Sei sulla pagina 1di 13

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.

1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

Analisis Pengembangan Perkebunan Karet


(Studi pada Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi
Sumatera Utara)

Mukhlis*
Edy Batara Mulya Siregar**
Sri Fajar Ayu**
*Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Medan Area
**Dosen Fakultas Pertanian Universitas Medan Area

ABSTRACT
Smallholder rubber plantations in South Tapanuli still have the opportunity and huge
potential , especially when associated with a society that is still largely rely on rubber plants
as an option for propagation . The availability of potential land is still quite wide and
supported by government policy in the development of rubber plants also provide great
opportunities to the business development of rubber plants in South Tapanuli . Commodity
rubber in South Tapanuli a plantation commodities that contributed greatly to the economic
development of society . Development of agri commodities rubber growing along with
improving commodity prices of rubber inlocal markets , nationally and internationally.
Business financially viable smallholder rubber plantations to be developed . Parameter
estimation results show that only a partial area of variable parameters rubber previous year (
when different variables ) that significantly influenced the total area . While other parameters
rubber real price , price Rid TBS and dummy effect is not real autonomy to the area ! rubber .
Coefficient djfferential positive shift indicates that the partial commodity is a commodity
rubber plantations do not have a competitive advantage in all areas South Tapanuli .
Competitive advantage and rubber commodity acreage only contained in the district of
Batang Toni and Angkola West .

Keywords : rubber commodity , institutional farmer , farming , KUD

PENDAHULUAN antara lain (1) Terbatasnya pengetahuan


Kabupaten Tapanuli Selatan dan kemampuan petani di bidang teknik
merupakan salah satu sentra porduksi budidaya (Good Agriculture
karet rakyat di provinsi Sumatera Utara. Practicess/GAP) karet, panen, pasca panen
Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan dan teknologi pengolahan karet, (2)
penyumbang terbesar kedua terhadap Tingkat produktivitas tanaman karet
produksi karet di Provinsi Sumatera rakyat yang rendah, (3) Ketersediaan
Utara. Narnun masih terdapat benih unggul yang masih terbatas, (4)
permasalahan di lapangan berkaitan Rendahnya adopsi teknologi anjuffin di
dengan pengembangan karet rakyat, tingkat petani, (5) Masih Iemahnya
18
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

kelembagaan petani (kelompok tani, Untuk mencapai sasaran agribisnis


Asosiasi Petani Karet) dan belum karet rakyat yang berdaya saing dan
optimalnya dukungan lembaga berkelanjutan serta memberi manfaat
penunjang, (6) Lokasi perkebunan rakyat optimal bagi pelaku usahanya secara
terpencar dalam skala luasan yang relatif berkeadilan.
sempit dengan akses yang terbatas, Persoalan lainnya dalam usahatani
sehingga biaya angkut tinggi dan kurang karet di Kabupaten Tapanuli Selatan yang
efisien, (7) Potensi kayu karet tua sampai terkait dengan tingkat kesejahteraan
saat ini belum dapat dimanfaatkan secara petani adalah pengelolaan usaha
optimal untuk kayu olahan, papan partikel perkebunan karet. Permasalahan kiasik
dan papan serat dan (8) Rantai yang sering dihadapi oleh petani yaitu
pemasaran hasil panen karet masih relatif tingginya harga beberapa komponen
panjang dan terbatasnya inforniasi pasar input produksi dan harga jual komoditi
di tingkat petani. karet di tingkat petani yang sening
Permasalahan yang perlu dikaji berfluktuatif dan cenderung lebih rendah
kemudian adalah terkait dengan dan yang seharusnya dibayarkan oleh
pengusahaan perkebunan karet rakyat pembeli. Kondisi ini kemungkinan
yang masih terbatas dengan tingkat disebabkan oleh kebijakan yang dilakukan
produktivitas dan kualitas karet yang pemerintah dalam memproteksi harga
masih rendah, fluktuasi harga dan pasar input dan output produksi dalam
komoditi ini yang tidak stabil, serta pengembangan perkebunan karet rakyat
tingginya harga beberapa input produksi masih bensifat distorsif.
sehingga menyebabkan margin yang Untuk membuktikan dugaan
diterima petani menjadi lebih rendah. kebijakan pemerintah tersebut bersifat
Kendala lainnya yang berhubungan distorsif atau tidak, maka dapat dilakukan
dengan pemasran karet adalah yang dengan pendekatan Policy Analysis Matrix
terkait dengan aspek kelembagaan (PAM) yang pada intinya adalah untuk
tataniaga yang sampai saat ini belum mengetahui dengan jelas kebujakan
ditata dengan baik dan masih rendahnya pemerintah terhadap proteksi input dan
penguasaan manajemen usahatani. output, sekaligus untuk mengetahui aliran
Masalah lain yang sering dialami surplus dan produsen kepada konsumen
petani adalah kendala minimnya modal dan sebaliknya serta mengestimasi
usaha, rendahnya pengetahuan dan keunggulan komparatif pengembangan
keterampilan petani, kurangnya perkebunan karet rakyat di kabupaten
penggunaan teknologi pertanian sehingga Tapanuli Selatan.
produksi karet yang optimal tidak
tercapai. Disamping itu, optimalisasi lahan METODOLOGI PENELITIAN
sangat rendah, hal ini terkait dengan cam Lokasi kegiatan “Penelitian
pengelolaan yang kurang intensif dan Analisis Pengembangan Agribisnis
masih bersifat tradisional yang berakibat Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten
pada tingkat efisiensi pengusahaan belum Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera
pada kondisi yang efisien secara ekonomi. Utara” adalah di Kabupaten Tapanuli
Oleh karena itu, sampai saat ini usahatani Selatan, Sumatera Utara. Sedangkan
karet belum mampu menjadi sumber kegiatan penelitian ini dilaksanakan
pendapatan utama bagi keluarga tani di selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai
Kabupaten Tapanuli Selatan. bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

