Sei sulla pagina 1di 12

HUBUNGAN USIA BALITA DAN SANITASI FISIK RUMAH

DENGAN KEJADIAN ISPA DI DESA TUMAPEL KABUPATEN MOJOKERTO


TAHUN 2017

Maulidiyah Dwi Azti Putri1), Retno Adriyani2)


1
Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Mojokerto
2
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Alamat Korespondensi: Maulidiyah Dwi Azti Putri
E-mail: aztiputri207@gmail.com

ABSTRACT
ARI is a major killer of toddlers the world, more than AIDS, malaria, and measles combined. In the world,
every year estimated more than 2 million toddlers died because of ARI (Unicef/WHO, 2006). This research was
an observational study with cross sectional design. The population in this research were children was 50
toddlers. Sampling using cluster random sampling technique. The dependent variable was ARI in toddlers in
Tumapel Village, Mojokerto District. The independent variables were toddlers characteristics and the physical
sanitary home. The methods used to take primary data were interview with questionnaire, observation, and
measurement. While secondary data collection was from the device of Tumapel Village, Dlanggu Public Health
Center, and the Health Departemen of Mojokerto. This research used logistic regression with confidence
interval 0,05 (α = 5%). The result showed there were 2 variables that had significant correlation with ARI, they
were age of toddlers (p=0,013) and the physical sanitary home (p=0,015). The results of temperature and
humidity measurement were not correlated, moreover, PM2,5 measurement in the respondents’ house exceed the
limit sets by the Ministry of Health (Permenkes No. 1077 Tahun 2011). The conclusion of this research was age
of the toddlers and the physical sanitary home had correlation with ARI. It was recommended to improve
toddlers immunity through giving the balance diet and to improve environmental health with closing house
ventilation in the day and afternoon so the concentration of PM2,5 in the house can be decreased to lower the risk
of ARI.

Keywords: the age of toddlers, the physical sanitary home, and incidence of ARI

ABSTRAK
ISPA adalah pembunuh utama anak balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan gabungan penyakit
AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta anak balita meninggal karena
ISPA (UNICEF/WHO,2006). Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah anak balita dengan besar sampel sebanyak 50 anak balita. Pengambilan
sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Variabel terikat adalah kasus ISPA pada anak balita di
Desa Tumapel Kabupaten Mojokerto. Variabel bebas adalah karakteristik anak balita dan sanitasi fisik rumah.
Metode pengambilan data primer yaitu melakukan wawancara dengan kuesioner, observasi, dan pengukuran.
Pengumpulan data sekunder dari Ponkesdes, Puskesmas Dlanggu, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto.
Penelitian ini menggunakan uji statistik regresi logistik dengan derajat kepercayaan 0,05 (α = 5%). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 2 variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian ISPA yaitu
karakteristik umur anak balita (p=0,013) dan sanitasi fisik rumah (p=0,015). Hasil pengukuran suhu udara dan
kelembapan tidak memenuhi syarat, serta pengukuran PM2,5 dalam rumah responden melebihi batas maksimal
Peraturan Menteri Kesehatan no 1077 tahun 2011. Kesimpulannya adalah karakteristik umur balita dan sanitasi
fisik rumah memiliki hubungan dengan kasus ISPA. Disarankan agar ada upaya untuk meningkatkan daya tahan
tubuh balita dengan memberikan makanan dengan menu gizi seimbang dan meningkatkan kesehatan lingkungan
rumah yaitu dengan menutup ventilasi rumah ketika siang dan sore hari agar konsentrasi PM 2,5 dapat berkurang
di dalam rumah sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya ISPA.

Kata kunci: usia anak balita, sanitasi fisik rumah, dan kejadian ISPA

©2018 FKM_UNAIR All right reserved. License doi: 10.20473/ijph.vl13il.2018.95-106


Received 7 December 2017, received in revised form 19 January2018 , Accepted 22 January 2018 , Published
online: July 2018
96 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018: 95-106

