Sei sulla pagina 1di 15

JRR Tahun 24, No.

1, Juni 2015

EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO


MELALUI CERITA PENDIDIKAN BERKARAKTER UNTUK TUNANETRA
JENJANG SMP

Oleh:
Faiza Indriastuti
faiza.indriastuti@kemdikbud.go.id

ABSTRACT

The use of audio instructional media for visually impaired children with special needs to
provide exceptional benefits. Audio media can be an alternative selection of other media in the media
form of braille, termofoam and another forms of media conjecture.The utilization of audio media are
used both inside and outside the classroom. Use in the classroom or integrated with learning as a
teaching aids. While the use of outside class functioned as enrichment or as a learning resource. One
of audio media model which developed for visually impaired is an audio media story character
education for the blind, (calls Cerdiktera). Cerdiktera is an audi media education models by
integrating in three basic subject (IPA, PKn and Bahasa Indonesia) and added loads of characters
presented in the form of audio stories for the visually impaired.
This research aims to determine the effectiveness of audio media Cerdiktera which measured
trough: (1) increase the motivation to learn, (2) have a high accesibility, (3) provide an
understanding of matter in accordance with teme, (4) a change character. The results showed that the
audio media Cerdiktera are: (1) in the motivation aspect, Cerdiktera can increase students’
motivation with an 86,13% average which is included in the category of very effective, (2) in the
accessibility aspect, Cerdiktera obtain a value of 89,21% or very high in accessibility, (3) from the
understanding material aspect, Cerdiktera shows the acquisition value of 98,07% or very effective in
providing an understanding of matter in accordance with the theme and (4) from character aspects,
Cerdiktera provide 98,07% or so effectively used as a medium to instill character education.

Keyword: audio instructional media, integrated learning, character education, motivation,


accessibility

PENDAHULUAN mendapatkan pendidikan yang disesuaikan


Latar Belakang dengan jenis dan derajat kelainan, kelainan
Setiap warga negara mempunyai hak fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau
yang sama untuk memperoleh pendidikan sosialnya. Setiap lembaga pendidikan harus
yang bermutu. Warga negara yang memiliki memberikan kesempatan dan perlakuan yang
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, adil kepada peserta didik, termasuk peserta
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan didik tunanetra.
khusus (Pasal 5 Ayat 2 UU Sisdiknas Nomor Pemenuhan kebutuhan media
20 Tahun 2003). Warga negara berkebutuhan pembelajaran yang bermutu bagi pendidikan di
khusus dimaksud mempunyai kepantasan yang semua lapisan masyarakat dinilai sangat
sama dengan warga negara yang lain untuk penting. Peran media pembelajaran sendiri
Faiza Indriastuti-Media Cerdiktera

sangat penting artinya bagi proses menjastifikasi) nilai-nilai pendidikan karakter


pembelajaran, utamanya adalah sebagai yang disajikan dalam bentuk cerita.
jembatan bagi pendidik dan peserta didik, Tujuan
sebagai alat bantu dalam memberikan Tujuan dari penelitian ini adalah menilai
penjelasan terhadap materi yang rumit dan efektivitas penggunaan media audio Cerita
sulit untuk dimengerti maupun sebagai media Pendidikan Berkarakter untuk Tunanetra
yang menarik minat belajar bagi peserta didik. (Cerdiktera) dalam pembelajaran yang dinilai
Media audio dapat menjadi alternatif melalui peningkatan motivasi belajar siswa,
pemilihan media selain media yang berbentuk pemahaman materi dalam tema, mempunyai
braille, termofoam dan bentuk media raba aksesibilitas serta mempunyai nilai-nilai
lainnya. Pemanfaatan media audio digunakan karakter yang memberikan pencerahan sikap
baik di dalam maupun di luar kelas. bagi pengguna.
Penggunaan di dalam kelas terintegrasi dengan
pembelajaran atau sebagai alat bantu KAJIAN LITERATUR
pengajaran. Sedangkan penggunaan di luar A. Pembelajaran Tunanetra
kelas difungsikan sebagai pengayaan atau 1. Definisi Tunanetra
sebagai sumber belajar Menurut tunanetra pada hakikatnya adalah
Media audio Cerita Pendidikan kondisi dari mata atau dria penglihatan
Berkarakter untuk Tunanetra (Cerdiktera) yang karena sesuatu hal tidak berfungsi
merupakan media audio pembelajaran yang sebagaimana mestinya, sehingga
dikembangkan bagi peserta didik tunanetra mengalami keterbatasan dan atau ketidak
pada jenjang SMP kelas VII. Cerdiktera mampuan melihat. Dalam hal ini, tuna
merupakan model media audio pendidikan berarti luka, rusak, kurang atau tiada
dengan mengintegrasikan tiga mata pelajaran memiliki. Netra berarti mata atau dria
pokok (IPA, PKn dan Bahasa Indonesia) serta penglihatan. (Sari Rudiyanti, 2002:22).
ditambahkan muatan karakter yang Secara harafiah tunanetra berasal dari dua
disampaikan dalam bentuk cerita audio untuk kata, yaitu: Tuna (tuno:Jawa) yang berarti
tunanetra. Konsep Cerdiktera diawali dengan rugi yang kemudian diidentikan dengan
analogi tentang penerapan kurikulum 2013, rusak, hilang, terhambat, terganggu tidak
yang lebih banyak menerapkan konsep tematik memiliki dan netra (netro:Jawa) yang
integratif atau tematik terpadu. Cerdiktera berarti mata. Namun demikian kata
berorientasi pada pendidikan karakter yang tunanetra adalah satu kesatuan yang tidak
berbasis pada tema terpadu dari materi tiga terpisahkan yang berarti adanya kerugian
mata pelajaran, untuk membekali peserta didik yang disebabkan oleh kerusakan atau
tunanetra memiliki kecerdasan dalam menera terganggunya organ mata, baik anatomis
(menandai, mengukur, mengidentifikasi, maupun fisiologis. Jadi tunanetra berarti
mengklasifikasi, mengklarifikasi, dan kondisi luka atau rusaknya mata atau dria
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

