Sei sulla pagina 1di 10

Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA
Preoksigenasi pada Anestesi Umum
Preoxygenation in General Anesthesia
Faizal Rahmat Malawat*, Bondan Irtani Cahyadi*
*
Bagian Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

Corespondence/ Korespondensi : faizalmalawat@gmail.com

ABSTRACT

Background: Monitoring of hemoglobin saturation during management of airway is


important for patients. Desaturation below 70% can lead patient to dysrhythmic,
hemodynamic decompensation, brain damage due to hypoxia and death. The challenge
for emergency doctor is to perform agile and swift endotracheal intubation to patients
without getting hypoxia or aspiration. Preoxygenation with 100% oxygen before
induction of anesthesia is an extensive maneuver that can increase the body's oxygen
storage, adjourning the onset of desaturation during apnea period after induction of
anesthesia and musclerelaxants.
Objective: The purpose of preoxygenation is to replace nitrogen in FRC with oxygen;
which is called the denitrogenation. This has an impact on the body's oxygen storage and
increases tolerance for substantial apnea. Effective preoxygenation produces safe limits
for emergency intubation and prolongation of apnea duration without getting
desaturation.
Method: Preoxygenation in the operating room uses a circuit attached to
theanesthesia machine, which will provide high FiO2. Then, the success of
preoxygenation can be evaluated by estimating denitrogenation level using gas analyzer
to determine the concentration of exhaled oxygen fraction (FeO2). For the operation of
patients with high risk aspiration, anesthesia develops induction with quick sequences by
giving sedative and paralytic without ventilation simultaneously while waiting the
paralytic effects which can help to reduce aspiration risk. The supine position is not ideal
for achieving optimal preoxygenation because it becomes more difficult to breathe and
the posterior lungs become susceptible to collapse. On the contrary, Trendelenburg
position will increase preoxygenation and may be beneficial in immobilized patients due
to possible spinal cord injury.
Conclusion: In apnea condition, the factor that have the greatest effect in hypoxia are
FRC, alveoli’s oxygen concentration, and metabolic rate. The hemoglobin concentration
and the circulation shunting level are less important factors. Anesthesiologists can avoid

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Terakreditasi DIKTI dengan masa berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019
117 Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia

hypoxia with preoxygenation. Until definitive control of the airway can be reached,
anesthesiologists can provide 100% oxygen which allows the entry of oxygen into the
lungs and helps prevent hypoxia.
Keywords: anesthesia; desaturation; hypoxia; preoxygenation; shunting

ABSTRAK
Latar Belakang: Pemantauan saturasi hemoglobin selama tatalaksana jalan napas
penting untuk keselamatan pasien. Desaturasi di bawah 70% menghantarkan pasien
pada risiko mengalami disritmia, dekompensasi hemodinamik, kerusakan otak akibat
hipoksia dan kematian. Tantangan untuk dokter emergensi adalah dapat melakukan
intubasi endotrakeal secara cepat tanpa hipoksia atau aspirasi. Preoksigenasi dengan
100% oksigen sebelum induksi anestesi, merupakan manuver yang diterima secara luas
yang dapat meningkatkan penyimpanan oksigen tubuh, sehingga menunda onset
desaturasi selama periode apnea setelah induksi anestesi dan musclerelaksan.
Tujuan: Tujuan preoksigenasi adalah mengganti nitrogen di FRC dengan oksigen;
yang disebut proses denitrogenasi. Hal ini memiliki dampak pada penyimpanan oksigen
tubuh dan meningkatkan toleransi terhadap apneu secara substansial. Preoksigenasi
efektif menghasilkan batas aman untuk intubasi darurat dan memperpanjang durasi dari
apnea tanpadesaturasi.
Metode: Preoksigenasi di dalam kamar operasi biasanya menggunakan sirkuit yang
terpasang pada mesin anestesi, yang akan memberikan FiO2 yang tinggi. Kemudian,
keberhasilan dari preoksigenasi dapat terus dinilai dengan memperkirakan derajat
denitrogenasi menggunakan penganalisa gas untuk menentukan konsentrasi fraksi
oksigen yang dihembuskan (FeO2). Untuk operasi pasien dengan risiko aspirasi yang
tinggi, anestesi mengembangkan induksi dengan sekuens cepat dengan cara pemberian
sedatif dan paralitik tanpa ventilasi secara simultan sembari menunggu paralitik berefek,
sehingga dapat mengurangi risiko aspirasi. Posisi supine tidak ideal untuk mencapai
preoksigenasi optimal, karena menjadi lebih sulit untuk mengambil napas penuh dan
lebih banyak bagian paru posterior yang menjadi prone sampai kolaps. Sebaliknya posisi
trendelenburg akan meningkatkan preoksigenasi dan mungkin berguna pada pasien yang
diimobilisasi karena kemungkinan spinalinjury.
Simpulan: Dalam keadaan apneu, faktor yang memiliki efek terbesar pada waktu
tercapainya hipoksia kritis adalah FRC, konsentrasi oksigen alveoli, dan kecepatan
metabolisme. Konsentrasi hemoglobin dan derajat pirau sirkulasi kurang penting
dibandingkan faktor-faktor diatas. Ahli anestesi dapat menghindari hipoksia dengan
preoksigenasi. Sampai kontrol definitif jalan napas dapat dicapai, ahli anestesi dapat
memberikan oksigen 100% sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke paru dan
membantu mencegah terjadinya hipoksia.
Kata kunci: anestesi; desaturasi; hipoksia; pirau; preoksigenasi