PENDAHULUAN sehat pada tahun 2014 sebesar 74,50% dan


pada tahun 2013 jumlah rumah sehat
Kualitas udara di dalam rumah sebesar 72,43%.
sangat erat kaitannya dengan sanitasi fisik ISPA yang diawali dengan panas
rumah dan berpengaruh terhadap kesehatan disertai salah satu atau lebih gejala demam,
penghuninya terutama pada anak balita. pilek, sakit tenggorokan, dan batuk kering
Apabila lingkungan rumah tidak sehat atau berdahak yang merupakan gejala awal
maka akan memudahkan terjadinya dari terjadinya infeksi (Badan Penelitian
berbagai penyakit. Penularan jenis dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
penyakit berbasis lingkungan salah satunya Penyakit ISPA sering terjadi pada anak
yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut balita. Rentang waktu anak terkena
(ISPA). Sanitasi fisik rumah yang tidak penyakit batuk dan pilek diperkirakan 3-6
memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi kali per tahun, artinya seorang balita rata-
lingkungan yang tepat bagi pertumbuhan rata dapat serangan batuk dan pilek
dan perkembangbiakan bakteri penyebab sebanyak 3-6 kali dalam satu tahun
ISPA pada anak balita. Luas ventilasi yang (Widoyono, 2011). ISPA adalah pembunuh
tidak memenuhi persyaratan dapat utama anak balita di dunia, jika
memengaruhi kondisi kelembapan di dibandingkan dengan gabungan penyakit
dalam ruangan, begitu pula kepadatan AIDS, malaria dan campak. Di dunia
hunian di dalam suatu ruangan dapat setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta
mempercepat penularan penyakit (Putri, anak balita meninggal karena ISPA.
2017). Pneumonia merupakan salah satu kasus
Menurut laporan EPA (2017) ISPA yang banyak dijumpai. Penyebab
bahwa tingkat konsentrasi pencemaran utama pneumonia pada anak balita yaitu
udara outdoor lebih tinggi yaitu 2-5 kali bakteri patogen streptococcus pneumoniae
dibandingkan tingkat konsentrasi (UNICEF/ WHO,2006). Anak balita
pencemaran udara indoor. Jika konsentrasi berjenis kelamin laki-laki lebih berisiko
PM2,5 di dalam ruangan yang melebihi terkena ISPA dibandingkan anak balita
batas maksimal akan mempermudah yang berjenis kelamin perempuan.
terjadinya ISPA pada anak balita, hal ini Terdapat hubungan antara karakteristik
dikarenakan adanya konsentrasi PM2,5 anak balita menurut jenis kelamin dengan
dapat masuk ke dalam saluran pernapasan kasus ISPA (Iskandar dkk 2015; Rasyid,
bagian bawah yaitu alveoli sehingga 2013; Ranantha dkk 2012).
berisiko terjadi ISPA. Terdapat beberapa Pola asuh anak yang tidak memadai
kategori penilaian sanitasi fisik rumah akan memengaruhi status gizi balita. Hal
yaitu baik, cukup, dan kurang. Apabila ini dapat disebabkan karena kurangnya
sanitasi fisik rumah baik maka anak balita penge-tahuan, keterampilan ibu mengenai
terkena ISPA menurun dan apabila sanitasi gizi serta imunisasi, dan pelayanan
fisik rumah kurang maka risiko anak balita kesehatan dasar yang tidak memadai. Anak
terkena ISPA semakin tinggi, serta terdapat balita dengan keadaan gizi buruk dan gizi
hubungan antara sanitasi fisik rumah kurang lebih mudah terkena infeksi
dengan kasus ISPA pada anak balita dibandingkan dengan balita dengan gizi
(Yusup, 2005; Iswarini, 2006). baik, hal ini disebabkan lemahnya daya
Berdasarkan hasil data pemeriksaan tahan tubuh balita. Anak balita dengan
sanitasi fisik rumah sehat di Kabupaten status gizi kurang lebih berisiko terkena
Mojokerto pada tahun 2015, rumah yang ISPA dibandingkan anak balita dengan
dinyatakan sehat sebesar 62,13% dari status gizi baik. Terdapat hubungan antara
jumlah rumah yang diperiksa (Dinkes status gizi anak balita dengan kasus ISPA
Kabupaten Mojokerto, 2015). Hal ini (Surdirman, 2003; Febrianto dkk, 2014;
menunjukkan penurunan jumlah rumah Nugraheni, 2014; Widia, 2017).
Maulidiyah Dwi Azti Putri dan Retno Adriyani, Hubungan Usia Balita dan ... 97

Anak balita memiliki kerentanan METODE PENELITIAN


terhadap penyakit, salah satunya adalah
penyakit ISPA, dikarenakan daya tahan Jenis penelitian ini adalah
tubuh yang masih lemah dibandingkan penelitian observasional dimana peneliti
orang dewasa. Penyakit ISPA pada balita hanya melakukan pengamatan langsung
dapat dicegah dengan melakukan imunisasi terhadap variabel yang diteliti tanpa
lengkap sejak usia 0-12 bulan dan memberikan perlakuan. Desain penelitian
mendapatkan ASI eksklusif sejak usia 0-6 yang digunakan adalah cross sectional.
bulan tanpa memberikan makanan Dalam penelitian cross sectional dilakukan
tambahan kepada anak balita. Anak balita pengamatan variabel yang diteliti secara
dengan status imunisasi tidak lengkap lebih serentak dan pada saat yang sama.
berisiko terkena ISPA dibandingkan anak Populasi penelitian adalah seluruh
balita dengan status imunisasi lengkap. anak balita yang tinggal di Desa Tumapel
Terdapat hubungan antara status imunisasi pada bulan Juni tahun 2017 yaitu 103 anak
dengan kasus ISPA pada anak balita balita. Sampel penelitian adalah anak balita
(Adelina, 2014; Rasyid, 2013). Anak balita yang tinggal di Desa Tumapel, dengan
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif kriteria inklusi yaitu anak balita harus
lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan didampingi oleh orang tua atau anggota
anak balita yang mendapatkan ASI keluarga yang lebih tua yang tinggal
eksklusif. Terdapat hubungan pemberian serumah dengan responden, dan anak
ASI eksklusif dengan kasus ISPA pada balita tidak memiliki riwayat penyakit
anak balita (Abbas dkk, 2010; Widarini bawaan sejak lahir. Besar sampel
dkk, 2010; Rasyid, 2013). penelitian adalah 50 anak balita yang
Data kasus ISPA non pneumonia diperoleh dari hasil perhitungan besar
Desa Tumapel pada tahun 2014 yaitu sampel menggunakan rumus Lemeshow
sebanyak 249 kasus dari jumlah populasi dkk (1997) dengan tingkat kesalahan 10%,
124 anak balita. Pada tahun 2014, kasus adapun rumus yang digunakan adalah
ISPA non pneumonia mengalami sebagai berikut:
peningkatan kasus hingga 100% dari
jumlah anak balita di Desa Tumapel. Pada n=
tahun 2015 data kasus ISPA non
pneumonia yaitu 228 kasus dari jumlah
populasi 133 anak balita. Pada tahun 2015 Keterangan:
kasus ISPA non pneumonia mengalami n = Besaran sampel
penurunan jumlah kasus ISPA 1-ɑ/2 = Selang kepercayaan 95% (maka
dibandingkan pada tahun 2014, tetapi Z1-ɑ/2 = 1,96)
jumlah kasus ISPA non pneumonia di Desa p = Perkiraan proporsi (prevalensi)
Tumapel masih terbilang tinggi penyakit (atau paparan) pada
dikarenakan anak balita menderita ISPA 2- populasi. Apabila tidak diketahui
4 kali dalam 1 tahun. Adanya maka digunakan p: 0,5 untuk
permasalahan tingginya kasus ISPA non menghasilkan nilai n terbesar
pneumonia dan kondisi sanitasi fisik rumah (Notoatmodjo, 2010)
warga menjadi latar belakang untuk q = 1-p
melakukan penelitian mengenai hubungan N = Besaran populasi
karakteristik dan sanitasi fisik rumah d = Presisi absolute yang diinginkan
dengan kejadian ISPA pada balita di Desa pada kedua sisi proporsi populasi,
Tumapel Kabupaten Mojokerto. yaitu sebesar 5%

Cara penentuan sampel pada


penelitian ini dilakukan dengan
98 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018: 95-106

menggunakan teknik cluster random sanitasi fisik rumah dilakukan dengan


sampling, yaitu pengambilan sampel melakukan observasi secara langsung
dengan cara pengelompokan berdasarkan menggunakan check list yang disusun
wilayah atau lokasi populasi. Sampel sesuai dengan pedoman penilaian rumah
dikumpulkan berdasarkan masing-masing sehat dan melakukan pengukuran sanitasi
kelompok dengan perhitungan fisik rumah (suhu, kelembapan,
menggunakan rumus Nursalam (2013) pencahayaan, luas ventilasi, kepadatan
sebagai berikut: hunian, dan PM2,5). Pengukuran sanitasi
fisik rumah dengan menggunakan alat
thermohygrometer untuk mengukur suhu
serta kelembapan, lux meter untuk
mengukur pencahayaan, EPAM 5000
Keterangan: untuk mengukur kadar debu PM2,5 dan roll
N = Besar seluruh populasi meter untuk mengukur luas ventilasi dan
N1 = Besar populasi tiap RT kepadatan hunian. Observasi dan
n = Besar seluruh sampel pengukuran sanitasi fisik rumah ini
n1 = Besar sampel tiap RT didampingi oleh laboran Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Desa Tumapel memiliki 3 Dusun Airlangga.
yaitu Dusun Tarukan (RW1), Dusun Hasil pengukuran sanitasi fisik
Dempel (RW2), dan Dusun Seduri (RW3). rumah kemudian dibandingkan dengan
Tiga RW terdapat 7 RT di Desa Tumapel. standar peraturan terkait dan dikategorikan
Pembagian besar sampel berdasarkan menjadi 2 (memenuhi syarat dan tidak
wilayah atau lokasi. Pembagian besar memenuhi syarat). Data pendukung di
sampel berdasarkan RT diantaranya RT 1 dapat dari Puskesmas Dlanggu, Ponkesdes
terdapat 7 sampel anak balita, RT 2 Desa Tumapel dan Dinas Kesehatan
terdapat 8 sampel anak balita, RT 3 Kabupaten Mojokerto sebagai data
terdapat 8 sampel anak balita, RT 4 sekunder. Data yang diperoleh diolah
terdapat 6 sampel anak balita, RT 5 menggunakan uji statistika yaitu uji regresi
terdapat 5 sampel anak balita RT 6 terdapat logistik dengan melihat derajat kemaknaan
8 sampel anak balita, RT 7 terdapat 8 hubungan apabila nilai p kurang dari 0,05
sampel anak balita, dan RT 8 terdapat 8 (p kurang dari α) yang artinya terdapat
sampel anak balita. Prosedur acak hubungan signifikan. Penelitian ini telah
dilakukan dengan metode lotre technique. memperoleh persetujuan dari komisi etik
Penelitian ini dilakukan pada bulan penelitian kesehatan Fakultas Kesehatan
Januari-Juni 2017. Lokasi penelitian adalah Masyarakat Universitas Airlangga dengan
di Desa Tumapel Kecamatan Dlanggu no : 181-KEPK pada tanggal 04 Mei 2017.
Kabupaten Mojokerto.
Cara pengumpulan data dengan HASIL
melakukan wawancara, observasi, dan
pengukuran. Pengumpulan data mengenai Karakteristik Anak Balita
kejadian ISPA pada anak balita dan Variabel yang digunakan untuk
karakteristik anak balita (umur, jenis mengidentifikasi karakteristik anak balita
kelamin, status gizi, ASI eksklusif, dan adalah umur, jenis kelamin, imunisasi, ASI
imunisasi) dilakukan dengan eksklusif, dan status gizi dalam bentuk
mewawancarai orang tua anak balita dan kuesioner. Hasil analisis karakteristik anak
melihat buku KMS/KIA. Wawancara balita disajikan dalam Tabel 1 sebagai
dilakukan dengan menggunakan kuesioner berikut:
dengan didampingi oleh bidan dan kader
Desa Tumapel. Cara pengumpulan data
Maulidiyah Dwi Azti Putri dan Retno Adriyani, Hubungan Usia Balita dan ... 99

Tabel 1. Karakteristik Anak Balita di Desa gangguan kesehatan yang dialami oleh ibu
Tumapel, Kecamatan Dlanggu, kandung dari anak balita sehingga sang ibu
Kabupaten Mojokerto 2017 tidak dapat memberikan ASI eksklusif.
Karakteristik anak balita menurut
Karakteristik Total
status gizi diketahui bahwa sebagian besar
Responden n % anak balita memiliki status gizi baik
Umur (94,0%). Terdapat 1 anak balita yang
24 48,0
1-2 tahun berstatus gizi kurang, hal ini dikarenakan
9 18,0
2-3 tahun anak balita tersebut susah makan, terutama
12 24,0
3-4 tahun dalam mengkonsumsi sayuran serta buah-
5 10,0
4-5 tahun buahan.
Jenis Kelamin
23 46,0
Laki-laki Sanitasi fisik rumah
27 54,0
Perempuan
Imunisasi Variabel untuk mengidentifikasi
Lengkap 49 98,0 sanitasi fisik rumah menggunakan panduan
Tidak 1 2,0 observasi penilaian rumah sehat dan
Lengkap dibandingkan dengan Permenkes 1077
ASI eksklusif Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan
38 76,0 Udara dalam Ruang Rumah, dengan 6
Ya
12 24,0 variabel. Variabel pengukuran sanitasi fisik
Tidak
Status gizi rumah tersebut disesuaikan dengan
2 kebutuhan penelitian yaitu suhu,
Lebih 4,0
47 kelembapan, pencahayaan, luas ventilasi,
Baik 94,0
1 kepadatan hunian, dan PM2,5. Hasil analisis
Kurang 2,0
Tabel 1 menyatakan bahwa jumlah mengenai sanitasi fisik rumah di Desa
distribusi umur anak balita terbanyak Tumapel disajikan dalam Tabel 2 sebagai
adalah 1-2 tahun yaitu 48,0%. Kasus ISPA berikut:
sering terjadi pada anak balita usia 1 - 2
tahun. Jenis kelamin anak balita diketahui Tabel 2. Distribusi Pengukuran Sanitasi
sebagian besar berjenis kelamin Fisik Rumah di Desa Tumapel
perempuan sebesar 54,0%. Kabupaten Mojokerto Tahun
Karakteristik anak balita menurut 2017.
kelengkapan imunisasi diperoleh bahwa
sebagian besar anak balita di Desa Tidak
Tumapel telah mendapatkan imunisasi Sanitasi Memenuh
Memenuh
yang lengkap (98,0%). Terdapat 1 anak Fisik i Syarat
i Syarat
balita yang tidak mendapatkan imunisasi Rumah
n % n %
yang lengkap dikarenakan ketika ada
posyandu anak balita sedang sakit sehingga Suhu 28 56,0 22 44,0
tidak dapat mengikuti kegiatan posyandu Kelembapa
12 24,0 38 76,0
serta tidak mendapatkan imunisasi. n
Karakteristik anak balita menurut Pencahayaa
37 74,0 13 26,0
ASI eksklusif diperoleh sebagian besar n
anak balita mendapatkan ASI eksklusif Luas
(76,0%). Anak balita pada usia 0-6 bulan ventilasi 37 74,0 13 26,0
hanya diberikan ASI tanpa tambahan Kepadatan
makanan ataupun susu formula. Masih hunian 46 92,0 4 8,0
terdapat beberapa anak balita yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif dikarenakan
100 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018: 95-106

Tabel 2 menyatakan bahwa sanitasi Hubungan antara karakteristik dengan


fisik rumah pada pengukuran suhu udara kasus ISPA pada anak balita
dalam ruang diketahui bahwa sebagian
Sub variabel yang digunakan untuk
besar rumah telah memenuhi syarat
menganalisis hubungan karakteristik anak
(56,0%) sesuai dengan Permenkes 1077
balita dengan kasus ISPA adalah umur,
Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan
jenis kelamin, imunisasi, ASI eksklusif,
Udara dalam Ruang.
dan status gizi.
Sanitasi fisik rumah pada
pengukuran kelembapan dalam ruang
Umur
diketahui bahwa sebagian besar rumah
tidak memenuhi syarat (76,0%). Sanitasi
Tabel 4. Hubungan Karakteristik Umur
fisik rumah pada pengukuran pencahayaan
dengan Kasus ISPA pada Anak
dalam ruang diketahui bahwa sebagian
Balita di Desa Tumapel
besar rumah responden telah memenuhi
Kabupaten Mojokerto Tahun
syarat (74,0%).
2017
Sanitasi fisik rumah pada
pengukuran luas ventilasi dalam rumah
diketahui bahwa sebagian besar rumah Kasus ISPA pada
telah memenuhi syarat (74,0%). Sanitasi Anak Balita
Umur Total
fisik rumah pada pengukuran kepadatan Tidak
ISPA
hunian dalam rumah diketahui bahwa ISPA
sebagian besar memenuhi syarat (92,0%). 1-2 Tahun 13 11 24
PM2,5. Hasil analisis pengukuran 26,0% 22,0% 48,0%
konsentrasi debu PM2,5 pada rumah 2-3 Tahun 7 2 9
responden diketahui bahwa seluruh rumah
tidak memenuhi syarat sesuai dengan 14,0% 4,0% 18,0%
Permenkes 1077 Tahun 2011 tentang 3-4 Tahun 11 1 12
Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang. 22,0% 2,0% 24,0%
4-5 Tahun 5 0 5
Kasus ISPA pada balita 10,0% 0,0% 10,0%
Kasus ISPA pada anak balita di Total 36 14 50
Desa Tumapel Kabupaten Mojokerto pada 72,0% 28,0% 100,0%
bulan Mei Tahun 2017 disajikan dalam p-value = 0,013<α
Tabel 3 sebagai berikut:
Hasil analisis hubungan antara
Tabel 3. Distribusi Kasus ISPA pada Anak karakteristik anak balita menurut umur
Balita di Desa Tumapel dengan data kasus ISPA disajikan dalam
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis,
Mojokerto Tahun 2017 diperoleh bahwa nilai p untuk variabel
umur sebesar 0,013 atau nilai p kurang dari
Total 0,05 (p kurang dari α) yang
Kasus ISPA
n % artinya,terdapat hubungan signifikan antara
Ya 36 72,0 karakteristik umur dengan kasus ISPA
Tidak 14 28,0 pada anak balita di Desa Tumapel
Total 50 100,0 Kabupaten Mojokerto. Mayoritas umur
anak balita yang terkena ISPA adalah 1-2
Tabel 3 menunjukkan sebagian tahun sebesar 26,0%. Anak balita yang
besar responden yang pernah menderita tidak terkena ISPA berusia 4-5 tahun
ISPA dalam rentang waktu 3 bulan terakhir sebesar 28,0%. Daya tahan tubuh anak
(72,0%).
Maulidiyah Dwi Azti Putri dan Retno Adriyani, Hubungan Usia Balita dan ... 101

