Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1, Juni 2015
Oleh:
Faiza Indriastuti
faiza.indriastuti@kemdikbud.go.id
ABSTRACT
The use of audio instructional media for visually impaired children with special needs to
provide exceptional benefits. Audio media can be an alternative selection of other media in the media
form of braille, termofoam and another forms of media conjecture.The utilization of audio media are
used both inside and outside the classroom. Use in the classroom or integrated with learning as a
teaching aids. While the use of outside class functioned as enrichment or as a learning resource. One
of audio media model which developed for visually impaired is an audio media story character
education for the blind, (calls Cerdiktera). Cerdiktera is an audi media education models by
integrating in three basic subject (IPA, PKn and Bahasa Indonesia) and added loads of characters
presented in the form of audio stories for the visually impaired.
This research aims to determine the effectiveness of audio media Cerdiktera which measured
trough: (1) increase the motivation to learn, (2) have a high accesibility, (3) provide an
understanding of matter in accordance with teme, (4) a change character. The results showed that the
audio media Cerdiktera are: (1) in the motivation aspect, Cerdiktera can increase students’
motivation with an 86,13% average which is included in the category of very effective, (2) in the
accessibility aspect, Cerdiktera obtain a value of 89,21% or very high in accessibility, (3) from the
understanding material aspect, Cerdiktera shows the acquisition value of 98,07% or very effective in
providing an understanding of matter in accordance with the theme and (4) from character aspects,
Cerdiktera provide 98,07% or so effectively used as a medium to instill character education.
bidang studi sekaligus untuk memahami 6. Webbed (Jaring laba-laba), bertitik tolak
suatu fenomena dari segala hal. pada pendekatan tematis sebagai pemadu
2. Bermakna, adalah keterkaitan antara bahan dan kegiatan dalam pembelajaran.
konsep-konsep lain akan menambah Dalam hubungan ini tema dapat mengikat
kebermaknaan konsep yang dipelajari dan kegiatan pembelajaran baik dalam mata
diharapkan anak mampu menerapkan pelajaran tertentu maupun lintas mata
perolehan belajarnya untuk memecahkan pelajaran.
masalah-masalah nyata dalam 7. Threaded (Galur/Benang) merupakan
kehidupannya. pemaduan bentuk keterampilan sosial,
3. Aktif, pembelajaran terpadu berfikir, berbagai jenis kecerdasan dan
dikembangkan melalui pendekatan keterampilan belajar yang direntangkan
discovery-inquiry. Peserta didik terlibat melalui berbagai disiplin.
secara aktif dalam proses pembelajaran 8. Integrated (terpadu) merupakan
yang secara tidak langsung dapat pemaduan sejumlah topik yang berbeda
memotivasi anak untuk belajar. namun dengan esensi yang sama dalam
Terdapat 10 model Pembelajaran sebuah topik tertentu.
terpadu (Robyn Fogarty ,1991), yaitu: 9. Immersed (Terbenam) memadukan apa
1. Fragmented (Penggalan) merupakan yang dipelajari dengan cara memandang
perpaduan antar berbagai disiplin ilmu seluruh pengajaran melaluui perspektif
yang berbeda dan saling terpisah. bidang yang disukai (area of interest).
2. Connected (Keterhubungan) merupakan 10. Networked (Jejaring) merupakan
pembelajaran yang menghubungkan pemaduan topik yang dipelajari melalui
topik-topik dalam satu disiplin ilmu yang pemilihan jejaring dari pakar dan sumber
saling berhubungan satu dengan yang daya.
lainnya. Dari ke-10 model pembelajaran terpadu
3. Nested (Kumpulan) merupakan pemaduan tersebut, pengembangan model media
dari berbagai bentuk penguasaan konsep Cerdiktera memilih model Shared atau berbagi
keterampilan melalui sebuah kegiatan (BPMRP, 2014). Alasan pemilihan model
pembelajaran. tersebut adalah:
4. Sequence (Urutan atau Rangkaian) 1. Konsep-konsep dalam Kompetensi Dasar
merupakan model pemaduan topik-topik (KD) memiliki karakteristik yang
antar mata pelajaran yang berbeda secara berbeda-beda.
paralel. 2. Adanya sejumlah KD yang mengandung
5. Shared (terbagi) merupakan bentuk konsep saling beririsan atau tumpang
pemaduan pembelajaran akibat adanya tindih sehingga bila dibelajarkan secara
“overlapping” konsep atau ide pada dua terpisah-pisah menjadi tidak efisien.
mata pelajaran atau lebih.
Faiza Indriastuti-Media Cerdiktera
Tabel 4.4.