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 118


Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENDAHULUAN tergantung pada konsentrasi oksigen inspirasi,


Memantau saturasi hemoglobin selama laju alirannya, konfigurasi sistem pernapasan,
tatalaksana jalan napas penting untuk dan karakter pasien.1,2,4
keselamatan pasien. Desaturasi di bawah
70% menghantarkan pasien pada risiko DEFINISI
mengalami disritmia, dekompensasi Preoksigenasi merupakan prosedur
hemodinamik, kerusakan otak akibat hipoksia keamanan yang sederhana, yang dapat
dan kematian. Tantangan untuk dokter memiliki pengaruh signifikan pada saat
emergensi adalah dapat memasang trakea desaturasi. Selama apneu, saturasi
tube(ET) secara cepat tanpa hipoksia atau oksigen arteri tetap tinggi hingga hampir
aspirasi. Pada pasien tanpa kerusakan/patologi semua cadangan oksigen tubuh telah
pada paru-paru, adekuat hemoglobin, atau digunakan. Oximetry arteri bukan
kebutuhan metabolik yang rendah dan inisial prediktor yang baik untuk mengetahui
pulse oksimetri terbaca 100%, risiko minimal ancaman hipoksemia. Ketika hipoksemia
untuk mengalami desaturasi setelah berat terjadi, saturasi oksigen arteri
preoksigenasi yang adekuat. Sebaliknya, pada menurun dengan cepat, dengan laju
pasien sepsis dengan pneumonia multilobus mendekati 30% /min. Meningkatkan
yang telah mengalami hipoksemia (saturasi fraksi oksigen yang diberikan pada
oksigen ≤90%) meskipun mendapatkan laju saluran napas dari 90% hingga 100%
oksigen tinggi 100%, dapat terjadi hipoksia memperpanjang durasi kelangsungan
tiba-tiba selama intubasitrakhea.1-4 hidup pada pasien apneu dengan jalan
napas terbuka. Penting untuk
Preoksigenasi memberikan buffer yang
mempertahankan kepatenan jalan napas
aman selama periode hipoventilasi dan apnea.
saat pasien apneu, bahkan jika tidak ada
Preoksigenasi memperpanjang durasi dari
ventilasi yang diberikan. Waktu untuk
apnea yang aman, didefinisikan sebagai wak-
mencapai hipoksemia kritis untuk pasien
tu sampai pasien mencapai tingkat saturasi
apneu yang obesitas dapat diperpanjang
dari 85 sampai 90%, untuk dapat memasang
oleh preoksigenasi dalam posisi head-up.
jalan nafas yang utama.1,2,4 5-7

