Sei sulla pagina 1di 5

Berita Biologi Vol. 4, No.

2 & 3, Juli 1997 & Januari 1998

REGENERASI TANAMAN BELIMBING MELALUI KULTUR AKAR


SECARA IN-VITRO
(Plant Regeneration of Star Fruit through Root Culture)

L. Agus Sukamto

Puslitbang Biologi - LIPI


Jl. Ir. H. JuandaNo. 18 Bogor 16122

ABSTRACT

Star fruit (Averrhoa carambola L.) is considered originally from Indonesia. In-vitro propagation of star fruit-
is a very few. Propagation of star fruit through leaf, seedling and cotyledon culture have succeeded but its propagation
through root culture has not been reported. This experiment was carried out to know the responses of star fruit root
culture. Roots of young seedling of star fruit grown in-vitro were cut and cultured on one-halfMurashige <& Skoog (MS)
medium with or without addition of1 mg/16-ben^ylaminopurine (BA). The response of explants were determined by
age of the seedlings which young seedlings were more response than the old ones. Somatic embryogenesis occurred on explan
star fruit roots after 9 weeks incubation. Explants produced little callus on excised roots andprofused multiple shoots
on MS with addition of BA, whereas explants only produced a few shoots without any producing callus on medium MS
without any addition ofBA. This indicated that star fruit can be propagated from its root which is a very rare success of
the other plant regeneration from root culture.

Keywords -.plant regeneration, star fruit, root culture, in-vitro, somatic embryogenesis

PENDAHULUAN kotiledon yang dapat menghasilkan regenerasi tanam-


Belimbing adalah tanaman tahunan yang ber- an dalam frekuensi yang cukup tinggi.
buah sepanjang tahun. Penyebaran tanaman ini di Kultur akar secara in-vitro masih sedikit dilapor-
daerah tropis dan sub tropis. Buahnya diproduksi se- kan, yaitu pada tanaman kapri (Torrey, 1954; 1961;
cara komersial, yang terus meningkat nilai ekonomi- Torrey and Zobel, 1977), kelapa sawit (Jones, 1974),
nya di negara-negara Karibia, Ameiika Tengah, kelapa (Bhalla-Sarin and Bagga, 1983; Schwabe,
Amerika Selatan dan Asia Tenggara untuk diper- 1983), Solanum khasianum (Chaturvedi et al., 1991),
dagangkan di pasar lokal maupun eksport ke Amerika Striga asiatica (Wolf and Timko, 1991), jeruk nipis
Utara dan Eropah (Litz and Griffis, 1989). (Bhat et ai, 1992), Acacia albida (Gassamadia and
Pembuahan tanaman ini melalui penyerbukan Duhoux, 1992) dan Populus tnmula (Ahuja, 1986;
silang hingga bibit yang berasal dari biji sangat besar Tzfira et aL, 1996) yang tidak semuanya berhasil
variasinya, di samping umur vegetatifhya lama yaitu mendapatkan regenera-si tanaman. Penelitian ini
4 - 5 tahun untuk mendapatkan buah pertamanya dimaksudkan untuk menge-tahui kemampuan akar
(Tidbury, 1976). Perbanyakan vegetatif umumnya di- belimbing untuk meregenerasi menjadi tanaman
lakukan dari okulasi atau sambung karena tanaman hingga akan memperkaya khasanah tanaman yang
ini sukar disetek ataupun dicangkok. Untuk men- dapat diperbanyak melalui kultur akar secara in vitro.
dapatkan tanaman yang seragam dalam jumlah yang
besar dengan kualitas buah yang tinggi perlu dilaku- BAHAN DAN METODA
kan penelitian perbanyakan belimbing secara in vitro. Biji-biji belimbing dari buah yang masak dides-
Perbanyakan belimbing secara in-vitro telah di- infeksi dengan menggunakan larutan 10% komersial
lakukan oleh Rao et al. (1981) dengan menggunakan clorox ditambah 2 tetes tween (pengurang tegangan
eksplan kotiledon yang hanya membentuk kalus. Litz permukaan air) untuk larutan 100 ml. Biji-biji dalam
& Corover (1980) dan Litz & Griffis (1989) meng- larutan tersebut dikocok selama 10 menit dan di-
gunakan eksplan daun yang dapat menghasilkan ulangi dengan larutan 5% clorox selama 10 menit dan
regenerasi tanaman tetapi prosentase terbentuknya dibilas dengan air steril. Medium yang digunakan
rendah dan terjadi dalam penode yang pendek. yaitu Murashige and Skoog (MS) yang unsur hara
Sukamto (1994) menggunakan eksplan kecambah dan makro dan mikronya dikurangi 50%, 20 g/1 sukrosa,

