NDT Ii

CONTENTS
page
CHAPTER ONE 5
Introduction 5
Basic Principles 7
The Nature of Discontinuity 8
Surface Conditioning 9
History 10
Commercially Available Liquid Penetrant Materials 11
CHAPTER TWO 16
Introduction 16
Surface Preparation 16
Detergent Cleaning 17
Vapor Degreasing 17
Steam Cleaning 17
Solvent Cleaning 17
Rust and Scale Remover 18
Paint Removal 18
Etching 18
Ultrasonic Cleaning 18
Mechanical Cleaning 18
Stationary Penetrant Test Equipment 20
Portable Penetrant Test Equipment 21
Black Light Equipment 22
Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Page 1
Penetrant Material Combinations 23
Penetrant Testing Materials 24
Safety Precaution 26
CHAPTER THREE 30
Introduction 30
Cleaning 30
Penetrant Application 31
Penetration (Dwell) Time 33
Penetrant Testing Processes 35
Leak-through Technique 39
Filtered Particle Technique 39
Fixing and Recording Indications 40
CHAPTER FOUR 42
Introduction 42
Post-emulsifiable Penetrant (PE Penetrant) 42
Lipophilic Method 45
Hydrophilic Method 46
Developers Application 47
Dry Developers 47
Wet Developers 48
Guidelines to Choose Developer 50

Page 2
CHAPTER FIVE 52
Introduction 52
Inspection 52
Interpretation and Evaluation of Indications 52
Typical Indications in Penetrant Inspection 53
False Indications 53
Nonrelevant Indications 54
True Indications 54
Depth Determination of Penetrant Discontinuities 58
Post Cleaning 58
Quality Control of Penetrant Process Variables 58
Aluminum Test Block 58
Sensitivity Test 59
Meniscus Test 59
Ceramic Block Test 60
Water Content Test 60
Viscosity Test 60
Fluorescent Penetrant Fade Test 61
Water Washability Test 61
Developer Test 61
Portable Equipment 61
Lighting 62

Page 3
CHAPTER SIX 64
Introduction 64
Categories of Discontinuities 64
The Origins of Discontinuities 65
Casting Discontinuities 66
Processing Discontinuities 68
Working the Billet 68
Forging Discontinuities 70
Service Discontinuities 75
CHAPTER SEVEN 78
Introduction 78
Identification and Comparison of Discontinuities 78
Training and Certification 79
REFERENCES 82

Page 4
Chapter-1
CHAPTER ONE
INTRODUCTION PENDAHULUAN
Liquid penetrant testing is a nondestructive Pengujian cairan penetrant merupakan pengujian
means of locating surface discontinuities tanpa merusak untuk menemukan diskontinuitas
based on capillarity or capillary action. Capillary permukaan berdasarkan prinsip kapilaritas.
action is responsible for both penetrant entry and Kapilaritas bertanggung jawab terhadap masuk
exit from discontinuities. dan keluarnya cairan penetrant dari dan ke dalam
diskontinuitas.
In the liquid penetrant method, the liquid is Pada metoda cairan penetrant, cairan diaplikasikan
applied to the surface of the specimen and di atas permukaan spesimen dan diberikan waktu
sufficient time is allowed for penetration of yang cukup untuk menyusup ke dalam
surface discontinuities. If the discontinuity is diskontinuitas. Jika diskontinuitasnya kecil dan
small or narrow as in a crack or pinhole, sempit seperti pada retak atau lubang jarum,
capillary assist the penetration. kapilaritas membantu penetrasi.
After sufficient time has passed for the Setelah waktu mencukupi bagi penetrant untuk
penetrant to enter the discontinuity, the surface memasuki diskontinuitas, permukaan spesimen
of the part is cleaned. Capillary action is again kemudian dibersihkan. Gaya kapiler sekali lagi
employed to act as blotter to draw penetrant from bekerja sebagai penghisap yang menarik
the discontinuity. penetrant keluar dari dalam diskontinuitas.

Page 5
Chapter-1
Liquid penetrant inspection is a physical- Pemeriksaan penetrant merupakan proses fisika-

chemical process. Application and reaction of kimia. Aplikasi dan reaksi cairan penetrant (kimia)
the penetrant (chemical) is dependent upon the tergantung pada sifat artikel yang diuji dan
nature of the test article and the discontinuity it diskontinuitas yang terdapat padanya (fisika).
contains (physical).
The ability of penetrant to spread over a solid Kemampuan penetrant untuk menyebar di atas
surface is referred to as the wetting ability. The pemukaan benda padat disebut kemampu-
wetting ability and contact angle between solid- basahan (wetting ability). Wetting ability dan sudut
liquid are inversely proportional. The higher the kontak (contact angle) antara benda cair dan
wetting ability, the smaller the contact angle. padat adalah berbanding terbalik secara
The contact angle determines the wetting proporsional. Sudut kontak menentukan wetting
ability. ability.
Penetrating capability of a liquid penetrant is Kemampuan penyusupan cairan penetran
controlled by: dikendalikan oleh:
• Surface tension. • Tegangan permukaan.
• Contact angle. • Sudut kontak.

Page 6
Chapter-1
BASICPRINCIPLES PRINSIP-PRINSIPDASAR
To insure visibility, the liquid penetrant contains Agar dapat terlihat, cairan penetrant diberi pewarna
either a colored dye easily seen in white light, merah yang dapat dilihat dengan cahaya biasa
or a fluorescent dye visible under black atau pewarna fluorescent yang dapat dilihat
(ultraviolet) light. dengan cahaya ultraviolet.
A penetrant examination consists of the Pengujian penetrant terdiri dari tahapan-tahapan
following basic steps, regardless of the material berikut tanpa mempertimbangkan material yang
tested: diuji:
• Step 1: The test object or spot is • Langkah 1: Pembersihan dan pengeringan
thoroughly cleaned and benda atau lokasi yang
dried. diperiksa.
• Step 2: The penetrant is applied. • Langkah 2: Aplikasi penetrant. Dibiarkan
Dwell time is allowed to beberapa lama agar menyusup
penetrate discontinuities. ke dalam diskontinuitas.
• Step 3: The excess surface • Langkah 3: Pembersihan penetrant sisa
penetrant is removed. di permukaan.
• Step 4: Developer is applied • Langkah 4: Aplikasi developer
• Step 5: Indications are evaluated • Langkah 5: Evaluasi indikasi, diterima
and accepted or rejected. atau ditolak.
• Step 6: After the penetrant test, the • Langkah 6: Pembersihan benda atau lokasi
test object or spot is setelah selesai diuji.
postcleaned.

Page 7
Chapter-1
THENATUREOFDISCONTINUITY SIFATDISCONTINUITAS
Discontinuities that are subsurface in one stage Diskontinuitas yang terletak dibawah permukaan
of production could be open to the surface at pada satu tahapan produksi dapat terbuka ke
another stage, such as after grinding or permukaan pada tahapan lainnya seperti akibat
machining. penggerindaan dan permesinan.
Nonmetallic inclusions and porosity in the ingot Inklusi nonlogam dan porositas dalam ingot dapat
may cause stringers, seams, forging laps, cold menyebabkan stringers, seams, lipatan tempa,
shuts, and the like as the billet or slabs is cold shuts, dan sejenisnya saat billet atau slab
processed in the manner shown below. diproses dengan cara seperti di bawah ini.
Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power Page 8
Chapter-1
SURFACECONDITIONING PENGKONDISIANPERMUKAAN
Anything that could block the penetrant from Semua kotoran yang menghalangi penetrant untuk
entering the discontinuity must be removed. memasuki diskontinuitas harus dibersihkan.
A list of contaminants that must be removed Jenis kotoran yang harus dibersihkan meliputi
would include DIRT, GREASE, RUST, DEBU, GEMUK, KARAT, KERAK, ASAM,
SCALE, ACIDS, and even WATER. The bahkan AIR. Solvent yang digunakan untuk
cleaning solvent used must be volatile pembersih harus mudah menguap sehingga
(readily vaporized) so that it easily cepat keluar dari dalam dikontinuitas dan tidak
evaporates out of the discontinuity and does mengencerkan penetrant.
not dilute the penetrant.
Surface preparation by mechanical cleaning Pembersihan permukaan secara mekanis seperti
such as wire brushing, abrasive blasting, emery memakai sikat baja, abrasive blasting, kertas
cloths, and metal scraping are not generally gosok, dan alat sekrap umumnya tidak
recommended, but there are times when they direkomendasikan, namun ada kalanya cara-cara
must be used. tersebut harus digunakan.
When they are used, discontinuities that are open Apabila digunakan cara-cara di atas, diskontinuitas
to the surface may be closed as ilustrated below. yang membuka ke permukaan dapat tertutupi
seperti gambar di bawah ini.
Chapter-1
HISTORY SEJARAHPENGUJIANPENETRANT
Historically, penetrant inspection was called “oil Menurut sejarahnya, pemeriksaan penetrant
and whiting” method. The oil and whiting dulunya disebut metoda “minyak dan kapur”. Pada
method used in the railroad industry, i.e. awal tahun 1900an, metoda ini digunakan dalam
locomotive parts, etc. (axles, crank pins and industri perkeretaapian untuk memeriksa kompo-
couplers), in the early 1900s was the first nen lokomotip (batang torsi, batang penggerak,
recognized use of the principles of penetrants dan coupler, dll.), yang merupakan awal mula dike-
to detect cracks. nalnya prinsip penetrant untuk mendeteksi retak.
The oil and whiting method used dirty or dark- Metoda minyak dan kapur memakai minyak lumas
colored lubricating oil that was thinned with hitam yang diencerkan dengan minyak tanah,
kerosene followed by the application of a diikuti dengan aplikasi bubuk kapur di atasnya
whiting or chalk coating, which absorbed oil yang akan menyerap minyak dari dalam retak
from the cracks revealing their locations. sehingga dapat diketahui lokasinya.
By the 1940s, fluorescent or visible dye was Pada tahun 1940an, zat pewarna merah dan
added to the oil used to penetrate test objects. fluorescent dicampurkan ke dalam oli yang
digunakan untuk pemeriksaan.
Following is stages of oil and whiting method. Berikut adalah tahapan metoda pengujian minyak
dan kapur.
Experience showed that temperature and soak Pengalaman mengajarkan pentingnya mempertim-
time were important. bangkan suhu dan waktu celup.
This started the practice of written instructions Hal tersebut memicu diterapkannya penggunaan
to provide standard, uniform results. The use of instruksi tertulis agar hasil pengujian menjadi
written procedures has evolved, giving the standard dan seragam. Pemakaian prosedur
ability for design engineers and manufacturers tertulis diharapkan menjadikan pemeriksaan
to get the same high standard results from any penetrant akan memberikan hasil dengan standard
properly trained and certified liquid penetrant tinggi jika dikerjakan oleh teknisi yang terlatih.
testing technician.

Page 10
Chapter-1
COMMERCIALLYAVAILABLELIQUID M A T E R I A L C A I R A N P EN E T R A N T Y A N G
PENETRANTMATERIALS T E R S E D I A D I P A S AR AN
The liquid penetrants used in nondestructive Cairan penetrant yang dipakai di dalam NDT dapat
testing can be categorized by the type of dye dikagorikan berdasarkan jenis zat pewarna yang
they contain. ditambahkan.
1. Visible dye penetrants contain a colored 1. Visible dye penetrants mengandung zat
(usually red) dye. pewarna merah.
2. Fluorescent penetrants contain a 2. Fluorescent penetrants mengandung zat
fluorescent dye pewarna fluorescent (hijau-kuning).
3. Dual sensitivity penetrants contain a 3. Dual sensitivity penetrants, mengandung
combination of visible and fluorescent kombinasi kedua zat pewarna, visible dan
dyes. fluorescent.
Penetrants can be further categorized by the Penetrant dikelompokkan lebih lanjut berdasarkan
processes used to remove the excess proses pembersihan sisa penetrant dari permu-
penetrant from the specimen. kaan spesimen.
1. Water-washable penetrants, are either 1. Water-washable penetrants, mengandung
self-emulsifying or removable with plain zat pengemulsi atau dapat dibilas dengan
water. air.
2. Post-emulsifiable penetrants require a 2. Post-emulsifiable penetrants, memerlukan
separate emulsifier to make the penetrant pengemulsi terpisah untuk menjadikan
water washable. penetrant dapat dibilas dengan air.
3. Solvent-removable penetrants must be 3. Solvent removable penerants, harus
removed with a solvent which is typical dibersihkan dengan solvent khusus jika
when using visible dye in pressurized menggunakan penetrant visible dalam
spray cans. kaleng bertekanan.
The basic liquid penetrant classification system Sistem klasifikasi cairan penetrant dapat dilihat
is shown in Table 1.1. dalam Tabel 1.1.
Table 1.1. Basic liquid penetrant classification system.
11
Chapter-1
The flowchart below illustrates the processing Diagram alir berikut memperlihatkan urutan proses
sequence with visible and fluorescent dengan penetran visible dan fluorescent.
penetrants.
12
Chapter-1
Dual sensitivity penetrants would follow a Dual sensitivity penetrants mengikuti urutan proses
processing sequence similar to that shown yang diperlihatkan diagram alir di bawah ini.
below.
The selection of the best process depends Pemilihan proses terbaik ditentukan oleh:
upon:
1. Sensitivity required. 1. Sensitivitas yang disyaratkan.
2. Number of articles to be tested. 2. Jumlah artikel yang diuji.
3. Surface condition of part being 3. Kondisi permukaan komponen yang
inspected. diperiksa.
4. Configuration of test specimen. 4. Konfigurasi benda uji.
5. Availability of water, electricity, 5. Ketersediaan air, listrik, udara bertekanan,
compressed air, suitable testing area, lokasi pengujian yang sesuai, dll.
etc.

Page 13
13
Chapter-1
Penetrant testing is succesfully used on most Pengujian penetrant secara memuaskan dapat
any materials, including metallic and diplikasikan pada kebanyakan material, termasuk
nonmetallic objects. material logam dan nonlogam.
Metallic materials include aluminum, magne- Material logam termasuk aluminium, magnesium,
sium, titanium, cast iron, stainless steel, titanium, besi cor, stainless steel, produk serbuk
powdered metal products, copper, brass, and logam, paduan tembaga, kuningan, perunggu,
bronze, as well as most other common alloys. juga paduan-paduan lainnya.
Nonmetallic materials include ceramics, plastic, Material nonlogam termasuk keramik, plastik,
molded rubber, composites, and glass. karet, komposit, dan kaca.
Penetrant testing is limited by its inability to test Pengujian penetrant tidak dapat diaplikasikan
materials with discontinuities that are NOT untuk menemukan diskontinuitas yang TIDAK
OPEN to the surface or having extremely MEMBUKA ke permukaan dan permukaan material
porous surface. yang berpori.
List below indicates the penetrant systems, Daftar berikut menunjukkan tingkat sensitivitas
ranging from the most sensitive and expensive sistem penetrant, dari mulai yang paling senfitif
to the least one. dan paling mahal.
1. Post-emulsified – fluorescent. 1. Post-emulsified – fluorescent.
2. Solvent-removable – fluorescent. 2. Solvent-removable – fluorescent.
3. Water-washable – fluorescent. 3. Water-washable – fluorescent.
4. Post-emulsified – visible. 4. Post-emulsified – visible.
5. Solvent-removable – visible. 5. Solvent-removable – visible.
6. Water-washable – visible. 6. Water-washable – visible.