19
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

Mel 2011. Lokasi Penelitian ditentukan kualitatif. Analisis deskriptif dan kualitatif
pada empat kecamatan yang merupakan digunakan untuk mengetahui sistim
sentra komoditi karet di Kabupaten kelembagaan apa saja yang menunjang
Tapanuli Selatan. Pada setiap kecamatan pengembangan komoditi perkebunan
dipilih masing-masing empat desa yang karet rakyat yang meliputi lembaga
terbesar memilki perkebunan karet. pemerintah,, swasta maupun masyarakat.
Pemilihan lokasi ini dilakukan secara Anal isis kuantitaif dilakukan untuk
sengaja (purposive sampling) dengan menghitung: (1) Analisis kelayakan usaha
pertimbangan bahwa desa-desa dan perkebunan karet rakyat, (2) analisis
kecamatan terpilih merupakan wilayah respon luas areal, (3) Analisi Shift Share
sentra produksi karet. dan (4) analisis lokasional.
Unit contoh dalam penelitian ini
adalah petani, pedagang pengumpul, HASIL DAN PEMBAHASAN
pedagang besar/pedagang antar pulau. Kondisi pasar karet di kabupaten
Pengambilan unit contoh dalam penelitian Tapanuli Selatan telah mampu menarik
ini dilakukan secara acak di setiap minat masyarakat untuk memilih karet
wilayah penelitian dengan sampel sebagai pilihan untuk dibudidayakan.
sebanyak 20 orang di setiap desa sehingga Namun dilihat dan realitas harga saat ini
total sampel yang di data sebanyak 80 ditingkat petani dengan kisaran harga Rp
orang. Sedangkan untuk mengetahui jalur 15.000-20.000 per kg sesungguhnya
tataniaga komoditi karet mulai dan petani sudah dapat menmgkatkan pendapatan
sampai eksportir diakukan dengan pekebun karet. Rentangan harga antara
menelusuri pedagang pengumpul dan rantai pasar I (pertama) sampai dengan
pedagang besar yang dianggap mewakili pabrik masih panjang, sehingga masih
setiap jalur tataniaga yang diambil secara terdapat kesenjangan harga yang
sengaja, dengan distribusi masing-masing signifikan antara harga ditingkat petani
desa diambil delapan contoh pedagang dengan harga di pabrik crumb rubber.
pengumpul dan empat contoh pedagang Sebagai contoh harga karet dalam bentuk
besar yang berada di kota kecamatan. lump saat ini ditingkat petani hanya Rp.
Data yang diperlukan untuk 17.000/kg (kadar air 70%), sedangkan
penelitian ini terdiri atas data primer dan harga di pabrik Crumb rubber di Medan
data sekunder. Data primer untuk Rp. 19.500,- (kadar air 100%). Akan tetapi
memperoleh informasi tentang aspek harga ditingkat petani inipun sudah dapat
ekonomi dan kelembagaan diperoleh mensejahterakan pekebun karet di
melalui wawancara dengan responden Tapanuli Selatan. Pengembangan tanaman
yang telah ditentukan dengan karet di Kabupaten Tapanuli Selatan
menggunakan daftar pertanyaan merupakan salah satu upaya dalam
terstruktur yang telah dipersiapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sebelumnya. Data sekunder diperoleh dan terutama petani karet.
instansi-instansi yang berkaitan langsung Sentra komoditi karet di
dengan komoditi karet yalta Dinas Kabupaten Tapanuli Selatan tersebar di
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas 12 kecamatan dengan sentra utama athlah
Koperasi, Dinas Perkebunan dan kecamatan Batang Toni, Angkola Barat,
Pertanian serta lembaga yang terkait. Batang Angkola dan Marancar. Produksi
Dalam penelitian ini digunakan komoditas karet rakyat di Kabupaten
metode analisis deskriptif, kuantitatif dan Tapanuli Selatan dapat mencapai 6.425,11