penglihatan, sehingga mengakibatkan 3. Kebutuhan Dalam Pembelajaran


kurang atau tiada memiliki kemampuan Layanan pendidikan bagi anak tunanetra
persepsi penglihatan. dapat dilaksanakan melalui sistem
2. Hambatan segregasi atau secara terpisah dari anak
Telah diketahui bahwa informasi 80% awas dan integrasi atau terpadu dengan
diperoleh melalui indra visual. Hilangnya anak awas di sekolah biasa. Tempat
fungsi visual mereka harus dapat meng- pendidikan dengan sistem segregasi,
kompensasikan ke dalam indra lain non meliputi sekolah khusus yang biasanya
visual. Penguatan kepekaan indra non diselenggarakan oleh SMPLB A. Bentuk-
visual tidak akan mampu mengganti fungsi bentuk keterpaduan yang dapat diikuti oleh
holistik indra visual. Setiap indra memiliki peserta didik tunanetra yang mengikuti
fungsi dan karateristik berbeda-beda dan sistem integrasi, meliputi: kelas biasa
saling melengkapi. dengan guru konsultan, kelas biasa dengan
Sebagai akibat hilangnya fungsi peng- guru kunjung, kelas biasa dengan ruang-
lihatan mereka memperoleh informasi ruang sumber, dan kelas khusus.
dimulai dari bagian-bagian ke global baru Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra;
kemudian informasi itu dirangkum menjadi pada dasarnya sama dengan strategi
kesatuan yang memiliki arti. Berbeda pembelajaran bagi anak awas, hanya dalam
dengan orang awas kebanyakan informasi pelaksanaannya memerlukan modifikasi
diperoleh mulai dari global dan spontan sehingga pesan atau materi pelajaran yang
mencakup keseluruhan baru kemudian ke disampaikan dapat diterima/ditangkap oleh
bagian-bagian. Menurut Lowenfeld, anak tunanetra melalui indera-indera yang
ketunanetraan akan berakibat adanya masih berfungsi.
keterbatasan: Dalam pembelajaran anak tunanetra,
a. Dalam memperoleh keanekaragaman terdapat prinsip-prinsip yang harus
pengalaman; diperhatikan,antara lain prinsip: individual,
b. Proses sosialiasi; kekonkritan atau pengalaman
c. Mobilitas. penginderaan, totalitas, dan aktivitas
Ketiga keterbatasan itu menjadi mandiri (selfactivity).
keterbatasan umum yang dimiliki oleh Pembelajaran bagi peserta didik tunanetra
orang-orang buta, hanya tingkat dan cara membutuhkan media pembelajaran.
mengatasinya yang berbeda-beda. Taraf Menurut fungsinya, media pembelajaran
penerimaan kebutaan serta karakteristik bagi peserta didik tunanetra dapat
kepribadian orang buta berpengaruh dibedakan menjadi 2, yaitu: (a) media
dalam tingkat keterbatasan di atas untuk menjelaskan konsep berupa alat
peraga dan (b) media untuk membantu
Faiza Indriastuti-Media Cerdiktera