balita yang berusia 4-5 tahun relatif sudah Tabel 6. Hubungan Karakteristik
baik. Imunisasi dengan Kasus
ISPA pada Anak Balita di
Jenis kelamin Desa Tumapel Kabupaten
Mojokerto Tahun 2017
Hasil analisis hubungan antara
karakteristik anak balita menurut jenis
Kasus ISPA
kelamin dengan kasus ISPA disajikan
pada Anak
dalam Tabel 5 sebagai berikut:
Imunisasi Balita Total
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
bahwa nilai p untuk variabel jenis kelamin Tidak
ISPA
sebesar 0,764 atau nilai p lebih dari 0,05 (p ISPA
kurang dari α) artinya tidak ada hubungan Lengkap 36 13 49
signifikan antara jenis kelamin dengan 72,0% 26,0% 98,0%
kasus ISPA pada anak balita di Desa Tidak 0 1 1
Tumapel Kabupaten Mojokerto. Lengkap 0,0% 2,0% 2,0%
Total 36 23 50
Tabel 5. Hubungan Karakteristik Jenis
Kelamin dengan Kasus ISPA 72,0% 28,0% 100,0%
pada Anak Balita di Desa p-value = 0,272>α
Tumapel Kabupaten Mojokerto
Tahun 2017 ASI eksklusif
Kasus ISPA Hasil analisis hubungan antara
pada Anak karakteristik anak balita menurut ASI
Jenis
Balita Total eksklusif dengan kasus ISPA disajikan
Kelamin
Tidak dalam Tabel 7 sebagai berikut:
ISPA
ISPA
Laki-laki 18 5 23 Tabel 7. Hubungan Karakteristik ASI
36,0% 10,0% 46,0% Eksklusif dengan Kasus ISPA
Perempuan 18 9 27 pada Anak Balita di Desa
36,0% 18,0% 54,0% Tumapel Kabupaten Mojokerto
Total 36 14 55 Tahun 2017
72,0% 28,0% 100,0% Kasus ISPA
p-value = 0,764>α pada Anak
ASI
Balita Total
Imunisasi Eksklusif
Tidak
ISPA
Berdasarkan hasil analisis ISPA
diperoleh bahwa nilai p untuk variabel Ya 27 11 38
imunisasi sebesar 0,272 atau nilai p lebih 54,0% 22,0% 76,0%
dari 0,05 (p lebih dari α) yang artinya tidak
Tidak 9 3 12
ada hubungan signifikan antara
karakteristik imunisasi dengan kasus ISPA 18,0% 6,0% 24,0%
pada anak balita di Desa Tumapel Total 36 14 55
Kabupaten Mojokerto. Hasil analisis 72,0% 28,0% 100,0%
hubungan antara karakteristik imunisasi
p-value = 0,965>α
anak balita dengan kasus ISPA disajikan
dalam Tabel 6 sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis,
diperoleh bahwa nilai p untuk variabel ASI
eksklusif sebesar 0,965 atau nilai p lebih
102 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018: 95-106

dari 0,05 (p lebih dari α) yang artinya tidak kasus ISPA pada anak balita di Desa
ada hubungan signifikan antara Tumapel disajikan pada Tabel 9 sebagai
karakteristik ASI eksklusif dengan kasus berikut:
ISPA pada anak balita di Desa Tumapel Berdasarkan Tabel 9 diketahui
Kabupaten Mojokerto. bahwa mayoritas anak balita yang pernah
mengalami ISPA dalam rentang waktu 3
Status gizi bulan terakhir di Desa Tumapel termasuk
sanitasi fisik rumah dalam kategori kurang.
Tabel 8. Hubungan Karakteristik Status Jumlah rumah anak balita yang masuk
Gizi dengan Kasus ISPA pada dalam kategori sanitasi fisik rumah kurang
Anak Balita di Desa Tumapel sebesar 44,0%. Mayoritas anak balita yang
Kabupaten Mojokerto Tahun tidak mengalami ISPA dalam rentang
2017 waktu 3 bulan terakhir di Desa Tumapel
termasuk sanitasi fisik rumah dalam
Kasus ISPA pada kategori cukup sebesar 12,0%.
Status Anak Balita
Total Tabel 9. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah
Gizi Tidak
ISPA dengan Kasus ISPA di Desa
ISPA
Tumapel Kabupaten Mojokerto
Lebih 2 0 2
Tahun 2017.
4,0% 0,0% 4,0%
Sanit Kasus ISPA
Baik 33 14 47 Total
asi Ya Tidak
66,0% 28,0% 94,0% Fisik
Kurang 1 0 1 Rum n % n % n %
ah
2,0% 0,0% 2,0%
Baik
Total 36 14 50 (76- 4 8,0 5 10,0 9 18,0
72,0% 28,0% 100,0% 100)
Cuku
p-value = 0,237>α
p (56- 13 26,0 6 12,0 19 38,0
75)
Hasil analisis hubungan antara Kura
karakteristik anak balita menurut status ng (0- 19 38,0 3 6,0 22 44,0
gizi dengan kasus ISPA disajikan dalam 55)
Tabel 8. Berdasarkan hasil analisis Total 36 72,0 14 28,0 50 100,0
diperoleh bahwa nilai p untuk variabel
p-value = 0,015< α
status gizi sebesar 0,237 atau nilai p lebih
dari 0,05 (p lebih dari α). Hal ini berarti,
Hasil tabulasi silang menunjukkan
tidak ada hubungan signifikan antara
kecenderungan apabila sanitasi fisik rumah
karakteristik status gizi dengan kasus ISPA
semakin baik maka jumlah kasus ISPA
pada anak balita di Desa Tumapel
menurun, demikian sebaliknya. Hasil uji
Kabupaten Mojokerto.
statistik regresi logistik menyatakan bahwa
p = 0,015 dimana p kurang dari 0,05 (p
Hubungan sanitasi fisik rumah dengan
kurang dari α), yang artinya terdapat
kasus ISPA pada anak balita
hubungan signifikan antara sanitasi fisik
Variabel sanitasi fisik rumah rumah dengan kasus ISPA pada anak balita
dikategorikan menjadi 3 kategori penilaian di Desa Tumapel Kabupaten Mojokerto.
yaitu kategori baik, cukup, dan kurang.
Hubungan sanitasi fisik rumah dengan
Maulidiyah Dwi Azti Putri dan Retno Adriyani, Hubungan Usia Balita dan ... 103