Page 14
14
Chapter-2
CHAPTER TWO
This chapter discusses the equipment and Bab ini mendiskusikan peralatan dan bahan yang
material required to perform the various diperlukan untuk melakukan pengujian penetrant
penetrant test and the required PRE and POST serta pembersihan material SEBELUM dan
test cleaning. SESUDAH pengujian.
SURFACEPREPARATION PENYIAPANPERMUKAAN
As discussed in Chapter 1, there are SIX basic Telah disampaikan dalam Bab 1 bahwa ada ENAM
steps required for a penetrant test. Surface langkah dasar pengujian penetrant. Penyiapan
preparation is entered on the flow diagram permukaan dimasukkan sebagai langkah pertama
below as step one. dalam diagram alir berikut.
Surface preparation, including proper cleaning Pembersihan permukaan sangat penting dalam
is essential to liquid penetrant testing for TWO pengujian cairan penetrant karena DUA alasan:
reasons:
1. If the specimen is not physically and 1. Jika spesimen tidak bersih secara fisika dan
chemically clean and dry, penetrant kimia, pengujian penetrant menjadi tidak
testing may be ineffective. efektip.
2. If all tracess of penetrant materials are 2. Jika semua bekas material penetrant tidak
not removed after the test, they may have dibersihkan setelah pengujian, maka akan
a harmful effect on the specimen after the merusak spesimen setelah benda tersebut
test object is placed in service (chlorine terpasang (klorin dan sulfur dapat merusak
and sulfur may affect some alloys). beberapa jenis paduan).
Selection of the cleaning process breaks down Pemilihan proses pembersihan ditentukan oleh
to the following basic factors. faktor berikut.
• Type of contaminant. • Jenis kotoran yang dibersihkan.
• Composition of the base material. • Komposisi logam induk.
• Degree of cleanliness required. • Tingkat kebersihan yang disyaratkan.
• Availability of cleaning equipment. • Ketersediaan peralatan pembersih.
• Cost and time factors. • Faktor-faktor biaya dan waktu.
Unless the cleaning methods and chemicals Jika kompatibilitas antara metoda pembersihan,
are known to be compatible with the penetrant, cairan pembersih dan penetrant tidak diketahui,
a final cleaning should be done with the solvent pembersihan akhir sebaiknya dilakukan dengan
recommended by the manufacturer. solvent yang direkomendasikan oleh pabrik
penetrant.

Page 15
15
Chapter-2
DETERGENT CLEANING PEMBERSIHAN DENGAN DETERJEN

Immersion tanks and detergent solution may Tangki perendam dan larutan deterjen dapat
be used as an effective method for removing dipakai sebagai metoda yang efektip untuk
surface soils, particularly when employed as a membersihkan kotoran permukaan, utamanya jika
hot tank process. memakai proses tangki panas.
However, since the solutions used may be Namun demikian mengingat larutan yang dipakai
either acidic or alkaline in nature, precautions dapat bersifat asam atau basa, harus diperhatikan
must be taken to ensure that the selected agar deterjen yang dipilih tidak mengakibatkan
detergent is noncorrosive to the article being korosi terhadap benda yang dibersihkan.
cleaned.
When thoroughly rinsed and dried, detergent Bila dibilas dengan bersih dan dikeringkan,
cleaning leaves a test surface that is physically pembersih deterjen menghasilkan permukaan
and chemically clean. yang bersih secara fisika dan kimia.
VAPOR DEGREASING PEMBERSIHAN DENGAN UAP SOLVENT
Vapor degreasing is effective in the removal of Uap solvent efektif untuk membersihkan minyak,
oil, grease, and similar organic contaminants. gemuk, dan kontaminan organik sejenisnya.
This method does not remove solid contami- Metoda ini tidak menghilangkan kontaminan padat
nants such as varnish, paint, scale, or oxide. seperti pernis, cat, kerak, dan oksida.
However, this method is considered as the Namun demikian, metoda ini dianggap sebagai
most effective means of precleaning a test cara yang paling efektip untuk membersihkan
item prior to a penetrant test benda sebelum diuji penetrant.
Safety and environmental concerns have Masalah keselamatan dan lingkungan telah
virtually eliminated vapor degreasing. The chlo- melarang penggunaan metoda ini. Chlorinated
rinated solvents employed (methyl chloroform), solvent yang dipakai (methyl chloroform), jika
if acidic, can be harmful to certain materials bersifat asam dapat merusak material seperti
such as nickel, stainless steel, and titanium. nickel, stainless steel, dan titanium.
STEAM CLEANING PEMBERSIHAN DENGAN UAP AIR
Steam cleaning is an excellent method of P embersihan dengan uap air merupakan cara
cleaning large articles, or portions of large yang unggul untuk membersihkan benda beruku-
articles that cannot be washed with detergents. ran besar yang tidak dapat dicuci dengan deterjen.
It removes inorganic soils as well as many Cara ini menghilangkan kotoran organik dan
organic contaminants, but it may not reach to inorganik, namun tidak dapat mencapai dasar
the bottom of deep discontinuities. A follow-up diskontinuitas yang dalam. Pencelupan ke dalam
solvent soak is often recommended. solvent setelahnya seringkali direkomendasikan.
SOLVENT CLEANING PEMBERSIHAN DENGAN SOLVENT
Solvent cleaning may use immersion tank, or Cara ini dilakukan dengan pencelupan,
the solvent may be sprayed, brushed, or wiped penyemprotan, penyikatan, atau pengusapan.
on and wiped off. Solvent cleaning is the process
Pembersihan dengan solvent merupakan proses
most commonly used for spot inspections. yang umum digunakan untuk pemeriksaan
Solvent cleaners should only be used to setempat.
remove organic contaminants, and are not Solvent pembersih hanya untuk menghilangkan
recommended for removing rust and scale, kotoran organik dan tidak diremomendasikan
welding flux or spatter. Typical solvents are untuk menghilangkan karat dan kerak, flux
kerosene, paint thinner, alcohol, benzol, and pengelasan, atau percikan las. Cairan solvent
trichloroethylene. contohnya minyak tanah, thinner cat, alkohol,
benzol, dan trichloroethylene.

Page 16
16
Chapter-2
RUST AND SURFACE SCALE REMOVER PENGHILANG KARAT DAN KERAK PERMUKAAN
Rust removers (descaling solutions, either Penghilang karat dan kerak (larutan penghilang
alkaline or acid), pickling solutions (acid), and kerak, basa atau asam), larutan pickling (asam),
sometimes wire brushing are used to remove dan kadang kala sikat baja digunakan untuk
rust and surface scale. Wire brushing is menghilangkan karat dan kerak permukaan.
accomplished with a minimum of pressure to Penyikatan dilakukan dengan tekanan rendah
avoid closing surface discontinuities or filing untuk mencegah penutupan atau pengisian
them with smeared metal. diskontinuitas permukaan oleh gram.
PAINT REMOVAL PENGHILANG CAT
Dissolving type hot tank paint strippers and bond Pengelupas cat dan pelepas ikatan memakai
release or solvent paint strippers may be used to tangki pelarut panas atau solvent pengelupas cat
remove paint in precleaning. dapat dipakai untuk menghilangkan cat saat
pembersihan awal.
ETCHING ETSA
Etching is normally required on soft metallic Etsa biasanya disyaratkan pada material logam
materials (such as aluminum and magnesium), lunak (seperti aluminium dan magnesium), material
materials that tend to smear (such as titanium), yang cenderung teroksidasi (seperti titanium), dan
and materials which have been mechanically material yang telah diproses secara mekanis
process-ed by machining, grinding, or similar melalui permesinan, penggerindaan atau sejenis-
procedure. Etching is accomplished with either nya. Etsa dilakukan dengan larutan asam atau
an acid or an alkaline solution to open up basa untuk membuka bekas gerinda dan
grinding burrs and remove metal from surface menghilangkan gram dari permukaan diskonti-
discontinuities. nuitas.
ULTRASONIC CLEANING PEMBERSIHAN ULTRASONIK
Ultrasonic cleaning equipment is useful in the Peralatan ultrasonik dipakai untuk membersihkan
cleaning of large quantities of small test benda berukuran kecil yang jumlahnya banyak.
objects. Ultrasonic cleaning is often combined Pembersihan ultrasonik seringkali memakai bak
with a solvent or detergent bath to improve berisi cairan solvent atau deterjen untuk mening-
cleaning efficiency and reduce cleaning time. katkan efisiensi pembersihan dan menghemat
waktu.
The method works best with water and deter- Campuran air dan deterjen merupakan yang
gent cleaning when contaminants to be terbaik untuk membersihkan kontaminan inorganik,
removed are inorganic, and with solvents when sementara cairan solvent untuk membersihkan
contaminants are organic. kontaminan organik.
MECHANICAL CLEANING PEMBERSIHAN SECARA MEKANIS
Cleaning processes that are not generally Proses pembersihan yang umumnya tidak direko-
recommended include abrasive blasting (shot, mendasikan adalah abrasive blasting (pelor, pasir,
sand, grit, or pressure), liquid honing, emery atau tekanan), cairan pengasah, ampelas, sikat
cloth, wire brushes, and metal scrapers, but baja dan penyekrapan. Namun ada kalanya cara-
there are times when they must be used. cara tersebut harus dilakukan.
These processes tend to close discontinuities Proses ini cenderung menutup diskontinuitas
by peening or cold working the surface of the dengan cara pemukulan atau pengerjaan dingin
specimen. pada permukaan spesimen.

Page 17
17
Chapter-2
When mechanical cleaning must be used, Saat pembersihan mekanis harus dilakukan,
closed discontinuities can be reopened with a diskontinuitas yang menutup dapat dibuka kembali
chemical etch that removes a very slight dengan pengetsaan yang akan menghilangkan
amount of material from the surface. lapisan tipis material dari permukaan.
Table 2.1. Mechanical cleaning processes.
Table 2.2. Chemical cleaning processes.

Page 18
18
Chapter-2
S T A T I O N A RY P E N E T RA N T T E S T E P E R A L A TA N P E N G U J I A N P E N E T R A N T S
Q UI P M EN T T A S I O N ER
Stationary equipment is that equipment which Peralatan stasioner maksudnya adalah peralatan
is normally located in one place. The equipment yang letaknya menetap di satu lokasi. Peralatan
varies in size and is largely dependent upon tersebut ukurannya bervariasi yang bergantung
the size and type of the test specimen. pada ukuran dan jenis spesimen uji.
Depending on the type and process used, a Tergantung pada jenis dan proses yang diguna-
stationary system could include the following: kan, sistem stasioner terdiri dari bagian-bagian:
1. Precleaning Station (usually remote from 1. Tempat pembersihan awal (jauh dari lokasi
penetrant test station) pengujian)
2. Penetrant Station (tank) 2. Tangki berisi cairan penetrant
3. Drain Station (used with penetrant tank) 3. Tempat pengering (digunakan bareng
dengan tangki penetrant)
4. Emulsifier Station (tank) 4. Tangki berisi cairan pengemulsi
5. Rinse Station (tank) 5. Tangki pembilasan
6. Developer Station (tank, dust chamber, 6. Lokasi developer (tangki, dust chamber, atau
or spray equipment) peralatan penyemprot)
7. Dryer Station (usually an oven type) 7. Tempat pengeringan (berupa oven)
8. Inspection Station (enclosed booth or 8. Tempat pemeriksaan (bilik tertutup atau meja
table with lighting facilities) dengan lampu penerangan)
9. Postcleaning Station (usually remote from 9 . Tempat pembersihan akhir (jauh dari lokasi
penetrant test station) pengujian)

Page 20
20
Chapter-2
P O R T A B L E P EN E T R AN T T E S T P E R A L A TA N P E N G U J I A N P E N E T R A N T P
E Q U I P M EN T O R T A B EL
Both visible and fluorescent dye penetrants are Baik penetrant visible maupun fluorescent tersedia
available in kits which can be used at a remote dalam bentuk paket yang dapat dipakai memeriksa
location, or when testing a small portion of a di lokasi terbuka, atau saat menguji bagian dari
large article. The liquids are usually supplied in benda berukuran besar. Keduanya dikemas dalam
pressurized (aerosol) spray cans. bentuk kaleng semprot bertekanan.
A visible dye kit usually consists of: Paket penetrant visible terdiri dari:
• Solvent cleaner or penetrant remover. • Kaleng berisi solvent pembersih.
• Visible dye penetrant. • Kaleng berisi penetrant.
• Nonaqueous wet developer. • Kaleng berisi nonaqueous wet developer.
• Wiping cloths and brush. • Kain lap dan kuas.
A fluorescent dye kit usually contains the Paket penetrant fluorescent biasanya terdiri dari:
following:
• Solvent cleaner or penetrant remover. • Kaleng berisi solvent pembersih.
• Fluorescent dye penetrant. • Kaleng berisi penetrant fluorescent.
• Nonaqueous wet developer. • Kaleng berisi nonaqueous wet developer
• Wiping cloths and brush. • Kain lap dan kuas.
• Portable black light and transformer. • Lampu ultraviolet dan trafonya.
• Hood to provide darkened area for • Tudung kain hitam untuk melakukan
viewing indications. pemeriksaan.
Chapter-2
BLACKLIGHTEQUIPMENT LAMPUULTRAVIOLET
Black light equipment is required in fluorescent Lampu ultraviolet diperlukan pada pengujian
penetrant testing since it supplies light of the penetrant fluorescent karena menghasilkan cahaya
correct wavelengths that fall between visible dengan panjang gelombang 365 nm (3650
and ultraviolet, i.e. 365 nm (3650 angstroms) angstroms) yang mengakibatkan material fluores-
to cause fluorescent materials to fluoresce. cent berpendar.
For correct test results, the lamp should Agar hasil pengujiannya akurat, lampu tersebut
produce an intensity of at least 1000 µW/cm2 harus menghasilkan intensitas cahaya minimum
(microwatts per square centi-meter) at the test 1000 µW/cm2 pada permukaan benda yang
surface. diperiksa.
Fluorescent penetrant dyes are usually in the Zat pewarna fluorescent memiliki panjang gelom-
range of 475 nm to 575 nm, which is in the visible bang antara 475 nm sampai 575 nm, dapat terlihat
spectrum of green to yellow. dengan spektrum warna hijau sampai kuning.
The deep red-purple filter is designed to pass Filter berwarna merah-keunguan dirancang hanya
only those wavelengths of light that will activate untuk dilalui cahaya dengan panjang gelombang
the fluorescent material. Provided that the filter tertentu yang akan mengaktifkan material fluores-
is not broken or cracked, there is no danger of cent. Asalkan filternya tidak pecah atau retak,
injury to the human eye. It is suggested that the lampu ultraviolet tidak membahayakan mata. Disa-
filter be checked prior to each use. rankan agar filter diperiksa tiap kali akan dipakai.
At least 5 minutes of warm up is required to reach Minimum 5 menit disyaratkan untuk pemanasan
the required arc temperature when using jika memakai lampu mercury. Setelah dinyalakan,
mercury arc lamp. Once turned on, the lamp is lampu tersebut sebaiknya dibiarkan menyala
usually left on during the entire test or work selama pemeriksaan berlangsung karena sering
period, since switching the lamp on and off mematinyalakan lampu akan memperpendek usia
shortens bulb life. If the black light is switched off, pakai. Jika dimatikan, lampu ultraviolet perlu waktu
it may take up to 10 minutes for the bulb to cool 10 menit untuk pendinginan yang cukup sebelum
sufficiently to reestablish an arc. bisa menyala lagi.

Page 22
22
Chapter-2
PENETRANTMATERIALCOMBINATIONS KOMBINASIMATERIALPENETRANT
Penetrant testing materials can be used in a Material untuk pengujian penetrant dapat dipakai
variety of combinations. Most materials are dalam berbagai kombinasi. Kebanyakan material
available in either pressurized spray cans or in tersedia dalam kaleng bertekanan atau cairan
bulk quantities. berkuantitas besar.
The flow chart below illustrates the different Diagram alir di bawah ini memperlihatkan kombi-
material combinations. However, care should nasi material penetrant yang berbeda. Namun
always be taken to assure that manufacturers demikian perlu diperhatikan agar selalu mengikuti
specifications or company procedures are spesifikasi pabrik pembuat atau prosedur
closely followed. perusahaan.
Among the combinations, DRY DEVELOPER Diantara kombinasi tersebut, DEVELOPER KERING
should not be used with VISIBLE DYE sebaiknya tidak dipakai dengan VISIBLE DYE
PENETRANT because of the poor contrast PENETRANT karena kontras yang jelek antara
provided by the thin coating of very fine lapisan tipis serbuk developer dengan cairan
powder. penetrant yang berwarna merah.
The most sensitive developer-penetrant Kombinasi developer-penetrant yang paling
combination: nonaqueous-fluorescent. sensitip: nonaqueous-fluorescent.
The least sensitive developer-penetrant combi- Kombinasi developer-penetrant yang paling tidak
nation: water suspended-visible. sensitip: water suspended-visible.