kelancaran proses pembelajaran berupa alat 3. Pemahaman yang lebih mendalam


bantu pembelajaran. mengenai suatu isu/topik dengan
Alat peraga yang dapat digunakan dalam melihatnya dari berbagai sudut pandang.
pembelajaran anak tunanetra meliputi: 4. Meningkatkan pemahaman dalam berfikir
termofoam, benda asli yang diawetkan, secara sistematik.
tiruan atau model (tiga dimensi dan dua Sedangkan cakupan kurikulum interdisipliner
dimensi), serta gambar (yang tidak atau terpadu mencakup:
diproyeksikan dan yang diproyeksikan).  Kombinasi mata pelajaran.
Sedangkan alat bantu pembelajaran, antara  Penekanan pada program.
lain meliputi: (a) alat bantu menulis huruf  Keterkaitan antar konsep
Braille berupa reglet, pen dan mesin ketik  Jadwal yang fleksibel.
Braille, (b) alat bantu membaca huruf  Unit-unit tematis sebagai prinsip-prinsip
Braille (papan huruf dan optacon), (c) alat organisasi.
bantu berhitung (cubaritma, abacus/ Prinsip pembelajaran terpadu meliputi:
sempoa, speech calculator), serta (d) alat 1. Substansi materi yang akan diramu ke
bantu yang bersifat audio seperti tape- dalam pembelajaran terpadu diangkat dari
recorder, MP3 player dan DTB player. konsep-konsep kunci yang terkandung
B. Pembelajaran Terintegrasi dalam aspek-aspek perkembangan terkait.
Menurut Braze & Capelluti 2. Antar konsep kunci yang dimaksud
mengemukakan definisi pembelajaran memiliki keterkaitan makna dan fungsi,
terintegrasi adalah pendekatan yang bertujuan yang apabila diramu kedalam satu
untuk menjadikan pembelajaran lebih konteks tertentu (peristiwa, isu, masalah
menyeluruh dan berdasarkan pada paradigma atau tema) masih memiliki makna asal,
pembelajaran yang holistik. Pembelajaran selain memiliki makna yang berkembang
terintegrasi merupakan salah satu model dalam konteks yang dimaksud.
pembelajaran yang bertujuan untuk 3. Aktivitas belajar yang hendak dirancang
membiasakan pembelajar untuk melihat dalam pembelajaran terpadu mencakup
sesuatu dari berbagai sudut pandang atau aspek perkembangan anak yaitu moral
dengan kata lain melatih pembelajar untuk dan nilai-nilai agama, bahasa, fisik dan
berfikir secara lebih sistemik. Ada berbagai motorik serta seni.
manfaat dari pembelajaran terintegrasi Menurut Hilda Karli dan Margaretha
(Chiarotto, 2011), di antaranya: (2002: 15), ciri-ciri pembelajaran terpadu atau
1. Pemahaman yang lebih mendalam tentang terintegrasi adalah:
tujuan mempelajari bidang tertentu. 1. Holistik, yaitu suatu peristiwa yang
2. Pemahaman mengenai aplikasi dari menjadi pusat perhatian dalam
bidang yang dipelajari dari berbagai pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa
konteks.
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

bidang studi sekaligus untuk memahami 6. Webbed (Jaring laba-laba), bertitik tolak
suatu fenomena dari segala hal. pada pendekatan tematis sebagai pemadu
2. Bermakna, adalah keterkaitan antara bahan dan kegiatan dalam pembelajaran.
konsep-konsep lain akan menambah Dalam hubungan ini tema dapat mengikat
kebermaknaan konsep yang dipelajari dan kegiatan pembelajaran baik dalam mata
diharapkan anak mampu menerapkan pelajaran tertentu maupun lintas mata
perolehan belajarnya untuk memecahkan pelajaran.
masalah-masalah nyata dalam 7. Threaded (Galur/Benang) merupakan
kehidupannya. pemaduan bentuk keterampilan sosial,
3. Aktif, pembelajaran terpadu berfikir, berbagai jenis kecerdasan dan
dikembangkan melalui pendekatan keterampilan belajar yang direntangkan
discovery-inquiry. Peserta didik terlibat melalui berbagai disiplin.
secara aktif dalam proses pembelajaran 8. Integrated (terpadu) merupakan
yang secara tidak langsung dapat pemaduan sejumlah topik yang berbeda
memotivasi anak untuk belajar. namun dengan esensi yang sama dalam
Terdapat 10 model Pembelajaran sebuah topik tertentu.
terpadu (Robyn Fogarty ,1991), yaitu: 9. Immersed (Terbenam) memadukan apa
1. Fragmented (Penggalan) merupakan yang dipelajari dengan cara memandang
perpaduan antar berbagai disiplin ilmu seluruh pengajaran melaluui perspektif
yang berbeda dan saling terpisah. bidang yang disukai (area of interest).
2. Connected (Keterhubungan) merupakan 10. Networked (Jejaring) merupakan
pembelajaran yang menghubungkan pemaduan topik yang dipelajari melalui
topik-topik dalam satu disiplin ilmu yang pemilihan jejaring dari pakar dan sumber
saling berhubungan satu dengan yang daya.
lainnya. Dari ke-10 model pembelajaran terpadu
3. Nested (Kumpulan) merupakan pemaduan tersebut, pengembangan model media
dari berbagai bentuk penguasaan konsep Cerdiktera memilih model Shared atau berbagi
keterampilan melalui sebuah kegiatan (BPMRP, 2014). Alasan pemilihan model
pembelajaran. tersebut adalah:
4. Sequence (Urutan atau Rangkaian) 1. Konsep-konsep dalam Kompetensi Dasar
merupakan model pemaduan topik-topik (KD) memiliki karakteristik yang
antar mata pelajaran yang berbeda secara berbeda-beda.
paralel. 2. Adanya sejumlah KD yang mengandung
5. Shared (terbagi) merupakan bentuk konsep saling beririsan atau tumpang
pemaduan pembelajaran akibat adanya tindih sehingga bila dibelajarkan secara
“overlapping” konsep atau ide pada dua terpisah-pisah menjadi tidak efisien.
mata pelajaran atau lebih.
Faiza Indriastuti-Media Cerdiktera

