Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
September 2016
ISSN : 2338 - 4336
ABSTRACT
The anthracnose is airborne disease that has many host such as fruits, trees, bushes,
grasses, and ornamental plants. Colletotrichum sp. is a pathogen which causing
anthracnose disease. Sansevieria trifasciata could grow well on many enviroment
condition. An aesthetics of S. trifasciata can be seen from the beauty and motif of leaf.
The purpose of this study was to perform identification dan observe the development of
anthracnose with several inoculation methods. The experiment was conducted at the
Laboratory of Plant Pathology, Department of Plant Pest and Disease, Faculty of
Agriculture, Brawijaya University. The result showed that C. sansevieriae was a pathogen
the causal agent of anthracnose disease on S. trifasciata, there were difference percentage
of the germination and apresoria formation of C. sansevieriae on leaf surface of five
Sansevieria varieties. The highest of germination of C. sansevieriae on S. trifasciata var
Golden hahnii leaf surface was 52,73%. However, the highest percentage of apressoria
formation on the leaf surface of S. trifasciata var Hahnii was 10,16%. The difference of
the inoculation method influenced to the incubation period, growth of the disease, and the
disease incident. Prick inoculation method was more effective to produce disease that
another, with the incubation period at 2,3 dai (day after inoculation) and the disease
incident at 62,4%.
Keyword: Anthracnose, C. sansevieria, inoculation method, S. trifasciata
ABSTRAK
Antraknosa merupakan jenis penyakit tular udara yang dapat menyerang berbagai
komoditas tumbuhan seperti buah-buahan, pepohonan, tanaman semak, rerumputan, dan
tanaman hias. Patogen penyebab antraknosa adalah Colletotrichum sp.. Sansevieria
trifasciata adalah jenis tanaman yang mampu tumbuh diberbagai kondisi lingkungan.
Estetika S. trifasciata dapat ditinjau dari keindahan daun dan coraknya. Penurunan
kualitas S. trifasciata dapat disebabkan karena kerusakan daun oleh patogen tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi dan perkembangan penyakit antraknosa dengan
beberapa cara inokulasi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyebab penyakit antraknosa pada S.
trifasciata adalah Colletotrichum sansevieriae. Terdapat perbedaan persentase
perkecambahan dan pembentukan apresoria C. sansevieriae pada permukaan daun lima
varietas Sansevieria. Rerata perkecambahan tertinggi pada S. trifasciata var Golden
hahnii sebesar 52,73%. Namun persentase pembentukan apresoria tertinggi pada
S.trifasciata var Hahnii sebesar 10,16%. Perbedaan cara inkulasi mempengaruhi masa
inkubasi, perkembangan penyakit, dan persentase tingkat kejadian penyakit. Cara
inokulasi tusuk semprot lebih efektif dalam menimbulkan penyakit daripada yang lainnya.
dengan masa inkubasi selama 2,3 hsi dan tingkat kejadian penyakit sebesar 62,4%.
Kata Kunci: Antraknosa, C. sansevieriae, metode inokulasi, S. trifasciata
125
Firmansyah et al., Studi Identifikasi dan Cara Inokulasi Penyakit Antraknosa…
126
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016
yang dipakai dalam percobaan ini adalah semprot. Percobaan menggunakan ran-
S. trifasciata L. S. trifasciata var Golden cangan acak lengkap diulang sebanyak 6
hahnii, S. trifasciata var Moonshine, S. kali. Kerapatan yang digunakan untuk
trifasciata var Hahnii, dan S. percobaan cara inokulasi ini adalah 8 x
hyacinthoides. Kerapatan konidia yang 103 konidia/cm3. Inokulum masing-masing
digunakan dalam percobaan I perlakuan diinokulasikan ke petak
(perkecambahan konidia) adalah 6 x 103 inokulasi pada daun Sansevieria yang
konidia/cm3. Interval pengamatan adalah berukuran 5 x 10 cm. Pengamatan
setiap 3 jam sekali (3, 6, 12, 18, 24, dan dilakukan selama 14 hsi (hari setelah
48 jam) yang diulang sebanyak 5 kali inokulasi). Peubah pengamatan meliputi
setiap perlakuan. Setiap interval masa inkubasi, jumlah bercak,
pengamatan, dibuat preparat jaringan perkembangan penyakit, dan kejadian
yang ditetesi laktofenol cotton blue penyakit dihitung menggunkan rumus
sebagai pewarnaan jaringan tanaman, menurut Sinaga (2003) sebagai berikut:
sehingga konidia terlihat jelas (Sastrahidayat,
2014). Perhitungan konidia, konidia
berkecambah, dan apresoria menggunakan
hand counter. Keterangan:
Persentase perkecambahan dihitung P = kejadian penyakit,
dengan menggunakan rumus: a = jumlah bercak yang muncul pada
petak inokulasi,
N = luasan petak inokulasi
127
Firmansyah et al., Studi Identifikasi dan Cara Inokulasi Penyakit Antraknosa…
A C
B D
Gambar 1. (A) Gejala penyakit antraknosa pada daun S. trifasciata (B) aservulus (C)
struktur mikroskopis C. sansevieriae (D) konidia C. sansevieriae
128
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016
129
Firmansyah et al., Studi Identifikasi dan Cara Inokulasi Penyakit Antraknosa…
sebagai jalan pertukaran hasil meta- Adaptasi patogen menjadi salah satu faktor
bolisme tanaman antara jaringan daun suatu unit reproduksi patogen untuk
dengan atmosfer (Soekartono, 1989 dalam berkecambah. Subroto (1981) menjelaskan
Maya, 1993). Dari hasil pengamatan bahwa berhasil tidaknya penyerangan
didapatkan bahwa pembentukan apresoria patogen, tergantung kemampuan patogen
pada masing-masing varietas S. trifasciata untuk menjadi parasit, kemudian menetap
(Gambar 5). dan beradaptasi. Adanya luka yang ter-
dapat pada permukaan daun mempercepat
Percobaan II: Cara Inokulasi proses perkecambahan konidia tanpa harus
Masa Inkubasi konidia tersebut menembus jaringan
Hasil pengamatan masa inkubasi epidermis dan kutikula daun yang tebal.
penyakit antraknosa pada tanaman S. Agrios (2005) menjelaskan bahwa patogen
trifasciata menunjukkan perbedaan antara yang diletakkan di atas epidermis yang
empat perlakuan yaitu kontrol, semprot, dilukai, maka jaringan bagian dalam
kuas, dan tusuk semprot. Rerata masa tumbuhan tersebut mudah diserang
inkubasi antar perlakuan berkisar 2 – 7 hari patogen. Bercak antraknosa dengan rerata
setelah inokulasi. Rerata masa inkubasi diameter 0,2 cm – 0,4 cm pada saat
pada inokulasi dengan metode semprot, muncul pertama kali. Jumlah gejala atau
kuas, dan tusuk semprot adalah masing- bercak akibat infeksi C. sansevieriae
masing 6,3 hsi, 6,7 hsi, dan 2,3 hsi serta. disajikan pada Tabel 1.
tidak ditemukan gejala pada kontrol.
130
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016
Data pada Tabel 1 menunjukkan dengan tekstur basah pada bagian dalam
bahwa terdapat pengaruh nyata antara cara daun yang terinfeksi. Bercak tersebut
inokulasi terhadap jumlah bercak. Cara kemudian meluas keseluruh bagian daun.
inokulasi mempengaruhi seberapa banyak Perkembangan bercak antraknosa disajikan
gejala yang timbul. Jumlah bercak pada pada Tabel 2.
inokulasi kuas dan semprot lebih sedikit Hasil sidik ragam yang disajikan
dibanding dengan inokulasi tusuk semprot, pada Tabel 2. menunjukkan pengaruh
hal ini diduga karena dibutuhkan waktu nyata cara inokulasi terhadap lebar bercak
bagi konidia untuk melakukan penetrasi antraknosa. Pada akhir pengamatan yakni
secara langsung yakni menembus jaringan 14 hari setelah inokulasi rerata lebar
epidermis dan kutikula daun, sehingga bercak pada metode tusuk semprot
tingkat keberhasilan dalam menimbulkan menunjukkan perkembangan yang pesat
gejala tidak sebanding dengan jumlah seluas 16 cm. Perkembangan bercak pada
spora yang diinokulasi. Berbeda dengan inokulasi semprot dan kuas relatif lambat
inokulasi tusuk semprot yang disediakan dibandingkan dengan inokulasi tusuk
lubang tusukan sebagai tempat masuknya semprot, hal ini diduga karena ketebalan
konidia jamur C. sansevieriae yang kutikula daun dan persediaan energi untuk
diharapkan jumlah bercak sebanding menginfeksi jaringan daun telah habis
dengan jumlah luka yang dibuat. dipergunakan saat melakukan penetrasi
sehingga perkembangannya relatif lamban
Metode Inokulasi dibanding dengan inokulasi tusuk semprot.
Gejala yang tampak secara visual Agrios (2005) menyatakan adanya
oleh C. sansevieriae, mula-mula timbul kutikula yang tebal dan dinding epidermis
bercak-bercak kecil berwarna coklat yang kuat merupakan salah satu per-
131
Firmansyah et al., Studi Identifikasi dan Cara Inokulasi Penyakit Antraknosa…
132
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016
133