20
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

ton per tahun atau 17.60 ton per han, Sumber Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli
produksi tertinggi terdapat di kecamatan Selatan Tahun 2009
Batang Toni sebesar 2.335,50 ton yang Produktivitas karet rata-rata di
disusul oleh kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan adalah
sebesar 724,35 ton Tabel 1). sebesar 780 kglhaltahun, angka ini lebih
Luas komoditi karet di Kabupaten besar dan pada rata-rata produktivitas
Tapanuli Selatan setiap tahun mengalami karet secara nasional yaitu sebesar 600
peningkatan (0.87%), hal ini disebabkan kglha/tahun (Balitbangtan Deptan, 2005).
prospek dan harga komoditi karet baik Volume perdagangan karet tahun 2009 di
lokal maupun nasional bahkan Kabupaten Tapanuli Selatan adalah
intemasional terus mengalami sebesar 6.425,11 ton x Rp. 15.000/kg
peningkatan. Hal ini menjadikan adalah sebesar Rp. 96.376.650.000,-.
masyarakat petani Kabupaten Tapanuli Perdagangan yang dilakukan oleh petani
Selatan cukup antusias dengan budidaya adalah prdagangan lokal melalui
komoditi karet. Terhadap perekonomian pedagang pengumpul (baik pedagang
daerah, komoditi karet membenikan pengumpul desa, kecamatan maupun
sumbangan sebesar 1,1% bagi PDRB kabupaten). Petani karet sampai saat ini
sector pertanian. Secara nasional belum terlibat langsung dengan kegiatan
komoditi karet merupakan komoditas ekpor komoditas karet keluar negeri.
yang banyak mendatangkan devisa,
sebagai akibat dan kegiatan ekspor. Analisa Potensi Pasar
Percepatan pengembangan komoditi Kapasitas pabrik pengolahan
karet merupakan langkah strategis untuk crumb rubber pada saat ini sudah
lebib memperkuat perekonomian wilayah mencukupi untuk mengolah bahan baku
regional dan nasional, meningkatkan yang tersedia, namun pada lima tahun
devisa dan mensejahterakan masyarakat. mendatang diperlukan investasi baik
untuk merehabilitasi pabrik yang ada
Tabel 1. Luas Tanamn dan Produksi maupun untuk membangun pabrik
Komoditi Karet di Kabupaten Tapanuli pengolahan baru untuk menampung
Selatan, Tahun 2009 pertumbuhan pasokan bahan baku.
Prospek bisnis pengolahan crumb rubber
Luas ke depan diperkirakan tetap menarik,
Produksi karena marjin keuntungan yang diperoleh
No. Kecamatan Tanam
(Ton)
(Ha) pabrik relatif pasti. Marjin pemasaran
I BatangAngkola 1.355,0 587,00 antara tahun 2005-2007 di Sumatera
2 Sayurmatinggi 162.25 193,00 Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat
3 Angkola Timur 1.303,00 435,76
berkisar antara 3,7 — 3 2,5% dan harga
4 Angkola Selatan 826,75 424,50
5 AngkolaBarat 6.21 1,50 724,35 FOB, tergantug pada tingkat harga yang
6 Batang Toru 5.44 1,25 2.335,50 berlaku (Balitbangtan Deptan, 2008).
7 Marancar 1.411,50 541,00 Pada umumnya marjin yang diterima
8 Sipirok 637,50 96,00 pabrik akan semakin besarjika harga
9 Arse 714,00 192,50 karetjuga meningkat.
Saipar Dolok Potensi daya saing komoditas karet
10 7 10,25 103,00
Hole
dibandingkan dengan daerah lain tidak
11 AekBilah 1.181,50 92,50
Muara Batang
terlalu berat karena kondisinya hampir
12 213,00 0 sama. Pasar lokal di Provinsi Sumatera
Torn
Juiniah 20.167,50 6.425,11 Utara sangat terbuka besar, yang
21
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

membuat kegiatan pengembangan karet berkembang dan diperkirakan akan


di kabupaten Tapanuli Selatan semakin cepat seiring dengan
berprospektif besar dan baik. penmgkatan pengetahuan para pekebun
Pemanfaatan karet alam di luar dan peningkatan kesulitan budidaya
industri ban kenderaan masih relatif kecil, komoditi karet.
yakni kurang dan 30%. Selain itu industri Secara teknologi penerapan
karet di luar ban kendaraan umumnya teknologi dalam usaha komoditi karet
dalam skala kecil dan menengah. belum menunjukkan gejala yang
Sementara itu industri berbasis lateks menggembirakan, hal ini dapat dilihat
pada saat ini nampaknya belum belum tersedianya unit pengolahan basil
berkembang karena banyak menghadapi perkebunan karet (pabrik Crumb Rubber)
kendala. Kendala utama adalah rendahnya di Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga
daya saing produk-produk industri lateks masyarakat menjual hasil kebun dalam
Indonesia bila dibandingkan dengan bentuk produk mentah untuk kemudian
produsen lain terutama Malaysia diolah di daerah lain. Kondisi ini
menyebabkan harga hasil perkebunan
Gambaran masaiah yang dihadapi karet rakyat rendah di tingkat petani
dalam pengembangan komoditi karet Kerjasama lintas sektoral untuk
Secara sosial sebagian masyarakat melakukan kebijakan dalam penentuan
sebagai pemilik lahan perkebunan karet harga yang baik ditingkat petani sehingga
mengalami masalah dengan pencurian harga dapat dipantau pada posisi yang
karet di lapangan. Sampai saat ini masalah tidak merugikan petani. Disamping itu
pencurian lateks belum bisa ditanggulangi perlu dipertimbangkan untuk langkah
dengan baik karena kurangnya juiniah promosi produk unggulan serta
aparat keamanan yang ada dan kurangnya pembangunan satu jaringan distribusi
kerjasama masyarakat untuk produk perkebunan sehingga kontinuitas
menanggulangi pencurian lateks petani. dan pengendalian mutu dapat diterapkan.
Secara ekonomi pennodalan untuk Pada akhirnya diharapkan dengan
memperluas lahan yang diusahakan berbagai kebijakan yang sinergis dan
menjadi kendala yang utama yang terpadu akan mampu mengangkat derajat
dihadapi para petani pekebun karet. kehidupan masyarakat Kabupaten
Akses ke lembaga keuangan baik formal Tapanuli Selatan.
(Bank) maupun lembaga keuangan
nonformal sangat sulit bagi petani Karakteristik dan Keragaan Usahatani
pekebun. Tata niaga karet masih secara Karet Rakyat di Kabupaten Tapanuli
tradisional, dimana harga masih Selatan
ditentukan oleh pedagang pengumpul Dari hasil penelitian menunjukkan
dengan rangkaian mata rantai dan bahwa sistem usaha pertanian yang
pengumpul desa, pengumpul kecamatan mengintegrasikan faktor produksi lahan,
dan pengumpul kabupaten. tenaga kei:ja, modal dan
Secara budaya, teknik budidaya teknologi/manajemen sangat dipengaruhi
komoditi karet umumnya masih bersifat oleh kondisi spesifik wilayah, yang
tradisional, sebagaimana dilakukan oleh meliputi bio-fisik, ekonomi sosial dan
generasi masyarakat sebelumnya. Budaya budaya masyarakat. Sektor pertanian
berkebun secara intensif masih jarang hingga saat ini masih diartikan sebagai
dilakukan, sistem ini akan terus sistem usaha pertanian (usahatani) yang