Rangkuman Alasan atas jawaban
PESERTA
ITEM PERNYATAAN PENDIDIK RERATA
DIDIK
Mendorong rasa ingin tahu 87.50 97.92 92.71
P1
siswa
Cerdiktera sesuai dengan 85.71 95.83 90.77
P2
harapan siswa
Cerdiktera menumbuhkan 91.07 97.92 94.49
P3
percaya diri
Siswa merasa puas, senang, 96.43 95.83 96.13
P4
memanfaatkan Cerdiktera
Siswa merasa mampu
menggunakan/ memainkan/ 80.36 91.67 86.01
P7
memanfaatkan dengan
sendiri
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut di atas yang disediakan bagi semua orang
bahwa baik peserta didik maupun pendidik termasuk penyandang cacat dan lansia guna
memiliki persepsi positif bahwa Cerdiktera mewujudkan kesamaan kesempatan dalam
sangat mampu membangkitkan motivasi segala aspek kehidupan dan penghidupan.
dalam belajar dengan skor rata-rata mulai Media harus dapat diakses oleh
dari 86,01 s.d 96,13). setiap pengguna dan pelanggan, termasuk
2. Aksesibilitas orang dengan disabilitas atau yang
Persyaratan media pendidikan tidak memiliki kekurangan fisik, dapat
sekedar media yang baik menurut berkomunikasi melintasi batas dan
mayoritas peserta didik, tetapi aksesibel menikmati hidup yang lebih baik. Produk,
untuk semua tanpa batas. Media yang baik konten dan layanannya harus
adalah: 1) sesuai dengan tujuan yang akan mencerminkan filosofi yang merengkuh
dicapai; 2) bekerja untuk mendukung perbedaan umat manusia. Media yang
subjek; 3) praktis, fleksibel, dan tahan; 4) aksesibel bagi pengguna dapat dipastikan
guru terampil menggunakan; 5) bahwa produk dan layanannya dapat
pengelompokan target dan; 6) kualitas digunakan oleh semua pelanggan, termasuk
teknis. mereka yang disabilitas, para manula dan
Media hendaknya memiliki yang memiliki kekurangan fisik.
persyaratan yang baik yang meliputi: 1) isi; Tabel 4.5.
2) tujuan; 3) appropriatness; 4) biaya; 5) Skor hasil evaluasi aksesibilitas dari
kualitas teknis; 6) Keadaan penggunaan; 7) Pendidik dan Peserta Didik
verifikasi pelajar; dan 8) validasi. (Arsyad ITEM Pendidik Peserta Didik
3. Pemahaman
100 Pemahaman adalah kemampuan
90
seseorang untuk mengerti atau memahami
80
70 sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
60
diingat. Dengan kata lain, memahami
50 P5
40 adalah mengetahui tentang sesuatu dan
30 P6
20
dapat melihatnya dari berbagai segi.
10 Seseorang peserta didik dikatakan
0
memahami sesuatu apabila ia dapat
Pendidik Peserta
didik memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu
Gambar 2.Tingkat aksesibilitas dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang
Memperhatikan perolehan skor rata- kemampuan berpikir yang setingkat lebih
rata kedua tabel dan diagram tersebut maka tinggi dari ingatan atau hafalan.
disimpulkan bahwa prototipa Cerdiktera Pemahaman merupakan level C2 dari ranah
memberikan aksesibilitas (89,21) atau kognitif dari Bloom.
sangat efektif. Adapun hasil penelitian menurut
Adapun alasan yang diungkapkan aspek pemahaman ini adalah sebagai
subjek adalah sebagai berikut: berikut:
Tabel: 4.6. Tabel 4.7:
Rangkuman alasan jawaban Skor hasil evaluasi pemahaman dari
Peserta
Item Pernyataan
Didik
Pendidik Rerata Pendidik dan Peserta Didik
Siswa Pendidik Peserta Didik
menyatakan ITEM
cerdiktera SKOR % SKOR %
P5 94.64 91.67 93.15
mudah, P8 47 97.92 55 98.21
nyaman, aman
digunakan
Cerdiktera
P6
berguna,
94.64 97.92 96.28
Kedua skor pemahaman seperti yang
membantu,
memudahkan ditunjukkan pada tabel 4.7 membuktikan
bahwa rata-rata skor pemahaman baik
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut di atas pendidik (97,92), dan peserta didik (98,21)
bahwa baik peserta didik maupun pendidik atau rata-rata 98.07.
memiliki persepsi positif bahwa Cerdiktera
amat aksesibel digunakan dalam belajar
dengan skor rata-rata mulai dari 93,15 s.d
98,28.
