Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract
The World Health Organization (WHO) states that Moringa plants are one of the plants
that have very complete nutritional value to meet the daily nutritional needs of humans.
Indonesia is one of the countries with high malnutrition rates in the world. Based on data
from the Indonesian Ministry of Health, up to 2015 as many as 19.5% of children under
five in Indonesia suffer from malnutrition. Using Moringa plants that are rich in nutrients
is one of the ways that can be developed to overcome nutritional problems in Indonesia,
one of them is by diversifying processed nuggets by utilizing Moringa leaves. The
implementation method of making Moringa leaves is the preparation of tools and
materials, scraping, weighing, grinding, mixing, printing, steaming, cutting, harvesting
and frying. From the work program that has been done, the best formulation results of
making Moringa leaf nugget are ¼ wheat flour, 1 egg, 5 Moringa leaf stalks and mashed
nugget. People can apply and make their own Moringa leaf nuggets after practicing their
making in this work program. As well as the community can produce it themselves in
their homes either for private consumption or for sale. Moringa leaf nugget innovation
can be used as a food innovation to increase the nutritional value and economy of the
community.
Abstrak
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tanaman kelor merupakan salah
satu tanaman yang memiliki nilai gizi sangat lengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
harian manusia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka gizi buruk yang
cukup tinggi di dunia. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI menyebutkan sampai
dengan tahun 2015 sebanyak 19,5% balita di Indonesia menderita gizi buruk.
Memanfaatkan tanaman kelor yang kaya akan nutrisi adalah salah satu cara yang dapat
dikembangkan untuk mengatasi masalah gizi yang ada di Indonesia, salah satunya dengan
mendiversiifkasikan olahan nugget dengan memanfaatkan daun kelor. Metode
pelaksanaan dari pembuatan daun kelor adalah persiapan alat dan bahan, pencucuian,
penimbangan, penggilingan, pencampuran, pencetakan, pengukusan, pemotongan,
pemaniran, dan penggorengan. Dari program kerja yang telah dilakukan didapatkan hasil
formulasi terbaik pembuatan nugget daun kelor adalah ¼ tepung terigu, 1 butir telur, 5
batang daun kelor dan bumbu nugget yang sudah dihaluskan. Masyarakat dapat
menerapkan dan membuat sendiri nugget daun kelor setelah mempraktikkan
pembuatannya dalam program kerja ini. Serta masyarakat dapat memproduksinya sendiri
di rumah masing-maisng baik untuk konsumsi probadi ataupun diperjual belikan. Inovasi
nugget daun kelor dapat dijadikan sebagai inovasi pangan peningkat nilai gizi dan
perekonomian masyarakat.
1
Keywords: Daun Kelor, Puding Kelor, Nuget Kelor, Inovasi
2
1. PENDAHULUAN
Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di negara
dengan iklim tropsi, salah satunya adalah Indonesia. World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa tanaman kelor merupakan salah satu tanaman yang
memiliki nilai gizi sangat lengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian manusia.
(Syarifah, Ramdhan and Yanis, 2015). Kandungan nilai gizi yang tinggi dan beberapa
khasiat yang dimiliki oleh daun kelor menjadikan daun kelor memiliki julukan
Miracle of Tree. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman kelor terbukti dapat dijadikan
sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi buruk yang ada.
(Oyeyinka and Oyeyinka, 2018).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka gizi buruk yang cukup
tinggi di dunia. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI menyebutkan sampai
dengan tahun 2015 sebanyak 19,5% balita di Indonesia menderita gizi buruk. Hal ini
diakibatkan karena kebutuhan nutrisi mereka yang belum tercukupi dengan baik.
(Kementerian Kesehatan, 2015). Masa-masa pertumbuhan dan perkembangan
seharusnya sejalan dengan asupan nutrisi yang didapatkan. Jika hal tersebut tidak
terpenuhi dengan baik, maka akan menyebabkan beberapa efek buruk yang dapat
terjadi pada anak tersebut seperti kurangnya imunitas tubuh, kecerdasan menurun,
emosional yang tidak berkembang dengan baik dan beberapa efek lainnya (Rahmawati
et al., 2016).
Memanfaatkan tanaman kelor yang kaya akan nutrisi adalah salah satu cara yang
dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah gizi yang ada di Indonesia. Hal ini
menjadi penting mengingat masih tingginya angka gizi buruk yang ada di Indonesia
dan masih kurangnya pemanfaatan daun kelor menjadi suatu alternatif olahan pangan
yang dapat meningkatkan status gizi masyarakat Indonesia.(Ervizal, 2014). Oleh
karena itu, penulis memiliki sebuah inovasi baru berupa “Diversifikasi Olahan Nugget
dengan Memanfaatkan Daun Kelor sebagai Inovasi Pangan Peningkat Nilai Gizi dan
Perekonomian Masyarakat”.
Inovasi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat
dilakukan oleh masyarakat Indonesia karena nugget daun kelor merupakan inovasi
pangan yang menyehatkan, inovatif dan tetap memiliki rasa yang enak. Disisi lain,
dengan mengembangkan produk nugget daun kelor ini masyarakat dapat
meningkatkan perekonomiannya dengan menjadikan nugget kelor sebagai salah satu
sumber usaha mereka.
2. METODE PELAKSANAAN
Program kerja ini dilaksanakan dengan metode praktik lapangan yakni dengan
cara langsung mempraktikkan proses pembuatan dari nugget daun kelor. Proses ini
dilakukan bersama dengan 23 orang ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)
yang ada di Dusun Kregolan, Desa Munggung, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah. Praktik lapangan pembuatan nugget kelor dilakukan pada
tanggal 15 Agustus 2018 pukul 19.00 – 23.30 WIB.
Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan program kerja ini daun kelor
yang berasal dari dusun kregolan, Munggung, Karangdowo. Sedangkan bahan untuk
pembuatan nugget adalah tepung terigu, bawang merah, bawang putih, merica, garam,
es batu, susu full cream, dan tepung panir. Peralatan yang digunakan adalah cabinet
drying, panci, baskom, penggorengan dan pengukus. Proses pembuatan nugget daun
kelor meliputi (Moviana et al., 2015):
1. Persiapan Alat dan Bahan
Siapkan seluruh peralatan yang digunakan disatu tempat agar mempermudah proses
selanjutnya. Letakkan bahan yang akan digunakan diatas meja kerja.
2. Pencucian
Proses selanjutnya adalah pencucian. Daun kelor dicuci dalam air mengalir agar sisa
kotoran yang masih menempel pada daun kelor terbuang. Tujuan dari pencucian dengan
menggunakan air mengalir, selain untuk menghilangkan kotoran juga dapat mengurangi bakteri
yang ada, dan mencegah kontaminasi.
3. Penimbangan
Setelah diperoleh daun kelor yang bersih, maka proses selanjutnya yaitu penimbangan.
Mula-mula daun kelor ditimbang terlebih dahulu sebagai acuan untuk menentukan kuantitas
bahan-bahan yang lain. Pada proses pembuatan nugget daun kelor ini, dibutuhkan sekitar 5
batang daun kelor yang sudah dibersihkan.
4. Penggilingan
Proses penggilingan dilakukan sampai daun kelor menjadi partikel-partikel yang lebih
halus. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan hasil daun kelor yang halus. Penggilingan
dilakukan dengan mencampurkan daun kelor dengan air. Setelah halus, campuran tersebut
disaring kemudian diambil airnya yang akan digunakan untuk adonan berikutnya.
5. Pencampuran
Pencampuran merupakan titik kritis dalam pembuatan nugget. Daun kelor yang telah halus
dicampurkan dengan bahan pengisi (tepung), bahan pengemulsi
dan bumbu-bumbu. Penambahan bahan pengisi harus ditambahkan terlebih dahulu, setelah
mencampur secara sempurna maka penambahan bahan pengemulsi (telur) harus segera
ditambahkan untuk menjaga kestabilan emulsi. Terakhir bumbu- bumbu sebagai cita rasa
nugget, jika adonan masih dirasa keras maka dilakukan penambahan air es. Penambahan air es
tidak boleh terlalu banyak karena selain membuat adonan menjadi lembek, air yang berlebihan
juga membuat stabilitas emulsi berkurang. Proses pencampuran berakhir jika telah didapatkan
adonan yang homogen.
6. Pencetakan
Setelah siap adonan nugget dipindahkan kedalam loyang yang telah dilapisi plastik
sebelumnya guna untuk mencegah adonan nugget menempel pada loyang. Saat memasukkan
adonan nugget harus ditekan-tekan dengan sendok atau solet untuk menghilangkan udara yang
terperangkap sehingga didapatkan nugget dengan tampilan yang bagus dan tidak berongga.
7. Pengukusan
Setelah adonan nugget dimasukkan ke dalam loyang, tahap selanjutnya adalah proses
pengukusan. Pengukusan berfungsi untuk menginaktifkan enzim yang akan menyebabkan
perubahan warna, cita rasa atau nilai gizi yang tidak dikehendaki selama penyimpanan. Tujuan
utama pengukusan adalah mengurangi kadar air dalam bahan baku sehingga tekstur bahan
menjadi kompak. Tahap pengukusan ini dilakukan pada suhu 60-80 derajat Celcius selama 30
menit.
8. Pemotongan
Nugget yang telah matang dikeluarkan dari cetakan dan didinginkan sebentar. Kemudian
potong nugget sesuai selera dapat dipotong menjadi bentuk bujur sangkar atau persegi panjang.
Potongan nugget harus seragam agar dapat menarik minat konsumen untuk membeli.
9. Pemaniran
Setelah selesai memotong nugget, potongan nugget dicelupkan ke tepung pelumur (batter)
sebagai bahan pengikat dan pelumuran tepung roti (breading). Tujuan dari pemaniran yaitu
untuk menjaga nugget dari penguapan berlebihan akibat pembekuan karena nugget sebenarnya
termasuk ke dalam salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, suatu produk yang telah
mengalami pemanasan sampai setengah matang kemudian dibekukan. Batter dan breading juga
berfungsi melindungi nugget dari penguapan akibat penggorengan sehingga meskipun digoreng
namun rasa yang dihasilkan tetap juicy.
10. Penggorengan
Setelah seluruh bagian nugget tertutupi bahan pelapis (batter dan breading) maka nugget
segera digoreng dengan suhu 125 derajat Celcius. Penggorengan nugget merupakan penerapan
dari metode deep frying oleh karena itu minyak yang digunakan haruslah banyak dan dilakukan
dalam suhu yang tinggi. Nugget digoreng hingga berwarna coklat keemasan, warna yang
muncul disebabkan karena reaksi pencoklatan (Maillard) reaksi Maillard terjadi antara protein,
asam amino, gula, aldehida, dan keton, yang merupakan penyebab terjadinya pencoklatan
selama pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama pada bahan pangan berprotein.
Gambar 1. Kandungan Nutrisi Daun Kelor per 100 gram (Syarifah, Ramdhan and
Yanis, 2015).
Manfaat Daun Kelor sebagai Sumber Nutrisi Tubuh
Berdasarkan kandungan yang telah dijelaskan diatas, tanaman kelor khususnya
daun kelor memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh. Salah satu
contohnya adalah kalium.(Syarifah, Ramdhan and Yanis, 2015). Kalium merupakan
mikronutrien yang berperan dalam kontraktilitas jantung dan resistensi perifer. Kalium
berperan dalam kelistrikan sel sehingga menjaga agar pertukaran ion natirum kalium
di dalam tubuh tetap terjaga dengan baik. Disisi lain, ion kalium juga berperan baik
untuk menurunkan tekanan darah di dalam tubuh. resistensi perifer yang terjadi pada
penderita hipertensi akibat peningkatan ion natrium di dalam pembuluh darah
menyebabkan sel pembuluh darah akan mengalami kontraksi secara terus menerus.
Proses repolarisasi yang seharusnya terjadi akan trstimulus kembali untuk menagalmi
depolarisasi sehingga sel kontraksi terus menerus. Ion kalium adalah salah satu yang
berperan dalam meningkatkan proses repolarisasi sehingga kontraksi sel dapat
diturunkan.(Pramono, Noriko and Komara, 2017).
Disisi lain, selain kandungan kalium yang ada di dalam daun kelor adalah
kalsium. Kalsium merupakan ion utama pembentuk tulang di dalam tubuh. daun kelor
terbukti memiliki kandungan kalsium 14 kali lebih banyak dibandingkan dengan susu
sapi. Kandungan ini sangat penting untuk pertumbuhan tulang bagi anak-anak agar
ataupun
menjaga tulang agar tetap baik bagi lansia (lanjut usia).(Toripah, Abidjulu and
Wehantouw, 2014).
Kandungan lain yang berperan baik bagi tubuh adalah kandungan vitamin C.
Vitamin C adalah salah satu jenis antioksidan yang memiliki berbagai manfaat bagi
tubuh diantaranya adalah sebagai pembantu penyerapan zat besi (Fe) di dalam tubuh.
Zat besi adalah mikronutrien penting bagi tubuh untuk pembentukan sel darah merah
di dalam tubuh. vitamin C membantu penyerapan zat besi jenis Fe 3+ di dalam usus
dengan mengubahnya menjadi Fe2+. Setelah diubah, Fe2+ akan menjadi bahan baku
pembuatan hemoglobin di dalam tubuh: suatu komponen penting pembentukan sel
darah merah. Hemoglobin di dalam sel darah merah berperan sebagai pengikat
oksgien di dalam tubuh untuk dihantarkan ke seluruh jaringan di dalam tubuh. ketika
jumlahnya berkurang akibat bahan baku pembuatannya berkurang, maka oksigen yang
terdistribusi ke seluruh jaringan juga akan berkurang. Hal ini akan berefek terhadap
penurunan fungsi organ yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lemas, letih, lesu
dan tidak bersemangat. Penyakit yang paling sering ditimbulkan adalah anemia
defisiensi besi.(Toripah, Abidjulu and Wehantouw, 2014),(Mutia Rahmawati, 2017).
Selain itu, peran vitamin C adalah sebagai antioksidan untuk menurunkan jumlah
radikal bebas dan menghambat oksidasi lemak di jaringan. Oksidasi lemak yang
terjadi di jaringan akibat radikal bebas dapat menyebabkan penumpukan lemak di
dalam pembuluh darah yang dikenal dengan pembentukan plak aterosklerosis. Plak
yang terbentuk jika terus terjadi dan terus terakumulasi di dalam pembuluh darah akan
menyebabkan beberapa penyakit lain yang cukup serius seperti hipertensi, angina
pektoris dan penyakit jantung koroner lainnya.(Ference, 2018).
Kandungan lain yang memiliki peran penting bagi nutrisi tubuh adalah kalori,
protein, karbohidrat dan lemak. Kandungan tersebut merupakan makronutrien yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk energi tubuh. Ketika seseorang secara
terus menerus kekurangan makronutrien di dalam tubuh maka dapat berdampak pada
kekurangan nutrisi kronis yang dapat menyebabkan penyakit marasmus (kekurangan
kalori) dan kwashiorkor (kekurangan protein) (Husnah, 2017).
Analisis Nugget Kelor dalam Ekonomi Mikro
Konsep dasar yang dipelajari pada ekonomi mikro adalah faktor-faktor yang
melibatkan individu pelaku ekonomi dalam perekonomian. Konsep akan mengulas
tentang kelangkaan, putusan pilihan, biaya peluang atau opportumity cost, sistem
ekonomi, hak kepemilikan, permintaan dan penawaran, pilihan konsumen, perilaku
suatu perusahaan dan struktur pasar, pasar tenaga kerja, kebijakan publik, dan
distribusi pendapatan (Moviana et al., 2015). Konsep - konsep tersebut akan
membantu dalam menyelesaikan permasalahan untuk mencapai penyelesaian dengan
variabel - variabel yang ada dan menggabungkannya pada tahapan pengambilan
keputusan. Ada tiga dasar untuk mempelajari ekonomi mikro, yaitu:
1. Kurva Kemungkinan Produksi atau Production Possibilities Frontier Curve
menunjukan berbagai macam barang yang dapat dimiliki masyarakat yang
ditentukan dari keadaan sumber daya, teknologi, dan perdagangan.
2. Keuntungan komparatif merupakan prinsip yang terpusat pada biaya produksi
sebagai unggulan absolut untuk dapat menghasilkan lebih banyak barang dengan
menggunakan sumber daya yang lebih sedikit daripada produsen lain.
3. Analisis marjinal yang merupakan dasar analisis secara teknik untuk dapat
menentukan arah perubahan dari variabel tertentu. Isu pokok yang dianalisis
dalam teori ekonomi mikro adalah bagaimanakah caranya menggunakan faktor -
faktor produksi yang tersedia secara efesien agar kemakmuran masyarakat dapat
dimaksimumkan? Analasis seperti ini di buat berdasarkan kepada pemikiran
bahwa kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas, sedangkan kemampuan
faktor - faktor produksi menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas. Beradasarkan kepada dua
pemikiran ini, teori ekonomi mikro bertitik tolak kepada pemisalan bahwa faktor
- faktor produksi yang tersedia selalu sepenuhnya digunakan. Keadaan ini
mendorong masyarakat untuk memikirkan cara yang paling efesien dalam
menggunakan faktor - faktor produksi yang tersedia.
4. KESIMPULAN
Sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa diversifikasi olahan nugget
dengan memanfaatkan daun kelor dapat dijadikan sebagai salah satu inovasi pangan
peningkat nilai gizi dan perekonomian masyarakat.
5. REFERENSI
Ervizal, A. (2014) ‘Kampung Konservasi Kelor: Upaya Mendukung Gerakan Nasional
Sadar Gizi dan Mengatasi Malnutrisi di Indonesia’, RISALAH KEBIJAKAN
PERTANIAN DAN LINGKUNGAN: Rumusan Kajian Strategis Bidang
Pertanian dan Lingkungan, 1(2014), pp. 86–91.
Ference, B. A. (2018) ‘Causal Effect of Lipids and Lipoproteins on Atherosclerosis’,
Cardiology Clinics. Elsevier Inc, 36(2), pp. 203–211.
Husnah (2017) ‘Nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan’, Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala, 17(3), pp. 179–183.
Kementerian Kesehatan (2015) ‘Infodatin: Situasi dan Analisis Gizi’, Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Khoironi, I. A. (2013) ‘Implementasi Pendaftaran Merek Sebagai Bentuk
Perlindungan Hukum Pada Home Industry Eggroll’, Unnes Law Journal,
2(2), pp. 129– 136.
Moviana, R. et al. (2015) ‘Pembuatan Nugget dengan Penambahan Daun Kelor
sebagai Makanan Alternatif Makanan Tinggi Zat Besi’, Jurnal Kesehatan
Umus Brebes, 1(1).
Mutia Rahmawati (2017) Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester 2,
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Universitas
Aisyiyah Yogyakarta.
Oyeyinka, A. T. and Oyeyinka, S. A. (2018) ‘Moringa oleifera as a food fortificant:
Recent trends and prospects’, Journal of the Saudi Society of Agricultural
Sciences. King Saud University & Saudi Society of Agricultural Sciences,
17(2), pp. 127–136.
Pramono, A., Noriko, N. and Komara, S. B. (2017) ‘Natrium dischargement from
peripheral blood as a predominant factor influenced by the administration
of banana ( Musa paradisiaca ) on elderly female hypertensive patient’,
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 193, pp. 1–6.
Rahmadi et al. (2015) ‘Penerapan INtergrated Marketing Communication (IMC) di
Media Radio Segara FM Bangkalan’, Jurnal Komunikasi, 8(1).
Rahmawati, W. et al. (2016) ‘Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan
Kabupaten Malang (Illustration of Nutritional Problem in the First 1000
Days of Life in Both City and District of Malang, Indonesia)’, Indonesian
Journal of Human Nutrition, 3(1), pp. 20–31.
Syarifah, A., Ramdhan, T. and Yanis, M. (2015) ‘Kandungan Nutrisi dan Sifat
Fungsional Tanaman Kelor ( M oringa oleifera )’, Buletin Pertanian
Perkotaan, 5(30), pp. 35–44.
Toripah, S. S., Abidjulu, J. and Wehantouw, F. (2014) ‘Aktivitas Antioksidan dan
Kandungan Total Fenolik Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera LAM)’,
Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(4), pp. 37–43.