22
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

sangat berkaitan erat dengan sistem mengkaji pemusatan wilayah komoditi


lainnya seperti industri hulu, industri perkebunan dengan menggunakan
hilir, pemasaran/perdagangan dan analisis lokasional. Pendekatan terhadap
permintaan dan konsumen. Kondisi analisis lokasional ini adalah untuk
seperti ini yang sering berpengaruh mengukur pertumbuhan dan pergeseran
terhadap kebijakan petani, balk dalam pengembangan usaha perkebunan, yang
meningkatkan luas lahan petanian secara spasial dicerminkan dalam
maupun produktivitas lahan dan kompetitif dan komparatif komoditi-
tanamannya. Namun demikian sangat komoditi perkebunan,, sehingga dapat
tergantung pula pada ketersediaan memberikan gambaran secara implisit
sumber daya petani, kelembagaan petani kondisi pembangunan perkebunan di
dan kebijakan pembangunan pertanian. Kabupaten Tapanuli Selatan.
Untuk itu, perlu adanya terobosan Analisis Kelayakan Finansial dan
kebijakan pemermtah daerah melalui Ekonomi
program pembangunan perkebunan yang Secara keseluruhan usaha
berkelanjutan, dengan visi pengembangan perkebunan karet rakyat di wilayah
komoditi yang memiliki daya saing di penelitian masih memberikan nilai
pasar. Serta berupaya untuk keuntungan, apabila didasarkan pada
mengefektifkan program diversifikasi dan tingkat harga karet yang berlaku ditingkat
intensifikasi tanaman yaitu melalui petani (harga bell di pedagang
program bantuan bibit unggul dan pengumpul). Pada Tabel 2
penyuluhan yang sistematis dan memperlihatkan bahwa secara finansial
berkelanjutan, yang diharapkan dapat usaha perkebunan karet rakyat layak
menjawab segala permasalahan yang untuk dikembangkan, hal tersebut
selama ini sering dialami oleh petani. ditunjukkan oleh nilai NPV, BC ratio dan
Dengan peranan pemerintah dalam LRR setelah dikoreksi dengan tingkat
perkembangan perkebunan karet dapat suku bunga df 12 persen yang berlaku di
memberikan kontribusi yang berarti lapangan. Di mana nilai NPV yang
terhadap perkembangan tanaman dan diperoleh bemilai positif (59,668,750), BC
peningkatan produksi, yang pada akhimya ratio yang lebih besar dan satu (1.81) dan
akan meberikan peluang terhadap nilai IRR sebesar 42.25 yang melebihi
peningkatan pendapatan petani. nilai tingkat suku bunga yang berlaku.
Keragaan kelayakan usaha Untuk melihat keuntungan optimal
perkebunan karet rakyat dicirikan dengan dan pendapatan petani dalam usaha tani
menganalisis kelayakan usaha tersebut, perkebunan karet rakyat dapat dihitung
yang bertujuan untuk melihat tingkat dengan pendekatan analisis ekonomi. Dan
kelayakan usaha perkebunan karet rakyat perhitungan secara ekonomi pada (Tabel
baik secara finansial maupun ekonomi. 2), menunjukkan usaha tani perkebunan
Pendekatan analisis tersebut adalah karet rakyat jauh lebih menguntungkan
untuk mengetahui bagaimana kinerja jika dibandingkan dengan pendekatan
usahatani karet rakyat, sehingga dapat secara finansial.
memberikan gambaran kondisi usaha Dari hasil analisis kelayakan usaha
pengembangan perkebunan karet di balk secara fmansial maupun ekonomi
Kabupaten Tapanuli Selatan kedepan. pada usaha perkebunan karet rakyat di
Dilanjutkan dengan analisis suplai respon Kabupaten Tapanuli Selatan
luas areal perkebunan karet, serta menunjukkan bahwa usaha tani karet

