Sei sulla pagina 1di 20

1

STRATEGI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU RAWA


MELALUI PENDEKATAN KEUNGGULAN KOMPARATIF, KETERSEDIAAN PAKAN,
KAPASITAS TAMPUNG WILAYAH DAN ANALISIS SWOT
DI PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

(Development Strategy of Swamp Buffalo Through by Approach of Location Quotient, Feeds Avaibility,
Capacities of Regional Patch and SWOT Analysis
in South Kalimantan Province )

Achmad Jaelani)
ABSTRACT
An experiment was conducted to study Development Strategy of Swamp Buffaloes through by
approach of Location Quotient, Feeds Avaibility, Capacities of Regional Patch and SWOT Analysis in
South Kalimantan. The objectives of this study were to evaluate the potency of crop residues as feeds
resources, animal population density and to formulate strategy of swamp buffaloes development.. This
research was conducted from November 2002 to May 2003 in South Kalimantan. The data related to
ruminant characteristics were collected and analyzed, including analysis of swamp buffaloe
performances, animal unit-based population number, animal population density. Besides, the estimation of
annual products and capacities of crop residues, feeds capacity index. The formulation of strategy of
swamp buffaloes was conducted by applying SWOT analysis. The result showed that Based on LQ value,
Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan regency really more suited for development of swamp buffaloes.
The development strategy of swamp buffaloes which are relied on existence of farm potency, region
ability on livestock capacity, feeds availability can be done in Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan
regency. Its highly opened the opportunity of South Kalimantan as a supplied of swamp buffaloes with
strategy of optimalization of strenghten and opportunity and also strategy in minimizing threat and
weakness., beside arrangement of matching region with farm condition.

Key words : Development strategy, Swamp buffaloes, Location quotient, Feed availability, Livestock
capacity, SWOT Analysis

PENDAHULUAN pengembangan peternakan yang lebih baik


Propinsi Kalimantan Selatan merupakan
dibanding ketiga propinsi lain di Kalimantan.
salah satu propinsi yang memiliki potensi
Terbukti dari beberapa institusi pemerintah,

Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary

1
2

perguruan tinggi dan perusahaan berbasis kemampuan bertahan pada kondisi pakan

peternakan cukup banyak. Selain itu kemudahan seadanya. Namun demikian kerbau rawa ini

transportasi laut dan udara dari dan menunju memiliki keterbatasan yakni harus tersedia

pulau Jawa yang lebih ramai, sehingga lingkungan yang berair/lumpur untuk berkubang.

menjadikannya sebagai “Pintu Gerbang Terbatasnya informasi dan hasil

Kalimantan”. penelitian mengenai potensi wilayah dan

Di Kalimantan Selatan terdapat 11 pengembangan kerbau rawa di Propinsi

kota/kabupaten, 117 kecamatan dan 2.144 desa Kalimantan Selatan menjadikan perkembangan

dengan luas 37.377 km persegi dan dihuni oleh kerbau rawa tidak sepesat ternak lainnya.

2.999.262 jiwa atau kepadatan penduduknya 84 Dengan hal tersebut maka perencanaan

orang/km persegi, dengan laju pertambahan pengembangan kerbau rawa di Propinsi

penduduknya 2,18%. (Registrasi Penduduk Kalimantan Selatan harus lebih terarah dan dapat

Kalimantan Selatan Pertengahan Tahun 1999). dilakukan pada beberapa wilayah potensial

Terdapat beberapa kabupaten yang lainnya yang memiliki banyak kesamaan dengan

wilayahnya cukup banyak lahan rawa seperti daerah asalnya. Selain itu ada beberapa faktor

Banjarmasin, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai yang menjadi bahan pertimbangannya

Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan Barito Kuala. diantaranya adalah faktor biologis, sosial

Adapun kabupaten yang sebagian besar ekonomis, dan adat istiadat. Dengan melihat

wilayahnya terdiri dari lahan kering/padat adalah faktor-faktor tersebut akan diperoleh beberapa

Kotamadya Banjarbaru, masukan data baik yang menjadi faktor

Kerbau rawa (swamp buffalo) merupakan pendukung, penghambat, peluang dan

salah satu plasma nutfah Kalimantan Selatan tantangannya yang tergambar dalam analisis

yang sudah adaptif terhadap lingkungan yang SWOT. Setelah itu barulah kita dapat

berair. Disamping itu kerbau rawa memiliki

2
3

menentukan strategi apa yang paling tepat untuk

dilaksanakan.

kesesuaian lahan, ketersediaan pakan untuk

BAHAN DAN METODA mengoptimalkan sumberdaya lokal.

Penelitian dilakukan pada semua Sumber Data

kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan Sumber data penelitian adalah data

dengan penekanan pada kabupaten/kotamadya sekunder yang diperoleh dari instansi terkait

yang memiliki lahan rawa yang cukup luas, yang meliputi data statisik tentang gambaran

yakni Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai umum wilayah, potensi lahan dan penggunanya

Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai serta sumberdaya tanaman pangan dan

Utara. Lama penelitian sekitar 6 bulan. peternakan. Data pendukung lainnya berupa

Berdasarkan karakteristik yang ada dirancang laporan studi atau kajian dari berbagai pustaka

strategi pengembangan peternakan berdasarkan yang terkait penelitian.

3
Peubah Penelitian masing ternak ruminansia yaitu sapi,

1. Keragaan Ternak kerbau, kambing dan domba.

Bobot hidup kerbau rawa pada Untuk mengestimasi populasi


kerbau rawa dalam kurun waktu tertentu
berbagai umur, tingkat kelahiran,
digunakan model sebagai berikut :
tingkat kematian anak, tingkat kematian
Xt = Xt-1 + LT – Mt – Pt – Et
dewasa, afkir jantan, afkir induk, afkir Keterangan :
Xt = populasi akhit tahun t (ST)
dara, ratio jantan dan betina.
Xt-1 = populasi awal (ST)
2. Jumlah Populasi dan Satuan
Lt = jumlah yang lahir dalam
Ternak
tahun t (ST)
Untuk perhitungan jumlah
Mt = jumlah yang mati dalam
populasi ternak ruminansia berdasarkan tahun t (ST)
Pt = jumlah yang dipotong dalam
umur ternak digunakan nilai konversi
tahun t (ST)
(persentase) dari ternak anak, muda, dan
Et = jumlah yang dikeluarkan
dewasa terhadap populasi masing- dalam tahun t (ST)

Tabel 1. Parameter satuan ternak (ST) dan rumah tangga peternakan


(pemilikan ternak per orang)

pemilikan ternak per orang


No Jenis ternak Satuan ternak (Rumah tangga ternak = RTP)
1 Sapi 0,7583 x populasi 2,7 ekor/orang
2 Kerbau 0,9081 x populasi 3,5 ekor/orang
3 Kuda 0,6874 x populasi 1,4 ekor/orang
4 Kambing 0,1184 x populasi 4,5 ekor/orang
5 Domba 0,1255 x populasi 4,9 ekor/orang
6 Babi 0,2804 x populasi 4,9 ekor/orang
Keterangan : Hasil Sensus Pertanian , 1993

Dalam perhitungan ternak harus dan rumah tangga peternakan mengikuti


berdasarkan Satuan Ternak. Adapun aturan sebagai berikut :
parameter satuan ternak (animal unit)
Tabel 2. Konversi ternak kedalam satuan unit ternak (ST)
No Jenis ternak Umur
Anak Muda Dewasa
1 Sapi 0,25 0,6 1,0
2 Kerbau 0,29 0,69 1,15
3 Kuda 0,20 0,48 0,80
4 Kambing 0,04 0,08 0,16
5 Domba 0,04 0,07 0,14
Keterangan : Hasil Sensus Pertanian , 1993

3. Kepadatan Ternak tingkat propinsi digunakan analisis

Kepadatan ternak dibedakan Location Quotient (LQ). Rumus

dalam 3 tipe kepadatan yaitu kepadatan menghitung LQ menurut Anshari

ekonomi, kepadatan usahatani dan (2002)

kepadatan wilayah (Ditjen Peternakan LQ = ___Xi®/X®__


Xi(N)/X (N)
dan Balitnak, 1995). Pada penelitian ini
Keterangan :
menggunakan tipe kepadatan usaha tani.
Xi® : populasi ternak ruminansia
Kriteria yang digunakan untuk katagori ke-i dalam kabupaten R
X® : populasi total ternak
sangat padat > 2, padat > 1 – 2, sedang
ruminansia dalam kabupaten R
0,25 – 1,0 dan jarang < 0,25.
Xi(N) : populasi ternak ruminansia
4. Keunggulan Komparatif Ternak ke-i dalam propinsi
X (N) : populasi total ternak
Untuk mengetahui perbandingan
ruminansia propinsi
relatif antara kemampuan ternak
Nilai LQ > 1 : wilayah potensial sebagai
ruminansia di suatu kabupaten dengan pemasok secara yang secara komparatif
memiliki keunggulan dibanding wilayah
kemampuan sector yang sama pada
lain
5. Produksi Pakan Hijauan dan Adapun parameter produksi
Ketersediaan Bahan Kering
pakan hijauan diasumsikan sebagai

berikut :
a.Produksi padang rumput permanen b. Lahan kering = (1,026) x luas lahan

= 7,5 ton/ha/tahun (ha) x 0,59 ton BK per tahun

b. Produksi lahan perkebunan = c. Lahan hutan = (1,59 x luas lahan (ha)


x 0,36 ton BK per tahun
(5% x luas lahan setara produksi 1 Ha
Ketersediaan limbah pertanian
padang rumput)
dihitung berdasarkan rumus :
c.Produksi hutan budidaya = (5% x
a. Jerami padi = (3,86 x luas panen
luas lahan setara produksi 1 Ha
(ha) x 0,9 ) ton BK per tahun
padang rumput)
b. Jerami jagung = (0,86 x luas panen
d. Produksi hutan sekunder (2% x
(ha) x 0,9 ton BK per tahun
luas lahan setara produksi 1 Ha
c. Jerami kacang kedele = (1,59 x luas
padang rumput)
panen (ha) x 0,9 ton BK per tahun
e.Produksi galangan ( 2,5 x luas = berat
d. Jerami kacang tanah = (2,14 x luas
: 10% x berat = 1 Ha padang rumput
panen (ha) x 0,9 ton BK per tahun
f. Produksi sawah bera (20% x luas
e. Jerami kacang hijau = (1,59 x luas
sawah = berat : 10% x berat = 1 Ha
panen (ha) x 0,9 ton BK per tahun
padang rumput)
f. Daun ubi jalar = (1,91 x luas panen
g. Produksi pinggir jalan raya ; 1
(ha) x 0,9 ton BK per tahun
km jalan raya = 1 Ha padang rumput
g. Daun ubi kayu = (0,92 x luas panen
h. Daya tumbuh rumput 60%
(ha) x 0,9 ton BK per tahun
Ketersediaan bahan kering rumput

dihitung dengan rumus :


6. Analisis SWOT
a. Lahan sawah = (0,7759 x luas lahan
Analisis SWOT (David, 2001)
(ha) x 0,37 ton BK per tahun
dilakukan terhadap data hasil observasi
untuk merancang strategi Tahap II : Tahap Pencocokan, yakni
pengembangan kerbau rawa. Disini membuat matriks Treats-
dibuat matriks dalam 3 tahap yakni : Opportunities dan
Tahap I : Tahap Input, yakni dengan Weaknesses-Strenghts
membuat matriks evaluasi (TOWS)
atas factor ekternal (EFE) Tahap III : Tahap Keputusan, membuat
dan internal (EFI) strategi perencanaan

HASIL DAN PEMBAHASAN tanah di Kalimantan Selatan umumnya


Letak Geografis dan Wilayah
kurang dari 100 dpl.
Secara administratif Propinsi
Berdasarkan klasifikasi Schmidt
Kalimantan Selatan memiliki luas
- Ferguson, iklim Kalimantan Selatan
37.377 km persegi, dan wilayahnya
termasuk Tipe A dengan curah hujan
terletak diantara 114o19’13” –
tahunan rata-rata 2.177 mm. Curah
116o33’28” Bujur Timur dan 1o21’49” –
hujan tinggi terjadi pada bulan
4o10’14” Lintang selatan. Wilayah ini
November sampai dengan bulan April
dibatasi oleh Kalimantan Timur di
dan bulan-bulan rendah terjadi pada
sebelah Utara, Laut Jawa di sebelah
bulan Mei sampai bulan Oktober. Suhu
Selatan, Kalimantan Tengah di sebelah
terendah adalah 19,9 oC dan tertinggi
Barat dan Selat Makasar di sebelah
adalah 35,0 oC. Kelembaban udara rata-
Timur. Pegunungan Meratus yang
rata berkisar 74 – 91%.
membentang dari Utara ke Selatan
Tataguna lahan
membagi propinsi ini menjadi dua
Prosentase lahan di Propinsi
bagian yaitu bagian barat yang
Kalimantan Selatan ternyata masih
didominasi oleh rawa dan bagian timur
didominasi oleh hutan baik itu hutan
merupakan perbukitan. Ketinggian
Produksi tetap (39,07%), hutan
produksi tidak tetap (25,50%) dan hutan tentang tataguna lahan di Propinsi

rakyat (12,77%). Adapun selengkapnya Kalsel diperlihatkan pada Gambar 1.

PEMANFAATAN LAHAN DI PROPINSI


KALIMANTAN SELATAN Pekarangan

Tegalan/kebun

ladang/huma

padang rumput

rawa tidak
ditanami
tambak

kolam/empang

lahan tidur

hutan rakyat

hutan produksi
tetap
hutan produksi
terbatas
suaka
margasatwa

Gambar 1. Pemanfaatan lahan di Propinsi Kalimantan Selatan

Kerbau Rawa Sub genus : bubalinae


Camoens (1976) menguraikan
Spesies : Bubalus bubalis
sistematika kerbau rawa sebagai berikut
Keadaan lingkungan merupakan
Kelas : Mamalia
salah satu faktor yang berpengaruh
Ordo : ungulata
terhadap produksi ternak baik langsung
Sub ordo : artiodactyla
maupun tidak langsung. Keadaan
Sub familia : bovinae
lingkungan dipengaruhi oleh iklim yang
Genus : bubalus
merupakan perubahan terpadu dari
unsur-unsur suhu, kelembaban dan lingkungan ekstrim lebih rendah

curah hujan. dibanding sapi atau ternak lain. Suhu

Kerbau rawa adalah hewan tubuh kerbau rawa relatif lebih rendah

berdarah panas (homoioterm) yang daripada sapi meskipun berkulit gelap

pusat pengaturan panas tubuhnya mulai yang lebih mampu menyerap panas.