Page 23
23
Chapter-2
PENETRANTTESTINGMATERIALS MATERIALUNTUKPENGUJIANPENETRANT
Penetrant materials are often restricted to Material penetrant seringkali dibatasi dalam
specific groups. The established groups of kelompok-kelompok khusus. Kelompok material
penetrant materials will use the following in a tersebut menggunakan kombinasi di bawah ini untuk
variety of combinations to obtain the best memperoleh hasil terbaik.
results.
1. Water-washable penetrants – contain an 1. Water-washable penetrant – mengandung zat
emulsifying agent which makes them pengemulsi yang membuatnya mudah
easily removable by a water rinse or dibersihkan dengan bilasan air. Material
wash. This penetrant material can be penetrant ini dapat dibeli dalam bentuk
obtained with either a visible or visible atau fluorescent.
fluorescent dye.
2. Post-emulsifiable penetrants – are highly 2. Post-emulsifiable penetrant – memiliki
penetrating, oily visible or fluorescent kemampuan penetrasi yang bagus, berupa
penetrants which are not soluble in water. minyak fluorescent atau visible yang tidak
These penetrants must be treated with an larut dalam air. Emulsifier harus diaplikasikan
emulsifier before they can be removed by pada permukaan penetrant agar dapat
a water rinse or wash. dibilas dengan air.
3. Solvent-removable penetrants – are oily 3. Solvent-removable penetrant – berupa
penetrants that do not contain an minyak penetrant yang tidak mengandung
emulsifying agent and are removable zat pengemulsi, dan hanya bisa dibersihkan
only by solvents specifically designed for dengan solvent yang khusus digunakan
that purpose. untuk tujuan tersebut.
4. Emulsifier – when applied to a penetrant- 4. Zat Pengemulsi – jika diaplikasikan pada
coated specimen make the resultant lapisan penetrant di permukaan spesimen
mixture removable by water rinse or menghasilkan campuran yang dapat dibilas
wash. Emulsifiers have low penetrant dengan air. Emulsifier memiliki sifat penetrasi
characteristics and do not remove yang buruk sehingga tidak menghilangkan
indications from the specimen surface. indikasi dari permukaan benda uji.
5. Removers (solvent) – are designed to be 5. Remover (solvent) – didisain untuk
used in conjunction with specific digunakan bersama dengan jenis penetrant
penetrants. Typical removers are khusus. Remover tertentu dijual dalam
available in bulk or pressurizes spray jumlah besar atau dalam kaleng semprot
containers. bertekanan.
6. Dry developers – are a fluffy, absorbent 6. Developer kering – serbuk penyerap, halus,
white powder that is used in both berwarna putih yang dipakai bersama
fluorescent and visible dye penetrant dengan pengujian penetrant visible dan
tests. It functions to draw the penetrant fluorescent. Fungsinya adalah untuk menarik
inside discontinuities to the surface thus penetrant dari dalam diskontinuitas sehingga
making them visible. tampak di permukaan.
7. Wet developers – function similarly to dry 7. Developer basah – fungsinya mirip dengan
developers except that they are a mixture developer kering, hanya saja merupakan
of a developing powder and water. campuran serbuk developer dengan air.
8. Nonaqueous wet developers – differ from 8. Nonaqueous wet developer – berbeda
wet developers in that the developer dengan developer basah, dimana serbuk
powder is mixed with a rapid-drying liquid developer dicampur dengan cairan solvent
solvent. yang mudah menguap.

Page 24
24
Chapter-2
9. Liquid oxygen (LOX) compatible 9. Material yang kompatibel dengan oksigen
materials – must be used when articles cair (LOX) – harus digunakan saat benda
inspected are subjected to contact with yang diperiksa bersinggungan dengan
either liquid or gaseous oxygen. These oksigen cair atau gas oksigen. Material jenis ini
materials are specifically designed to be khusus didisain menjadi mulia saat terkena
inert when in the presence of LOX. oksigen cair.
During manufacture and testing of the Selama pembuatan dan pengujian artikel,
article, special care is taken not to perhatian khusus harus diberikan untuk tidak
contaminate the article with combustible mengotori artikel tersebut dengan material
materials. yang mudah terbakar.
By itself, liquid oxygen is nonexplosive, Berdasar sifatnya, oksigen cair tidak mudah
but whenever it comes in contact with a meledak, namun saat terkena kontak dengan
combustible material, a spontaneous material yang mudah terbakar, ledakan
explosive situation occur where the spontan dapat terjadi akibat adanya percikan
slightest spark could set off a violent api yang kecil saja.
reaction.
10. Low sulfur and low chlorine – When small 10. Kadar sulfur dan klorin yang rendah – Korosi
quantities of sulfur and chlorine are akan terjadi apabila sejumlah kecil sulfur dan
ionized and come into contact with klorine terionisasi dan bereaksi dengan
austenitic stainless steels, high nickel austenitic stainless steel, paduan nickel
alloys, cobalt alloys and titanium alloys, kadar tinggi, paduan cobalt, dan paduan
corrosion may result. titanium.
This corrosiveness is accelerated when Laju korosi akan dipercepat saat paduan
the alloys are used at elevated tempe- tersebut digunakan pada suhu tinggi
ratures and/or under residual stress dan/atau terkena tegangan sisa hingga
resulting in intergranular corrosion, terjadi korosi batas butir, penggetasan
hydrogen embrittlement and stress hidrogen, dan korosi tegangan.
corrosion.
Sulfur and chlorine are not essential to Sulfur dan klorin bukan merupakan unsur
penetrant systems but they do exist in penting dalam sistem penetrant, namun
trace amounts in the raw materials. mereka dalam jumlah kecil terdapat dalam
bahan baku penetrant.
Nuclear and boiler codes specify from Codes untuk nuklir dan boiler menyebutkan
0.5% to 1% by weight as the maximums. batas maksimum sebesar 0.5% hingga 1%
berat.

Page 25
25
Chapter-2
SAFETYPRECAUTION MASALAHKESELAMATANKERJA
In general, the materials used in penetrant Pada umumnya material yang dipakai dalam
inspection can be flammable and can cause pemeriksaan penetrant mudah terbakar dan dapat
skin irritations. menyebabkan iritasi kulit.
ULTRAVIOLET RADIATION – The ultraviolet RADIASI SINAR ULTRAVIOLET – spektrum sinar
spectrum of light rays generated from the ultraviolet yang dihasilkan oleh lampu mercury
mercury arc lamp can cause sunburn and dapat mengakibatkan kulit terbakar dan melukai
may be injurious to the eyes. However, if the mata. Namun demikian jika filter lampu
proper filter for fluorescent dye inspection is digunakan dengan benar, sinar yang merugikan
used, the harmful rays will be filtered out. dapat disaring.
Personnel who use ultraviolet lights to perform Personil yang menggunakan lampu ultraviolet
penetrant tests with fluorescent penetrant that untuk melakukan pengujian dengan penetrant
glows in the green-yellow range should berwarna hijau-kuning sebaiknya memakai kaca
consider wearing yellow glasses to block mata pelindung warna kuning untuk
ultraviolet light from their eyes. menghalangi masuknya cahaya ultraviolet ke
FIRE – many penetrant materials are dalam mata.
flammable. Occupational Safety and Health KEBAKARAN – kebanyakan material penetrant
Administration (OSHA) regulations requires mudah terbakar. Peraturan OSHA mensyaratkan
that penetrant materials used in open tanks bahwa material penetrant yang digunakan
have a flashpoint of greater than 93°C. The dalam tangki terbuka memiliki titik nyala lebih
higher the flashpoint of a material, the less dari 93°C. Makin tinggi titik nyala suatu material,
fire hazard it presents. makin rendah bahaya kebakaran yang
SKIN IRRITATION – skin irritation can be ditimbulkannya.
avoided by preventing unnecessary contact IRITASI KULIT – iritasi kulit dapat dihindari dengan
and by the use of gloves, aprons, and mencegah kontak yang tidak perlu dan
protective hand creams. dengan pemakaian sarung tangan, baju
AIR POLLUTION – the developing powders pelindung, dan krim p elindung tangan.
are considered nontoxic but excessive POLUSI UDARA – serbuk developer tidak
inhalation must be avoided. Exhaust fans beracun, namun menghirupnya secara
should be installed in any confined area where berlebihan harus dihindari. Kipas penghisap
dry developers or vapors from penetrants are udara sebaiknya dipasang pada daerah tertutup
present. dimana terdapat serbuk developer atau uap
PENETRANT MATERIAL DISPOSAL - penetrant.
Penetrant waste should be collected and PEMBUANGAN MATERIAL PENETRANT –
treated. This can be very expensive; the best Buangan penetrant harus dikumpulkan dan
way to reduce this cost is to control the diolah. Hal ini bisa sangat mahal; cara terbaik
amount of penetrant materials used. untuk menghemat biaya yaitu dengan mengen-
dalikan jumlah material penetrant yang dipakai.

Page 26
26
Chapter-2
Page 27
27
Chapter-2
Page 28
28
Chapter-3
CHAPTER THREE
This chapter discusses penetrant application. Bab ini mendiskusikan aplikasi penetrant. Seperti
As discussed in Chapter 2, surface cleaning is dibahas dalam Bab 2, pembersihan permukaan
the first step prior to the penetrant application. adalah tahap pertama sebelum aplikasi penetrant.
CLEANING PEMBERSIHAN
The effectiveness of liquid penetrant testing is Efektifitas pengujian cairan penetrant bergantung
based upon the ability of the penetrant to enter pada kemampuan penetrant untuk menyusup ke
surface discontinuities. All paint, carbon, oil, dalam cacat permukaan. Semua cat, karbon, oli,
varnish, oxide, plating, water, dirt, and similr pernis, oksida, lapisan, air, kotoran dan cat
coating must be removed before application of sejenisnya harus dihilangkan sebelum aplikasi
penetrant. penetrant.
Liquid penetrant placed on the surface of a Cairan penetrant di atas permukaan benda uji tidak
specimen does not merely seep into semata-mata meresap ke dalam diskontinuitas.
discontinuities. It is pulled into them by capillary Penetrant tertarik ke dalamnya oleh gaya kapiler.
action. This is the reason one can cover the Inilah mengapa permukaan bagian bawah dari
under surface of an item with a penetrant and suatu benda masih dapat diperiksa dengan
still have a valid test. penetrant dan memperoleh hasil yang valid.
The following are typical cleaning methods Berikut adalah metoda pembersihan permukaan
discussed earlier. seperti didiskusikan sebelumnya:
1. Detergent cleaning 1. Pembersihan dengan deterjen
2. Vapor degreasing 2. Pembersihan dengan uap solvent
3. Steam cleaning 3. Pembersihan dengan uap air
4. Solvent cleaning 4. Pembersihan dengan solvent
5. Rust and surface scale remover 5. Penghilang karat dan kerak permukaan
6. Paint removal 6. Penghilang cat
7. Etching 7. Etsa
8. Ultrasonic cleaning 8. Pembersihan ultrasonik
9. Mechanical cleaning 9. Pembersihan secara mekanis
30
Chapter-3
PENETRANTAPPLICATION APLIKASIPENETRANT
Since penetrant application is step two in the Aplikasi penetrant merupakan tahapan kedua
process, let’s add it to the flow diagram. dalam proses pemeriksaan.
Almost any liquid could be considered a Hampir semua cairan dapat dianggap sebagai
penetrant, but modern penetrants must have: penetrant, namun penetrant moderen harus
memiliki:
1. The ability to hold a dye material in 1. Kemampuan menahan zat pewarna dalam
suspension. suspensi.
2. The ability to spread the dye evenly over 2. Kemampuan menyebarkan pewarna secara
the surface. merata di atas permukaan benda.
3. The ability to carry the dye into any 3. Kemampuan membawa pewarna ke dalam
discontinuity open to the surface. diskontinuitas yang terbuka ke permukaan
4. The ability to bring up the dye as it is 4. Kemampuan membawa kembali pewarna ke
“coaxed” back to the surface. permukaan.
5. The ability, when desired, to be easily 5. Kemampuan, jika diinginkan, untuk dibersih-
removed. kan dengan mudah.
There are two types of dye used in modern Ada dua jenis zat pewarna yang digunakan dalam
penetrants: penetrant moderen:
1. Visible or color contrast – a brightly 1. Visible atau color contrast – pewarna merah
colored dye that is highly visible under yang tampak jelas di bawah kondisi
normal lighting conditions. pencahayaan normal.
2. Fluorescent or brightness contrast – an 2. Fluorescent or brightness contrast – pewarna
almost colorless dye which emits visible yang akan memancarkan cahaya tampak
ligh rays when viewed under black light. apabila dilihat dengan lampu ultraviolet.
A dye with dual sensitivity, or dual-mode, or dual- Pewarna dengan sensitivitas ganda atau mode
response contains a combination of visible ganda atau respon ganda mengandung kombinasi
and fluorescent dyes. pewarna visible dan fluorescent.
The visible color is generally a bright red and Pewarna visible umumnya merah menyala dan
the fluorescent color a bronze-orange or pewarna fluorescent berwarna kuning-perunggu
blue-green. atau biru-hijau.
The combination permits penetrant tests to be Kombinasi ini memungkinkan pengujian
made under visible light and question- able penetrant dilakukan di bawah cahaya biasa dan
indications to be resolved under black light; indikasi yang meragukan diperiksa di bawah
hence the term dual response. cahaya ultraviolet.
31
Chapter-3
Penetrants, either fluorescent or visible can be Penetrant, baik fluorescent maupun visible dapat
applied by any one of the following means: diaplikasikan dengan salah satu dari cara berikut:
1. Spraying – usually using a conventional 1. Penyemprotan – biasanya menggunakan alat
low pressure spray guns or from penyemprot bertekanan rendah atau dari
pressurized spray cans. kaleng semprot bertekanan.
2. Brushing or swabbing – usually applied 2. Kuas atau kain – bisasanya diaplikasikan
with rags, cotton waste, or brushes, when dengan kain lap, kapas, atau kuas, apabila
testing a small, specific area of the menguji sebagian kecil/lokasi dari suatu
specimen. benda.
3. Dipping or immersion – the article is 3. Pencelupan – benda uji dibenamkan ke
generally lowered into a tank of dalam tangki penetrant, lalu diangkat dan
penetrant, then raised and allowed to ditiriskan. Metoda ini tidak cocok untuk
drain. This method is impractical when benda berukuran besar dan merupakan
dealing with large articles, and is wasteful pemborosan apabila hanya daerah kecil saja
when only small areas of a large yang diuji.
specimen are to be tested.
4. Flowing or drain-dwell – the penetrant is 4. Penuangan – penetrant dituangkan di atas
simply poured over the surface and permukaan benda dan setelah itu ditiriskan.
allowing it to drain.
The terminology used in penetrant application Istilah yang digunakan dalam aplikasi penetrant
is listed in Table 3.1. dapat dilihat dalam Table 3.1.
Table 3.1. Liquid penetrant application terminology.
32
Chapter-3
PENETRATION(DWELL)TIME WAKTUPENETRASI(WAKTUDIAM)
The period of time during which the penetrant Jangka waktu dimana penetrant berada di atas
is permitted to remain on the specimen is a permukaan benda uji merupakan bagian
vital part of the test. This time, known as dwell terpenting dari pengujian. Jangka waktu ini dikenal
time, is directly related to the size and shape of sebagai waktu diam, yang berhubungan langsung
the discontinuities anticipated since the dengan ukuran dan bentuk diskontinuitas yang dicari
dimensions of the discontinuities determine the mengingat ukuran diskontinuitas menentukan
rapidity with which penetration occurs. kecepatan terjadinya penetrasi.
Tight, crack-like discontinuities may require in Diskontinuitas yang rapat, seperti retakan
excess of 30 minutes for penetration to an memerlukan waktu penetrasi lebih dari 30 menit
extent that an adequate indication can be untuk terbentuknya indikasi. Diskontinuitas
expected. Gross discontinuities may be berukuran besar memerlukan waktu penetrasi
suitably penetrated in 3 to 5 minutes. antara 3 sampai 5 menit.
The temperature of the specimen and Suhu benda uji dan suhu cairan penetrant dapat
temperature of the penetrant can affect the mempengaruhi waktu diam yang disyaratkan.
required dwell time.
Warming the specimen accelerates Menghangatkan benda uji mempercepat
penetration and shortens dwell time. penetrasi dan mempersingkat waktu diam.
However, care should be taken not to Namun demikian perlu diperhatikan agar tidak
overheat the specimen since too much heat berlebihan menghangatkan spesimen karena
may cause evaporation of the penetrant suhu yang terlalu tinggi menyebabkan
from the discontinuity, and thereby reduce penguapan penetrant dari dalam diskontinuitas,
sensitivity. yang akhirnya akan mengurangi sensitivitas.
Dwell times are based on the assumption Waktu diam didasarkan pada asumsi bahwa
that the penetrant will remain wet on the part penetrant tetap dalam kondisi basah pada
surface. Additional penetrant may be permukaan benda. Penambahan penetrant
applied during dwell time. selama waktu diam diperbolehkan.
In each instance, dwell time is determined by Pada tiap kasus, waktu diam ditentukan oleh jenis
the anticipated discontinuities and the diskontinuitas yang hendak dicari dan
penetrant manufacturer’s recommendations. rekomendasi dari pabrik pembuat penetrant.
Typical minimum penetration times are shown Waktu penetrasi minimum untuk kasus tertentu
in Table 3.2. diperlihatkan dalam Tabel 3.2.
33
Chapter-3
Table 3.2. Typical minimum penetration time.
34
Chapter-3
PENETRANTTESTINGPROCESSES PROSESPENGUJIANPENETRANT
We previously mentioned the two types of Telah disebutkan sebelumnya ada dua jenis
penetrants: visible and fluorescent. For both penetrant: visible dan fluorescent. Kedua jenis
categories, there is a further breakdown. penetrant tersebut dapat dirinci menjadi:
1. Water-washable (visible or fluorescent). 1. Water-washable (visible atau fluorescent).
2. Post-emulsifiable (visible or fluorescent). 2. Post-emulsifiable (visible atau fluorescent).
3. Solvent-removable (visible or fluorescent). 3. Solvent-removable (visible atau fluorescent).
Water-washable Penetrants (WW Penetrants) Water-washable Penetrants (WW Penetrants)
WW penetrants have a built-in emulsifier, or WW penetrant mengandung zat pengemulsi, atau
what-so-called “self-emulsifying” penetrants. dinamakan penetrant “self-emulsifying”. Penetrant
The penetrant is soluble in water and is easily ini larut dalam air dan mudah dibersihkan dengan
removed by a water rinse. bilasan air.
Care must be taken to insure that the spray Harus diperhatikan agar volume dan kekuatan
volume and force does not wash penetrant out of semprot tidak sampai membasuh penetrant dari
the discontinuity. A solid stream of water is not dalam diskontinuitas. Aliran air yang pejal tidak
desirable. A coarse droplet size provides optimal diinginkan. Air dalam bentuk percikan kasar
removal. Water pressure should not exceed 40 menghasilkan pembersihan yang optimal. Tekanan
psi. air tidak boleh melebihi 40 psi.
The recommended temperature range for water Suhu air pembilas yang direkomendasikan sebesar
rinse is 10oC - 38oC. Water temperatures above 10oC – 38oC. Suhu air melebihi 38oC tidak direko-
38oC are not recommended because this may mendasikan karena dapat mempercepat pengua-
speed up the evaporation of the penetrant. pan penetrant.
At angles of 80-90 degree, the spray droplets Pada sudut 80-90 derajat, titik-titik air akan memantul
will rebound into oncoming spray, which diverts kembali dan menabrak titik air yang datang sehingga
the droplets and reduce velocity. Generally, an mengurangi kecepatan. Sudut semprot yang paling
angle of 45-75 degree is most effective. efektif adalah 45-75 derajat.
The sketch below represents the steps in a water- Gambar di bawah memperlihatkan langkah-
washable penetrant test. langkah pengujian water-washable penetrant.
35
Chapter-3
Water-washable penetrants are usually Water-washable penetrant biasanya digunakan
preferred for use on articles with a rough untuk memeriksa benda yang permukaannya kasar
surface or if they contain threads or keyways. atau benda yang ada ulir atau alurnya.
The built-in emulsifier provides the best Emulsifier yang ada di dalamnya mengakibatkan
penetrant removal from blind holes and other penetrant mudah dihilangkan dari lubang buntu
hard-to-reach locations, but has the dan lokasi yang sulit dijangkau, namun memiliki
disadvantage of poor reliability in detecting kelemahan dalam mendeteksi diskontinuitas yang
wide or shallow discontinuities. lebar dan dangkal.
Post-emulsifiable Penetrants (PE Penetrants) Post-emulsifiable Penetrants (PE Penetrants)