66
Berita Biologi Vol. 4, No. 2 & 3, Juli 1997 & Januaii 1998

1.7 g/1 gelrite dengan atau tanpa tambahan 1 mg/1 6- kultur. Hal ini sesuai dengan pendapat Tisserat et at
benzylaminopurine (BA). Medium diatur pHnya (1979) yang mengatakan bahwa umur fisiologis eks-
sekitar 5.7 sebelum diautoklaf. Medium ini diautoklaf plan adalah sangat penting untuk menentukan keber-
selama 15 menit pada suhu 121° C dan tekanan 1 hasilannya dalam kultur jaringan Dari hasil percobaan
kg/cm 2 . ini menunjukkan bahwa akar belimbing mampu un-
Biji-biji belimbing yang telah didesinfestan dita- tuk meregenerasi tanpa penambahan zat pengatur
nam pada medium tersebut di atas, satu biji per ta- tumbuh dari luar, walaupun tambahan BA mening-
bung reaksi. Setelah berkecambah, kecambah dike- katkan frekuensi terbentuknya somatik embrio. Didu-
lompokkan berdasarkan umur fisiologis yang tercer- ga dalam akar belimbing telah terkandung zat peng-
min dari tinggi kecambah, dipotong pada pangkal atur tumbuh endogen yang cukup untuk memobili-
batangnya (leher akar). Pangkal batang beserta akar sasi sel-selnya guna membentuk individu-individu ta-
dan potongan akar-akarnya ditanam pada kedua naman yangbaru. Hal ini dapat terlihat pada tanaman
macam medium tsb. di atas secara acak lengkap. belimbing yang tumbuh di lapangan terkadang mem-
Kultur ini diinkubasi dalam kamar dengan suhu 25 - bentuk tunas-tunas yang baru dari akar-akar yang
26° C dengan pencahayaan alami dalam rumah kaca. terluka, juga pada tanaman Populus tremula ^Tzfira et
Respon akar terhadap ke dua macam medium tsb al., 1996).
diamati seeara berkala. Data yang ada berupa kuali- Tambahan BA meningkatkan frekuensi terben-
tatif karena keterbatasan material eksplan. tuknya somatik embrio belimbing karena BA adalah
zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk
HASIL merangsang terbentuknya tunas-tunas. Hal yang seru-
Potongan akar belimbing yang berasal dari ke- pa terjadi pada kultur akar tanaman Acacia albida
cambah yang umur fisiologisnya telah Ian jut, tidak (Gassamadia and Duhoux (1992) dan jeruk nipis
menunjukkan respon yang positif terhadap kultur se- (Bhat etaL, 1992). Pada kultur akar tumbuhan parasit
cara in-vitro; sebaliknya potongan akar yang berasal Striga asiatica memerlukan zat pengatur tumbuh
dari kecambah yang umur fisiologisnya relatif muda auksin dan sitokinin untuk regenerasinya (Wolf and
menunjukkan respon perubahan setelah ditanam pa- Timko, 1991), sebaliknya kultur akar kelapa dan