23
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

rakyat dapat memberikan keuntungan bahwa model cukup baik, karena dapat
bagi petani, sebingga layak untuk menerangkan pengaruh peubah penjelas
diusahakan (dikembangkan), tinggal terhadap luas areal tanaman karet dengan
bagaimana peran pemenintah dalam tingkat kepercayaan sebesar 81.2 persen.
menjembatani usaha yang dikembangkan Dari hasil pendugaan parameter
oleh masyarakat tersebut terutama dalam memperlihatkan bahwa secara parsial
peningkatan produktivitas tanaman dan hanya parameter peubah luas areal karet
perbaikan harga. Selain itu perlu tahun sebelumnya (peubah beda kala)
memotivasi petani dalam meningkatkan yang nyata berpengarub terhadap luas
produktivitas usahanya, yaitu melalui areal. Sedangkan parameter lainnya harga
perbaikan kualitas SDM untuk dapat ne! karet, harga riel TBS dan dummy
memanfaatkan dan menggunakan otonomi daerah berpengaruh tidak nyata
teknologi budidaya, penggunaan bibit terhadap luas areal karet.
unggul, membangun infrastruktur Walaupun, parameter dugaan
(khususnya transportasi) dan perannya harga niel karet bertanda positif dan tidak
dalam penyediaan informasi harga sesuai dengan harapan karena tidak
berbagai komoditi serta perbaikan harga berpengaruh nyata terhadap luas areal
input produksi maupun output produksi. pada taraf lima persen. Artinya dengan
Sehingga diharapkan dapat memacu kenaikan harga karet belum dapat
petani dalam meningkatkan usahanya, memberikan dorongan dan
yang pada akhimya akan memperbaiki mempengaruhi keputusan petani untuk
tingkat pendapatan petani dan melakukan perluasan areal tanaman
meningkatkan pendapatan daerah serta karet. Seharusnya kenaikan harga karet
mendatangkan devisa bagi negara. semakin memacu motivasi petani dalam
melakukan aktivitas usahanya, atau
5.5. Respon Luas Areal Tanaman Karet dengan kata lain harga merupakan
Pada persamaan luas areal insentifbagi petani untuk meningkatkan
tanaman karet rakyat (APR), peubah perluasan arealnya.
penjelas yang dimasukkan adalah harga Parameter peubah harga TBS,
rid karet di tingkat petani (HBK), harga harga karet dan dummy otonomi daerah
rid TBS kelapa sawit (FtC), peubah bernilai positif namun tidak berpengaruh
bedakala (APR) dan dummy otonomi nyata terhadap luas areal pada taraf Jima
daerah (D) Pendugaan parameter dengan persen. Memberikan pengertian bahwa
menggunakan metode juiniah kuadrat peubah harga TBS, harga karet dan
terkecil (ordinary least square). dummy otonomi daerah belum dapat
Berdasarkan hasil pendugaan memberikan dorongan dan
parameter model respon luas areal mempengaruhi keputusan petani untuk
komoditi karet rakyat pada Tabel 9, telah perluasan areal tanaman karet. Hal
diperoleh koefisien determinasi (R2) tersebut didasarkan pada kondisi net di
sebesar 81.2, artinya keragaman luas lapangan yang memperlihatkan bahwa
areal tanaman karet dapat dijelaskan oleh petani melakukan perluasan areal
keragaman peubah penjelas sebesar 81.2 tanamannya jika tanaman karet yang
persen, dan sisanya sebesar 18.8 persen diusahakan sebelumnya sudah
yang tidak dapat dijelaskan dalam model menghasilkan. Sebab pada umumnya
tersebut. Nilai F hitung 22.40 dan nyata petani dalam melakukan perluasan areal
dalam taraf lima persen, mengindikasikan sering menghadapi kendala keterbatasan

24
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

tenaga kerja serta keterbatasan modal pengembangan usaha perkebunan karet


usaha. dan berbagai komoditi lainnya di
Parameter dugaan kebijakan Kabupaten Tapanuli Selatan dalam dua
pemerintah (otonomi daerah) bertanda titik waktu. kdikator yang digunakan
positif dan tidak berpengaruh nyata dalam location quotient analysis dan Shfi-
terhadap luas areal tanaman karet pada Share Analysis adalah luas areal berbagai
turf lima persen. Artinya bahwa dengan jems komoditi perkebunan yang sedang
diberlakukarmya otonomi daerah pada dikembangkan oleh petani di Kabupaten
tahun 2000 telah memberikan insentif Tapanuli Selatan.
kebijakan yang merangsang serta semakin Gambaran keunggulan komparatif
memacu petani untuk melakukan beberapa komoditi perkebunan yang
perluasan areal tanaman karet, namun dikembangkan petani di Kabupaten
belum menghasilkan perluasan areal Tapanuli Selatan yang merupakan hasil
karet yang nyata. Dengan kata lain, dan location quotient analysis disajikan
sebenamya dengan adanya otonomi dalam Tabel 4.
memungkinkan pemerintah daerah untuk Berdasarkan hasil analisis pada
mengorientasikan pembangunan Tabel 4 menunjukkan bahwa komoditi
infrastruktur sebanyak mungkin di setiap karet yang diusahakan masyarakat
sentra produksi, sehingga memberikan merupakan sektor basis yang memiliki
peluang harga karet lebih baik serta keunggulan komparatif yang didasarkan
memudahkan petani untuk mengakses pada nilai LQ> 1, yaitu bagi masyarakat di
informasi pasar dan dapat memasarkan kecamatan Batang Torn dan Angkola
hasil panennya. Barat sedangkan di kecamatan Batang
Analisis Sektor Basis Angkola dan Marancar belum termasuk ke
Pengembangan suatu sektor pada dalam komoditi basis, karena nilai LQ
suatu wllayah idealnya harus memiliki yang diperoleh di bawah satu.
keunggulan komparatif maupun Dari hasil analisis ini
kompetitif. Pendekatan yang dipakai memperlihatkan bahwa komoditi karet
untuk mengidentifikasikan dan tersebar secara merata di seluruh wilayah
mengetahui potensi sektor-sektor yang kecamatan di Kabupaten Tapanuli
dimiliki oleh suatu wilayah adalah dengan Selatan. Kondisi ini menunjukkan pula
analisis lokasional. Analisis ini digunakan bahwa karakteristik masyarakat
untuk mengetahui secara spasial Kabupaten Tapanuli Selatan adalah petani
perkembangan usaha perkebunan karet perkebunan dan menggantungkan
rakyat dan berbagai jenis usaha sebagian penghidupannya pada sektor ini.
perkebunan lainnya yang dikembangkan Semua jenis komoditi perkebunan yang
oleh masyarakat di wilayah Kabupaten dikembangkan oleh petani memiliki
Tapanuli Selatan. Untuk mengetahui karakteristik yang mampu menarik
sektor basis (pemusatan) dan berbagai sejuiniah pendapatan dan luar daerah,
pengembangan usaha perkebunan di sehingga dapat meningkatkan pendapatan
beberapa wilayah kecamatan di masyarakat melalui kegiatan eksport dan
Kabupaten Tapanuli Selatan maka jasa. Dengan demikian pengembangan
digunakan location quotient analysis (LQ). berbagai jenis komoditi tersebut mampu
Sedankan Shft -Share Analysis (SSA) memberikan kontribusi terhadap
digunakan untuk memahami dan peningkatan pendapatan wilayah,
mengidentifikasi pergeseran perputaran dan nilai sikius konsumsi,

