Sei sulla pagina 1di 12

J. Entomol. Indon., April 2009, Vol. 6, No.

1, 30-41
Perhimpunan Entomologi Indonesia

Keefektivan Padi Transgenik terhadap Hama Penggerek


Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas (Walker)
(Lepidoptera: Crambidae)

N. USYATI1), DAMAYANTI BUCHORI2), SYAFRIDA MANUWOTO2),


PURNAMA HIDAYAT2), INEZ H. SLAMET-LOEDIN2)
1)
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
2)
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor

(diterima November 2008, disetujui Februari 2009)

ABSTRACT
Effectiveness of Transgenic Rice to The Rice Yellow Stemborer
Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Crambidae).
Transformation two cry genes (cryIB-cryIAa) and transformation with a
single the cry1B gene under the control of a wound-inducible maize
proteinase inhibitor gene (mpi) promoter were two approaches that were
used to get resistant rice to the rice stemborer which may be had a durable
resistance. To obtain information on the effectiveness of seven transgenic
rice lines to the rice yellow stemborer S. incertulas, a test was conducted in
greenhouse. The seven lines were 1). line 4.2.3 and 2) line 4.2.4 both
contain fusion of two cry genes (cryIB-cryIAa); 3) line 3R9 and 4) line 3R7
lines both contain of mpi-cryIB gene; and 5) line 6.11 contains of cryIAb
gene by particle bombardment, 6) line DT-cry (Azygous) that do not contain
cry gene (null), and 7) DT-cry line contains cryIAb gene by Agrobacterium,
and as a negative control, we used three non transgenic rice varieties i.e.,
Rojolele, Cilosari, and Ciherang. The result showed that transgenic rice
lines, except DT-cry and DT-cry (Azygous) lines were effective to suppress
damage by the insect, and showed an inhibition effect on the growth of S.
incertulas, and had a high level ofresistance than non transgenic rice
varieties had. There were differences on resistance value/level among
transgenic rice lines. Based on the resistance value, 6.11 line was the
highest (scale 0) followed by 4.2.4 line and 3R7 line, these lines were
categorized as high resistance (scale 1). Transgenic rice-4.2.3 line and 3R9
line were categorized as moderat resistance (scale 3). DT-cry and DT-cry
(Azygous) lines were susceptible (scale 7-9).
KEY WORDS: Effectiveness, resistance value, transgenic rice, S.
incertulas

hama dengan rekayasa genetika.


PENDAHULUAN Teknologi ini mempunyai beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan
Dengan berkembangnya teknologi teknologi konvensional, yaitu (1)
rekombinan DNA telah membuka memperluas pengadaan sumber gen
pintu untuk merakit tanaman tahan resistensi karena dengan teknologi ini

30
N. Usyati et al.,: Keefektivan Padi Transgenik

kita dapat menggunakan gen resisten toxin memerlukan refugia paling kecil
dari berbagai sumber, tidak hanya dari dan memungkinkan untuk dilepas di
tanaman dalam satu spesies tetapi juga lapangan. Penggunaan gen multiple-
dari tanaman yang berbeda spesies, toxin dengan cara kerja yang berbeda
genus atau famili, dari bakteri, fungi, juga dianjurkan sehingga cross-
dan mikroorganisme lain, (2) dapat resistance tidak mungkin terjadi, yaitu
memindahkan gen spesifik ke lokasi dengan menggunakan dua gen cry
yang spesifik pula di tanaman, (3) untuk toxin yang berbeda reseptor atau
dapat menelusuri stabilitas gen yang kombinasi gen cry yang semuanya
dipindahkan atau yang diintroduksi ke berbeda dan tidak berkaitan gen
tanaman dalam setiap generasi toxinnya (Ho et al. 2006).
tanaman, (4) dapat mengintroduksi Efikasi dari fusi hibrid gen
beberapa gen tertentu dalam satu event cry1Ab-cryIAc pada padi transgenik
transformasi sehingga dapat indica telah berhasil diuji pada kondisi
memperpendek waktu perakitan rumah kaca (Wu et al. 1997; Datta et
tanaman multiple resistant, dan (5) al. 1998), dan hasilnya menunjukkan
perilaku gen yang diintroduksi di mampu melindungi serangan
dalam lingkungan tertentu dapat penggerek batang padi kuning. Padi
diikuti dan dipelajari, seperti transgenik Bt-IR72 dengan fusi gen ini
kemampuan gen tersebut di dalam menunjukkan konsisten tahan melawan
tanaman tertentu untuk pindah ke empat serangga lepidoptera, termasuk
tanaman lain yang berbeda spesiesnya penggerek batang padi kuning lebih
(outcrossing), dan dampak negatif dari dari 3 generasi di bawah kondisi
gen tersebut di dalam tanaman tertentu serangan secara buatan dan alami (Ye
terhadap lingkungan dan organisme et al. 2001). Sementara Ho et al.
bukan target (Bahagiawati 2001). (2006) melaporkan bahwa fusi dua gen
Namun seperti halnya hasil pemuliaan cry (cryIAb-IB) pada kultivar padi
konvensional, ketahanan tanaman transgenik elit Vietnam mampu
transgenik dapat dipatahkan. Ho et al. mematikan 100% larva instar-1
(2006) melaporkan beberapa populasi penggerek batang padi kuning dalam 1
serangga telah berkembang resisten minggu setelah infestasi.
terhadap gen cry tunggal. Di Indonesia, upaya untuk
Untuk managemen resistensi, mendapatkan padi tahan penggerek
Cohen (2000) menganjurkan untuk batang padi yang memiliki ketahanan
menggunakan strategi “high-dose” dan panjang (tidak mudah patah) telah
refugia, serta menganjurkan untuk dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:
mengembangkan tanaman dengan dua (1) transformasi dua gen cry (cryIB-
toxin Bt, karena kultivar dengan dua cryIAa) yang berbeda binding site

31
J. Entomol. Indon., April 2009, Vol. 6, No. 1, 30-41

dalam sistem pencernaan larva Barat. Selanjutnya imago S. incertulas


serangga, dan (2) transformasi gen dipelihara pada tanaman padi varietas
cryIB dibawah kendali promoter Ciherang di rumah kaca Balai Besar
terinduksi pelukaan yaitu promoter Penelitian Tanaman Padi Sukamandi-
dari gen maize proteinase inhibitor Subang sampai bertelur. Kelompok
(mpi). Dari hasil penelitian pada tahun telur yang dihasilkan selanjutnya
2003 dan 2004 pada generasi pertama diambil dan dimasukkan ke dalam
dan kedua, telah diperoleh 2 galur padi tabung gelas untuk dipelihara sampai
transgenik cv. Rojolele mengandung menetas menjadi larva instar-1. Larva
fusi dua gen cry (cryIB-cryIAa) dan 4 instar-1 ini yang digunakan untuk
galur padi transgenik cv. Rojolele pengujian.
mengandung gen mpi-cryIB Materi penelitian yang digunakan
(Rahmawati 2004). Namun demikian, terdiri atas 7 galur padi transgenik,
efektivitas galur-galur tersebut yaitu galur 4.2.3 dan 4.2.4 yang
terhadap penggerek batang padi mengandung fusi dua gen cry (cryIB-
kuning S. incertulas belum teruji di cryIAa), galur 3R9 dan 3R7 yang
rumah kaca. Penelitian ini bertujuan mengandung gen mpi-cryIB, galur
untuk mendapatkan informasi 6.11 yang mengandung gen cryIAb
mengenai tingkat efektivitas padi melalui teknik penembakan, galur DT-
transgenik terhadap hama penggerek cry (Azygous) yang ikut dalam
batang padi kuning S. incertulas di transformasi tetapi negatif cry (null),
rumah kaca. dan galur DT-cry yang mengandung
gen cryIAb melalui Agrobacterium,
BAHAN DAN METODE serta tanaman padi bukan transgenik
Waktu dan Tempat yang meliputi varietas Rojolele,
Penelitian dilakukan di Rumah Cilosari, dan Ciherang.
Kaca Khusus Padi Transgenik Untuk mendeteksi keberadaan gen
(Biosafety Containment), Pusat pada tanaman padi transgenik yang
Penelitian Bioteknologi - LIPI, diuji, dilakukan uji PCR. Tanaman-
Cibinong-Bogor pada bulan April – tanaman yang berdasarkan uji PCR
September 2008. memberikan hasil positif selanjutnya
Bahan dan Alat digunakan untuk pengujian, sementara
Serangga uji yang digunakan tanaman-tanaman yang berdasarkan uji
dalam penelitian ini adalah penggerek PCR hasilnya negatif dibuang.
batang padi kuning S. incertulas. Metode Penelitian
Imago S. incertulas diambil dari Penelitian dilakukan dengan
pertanaman padi di Kecamatan menggunakan rancangan acak
Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan

32
N. Usyati et al.,: Keefektivan Padi Transgenik

dan 10 ulangan. Perlakuan meliputi: A Persentase sundep tersebut


= galur 4.2.3 (fusi), B = galur 4.2.4 dikonversikan ke dalam nilai D
(fusi), C = galur 3R9 (mpi), D = galur sebagai berikut:
3R7 (mpi), E = galur 6.11 (cryIAb-
PB), F = galur DT-cry (Azygous), G = % sundep dari galur yang diuji

galur DT-cry (cryIAb-Agr), H = D = ------------------------------ X 100%


% sundep dari varietas pembanding rentan
varietas Rojolele, I = varietas Cilosari,
dan J = varietas Ciherang. Nilai D ditransformasikan ke
Uji ketahanan terhadap serangga dalam skala 0-9 (0 = 0%; 1 = 1-20%; 3
dilakukan dengan menggunakan = 21-40%; 5 = 41-60%; 7 = 61-80%;
metode seperti yang dikemukakan oleh 9 = 81-100%). Tanaman tahan adalah
Heinrich et al. (1985). Tahap-tahap uji tanaman yang mempunyai nilai D 0, 1,
ketahanan adalah sebagai berikut: bibit 3, atau 5, sedangkan tanaman rentan
padi berumur 21 hari di tanam di mempunyai nilai D 7 atau 9.
dalam pot sebanyak 1 bibit per pot. Pada 4 minggu setelah infestasi
Masing-masing galur dan varietas padi (MSI), tanaman padi yang diuji pada
ditanam 10 pot dan 1 pot dianggap 1 satu ulangan yang sama sebanyak 1
ulangan. Pot tersebut kemudian diatur tanaman per ulangan dibelah untuk
dalam tata letak yang mengikuti mengetahui perkembangan larva.
rancangan acak kelompok. Tanaman Variabel yang diukur adalah bobot
padi dikurung dalam kurungan plastik basah pupa.
milar segera setelah tanam untuk Data yang diperoleh dianalisis
menghindari serangga lain di area dengan analisis sidik ragam (ANOVA)
pengujian. Pada umur 45 hari setelah dan perbedaan antar perlakuan
sebar, tanaman padi diberi larva instar- dievaluasi dengan uji wilayah
1 S. incertulas dengan kepadatan 3 berganda Duncan pada taraf nyata 5%
larva per 1 anakan. Larva ditempatkan dengan menggunakan program SAS
di dekat aurikel daun termuda dan pot (1990).
ditutup atau dikurung dengan
kurungan plastik milar untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mencegah perpindahan larva antar pot. Tanaman padi transgenik terbukti
Persentase sundep untuk masing- mempunyai kemampuan untuk
masing galur dihitung pada 2 dan 4 menangkal kerusakan yang disebabkan
minggu setelah infestasi larva oleh hama penggerek batang padi
menggunakan formula berikut: kuning S. incertulas. Hal ini dapat
Jumlah sundep pada galur yang diamati
terlihat dari hasil pengamatan
Serangan sundep = ----------------- X 100%
Jumlah anakan dari galur yang sama pengujian ini pada 2 dan 4 minggu
setelah infestasi.