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015
Kedua skor karakter seperti yang dengan kata lain rata-ratanya mencapai
ditunjukkan pada tabel 4.8 membuktikan 86,13%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa rata-rata skor karakter baik pendidik bahwa prototipa Cerdiktera memberikan
(97,92), dan peserta didik (98,21) atau rata- motivasi 86,13% atau sangat efektif.
rata 98.07. Melalui hasil analisis data dan catatan
FGD, alasan penggunaan Cerdiktera
Hasil evaluasi karakter
diperoleh data bahwa pendidik maupun
98.3 peserta didik mempunyai persepsi
98.2
98.1 positif terhadap Cerdiktera yang mampu
98
97.9
membangkitkan motivasi peserta didik
Pendidik
97.8 dalam belajar.
97.7 Peserta Didik
2. Dari aspek aksesibilitas diperoleh nilai
rata-rata skor bagi pendidik dan peserta
didik sebesar 89,21%. Memperhatikan
perolehan skor rata-rata tersebut dapat
Gambar 4.Diagram efektifitas dinyatakan bahwa prototipa Cerdiktera
pendidikan karakter mempunyai aksesibilitas sebanyak
89,21% atau sangat tinggi.
Memperhatikan perolehan skor rata- 3. Dari aspek pemahaman, hasil analisis
rata kedua tabel dan diagram tersebut data menunjukkan perolehan skor rata-
disimpulkan bahwa prototipa Cerdiktera ratanya sebanyak 98,07%. Hal ini
memberikan pemahaman pada nilai-nilai memperlihatkan bahwa prototipa
karakter sebanyak 98,07% atau sangat Cerdiktera sangat efektif dalam
efektif. memberikan pemahaman materi sesuai
Berdasarkan hasil analisis data yang dengan tema.
diperoleh, dapat diambil kesimpulan 4. Dari aspek karakter, skor hasil evaluasi
tentang implementasi media audio pada aspek karakter menunjukkan rata-
Cerdiktera melalui 10 judul program, yaitu rata sebanyak 98,07%. Jumlah skor
(1) Semangat kebangsaan, (2) Kreatif, (3) tersebut memperlihatkan bahwa
Peduli sosial, (4) Cinta tanah air, (5) prototipa Cerdiktera sangat efektif
Toleransi, (6) Mandiri, (7) Disiplin, (8) digunakan sebagai media untuk
Peduli lingkungan, (9) Jujur dan (10) Rasa menanamkan pendidikan karakter.
Ingin Tahu, sebagai berikut:
1. Dari aspek motivasi peningkatan
SIMPULAN DAN SARAN
belajar, diperoleh nilai rata-rata skor A. Simpulan
motivasi bagi pendidik sebesar 90,38% Media pembelajaran yang dapat
dan peserta didik sebesar 81,43% atau digunakan dalam pembelajaran anak tunanetra
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015
salah satunya adalah media audio. Media aspek yaitu: motivasi, aksesibel, pemahaman
audio Cerita Pendidikan Berkarakter untuk materi dan muatan karakter.
Tunanetra atau Cerdiktera adalah merupakan B. Saran
salah satu media audio yang dikembangkan Penelitian tentang pemanfaatan
melalui prosedur pengembangan media Cerdiktera di 8 lokasi diharapkan menjadi
pembelajaran dengan merujuk pada konsep pioneer dalam pengembangan media
ADDIE. Cerdiktera dikembangkan sesuai pembelajaran dengan mata pelajaran yang
dengan kurikulum 2013 yang mengedepankan terintegrasi bersama dengan muatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan pendidikan berkarakter bagi tunanetra. Namun
beberapa mata pelajaran. Mata pelajaran yang demikian, pemanfaatan Cerdiktera sebagai
terintegrasi dalam Cerdiktera adalah IPA, PKn media pembelajaran harus dilakukan secara
dan Bahasa Indonesia. kontinyu sehingga muatan pendidikan karakter
Penilaian tentang efektifitas penggunaan tidak hanya sebatas memberikan pemahaman
media audio Cerdiktera ini melalui beberapa saja namun juga dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Chiarotto, Lorraine. 2011. Naturla Curiosity: Buliding Childre’s Understanding of The World trough
Environmental Inquiry/A Resource for Teachers. Canada: Maracle Press Ltd.
Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan. 2014. Model Media Audio Cerita Pendidikan
Berkarakter untuk Tunanetra (Cerdiktera). Yogyakarta: BPMRP Kemendikbud.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine. Illinois: IRI/Skylight Publishing Inc
.
Karli, Hilda dan Margaretha. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi 2. Bandung: Bina
Media Informasi.
Keller, John M & Thomas W. Kopp. 1987. An Application of The ARCS Model Motivational Design,
dalam Charles M. Reigeluth (ed), instructional Theories in Action, 289-319. Hillsdale, NJ:
Lawrence Erlbaum Associates.
Menteri Pekerjaan Umum. 2006. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor Nomor:
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Sari Rudiyanti. 2001. Pendidikan Anak Tunanetra. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta.