Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
MASYARAKAT BALI
I Wayan Sapta Wigunadika
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
ABSTRACT
Adoption of technology has brought many problems in social life. But the need for tech-
nology can not be postponed because its function as a plane that facilitates the handling of
human affairs more difficult to abandon. As a result a variety of access appears. The ease that
technology offers has an effect on the user’s mentality. Technological users are not only happy
to take quick (instant) ways, but also often fall into thoughts that degrade the values of human-
ity itself. The neglect of human values is not only practical, but it is found in academic life.
Let’s look at a moment of education in Japan which is considered a model of the country that is
able to reach modernization rapidly and creatively but still maintain strong tradition and the
values contained in it. They are a nation that is rooted in the traditions (cultural up root).
Japanese tradition is experiencing various changes but the Japanese spirit does not fade in it. If
the Indonesian people want to follow the example of Japan, education in Indonesia is the time to
move from practice education and do not expect to catch up from other countries if education
problems have not been addressed. When there is an international school discourse, we should
favor local wisdom to gain international recognition, instead of importing foreign cultures.
Local wisdom of Balinese people is very important to be studied and applied in the life of
society. Therefore, the noble values that exist in Balinese culture are appropriate in adaptation
and integrated in the implementation of education, both formal and non-formal education. More-
over formal education, local wisdom is very well adapted and integrated in learning. local
wisdom from Bali is very important and well included in formal education at all levels of educa-
tion.
Keywords: Character Education, Based, Local Wisdom
I. PENDAHULUAN
Derasnya arus globalisasi, modernisasi sendiri. Slogan “aku cinta produk lokal. aku
dan ketatnya puritanisme dikhawatirkan dapat cinta buatan Indonesia” sepertinya hanya
mengakibatkan terkikisnya rasa kecintaan menjadi ucapan belaka, tanpa ada aplikasi
terhadap kebudayaan lokal. Sehingga nyata yang mendukung pernyataan
kebudayaan lokal yang merupakan warisan tersebut. Penggunaan bahasa asing di media
leluhur terinjakinjak oleh budaya asing, massa dan media elektronik bukan tidak
tereliminasi di kandangnya sendiri dan mungkin menyebabkan kecintaan pada nilai
terlupakan oleh para pewarisnya, bahkan budayalokal perlahan memudar. Padahal,
banyak pemuda yang tak mengenali budaya bahasa sebagai alat dalam menyampaikan
daerahnya sendiri. Mereka cenderung lebih pembelajaran sangat besar pengaruhnya
bangga dengan karyakarya asing, dan gaya terhadap pembentukan karakter pemuda. Tidak
hidup yang kebaratbaratan dibandingkan ada lagi tradisi yang seharusnya terwariskan
dengan kebudayaan lokal di daerah mereka dari generasi sebelumnya.
91
PURWADITA VOLUME 2, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN 2549-7928
92
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN.....(I Wayan Sapta Wigunadika, 91100)
93
PURWADITA VOLUME 2, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN 2549-7928
94
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN.....(I Wayan Sapta Wigunadika, 91100)
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan
karakter sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, maupun negara.
18 Nilai Pendidikan Karakter
3. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya Pendidikan karakter telah menjadi
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh perhatian berbagai negara dalam rangka
suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut mempersiapkan generasi yang berkualitas,
adalah asli dan mengakar pada kepribadian bukan hanya untuk kepentingan individu warga
benda atau individu tersebut, serta negara, tetapi juga untuk warga masyarakat
merupakan “mesin” yang mendorong secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat
bagaimana seorang bertindak, bersikap, diartikan sebagai the deliberate us of all
berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, dimensions of school life to foster optimal
2010). character development (usaha kita secara
sengaja dari seluruh dimensi kehidupan
4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus sekolah/madrasah untuk membantu
Psikologi pembentukan karakter secara
Menurut kamus psikologi karakter adalah optimal.Pendidikan karakter memerlukan
kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau metode khusus yang tepat agar tujuan
moral, misalnya kejujuran seseorang, dan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode
biasanya berkaitan dengan sifatsifat yang pembelajaran yang sesuai adalah metode
relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29). keteladanan, metode pembiasaan, dan metode
pujian dan hukuman.
95
PENGEMBANGAN JURUSAN PARIWISATA BUDAYA.....(Ketut Sumadi, 8797)
PURWADITA VOLUME 2, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN 2549-7928
96
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN.....(I Wayan Sapta Wigunadika, 91100)
dalamnya. Apabila bangsa Indonesia ingin sosial adalah meraka yang memiliki akhlak,
mencontoh Jepang, pendidikan di Indonesia moral, dan budi pekerti yang baik. Oleh karena
sudah saatnya beralih dari pendidikan praktek itu, semua orang harus diberikan pendidikan
dan jangan harap mampu mengejar ketinggalan karakter. Seperti apa yang dikemukakan oleh
dari negara lain kalau masalah pendidikan Zubaedi (2011) bahwa pendidikan karakter
belum dibenahi. Ketika ada wacana sekolah merupakan hal yang sangat penting maka setiap
bertaraf internasional, seyogiyanya kita institusi pendidikan memiliki tanggung jawab
mengunggulkan kearifan lokal untuk untuk menanamkan karakter melalui
memperoleh pengakuan internasional, pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan karakter
bukannya malah mengimpor budaya asing. saat ini sangat relevan untuk mengatasi krisis
Pendidikan merupakan upaya yang moral bangsa. Krisis itu antara lain: seks bebas,
terencana dalam proses pembimbingan dan kekerasan diantara remaja, pencurian,
pembelajaran bagi individu agar berkembang pengunaan narkotika, pornografi, korupsi oleh
dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, para pejabat, dan perilaku lain yang merugikan
bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan baik diri sendiri maupun orang lain. Dengan
berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani melihat krisis itu, pendidikan agama dan moral
maupun rohani. Karakter artinya kualitas yang diberikan di sekolah tidak cukup muntuk
mental atau moral, atau kekuatan moral. mencegah dan mengatasinya. Oleh karena itu,
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, pendidikan juga diperkuat dengan pendidikan
karakter berati kejiwaan, akhlak atau budi karakter melalui setiap mata pelajaran dan
pekerti yang membedakan seseorang dari yang setiap mata kuliah di perguruan tinggi.
lainnya, terkait tabiat dan watak. Berkarakter Manusia Indonesia yang terbentuk dari
artinya mempunyai watak, mempunyai pendidikan karakter yang berkelanjutan dari TK
kepribadian (Hidayatullah, 2010). sampai perguruan tinggi seharusnya mampu
Pendidikan karakter adalah pendidikan mewujudkan keterpaduan nilainilai karakter.
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan Samani M dan Hariyanto (2012)
moral, pendidikan watak yang bertujuan mengungkapkan ada empat nilai karakter
mengembangkan kemampuan peserta didik bangsa yaitu: (1) karakter yang bersumber dari
untuk memberikan keputusan baikburuk, olah hati meliputi: beriman dan bertakwa,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan bersukur, jujur, amanah, adil, tertib, sabar,
kebaikan itu dalam kehidupan seharihari disiplin, taat aturan, bertanggung jawab,
dengan sepenuh hati (Kementrian Pendidikan berempati, punya rasa iba, berani mengambil
Nasional, 2011). Manusia yang berakhlak resiko, pantang menyerah, menghargai
mulia, yang memiliki moralitas tinggi sangat lingkungan, relanberkorban, dan berjiwa
dituntut untuk dibentuk atau dibangun. Bangsa patriotik; (2) karakter bersumber dari olah
Indonesia tidak hanya sekedar memancarkan pikiran antara lain: cerdas, kritis, kreatif,
kemilau pentingnya pendidikan, melainkan inovatif, analitis, ingin tahu, produktif,
bagaimana bangsa Indonesia mampu berorientasi ipteks, dan reflektif; (3) karakter
merealisasikan konsep pendidikan dengan cara bersumber dari olah raga/kinestetis antara lain:
pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan SDM bersih dan sehat, sportif, tangguh, handal,
Indonesia secara berkelanjutan dan merata. berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,
Membahas tentang karakter merupakan determinatif, kompetitif, ceria, ulet, dan gigih;
bahasan yang sangat penting dalam dan (4) karakter yang bersumber dari olah rasa
membangun sumber daya manusia. Orang yang dan karsa antara lain: kemanusiaan, saling
berkarakter kuat secara individual maupun menghargai, saling mengasihi, gotong royong,
97
PURWADITA VOLUME 2, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN 2549-7928
98
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN.....(I Wayan Sapta Wigunadika, 91100)
prani) mempunyai komponen: bayu (unsur perayaan tumpek bubuh. Disebut tumpek
tenaga), sabda (unsur suara), dan idep (unsur bubuh karena sarana utama yang digunakan
budi). Komponen ini pada masingmasing pada saat ritual itu adalah bubur sumsum
makhluk kapasitasnya bervariasi sesuai dengan sebagai lambang kemakmuran. Dalam tradisi
tingkatannya. Manusia menciptakan ini terselip amanat, supaya masyarakat Bali
kebudayaan adalah akibat dari pengembangan memelihara alam. Idealnya ikhlas menanam,
kemampuan dari idep. Setiap orang menurut memelihara, serta ikhlas mempersembahkan.