bekerja mempertahankan panas tubuh Jumlah kelenjar keringat kerbau rawa

bila suhu lingkungan di atas atau di seperenam kelenjar keringat sapi

bawah zona nyaman. Menurut sehingga kerbau rawa lebih sulit

Fahimuddin (1975), zona nyaman untuk melepas panas tubuh melalui keringat.

kerbau berkisar antara 15,5 oC sampai Sifat-sifat reproduksi biasanya dijadikan

21 oC. Di atas suhu 24 oC kerbau rawa parameter dalam menentukan

sudah mengalami stress. Suhu produktivitas ternak. Adapun sifat–sifat

lingkungan 36,5 oC merupakan batas reproduksi kerbau rawa diperlihatkan

kritis bagi mekanisme termoregulasi. pada Tabel 3.

Kerbau rawa mempunyai

adaptasi fisiologik terhadap suhu

Tabel 3. Sifat-sifat Reproduksi Kerbau Rawa dan Kerbau Murrah


Sifat-sifat Bangsa Kerbau
Reproduksi Kerbau Rawa Kerbau Sungai
Umur kawin pertama (tahun) 2,50 (1,6 – 3,0) -
Lama bunting (hari) 315 – 335 308 – 314
Umur beranak pertama (tahun) 4,30 (3,0 – 6,0) 4,00 – 4,30
Siklus berahi (hari) 20 – 28 22 – 37
Lama berahi (jam) 12 – 36 24 – 48
Angka kelahiran (%) 30 – 60 -
Selang beranak (tahun) 1,50 – 2,00 -
Servis perconseption * 1,60 – 2,00 1,40 – 2,10
Angka kebuntingan* 36,00 – 82,00
a. Secara alami 63,20
b. Inseminasi buatan 57,90
Sumber : Chantalakhana, 1980 *) Toelihere, 1981 dalam Busono (1993)
Kepadatan Ternak Kotamadya Banjarmasin. Hal ini
Dilihat dari luas lahan dan
menunjukan bahwa lahan yang tersedia
populasi ternak yang ada (dalam satuan
masih cukup luas untuk dapat
ternak), ternyata kepadatan ternaknya
menampung ternak.
kurang dari 1 UT/Ha terkecuali

Tabel 4. Kepadatan Ternak Ruminansia di Propinsi Kalimantan Selatan


No Kabupaten Luas lahan populasi Kepadatan Ternak
(Ha) (ST) (ST/Ha)
1 Banjarbaru 37.030 21.268,155 0,57
2 Banjarmasin 7.200 1.669,3862 1,55
3 Banjar 466.950 11.452,551 0,02
4 Tapin 270.082 6.126,48 0,02
5 H.S Selatan 170.300 8.201,487 0,05
6 H.S tengah 147.200 10.998,57 0,07
7 H.S Utara 277.100 8.958,778 0,03
8 Tabalong 394.600 9.566,28 0,02
9 Tanah laut 363.135 49.610,44 0,14
10 Kotabaru 1.304.450 35.372,71 0,03
11 Batola 299.696 5.267,943 0,02
Jumlah 3.737.743 149535,3 0,04
Sumber : Hasil Pengolahan dari data Dinas Peternakan, 2001

Rumah Tangga Peternak kepemilikannya cukup tinggi untuk

Rumah tangga peternak adalah masing-masing kabupaten. Hanya

suatu parameter untuk melihat berbagai Kotamadya Banjarbaru, Banjarmasin

jenis ternak yang dimiliki. Pada Tabel 5 dan Tabalong yang kepemilikan ternak

terlihat bahwa untuk ternak kerbau, kerbau yang rendah.

Tabel 5. Rumah tangga peternak di Propinsi Kalimantan Selatan


No Kabupaten Pemilikan Ternak per Orang
Sapi Kerbau Kambing Domba
1 Banjarbaru 1.027,7778 12 304,44444 9,7959184
2 Banjarmasin 744,8148 9,428571 156,4444 50,61224
3 Banjar 4.715.926 343,4286 1.311,333 11,22449
4 Tapin 2629,3 165,1429 383,3333 21,83673
5 H.S Selatan 2.479,259 803,4286 1.026,889 40,20408
6 H.S tengah 3.338,519 514,5714 4.259,778 419,7959
7 H.S Utara 1.287,407 1.859,714 696,4444 66,73469
8 Tabalong 4.367,407 1,142857 1.161,111 3,469388
9 Tanah laut 22.007,04 1.111,714 1.758,667 134,2857
10 Kotabaru 8691,111 5.120,857 2.439,333 4,693878
11 Batola 1.828.148 140.8571 2.019.333 2,44898
Sumber : Hasil Pengolahan dari data Dinas Peternakan, 2001