25
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

yang berimbas pada pertumbuhan Selatan. Proportional Sh,ft,


ekonomi, sosial dan penmgkatan menggambarkan perubahan relatif guna
kesehatan. Fakta ini membuktikan bahwa mengetahui konsentrasi luas areal
subsektor perkebunan karet merupakan masing-masing jenis komoditi tanaman
sektor basis ekonomi bagi kebanyakan perkebunan. Defferential ShW,
masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan keunggulan kompotitif
dan memperlihatkan bahwa sejauh ini suatu jells perkebunan dalam luas areal
pemerintah daerah masih mengandalkan pengembangan.
pendapatan daerah dan pertumbuhan Pengembangan komoditi
ekonomi wilayah pada subsektor perkebunan oleh masyarakat tidak
perkebunan. terlepas dan peranan pemerintah melalui
Walaupun komoditi karet tersebar program diversifikasi dan intensifikasi.
merata di seluruh wilayah kecamatan di Pada awalnya pengembangan komoditi
Kabupaten Tapanuli Selatan dan memiliki perkebunan yang dikembangkan oleh
keunggulan komparatif pada Kecamatan masyarakat adalah komoditi karet,
Batang Torn dan Angkola Barat, tetapi terutama di Kecamatan Buntu Pane, Air
keunggulan komparatif tersebut tidak Joman dan Air Batu. Faktor harga yang
dapat berlangsung secara terus menerus ada pada saat tertentu lebih tinggi dan
tanpa ditunjang oleh kegiatan yang dapat komoditi perkebunan lainnya,
mendukung ke arah pengembangan menyebabkan komoditas mi menjadi
komoditi tersebut karena keunggulan tumpuan pendapatan bagi keluarga tani
komparatif bersifat sangat dinamis. dalam memperbaiki kondisi kehidupan
Artlnya keunggulan komparatif tersebut keluarganya, sehingga menjadikan
dapat berubah dan tenth dapat pula komoditi tersebut menjadi prioritas
dikembangkan. Dengan demikian semua utama pilihan masyarakat dalam
komponen yang terkait baik secara pembudithyaan. Dengan alokasi luas areal
langsung maupun tidak, yang yang cukup luas dibandingkan dengan
mempengaruhi keunggulan komoditi perkebunan lairmya.
komparatifkaret harus ditingkatkan. Seiring dengan perubahan waktu
Hasil Location Quotient Analysis dan semakin membaiknya harga beberapa
diatas untuk lebih jelas dan lebih komoditi perkebunan (terutama komoditi
komprehensif dapat dijustifikasi dengn kelapa sawit) telah mendorong
Shjfi-Share Analysis yang memperlihatkan masyarakat untuk mengembangkan
kondisi kemajuan atau pertumbuhan luas berbagai komoditi perkebunan dengan
areal pengembangan komoditi system polyculture (diversifikasi tanaman)
perkebunan pada suatu wilayah seperti. Perubahan paradigma petani yang
dibandingkan dengan total luas areal hanya bergantung pada salah satu
komoditi perkebunan di wi!ayah komoditi perkebunan dengan sistem
referensinya. Dalam Shfl -Share Analysis, monokultur tersebut, menjadikan
ada 3 komponen analisis yang perlu komoditi karet dan kelapa sawit menjadi
diperhitungkan yaitu : growth (a), pilihan utama petani.
proportional shfi (b), dan defferential shft Dengan begitu tingginya keinginan
(c). Growth, menggambarkan laju masyarakat dalam pengembangan
pertumbuhan total luas areal semua jenis komoditi perkebunan terutama tanaman
komoditi perkebunan yang dikembangkan karet dan kelapa sawit dibebenapa
masyarakat di Kabupaten Tapanuli wilayah kecamatan secara akseleratif

26
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

mendapat dukungan. pemenintah melalui kepada komoditi lain seirama dengan


program pengembangan diversifikasi perkembangan harga pasar komoditi
komoditi. Kondisi inilah yang kemudian perkebunan. Faktor tersebut yang
menjadi justifikasi dalam penggunaan memungkinkan laju pertumbuhan luas
Shjfi-Share Analysis dengan melihat pada areal komoditi karet sangat tinggi.
dua titik waktu tahun 2005 dan tahun Koefisien differential shfi yang
2009. positif menunjukkan bahwa secara parsial
Dari hasil analisis pada diketahui kelapa sawit dan karet merupakan
bahwa laju pertumbuhan luas areal komoditi perkebunan yang memiliki
pengembangan beberapa komoditi pada keunggulan kompetitif di wilayah
subsektor perkebunan di Kabupaten Kabupaten Tapanuli Selatan. Keunggulan
Tapanu!i Selatan berlangsung dinamis, kompetitif dan luas areal komoditi kelapa
dan secara agregat masih mengalami sawit tertinggi dicapal kecamatan Batang
pertumbuhan (growth) yaitu sebesar 1.60. Toni dan komoditi karet di Kecamatan
Pertumbuhan tersebut lebih disebabkan Angkola barat dan Batang Toni.
oleh semakin meluasnya pengembangan Permasalahan infrastruktur
komoditi karet dan kelapa sawit o!eh sekarang ini perlu mendapat perhatian
masyarakat yang ditandai dengan trend pemerintah daerah dan harus menjadi
peningkatan luas areal komoditi karet dan salah satu prioritas utama dalam
ke!apa sawit. pembangunan, sehingga tidak menjadi
Hasil ini sekaligus menunjukkan kendala dalam pengembangan dan
bahwa dan semua komoditi perkebunan pemasaran hasil pertanian. Permasalahan
yang dikembangkan masyarakat, komoditi infrastruktur tersebut sangat
kakao memiliki tingkat peningkatan mempengaruhi share yang diterima
pertumbuhan luas areal yang negatif. petani dari hasil usahatani perkebunan,
Komoditi karet dan kelapa sawit telah karena input produksi yang sebagian
menunjukkan trend pertumbuhan luas besar didatangkan dan luar daerah,
areal yang positif, namun peningkatannya mengakibatkan terjadinya kecenderungan
tidak tersebar secara merata (hanya regional linkages yang tinggi, sementara
terdapat di Kecamatan Batang Toni dan output yang dihasilkan petani akan dijual
Angkola barat dan Kecamatan batang pedagang pengumpul keluar daerah, yang
Toru untuk komoditi kelapa sawit). akan memberikan keuntungan kepada
Dikecamatan lainnya pertumbuha luas daerah lain. Hal ini menyebabkan
areal bernilai negatif, sehingga terjadi multiplier effect-nya tidak dapat
pergeseran differensial komoditi ditangkap oleh lokal daerah dan justru
perkebuanan yang diusahakan. dinikmati oleh daerah lain.
Dalam penjelasan sebelumnya Dari hasil analisis ini telah
bahwa pola tanaman atau sistem memberikan ilustrasi bahwa komoditi
pertanian yang dilakoni oleh petani di perkebunan dapat memberikan
Kabupaten Tapanuli Selatan beronientasi kontribusi terhadap pembangunan
pada permintaan pasar (faktor harga) wilayah bila hal tersebut didukung oleh
yang tujuannya adalah untuk infrastruktur yang memadai. Oleh karena
memperbaiki tingkat pendapatan itu policy pengembangan komoditi
keluarga, sehingga pada saat harga perkebunan seharusnya
komoditi tertentu menurun maka pola mempertimbangkan kemampuan daya
tanarn petani akan berubah dan beralih

27
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

dukung lingkungan, SDM petani dan menjadi beban karena keikutsertaan


ketersediaan infrastruktur. petani sering kali dipaksakan dan bahkan
dimanfaatkan. Dan pengalaman
Kelembagaan Petani keikutsertaan mereka dalam kegiatan
Komoditi karet merupakan salah kelembagaan formal hanya memperbesar
satu dan jenis komoditi perkebunan yang pengeluaran karena harus mengikuti
sudah lama dan atau sedang berbagai kegiatan seperti kumpul-
dikembangkan oleh masyarakat kumpul, pelatihan, penyuluhan dan lain
Kabupaten Tapanuli Selatan. sebagainya, yang oleh mereka sendiri
Pengembangan komoditi ini pun oleh tidak paham dan mengerti hasil dan
masyarakat merupakan hal yang baru, kegiatan yang diikuti. Sehigga nilai
sehingga dalam hal pembudidayaannya manfaatnya tidak dirasakan, malahan
pengembangan komoditi karet secara timbul banyak keluhan akibat waktu
meluas baru berlangsung pada tahun mereka lebih banyak tersita dan terbuang
1999. Hal tersebut tidak lepas dan karena kegiatan tersebut.
pengaruh merosotnya harga komoditi Keberadaan KUD bagi petani
perkebunan lainnya. hanyalah merupakan wadah bentukan
Dalam pengembangan komoditi pemerintah yang tidak lebih dan sebuah
karet, petani lebih termotivasi faktor institusi yang hanya memperjuangkan
ekonomi keluarga. Sehingga kepentingan kelompoknya atau
pengembangan komoditi ini lebih banyak menampung keinginan ketua, bukan
merupakan inisiatif petani sendiri, sebaliknya sebagai wadah yang
sementara upaya pemerintah untuk mensinergikan kepentingan bersama.
memanejemen secara kelembagaan Kehadiran institusi ini pada awalnya
formal, belum menampakan hasil yang sangat diharapkan dapat memegang
memuaskan. Karena itu, kelembagaan peranan penting dalam memperbaiki
yang terbentuk di masyarakat lebih kondisi petani yang klan terpuruk.
banyak adalah kelembagaan yang bersifat Pembentukan lembaga ini pada dasamya
informal, sedangkan kelembagaan formal sama dengan sejarah pembentukan
kurang mendapatkan respon dan koperasi-koperasi di Indonesia, namun
masyarakat. kehadiran KUD lebih diorientasikan untuk
Dalam penelitian ini, menurut kegiatan proyek. Namun demikian jarang
petani bahwa kelembagaan formal yang sekali yang mampu berhasil dalam
dulu berkembang kurang memberikan memberikan pelayanan (jasajasa) yang
nilai tambah dan bahkan justru dibutuhkan petani kecil.
membebani petani. Kondisi inilah yang Disamping itu, tidak adanya visi
menyebabkan institusi seperti kelompok dan misi yang jelas, yang dimiliki oleh
tani maupun Koperasi Unit Desa (KUD) pengurus KUD atau koperasi dalam
yang ada menjadi kurang berkembang mengembangkan amanah tersebut
karena kurang diminati oleh petani. sebagai sebuah badan usaha milik
Pembentukan KUD dan kelompok bersama dan selaku sokoguru
tani, hanyalah sebagai alat untuk perekonomian yang diharapkan dapat
memenuhi target tertentu dalam sebuah memperjuangkan kepentingan bersama
kegiatan (proyek). Sehingga keberadan dan mengangkat harkat dan martabat
KUD dan kelompok tani bagi petani belum masyarakat ekonomi lemah. Kondisi
dirasakan manfaatnya, malah seringkali inilah yang sedikit sekali petani yang mau