The penetrants employed in the PE process Penetrant yang dipakai pada proses PE tidak
DO NOT contain an emulsifying agent. The mengandung zat pengemulsi. Penetrant ini tidak
penetrant is NOT soluble in water. larut dalam air.
PE penetrants require a two-step removal PE penetrant memerlukan dua langkah proses
process. Excess penetrant is removed by pembersihan. Sisa penetrant dibersihkan dengan
applying a separate emulsifier to make the aplikasi emulsifier secara terpisah sehingga
penetrant water-washable. The emulsifier is penetrant dapat dibilas dengan air. Emulsifier
usually applied by dipping/immersion, biasanya diaplikasikan dengan pencelupan,
spraying, or flowing. The amount of dwell time penyemprotan, atau penuangan. Lamanya waktu
in the emulsifier is in the range of one to four diam untuk emulsifier adalah satu sampai empat
minutes in accordance with manufacturer menit mengacu pada rekomendasi pabrik
recommendations and the type of defects pembuat dan jenis cacat yang dicari.
expected.
The resultant penetrant-emulsifier mixture is Hasil campuran antara penetrant dan emulsifier
removed by water rinse. selanjutnya dapat dibilas dengan air.
Solvent-removable Penetrants (SR Penetrants) Solvent-removable Penetrants (SR Penetrants)
The solvent removable method employs post- Metoda solvent removable menggunakan
emulsification-type penetrant. But instead of penetrant jenis post-emulsification. Solvent
using an emulsifier and water wash, excess digunakan untuk menghilangkan pentrant sisa
penetrant is removed by a solvent. yang ada di permukaan benda.
SR penetrants have the advantage of portability SR penetrant menguntungkan dari segi portabilitas
and can be used outdoors without using heavy dan dapat digunakan di luar tanpa menggunakan
complex equipment. peralatan yang berat dan rumit.
They are excellent for many maintenance Cara ini sangat memuaskan untuk pemeriksaan
inspection and for checking portions of larger pemeliharaan dan untuk memeriksa bagian dari
structure. suatu struktur yang besar.
36
Chapter-3
Penetrant is often applied from a pressurized Penetrant seringkali diaplikasikan dari kaleng
spray can which makes the system very portable. semprot bertekanan yang membuat sistem ini
sangat portabel.
After the specified dwell time, the excess
penetrant is first removed by wiping with Setelah waktu diam terpenuhi, penetrant sisa pada
absorbent towels and then cleaned with towels mulanya diseka dengan lap penyerap dan
dampened with solvent. kemudian dibersihkan dengan lap yang dibasahi
dengan solvent.
Solvent is NEVER applied directly to the
specimen as it might wash out or dilute the JANGAN PERNAH menyemprotkan solvent secara
penetrant in the discontinuity. langsung ke permukaan benda karena akan
melenyapkan penetrant dari dalam diskontinuitas.
Table 3.3 lists the preferred processes for various
penetrant test problems. Tabel 3.3 memperlihatkan macam-macam proses
pengujian penetrant dan kegunaannya.
Table 3.3. Process selection guide.
37
Chapter-3
1. Water-washable
2. Post-emulsifiable
3. Solvent-removable
38
Chapter-3
LEAK-THROUGHTECHNIQUE TEKNIKPEREMBESANBOCORAN
The leak-through technique is well suited for Teknik perembesan bocoran sangat sesuai untuk
finding leaks in such articles as tanks, piping, mendeteksi kebocoran pada tangki, pipa, tube,
tubing and hollow castings. There is no dan cor-coran berongga. Tidak ada informasi lain
knowledge concerning other quality characte- yang diperoleh mengenai karakteristik kualitas
ristics of the specimen is obtained. benda.
The sketch below illustrates the liquid penetrant Gambar di bawah memperlihatkan pengujian
leak-through test as used on a large plate kebocoran dengan penetrant untuk memeriksa
section. bagian dari suatu pelat.
FILTEREDPARTICLETECHNIQUE TEKNIKPARTIKELTERSARING
Filtered particle testing uses small particles Teknik ini menggunakan partikel berukuran kecil
suspended in the penetrant liquid. In most yang tersuspensi dalam cairan penetrant. Partikel
instances these particles are fluorescent. yang dipakai biasanya fluorescent.
The size of the suspended particles varies and Ukuran partikel yang tersuspensi bervariasi,
depends upon the porous nature of the tergantung pada kondisi pori-pori permukaan
inspection surface. benda yang diperiksa.
When testing a porous surface with filtered Saat menguji permukaan berpori dengan cara ini,
particles, all of the liquid penetrant will be semua cairan penetrant akan diserap. Tidak ada
absorbed. There will be no “excess” requiring langkah pembersihan penetrant sisa pada teknik
removal. Where a discontinuity (such as a ini. Pada tempat dimana terdapat diskontinuitas
crack) is present, the increased area created (seperti retak), penambahan luasan akibat retak
by a crack (its walls, etc.) will cause more of the (dinding retak, dll.) akan mengakibatkan penetrant
penetrant to be absorbed there than elsewhere. lebih banyak terserap di daerah tersebut.
The crack will “filter” the penetrant, leaving the Retak akan “menyaring” penetrant, meninggalkan
fluorescent particles on the surface. Since more jejak partikel fluorescent pada permukaan. Karena
penetrant will be absorbed there, a greater lebih banyak penetrant terserap di sana,
buildup of particles will be found at the site of pengumpulan partikel lebih banyak terjadi di
the crack. This particel buildup provides an daerah retak. Pengumpulan partikel ini menun-
indication of discontinuities open to the jukkan adanya diskontinuitas yang membuka ke
surface. permukaan.
Chapter-3
FIXINGANDRECORDINGINDICATIONS PEMELIHARAANDANPEREKAMANINDIKASI
Fixing and recording indications can be carried Pemeliharaan dan perekaman indikasi dapat
out by: dilakukan dengan:
1. Photographs – digital photography 1. Fotografi – foto digital merupakan cara
provide excellent permanent records. In terbaik untuk merekam indikasi. Disamping
addition to photographs, video cassette itu video kaset dan kamera CCTV juga dapat
recorders (VCRs) and closed-circuit digunakan untuk merekam indikasi.
television cameras (CCTVs) are used to
record indications.
2. Special wax and plastic film developers 2. Lilin khusus dan lapisan plastik developers
have been developed to absorb and fix dikembangkan untuk menyerap dan
the penetrant indication to form a mengawetkan indikasi penetrant dan
permanent record. membentuk rekaman permanen.
a. Strippable lacquers are sprayed in a. Lapisan lak disemprotkan beberapa lapis
several coats over the indication and di atas indikasi, dan setelah kering dapat
when dry can be “lifted” to provide a dikelupas untuk menghasilkan rekaman
permanent record. permanen.
b. Special “fixers” are sprayed over the b. Fixer khusus disemprotkan di atas indikasi
indication and when dry are lifted with dan setelah kering diangkat dengan pita
transparent tape. transparan (isolasi).

Page 40
40
Chapter-4
CHAPTER FOUR
This chapter discusses emulsification, Bab ini mendiskusikan proses emulsifikasi,
penetrant removal, and developer application. pembersihan penetrant, dan aplikasi developer.
POSTEMULSIFIABLEPENETRANT(PE POSTEMULSIFIABLEPENETRANT(PE
PENETRANT) PENETRANT)
This type of penetrant emulsification is Emulsifikasi penetrant jenis ini dilakukan dengan
accomplished by dipping, spraying, or flowing, pencelupan, penyemprotan atau penuangan,
but NEVER by brushing. Brushing makes namun TIDAK BOLEH diaplikasikan dengan kuas.
emulsification more difficult to control, besides Aplikasi dengan kuas menyulitkan pengontrolan
the bristle of the brush may enter the emulsifikasi, disamping bulu-bulu kuas bisa masuk
discontinuity. ke dalam diskontinuitas.

Page 41
41
Chapter-4
The skecth below represents the steps in a Gambar berikut menunjukkan langkah-langkah
post-emulsifiable penetrant test. pengujian post-emulsifiable penetrant.

Page 43

The length of time the emulsifier is left to dwell Jangka waktu emulsifier dibiarkan di atas
before commencing the penetrant removal permukaan benda sebelum dilakukan pembersi-
cycle is determined by the emulsifier used and han penetrant ditentukan oleh jenis emulsifier dan
the type of discontinuities suspected. diskontinuitas yang dicari.
If too short an emulsification time is used, not Jika waktu emulsifikasi terlalu singkat, tidak semua
all penetrant will be removed, which will cloud penetrant akan tersapu, yang nantinya akan
over discontinuities. menghalangi munculnya diskontinuitas.
If too long a time is used, penetrant within the Jika waktu emulsifikasi terlalu panjang, penetrant di
discontinuities will also become water soluble dalam diskontinuitas akan bereaksi dengan
and be washed away with excess penetrant. emulsifier dan akan tersapu oleh air.
The PE penetrant makes the water wash less PE penetrant membuat pembilasan dengan air
critical. menjadi tidak terlalu kritis.
The sketches below compare the effects of Gambar di bawah ini membandingkan antara
water-washable and post emulsification pemakaian WW dan PE penetrants.
penetrants.

Page 44
44
There are two types of emulsifiers used in the Terdapat dua jenis emulsifier yang digunakan
removal process — LIPOPHILIC (Method B) dalam proses pembersihan – LIPOPHILIC (Metoda
and HYDROPHILIC (Method D). B) dan HYDROPHILIC (Metoda D).
Lipophilic and hydrophilic processes have Proses lipophylic dan hydrophilic memiliki
completely different mechanisms in converting mekanisme yang sangat berbeda dalam merubah
the oil based penetrant into a mixture that can penetrant berbahan dasar minyak menjadi
be washed. campuran yang bisa dibilas dengan air.
LIPOPHILIC METHOD METODA LIPOPHILIC
Lipophilic emulsifier is applied by immersion to Emulsifier lipophilic diaplikasikan dengan cara
prevent mechanically mixing emulsifier into the pencelupan untuk mencegah bercampurnya emul-
penetrant. In some automatic installations, the sifier dengan penetrant. Pada instalasi otomatis,
emulsifier is applied as a fog or mist. emulsifier diaplikasikan secara pengkabutan.
The mechanism of lipophilic emulsification is by Mekanisme emulsifikasi lipophilic adalah dengan
DIFFUSION. Molecules of emulsifier enter into cara DIFUSI. Molekul emulsifier memasuki lapisan
the penetrant layer while at the same time penetrant, sementara pada saat yang bersamaan
molecules of penetrant enter the emulsifier molekul penetrant memasuki lapisan emulsifier.
layer. The rate of diffusion increases with Laju difusi akan bertambah dengan peningkatan
increased concentration and higher konsentrasi dan penambahan suhu.
temperatures.
The three properties of lipophilic emulsifiers Tiga sifat emulsifier lipophilic yang mengontrol
that control the washing characteristics are karakteristik pembilasan adalah aktivitas,
activity, viscosity and water tolerance. kekentalan, dan toleransi terhadap air.
If a penetrant is highly resistant to water, an Jika suatu penetrant memiliki ketahanan tinggi
emulsifier with a high activity is needed. High terhadap air, maka diperlukan emulsifier dengan
viscosity emulsifiers diffuse more slowly than aktivitas yang tinggi. Emulsifier dengan kekentalan
low viscosity emulsifiers. Lipophilic emulsifier tinggi berdifusi lebih lambat ketimbang emulsifier
should tolerate 5% water by weight without yang encer. Lipophilic emulsifier harus mampu
gelling, separating or coagulating and still be menoleransi 5% air tanpa mengalami penggum-
capable of passing the penetrant removability palan atau pembekuan dan mampu lulus uji
test. pember-sihan penetrant.
Method B emulsifiers are supplied in the ready- Emulsifier metoda B dijual dalam bentuk siap pakai
to-use form and do not require further mixing. dan tidak memerlukan pencampuran lagi.