Keunggulan Komparatif/Location ternyata Kabupaten Hulu Sungai Utara


Quotient (LQ)
dan Hulu Sungai Selatan yang lebih
Untuk menilai jenis ternak yang
tepat mengusahakan ternak Kerbau
cocok di suatu daerah dilakukan
rawa. Hal ini dikarenakan nilai LQ nya
perhitungan nilai LQ (Ashari, 2002).
> 1.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ

Tabel 6. Nilai Location Quotient (LQ) Ternak Ruminansia di


Propinsi Kalimantan Selatan
No Kabupaten/ Jenis Ternak Ruminansia
Kodya
Sapi potong Kerbau Kambing Domba
1 Banjarbaru 1.6467126 0.0101201 0.166824 0.1088938
2 Banjarmasin 1.246641943 0.083140793 0.896347775 5.882736124
3 Banjar 1.1099255 0.4258318 1.056484 0.1834526
4 Tapin 1.302109 0.430812 0.649759 0.750881
5 H.S Selatan 0.81852 1.397429 1.160524 0.921739
6 H.S tengah 0.520236 0.422442 2.272251 4.542709
7 H.S Utara 0.457572 3.482289 0.847331 1.647122
8 Tabalong 1.197419 0.001651 1.089731 0.066055
9 Tanah laut 1.445018 0.384574 0.395292 0.612311
10 Kotabaru 0.587437 0.238453 2.221165 0.050093
11 Batola 1.25478 0.3476 1,8490 0.18625
Sumber : Hasil Pengolahan dari data Dinas Peternakan, 2001

Ketersediaan Hijauan mengitung daya tampung ternak harus


Peluang penambahan ternak
diketahui luas lahan dan produksi
perlu diketahui agar kapasitas tampung
hijauan tiap penggunaan
suatu wilayah dapat optimal. Untuk
lahan/tahunnya.
Tabel 7. Ketersediaan bahan kering rumput di Propinsi Kalimantan
Selatan (Ton BK per tahun)
No Kabupaten Lahan Sawah Lahan Kering Lahan Hutan
1 Banjarbaru - - -
2 Banjarmasin 234.2597 0 0
3 Banjar 8547.322 8464.469 79384.77
4 Tapin 3801.266 3164.112 12566.23
5 H.S Selatan 2907.577 5122.387 20031.69
6 H.S tengah 1255.127 951.5945 32069.48
7 H.S Utara 1406.707 5340.915 58219.76
8 Tabalong 5851.039 2394.12 11648.94
9 Tanah laut 8658.136 7231.997 81949.69
10 Kotabaru 11417.29 69095.32 404508.1
11 Batola 2996.285 0 38097.51
Sumber : Hasil Pengolahan dari data Dinas Peternakan, 2001

Limbah tanaman padi yang pakan sapi maupun kerbau rawa masih

berupa dedak yang paling banyak rendah. Jeramin jagung dan kacang

digunakan. Namun pemakaian terbesar tanah cukup tinggi produksinya dan

adalah untuk ternak unggas. Adapun sangat diminati ternak ruminansia.

untuk ternak potong (ruminansia) Potensi yang belum

tanaman ubi kayu, jagung , kacang dimanfaatkan secara optimal adalah

tanah, ubi jalar produksinya perlu jerami padi dan pucuk daun tebu. Upaya

ditingkatkan agar ketersediaan ke arah tersebut harus dilakukan

limbahnya cukup banyak. Terlebih misalnya dengan mengadakan

pemakaian untuk ternak dari limbah penyuluhan dan demo unit/percontohan

hasil pertanian ini sangat diminati seperti amoniasi jerami dengan

ternak ruminansia 30 – 90%. menggunakan starbio dan urea,

Adapun produksi hijauan/jerami pembuatan silase dengan penambahan

padi meskipun produksinya cukup EM4, penggunaan UMMB (urea

tinggi namun pemanfaatannya sebagai molasses multinutrient block).


Optimalisasi Daya Dukung Lahan mengintroduksi rumput lokal yang

A. Penataan Kebun Bibit Hijauan sesuai dengan lahan didaerah tersebut.


Makanan Ternak (HMT)
Dengan demikian dapat diketahui
Inventarisasai kebun HMT
produksinya dan kandungan nutrisinya
dimaksudkan untuk mengetahui
sehingga memudahkan dalam
keberadaan kebun HMT yang berada di
perhitungan penyusunan pakan untuk
kabupaten/kotamadya. Dari hasil
kebutuhan ternak pada berbagai
inventarisasi dapat ketahui rumput
tingkatan umur.
yang banyak ditanam dan

Tabel 8. Keadaan Kebun Hijauan Makanan Ternak di Propinsi Kalimantan Selatan


No Kabupaten Luas (Ha) Jenis HMT Rencana Jenis HMT
Pengembangan
1 Tapin 7,00 King Grass 7,00 King Grass
2 H.S. Selatan 7,50 King Grass 2,00 King Grass
3 H.S. Tengah 1,75 King Grass 5,00 King Grass
Setaria
4 H.S. Utara 16,50 King Grass 24,00 Padi
Hiyang
King Grass
5 Tabalong 8,40 King Grass 4,00 King Grass
6 Tanah Laut 12,00 King Grass 8,00 King Grass
BD dan BD dan
Setaria Setaria
7 Barito Kuala 3,25 King Grass 14,00 King Grass
BD dan BD dan
Setaria Setaria
Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan, 2000

B. Pemanfaatan Hijauan Lokal maupun lahan kering. Disini perlu


Sebetulnya masih banyak
identifikasi dan pemisahan rumput-
rumput lokal yang potensinya cukup
rumput mana yang tumbuh baik pada
baik, namun belum termanfaatkan
lahan rawa dan mana pada lahan kering,
secara optimal. Rumput-rumput ini
karena hal ini akan menentukan rumput
banyak dijumpai pada lahan rawa
yang mana yang lebih tepat untuk

kerbau rawa.

Tabel 9. Kandungan nutrisi rumput lokal Kalimantan Selatan


No Jenis Rumput Kandungan Nutrisi
Lokal Bahan kering (%) Protein Kasar TDN (%)
(%)
1 Petungan 84,66 11 52,22
2 Adas-adas 88,28 10 48,40
3 Gabusan 75,95 10,12 49,53
4 Kembangan 87,83 8,88 46,38
5 Pring-pringan 86,66 11 52,22
6 Abangan 58,25 11,12 52,22
7 Pahitan 80,65 12 52,20
8 Kerpaan 83,70 11,25 51,85
9 Jagungan 83,70 11,25 51,85
10 Banta 86,36 8,75 50,15
11 Teki 89,70 5,62 52,52
12 Kerangkongan 57,94 12,69 49,69
13 Lulangan 82,80 9 45,30
14 Puyangan 81,32 9,12 51,42
15 Lamuran 88,84 8,81 50,51
16 Grinting 90,38 10,69 51,29
17 Gabusan Merah 67,32 12,38 52,38
18 Pahitan Keriting 87,36 9,31 47,21
19 Perumpungan 73,38 13,06 50,86
20 Lulangan Hijau 69,19 14,44 54,74
Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan, 2000

Analisis Kemampuan Wilayah dalam tampung dari masing-masing lahan


Menampung Ternak
Kemampuan suatu wilayah tersebut. Ada pembatasan untuk lahan

dalam menampung ternak harus melihat garapan yaitu sawah, ladang/huma,

kepada data-data pekarangan, lahan kebun/tegalan, perkebunan

garapan dan hutan berikut daya

Tabel 10. Analisis kemampuan wilayah menampung ternak di Propinsi


Kalimantan Selatan
Kabupaten Parameter
a PK b LG c Hutan PM(SL)
Banjarbaru 0,506 - 1,023 - 1,391 - -
Banjarmasin 0,506 3.583 1,023 816 1,391 - 8.349,686
Banjar 0,506 114.217 1,023 160.294 1,391 95.543 303.277,2
Tapin 0,506 8.090 1,023 117.444 1,391 15.124 141.635,7
H.S Selatan 0,506 12.286 1,023 59.836 1,391 24.109 95.435,86
H.S tengah 0,506 3.872 1,023 63.887 1,391 38.597 119.261,7
H.S Utara 0,506 11.286 1,023 99.920 1,391 70.070 200.317,5
Tabalong 0,506 12.573 1,023 128271 1,391 14.020 131.241,4
Tanah laut 0,506 22.777 1,023 124.735 1,391 98.630 266.073,7
Kotabaru 0,506 29.522 1,023 288.669 1,391 483.843 969.987,2
Batola 0,506 14.749 1,023 119.739 1,391 45.852 187.099,1
Sumber : Hasil Pengolahan dari data Dinas Peternakan, 2001
Keterangan : yang dimaksud lahan garapan adalah: tegal/kebun, ladang/ huma, sawah,
perkebunan