3. Terdapat pula KD yang mengandung Pendidikan karakter yang terpadu dalam


konsep saling berkaitan namun tidak pembelajaran dalam prosesnya harus
beririsan, konsep-konsep harus dikaitkan mencakup tiga dimensi yaitu kurikulum
dengan suatu tema tertentu. sebagai ide, kurikulum sebagai dokumen dan
4. Ada sejumlah konsep pada KD, yang kurikulum sebagai proses terhadap semua
bertautan dengan konsep KD dari KD mata pelajaran yang dimuati (Hasan, 2000).
yang lain, konsep-konsep tersebut harus Dalam pembelajaran terpadu, agar
dipertautkan (connected) dengan pembelajaran efektif dan berjalan sesuai
pembelajarannya. harapan ada persyaratan yang harus dimiliki
Karakteristik model Shared ini adalah yaitu kejelian profesional para guru
membelajarkan semua konsep dari suatu KD mengantisipasi pemanfaatan berbagai
yang dimulai dari konsep yang beririsan kemungkinan arahan pengait yang harus
sebagai unsur pengikat. dikerjakan para siswa untuk menggiring
Kelebihan dari model ini adalah: terwujudnya kaitan-kaitan konseptual intra
 Pemahaman terhadap konsep, utuh. atau antar bidang studi serta penguasaan
 Efisien material terhadap bidang-bidang studi yang
 Kontekstual perlu dikaitkan. Berkaitan dengan pendidikan
C. Pendidikan Karakter dan Keterpaduan karakter sebagai pembelajaran terpadu dengan
dalam Pembelajaran semua mata pelajaran arahan pengait yang
Pendidikan karakter merupakan upaya dimaksudkan dapat berupa pertanyaan yang
yang terencana untuk menjadikan siswa harus dijawab atau tugas-tugas yang harus
mengenal, perduli dan menginternalisasi nilai- dikerjakan oleh para siswa yang mengarah
nilai sehingga peserta didik berkepribadian. pada pengembangan pendidikan karakter dan
Pendidikan karakter di sekolah harus pengembangan kualitas kemanusiaan.
terintegrasi dalam setiap kegiatan belajar
mengajar pada semua atau beberapa mata METODE PENELITIAN
pelajaran sehingga menjadi pembiasaan dalam A. Jenis Penelitian
kehidupan keseharian di satuan pendidikan Jenis penelitian ini adalah penelitian
maupun dalam kegiatan keseharian di rumah. deskriptif yang bertujuan untuk membuat
Implementasi pendidikan karakter deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat
terintegrasikan kedalam semua atau beberapa dari responden yaitu pendidik dan peserta
mata pelajaran, pengembangannya lebih didik tunanetra jenjang SMP. Sedangkan
memadai pada model kurikulum terpadu dan variabel yang ada dalam penelitian untuk
pembelajaran terpadu dengan menentukan mengukur efektifitas program Cerdiktera ini
center core pada mata pelajaran yang akan adalah: (1) motivasi, (2) aksesibilitas, (3)
dipelajari. pemahaman terhadap materi dan (4) karakter.
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

B. Lokasi Penelitian Tempat penelitian ini adalah 17 SMPLB


A yang berada di 8 propinsi di seluruh
Indonesia, dengan rician sebagai berikut.
Tabel 1.
Lokasi Pelaksanaan Penelitian
Pemanfaatan Media Audio Cerdiktera

No Propinsi Sekolah Alamat


1. Sumatera Km. 21.5 Tanjung Morawa, Kabupaten Deli
SLB A Yapentra
Utara Serdang, Sumatera Utara
Jl. Karyawisata No. 16, Gedung Johor, Medan,
SLB A Karya Murni
Sumatera Utara
2. Jawa Barat SLB N A
Jl. Padjadjaran No. 52, Bandung, Jawa Barat
Kota Bandung
3. Jawa Tengah SLB YAAT Jl. Angsana, Trunuh, Klaten Selatan, Klaten, Jawa
Klaten Tengah.
4. DIY SLB Bhakti Putra Ngawis, Karangmojo, Gunung Kidul, DIY
SLB A Purwoharjo Ploso, Giritirto, Purwosari, Gunung Kidul, DIY
5. NTB SLB A YPTN
Jl. Peternakan No. 101, Selagalas, Mataram, NTB.
Mataram
Jl. Sonokeling No. 1, Dasan Geria Lingsar, Lombok
SLB N Pembina
Barat, NTB.
6. NTT SLB N Pembina, Jl. Adisucipto Penfui Kupang,
Kupang Kel. Oesapa, Kec. Kelapa Lima, Kota Kupang, NTT.
SLB Asuhan Kasih Jl. Pendidikan II No. 16 Kota Baru, Kupang, NTT.
Jl. Timor Raya No. 17-18, Kelapa Lima, Kupang,
SLB Kelapa Lima
NTT
7. Sulawesi SLB ABCD Jl. Tompi No. 15, Lere, Palu Barat, Sulawesi
Tengah Muhammadiyah Tengah.
Jl. Anggrek No. 25, Binangga, Kec. Marawola, Kab.
SLB N Marawola
Sigi, Sulawesi Tengah.
8. Sulawesi Jl. Nuri Baru Manunggal No 22, Makassar, Sulawesi
SLB A YPKCNI
Selatan Selatan.
Jl. Kap. Pierre Tendean Blok M, No. 7, Makassar,
SLB A YAPTI
Sulawesi Selatan.

Pertimbangan pemilihan lokasi sebagai pada kegiatan pelaksanaannya akan semakin


objek penelitian ini, didasarkan pada besar. Waktu penelitian ini adalah pada bulan
pertimbangan kemudahan untuk September s.d. Oktober 2014.
mengumpulkan data dan informasi serta C. Populasi dan Sampel
kemudahan untuk melakukan koordinasi Populasi dalam pelaksanaan penelitian
dengan lokasi (contact person). Disamping itu, ini adalah pendidik dan peserta didik SMPLB
dimaksudkan juga agar karakteristik populasi A. Media Audio Cerdiktera dikembangkan
terwakili secara optimal di dalam populasi. khusus bagi pendidik dan peserta didik jenjang
Bila hal ini tidak dilakukan, maka SMP dengan acuan kurikulum 2013 yang
kemungkinan kesalahan dalam menggunakan model pembelajaran
menggeneralisasikan kesimpulan-kesimpulan terintegrasi. Dasar pertimbangan pada
Faiza Indriastuti-Media Cerdiktera

pemilihan subjek adalah adanya pertimbangan D. Target/sasaran


kelayakan untuk memberikan data dan Target/sasaran penelitian ini adalah:
informasi dalam menjawab permasalahan yang 1. Pendidik kelas atau pendidik mata
ada dalam instrumen. Pemilihan responden ini pelajaran IPA, PKn dan Bahasa Indonesia.
dilakukan secara purposive atau sesuai dengan 2. Siswa tunanetra jenjang SMPLB A kelas
tujuan yang diharapkan. Pendidik yang VII atau lebih.
bertanggungjawab terhadap kelas atau guru E. Prosedur
bidang studi merupakan orang yang Prosedur penelitian ini melalui dua kegiatan:
berinteraksi langsung dalam proses 1. Melakukan bimbingan teknis pemanfaatan
pembelajaran dengan peserta didik di kelas. media audio Cerdiktera kepada pengguna.
Sedangkan peserta didik merupakan pihak 2. Melakukan pengambilan data dan observasi
kedua dalam berinteraksi belajar mengajar pemanfaatan melalui pengumpulan data
sehingga dapat diketahui apakah hasil dengan metode kuesioner (pengisian
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah angket) dan diskusi kelompok terfokus
dirumuskan. (Focus Group Discussion). Diskusi
Selanjutnya untuk memperhatikan kelompok terfokus tersebut digunakan
heterogenitas populasi, maka teknik sebagai triangulasi data hasil isian angket
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik dan observasi pemanfaatan.
“purposive sampling”. Sedangkan sampel pada F. Instrumen
penelitian ini adalah 48 pendidik SMPLB A Instrumen dalam evaluasi adalah semua
yang mengampu mata pelajaran IPA, PKn dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
Bahasa Indonesia, serta 56 orang peserta didik mengolah, menganalisa dan menyajikannya
SMPLB yang kebanyakan duduk di bangku secara sistematis dan objektif dari data dan
kelas VII atau kelas I SMPLB A di 8 lokasi di informasi yang diinginkan. Alat tersebut dapat
seluruh Indonesia. Sehingga jumlah berupa daftar pertanyaan atau angket, daftar
keseluruhan sampel penelitian ini adalah 104 wawancara, pengamatan atau observasi dan
responden. Adapun jumlah sampel di masing- lain-lain. Instrumen mempunyai peranan yang
masing lokasi dalam penelitian ini adalah sangat penting dalam sebuah penelitian
sebagai berikut: pengembangan.
Tabel 2. Penelitian pemanfaatan media audio
Komposisi dan jumlah sampel penelitian
N Peserta
Cerdiktera ini menggunakan metode kuesioner
Lokasi Pendidik Jml
o Didik berupa angket dengan beberapa daftar
1. Sumatera Utara 6 7 13
2. Jawa Barat 4 9 13 pertanyaan untuk pendidik dan peserta didik
3. Jawa Tengah 5 8 13
4. DIY 6 7 13 serta metode diskusi melalui panduan diskusi
5. NTB 6 7 13
6. NTT 7 6 13 kelompok terfokus (Focus Group Discussion)
7. Sulawesi Selatan 8 5 13 sebagai teknik triangulasi data yang diperoleh
8. Sulawesi Tengah 6 7 13
Jumlah 48 56 104 dari hasil pengisian angket. Angket berisi
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