Page 45
45
HYDROPHILIC METHOD METODA HYDROPHILIC
Hydrophilic emulsifier is a water based solution Emulsifier hydrophilic adalah larutan antara air dan
and is a mixture of chemicals called zat kimia yang disebut surfactant. Dijual di pasaran
surfactants. They are supplied as a concentrate dalam bentuk konsentrat dan harus dicampur dulu
and are mixed with water either before or dengan air sebelum atau selama proses
during the removal process. The concentrate is pembersihan. Konsentrat disyaratkan mengan-
required to contain a maximum of 5% water. dung air maksimum sebesar 5%.
Hydrophilic emulsifier works based on the Emulsifier hydrophilic bekerja berdasar pada
principle to peel the penetrant away or by prinsip pengelupasan lapisan penetrant, atau
dissolving droplets so they do not redeposit on dengan melarutkan penetrant sehingga tidak
the surface. terdeposit kembali ke permukaan.
Because post-emulsifiable penetrant is Karena post-emulsifiable penetrant tidak
incompatible with water, prerinsing before kompatibel dengan air, direkomendasikan untuk
application of emulsifier is recommended. melakukan pembilasan awal sebelum aplikasi
Prerinsing removes 60-80% of the surface layer emulsifier. Pembilasan awal menghilangkan 60-
of penetrant, which greatly reduces 80% lapisan penetrant di permukaan, sehingga
contamination of the emulsifier. It also provides banyak mengurangi terjadinya kontaminasi pada
an even layer of surface penetrant. emulsifier. Pembilasan awal juga menghasilkan
lapisan penetrant permukaan yang rata.
Hydrophilic emulsifier is applied either by Emulsifier hydrophilic diaplikasikan dengan cara
immersion or spraying. pencelupan atau penyemprotan.
Immediately following the emulsification, a Segera setelah proses emulsifikasi, disyaratkan
fresh water rinse of the entire part is required. untuk membilas seluruh bagian benda uji dengan
This stops the action of any emulsifier air bersih. Langkah ini akan menghentikan aksi
remaining on the part. emulsifikasi yang masih tersisa di permukaan
benda.

Page 46
46
Chapter-4
DEVELOPERSAPPLICATION APLIKASIDEVELOPER
Some indications may be visible prior to the Beberapa indikasi bisa saja nampak sebelum
application of a developer, but this step will developer diaplikasikan, namun langkah ini akan
ensure that ALL discontinuities are visible to the memastikan bahwa SEMUA diskontinuitas akan
naked eye. tampak oleh mata telanjang.
Developing is accomplished when a highly Proses developing dilakukan dengan mengapli-

absorbent powder is applied to the item being kasikan serbuk berdaya serap tinggi ke permukaan
tested after excess penetrant is removed. benda uji setelah sisa penetrant dibersihkan.
The penetrant is actually drawn out of the Penetrant akan tertarik keluar dari diskontinuitas
discontinuity by the strong capillary action of akibat gaya kapiler yang kuat dari serbuk
the developer. developer.
As shown above, the image of the discontinuity Seperti diperlihatkan dalam gambar di atas, citra
in the developer will actually be larger than the diskontinuitas pada developer tampak lebih luas
actual size of the discontinuity. ketimbang ukuran diskontinuitas sebenarnya.
There are two common types of developers in Ada dua jenis developer yang dipakai saat ini –
use today – dry and wet. Both use a white kering dan basah. Keduanya memakai serbuk
powder and the primary difference is in the putih dan perbedaan utamanya terletak pada
method of application. metoda aplikasinya.
DRY DEVELOPERS DEVELOPER KERING
Dry developer is supplied as a fine-grained Developer kering dijual dalam bentuk butiran halus,
fluffy white powder. serbuk putih lembut.
Methods of application include the use of low Aplikasi dilakukan dengan dengan alat penyemprot
air pressure, such as that from a rubber bertekanan rendah. Kadangkala dipakai juga kuas
squeeze bulb or a spray gun. A soft brush may halus; atau karena bentuknya yang sangat halus,
sometimes be used; or, since the developer is benda uji dapat dibenamkan ke dalam bak
a very fine powder, articles may be simply dipped developer, diangkat, dan sisa developer di
in the developer, raised, and the excess permukaan dihilangkan dengan cara meniup,
powder removed by gently blowing, shaking, or menggoyang-goyang, atau mengetuk-ketuk benda
tapping the article. uji.

Page 47
47
It is very necessary to have a dry surface prior Permukaan benda uji harus benar-benar kering
to application of a dry powder. sebelum serbuk developer diaplikasikan.
A wet surface would result in an uneven layer of Permukaan yang basah menghasilkan lapisan
powder or, even worse, too thick a powder yang tidak merata, bahkan bisa terjadi penggum-
buildup. Discontinuity indications would be palan serbuk. Indikasi diskontinuitas akan terhalangi.
obscured.
Developer kering biasanya dipakai bersama
Dry developer is usually used with fluorescent dengan penetrant fluorescent.
penetrant.
DEVELOPER BASAH
WET DEVELOPERS
Non-aqueous wet developer terikat dalam suatu
Non-aqueous wet developer is held in suspensi solvent dan dikemas dalam kaleng
suspension in a solvent base and is usually semprot bertekanan. Penguapan solvent
supplied in pressurized cans. Evaporation of membantu menarik penetrant dari dalam
the solvent carrier helps draw penetrant from diskontinuitas.
discontinuities.
Nonaqueous wet developer paling sering diguna-
Nonaqueous wet developer is most often kan bersama solvent-removable penetrant dan
employed with solvent-removable penetrants jarang dipakai bersama water-washable atau post-
and less often with water-washable or post- emulsifiable penetrants.
emulsifiable penetrants.
Nonaqueous wet merupakan jenis developer yang
The nonaqueous wet developer is THE MOST PALING SENSITIP dalam mendeteksi diskonti-
SENSITIVE of all the developers in detecting nuitas halus.
fine discontinuities.
Hasil terbaik diperoleh apabila developer diaplika-
The best results are obtained when developer sikan dalam bentuk lapisan tipis dan rata.
is applied as a thin and even film.
Seperti halnya developer kering, nonaquous
Like dry developer, nonaqueous developer is developer HANYA diaplikasikan pada permukaan
applied ONLY to dry test surfaces. yang benar-benar kering.

Page 48
48
Water-base wet developer Water-base wet developer
In water-base wet developer, the powder is Pada water-base wet developer, serbuk developer
mixed with water. dicampur dengan air.
The developer comprises of two types: water- Developer ini terdiri dari dua jenis: water- suspended
suspended and water-soluble developers. dan water-soluble developers.
1. In water-suspended developer, the 1. Pada water-suspended developer, partikel
developer particles are held in suspen- serbuk developer terikat dalam suspensi
sion in water and require continuous dengan air dan perlu diaduk terus-menerus
agitation to keep them in suspension. agar tidak mengendap.
2. In water-soluble developer, the developer 2. Pada water-soluble developer, serbuk
powder is dissolved in water and forms a developer larut dalam air dan membentuk
solution. Once mixed, they remain mixed. suatu larutan yang tidak perlu diaduk lagi.
Water-soluble developer provides the Water-soluble developer menghasilkan
greater sensitivity in detecting fine sensitivitas yang lebih baik untuk mendeteksi
discontinuities. diskontinuitas halus.
Water-suspended and water-soluble develo- Water-suspended dan water-soluble developers
pers are generally used with water-washable or umumnya digunakan dengan water-washable atau
post-emulsifiable penetrants and rarely with post-emulsifiable penetrants, dan jarang dengan
solvent-removable penetrants. They are applied solvent-removable penetrant. Mereka diaplikasikan
while the test article is still wet from the water saat permukaan benda uji masih dalam kondisi
wash. basah setelah pembilasan.
Methods of application include the following: Metoda aplikasi water-base wet developer:
• Dipping (or immersing) • Pencelupan
• Pouring (or flowing) • Penuangan
• Spraying • Penyemprotan
A short time is allowed for the water to evaporate, Beberapa saat diperlukan bagi air untuk menguap,
leaving a thin layer of white powder. The meninggalkan lapisan tipis serbuk putih. Proses
evaporation process is often hurried by the use penguapan seringkali dipercepat dengan
of a recirculating hot-air dryer after the developer menggunakan oven setelah aplikasi developer.
has been applied. If an oven is used, the Jika digunakan oven untuk pengeringan, suhunya
temperature should not exceed about tidak boleh melebihi 100oC karena akan
100oC as this could evaporate penetrant in the menguapkan penetrant di dalam diskontinuitas.
discontinuity.
Water soluble developer is not recommended Water soluble developer tidak direkomendasikan
to be used with water washable penetrant. untuk dipakai dengan water washable penetrant.

Page 49
49
Chapter-4
GUIDELINESTOCHOOSEDEVELOPER PEDOMANPEMILIHANDEVELOPER
Now you might ask: What governs the choice Sekarang anda mungkin bertanya: Apakah yang
of developer for a given situation? Here are some menentukan pemilihan developer untuk situasi
guidelines. tertentu? Berikut beberapa pedomannya.
Water-Base Wet Developer Applications Aplikasi Water-Base Wet Developer
• On very smooth surfaces where a dry • Pada permukaan sangat halus dimana
developer will not adhere. developer kering tidak bisa menempel.
• When testing large numbers of small, • Saat memeriksa sejumlah besar artikel
irregularly-shaped articles (production berukuran kecil dan bentuknya tidak teratur
testing). (pengujian untuk produksi).
• When wide, shallow discontinuities are • Saat mencari diskontinuitas yang lebar dan
sought, wet developer tends to leave a dangkal, developer basah cenderung
more even film of developer than does menghasilkan lapisan developer yang lebih
dry developer. rata ketimbang developer kering.
Nonaqueous Wet Developer Applications Aplikasi Nonaqueous Wet Developer
• Applications on spot checks or when • Aplikasi untuk pemeriksaan setempat atau
conducting tests in the field. untuk pengujian di lapangan.
• On vertical surfaces, a uniform film of • Pada permukaan vertikal, lapisan developer
developer is more easily obtained. yang merata lebih mudah diperoleh.
• When greatest sensitivity is needed in • Apabila diinginkan sensitivitas terbaik untuk
revealing difficult-to-detect indications. mencari diskontinuitas yang sulit terdeteksi.
Dry Developer Applications Aplikasi Developer Kering
• On rough surfaces, dry developer gives • Pada permukaan kasar, developer kering
far better results than wet developer. memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan developer basah.
• On sharp fillets, holes, and threaded • Pada sudut-sudut tajam, lubang, artikel
articles where wet developers tend to leave berulir dimana developer basah cenderung
too much developer. meninggalkan lapisan yang terlalu tebal.
• On very large articles where it might be • Pada artikel berukuran besar dimana
difficult to apply wet developer. kesulitan mengaplikasikan developer basah.
Again, these are only guidelines. There will be Sekali lagi perlu disampaikan bahwa ini hanya
exceptions. Some specifications permit the use sekedar pedoman. Beberapa spesifikasi mungkin
of only one type of developer and, as hanya mengijinkan penggunaan satu jenis developer
mentioned earlier, there are some applications saja, dan seperti telah disebutkan sebelumnya,
that do not require the use of a developer since bahwa ada beberapa aplikasi yang tidak
the penetrant alone provides sufficient mensyaratkan penggunaan developer karena
discontinuity indications through self- penetrant sendiri sudah menghasilkan indikasi
development. diskontinuitas yang mencukupi melalui mekanisme
self-development.

Page 50
50
Chapter-5
CHAPTER FIVE
This chapter discusses the final step in the Bab ini mendiskusikan langkah akhir dalam proses
penetrant process inspection, evaluation, pemeriksaan penetrant, evaluasi, pembersihan
postcleaning, and material control. akhir, dan pengendalian material.
INSPECTION PEMERIKSAAN
Proper lighting should be the first consideration Pencahayaan yang tepat harus dijadikan pertim-
in the inspection of an article. bangan pertama dalam pemeriksaan benda uji.
1. If a fluorescent dye penetrant is used, a 1. Jika dipakai fluorescent dye penetrant maka
room or booth with dim light and a black diperlukan ruangan gelap dan lampu
light with proper intensity are required. ultraviolet dengan intensitas yang memadai.
2. If a visible dye penetrant is used, 2. Jika dipakai visible dye penetrant, diperlukan
adequate normal lighting is necessary. penerangan dengan cahaya biasa.
INTERPRETATION AND EVALUATION OF INTERPRETASIDANEVALUASIINDIKASI
INDICATIONS
The terms “interpretation” and “evaluation” are Istilah “interpretasi” dan “evaluasi” seringkali mem-
often confused by testing personnel. Actually, bingungkan personel NDT. Sesungguhnya kedua
the terms refer to two entirely different steps in istilah tersebut mengacu pada dua langkah yang
testing process. sama sekali berbeda dalam proses pengujian.
After an indication is located, it is interpreted. Setelah indikasi diketahui lokasinya, selanjutnya
During the interpretation, the cause of the diinterpretasi. Selama interpretasi, penyebab dan
bleedout and the severity of the indication must pengaruh indikasi terhadap artikel harus diten-
be determined. It is at this phase that the tukan. Pada tahap ini indikasi tersebut
indication is classified as false, nonrelevant or diklasifikasikan sebagai palsu, tidak relevan atau
relevant. relevan.
Evaluation follows interpretation. If during the Evaluasi mengikuti interpretasi. Jika selama tahap
evaluation phase it is determined that the evaluasi ditentukan bahwa diskontinuitas memba-
discontinuity interferes with the serviceability of hayakan pemakaian komponen, atau tidak meme-
the part or it does not meet the acceptance and nuhi kriteria keberterimaan dan penolakan, diskon-
rejection criteria, the discontinuity is then tinuitas tersebut selanjutnya diklasifikasikan
classified as a DEFECT. sebagai CACAT.

Page 51
51
Chapter-5
TYPICALINDICATIONSINPENETRANT JENISINDIKASIPADAPEMERIKSAAN
INSPECTION PENETRANT
All indications found with the liquid penetrant Semua indikasi yang ditemukan dalam pengujian
method will be open-surface discontinuities, penetrant adalah diskontinuitas permukaan,
but the indications may or may not affect the namun indikasi tersebut mungkin saja atau tidak,
usefulness of the article. mempengaruhi kegunaan benda uji.
FALSE INDICATIONS INDIKASI PALSU
The most common sources of false indications Penyebab indikasi palsu yang paling umum adalah
are poor washing, poor processing conditions, pembersihan yang buruk, kondisi pemrosesan
lack of cleanliness in the inspection booth or yang buruk, bilik pemeriksaan yang kurang bersih,
other aspects of the penetrant process. atau aspek lain dari proses penetrant.
The operator can easily tell when a good rinse Operator dapat dengan mudah mengatakan jika
is obtained by using a black light during and after pembilasan sudah dilakukan dengan benar
the fluorescent pentrant removal process. dengan memakai lampu ultraviolet selama dan
setelah proses pembersihan penetran fluorescent.
To avoid false indications, care should be taken Untuk menghindari indikasi palsu, harus diperhati-
so that no outside contamination such as the kan agar tidak ada kontaminasi dari luar seperti
following occurs: berikut ini:
1. Penetrant on operator’s hand. 1. Jejak penetrant di tangan operator.
2. Contamination of wet or dry developer. 2. Kontaminasi developer basah atau kering.
3. Penetrant transfered to clean specimen 3. Penetran yang berpindah dari indikasi lain ke
from other indications. spesimen yang bersih.
4. Penetrant spots on the inspection table. 4. Jejak penetrant di meja pemeriksaan.