33
J. Entomol. Indon., April 2009, Vol. 6, No. 1, 30-41

Pada 2 minggu setelah infestasi, bahwa semua galur padi transgenik


intensitas serangan S. incertulas pada yang diuji masuk dalam kategori tahan
semua galur padi transgenik yang diuji dengan skala 0-3. kecuali galur DT-
nyata lebih rendah dibandingkan cry dan DT-cry (Azygous) masuk
dengan padi bukan transgenik varietas kategori rentan dengan nilai ketahanan
Rojolele dan Ciherang, serta galur DT- masing-masing pada skala 7 dan 9
cry (Azygous) (P=0.0001). (Tabel 2).
Berdasarkan nilai D, pada pengamatan Tanaman padi transgenik selain
2 minggu setelah infestasi terlihat mempunyai kemampuan untuk
bahwa semua galur padi transgenik menangkal kerusakan juga mempunyai
yang diuji masuk dalam kategori tahan kemampuan untuk menghambat
dengan skala 0-3 kecuali galur DT pertumbuhan hama S. incertulas. Hal
Cry-(Azygous) (Tabel 1). Pada 4 ini terbukti pada semua galur padi
minggu setelah infestasi, intensitas transgenik yang diuji tidak ada satu
serangan S. incertulas pada semua pun S. incertulas yang mencapai
galur padi transgenik yang diuji, stadium pupa. Sebaliknya pada semua
kecuali galur DT-cry dan DT-cry tanaman padi bukan transgenik, S.
(Azygous), nyata lebih rendah incertulas mampu mencapai stadium
dibandingkan dengan varietas padi pupa dengan bobot pupa berkisar
bukan transgenik (P=0.0001). 0,01–0,02 gram (Tabel 3 dan Gambar
Berdasarkan nilai D, pada pengamatan 1).
4 minggu setelah infestasi terlihat

Tabel 1. Rata-rata intensitas serangan S. incertulas pada 2 minggu setelah


infestasi dan nilai ketahanan tanaman padi pada berbagai perlakuan
Perlakuan Rata-rata intensitas serangan ± SE Nilai D Skala Ketahanan
(%)*
Galur 4.2.3 (fusi) 20,00 ± 8,17cde 25,81 3 T
Galur 4.2.4 (fusi) 23,33 ± 7,93cd 30,10 3 T
Galur 3R9 (mpi) 15,00 ± 7,64de 19,35 1 T
Galur 3R7 (mpi) 15,00 ± 7,64de 19,35 1 T
Galur 6.11 0,00 ± 0,00e 0,00 0 T
Galur DT cry-Azygous 60,83 ± 9,47ab 78,49 7 R
Galur DT- cry 22,50 ± 6,58cd 29,03 3 T
Rojolele 80,00 ± 8,17a 103,23 9 R
Cilosari 45,83 ± 11,33bc 59,14 5 T
Ciherang 77,50 ± 7,03 a 100,00 9 R
*)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak
berbeda nyata pada DMRT taraf nyata 5%. T = Tahan, R = Rentan

34
N. Usyati et al.,: Keefektivan Padi Transgenik

Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan S. incertulas pada 4 minggu setelah


infestasi dan nilai ketahanan tanaman padi pada berbagai perlakuan
Perlakuan Rata-rata intensitas serangan ± SE Nilai D Skala Ketahanan
(%)*
Galur 4.2.3 (fusi) 18,33 ± 7,64b 28,58 3 T
Galur 4.2.4 (fusi) 6,67 ± 4,44bc 10,40 1 T
Galur 3R9 (mpi) 20,00 ± 10,18b 31,19 3 T
Galur 3R7 (mpi) 11,67 ± 6,11bc 18,20 1 T
Galur 6.11 0,00 ± 0,00c 0,00 0 T
Galur DT cry-Azygous 60,33 ± 5,05a 94,07 9 R
Galur DT- cry 45,83 ± 7,58a 71,46 7 R
Rojolele 65,67 ± 7,76a 102,40 9 R
Cilosari 49,33 ± 11,49a 76,92 7 R
Ciherang 64,13 ± 6,91a 100,00 9 R
*)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak
berbeda nyata pada DMRT taraf nyata 5%. T = Tahan, R = Rentan