Tabel 11. Kapasitas Tampung dan Peluang Penambahan Ternak Ruminansia (KPPTR) di
Propinsi Kalimantan Selatan
No Kabupaten Kapasitas Populasi Pemanfaatan Peluang
tampung (ST) (%) Penambahan
(ST) (ST)
1 Banjarbaru - 21.268,155 - -
2 Banjarmasin 8.349,686 1.669,3862 19,19 6.680,30
3 Banjar 303.277,2 11.452,551 3,78 291.842,649
4 Tapin 141.635,7 6.126,48 4,33 135.509,22
5 H.S Selatan 95.435,86 8.201,487 8,59 87.234,373
6 H.S tengah 119.261,7 10.998,57 9,22 108.263,13
7 H.S Utara 200.317,5 8.958,778 4,47 11.078,722
8 Tabalong 131.241,4 9.566,28 7,29 121.674,6
9 Tanah laut 266.073,7 49.610,44 18,64 216.642,26
10 Kotabaru 969.987,2 35.372,71 3,65 934.614,49
11 Batola 187.099,1 5.267,943 2,82 181.831, 157
Sumber : Hasil Pengolahan dari data Dinas Peternakan, 2001

Berdasarkan kapasitas tampung tinggi adalah Banjarmasin dan Tanah

ternyata pemanfaatan lahan untuk Laut. Untuk daerah-daerah lain masih

semua populasi yang ada berkisar antara bisa dikembangkan untuk dapat

2,82 – 19,19%. Daerah yang memiliki menampung ternak dengan jumlah yang

tingkat pemanfaatan lahan yang cukup optimal.

ANALISIS SWOT SISTEM USAHATANI KERBAU RAWA

KEKUATAN KELEMAHAN
 Kapasitas tampung ternak  Jenis hijauan relatif lebih
masih cukup tinggi sedikit
INTERNAL  Jumlah ternak sebagai  Kesulitan dalam
prestise transportasi (lewat sungai)
 Ketersediaan hijauan  Produktivitas masih
sepanjang tahun rendah
 Keamanan ternak cukup  Jarang dipekerjakan
terjamin sebagai ternak kerja
 Kekeluargaan yang tinggi  Lokasi kalang (kandang)
atar pemilik kalang menyulitkan pemilik
EKSTERNAL  Kerbau rawa tahan  Tenaga kerja harus selalu
terhadap kondisi pakan tinggal di kalang
kualitas rendah
PELUANG Strategi (SO) Strategi (WO)
 Terbukanya pasar di  Setiap tahun diadakan  Mengoptimalkan
propinsi Kalteng dan lomba pacuan kerbau teknologi IB
Kaltim rawa
 Pemanfaatan hijauan  Perlunya optimalisasi  Perlunya introduksi
pakan lokal pemanfaatan RPH rumput tahan di lahan
gambut
 Terbukanya peluang  Lokasi kalang dibuat
pariwisata dekat dengan jalur
transportasi
 Masih luasnya lahan  Perlunya lomba bibit
rawa yang belum kerbau rawa
dimanfaatkan
 Masih terbukanya
penambahan ternak
sesuai kapasitas
tampung
ANCAMAN Strategi (ST) Strategi (WT)
 Kebiasaan masyarakat  Perlu digiatkan prestise  Perlunya diciptakan
yang lebih menyukai status sosial berdasarkan pangsa daging kerbau
ikan jumlah kepemilikan yang baru
kerbau rawa
 Keamanan ternak  Perlu digiatkan kembali
dijadikan pemicu untuk kebiasaan hajatan
beternak kerbau rawa memakan daging kerbau

Strategi Pengembangan Produksi dan hasil ikutan


Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman
Pertanian dan Industri Pertanian pertanian dan industri pertanian

merupakan potensi pakan ternak yang


mendukung pengembangan ternak besar pembibitan seperti : Hulu sungai Utara,

di Kalimantan Selatan. Masih banyak Hulu sungai Tengah dan Hulu Sungai

limbah pertanian dan industri pertanian Selatan disamping Barito Kuala.

yang belum termanfaatkan. Hal ini Dalam upaya mendukung

terbukti apabila kita hitung produksi kegiatan tersebut perlu direncanakan

sisa pertanian tanaman padi, jagung, kegiatan sebagai berikut :

kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan a. Penyebaran kerbau rawa ke

kedelai yang cukup tinggi dengan daerah lain yang potensial

persentase pemanfaatan untuk ternak b. Pemanfaatan hijauan pakan

masih cukup tinggi terkecuali jerami lokal

padi, jerami dan daun ubi kayu, pucuk c. Penyediaan bibit kerbau rawa

tebu dan bungkil kelapa sawit. yang unggul melalui kontes

Pengembangan Kawasan Kerbau ternak

Rawa d. Perbaikan reproduksi melalui

Pengembangan kawasan kerbau inseminasi buatan

rawa adalah pengembangan hamparan e. Optimalisasi daya dukung lahan

suatu kawasan kerbau rawa yang sudah f. Penyusunan buku panduan

ada dan bertujuan memenuhi keinginan pengembangan kawasan kerbau

tertentu yaitu dalam rangka mendukung rawa

swasembada ternak potong. g. Pemberdayaan kelompok

Kawasan kerbau rawa diarahkan peternak

pada kegiatan pembibitan dan h. Peningkatan kerjasama dengan

penggemukan. Namun daerah-daerah lembaga keuangan

tertentu dijadikan sebagai sentra


Perbaikan mutu genetik lain, hal ini berarti selain 2 daerah

Mutu genetik ternak dapat tersebut memiliki kapasitas tampung

diperbaiki dengan beberapa cara, yang cukup besar sehingga peluang

diantaranya dengan memilih pejantan penambahan satuan ternak masih

unggul untuk dijadikan bibit. Untuk cukup tinggi.