Page 52
52
Chapter-5
NONRELEVANT INDICATIONS INDIKASI NONRELEVANT

Nonrelevant indications are caused by surface Indikasi nonrelevant disebabkan karena ketidak-
irregularities or part configuration that in most teraturan permukaan atau konfigurasi benda yang
cases are there by design. pada kebanyakan kasus akibat disain.
They are caused by some features of assembly Indikasi nonrelevant disebabkan karena adanya
such as articles that are press-fitted, keyed, press-fitted, alur, splined, atau kelingan. Termasuk
splined, or riveted. Nonrelevant indications juga dalam indikasi nonrelevant adalah kerak lepas
could also include loose scale or rough surface dan pemukaan kasar pada benda tempa, benda
on a forging, casting, or welding. cor dan pengelasan.
Nonrelevant indications are considered not Indikasi nonrelevant dianggap tidak menggangu
detrimental to the serviceability of the part. pemakaian komponen.
As with false indications the inspector must Sama halnya dengan indikasi palsu, inspektor
carefully examine these indications to ensure that harus memeriksa indikasi ini dengan hati-hati untuk
they do not mask a relevant indication. memastikan agar jangan sampai menutupi indikasi
relevant.
TRUE INDICATIONS INDIKASI SEBENARNYA
True indications are those caused by surface Indikasi sebenarnya disebabkan karena
discontinuities that have been interpreted as diskontinuitas permukaan yang telah diinterpre-
not being false or nonrelevant. tasikan bukan sebagai indikasi palsu atau
nonrelevant.
True indications are subject to evaluation as to Indikasi sebenarnya harus dievaluasi penyebab
the cause and the effect they will have on the sampai pada pengaruh yang ditimbulkannya pada
service life of the article. usia pakai komponen.
It is important to note that all relevant Penting dicatat bahwa semua indikasi relevant
indications are discontinuities, but not all adalah diskontinuitas, namun tidak semua
discontinuities are defects. diskontinuitas adalah cacat.
True indications could be divided into SIX basic Indikasi sebenarnya dibagi menjadi ENAM katagori
categories. utama:
1. Continuous Line 1. Garis Menerus
These indications are caused by cracks, Indikasi ini disebabkan karena retak, cold
cold shuts, forging laps, scratches, or die shuts, lipatan tempa, goresan, atau tanda
marks. cetakan.
Cracks usually appear as jagged lines; Retakan biasanya tampak sebagai garis
cold shuts as smooth, narrow, straight bergerigi; cold shut sebagai garis lurus,
lines; and forging laps as smooth, wavy rapat, halus; lipatan tempa sebagai garis
lines. berombak yang halus.
Scratches and die marks appear in a Goresan dan tanda cetakan kelihatan
variety of linear patterns but are readily sebagai pola lurus yang bervariasi, namun
recognizable when all penetrant traces mudah dikenali setelah jejak penetrant
are removed, since the bottom of the dibersihkan, karena dasar diskontinuitas ini
discontinuity is usually visible. biasanya tampak.
2. Intermitten Line 2. Garis Putus-putus
These indications could be caused by Indikasi ini disebabkan karena diskontinuitas
any of the discontinuities mentioned menerus dimana ada bagiannya yang
above provided they were very tight or tertutup rapat akibat terkena pukulan,
where the part had been peened, permesinan, atau penggerindaan.
machined, or ground.
Page 53
53
Chapter-5
3. Round 3. Bundaran
Rounded indications usually are caused by Indikasi berbentuk bundar biasanya disebab-
porosity. Deep cracks may also appear kan karena porosity. Retak dalam juga bisa
as rounded indications, since they trap kelihatan sebagai indikasi bundar karena
a large amount of penetrant that spreads banyaknya penetrant yang terperangkap di
when the developer is applied. dalamnya yang menyebar saat developer
diaplikasikan.
Any rounded indication that appears Sembarang indikasi bundar yang muncul
singularly in an isolated position usually sendirian pada posisi menyendiri biasanya
indicates a discontinuity of depth that menunjukkan indikasi yang dalam dan belum
may or may not be round. tentu bentuk aslinya bundar.
4. Small Dots 4. Bintik-bintik Kecil
Tiny round indications caused by the Indikasi bundar kecil-kecil disebabkan kare-
porous nature of the specimen, coarse na sifat permukaan spesimen yang berpori,
grain structure, or microshrinkage. butiran kasar, atau penyusutan mikro.
5. Diffuse or weak 5. Tersebar atau Samar
These indications are difficult to interpret Indikasi ini sulit diinterpretasi dan seringkali
and often the part must be cleaned and benda uji harus dibersihkan dan diuji ulang.
retested. In many cases the diffused or Pada banyak kasus, indikasi yang tersebar
weak indications turn to be false atau samar berubah menjadi indikasi palsu
indications caused by an improper yang disebabkan prosedur penetrant yang
penetrant procedure. kurang benar.
6. Gross 6. Nyata
Gross indications are the result of Indikasi nyata adalah akibat pembersihan
ineffective penetrant removal or deep penetrant yang tidak efektip atau adanya
indications on the surface. indikasi yang dalam pada permukaan.
Skecthes below show typical true indications. Gambar berikut adalah indikasi sebenarnya.

Page 54
54
Chapter-5
Figures below illustrate typical liquid penetrant Gambar dibawah ini memperlihatkan indikasi
indications found in liquid penetrant testing. cairan penetrant pada pengujian penetrant.
Visible dye indication of seam.
Visible dye indication of lamination.
Visible dye indication of forging lap.
Visible dye indications of unhealed porosity in aluminum plate.

Page 55
55
Chapter-5
Visible dye indications of cracks in aluminum forging.
Visible dye indications of weldment shrink cracks.
Visible dye indication of forging burst.
Fluorescent indications of porosity.

Page 56
56
Chapter-5
DEPTHDETERMINATIONOFPENETRANT PENENTUANKEDALAMANDISKONTINUITAS
DISCONTINUITIES PENETRANT
The greater the depth of a discontinuity, the more Makin dalam suatu diskontinuitas, makin banyak
penetrant it will holds and the larger and brighter penetrant tertahan di dalamnya dan makin besar dan
the indication. jelas indikasinya.
POSTCLEANING PEMBERSIHANAKHIR
After the specimen has been inspected, it is Setelah spesimen diperiksa, sangat penting untuk
very important that it be thoroughly cleaned. A mencucinya dengan bersih. Pembersihan akhir
thorough postcleaning is necessary because yang menyeluruh perlu dilakukan karena sisa-sisa
penetrant and developer residue tend to attract penetrant dan developer akan mengikat uap air
moisture which may cause corrosion, or it can dan mengakibatkan korosi, atau zat-zat tersebut
interfere with subsequent processing or usage. dapat mengganggu proses atau penggunaan
selanjutnya.
Postcleaning usually will involved the same Pembersihan akhir biasanya melibatkan jenis
types of cleaning operations as were used in proses pembersihan yang sama seperti pada
precleaning. pembersihan awal.
QUALITYCONTROLOFPENETRANTTEST KENDALIMUTUUNTUKMATERIALPENGUJIAN
MATERIALS PENETRANT
ALUMINUM TEST BLOCKS BLOK UJI ALUMINIUM
They provide a good means of evaluating Blok ini dipakai untuk mengevaluasi kegunaan
general purpose penetrants. They should be umum dari penetrant. Blok ini hanya dipakai
used for comparisons only and not for absolute sebagai perbandingan saja, bukan untuk evaluasi
evaluations. mutlak.
These blocks are nonuniform, the depth and Blok ini tidak seragam, kedalaman dan lebar retak
width of cracks are uncontrolled. The size of tidak terkontrol. Ukuran blok bisa bervariasi tapi
the blocks may vary but are about 5 x 8 cm by biasanya sekitar 5 x 8 cm dengan tebal 10 mm,
10 mm thickness of 2024-T-3 aluminum alloy. terbuat dari paduan aluminium 2024-T-3.
The blocks are heated to 510-525oC and Blok dipanaskan sampai suhu 510-525oC dan
quenched in cold water to provide an overall didinginkan cepat di air dingin untuk membuat
crack pattern. A groove approximately 1.5 mm pola retakan. Alur sedalam 1.5 mm dan lebar 2 mm
deep by 2 mm wide may be cut across the center dibuat di tengah-tengah daerah pengaruh panas
of the heat-affected zone on both faces of the pada kedua sisi blok tersebut.
block.
Because of the large cracking that often results Karena jumlah retak yang banyak pada blok ini,
in this block, it is used for comparing low and maka blok ini seringkali dipakai untuk memban-
medium sensitivity fluorescent penetrant. dingkan sensitivitas penetrant fluorescent tingkat
rendah dan medium.

Page 57
57
Chapter-5
SENSITIVITY TEST UJI SENSITIVITAS

While there have been no simple quantitative Sementara belum ada uji kuantitatip sederhana
tests developed for measuring penetrant untuk mengukur sensitivitas penetrant, uji
sensitivity, a simple comparative test is usually pembandingan sederhana biasanya dianggap
adequate. mencukupi.
The penetrant to be tested is applied to one- Penetrant yang diuji diaplikasikan pada setengah
half of the test block and the new or reference blok uji, dan penetrant baru atau yang dijadikan
penetrant is applied to the remaining half. referensi diaplikasikan pada setengah bagian lain.
The processing used—including dwell time, Pemrosesan penetrant – termasuk waktu diam,
emulsification or removal, and developing—is emulsifikasi atau pembersihan, dan developing –
that recommended by the penetrant dilakukan sesuai rekomendasi pabrik pembuat
manufacturer. penetrant.
By visual observation it is determined if the old Melalui pengamatan visual, selanjutnya ditentukan
penetrant is contamined to the point where it apakah penetrant yang lama telah terkontaminasi
must be discarded. dan harus dibuang.
MENISCUS TEST UJI MENISKUS
Provides a practical test for evaluating the dye Merupakan pengujian untuk mengevaluasi
concentration in thin-liquid films. konsentrasi pewarna di dalam cairan.
The test utilizes a flat glass platen and a convex Pengujian ini menggunakan kaca rata dan lensa
lens. When a drop of solution is placed cembung. Saat satu tetes larutan fluorescent
between the lens and platen, a colorless or diteteskan antara lensa dan kaca, maka akan
nonfluorescent spot is formed around the point terbentuk jejak di sekitar titik sentuh. Sudut kontak
of contact. The resultant contact angle simply yang dihasilkan memperlihatkan kemampuan
indicates the ability of a liquid to wet a surface. cairan untuk membasahi permukaan.
The diameter of the remaining spot of colorless Diameter dari jejak penetrant pada lensa cembung
penetrant provides a measure of film thickness menunjukkan ukuran ketebalan lapisan film yang
which can be used to compare the dye dapat dipakai untuk membandingkan konsentrasi
concentration of penetrant. zat pewarna di dalam penetrant.

Page 58
58
Chapter-5
Prolonged exposure of a film to ultraviolet light Paparan dalam waktu lama di bawah cahaya
or accidental contamination by acids or alkalis ultraviolet atau kontaminasi akibat asam atau basa
will affect the dye concentration and therefore akan mempengaruhi konsentrasi pewarna dan
change the spot diameter. akan mengubah diameter jejak pada lensa.
CERAMIC BLOCK TEST UJI BLOK KERAMIK

Consists of an unglazed ceramic disc which Terdiri dari piringan keramik buram yang mengan-
has thousand of micropores and cracks on its dung ribuan pori dan retak berukuran sangat kecil
surface. pada permukaanya.
A performance comparison can be made of Perbandingan performance dapat dilakukan antara
two or more penetrant merely by noting the dua penetrant atau lebih yang diaplikasikan secara
number of distribution of porosity indication sebelah-menyebelah dengan memperhatikan jum-
and their brightness in a side-by-side compari- lah distribusi indikasi porositas dan kecemer-
son test. langannya.
A small amount of a test penetrant is placed on Sejumlah kecil penetrant yang diuji ditempatkan
one side and a reference penetrant is applied pada satu sisi dan penetrant referensi ditempatkan
to the other side. After the correct dwell time, pada sisi yang lain. Setelah waktu diam tertentu,
the two penetrants are compared. kedua penetrant tersebut diperbandingkan.
A reduction in the number of apparent Pengurangan jumlah dan tingkat kecemerlangan
brightness of pore indications should be indikasi pori-pori selanjutnya diamati saat
observed when comparing a fresh and old membandingkan antara penetrant yang lama dan
batch of penetrant. baru.
WATER CONTENT TEST UJI KADAR AIR
The ASTM Standard D-95 describes a test Standard ASTM D-95 menjelaskan pengujian ini,
where 100 ml of penetrant is placed in a boiling dimana 100 ml penetrant ditempatkan dalam gelas
flask with a similar quantity of moisture-free ukuran yang berisi xylene bebas air dengan
xylene. The condensate is collected in a volume yang sama. Uap pembakaran dikumpulkan
graduated tube to show percent of water by dalam suatu tabung berjenjang untuk memperlihat-
volume. kan persentase air per volume.
If percent of water exceeds manufacturer’s Jika persentase air melebihi rekomendasi pabrik,
remommendation, the penetrant is discarded. penetrant harus dibuang.
VISCOSITY TEST UJI KEKENTALAN
A viscometer tube is used to measure the Sebuah tabung ukuran kekentalan digunakan
viscosity in centistoke to determine if the untuk mengukur kekentalan dalam centistoke
penetrant is within the range recommended by untuk menentukan apakah penetrant masih di
the manufacturer. A typical standard is ASTM dalam rentang yang direkomendasikan oleh
D-445. pabrik. Standar yang dipakai adalah ASTM D-445.