Preoksigenasi dengan 100% oksigen


sebelum induksi anestesi, manuver yang TUJUAN
diterima secara luas, meningkatkan penyim-
Tujuan preoksigenasi adalah meng-
panan oksigen tubuh, sehingga menunda on-
ganti nitrogen di FRC dengan oksigen;
set desaturasi selama periode apnea setelah
proses ini juga disebut denitrogenasi. Hal
induksi anestesi dan muscle relaksan.
ini memiliki dampak pada penyimpanan
Preoksigenasi diketahui dapat meningkatkan
oksigen tubuh dan meningkatkan
waktu aman apnea pada dewasa yang sehat
toleransi terhadap apneu secara
antara 3-6 menit. Paling sering, untuk 4,8,9,10
substansial.
preoksigenasi adekuat, pasien membutuhkan
untuk bernapas 100% oksigen selama 3-5 Preoksigenasi efektif menghasilkan
menit atau mencapai 4-8 kapasitas vital batas aman untuk intubasi darurat dengan
pernapasan dalam untuk 30-60 detik melakukan denitrogenasi kapasitas
berturut-turut. Ketepatan dari preoksigenasi residual fungsional dari paru-paru,

119 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

memperpanjang durasi dari apnea tanpa yang digunakan pada penelitian ini
desaturasi. Di ruang operasi, sirkuit memiliki katup ekspirasi yang mencegah
anestesi digunakan untuk memberikan terjebaknya udara ruangan. Dapat
FiO2 yang tinggi. Bahkan, derajat disimpulkan bahwa penggunaan BVM
denitrogenasi dapat diukur dengan yang berbeda dan adanya katup ekspirasi
mengukur FeO2 (fraksi ekspirasiOksigen) berperan pada perbedaan keberhasilan
selama preoksigenisasi. Dengan preoksigenasi, seperti yang telah
perikiraan konsentrasi karbondiokisa didemonstrasikan para peneliti terdahulu.14
sebesar 5%, kadar FeO2 90% sesuai Dapat disimpulkan bahwa
dengan perkiraan konsentrasi nitrogen keberhasilan preoksigenasi tergantung
alveolar yaitu 5%. Hal ini telah menjadi dari kualitas penempelan, yang
acuan klinis dan batas akhir kemungkinan berdampak buruk dengan
preoksigenasi komplet. Penilaian menggunakan NK Nasal kanul.
kontinyu dari FeO2 juga membantu ahli Menariknya, Gagnon dkk. mende-
anestesi untuk mengidentifikasi kejadian monstrasikan berkurangnya keberhasi-
saat preoksigenasi suboptimal, mislnya,
lan preoksigenasi saat mereka dengan
dengan penempelan masker yang kurang sengaja membuat kebocoran menggunakan
baik, mendorong penyesuaian pada pipa nasogastric dibawah masker.10,13,14
teknik.1,2,11,12,13
Penambahan katup PEEP pda BVM
Di luar lingkungan ruang operasi, juga diduga meningkatkan FeO2 sesuai
dokter mengandalkan periode 3 menit dengan penelitian sebelumnya yang
preoksigenasi, yang secara tradisional menunjukkan peningkatan preoksigenasi
dengan bernapas lewat sumber yang dengan PEEP. Penambahan katup PEEP
diduga menghasilkan FiO2 tinggi
dengan pegas pada BVM sekali pakai
menggunakan sistem BVM (bag-valve- juga dapat mengurangi terjebaknya udara
mask) atau NRM (none rebreather mask). ruang di sekitar katup ekspirasi pada alat-
Robinson dan Ercole menunjukkan alat ini. Peningkatan preoksigenasi dapat
kesetaraan FeO2 yang didapatkan dari diidentifikasi pada pasien dengan
preoksigenasi dengan BVM dan NRM . penyakit paru yang mendapat bantuan
Bagaimanapun, sirkuit anestesi pada PEEP untuk memperbaiki alveolus dan
mesin anestesi lebih baik dibandingkan jalan napaskecil.10,13
alat tersebut. Sebaliknya, bahwa Sebuah studi pada tahun 1984
preoksigenasi dengan BVM model ketika oximetri masih awal
khusus didapatkan rerata FeO2yang setara dikembangkan mengungkapkan betapa
dengan sirkuit anestesi dan lebih baik cepat hipoksemia terjadi pada individu
secara signifikan daripada NRM. Peneliti
yang sehat dan bugar 1 menit setelah
sebelumnya menemukan bahwa pada induksi anestesi saat preoksigenasi tidak
pasien yang bernapas spontan, FiO2 dilakukan. Rata-rata SaO2 sebesar85,5%
disalurkan oleh BVM tanpa katup 1 menit setelah induksi. Ketika
ekspirasi satu arah lebih rendah secara preoksigenasi dilakukan (meskipun hanya
signifikan dibandingkan dengan yang sebentar dan tidak sempurna), SaO2
memiliki katup ekspirasi satu arah. BVM menjadi >90% pada semua individu yang