sejumlah pernyataan dengan jawaban ya atau memberikan media alternatif dalam


tidak serta disediakan kolom komentar sebagai memahami materi, meningkatkan motivasi
alternatif alasan menjawab penyataan tersebut. belajar, aksesibel serta mempunyai nilai
Pernyataan disusun berdasarkan indikator- karakter yang memberikan pencerahan sikap
indikator sebagaimana dikembangkan dalam bagi pengguna.
kajian teori dengan kisi-kisi instrumen. 1. Motivasi
G. Teknik Analisis Data Motivasi adalah proses yang menjelaskan
Untuk mengetahui sejauh mana intensitas, arah, dan ketekunan seorang
efektifitas keberhasilan produk Cerdiktera individu untuk mencapai tujuannya. Tiga
diperlukan adanya penelitian tentang hal itu. elemen utama dalam definisi ini adalah
Hasil data diolah dan disajikan menjadi intensitas, arah, dan ketekunan. Motivasi
informasi sehingga karakteristiknya mudah belajar adalah keseluruhan daya penggerak
dipahami dan menjawab pertanyaan tentang dalam diri peserta didik yang menimbulkan
penelitian tersebut. Adapun teknik analisis kegiatan belajar, yang menjamin
data yang digunakan dalam penelitian ini kelangsungan dari kegiatan belajar dan
adalah analisis deskriptif. Sajian data yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
terkumpul dianalisis dan disajikan dalam sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
bentuk tabel, diagram dan presentase. subjek belajar itu dapat tercapai.
Adapun kreteria yang digunakan dalam Model ARCS (Attention, Relevance,
penentukan efektifitas produk Cerdiktera ini Confidence, Satisfaction), dikembangkan
sebagai berikut: oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai
- Sangat efektif jika memperoleh nilai (%) jawaban pertanyaan bagaimana merancang
80 ≤ NA ≤ 100 pembelajaran yang dapat mempengaruhi
- Efektif jika memperoleh nilai (%) 70 ≤ NA motivasi berprestasi dan hasil belajar.
< 80 Model pembelajaran ini dikembangkan
- Cukup efektif jika memperoleh nilai (%) 56 berdasarkan teori nilai harapan (expectancy
≤ NA < 70 value theory) yang mengandung dua
- Kurang efektif jika memperoleh nilai (%) komponen yaitu nilai (value) dari tujuan
40 ≤ NA < 56 yang akan dicapai dan harapan
- Tidak efektif jika memperoleh nilai (%) (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan
NA < 40 itu. Dari dua komponen tersebut oleh
Keller dikembangkan menjadi empat
HASIL DAN PEMBAHASAN komponen. Keempat komponen model
pembelajaran itu adalah 1) attention; 2)
Tujuan evaluasi model Cerdiktera
relevance; 3) confidence dan; 4)
adalah mengukur dan menilai efektifitas model
satisfaction dengan akronim ARCS.
Cerdiktera terhadap pengguna yang mampu
Faiza Indriastuti-Media Cerdiktera

Produk Cerdiktera setelah digunakan/


dimanfaatkan oleh 48 pendidik dan 58 100
90
peserta didik dari delapan Provinsi pada 80
aspek motivasi diperoleh hasil sebagai 70
berikut: 60 Pendidik
50
Tabel 4.3. 40 Peserta
Skor hasil evaluasi motivasi dari Pendidik 30 Didik
dan Peserta Didik 20
10
Pendidik Peserta Didik
ITEM 0
SKOR % SKOR % P1 P2 P3 P4 P7
P1 45 93.75 50 89.29
P2 42 87.5 46 82.14 Gambar 1.
P3 45 93.75 49 87.5 Diagram Aspek Motivasi
P4 41 85.42 36 64.29
Memperhatikan perolehan skor rata-rata
P7 45 93.75 47 83.93
kedua tabel dan diagram tersebut
RERATA 90.83 81.43
disimpulkan bahwa prototipa Cerdiktera
memberikan motivasi (86,13) atau sangat
Kedua perolehan seperti yang ditunjukkan
efektif.
pada tabel 4.3 membuktikan bahwa rata-
Adapun alasan yang diungkapkan subjek
rata skor motivasi baik pendidik (90,83),
dalam menjawab atas pertanyaan yang
dan peserta didik (81,43) atau rata-rata
berkaitan dengan aspek motivasi pada saat
86,13.
dilakukan diskusi kelompok adalah sebagai
Apabila digambarkan dalam bentuk diagram
berikut.
batang, maka hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4.
Rangkuman Alasan atas jawaban
PESERTA
ITEM PERNYATAAN PENDIDIK RERATA
DIDIK
Mendorong rasa ingin tahu 87.50 97.92 92.71
P1
siswa
Cerdiktera sesuai dengan 85.71 95.83 90.77
P2
harapan siswa
Cerdiktera menumbuhkan 91.07 97.92 94.49
P3
percaya diri
Siswa merasa puas, senang, 96.43 95.83 96.13
P4
memanfaatkan Cerdiktera
Siswa merasa mampu
menggunakan/ memainkan/ 80.36 91.67 86.01
P7
memanfaatkan dengan
sendiri
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut di atas yang disediakan bagi semua orang
bahwa baik peserta didik maupun pendidik termasuk penyandang cacat dan lansia guna
memiliki persepsi positif bahwa Cerdiktera mewujudkan kesamaan kesempatan dalam
sangat mampu membangkitkan motivasi segala aspek kehidupan dan penghidupan.
dalam belajar dengan skor rata-rata mulai Media harus dapat diakses oleh
dari 86,01 s.d 96,13). setiap pengguna dan pelanggan, termasuk
2. Aksesibilitas orang dengan disabilitas atau yang
Persyaratan media pendidikan tidak memiliki kekurangan fisik, dapat
sekedar media yang baik menurut berkomunikasi melintasi batas dan
mayoritas peserta didik, tetapi aksesibel menikmati hidup yang lebih baik. Produk,
untuk semua tanpa batas. Media yang baik konten dan layanannya harus
adalah: 1) sesuai dengan tujuan yang akan mencerminkan filosofi yang merengkuh
dicapai; 2) bekerja untuk mendukung perbedaan umat manusia. Media yang
subjek; 3) praktis, fleksibel, dan tahan; 4) aksesibel bagi pengguna dapat dipastikan
guru terampil menggunakan; 5) bahwa produk dan layanannya dapat
pengelompokan target dan; 6) kualitas digunakan oleh semua pelanggan, termasuk
teknis. mereka yang disabilitas, para manula dan
Media hendaknya memiliki yang memiliki kekurangan fisik.
persyaratan yang baik yang meliputi: 1) isi; Tabel 4.5.
2) tujuan; 3) appropriatness; 4) biaya; 5) Skor hasil evaluasi aksesibilitas dari
kualitas teknis; 6) Keadaan penggunaan; 7) Pendidik dan Peserta Didik
verifikasi pelajar; dan 8) validasi. (Arsyad ITEM Pendidik Peserta Didik