PEMBAHASAN kasus ISPA pada anak balita. Anak balita


berjenis kelamin laki-laki lebih berisiko
Hubungan antara karakteristik dengan terkena ISPA 2,761 kali dibandingkan
kasus ISPA pada anak balita di Desa dengan anak balita berjenis kelamin
Tumapel Kabupaten Mojokerto tahun perempuan.
2017 Hasil analisis hubungan status gizi
dengan kasus ISPA pada anak balita tidak
Hasil penelitian mengenai
sesuai dengan penelitian Febrianto, dkk
karakteristik responden dengan kasus ISPA
(2014) bahwa terdapat hubungan antara
pada anak balita di Desa Tumapel
status gizi dengan kasus ISPA pada anak
menunjukkan bahwa, dari 5 sub variabel
balita serta apabila status gizi anak balita
karakteristik anak balita yang terdiri dari
kurang maka kasus terjadinya ISPA tinggi
umur, jenis kelamin, imunisasi, ASI
dan apabila status anak balita baik maka
eksklusif, dan status gizi yang memiliki
kasus terjadinya ISPA menurun. Penelitian
hubungan signifikan dengan kasus ISPA di
Surdiman (2003) menyatakan bahwa
Desa Tumapel Kabupaten Mojokerto
terdapat hubungan antara status gizi
hanya umur. Hal ini sesuai dengan
dengan kasus ISPA pada anak balita. Anak
penelitian Iskandar, dkk (2015) bahwa
balita dengan status gizi kurang lebih
terdapat hubungan antara umur dengan
berisiko menderita pneumonia 3,3 kali
kasus ISPA pada anak balita di Rumah
dibandingkan dengan anak balita dengan
Sakit Umum Nurhayati Kabupaten Garut.
status gizi baik. Penelitian Ranantha, dkk
Tetapi hal ini tidak sesuai dengan
(2012) menyatakan bahwa terdapat
penelitian Fattah (2013) yang menyatakan
hubungan antara status gizi balita dengan
bahwa tidak terdapat hubungan antar umur
kasus ISPA pada anak balita. Anak balita
dengan kasus ISPA pada anak balita di
dengan status gizi kurang lebih berisiko
Puskesmas Barugia Kabupaten Kepulauan
terkena ISPA 10,947 kali dibandingkan
Selayar.
dengan anak balita dengan status gizi baik.
Hasil penelitian sub variabel
Hasil analisis hubungan status
karakteristik anak balita yaitu jenis
imunisasi dengan kasus ISPA pada anak
kelamin, imunisasi, ASI eksklusif, dan
balita tidak sesuai dengan penelitian
status gizi diperoleh bahwa nilai p lebih
Rasyid (2013) yang menyatakan bahwa
dari α. Dari empat sub variabel tersebut
status imunisasi anak balita berhubungan
tidak ada hubungan signifikan dengan
dengan kasus ISPA pada anak balita. Anak
kasus ISPA pada anak balita di Desa
balita dengan status imunisasi tidak
Tumapel Kabupaten Mojokerto. Hasil ini
lengkap berisiko terkena ISPA 1,636 kali
sesuai dengan penelitian Diaz (2012)
dibandingkan anak balita dengan status
bahwa antara karakteristik imunisasi dan
imunisasi lengkap. Penelitian Adelina
status gizi tidak ada hubungan dengan
(2014) menyatakan bahwa terdapat
kasus ISPA pada anak balita di Puskesmas
hubungan bermakna antara status
Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat.
imunisasi anak balita dengan kasus ISPA
Hasil analisis ini tidak sesuai dengan
pada anak balita. Anak balita dengan status
penelitian Ranantha, dkk (2012) yang
imunisasi tidak lengkap berisiko terkena
menyatakan bahwa terdapat hubungan
ISPA 0,253 kali dibandingkan anak balita
antara karakteristik jenis kelamin dengan
dengan status imunisasi lengkap.
kasus ISPA pada anak balita. Anak balita
Hasil analisis hubungan pemberian
berjenis kelamin laki-laki lebih berisiko
ASI eksklusif dengan kasus ISPA pada
terkena ISPA 5,641 kali dibandingkan
anak balita tidak sesuai dengan penelitian
dengan anak balita berjenis kelamin
Abbas, dkk (2010) dan Catiyas (2012)
perempuan. Penelitian Iskandar, dkk
yang menyatakan bahwa terdapat
(2015) bahwa terdapat hubungan
hubungan antara pemberian ASI eksklusif
signifikan antara jenis kelamin dengan
104 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018: 95-106

dengan kasus ISPA pada anak balita. diperbolehkan sebesar 35 µg/m3.