28
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

bergabung dengan KUD atau koperasi dan dan luas areal komoditi karet hanya
atau kelompok tani, dan kebanyakan terdapat di kecamatan Batang Toni dan
anggota yang bubar dengan sendirinya Angkola Barat.
maupun tidak mau bergabung lagi.
6.2. Saran
SIMPULAN DAN SARAN 1. Perlu dibentuk kelembagaan petani
6.1. Kesimpulan perkebunan karet yang dapat
1. Komoditi karet di Kabupaten Tapanuli menampung aspirasi dan kepentingan
Selatan merupakan salah satu komoditi serta memiliki kerberpihakan kepada
perkebunan yang penting karena petani, balk secara vertikal maupun
memberikan kontribusi yang besar bagi horizontal.
pengembangan ekonomi masyarakat. 2. Untuk pengembangan komoditi karet di
2. Agribisnis komoditi karet di Kabupaten Kabupaten Tapanuli Selatan lebih lanjut,
Tapanuli Selatan terus berkembang maka daya saing produk harus
seiring dengan membaiknya harga ditmgkatkan dengan cam peningkatan
komoditi karet di pasar lokal, nasional kualitas produk sehingga poetensi pasar
dan internasional. yang besar dan harga dapat diperoleh.
3. Berdasarkan analisis potensi pasar dan
potensi daya saing produk, maka komoditi DAFTAR PUSTAKA
karet mempunyai sejuiniah keunggulan Aidi, D.S. 2007. Pengembangan Agribisnis
sehingga kegiatan pengembangan Karet Berbisnis Lateks dan Kayu.
komoditi karet di Kabupaten Tapanuli Balai Penelitian Karet Sungai Putih.
Selatan berprospektifbesar dan balk. Medan.
4. Secara keseluruhan usaha perkebunan Amypalupy, K. 1998. Produksi Bahan
karet rakyat di wilayah penelitian masih Tanaman Karet, pp 34-44. Dalam:
memberikan ni!ai keuntungan, apabila Pengelolaan Bahan Tanam Karet.
didasarkan pada tingkat harga karet yang Balit Sembawa-Puslit Karet.
berlaku ditingkat petani (harga bell di Palembang.
pedagang pengumpul). Secara finansial Badan Statistik Sumatera Utara. 200 1-
usaha perkebunan karet rakyat layak 2005. Sumatera Utara dalam Angka.
untuk dikembangkan. Badan statistik Sumatera Utara.
5. Hasil pendugaan parameter Medan.
memperlihatkan bahwa secara parsial Deptan. 2006. Program dan Kagiatan
hanya parameter peubah luas areal karet Departemen Pertanian Tahun 2007.
tahun sebelumnya (peubah beda kala) Departemen Pertanian. Jakarta.
yang nyata berpengaruh terhadap luas Daslin, A. 2002. Produktivitas Kion Karet
areal. Sedangkan parameter lainnya harga Anjuran dan Kesesuaiannya pada
riel karet, harga rid TBS dan dummy Berbagai Kendala Lingkungan.
otonomi daerah berpengaruh tidak nyata Warta Pusat Penelitian Karet. 21:1-
terhadap luas areal karet. 3.
6. Koefisien djfferential shtfi yang Dijkman, M.J. 1951. Hevea. Thirty Years of
positifmenunjukkan bahwa secara parsial Research in the Far East. University
komoditi karet merupakan komoditi of Miami Press. Coral Gables. Florida.
perkebunan tidak memiliki keunggulan Dinas Perkebunan Sumut. 1995-2007.
kompetitif di seluruh wilayah Kabupaten Data Statistik Perkebunan Sumatera
Tapanuli Selatan. Keunggulan kompetitif

29
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

Utara, Disbun Provinsi Sumatera


Utara. Medan.
Ditjenbun. 2006. Rancangan Road Map
Karet 2006-2025. Direktorat
Perkebunan, Deptan. Jakarta.
Ditjenbun. 2007. Program dan Kegiatan
Perkebunan Tahun 2007. Direktorat
Perkebunan, Deptan. Jakarta.
Ditjenbun. 2007. Pedoman Umum
Program Revitalisasi Perkebunan
(Kelapa Sawit, Karet dan Karet).
Direktorat Perkebunan, Deptan.
Jakarta.
Ditjen Bina Produksi Perkebunan. 2006.
Statistik Perkebunan Indonesia.
Ditjen Bina Produksi Perkebunan,
Deptan. Jakarta.
Masduki, 2001. Kelembagaan Petani dan
Peranannya Dalam Mengorganisir
Pemasaran Hasil Pertanian. Rapat
Koorinasi Program PHT-PR, 13
November 2001. Jakarta.
Masduki, 2001. Kelembagaan Petani dan
Peranannya Dalam Mengorganisir
Pemasaran Hasil Pertanian. Rapat
Koordinasi Program PHT-PR, 13
November 2001, Jakarta.
Untung K., 2003. Strategi Implementasi
PHT Dalam Pengembangan
Perkebunan Rakyat Berbasis
Agribisnis. Risalah Simposium
Nasional Penelitian PHT Perkebunan
Rakyat, Bogor 17-18 September
2002, Bagian Proyek PHT Tanaman
Perkebunan.
Wahyudi A., 2003. Kinerja dan Perpek4f
Program KebUakan Sosial Ekonomi
Dalam Mendukung Pengembangan
dan Implementasi PIZIT Perkebunan
Rakyat Berbasis Agribisnis. Risalah
Simposium Nasional Penelitian PHT
Perkebunan Rakyat, Bogor 17-18
September 2002, Bagian Proyek PHT
Tanaman Perkebunan

30

Potrebbero piacerti anche