibu

bayinya. Hal ini didukung oleh pendapat menyusui yang berupa back massage pada

Khasanah (2010) yang mengatakan punggung ibu untuk meningkatkan

menyusui dapat memberi rasa percaya diri pengeluaran hormon oksitosin. Pijat

bahwa ibu mampu menyusui dengan oksitosin yang dilakukan oleh suami akan

produksi ASI yang mencukupi untuk memberikan kenyamanan pada ibu dan

bayinya. Menyusui dipengaruhi oleh emosi pada bayi yang disusui.

ibu dan kasih sayang terhadap bayi Semakin sering bayi menyusu dan

sehingga bisa meningkatkan produksi semakin kuat daya isap bayi, maka

hormon, terutama oksitosin yang pada payudara akan memproduksi ASI lebih

akhirnya akan meningkatkan produksi banyak. Semakin sering ibu melakukan

ASI. intervensi teknik marmet atau pijat

Sedangkan pada intervensi pijat oksitosin pada awal menyusui, semakin

oksitosin, ibu dibantu oleh suami atau awal ASI diproduksi dan semakin

anggota keluarga yang lain. Keberhasilan meningkat produksinya, sehingga ibu

pemberian ASI ditentukan oleh peran dapat memberikan ASI kepada bayinya

18
dengan cukup. Dengan begitu, ibu dapat

menyusui bayinya secara murni selama 6 Bagi tempat penelitian

bulan dan tetap memberikan ASI sampai si Perlu mengupayakan pelatihan

anak berusia dua tahun. Segala bentuk manajemen laktasi, khususnya tentang

perawatan payudara atau stimulasi yang teknik marmet dan pijat oksitosin kepada

dilakukan oleh ibu postpartum sebagai seluruh bidan agar terampil dan terlatih

usaha untuk meningkatkan produksi ASI- dalam memberikan asuhan kebidanan

nya, akan lebih baik hasil dan manfaatnya pada ibu nifas, guna meningkatkan

bagi ibu dan bayinya daripada ibu yang produksi ASI pada ibu postpartum.

tidak melakukan stimulasi. Bagi bidan dan profesi

Diharapkan Bidan dapat


SIMPULAN DAN SARAN
menjadikan kedua metode alternative
Dapat disimpulkan bahwa :
dalam mengatasi masalah awal pada ibu

Teknik marmet meningkatkan menyusui. Diharapkan Bidan dapat

produksi ASI ibu postpartum di RSIA IBI menjadikan kedua metode alternative

Surabaya. dalam mengatasi masalah awal pada ibu

Pijat oksitosin meningkatkan menyusui. Disarankan kedua metode

produksi ASI ibu postpartum di RSIA IBI dilakukan secara kombinasi karena akan

Surabaya. lebih efektik dalam meningkatkan

Tidak ada perbedaan pengaruh produksi ASI di awal masa menyusui.

teknik marmet dengan pijat oksitosin Bagi peneliti

dalam meningkatkan produksi ASI ibu Sebagai bahan masukan bagi

postpartum di RSIA IBI Surabaya. peneliti selanjutnya, perlu penelitian lebih

Untuk itu sarannya adalah : lanjut tentang metode-metode lain yang

dapat berkontribusi dalam penggalakan

19
pemberian ASI. Dan akan semakin baik Desmayanti. 2008. “Efektifitas

jika dapat mengukur kadar oksitosin untuk Kombinasi Areolla Massage dengan

mengetahui jumlah peningkatan pelepasan Rolling Massage Terhadap Pengeluaran

oksitosin saat dilakukan intervensi. ASI Secara Dini Pada Ibu Post SC di

Puskesmas Pamulang dan Cikupa


DAFTAR PUSTAKA
Banten”.
Afianti,S.R. 2012. “Efektivitas
Depkes, 2005. Manajemen Laktasi;
Pemijatan Payudara Dengan Senam
Buku Panduan bagi Bidan dan Petugas
Payudara Terhadap Kelancaran
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta:
Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum”.
Direktorat Gizi Masyarakat.
Budiarti. 2009. “Hubungan
Dewi, Sunaseh (2011). Asuhan
Pemberian Paket Sukses ASI Terhadap
Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta :
Produksi ASI Pada Ibu Postpartum
Salemba Empat.
Dengan Seksio Sesaria di wilayah Depok

Jawa Barat”. Khasanah, N. 2011. Asia atau Susu

Formula Ya? Panduan Lengkap Seputar


Cunningham (2006). Obstetri
ASI dan Susu Formula. Jogjakarta : Flash
Williams. Jakarta: EGC
Books.
E Jones, dkk. 2001. “A randomised
Mardiyaningsih, E. 2010.
controlled trial to compare methods of
“Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet
milk expression after preterm delivery”.
Dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi
Journal List Arch Dis Child Fetal Neonatal
ASI Ibu Postpartum Dengan Seksio
Ed 2001;85:F91–F95.
Sesaria Di Rumah Sakit Wilayah Jawa

Tengah”. Jounal FIK UI.

20
Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah

Obstetri. Jakarta : EGC.


Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas.

Nurchayati, 2012. Manfaat Massaging Yogyakarta: Fitramaya

Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap


Soetjiningsih, 2012. Seri Gizi Klinik ASI
Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas Di RSUD
Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta
Cilacap. KTI Akademi Kebidanan Graha
: EGC.
Mandiri Cilacap. KTI Akademi Kebidanan
Syswianti, D, at all (2009). The Influence
Graha Mandiri Cilacap.
of Massage Oxytosin Against The
Purnama, 2013. Efektifitas antara pijat
Success of Breastfeeding Process on
oksitosin dan breast care terhadap produksi
Material Chilbed of Maternal
asi pada ibu post partum dengan sectio
Breastfeeding at PKU Muhammadiyah
caesarea di RSUD Banyumas. Skripsi
Bantul Hospital in 2009. Jurnal
Universitas Jendral Sudirman. Jawa
Kepmenkes Poltekes Yogyakarta. Posted
Tengah.
on March 12, 2012.

Proverawati, A;dkk. 2010. Kapita Selekta


WHO.2011. Pelatihan Konseling
ASI dan Menyusui. Yogyakrt : Nuha
Menyusui Modul 40 jam WHO dan
Medika.
UNICEF. AIMI Jatim.

Prasetyono, DS. 2009. Buku Pintar ASI


Varney, H; dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan
Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press.
Kebidanan Edisi. 4 Volume.2. Jakarta :

EGC

Roesli, U. 2012. Panduan Konseling

Menyusui. Cetakan IV. Jakarta: Pustaka

Bunda.
21

Potrebbero piacerti anche