Penelitian Widarani, dkk (2010) Konsentrasi PM2,5 yang melebihi batas
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang diperbolehkan dalam seluruh rumah,
antara pemberian ASI eksklusif dengan maka anak balita yang berada di dalam
kasus ISPA pada anak balita. Anak balita rumah berisiko terkena penyakit ISPA.
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif Rumah anak balita yang termasuk
lebih berisiko terkena ISPA 4,960 kali dalam kategori kurang disebabkan karena
dibandingkan dengan anak balita yang sebagian besar hasil pengukuran suhu dan
mendapatkan ASI eksklusif. Penelitian kelembapan udara yang tidak sesuai
Rasyid (2013) menyatakan bahwa terdapat dengan Peraturan Menteri Kesehatan No
hubungan antara ASI eksklusif dengan 1077 Tahun 2011. Suhu nyaman di dalam
kasus ISPA pada anak balita. Anak balita rumah seharusnya berkisar antara 18ºC-
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 30ºC dan kelembapan nyaman di dalam
lebih berisiko terkena ISPA 1,994 kali rumah berkisar antara 40%-60%. Suhu dan
dibandingkan anak balita yang kelembapan dalam rumah yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif. memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi
lingkungan yang tepat bagi pertumbuhan
Hubungan antara sanitasi fisik rumah dan perkembangbiakan bakteri penyebab
dengan kasus ISPA pada anak balita di ISPA. Sebagian besar rumah responden
Desa Tumapel Kabupaten Mojokerto untuk variabel luas ventilasi dan kepadatan
tahun 2017 hunian telah memenuhi syarat.
Sebagian besar rumah warga Desa
Hasil penelitian mengenai sanitasi Tumapel memang memiliki pekarangan
fisik rumah dengan kasus ISPA pada anak rumah yang cukup luas berupa tanah.
balita di Desa Tumapel menunjukkan Pekarangan rumah yang masih berupa
bahwa ada hubungan signifikan antara tanah memungkinkan tingginya debu
sanitasi fisik rumah dengan kasus ISPA (PM2,5)di lingkungan rumah (Putri, 2017).
pada anak balita di Desa Tumapel Setiap rumah memiliki ventilasi yang
Kabupaten Mojokerto. cukup banyak sehingga cahaya alami dapat
Hal ini sesuai dengan penelitian masuk ke dalam rumah. Ketika
Yusup (2005) yang menyatakan bahwa pengukuran pencahayaan lampu tidak
terdapat hubungan antara sanitasi fisik dinyalakan di ruang tamu, pencahayaan di
rumah dengan kasus ISPA pada anak balita dalam ruang tamu sudah sesuai dengan
di Kelurahan Penjaringan Sari Kecamatan Peraturan Menteri Kesehatan No 1077
Rungkut Kota Surabaya. Hasil penelitian Tahun 2011. Rumah responden berdiri di
Iswarini (2006) juga menyatakan bahwa atas tanah yang relatif cukup luas. Hampir
ada hubungan antara kondisi fisik rumah pada seluruh rumah yang diobservasi
dengan kasus ISPA pada anak balita di hampir seluruh rumah terdapat 2-3 ruang
Kelurahan Manukan Kulon Kecamatan tempat tidur, sehingga kepadatan hunian di
Tandes Kota Surabaya. Desa Tumapel sebagian besar telah
Sanitasi fisik rumah yang diteliti memenuhi syarat, dimana dalam 1 kamar
bervariasi, meski terdapat rumah yang tidur dihuni 2 orang dewasa dengan 1
masuk dalam kategori baik tetapi tidak ada balita.
yang mendapatkan skor penilaian Kesehatan perumahan dan
memenuhi syarat sepenuhnya dikarenakan lingkungan pemukiman adalah kondisi
terdapat konsentrasi PM2,5 yang melebihi fisik, kimia, biologi di dalam rumah,
ambang batas di dalam rumah. Peraturan lingkungan rumah dan perumahan yang
Menteri Kesehatan no 1077 Tahun 2011 memungkinkan penghuni mendapat derajat
menyatakan bahwa di dalam rumah batas kesehatan yang optimal. Persyaratan
konsentrasi debu PM2,5 yang kesehatan perumahan dan lingkungan
Maulidiyah Dwi Azti Putri dan Retno Adriyani, Hubungan Usia Balita dan ... 105