Page 60
60
Chapter-5
FLUORESCENT PENETRANT FADE TEST UJI KEPUDARAN PENETRAN FLUORESCENT

This test involves the use of the aluminum test Pengujian ini memakai blok aluminium dengan
blocks in a side-by-side comparison test. perbandingan secara sebelah menyebelah.
The fluorescent penetrant is placed on both Penetran fluorescent ditempatkan pada kedua sisi
sides of the block and processed normally. blok dan diproses seperti biasanya. Separuh
One half of the block is then exposed to a bagian blok disinari cahaya ultraviolet selama satu
standard black light for one hour, while the jam, sedangkan separuh sisi yang lain ditutupi
other side is covered with paper. kertas.
The fluorescent brilliance of the two sides is Kecemerlangan fluorescent dari kedua sisi tersebut
observed and if one side is noticeably less diamati dan dibandingkan, dan jika salah satu sisi
brilliant, the penetrant is discarded. tampak lebih pudar, penetrant harus dibuang.
WATER WASHABILITY TEST UJI KEMAMPUCUCIAN DENGAN AIR
This test evaluates the efficiency of the Pengujian ini mengevaluasi efisiensi emulsifier
emulsifier by comparing two different dengan membandingkan dua macam persentase
percentage blends of penetrant and emulsifier. campuran penetran dan emulsifier yang berbeda.
A special steel block is placed at a 75o angle Blok baja khusus diposisikan pada sudut 75o dan
and the two blends are allowed to flow separately dua macam campuran tadi dialirkan secara
down the block. After a five-minute waiting terpisah di atas blok. Setelah waktu tunggu selama
period, the block is washed and examined for lima menit, blok dicuci dan diperiksa mengenai
traces of remaining penetrant. keberadaan jejak penetran.
DEVELOPER TEST UJI DEVELOPER
Dry developers are simply visually inspected to Developer kering cukup diperiksa secara visual
see that they are not lumpy or caked instead of untuk melihat adanya gumpalan-gumpalan atau
fluffy and light. tidak ada yang lengket satu sama lain.
Wet developers are often checked using a Developer basah seringkali diperiksa memakai
hydrometer to assure that the density of the very slow evaporation rate and will leave an oil residue.
powder in the vehicle is within the range that
recommended by the manufacturer.
PORTABLE EQUIPMENT
The process control of portable equipment
involves checking materials and associated
equipment of the penetrant kit.
When ordering penetrant materials from the
manufacturer, performance specifications
should be requested in the purchase order.
This establishes the necessary documentation
to verify material performance. Aerosol cans
are normally used in portable equipment; each
can has a batch number on it.
Portable kits contain a cleaner. If the cleaner is
used to preclean a part, it must be able to
preclean the part without leaving a residue.
Care should be taken to ensure that the cleaner
used is not marked as a remover, which has a
Page 61
61
Chapter-5
hydrometer untuk menjamin bahwa massa

jenis serbuk di dalam campuran masih dalam
rentang yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat.
PERALATAN
PORTABEL
Pengontrolan proses untuk peralatan portabel
meliputi pemeriksaan material dan peralatan
yang ada hubungannya dengan paket
penetran.
Saat memesan material penetran dari
pemasok, spesifikasi performance sebaiknya
dicantumkan dalam dokumen pembelian. Hal
ini bermanfaat untuk mendokumentasikan
performance material penetrant. Tiap kaleng
semprot yang dipakai pada peralatan portabel,
pada bagian bawahnya selalu terdapat nomer
batch.
Paket portabel termasuk juga pembersih
(cleaner). Jika cleaner dipakai sebagai
pembersih awal maka harus mampu
membersihkan benda tanpa meninggalkan
sisa. Harus diperhatikan agar tidak memakai
remover sebagai pembersih awal karena laju
penguapannya rendah dan akan mening-
galkan sisa minyak di permukaan.
Page 62
62
Chapter-5
Most cleaners today are labeled cleaner/ Kebanyakan cleaner yang ada saat ini diberi label
remover. These cleaners do not leave a residue sebagai cleaner/remover. Cleaner ini tidak mening-
and can be used to preclean parts. galkan sisa minyak dan bisa dipakai sebagai
pembersih awal.
Developers now use a different liquid solvent Developer yang ada saat ini memakai solvent cair
as a vehicle, which does not evaporate as yang berbeda-beda sebagai pengencer, sehingga
quickly. To prevent a loss of sensitivity and a tidak cepat menguap. Untuk mencegah hilangnya
possible masking of discontinuities, allow the sensitivitas dan tertutupnya diskontinuitas, biarkan
developer to dry before applying more developer mengering dulu sebelum penyemprotan
developer. developer tambahan.
LIGHTING PENCAHAYAAN
Control of lighting is a key part of the process Pengontrolan cahaya merupakan bagian kunci dari
control. pengendalian proses.
The ultraviolet light in fluorescent penetrant Lampu ultraviolet pada paket portabel penetran
portable kits must be checked for lens fluorescent harus diperiksa kebersihan lensanya
cleanliness and possible cracks. The ultraviolet dan kemungkinan adanya retak. Intensitas cahaya
light intensity must be checked against the ultraviolet harus diperiksa apakah sudah sesuai
applicable specification. dengan spesifikasi yang berlaku.
Ultraviolet lights from a 100 Watt mercury vapor Cahaya ultraviolet dari lampu mercury 100 Watt
lamp normally produce higher intensities than umumnya menghasilkan intensitas lebih dari 1000
the 1000 µW/cm2 at a distance of 38 cm. µW/cm2 pada jarak 38 cm.
Daily checks of ultraviolet light intensity is a Pemeriksaan harian intensitas cahaya ultraviolet
necessity for adequate process control. For diperlukan untuk pengendalian proses yang benar.
systems used during multiple 8 h shifts, Untuk sistem shift yang digunakan selama
ultraviolet lights should be checked at the start kelipatan 8 jam, lampu ultraviolet harus diperiksa di
of each shift. awal mulainya shift.
The darkness of the fluorescent penetrant Tingkat kegelapan ruangan pemeriksaan penetrant
inspection area is important. Most specifi- fluorescent perlu diperhatikan. Kebanyakan
cations require no more that 20 lux. (2 fc) of white spesifikasi mensyaratkan intensitas cahaya tampak
light in the area. tidak lebih dari 20 lux (2 fc) dalam ruang
pemeriksaan.
In addition, inspectors must allow their eyes to Sebagai tambahan, inspektor harus membiasakan
adjust when first entering the darkened test matanya saat memasuki ruang gelap. Umumnya
area. Normally, 5 min is enough time for the perlu waktu 5 menit bagi mata untuk beradaptasi
eye to adapt to a dark environment. Tests dalam lingkungan gelap. Pengujian sebaiknya
should not start until the inspector’s eyes have jangan dimulai hingga mata inspektor terbiasa
adapted to the darkened conditions. dengan keadaan gelap.

Page 63
63
Chapter-6
CHAPTER SIX
INTRODUCTION
PENDAHULUAN
This chapter discusses types of discontinuities
that can be evaluated with the liquid penetrant Bab ini mendiskusikan jenis-jenis diskontinuitas
method. yang dapat dievaluasi menggunakan metoda
cairan penetrant.
CATEGORIES OF DISCONTINUITIES KATAGORIDISKONTINUITAS
Discontinuities can be divided into THREE Diskontinuitas dapat dibagi menjadi TIGA katagori
general categories: inherent, processing, and umum: bawaan, proses, dan servis.
service.
1. Inherent discontinuities. 1. Diskontinuitas Bawaan.
They are usually related to discontinuities Biasanya berhubungan dengan diskonti-
found in the molten metal. nuitas yang ditemukan dalam logam cair.
Inherent wrought discontinuities relate to Diskontinuitas wrought bawaan berhubungan
the melting and solidification of the dengan peleburan dan pembekuan ingot
original ingot before it is formed into sebelum dibentuk menjadi slabs, bloom, dan
slabs, blooms, and billets. billet.
Inherent cast discontinuities relate to the Diskontinuitas tuangan bawaan berhubu-
melting, casting, and solidification of a cast ngan dengan peleburan, pengecoran, dan
article. Usually caused by inherent pembekuan benda cor. Biasanya disebab-
variables such as inadequate feeding, kan karena variabel bawaan seperti kurang
gating, excessive pouring temperature, pengisian, gating, suhu tuang berlebihan,
and entrapped gases. dan gas yang terperangkap.
2. Processing discontinuities. 2. Diskontinuitas Proses.
They are usually related to the various Biasanya berhubungan dengan aneka
manufacturing processes such as machi- proses manufaktur seperti permesinan,
ning, forming, extruding, rolling, welding, pembentukan, extruding, pengerolan,
heat treating, and plating. pengelasan, laku panas, dan pelapisan.
3. Service discontinuities. 3. Diskontinuitas Servis.
They are related to the various service Berhubungan dengan aneka kondisi
conditions such as stress corrosion, pengoperasian seperti korosi tegangan,
fatigue, and erosion. kelelahan, dan erosi.
REMEMBER, when you use the liquid penetrant INGAT, jika anda menggunakan metoda cairan
method, you can find only those discontinuities penetran, anda hanya bisa menemukan diskonti-
which are open to the surface. nuitas yang membuka ke permukaan.
However, during the manufacturing process, Namun demikian, selama proses manufaktur,
many discontinuities that were subsurface can banyak diskontinuitas yang tadinya di bawah
be made open to the surface by machining, permukaan menjadi membuka ke permukaan
grinding, and the like. karena permesinan, penggerindaan, dan
sejenisnya.
Remember that discontinuities are not Ingat bahwa diskontinuitas belum tentu cacat.
necessarily defects. Any indication that is found Sembarang indikasi yang ditemukan oleh inspektor
by the inspector is called a discontinuity until it dinamakan sebagai diskontinuitas hingga dikenali
can be identified and evaluated as to the effect dan dievaluasi pengaruhnya terhadap pengopera-
it will have on the service of the part. sian komponen.

Page 64
64
Chapter-6
THEORIGINSOFDISCONTINUITIES ASAL-MUASALDISKONTINUITAS
Listed below are some typical discontinuities Di bawah ini adalah beberapa jenis diskontinuitas
that should be recognized when doing any type yang sebaiknya dikenali jika melakukan pengujian
of nondestructive test. tanpa merusak.
Discontinuities trapped in the ingot during steel Diskontinuitas yang terperangkap di dalam ingot
making process may cause aditional types of selama proses pembuatan baja dapat menyebab-
discontinuities as the steel is used in the manu- kan terjadinya jenis diskontinuitas lain saat baja
facture of an article. tersebut dipakai memproduksi suatu artikel.
There are FOUR main types of discontinuities Ada EMPAT jenis diskontinuitas utama yang
found in ingots: ditemukan di dalam ingot:
1. Porosity – caused by entrapped gas in 1. Porositas – disebabkan oleh gas-gas yang
the molten metal. terperangkap di dalam logam cair.
2. Nonmetallic inclusions – caused by 2. Inklusi Nonlogam – disebabkan karena
impurities accidentally included in the ketidakmurnian yang tanpa sengaja terjadi
molten metal. dalam logam cair.
3. Pipe – caused by shrinkage at the center 3. Pipa – disebabkan karena penyusutan pada
of the ingot as the molten metal solidifies. bagian tengah ingot selama pembekuan.
4. Segregations – occurs when the 4. Segregasi – terjadi karena ketidakseragaman
distribution of the various elements is not distribusi aneka elemen di dalam ingot.
uniform throughout the ingot. This Kondisi ini dinamakan “banding” dan
condition is called “banding” and is not dianggap tidak begitu berarti.
usually significant.
The “hot top” is usually cropped off to remove Bagian “hot top” biasanya dipotong untuk menghi-
most of the above discontinuities. langkan sebagian besar diskontinuitas di atas.

Page 65
65
Chapter-6
CASTINGDISCONTINUITIES DISKONTINUITASTUANGAN
Casting discontinuities occur when molten Diskontinuitas tuangan terjadi saat logam cair
metal is poured into a mold and allowed to dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan
solidify. membeku.
A COLD SHUT is caused when molten metal is COLD SHUT disebabkan jika ada logam cair
poured over solidified metal as shown below. menumpuki logam yang sudah membeku.
When the metal is poured, it hits the mold Saat logam cair dituangkan dan membentur
too hard and spatters small drops of metal. dinding cetakan terlalu keras akan terjadi
When these drops of metal hit higher up on percikan logam cair. Jika percikan ini mengenai
the mold, they stick and solidify. When the dinding cetakan, dia akan lengket dan
rising molten metal reaches and covers the membeku. Apabila logam cair menutupi
solidified drops of metal, a crack-like percikan beku tersebut, terbentuk diskontinuitas
discontinuity is formed. yang menyerupai retakan.
HOT TEARS (SHRINKAGE CRACKS) occurs SOBEK PANAS (RETAK SUSUT) terjadi apabila
when there is unequal shrinkage between light ada penyusutan yang tidak merata antara bagian
and heavy sections as shown below. ringan dan berat seperti dalam gambar.
In a casting having light and heavy sections, Pada benda cor, makin ringan suatu bagian maka
the light sections, being smaller, solidify makin cepat pembekuan dan penyusutannya,
faster; they shrink faster pulling the heavier yang akan menarik bagian berat yang lebih panas
sections, which are hotter and not shrinking dan lebih lambat penyusutannya dibandingkan
as fast, toward the light sections. bagian tipis.
Page 66
Chapter-6
SHRINKAGE CAVITIES occur when there is RONGGA SUSUT terjadi jika volume logam cair
insufficient molten metal to fill the space tidak cukup mengisi rongga akibat penyusutan,
created by shrinkage, just as pipe is formed in sama seperti halnya pipe yang terbentuk di dalam
an ingot. ingot.
GATE
(ENTRANCE FOR
MOLTEN METAL)
Shrinkage cavities can be eliminated, or the Rongga susut dapat dicegah atau dikurangi
possibility of shrinkage cavities can be kemungkinan terjadinya dengan menambahkan
greatly reduced, by adding a feeder head or corong pengisian seperti dalam gambar kanan
reservoir as shown above on the right. atas.
MICROSHRINKAGE is usually many small SUSUT MIKRO biasanya berupa lubang-lubang
subsurface holes that appear at the gate of the kecil di bawah permukaan yang muncul pada gate
casting caused by premature blocking of the akibat penyumbatan gate sebelum pengisian
gate. selesai seluruhnya.
Microshrinkage can also occur when the Susut mikro dapat juga disebabkan ketika
molten metal must flow from a thin section into logam cair harus mengalir dari bagian tipis ke
a thicker section of a casting. bagian yang lebih tebal di dalam cetakan.
BLOW HOLES are small holes at the surface of LUBANG TIUP adalah lubang-lubang kecil pada
the casting caused by gas which comes from the permukaan benda cor akibat gas-gas yang berasal
mold itself. Many molds are made of sand, and dari dinding cetakan. Banyak cetakan yang dibuat
when molten metal comes into contact with dari pasir dan saat logam cair bersentuhan
the mold, the water in the sand is released as dengannya kelembaban yang terkandung dalam
steam. pasir berubah menjadi uap air.
POROSITY is caused by entrapped gas. POROSITAS disebabkan karena gas-gas yang
Porosity is usually subsurface but can occur on terperangkap. Porositas biasanya di bawah
the surface depending on the design of the mold. permukaan namun dapat pula terjadi di
permukaan, tergantung pada disain cetakan.
WATER WASHABLE FLUORESCENT PENE-
TRANT is best suited for the highest sensitivity WATER WASHABLE FLUORESCENT PENETRANT
in cast articles. adalah jenis penetrant yang paling baik untuk
memperoleh sensitivitas tertinggi pada benda-
benda cor.
Page 67
Chapter-6
PROCESSINGDISCONTINUITIES DISKONTINUITASPROSES
Processing discontinuities are those found or Diskontinuitas proses ditemukan atau dihasilkan
produced by forming or fabrication operations saat pembentukan atau operasi fabrikasi, termasuk
including rolling, forging, welding, machining, pengerolan, penempaan, pengelasan, permesinan,
grinding, and heat treating. penggerindaan, dan perlakuan panas.
WORKING THE BILLETS PENGERJAAN BILLET
When an ingot is further processed into slabs, Ketika ingot diproses lebih lanjut menjadi slabs,
blooms, and billets, it is possible for the blooms, dan billets, diskontinuitas bisa berubah
discontinuities to change size and shape. ukuran dan bentuk.
As a billet is flattened and spread out, Saat billet diratakan dan digepengkan, inklusi
nonmetallic inclusions may cause a lamination. nonlogam dapat menyebabkan laminasi. Pipa dan
Pipe, and porosity could also cause porositas juga dapat menyebabkan laminasi
laminations in the same manner as shown below. dengan cara yang sama seperti dalam gambar di
bawah ini.
As a billet is rolled into bar stock, nonmetallic Saat billet dirol menjadi batang tongkat, inklusi
inclusions are squeezed out into longer and nonlogam tertekan menjadi diskontinuitas yang
thinner discontinuities called stringers. panjang dan tipis dinamakan stringers.
A nonmetallic inclusion in bar stock extends in Inklusi nonlogam dalam batang tongkat menyebar
the direction of grain formation. As the billet is ke arah pembentukan butiran. Saat billet dirol
rolled smaller around and longer, the stringer semakin kecil dan panjang, stringer juga menjadi
also becomes smaller around and longer. lebih kecil dan panjang.
Page 68
Chapter-6
As a billet is rolled into round bar stock, surface Saat billet dirol menjadi batang tongkat, ketidak-
irregularities may cause SEAMS. Seams are teraturan permukaan bisa mengakibatkan seams.
caused by folding of metal due to improper Seams terjadi akibat lipatan logam karena
rolling or by a crack in the billet as shown pengerolan yang salah atau karena retakan pada
below. billet seperti dalam gambar berikut.
A seam could also occur when the billet is Seam juga bisa terjadi saat billet dibentuk menjadi
formed into a rectangular bar as shown below. batang kotak seperti berikut.
Page 69
69
Chapter-6
FORGING DISCONTINUITIES DISKONTINUITAS TEMPAAN