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 120


Jurnal Anestesiologi Indonesia

diteliti.5 orang dewasa dengan FRC dan VO2


normal , jika FAO2 >0.9 (yaitu setelah
Cara mudah untuk menilai
pemberian preoksigenasi), paru akan
efektivitas preoksigenasi adalah
terisi 2000 ml oksigen (sekitar 10 kali
mengukur fraksi oksigen end-tidal
VO2).
(FE’O2), yang akan memberi perkiraan
fraksi oksigen alveoli (FAO2). Pada

Gambar 1. Simulasi waktu per ubahan ter hadap tekanan par sial oksigen ar ter i dan
saturasi oksigen hemoglobin arteri pada individu yang sehat yang dilakukan
preoksigenasi selama 3 menit dan kemudian mengakibatkan henti napas dengan hambatan
jalan napas. Grafik ini dihasilkan oleh simulator FisiologiNottingham

METODE di instalasi gawat darurat (IGD), di unit


Preoksigenasi di dalam kamar perawatan intensif (intensive care unit/
operasi biasanya menggunakan sirkuit ICU), atau tempat sebelum dibawa ke
yang terpasang pada mesin anestesi, yang rumah sakit. Intubasi di tempat-tempat
akan memberikan FiO2 yang tinggi. tersebut cenderung dilakukan pada
Kemudian, keberhasilan dari preoksi- pasien tidak terkendali dan pasien
genasi dapat terus dinilai dengan dengan gangguan sirkulasi pernapasan.
memperkirakan derajat denitrogenasi Manajemen saluran napas di IGD dan
menggunakan penganalisa gas untuk ICU sudah terbukti berhubungan dengan
menentukan konsentrasi fraksi oksigen insiden yang lebih merugikan.
yang dihembuskan(FeO2). Preoksigenasi efektif akan lebih penting
dilakukan di tempat tersebut, namun
Jika hal tersebut dibandingkan mungkin akan menjadi suboptimal
dengan intubasi darurat yang dilakukan karena beberapa hal. Tidak ada standar

121 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

pelaksanaan preoksigenasi di IGD, ICU, pemberian sedatif, ventilasi, pemberian


atau tempat sebelum dibawa ke rumah pelumpuh otot dan meneruskan manual
sakit, dan tidak mungkin menilai derajat ventilasi sampai pemasangan pipa
denitrogenasi sebelum induksi endotrakeal. Preoksigenasi tidak wajib
8,15,16
anestesi. diberikan pada pasien ini karena ventilasi
dilanjutkan pada periode induksi dan
Metode preoksigenasi yang umum
karena mereka mempunyai fisiologi yang
digunakan melibatkan pernapasan tidak
normal dan kebutuhan metabolik yang
dari sumber konsentrasi oksigen tinggi
rendah.
lewat masker selama 3 menit. Sumber
FiO2 yang tinggi meliputi: (1) sirkuit Untuk operasi pasien dengan
anestesi yang mencegah rebreathing CO2; risiko aspirasi yang tinggi disebabkan
(2) none rebreather mask (NRM);atau (3) oleh kelainan saluran cerna, atau penyakit
alat bag-valve-mask (BVM). kronis, anestesi mengembangkan induksi
dengan sekuens cepat. Sebagaimana yang
Meski MRN dan BVM keduanya
telah dipahami, teknik ini dengan cara
memiliki sistem reservoir yang dapat
pemberian sedatif dan paralitik tanpa
dilewati gas dengan FiO2 yang tinggi saat
ventilasi secara simultan sembari
dihirup selama puncak aliran inspirasi,
menunggu paralitik berefek, tidak
keduanya telah terbukti hanya dapat
dibutuhkan untuk menghindari hipoksemia.
memberikan kenaikan yang tidak terlalu
Metode induksi ini telah diadaptasi di
tinggi pada FeO2 ketika diuji. Ini
IGD, semua pasien yang membutuhkan
menunjukkan adanya udara yang terjebak
tatalaksana jalan nafas diasumsikan
disekitar masker dan di sepanjang katup
berisiko untuk terjadi aspirasi, sehingga
pada alat-alat ini. Penambahan dari katup
teknik yang terpilih adalah dengan rapid
positive end expiratory pressure (PEEP)
sequence intubation (RSI).1,3,12,17
di BVM akan mengurangi udara yang
terjebak di lubang ekspirasi dari alat Pada pasien yang akan dilakukan
BVM, dan penambahan PEEP juga RSI di ruangan dengan PaO2= 90-
terbukti meningkatkan oksigenasi arterial. 100mmHg, desaturasi akan terjadi dalam
Banyak peneliti merekomendasikan 45-60 detik antara pemberian sedatif
penambahan nasal kanul (NK) untuk sampai pasien terhubung dengan
memfasilitasi oksigenasi selama apnea, ventilator. Pada tahun 1950, anestesi
dengan proses pergerakan gas yang besar. menyadari bahwa cara paling aman untuk
Pemasangan oksigen NK selama periode melakukan RSI dapat dengan mengisi
preoksigenasi memberikan laju aliran alveolus pasien dengan fraksi oksigen
oksigen yang lebih tinggi dan kombinasi tinggi inspirasi (FiO2) sebelum dilakukan
dengan BVM dan PEEP dapat tindakan. Penelitian yang dilakukan oleh
memberikan tekanan udara positif Heller dan Watson, dan Heller et al
terus-menerus, yang telah dibuktikan menunjukkan peningkatan waktu
dapat meningkatkan durasi apnea desaturasi bila pasien menerima
tanpadesaturasi. preoksigenasi 100% oksigen dibandingkan
dengan udara ruangan sebelum
Standar induksi anestesi untuk 1
operasi elektif pasien dilakukan dengan intubasi trakea.

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 122


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 2. Kur va disosiasi oksihemoglobin menunjukkan SpO2 dar i ber bagai


level PaO2. Kategori risiko ditunjukkan pada kurva di atas. Pasien dengan SpO2
mendekati 90% memiliki risiko untuk terjadi desaturasi dengan cepat, seperti yang
ditunjukkan pada kurva.

Untuk preoksigenasi dari IGD, dengan maksimal inhalasi). Metode ini


ada3 tujuan: (1) untuk meningkatkan secara umum dapat menurunkan waktu
saturasi pasiens ehingga mendekati preoksigenasi kurang dari 1 menit.
100%; (2) untuk denitrogenasi dari Namun faktanya, banyak pasien di IGD
kapasitas residual paru-paru (memaksimalkan tidak dapat mengambil napas vital
penyimpanan oksigen di paru-paru); capacity.
dan (3) untuk denitrogenasi dan Waktu diatas diukurpada sumber
memaksimalkan oksigen di aliran darah. FiO2 lebih besar atau sama dengan 90%
Dua tujuan awal sangat penting; dan sungkup yang terikat kuat dapat
denitrogenasi dan oksigenasi darah menghindari kebocoranpada udara
menambah sedikit durasi apnea yang ruangan. Rekomendasi : pasien dengan
aman karena oksigen tidak diserap di respirasi adekuat dapat menerima
darah, dan mempertahankan perbandingan preoksigenasi selama 3 menit atau
reservoir oksigen antara aliran darah mengambil 8x pernapasan, dengan
kapiler dengan paru-paru (5% vs95%). maksimal inhalasi danekshalasi.
Secara ideal pasien harus terus
Posisi supine tidak ideal untuk
mendapatkan preoksigenasi sampai
mencapai preoksigenasi yang optimal.
kapasitas residu fungsional paru-paru Ketika seseorang tidur dengan posisi
mencukupi untuk mencapai lebih dari mendatar, lebih sulit untuk mengambil
90% tingkat end tidaloxygen. napas penuh dan lebih banyak bagian
Pasien yang kooperatif, dapat paru posterior yang menjadi prone
diminta untuk mengambil 8x napas vital sampai kolaps dan terjadi atelektasis,
capacity(maksimal ekshalasi diikuti yang dapat mengurangi reservoir dari

123 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

kandungan oksigen di dalam paru. (kepala 30 derajat lebih tinggi dari kaki)
juga meningkatkan preoksigenasi dan
Lane et al melaporkan secara acak
mungkin berguna pada pasien yang tidak
dan terkontrol dari preoksigenasi pasien
dapat terikat pada bahu, yang
posisi head-up 20 derajat versus
diimobilisasi karena kemungkinan spinal
kelompok kontrol pasien dengan posisi
injury.
supine. Setelah 3 menit preoksigenasi,
pasien menerima sedasi, pelumpuh otot Manfaat tambahan dari posisi
dan kemudian diikuti penurunan saturasi kepala lebih tinggi adalah laring dapat
dari 100% menjadi 95%. Kelompok head terbuka yang lebih baik selama
-up membutuhkan waktu 386 detik untuk laringoskopi direk.
mencapai saturasi tersebut dan pada
pasien posisi supine memerlukan waktu RINGKASAN
283 detik. Saat ini, Ramkumar et al Jika ventilasi tidak mungkin setelah
mengkonfirmasi hasil ini, dalam kelompok timbulnya apneu, faktor yang memiliki
head up 20 derajat membutuhkan waktu efek terbesar pada waktu tercapainya
452 detik untuk desaturasi dan 364 detik hipoksia kritis adalah FRC, konsentrasi
untuk kelompok supine. 14-20 oksigen alveoli, dan kecepatan
Altermatt et al memeriksa secara metabolisme. Konsentrasi hemoglobin
spesifik preoksigenasi pada pasien dan derajat shunting sirkulasi kurang
obesitas (bmi >35). Penelitian secara penting dibandingkan faktor-faktor
acak dan terkontrol membandingkan diatas.
waktu apnea yang aman pada pasien Ahli anestesi dapat menghindari
terintubasi yang menerima preoksigenasi hipoksia dengan preoksigenasi. Hingga
dalam posisi duduk dibandingkan dengan jalan napas definitif dapat tercapai, ahli
yang menerima preoksigenasi dalam anestesi dapat memberikan oksigen
posisi berbaring datar. Setelah dilakukan 100% ke jalan napas yang paten sehingga
RSI, trakea terintubasi, pasien apnea dan memungkinkan masuknya oksigen secara
tidak terhubung denganaliran gas pasif ke paru dan membantu mencegah
anestesia sampai level SpO2 menurun terjadinya tekanan intratorakal sub
dari 100% menjadi 90%. Pasien yang atmosferik.
dilakukan preoksigenasi dalam posisi
duduk membutuhkan waktu 214 detik DAFTAR PUSTAKA
untuk desaturasi dibandingkan pasien
1. Weingart SD, Levitan RM.
yang dipreoksigenasi dalam posisi
Preoxygenation and prevention of
berbaring membutuhkan waktu 162
desaturation during emergency
detik. Dixon et al menunjukkan manfaat
airway management. Ann Emerg
serupa pada 3 randomized controlled trial
Med.2012;59:165-75.
pada pasien dengan body mass index
2. Lauscher P, Mirakaj V, Koenig K,
lebih besar dari 40 yang mana
Meier J. Why hyperoxia matters
diposisikan pada posisi head up 30
during acute anemia. Minerva
derajat.5,21,22,23,24
Anestesiol 2013;79:643-51.
Sebaliknya posisi Trendelenburg 3. Pelosi P, Ravagnan I, Giurati G,

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 124


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Panigada M, Bottino N, Tredici S 11. Cheney FW, Posner KI, LeeLA


et al. Positive end-expiratory Caplan RA. Domino KB. Trends in
pressure improves respiratory Anesthesia related death and brain
function in obese but not in normal damage : a closed claims analysis,
subjects during anesthesia and Anesthesiology 2006; 105; 1081-6
paralysis. Anesthesiology 12. Jense HG, Dubin SA, Silverstein
1999;91:1221- 31 PI, O’Leary-Escolas U. Effect of
4. Edmark L, Auner U, Enlund M, obesity on safe duration of apnea in
Ostberg E, Hedenstierna G. anesthetized humans. Anesth
Oxygen concentration and Analg 1991;72:89-93
characteristics of progressive 13. Delay JM, Sebbane M, Jung B,
atelectasis formation during Nocca D, Verzilli D, Pouzeratte Y
anaesthesia. Acta Anaesthesiol et al. The effectiveness of
Scand 2011;55:75-81. noninvasive positive pressure
5. Lumb AB. Nunn’s Applied ventilation to enhance preoxygena-
Respiratory Physiology.7th ed. tion in morbidly obese patients: a
Churchill Livingstone; Oxford randomized controlled study.
2010:568 Anesth Analg 2008;107:1707-13
6. Campbell IT, Beatty PC. 14. Nimmagada U, Salem MR, Joseph
Monitoring preoxygenation. Br J NJ, et al. Efficacyof pre-
Anaesth 1994;72:3-4. oxygenation using tidal volume
7. Morrison JE, Jr., Collier E, Friesen and deep breathing techniques with
RH, Logan L. Preoxygenation and without priormaximal
before laryngoscopy in children: exhalation.Can
how long is enough? Paediatr JAnaesth.2007;54:448---52.
Anaesth 1998;8:293-8. 15. Lee YS. Effects of propofol
8. Baillard C, Depret F, Levy V, target-controlled infusion on
Boubaya M3, Beloucif S. et al. haemodynamic and respiratory
Incidence and prediction of changes with regard to safety. J Int
inadequate preoxygenation before Med Res 2004;32:19-24
induction of anaesthesia. Ann Fr 16. Gambee AM, Hertzka RE, Fisher
Anesth Reanim 2014;33:e55-e58 DM. Preoxygenation techniques:
9. Baillard C, Depret F, Levy V, comparison of three minutes and
Boubaya M3, Beloucif S. et al. four breaths. Anesth Analg
Incidence and prediction of 1987;66:468-70.
inadequate preoxygenation before 17. McGowan P, Skinner A.
induction of anaesthesia. Ann Fr Preoxygenation--the importance of
Anesth Reanim 2014;33:e55-e58 a good face mask seal. Br J
10. Fraioli RL, Sheffer LA, Steffenson Anaesth 1995;75:777-8.
JL. Pulmonary and cardiovascular 18. Campbell IT, Beatty PC.
effects of apneic oxygenation in Monitoring preoxygenation. Br J
man. Anesthesiology 1973;39:588- Anesth1994;72;3-4
96. 19. Rassam S, Stacey M,Morris S.

125 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

How do youpreoxygenate your 1999;91:1221- 31.


patient? Int JObstet Anesth. 22. Rooney MJ. Pre-oxygenation: a
2005;14:79. comparison of two techniques
20. Lee C, Jahr JS, Candiotti KA, using a Bain system. Anaesthesia
Warriner B, Zornow MH, Naguib 1994;49:629-32.
M. Reversal of profound 23. Baraka AS, Taha SK, Aouad MT,
neuromuscular block by El-Khatib MF, Kawkabani NI.
sugammadex administered three Preoxygenation: comparison of
minutes after rocuronium: a maximal breathing and tidal
comparison with spontaneous volume breathing techniques.
recovery from succinylcholine. Anesthesiology 1999;91:612-6.
Anesthesiology 2009;110:1020-5. 24. Kinouchi K, Fukumitsu K, Tashiro
21. Pelosi P, Ravagnan I, Giurati G, C, Takauchi Y, Ohashi Y, Nishida
Panigada M, Bottino N, Tredici S T. Duration of apnoea in
et al. Positive end-expiratory anaesthetized children required for
pressure improves respiratory desaturation of haemoglobin to
function in obese but not in normal 95%: comparison of three different
subjects during anesthesia and breathing gases. Paediatr Anaesth
paralysis. Anesthesiology 1995;5:115-9.

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 126

Potrebbero piacerti anche