pemukiman merupakan ketentuan teknis balita (1-5 tahun) di Puskesmas


kesehatan yang wajib dipenuhi dalam Teladan Medan. Medan: Fakultas
rangka melindungi penguni dan Keperawatan Universitas Sumatera
masyarakat yang bermukim di perumahan Utara.
dan atau masyarakat sekitar dari bahaya Badan Penelitian dan Pengembangan
atau gangguan kesehatan. Persyaratan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
kesehatan perumahan yang meliputi 2013. Riset kesehatan dasar.
persyaratan lingkungan pemukiman serta Jakarta: Kementerian Kesehatan.
persyaratan rumah itu sendiri, sangat Catiyas, E., 2012. Faktor-faktor yang
diperlukan karena pembangunan berhubungan dengan kejadian ISPA
perumahan berpengaruh sangat besar pada balita di wilayah Kecamatan
terhadap peningkatan derajat kesehatan Gomboong Kabupaten Kebumen
individu, keluarga, dan masyarakat Jawa Tengah. Skripsi. Depok:
(Keman, S. 2005). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
SIMPULAN Environmental Protection Agency. 2017.
EPA’s Report on the Environment
Kesimpulan yang dapat ditarik (ROE) indoor air quality.
adalah karakteristik umur anak balita dan Diaz, Y., 2012. Hubungan karakteristik
sanitasi fisik rumah memiliki hubungan balita dan lingkungan terhadap
yang signifikan dengan kasus ISPA pada kasus penyakit ISPA pada balita di
anak balita di Desa Tumapel Kabupaten Puskesmas Kecamatan Taman Sari
Mojokerto. Jakarta Barat. Jakarta: Universitas
Disarankan agar dilakukan upaya Esa Unggul.
untuk meningkatkan daya tahan tubuh Dinas Kesehatan. 2015. Data pemeriksaan
balita dengan memberikan makanan rumah sehat. Kabupaten
dengan menu gizi seimbang dan Mojokerto.
meningkatkan kesehatan lingkungan rumah Fattah, A., 2013. Hubungan umur dan
yaitu dengan menutup ventilasi ketika status imunisasi terhadap kasus
siang dan sore hari untuk menurunkan penyakit ISPA pada balita 0-5
konsentrasi PM2,5. Debu yang terdapat di tahun di Puskesmas Barugia
pekarangan rumah tidak masuk ke dalam Kabupaten Kepulauan Selayar.
rumah melalui ventilasi. Hal ini diharapkan Riau: Akbid Mutiara Jaya Persada.
dapat menurunkan risiko terjadinya kasus Febriyanto, W., Mahfoedz, I., Mulyanti.,
ISPA pada anak balita di Desa Tumapel 2014. Status gizi berhubungan
Kabupaten Mojokerto. dengan kejadian ISPA pada balita
di wilayah Kerja Puskesmas
Wonosari I Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Gunungkidul. Jurnal Gizi dan
Dietetik Indonesia. Yogyakarta:
Abbas, P., dan Haryati, A., 2011. STIKES Alma Ata.
Hubungan pemberian ASI eksklusif Iskandar, A., Tanuwijaya, S., and Yuniarti,
dengan kejadian Infeksi Saluran L., 2015. Hubungan jenis kelamin
Pernapasan Akut (ISPA) pada dan usia anak satu tahun sampai 5
balita. Semarang: Fakultas tahun dengan kejadian Infeksi
Kedokteran Universitas Islam Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Sultan Agung. Jurnal. Bandung: Universitas Islam
Adelina, B., 2014. Hubungan status Bandung.
imunisasi dengan Infeksi Saluran Iswarini, D., 2006. Hubungan antara
Pernapasan Akut (ISPA) pada kondisi fisik rumah, kebersihan
106 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018: 95-106

rumah, kepadatan penghuni dan kejadian ISPA pada balita Desa


pencemaran udara dalam rumah Gandon Kecamatan Kaloran
dengan keluhan penyakit ISPA Kabupaten Temanggung.
pada balita. Skripsi. Surabaya: Semarang: Universitas Dian
Fakultas Kesehatan Masyarakat Nuswantoro.
Universitas Airlangga. Rasyid, Z., 2013. Faktor-faktor yang
Keman, S., 2005. Kesehatan perumahan berhubungan dengan kejadian
dan lingkungan pemukiman. pneumonia anak balita di RSUD
Surabaya: Kesehatan Lingkungan Bangkinang Kabupaten Kampar.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Pekanbaru: Fakultas Ilmu
Universitas Airlangga. Kesehatan Masyarakat Universitas
Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J dan STIKes Hang Tuah.
Lwanga, S.K., 1997. Besar sampel Sudirman. 2003. Faktor lingkungan fisik
dalam penelitian kesehatan. rumah dan faktor risiko lainnya
Jogjakarta: Gajahmada university dengan kejadian pneumonia pada
press. balita di Puskesmas Teluk Pucung
Nugraheni, M., 2014. Hubungan status gizi Kota Bekasi Tahun 2003. Tesis.
dengan kejadian ISPA pada balita Depok: Fakultas Kesehatan
di Posyandu Dahlia Desa Masyarakat Universitas Indonesia.
Tirtonirmolo Kasihan Bantul UNICEF/WHO. 2006. Pneumonia the
Yogyakarta. Yogyakarta: Sekolah forgotten killer of children.
Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiah. Widoyono. 2011. Penyakit tropis:
Nursalam. 2013. Metode penelitian ilmu epidemiologi, penularan,
keperawatan: Pendekatan Praktis pencegahan, dan
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. pemberantasannya. Jakarta:
Notoatmodjo, S., 2010. Metode penelitian Erlangga.
kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta. Widarani, N. dan Sumasari, N., 2010.
Peraturan Menteri Kesehatan. 2011. Hubungan pemberian ASI eksklusif
Persyaratan kualitas udara dalam dengan kejadian ISPA pada balita.
rumah no 1077. Republik Bali: Fakultas Ilmu Kesehatan
Indonesia. Masyarakat Universitas Udayana.
Putri, M. D. A., 2017. Hubungan sanitasi Widia, L., 2017. Hubugan antara status
fisik rumah dan PM10 dengan gizi dengan kejadian ISPA pada
kejadian ISPA pada anak balita di balita. Jurnal Darul Azhar
pemukiman sekitar lingkungan Indonesia.
industri Desa Tumapel Kabupaten Yusup, A., 2005. Hubungan sanitasi rumah
Mojokerto. Skripsi. Surabaya: secara fisik dengan kejadian ISPA
Fakultas Kesehatan Masyarakat pada balita. Surabaya: Jurnal
Universitas Airlangga. Kesehatan Lingkungan Universitas
Ranantha, R., Mahawati, E., Kriswiharsih, Airlangga.
K., 2012. Hubungan antara
karakteristik balita dengan

Potrebbero piacerti anche