Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
(Development Strategy of Swamp Buffalo Through by Approach of Location Quotient, Feeds Avaibility,
Capacities of Regional Patch and SWOT Analysis
in South Kalimantan Province )
Achmad Jaelani)
ABSTRACT
An experiment was conducted to study Development Strategy of Swamp Buffaloes through by
approach of Location Quotient, Feeds Avaibility, Capacities of Regional Patch and SWOT Analysis in
South Kalimantan. The objectives of this study were to evaluate the potency of crop residues as feeds
resources, animal population density and to formulate strategy of swamp buffaloes development.. This
research was conducted from November 2002 to May 2003 in South Kalimantan. The data related to
ruminant characteristics were collected and analyzed, including analysis of swamp buffaloe
performances, animal unit-based population number, animal population density. Besides, the estimation of
annual products and capacities of crop residues, feeds capacity index. The formulation of strategy of
swamp buffaloes was conducted by applying SWOT analysis. The result showed that Based on LQ value,
Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan regency really more suited for development of swamp buffaloes.
The development strategy of swamp buffaloes which are relied on existence of farm potency, region
ability on livestock capacity, feeds availability can be done in Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan
regency. Its highly opened the opportunity of South Kalimantan as a supplied of swamp buffaloes with
strategy of optimalization of strenghten and opportunity and also strategy in minimizing threat and
weakness., beside arrangement of matching region with farm condition.
Key words : Development strategy, Swamp buffaloes, Location quotient, Feed availability, Livestock
capacity, SWOT Analysis
1
2
perguruan tinggi dan perusahaan berbasis kemampuan bertahan pada kondisi pakan
peternakan cukup banyak. Selain itu kemudahan seadanya. Namun demikian kerbau rawa ini
transportasi laut dan udara dari dan menunju memiliki keterbatasan yakni harus tersedia
pulau Jawa yang lebih ramai, sehingga lingkungan yang berair/lumpur untuk berkubang.
kota/kabupaten, 117 kecamatan dan 2.144 desa Kalimantan Selatan menjadikan perkembangan
dengan luas 37.377 km persegi dan dihuni oleh kerbau rawa tidak sepesat ternak lainnya.
2.999.262 jiwa atau kepadatan penduduknya 84 Dengan hal tersebut maka perencanaan
penduduknya 2,18%. (Registrasi Penduduk Kalimantan Selatan harus lebih terarah dan dapat
Kalimantan Selatan Pertengahan Tahun 1999). dilakukan pada beberapa wilayah potensial
Terdapat beberapa kabupaten yang lainnya yang memiliki banyak kesamaan dengan
wilayahnya cukup banyak lahan rawa seperti daerah asalnya. Selain itu ada beberapa faktor
Banjarmasin, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai yang menjadi bahan pertimbangannya
Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan Barito Kuala. diantaranya adalah faktor biologis, sosial
Adapun kabupaten yang sebagian besar ekonomis, dan adat istiadat. Dengan melihat
wilayahnya terdiri dari lahan kering/padat adalah faktor-faktor tersebut akan diperoleh beberapa
salah satu plasma nutfah Kalimantan Selatan tantangannya yang tergambar dalam analisis
yang sudah adaptif terhadap lingkungan yang SWOT. Setelah itu barulah kita dapat
2
3
dilaksanakan.
dengan penekanan pada kabupaten/kotamadya sekunder yang diperoleh dari instansi terkait
yang memiliki lahan rawa yang cukup luas, yang meliputi data statisik tentang gambaran
yakni Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai umum wilayah, potensi lahan dan penggunanya
Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai serta sumberdaya tanaman pangan dan
Utara. Lama penelitian sekitar 6 bulan. peternakan. Data pendukung lainnya berupa
Berdasarkan karakteristik yang ada dirancang laporan studi atau kajian dari berbagai pustaka
3
Peubah Penelitian masing ternak ruminansia yaitu sapi,
berikut :
a.Produksi padang rumput permanen b. Lahan kering = (1,026) x luas lahan
Tegalan/kebun
ladang/huma
padang rumput
rawa tidak
ditanami
tambak
kolam/empang
lahan tidur
hutan rakyat
hutan produksi
tetap
hutan produksi
terbatas
suaka
margasatwa
Kerbau rawa adalah hewan tubuh kerbau rawa relatif lebih rendah
pusat pengaturan panas tubuhnya mulai yang lebih mampu menyerap panas.