Forging discontinuities occur when metal is Diskontinuitas tempaan terjadi saat logam dipukul
hammered or pressed into shape, usually while atau ditekan menjadi bentuk tertentu, biasanya
the metal is very hot. ketika logam dalam kondisi sangat panas.
A forged part gains strength due to the grain Benda tempa memperoleh kekuatan akibat
flow taking the shape of the die, and the aliran butiran yang berlangsung ke semua arah
process is shown below. mengikuti bentuk cetakan seperti gambar.
A FORGING BURST is a rupture caused by PECAH TEMPA adalah kepecahan yang disebab-
forging at improper temperatures. Forging kan karena suhu penempaan yang salah. Penem-
metal at too low temperature may cause burst. paan logam pada suhu terlalu rendah mengaki-
Burst may be either internal or open to the batkan kepecahan. Pecah tempa bisa di dalam,
surface a shown below. maupun membuka ke permukaan.
Improper temperatures caused these parts Suhu tempa yang terlalu rendah mengakibatkan
to break as the material was being shaped komponen di atas pecah saat ditempa. Logam
by forging. The metal was not hot enough tidak cukup panas sehingga tidak terjadi aliran
and did not want to flow with the forging. saat ditempa. Saat ditekan pada waktu
When squeezed by the heavy forging press, penempaan, logam akan pecah di bagian
the metal in the center simply ruptured. tengahnya.
Page 70
70
Chapter-6
A FORGING LAP is caused by folding of metal LIPATAN TEMPA disebabkan lipatan logam pada
on the surface of the forging, usually when permukaan benda tempa, terjadi karena logam
some of the forging metal is squezeed out terjepit antara cetakan bagian atas dan bawah
between the two dies that do not match. yang tidak lurus.
Forging laps can also be caused by poor Lipatan tempa dapat juga disebabkan disain
die design. As the metal is pressed into the cetakan yang keliru. Saat logam ditekan di
cavity in this die, the metal is forced up at dalam rongga cetakan, logam dipaksa meme-
the bottom of the die and tends to fold over on nuhi cetakan dan cenderung terlipat ke arahnya
itself, forming the forging lap shown on the sendiri membentuk lipatan tempa seperti dalam
right. gambar kanan bawah.
For production testing of forgings, POSTEMUL- Untuk pengujian produksi benda-benda tempa,
SIFIABLE FLUORESCENT PENETRANT is the POSTEMULSIFIABLE FLUORESCENT PENE-
recommended penetrant technique to obtain TRANT merupakan teknik yang direkomendasikan
the best sensitivity. untuk memperoleh sensitivitas terbaik.
Page 71
71
GRINDING CRACK are a processing-type RETAK GERINDA adalah diskontinuitas proses,
discontinuity caused by stresses which are built disebabkan karena tegangan yang terjadi akibat
up from excess heat created between grinding panas berlebih yang ditimbulkan antara mata
wheel and metal. gerinda dan logam.
Grinding cracks will usually occur at right angle Retak gerinda biasanya akan terjadi pada arah tegak
to the rotation of the grinding wheel. lurus terhadap arah putar mata gerinda.
HEAT TREAT CRACKS are often caused by the RETAK LAKU PANAS seringkali disebabkan tega-
stresses built up during heating and cooling. ngan yang terjadi selama pemanasan dan pendi-
Unequal cooling between light and heavy nginan. Laju pendinginan yang tidak sama antara
sections may cause heat treat cracks. bagian ringan dan berat bisa menyebabkan retak.
Heat treat cracks have no specific direction Retak laku panas tidak mempunyai arah
and usually start at sharp corners which act tertentu, dan biasanya bermula dari pojok-pojok
as stress concentration points. tajam yang bertindak sebagai titik konsentrasi
tegangan.
During inspection of heat treated parts, the first Selama pemeriksaan komponen yang dilaku
areas of concern will be: panas, tempat pertama yang menjadi perhatian:
• Any sharp area, such as corner, ridges, • Daerah tajam seperti pojok-pojok,
etc. permukaan kasar, takik, dll.
• Junction of light and heavy sections. • Pertemuan antara bagian ringan dan berat.
The photo below shows a part that has cracked Foto di bawah ini memperlihatkan komponen yang
from heat treatment. Notice that the crack cuts retak akibat perlakuan panas. Perhatikan bahwa
across the grain. Since heat treatment cracks retak tersebut melintang terhadap butiran logam.
have no specific direction, the crack might just as Karena retak laku panas tidak memiliki arah ter-
well have followed the grain. tentu, arahnya bisa juga mengikuti butiran logam.
Page 72
72
WELDING DISCONTINUITIES below are types DISKONTINUITAS PENGELASAN dibawah ini
of processing discontinuities. termasuk ke dalam diskontinuitas proses.
Crater cracks Retak kawah
Stress cracks Retak tegang
Porosity Porositas
Slag Inclusion Inklusi Slag
Page 73
73
Tungsten Inclusion Inklusi Tungsten
Lack of Penetration Kurang Penembusan
Lack of Fusion Kurang Peleburan
Undercut Undercut
Page 74
74
Chapter-6
SERVICEDISCONTINUITIES DISKONTINUITASSERVIS
FATIGUE CRACKS are service-type disconti- RETAK FATIK merupakan diskontinuitas servis
nuities that are usually open to the surface yang biasanya membuka ke permukaan dimana
where they start from concentration points. mulainya dari titik-titik konsentrasi tegangan.
Fatigue cracks occur crosswise to the Arah perambatan retak fatik melintang terhadap
direction of strees movement. The stress on arah tegangan. Arah tegangan yang bekerja pada
the driven shaft below would have been poros penggerak di bawah ini searah jarum
clockwise – the direction of its rotation. The jam – yaitu arah putaran poros. Retak fatik
fatigue crack occured across the direction of yang timbul arahnya melintang terhadap arah
stress movement. tegangan.
Fatigue cracks are possible only after the Retak fatik hanya mungkin timbul setelah
part is placed into service, but may be the komponen menjalankan fungsinya, dan bisa
result of porosity, inclusions, or other disebabkan karena porositas, inklusi, atau
discontinuities in a highly stressed metal diskontinuitas lain pada bagian logam yang
part. konsentrasi tegangannya tinggi.
Page 75
75
Chapter-6
Page 76
76
Chapter-7
CHAPTER SEVEN
It should be emphasized that liquid penetrant Perlu ditekankan bahwa pemeriksaan cairan pene-
inspection is NOT the best method in all cases. tran BUKAN metoda terbaik untuk semua kasus.
The selection of one testing method over Pemilihan satu metoda pengujian atas metoda
another is based upon variables such as: lainnya didasarkan pada variabel-variabel seperti:
1. Type and origin of discontinuity. 1. Jenis dan asal diskontinuitas.

2. Material manufacturing process. 2. Proses pembuatan material.
3. Accessibility of article. 3. Akses ke artikel.
4. Level of acceptability desired. 4. Tingkat keberterimaan yang diinginkan.
5. Equipment available. 5. Ketersediaan peralatan.
6. Cost. 6. Biaya.
IDENTIFICATIONANDCOMPARISONOF PENGENALANDANPEMBANDINGAN
DISCONTINUITIES DISKONTINUITAS
Each of the specific discontinuities below are Tiap jenis diskontinuitas di bawah ini dibagi
divided into three general categories: menjadi tiga katagori umum: BAWAAN, PROSES,
INHERENT, PROCESSING, and SERVICE. dan SERVIS.
Cold shut Fillet Cold shut
crack Grinding Retak fillet
crack Retak gerinda
Heat-affected zone cracking Retak daerah pengaruh panas
Heat-treat crack Retak laku panas
Shrinkage crack Retak susut
Thread crack Retak ulir
Hydrogen flake Hydrogen flake
Lack of penetration Kurang penembusan
Lamination Laminasi
Laps and seams Lipatan dan lapisan
Laps and seams Lipatan dan lapisan
Microshrinkage Susut mikro
Stress corrosion Korosi tegangan
Hot tears Sobek panas
Intergranular corrosion Korosi batas butir
Page 78
78
Chapter-7
TRAININGANDCERTIFICATION PELATIHANDANSERTIFIKASI
It is important that the technician and super- visor Adalah penting bahwa teknisi dan pengawas
be qualified in the liquid penetrant method before dikualifikasi untuk metoda cairan penetran sebelum
the technique is used and test results evaluated. menggunakan teknik ini dan mengevaluasi hasil
uji.
The American Society for Nondestructive
Testing recommends the use of its document ASNT merekomendasikan penggunaan dokumen
Recommended Practice No. SNT-TC-1A. Recommended Practice No. SNT-TC-1A.
This document provides the employer with
necessary guidelines to properly qualify and Dokumen tersebut memberikan pedoman bagi
certify the NDT technician in all methods. perusahaan dalam mengkualifikasi dan menser-
To comply with this document, the employer tifikasi teknisi NDT untuk semua metoda.
must establish a WRITTEN PRACTICE which Dalam rangka mengikuti dokumen tersebut,
describes in detail how the technician will be perusahaan harus menyusun sebuah WRITTEN
trained, examined, and certified. PRACTICE yang menjelaskan secara detil, cara
The student is advised to study the 2006 melatih, menguji dan mensertifiksi teknisi NDT.
Edition of SNT-TC-1A to determine the Peserta disarankan untuk mempelajari dokumen
recommended number of hours of class- SNT-TC-1A edisi 2006 untuk mengetahui jumlah
room instruction and months of experience jam pelajaran yang direkomendasikan dan
necessary to be certified as a liquid pengalaman (dalam bulan) yang diperlukan
penetrant testing technician. dalam proses sertifikasi sebagai teknisi pengujian
Certification of NDT personnel is the responsi- cairan penetrant.
bility of the employer and is usually at THREE Sertifikasi personil NDT merupakan tanggung
levels. jawab perusahaan dan biasanya dibagi menjadi
Level I – is qualified to properly perform TIGA level.
speci-fic calibrations, specific NDT, Level I – memiliki kualifikasi untuk melakukan
and specific evaluations for kalibrasi, NDT, dan evaluasi tertentu
acceptance or rejection determi- untuk menentukan keberterimaan atau
nations according to written penolakan dengan mengacu pada
instructions and to record results. pedoman tertulis, dan untuk merekam
Should receive the necessary hasil. Menerima perintah dan
instruction and supervision from a pengawasan seperlunya dari NDT level II
certified NDT Level II or III individual. atau III.
Level II – is qualified to set up and calibrate
equipment and to interpret and Level II – memiliki kualifikasi untuk mengatur dan
evaluate results with respect to mengkalibrasi peralatan dan menginter-
applicable codes, standards, and pretasi serta mengevaluasi hasil dengan
specifications. Should be thoroughly mengacu pada code, standard, dan
familiar with the scope and limi- spesifikasi. Mengenal dengan baik
tations of the methods for which lingkup dan bat asan metoda dimana ia
qualified. Should exercise assigned terkualifikasi. Melakukan tanggung jawab
responsibility for on-the-job training yang dibebankan untuk memberikan
and guidance of trainees and NDT petunjuk kepada siswa dan NDT Level I.
Level I personnel. Should be able to Mampu mengorganisir dan membuat
organize and report the results of laporan hasil pengujian NDT.
NDT tests.
Page 79
79
Chapter-7
Level III – Should be capable of developing, Level III – mampu mengembangkan, mengkualifi-
qualifying, and approving proce- kasi, dan menyetujui prosedur, menyu-
dures, establishing and approving sun dan menyetujui teknik, menginter-
techniques, interpreting codes, stan- pretasi code, standard, dan prosedur;
dards, specifications, and proce- dan menunjuk metoda NDT tertentu,
dures; and designating the particular teknik, dan prosedur yang akan diguna-
NDT methods, techniques, and kan. Mampu menginterpretasi dan
procedures to be used. Should be mengevaluasi hasil sesuai code,
capable of interpreting and eva- standard, dan spesifikasi yang ada.
luating results in terms of existing Memiliki latar belakang kemampuan
codes, standards, and specifica- praktis yang mencukupi dalam aplikasi
tions. Should have sufficient practical material, fabrikasi, dan teknologi
background in applicable materials, produksi yang berlaku untuk menyusun
fabrication, and product technology teknik dan untuk membantu dalam
to establish techniques and to assist menetapkan kriteria penerimaan dimana
in establishing acceptance criteria tidak tercakup dalam code, standard,
when none are otherwise available. atau spesifikasi yang ada. Memiliki
Should have general familiarity with pengetahuan tentang semua metoda
other appropriate NDT methods. NDT. Mampu mengadakan pelatihan
Should be capable of training and dan pengujian terhadap personil NDT
examining NDT Level I and II Level I dan II untuk disertifikasi pada
personnel for certification in those metode NDT tertentu.
methods.
The SNT-TC-1A document recommends that Dokumen nomer SNT-TC-1A merekomendasikan

the level I and II NDT technician be examined in bahwa teknisi NDT Level I dan II diuji dalam bidang
the following areas: berikut:
A. General examination. A. Ujian General.
B. Specific examination. B. Ujian Specific.
C. Practical examination. C. Ujian Practical.
ASNT provides a service to the industry by ASNT menyediakan layanan kepada industri
providing Level III examination in the basic and dengan mengadakan ujian Level III dalam bidang
method areas. Because of the individual basic dan method. Mengingat banyaknya persya-
requirements of the many industries using NDT, ratan industri pengguna NDT yang berbeda-beda,
the specific examination is still the responsibility ujian specific masih merupakan tanggung jawab
of the employer. perusahaan.
Page 82
82
REFERENCES
ASNT, NDT Training Program – Liquid Penetrant Method, Columbus, 2nd Edition, 1979.
Badger, Duane, Liquid Penetrant Testing – Classroom Training Book, ASNT, Columbus, 2005.
Eick, Charles W., ASNT Level III Study Guide – Liquid Penetrant Testing Method, ASNT, Columbus, 2nd
Edition, 2003.
Smilie, Robert W., Classroom Training Handbook, Nondestructive Testing – Liquid Penetrant, PH
Diversified, Inc., South Harrisburg, 1998.
Smilie, Robert W., Programmed Instruction Handbook, Nondestructive Testing – Introduction, PH
Smilie, Robert W., Programmed Instruction Handbook, Nondestructive Testing – Liquid Penetrant, PH
ASNT, NDT Training Program – Liquid Penetrant Method, ITS Surabaya, 5th Edition, 2018
Page 83
83

NDT Ii

Caricato da

Informazioni sul documento

Titolo originale

Copyright

Formati disponibili

Condividi questo documento

Condividi o incorpora il documento

Opzioni di condivisione

Hai trovato utile questo documento?

Questo contenuto è inappropriato?

Copyright:

Formati disponibili

NDT Ii

Caricato da

Copyright:

Formati disponibili

CONTENTS

The Nature of Discontinuity 8

Commercially Available Liquid Penetrant Materials 11

Rust and Scale Remover 18

Stationary Penetrant Test Equipment 20

Portable Penetrant Test Equipment 21

Black Light Equipment 22

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Penetrant Testing Materials 24

Penetration (Dwell) Time 33

Penetrant Testing Processes 35

Filtered Particle Technique 39

Fixing and Recording Indications 40

Post-emulsifiable Penetrant (PE Penetrant) 42

Guidelines to Choose Developer 50

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Interpretation and Evaluation of Indications 52

Typical Indications in Penetrant Inspection 53

Depth Determination of Penetrant Discontinuities 58

Quality Control of Penetrant Process Variables 58

Aluminum Test Block 58

Ceramic Block Test 60

Water Content Test 60

Fluorescent Penetrant Fade Test 61

Water Washability Test 61

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

The Origins of Discontinuities 65

Working the Billet 68

Identification and Comparison of Discontinuities 78

Training and Certification 79

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Liquid penetrant inspection is a physical- Pemeriksaan penetrant merupakan proses fisika-

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Table 1.1. Basic liquid penetrant classification system.

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

DETERGENT CLEANING PEMBERSIHAN DENGAN DETERJEN

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Table 2.1. Mechanical cleaning processes.

Table 2.2. Chemical cleaning processes.

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Table 3.1. Liquid penetrant application terminology.

Table 3.2. Typical minimum penetration time.

Post-emulsifiable Penetrants (PE Penetrants) Post-emulsifiable Penetrants (PE Penetrants)

Table 3.3. Process selection guide.

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power

Strictly Confidential, this document only for internal of PT Indonesia Power