masyarakat Bali harus mempunyai guna yakni Kearifan lokal masyarakat Bali sangat penting
suatu kata yang bermakna sangat dalam dan dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan .
luas. Guna dapat diartikan keutamaan, Oleh karena itu, nilainilai luhur yang ada
kebajikan, kemanfaatan, kepandaian atau dalam budaya Bali sudah sepatutnya di
kecakapan. Penggunaannya dalam contoh adaptasi dan diintegrasikan dalam
berikut: Caturtha pamariksaning purusa deca melaksanakan pendidikan, baik pendidikan
kula guna gawenya kawruhi artinya empat hal formal maupun pendidikan non formal.
harus diperhatikan untuk menyelidiki seseorang Terlebih lagi pendidikan formal, kearifan lokal
bangsanya, keluarganya, kecakapannya dan ini sangat baik diadaptasi dan diintegrasikan
pekerjaannya. Taki-takining sewaka guna dalam pembelajaran. kearifan lokal dari Bali
widya artinya seorang pelajar wajib menuntut sangat penting dan baik dimasukan dalam
pengetahuan dan kebajikan. pendidikan formal pada semua jenjang
Orang Bali tidak akan tidur dimana pendidikan.
kepalanya menghadap ke selatan atau ke barat.
Tetapi selalu diusahakan kepala menghadap ke III. PENUTUP
utara atau ke timur. Karena di Bali ada suatu Adopsi teknologi telah mendatangkan
konsep luanan tebenan yaitu suatu konsep yang banyak persoalan dalam kehidupan sosial.
didapat dari berguru kepada alam. Konsep Namun kebutuhan akan teknologi tidak bisa
luanan tebenan ini berarti hulu hilir, yang ditunda karena fungsinya sebagai pesawat yang
diambil dari mengalirnya air sungai dari hulu memudahkan penanganan urusan manusia
(luan) ke hilir (teben). Semakin ke hulu airnya makin sulit ditinggalkan. Akibatnya beragam
semakin bersih, semakin ke hilir airnya semakin akses muncul. Kemudahan yang ditawarkan
kotor. Air mengalir selalu dari tempat yang teknologi berpengaruh terhadap mentalitas
tinggi ketempat yang rendah. Itulah sebabnya penggunanya. Para pengguna teknologi bukan
gunung sebagai tempat yang tinggi disebut hulu hanya senang mengambil caracara cepat
dan laut sebagai tempat yang rendah disebut (instant), tetapi juga sering terperosok ke dalam
hilir (Dharmayuda, 1995: 67). pemikiran yang merendahkan nilainilai
Pemuliaan bagi sarwa tumuwuh (tumbuh kemanusiaan itu sendiri. Pengabaian terhadap
tumbuhan) dilakukan pada hari suci tumpek nilainilai kemanusiaan bukan hanya terjadi
bubuh. Kaki-kaki, Nini-nini, bin selae lemeng dalam tataran praktis, tetapi ditemukan di
nyen galungan mebuah nyen pang nged! dalam kehidupan akademik.
Nged...nged..nged (Kakikaki, Nininini Mari tengok sejenak pendidikan di
duapuluh lima hari lagi hari suci galungan Jepang yang dianggap model negara yang
berbuahlah yang lebat! Lebat...lebat...lebat). mampu menggapai modernisasi dengan pesat
demikianlah sepenggal sesapan (doa) secara dan kreatif namun tetap kuat memelihara tradisi
sederhana yang disampaikan ketika beserta nilainilai yang terkandung di
mempersembahkan sesaji di depan tumbuh dalamnya. Mereka adalah bangsa yang lekat
tumbuhan sambil menepuk tumbuhan, pada mengakar pada tradisi (cultural up root). Tradisi
99
PURWADITA VOLUME 2, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN 2549-7928
DAFTAR PUSTAKA
100