Tabel 3. Rata-rata bobot pupa S. incertulas pada 4 minggu setelah infestasi pada
berbagai perlakuan
Perlakuan Rata-rata bobot pupa ± SE (gram)*
Galur 4.2.3 (fusi) 0,00 ± 0,00 c
Galur 4.2.4 (fusi) 0,00 ± 0,00 c
Galur 3R9 (mpi) 0,00 ± 0,00 c
Galur 3R7 (mpi) 0,00 ± 0,00 c
Galur 6.11 0,00 ± 0,00 c
Galur DT cry-Azygous 0,02 ± 0,01ab
Galur DT cry 0,00 ± 0,00c
Rojolele 0,02 ± 0,01a
Cilosari 0,01 ± 0,01bc
Ciherang 0,02 ± 0,01ab
*)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan
tidak berbeda nyata pada DMRT taraf nyata 5%

8 mm

Gambar 1. Pupa S. incertulas pada tanaman padi bukan transgenik. [cam:digital]

35
J. Entomol. Indon., April 2009, Vol. 6, No. 1, 30-41

Berdasarkan hasil pengujian pada transgenik dengan kontrol ekspresi gen


tahap ini menunjukkan bahwa semua seperti ini, gennya akan terekspresi
galur padi transgenik yang diuji, terus menerus diseluruh jaringan
kecuali galur DT-cry dan DT-cry tanaman dan sepanjang umur tanaman.
(Azygous), lebih efektif dalam Dengan demikian tanaman akan
menangkal kerusakan dan mendapat perlindungan sepanjang
menghambat pertumbuhan hama S. umur tanaman tersebut (Datta et
incertulas serta mempunyai nilai al.1998; Fontes et al. 2002). Selain
ketahanan yang tinggi dibandingkan itu, galur 6.11 mempunyai toksisitas
dengan varietas padi bukan transgenik. yang sangat tinggi. Hal ini terbukti
Hal ini disebabkan oleh sumber pada pengamatan jumlah serangga
ketahanan intrinsik yang berbeda yang mati vitro yang menunjukkan
antara padi transgenik dan padi bukan bahwa mortalitas 50% larva instar-1 S.
transgenik. Sumber ketahanan incertulas pada galur 6.11 tercapai
intrinsik pada padi transgenik adalah dalam waktu 12 jam setelah infestasi
toxin yang berasal dari gen cryIAb, dan pada 72 jam setelah infestasi
fusi dua gen cry (cryIB-cryIAa), dan mortalitasnya mencapai 94%.
gen mpi-cryIB. Sumber ketahanan Padi transgenik galur 4.2.4 (fusi)
intrinsik pada padi bukan transgenik dan 3R7 (mpi) mempunyai nilai
umumnya berasal dari karakteristik ketahanan pada skala 1. Hal ini
biokimia dan karakteristik biofisik disebabkan galur 4.2.4 (fusi)
tanaman yang mempengaruhi perilaku mengandung dua gen cry yaitu cryIAa-
atau metabolisme serangga (Kogan cryIB yang mempunyai binding site
1982). berbeda dengan promoter yang bersifat
Selain itu, pada pengujian tahap ini constitutive. Tanaman transgenik
terlihat ada perbedaan nilai ketahanan dengan kontrol ekspresi gen seperti ini,
antar galur padi transgenik. Menurut gennya akan terekspresi terus menerus
Schuler (2000) tingkat ketahanan diseluruh jaringan tanaman dan
tanaman terhadap hama target sepanjang umur tanaman. Dengan
tergantung pada tingkat ekspresi dari demikian tanaman akan mendapat
transgen, sifat toksisitas dari protein perlindungan sepanjang umur tanaman
yang disandi oleh transgen, dan tersebut (Datta et al, 1998; Fontes et
kerentanan serangga hama target. Padi al. 2002). Selain itu, galur 4.2.4 (fusi)
transgenik galur 6.11 mempunyai nilai mempunyai toksisitas yang tinggi
ketahanan tertinggi dengan skala 0, hal setelah galur 6.11. Hal ini terbukti
ini disebabkan galur 6.11 mengandung pada pengamatan mortalitas serangga
gen cryIAb dengan promoter yang yang dilakukan pada cawan petri yang
bersifat constitutive. Tanaman menunjukkan bahwa mortalitas 50%

36
N. Usyati et al.,: Keefektivan Padi Transgenik

larva instar-1 S. incertulas pada galur ekspresi protein menjadi lebih tinggi.
4.2.4 (fusi) tercapai dalam waktu 24 Jumlah salinan gen (copy number)
jam setelah infestasi dan pada 72 jam pada beberapa kasus berkorelasi
setelah infestasi mortalitasnya dengan ekspresi gen, meskipun tidak
mencapai 89% (Usyati et al, 2010 in selalu demikian.
press) Padi transgenik galur 4.2.3 (fusi)
Padi transgenik galur 3R7 (mpi) dan galur 3R9 (mpi) mempunyai nilai
mengandung gen mpi-cryIB dengan ketahanan pada skala 3. Hal ini diduga
promoter maize proteinase inhibitor disebabkan gennya kurang terekspresi
yang bersifat inducible. Tanaman karena situs insersi gen kurang tepat
transgenik dengan kontrol ekspresi gen dalam genom tanaman. Menurut
seperti ini, gennya hanya akan Satoto (2003) ekspresi transgen yang
terekspresi apabila ada gigitan dicerminkan oleh tingkat ketahanan
serangga. Selain itu, galur 3R7 (mpi) diduga ditentukan oleh situs insersi
mempunyai toksisitas yang tinggi transgen dalam genom tanaman.
setelah galur 6.11 dan galur 4.2.4 Selain itu, galur 4.2.3 (fusi) dan galur
(fusi). Hal ini terbukti pada pengujian 3R9 (mpi) mempunyai toksisitas
mortalitas serangga di cawan petri moderat. Hal ini terbukti menunjukkan
yang menunjukkan bahwa mortalitas bahwa mortalitas 50% larva instar-1 S.
50% larva instar-1 S. incertulas pada incertulas pada galur 4.2.3 (fusi) dan
galur 3R7 (mpi) tercapai dalam waktu galur 3R9 (mpi) tercapai dalam waktu
12 jam setelah infestasi dan pada 72 24 jam setelah infestasi dan pada 72
jam setelah infestasi mortalitasnya jam setelah infestasi mortalitasnya
mencapai 78% (Usyati et al, 2010 in masing-masing mencapai 74.5% dan
press). 73.5% (Usyati et al, 2010 in press)
Selain faktor kontrol ekspresi gen Padi transgenik galur DT-cry
dan toksisitas yang menyebabkan padi masuk kategori rentan dengan nilai
transgenik galur 6.11, galur 4.2.4 (fusi) ketahanan pada skala 7. Hal ini
dan galur 3R7 (mpi) mempunyai nilai disebabkan jumlah salinan gen (copy
ketahanan tinggi, faktor jumlah salinan number) yang sedikit (Tabel 4) dan
gen (copy number) juga turut berperan. situs insersi gen kurang tepat dalam
Padi transgenik galur 6.11, galur 4.2.4 genom tanaman. Dengan jumlah
(fusi) dan galur 3R7 (mpi) mempunyai salinan gen (copy number) yang sedikit
jumlah salinan gen (copy number) kemungkinan ekspresi protein menjadi
cukup banyak (Tabel 4). Dengan lebih rendah. Sementara situs insersi
jumlah salinan gen (copy number) gen yang kurang tepat dapat
yang banyak tersebut kemungkinan menyebabkan gen kurang terekspresi.

37
J. Entomol. Indon., April 2009, Vol. 6, No. 1, 30-41

Tabel 4. Jumlah salinan gen (copy number) pada berbagai perlakuan


Perlakuan Jumlah salinan gen (copy Sumber
number)
Galur fusi dua gen cry 1-6 Rahmawati (2004)
(cryIB-cryIAa)
Galur mpi – cryIB 3-6 Rachmat et al. (2007)
Galur 6.11 1 - 10 Satoto (2003)
Galur DT cry 1-2 Rachmat (2006)

Selain itu, galur DT-cry jumlah salinan gen (copy number)


mempunyai toksisitas yang rendah. yang berbeda (Tabel 4), posisi
Hal ini terbukti pada pengamtan integrasi atau situs insersi gen dalam
mortalitas serangga di cawan petri genom tanaman, dan tingkat toksisitas
yang menunjukkan bahwa mortalitas yang berbeda. Perbedaan jumlah
50% larva instar-1 S. incertulas pada salinan gen (copy number) pada kedua
galur DT-cry tercapai dalam waktu 48 galur tersebut disebabkan oleh
jam setelah infestasi dan pada 72 jam perbedaan teknik transformasi. Galur
setelah infestasi mortalitasnya hanya 6.11 teknik transformasinya melalui
mencapai 69.5% (Usyati et al., 2010 in penembakan dan galur DT-cry melalui
press). Selain itu diduga hal ini Agrobacterium. Teknik transformasi
disebabkan oleh generasi galur DT-cry genetika melalui penembakan pada
ini masih generasi awal yaitu generasi umumnya menghasilkan tanaman
ke-2. Menurut Meyer (1995) uji transgenik dengan salinan transgen
ketahanan galur padi transgenik pada ganda yang sangat banyak (Vain et al.
generasi awal mempunyai kelemahan 2002). Sementara teknik transformasi
yaitu pada umumnya pada tanaman genetika melalui Agrobacterium pada
transgenik generasi 2-3 masih terdapat umumnya menghasilkan tanaman
keragaman antar tanaman yang sangat transgenik dengan salinan transgen
besar. yang relatif sedikit (Maftuchah 2003).
Padi transgenik galur 6.11 dan Padi transgenik galur DT-cry
galur DT-cry sama mengandung gen (Azygous) masuk kategori rentan
cryIAb, namun kedua galur tersebut dengan nilai ketahanan pada skala 9.
mempunyai nilai ketahanan yang Hal ini disebabkan galur DT-cry
berbeda. Galur 6.11 mempunyai nilai (Azygous) hanya ikut dalam
ketahanan tertinggi dengan skala 0 transformasi tetapi tidak mengandung
sementara galur DT-cry masuk gen cry (null). Dengan demikian
kategori rentan dengan nilai ketahanan sumber ketahanan intrinsik pada galur
pada skala 7. Adanya perbedaan ini DT-cry (Azygous) ini bukan toxin,
kemungkinan disebabkan oleh faktor tetapi sama dengan padi bukan

38
N. Usyati et al.,: Keefektivan Padi Transgenik

transgenik yaitu berasal dari Subang yang telah membantu


karakteristik biokimia dan karakteristik pemeliharaan serangga uji.
biofisik tanaman (Kogan 1982).
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Bahagiawati. 2001. Manajemen
Semua galur padi transgenik, resistensi serangga hama pada
kecuali galur DT-cry dan DT-cry pertanaman tanaman
(Azygous), lebih efektif dalam transgenik Bt. Buletin AgroBio
menangkal kerusakan dan 4(1):1-8.
menghambat pertumbuhan hama S. Cohen MB. 2000. Bt rice: practical
steps to sustainable use.
incertulas serta mempunyai nilai
International Rice Research
ketahanan yang tinggi dibandingkan Notes 25(2):4-10.
dengan varietas padi bukan transgenik. Datta K et al., 1998. Constitutive and
Ada perbedaan nilai ketahanan antar tissue-specific differential
galur padi transgenik. Padi transgenik expression of the cryIA(b)
galur 6.11 mempunyai nilai ketahanan gene in transgenic rice plants
conferring resistance to rice
tertinggi dengan skala 0. Galur 4.2.4
insect pest. Theor Appl Genet
(fusi) dan 3R7 (mpi) mempunyai nilai 97:20-30.
ketahanan pada skala 1. Sementara Fontes EMG et al., 2002. The
galur 4.2.3 (fusi) dan galur 3R9 (mpi) environmental effects of
mempunyai nilai ketahanan pada genetically modified crops
skala 3. Galur DT-cry dan DT-cry resistant to insect. Neotropical
Entomology 31(4):497-513.
(Azygous) masuk kategori rentan
Heinrich EA, Medrano FG, Rapusas
dengan nilai ketahanan masing-masing
HR. 1985. Genetic Evaluation
pada skala 7 dan 9. for Insect Resistance in Rice.
Los Banos, Philippines: Intl
UCAPAN TERIMA KASIH Rice Res Inst. p 356.
Terima kasih disampaikan kepada Ho NH et al., 2006. Translational
tim peneliti dan teknisi Biologi fusion hybrid Bt genes confer
Molekuler Tanaman, Pusat Penelitian resistance against yellow stem
borer in transgenic elite
Bioteknologi-LIPI, Cibinong-Bogor vietnamese rice (Oryza sativa
yang telah membantu dana, materi, dan L.) cultivars. Crop Sci 46:781-
fasilitas penelitian, serta membantu 789.
kelancaran penelitian di rumah kaca. Kogan M. 1982. Plant resistance in
Terima kasih juga disampaikan kepada pest management. In: Metcalf
tim peneliti dan teknisi Kelti RL, WH Luckmann, editor.
Introduction to Insect Pest
Entomologi-Fitopatologi Balai Besar
Management. Second Edition.
Penelitian Tanaman Padi Sukamandi-