Azhar, 2009). SKOR % SKOR %

Aksesibel tidak sekedar baik P5 47 97.92 51 91.07


memenuhi kriteria persyaratan sebagai P6 42 87.5 45 80.36
media untuk mayoritas peserta didik. RERATA 92.71 85.71
Aksesibel lebih dimaksudkan bahwa
belajar dengan Cerdiktera memberikan Kedua skor aksesibilitas seperti yang
kemudahan/ dimudahkan/ tidak ditunjukkan pada tabel 4.5 membuktikan
menyulitkan, ramah/ dapat dijangkau/ tidak bahwa rata-rata skor pendidik (92,71), dan
mahal/ praktis/ aman/ dapat diakses oleh peserta didik (85,71) atau rata-rata 89,21.
peserta didik dengan gangguan penglihatan.
Secara umum menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum nomor Nomor:
30/PRT/M/2006 bahwa yang dimaksud
aksesibel (aksesibilitas) adalah kemudahan
Faiza Indriastuti-Media Cerdiktera

3. Pemahaman
100 Pemahaman adalah kemampuan
90
seseorang untuk mengerti atau memahami
80
70 sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
60
diingat. Dengan kata lain, memahami
50 P5
40 adalah mengetahui tentang sesuatu dan
30 P6
20
dapat melihatnya dari berbagai segi.
10 Seseorang peserta didik dikatakan
0
memahami sesuatu apabila ia dapat
Pendidik Peserta
didik memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu
Gambar 2.Tingkat aksesibilitas dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang
Memperhatikan perolehan skor rata- kemampuan berpikir yang setingkat lebih
rata kedua tabel dan diagram tersebut maka tinggi dari ingatan atau hafalan.
disimpulkan bahwa prototipa Cerdiktera Pemahaman merupakan level C2 dari ranah
memberikan aksesibilitas (89,21) atau kognitif dari Bloom.
sangat efektif. Adapun hasil penelitian menurut
Adapun alasan yang diungkapkan aspek pemahaman ini adalah sebagai
subjek adalah sebagai berikut: berikut:
Tabel: 4.6. Tabel 4.7:
Rangkuman alasan jawaban Skor hasil evaluasi pemahaman dari
Peserta
Item Pernyataan
Didik
Pendidik Rerata Pendidik dan Peserta Didik
Siswa Pendidik Peserta Didik
menyatakan ITEM
cerdiktera SKOR % SKOR %
P5 94.64 91.67 93.15
mudah, P8 47 97.92 55 98.21
nyaman, aman
digunakan
Cerdiktera
P6
berguna,
94.64 97.92 96.28
Kedua skor pemahaman seperti yang
membantu,
memudahkan ditunjukkan pada tabel 4.7 membuktikan
bahwa rata-rata skor pemahaman baik
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut di atas pendidik (97,92), dan peserta didik (98,21)
bahwa baik peserta didik maupun pendidik atau rata-rata 98.07.
memiliki persepsi positif bahwa Cerdiktera
amat aksesibel digunakan dalam belajar
dengan skor rata-rata mulai dari 93,15 s.d
98,28.
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

Tingkat pemahaman materi bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata


pelajaran, pengembangan diri, dan budaya
sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah
98.25
98.2 perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang
98.15
98.1 dikembangkan dalam pendidikan karakter
98.05
98 ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan
97.95 Pendidik
97.9 Pendidikan, Silabus dan Rencana Program
97.85 Peserta Didik
97.8
Pembelajaran (RPP) yang sudah ada serta
97.75 media yang digunakan.
Prinsip pembelajaran yang
digunakan dalam pengembangan
pendidikan karakter mengusahakan agar
peserta didik mengenal dan menerima nilai-
Gambar 3.Diagram tingkat pemahaman
nilai karakter sebagai milik mereka dan
materi
bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya melalui tahapan mengenal
Memperhatikan perolehan skor rata-
pilihan, menilai pilihan, menentukan
rata kedua tabel dan diagram tersebut
pendirian, dan selanjutnya menjadikan
disimpulkan bahwa prototipa Cerdiktera
suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
memberikan pemahaman (98,07) atau
Dengan prinsip ini, peserta didik belajar
sangat efektif.
melalui proses berpikir, bersikap, dan
berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan
4. Karakter.
untuk mengembangkan kemampuan peserta
Pengembangan sikap pada jenjang
didik dalam melakukan kegiatan sosial dan
SMP/SMPLB sebagai implementasi
mendorong peserta didik untuk melihat diri
pengembangan karakter adalah agar peserta
sendiri sebagai makhluk sosial.
didik memiliki (melalui menerima,
Hasil analisis data yang diperoleh
menjalankan, menghargai, menghayati,
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
mengamalkan) perilaku yang
mencerminkan sikap orang beriman,
Tabel 4.8:
berakhlak mulia (jujur, santun, peduli,
Skor hasil evaluasi karakter dari Pendidik
disiplin, demokratis), percaya diri, dan
dan Peserta Didik
bertanggung jawab dalam berinteraksi
Pendidik Peserta Didik
secara efektif dengan lingkungan sosial dan ITEM
SKOR % SKOR %
alam dalam jangkauan pergaulannya. P8 47 97.92 55 98.21
Pada prinsipnya, pengembangan
karakter tidak dimasukkan sebagai pokok
Faiza Indriastuti-Media Cerdiktera

Kedua skor karakter seperti yang dengan kata lain rata-ratanya mencapai
ditunjukkan pada tabel 4.8 membuktikan 86,13%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa rata-rata skor karakter baik pendidik bahwa prototipa Cerdiktera memberikan
(97,92), dan peserta didik (98,21) atau rata- motivasi 86,13% atau sangat efektif.
rata 98.07. Melalui hasil analisis data dan catatan
FGD, alasan penggunaan Cerdiktera
Hasil evaluasi karakter
diperoleh data bahwa pendidik maupun
98.3 peserta didik mempunyai persepsi
98.2
98.1 positif terhadap Cerdiktera yang mampu
98
97.9
membangkitkan motivasi peserta didik
Pendidik
97.8 dalam belajar.
97.7 Peserta Didik
2. Dari aspek aksesibilitas diperoleh nilai
rata-rata skor bagi pendidik dan peserta
didik sebesar 89,21%. Memperhatikan
perolehan skor rata-rata tersebut dapat
Gambar 4.Diagram efektifitas dinyatakan bahwa prototipa Cerdiktera
pendidikan karakter mempunyai aksesibilitas sebanyak
89,21% atau sangat tinggi.
Memperhatikan perolehan skor rata- 3. Dari aspek pemahaman, hasil analisis
rata kedua tabel dan diagram tersebut data menunjukkan perolehan skor rata-
disimpulkan bahwa prototipa Cerdiktera ratanya sebanyak 98,07%. Hal ini
memberikan pemahaman pada nilai-nilai memperlihatkan bahwa prototipa
karakter sebanyak 98,07% atau sangat Cerdiktera sangat efektif dalam
efektif. memberikan pemahaman materi sesuai
Berdasarkan hasil analisis data yang dengan tema.
diperoleh, dapat diambil kesimpulan 4. Dari aspek karakter, skor hasil evaluasi
tentang implementasi media audio pada aspek karakter menunjukkan rata-
Cerdiktera melalui 10 judul program, yaitu rata sebanyak 98,07%. Jumlah skor
(1) Semangat kebangsaan, (2) Kreatif, (3) tersebut memperlihatkan bahwa
Peduli sosial, (4) Cinta tanah air, (5) prototipa Cerdiktera sangat efektif
Toleransi, (6) Mandiri, (7) Disiplin, (8) digunakan sebagai media untuk
Peduli lingkungan, (9) Jujur dan (10) Rasa menanamkan pendidikan karakter.
Ingin Tahu, sebagai berikut:
1. Dari aspek motivasi peningkatan
SIMPULAN DAN SARAN
belajar, diperoleh nilai rata-rata skor A. Simpulan
motivasi bagi pendidik sebesar 90,38% Media pembelajaran yang dapat
dan peserta didik sebesar 81,43% atau digunakan dalam pembelajaran anak tunanetra
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

salah satunya adalah media audio. Media aspek yaitu: motivasi, aksesibel, pemahaman
audio Cerita Pendidikan Berkarakter untuk materi dan muatan karakter.
Tunanetra atau Cerdiktera adalah merupakan B. Saran
salah satu media audio yang dikembangkan Penelitian tentang pemanfaatan
melalui prosedur pengembangan media Cerdiktera di 8 lokasi diharapkan menjadi
pembelajaran dengan merujuk pada konsep pioneer dalam pengembangan media
ADDIE. Cerdiktera dikembangkan sesuai pembelajaran dengan mata pelajaran yang
dengan kurikulum 2013 yang mengedepankan terintegrasi bersama dengan muatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan pendidikan berkarakter bagi tunanetra. Namun
beberapa mata pelajaran. Mata pelajaran yang demikian, pemanfaatan Cerdiktera sebagai
terintegrasi dalam Cerdiktera adalah IPA, PKn media pembelajaran harus dilakukan secara
dan Bahasa Indonesia. kontinyu sehingga muatan pendidikan karakter
Penilaian tentang efektifitas penggunaan tidak hanya sebatas memberikan pemahaman
media audio Cerdiktera ini melalui beberapa saja namun juga dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Arsyad. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Chiarotto, Lorraine. 2011. Naturla Curiosity: Buliding Childre’s Understanding of The World trough
Environmental Inquiry/A Resource for Teachers. Canada: Maracle Press Ltd.

Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan. 2014. Model Media Audio Cerita Pendidikan
Berkarakter untuk Tunanetra (Cerdiktera). Yogyakarta: BPMRP Kemendikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine. Illinois: IRI/Skylight Publishing Inc
.
Karli, Hilda dan Margaretha. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi 2. Bandung: Bina
Media Informasi.

Keller, John M & Thomas W. Kopp. 1987. An Application of The ARCS Model Motivational Design,
dalam Charles M. Reigeluth (ed), instructional Theories in Action, 289-319. Hillsdale, NJ:
Lawrence Erlbaum Associates.

Menteri Pekerjaan Umum. 2006. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor Nomor:
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.

Sari Rudiyanti. 2001. Pendidikan Anak Tunanetra. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta.

Potrebbero piacerti anche