kerbau rawa biasanya tiap tahun suka 3. Berdasarkan analisis kemampuan

diadakan lomba pacuan kerbau rawa. wilayah untuk menampung ternak

Arena ini selain dijadikan kegiatan ternyata Kabupaten Kotabaru

pariwisata yang dapat menghasilkan memiliki nilai tertinggi, namun

devisa, juga bisa dijadikan pemilihan disini masih umum untuk semua

pejantan unggul. Biasanya yang menang ternak ruminansia dan bukan khusus

dalam perlomban memiliki nilai jual untuk kerbau rawa.

yang tinggi. 4. Strategi pengembangan kerbau rawa

KESIMPULAN yang didasarkan pada keberadaan

1. Berdasarkan nilai kesesuaian lokasi potensi dan kesesuaian lahan,

(Location Quetion) ternyata kemampuan wilayah dalam

Kabupaten Hulu Sungai Utara dan menampung ternak, ketersediaan

Hulu Sungai Selatan cocok untuk pakan (hijauan dan limbah

habitat kerbau rawa dimana nilai LQ pertanian) dapat dilakukan di

nya > 1 Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan

2. Kotamadya Banjarmasin dan Hulu Sungai Selatan

Kabupaten Tanah Laut memiliki 5. Berdasarkan analisis SWOT, masih

persentase pemanfaatan lahan yang terbukanya peluang menjadikan

cukup tinggi dibanding kabupaten Propinsi Kalimantan Selatan sebagai


pemasok kerbau rawa dengan meminimumkan acaman dan

strategi optimalisasi keunggulan kelemahan yang ada.

yang ada serta strategi dalam

DAFTAR PUSTAKA Kalimantan Selatan,


Banjarbaru
1. Badan Pusat Statistik. Survey
Pertanian Luas Lahan
7. Ditjen Peternakan dan Balitnak.
Menurut Penggunanya di
1995. Pedoman Analisis
Indonesia. Badan Pusat
Potensi Wilayah Penyebaran
statistik, Jakarta
dan Pengembangan
Peternakan. Direktorat
2. Batosamma, Y.T. 1985. Penerapan
Jendral Peternakan dan Balai
teknologi inseminasi buatan
Penelitian Ternak, Jakarta
untuk pelestaraian sumber
daya ternak Kerbau Belang.
8. Ditjen Produksi Peternakan. 2001.
Disertasi. Program Pasca
Statistik Peternakan 2001.
sarjana IPB, Bogor
Direktorat Jendral Produksi
Peternakan, Jakarta
3. Busono. W. 1993. Pengaruh beban
kerja dan pakan tambahan
9. Soedarsono. 1989. Daya reproduksi
terhadap perubahan bobot
dan beberapa aspek produksi
badan dan beberapa aktifitas
kerbau lumpur (Bubalus
reproduksi kerbau lumpur
bubalis) di kawasan pantai
betina (Bubalus bubalis).
utara Jawa Tengah. Disertasi.
Disertasi. Program Pasca
Program Pasca sarjana IPB,
sarjana IPB, Bogor
Bogor
4. David, F.R. 2001. Strategic
10. LPM UNPAD. 2001. Analisis
Management.: Concep and
Penetapan Potensi
Cases. 8th ed. Prentice Hall,
Pengembangan Ternak
Inc., New Jersey
Unggulan dan Pemetaan
Kawasan Agribisnis
5. Dinas Peternakan Kalimantan
Peternakan di Kabupaten
Selatan. 2001. Statistik
Garut, Tasikmalaya dan
Peternakan Tahun 2001.
Ciamis. Dinas Peternakan
Dinas Peternakan Propinsi
Propinsi Jawa Barat dan
Kalimantan Selatan,
Lembaga Pengabdian Pada
Banjarbaru
masyarakat UNPAD,
Bandung
6. Dinas Peternakan Kalimantan
Selatan. 2001. Laporan
11. Nazir, M. 1989. Metode Penelitian.
Tahunan Dinas Peternakan
Galia Indonesia, Jakarta
Tahun 2001. Dinas
Peternakan Propinsi
12. Wiyatna, M.F. 2002. Potensi dan
strategi pengembangan sapi
potong di Kabupaten
Sumedang Propinsi Jawa
barat. Thesis. Program
Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor

Potrebbero piacerti anche