39
J. Entomol. Indon., April 2009, Vol. 6, No. 1, 30-41

New York: John Wiley and Pengetahuan Indonesia. 50


Sons. pp 93-134. hlm.
Maftuchah. 2003. Transformasi SAS Institute. 1990. SAS/STAT
genetik padi indica dengan gen User’s Guide, Version 6.
cryIA(b) dan cryIB Fourth Edition. Volume 2.
menggunakan Agrobacterium North Carolina: SAS Institute
tumefaciens untuk ketahanan Inc.
terhadap hama penggerek Satoto. 2003. Kestabilan, pola
batang kuning (Scirpophaga pewarisan, dan keefektifan gen
incertulas Walker) [disertasi). gna dan cry1Ab terhadap
Bogor: Program Pascasarjana, wereng batang coklat dan
Institut Pertanian Bogor. penggerek batang kuning pada
Meyer P. 1995. Understanding and padi rojolele transgenik
controlling transgene [disertasi]. Bogor: Program
expression. TibTech 13:332- Pascasarjana, Institut Pertanian
337. Bogor.
Rachmat A. 2006. Konstruksi vektor Usyati N, Buchori D, Manuwoto S,
ekspresi gen untuk Hidayat P, Loedin IHS. 2010.
mengeliminasi gen penyeleksi Efektivitas galur padi Rojolele
antibiotik pada tanaman padi transgenik terhadap hama
(Oryza sativa L.) transgenik penggerekbatang padi kuning
[tesis]. Bogor: Program Scirpophaga incertulas
Pascasarjana, Institut Pertanian (Walker) (Lepidoptra:
Bogor. Pyralidae) pada tahap in vitro.
Rachmat S et al., 2007. Aplikasi Jurnal Penelitian Pertanian
teknologi DNA untuk Tanaman Pangan (in press).
ketahanan terhadap hama Schuler TH. 2000. The impact of
penggerek batang padi serta uji insect resistant GM crops on
keamanan lingkungan [laporan populations of natural enemies.
teknik]. Bogor: Pusat Antenna 24:59-65.
Penelitian Bioteknologi Vain P, James VA, Worland B, Snape
Lembaga Ilmu Pengetahuan JW. 2002. Transgene
Indonesia. hal.67-73. behaviour across two
Rahmawati S. 2004. Introduksi dua generations in a large random
gen cry dengan “binding site” population of transgenic rice
berbeda dan penggunaan plants produced by particle
promoter terinduksi pelukaan bombardment. Theor Appl
pada padi (Oryza sativa L) Genet 105:878-889.
untuk memperlama ketahanan Wu C, Fan Y, Zhang C, Oliva N, Datta
[laporan riset unggulan terpadu SK. 1997. Transgenic fertile
bidang pertanian dan pangan]. japonica rice plants expressing
Bogor: Kementerian Riset dan a modified cryIA(b) gene
Teknologi RI Lembaga Ilmu resistant to yellow stem borer.
Plant Cell Reports 17:129-132.

40
N. Usyati et al.,: Keefektivan Padi Transgenik

Ye GY, Tu J, Hu C, Datta K, Datta resistant against four


SK. 2001. Transgenic IR72 lepidoptera species under field
with fused Bt gene condition. Plant Biotechnol
cry1A(b)/cry1A(c) from 18:125-133.
Bacillus thuringiensis is
____________________

41

Potrebbero piacerti anche