da kultur secara in-vitro. Respon perubahan dari eks- kelapa sawit hanya menghasilkan kalus tanpa
plan akar tersebut dapat dikatakan sangat lambat. Pa- terjadinya regenerasi tana-man (Jones, 1974; Bhalla-
da permulaannya, eksplan akar membengkak, kemu- Sarin and Bagga, 1983; Schwabe, 1983).
dian kulit luamya merekah. Somatik embriogenesis Keberhasilan kultur akar belimbing secara in-vitro
terjadi setelah 9 minggu dalam inkubasi, yang terben- memungkinkan perbanyakan vegetatif belimbing de-
tuk pada rekahan akar tersebut, yaitu berupa embrio- ngan menggunakan akar sebagai material perbanyak-
embrio yang menyerupai 'protocorm like bodies' an untuk mendapatkan jumlah bibit yang besar dan
(plb) seperti halnya terjadi pada anggrek (Gambar 1). seragam dalam waktu yang relatif singkat. Walaupun
Sedangkan pada eksplan pangkal batang beserta eksplan yang digunakan berasal dari tanaman muda
akarriya, sebagian ujung-ujung akar yang terpotong yangbelum pernah berbuah, hasil regenerasi tanam-
membentuk kalus dalam medium MS dengan annya dapat dijadikan sebagai batang bawah hingga
tambahan BA setelah 11 minggu inkubasi (Gambar setelah disambung/ okulasi akan memberikan kuali-
2), tetapi kalus ini tidak terbentuk dalam medium MS tas buah yang seragam, disamping tehnik ini dapat
tanpa BA. diaplikasikan pada tanaman dewasa hingga menda-
Frekuensi terbentuknya somatik embrio pada patkan hasil buah yang sama kualitas dengan induk-
ekplan akar yang di tanam pada medium MS tanpa nya. Juga keberhasilan ini memperkaya khasanah per-
BA adalah rendah dan sebaliknya frekuensinya tinggi banyakan belimbing secara in-vitro selain dari kecam-
pada medium MS dangan tambahan BA. Dari so- bah, kotiledon dan daun pada khususnya dan perba-
matik embrio tersebut tumbuh menjadi tunas-tunas nyakan tanaman dari eksplan akar pada umumnya.
kecambah setelah 23 minggu inkubasi (Gambar 3).
Masing-masing tunas membentuk daun-daun muda KESIMPULAN DAN SARAN
dan tumbuh menjadi tanaman belimbing muda se- Regenerasi tanaman belimbing dapat terjadi dari
telah 31 minggu inkubasi (Gambar 4). potongan akamya pada medium MS tanpa tambahan
zat pengatur tumbuh, walaupun penambahan zat pe-
PEMBAHASAN ngatur tumbuh BA meningkatkan somatik embrio
Respon akar terhadap kultur secara in-vitro dan tunas yang terbentuk.
tergantung tingkat fisiologi kemasakan kecambah, Tanaman belimbing dapat diperbanyak secara
yaitu makin muda kecambah makin respon terhadap vegetatif dengan menggunakan akarnya secara in-vitro

67
Beiita Biologi Vol. 4, No. 2 & 3, Juli 1997 & Januari 1998

dengan medium 1/2 MS dengan atau tanpa tambah- Litz RE and Griffis JL Jr. 1989. Carambola
an 1 mg/1 BA. {Averrhoa carambola L ) . Dalam: Biotechnology in
Pedu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Agriculture and Forestry 5, Trees II. YPS Bajaj
umur fisiologis kecambah belimbing dan tanaman (Editor). Springier-Verlag. Berlin, him SI-61.
dewasa yang akarnya respon terhadap kultur secara Rao AN, Yeow MS, Kothagoda N and
in-vitro, |uga penggunaan zat pengatur tumbuh auxin Hutchinsos JF. 1981. Cotyledon Tissue Culture
untuk merangsang terbentuknya akar pada kecambah of Some Tropical Fruits. Dalam: Tissue Culture of
belimbing hasil perbanyakan kultur akarnya. Economically Important Plants. AN Rao (Editor).
COSTED and ANBS. Singapore, him 124-
UCAPAN TERIMA KASIH 137.
Ucapan terimakasih saya tujukan kepada OTO- Schwabe WW. 1983. Attemps at Vegetative
Bappenas yang telah memberikan bea siswa untuk Propagation of Coconut Palm. Dalam: Coconut
tugas belajar di University of Hawaii, USA dan Research <& Development, Proceedings of International
kepada Dr. Y. Sagawa yang telah membimbing dan Symposium on Coconut Research and Development.
mengijinkan pemakaian bahan di laboratoriumnya. NM Nayar (Editor), Wiley Eastern limited. New
Delhi, him 304-312.
DAFTAR PUSTAKA Sukamto LA. 1994. Tissue Culture Propagation of
Ahuja MR. 1986. Aspen. Dalam: Handbook of Plant Atemoya and Star Fruit. Dalam: Fourth Annual
Cell Culture, Volume 4, Techniques and Applications. International Tropical Fruit Conference. CL Chia
DA Evans, WR Sharp and PV Ammirato (Editor). Proceedings 4th Annual Hawaii
(Editors). Macmillan Publishing Company. New Tropical Fruit Growers Conference. Hawaii,
York, him 626-651. him 33-35.
Bhalla-Sarin N and Bagga S. 1983. In Vitro Tidbury GE. 1976. Averrhoa spp. - Carambola and
Culture of Embryos and Other Parts of Coconut Bilimbi. Dalam: The Propagation of Tropical Fruit
nucifera. Dalam: Proceedings of National Trees. RJ Garner, SA Chauduri and Staff of the
Seminar Plant Tissue Culture, New Delhi, CBHPC (Editors). Commonwealth Agricultural
India, him 132-139. Bureaux. England, him 291-303.
BhatSB, Chitralekha P and Chandel KPS. 1992. Tisserat E, Esan EB and Murashige T. 1979.
Regeneration of Plants from Long-term Root Somatic Embryogenesis in Angiosperms.
Culture of Lime, Citrus aurantifolia (Christm.) Dalam: Horticultural Reviews Vol. 1. J. Janick
Swing. Plant Cell Tissue and Organ Culture 29(1), (Editor). The Avi Publishing Company, Inc.
19-25. Wesport, Connecticut, halm 1-78.
Chaturvedi HC, Sharm a M and Sharma AK. Torrey JG, 1954. The Role of Vitamins and
1991. Conservation of Plant Genetic Resources Micronutrient Elemens in the Nutrition of the
through Excised Root Culture. Dalam: Apical Meristem of Pea Roots. Plant Physiohlogy
Conservation of Plant Genetic Resources through In 29, 279-287.
Vitro Methods. PV Zakri, MN Normah, AGA Torrey JG. 1961. Kinetin as Trigger for Mitosis in
Karim and MT Senawi (Editors). Proceedings of Mature Endomitotic Plant Cells. Experimental
the MNCPGR-CRC International Worshop on Cell Research 23, 281-299.
Tissue Culture for the Conservation of Torrey JG and Zobel R. 1977. Root Growth and
Biodiversity and Plant Genetic Resources, Morphogenesis. Dalam: The Physiology of the
Kualalumpur. Malaysia, him 29-41. Garden Pea. JF Suncliffe and JS Pate. (Editors).
Gassamadia YK and Duhoux E. 1992. Root Academic Press. New York, him 119-152.
Culture and In Vitro Regeneration in Acacia Tzfira T, Ben-Meir H, Vainstein A and Alt man
albida. Dalam: Proceedings of Production de A. 1996. Highly Efficient Transformation and
Varieties Genetiquement Ameliorees, Paris, Regeneration of Aspen Plants through Shoot-
France, him 183-194. bud Formation in Root Culture. Plant Cell
Jones LH. 1974. Propagation of Clonal Oil Palm by Reports 15(8), 566-571.
Tissue Culture. Oil Palm News 17, 1-8. Wolf SJ and Timko MP. 1991. In Vitro Root
Lite RE and Conover RA. 1980. Partial Culture: A Novel Approach to Study the
Organogenesis in Tissue Cultures of Averrhoa Obligate Parasitic Striga asiatica (L.) Kuntze.
carambola. HortSdence 15(6), 735. Plant Science 73(2), 233-242.

68
Berita Biologi Vol. 4, No. 2 & 3, Juli 1997 & Januari 1998

Gambar 1. Somatik embriogenesis pada eksplan potongan akar belimbing

Gambar 2. Pembentukan kalus dan somatik embrio pada pangkal perakaran belimbing

69
Berita Biologi Vol. 4, No. 2 & 3, Juli 1997 & Januaii 1998

Gambar 3. Tunas terbentuk dan somatik embrio dan kalus dan eksplan akar belimbing

Gambar 4. Regenerasi tanaman belimbing ter|adi dan tunas-tunas yang terbentuk

70

Potrebbero piacerti anche