Fahimuddin (1975), zona nyaman untuk melepas panas tubuh melalui keringat.
jenis ternak yang dimiliki. Pada Tabel 5 dan Tabalong yang kepemilikan ternak
Limbah tanaman padi yang pakan sapi maupun kerbau rawa masih
berupa dedak yang paling banyak rendah. Jeramin jagung dan kacang
tanah, ubi jalar produksinya perlu jerami padi dan pucuk daun tebu. Upaya
kerbau rawa.
Tabel 11. Kapasitas Tampung dan Peluang Penambahan Ternak Ruminansia (KPPTR) di
Propinsi Kalimantan Selatan
No Kabupaten Kapasitas Populasi Pemanfaatan Peluang
tampung (ST) (%) Penambahan
(ST) (ST)
1 Banjarbaru - 21.268,155 - -
2 Banjarmasin 8.349,686 1.669,3862 19,19 6.680,30
3 Banjar 303.277,2 11.452,551 3,78 291.842,649
4 Tapin 141.635,7 6.126,48 4,33 135.509,22
5 H.S Selatan 95.435,86 8.201,487 8,59 87.234,373
6 H.S tengah 119.261,7 10.998,57 9,22 108.263,13
7 H.S Utara 200.317,5 8.958,778 4,47 11.078,722
8 Tabalong 131.241,4 9.566,28 7,29 121.674,6
9 Tanah laut 266.073,7 49.610,44 18,64 216.642,26
10 Kotabaru 969.987,2 35.372,71 3,65 934.614,49
11 Batola 187.099,1 5.267,943 2,82 181.831, 157
Sumber : Hasil Pengolahan dari data Dinas Peternakan, 2001
semua populasi yang ada berkisar antara bisa dikembangkan untuk dapat
2,82 – 19,19%. Daerah yang memiliki menampung ternak dengan jumlah yang
KEKUATAN KELEMAHAN
Kapasitas tampung ternak Jenis hijauan relatif lebih
masih cukup tinggi sedikit
INTERNAL Jumlah ternak sebagai Kesulitan dalam
prestise transportasi (lewat sungai)
Ketersediaan hijauan Produktivitas masih
sepanjang tahun rendah
Keamanan ternak cukup Jarang dipekerjakan
terjamin sebagai ternak kerja
Kekeluargaan yang tinggi Lokasi kalang (kandang)
atar pemilik kalang menyulitkan pemilik
EKSTERNAL Kerbau rawa tahan Tenaga kerja harus selalu
terhadap kondisi pakan tinggal di kalang
kualitas rendah
PELUANG Strategi (SO) Strategi (WO)
Terbukanya pasar di Setiap tahun diadakan Mengoptimalkan
propinsi Kalteng dan lomba pacuan kerbau teknologi IB
Kaltim rawa
Pemanfaatan hijauan Perlunya optimalisasi Perlunya introduksi
pakan lokal pemanfaatan RPH rumput tahan di lahan
gambut
Terbukanya peluang Lokasi kalang dibuat
pariwisata dekat dengan jalur
transportasi
Masih luasnya lahan Perlunya lomba bibit
rawa yang belum kerbau rawa
dimanfaatkan
Masih terbukanya
penambahan ternak
sesuai kapasitas
tampung
ANCAMAN Strategi (ST) Strategi (WT)
Kebiasaan masyarakat Perlu digiatkan prestise Perlunya diciptakan
yang lebih menyukai status sosial berdasarkan pangsa daging kerbau
ikan jumlah kepemilikan yang baru
kerbau rawa
Keamanan ternak Perlu digiatkan kembali
dijadikan pemicu untuk kebiasaan hajatan
beternak kerbau rawa memakan daging kerbau
di Kalimantan Selatan. Masih banyak Hulu sungai Tengah dan Hulu Sungai
kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan a. Penyebaran kerbau rawa ke
padi, jerami dan daun ubi kayu, pucuk c. Penyediaan bibit kerbau rawa
devisa, juga bisa dijadikan pemilihan disini masih umum untuk semua
pejantan unggul. Biasanya yang menang ternak ruminansia dan bukan khusus