Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
Chicken meat is one of the products of animal origin which has a fairly high consumption rate, because it
is easy to obtain, its growth is fast, and the price is also relatively affordable compared to the types of
meat of large animals. The annual growth of the poultry population is increasing, often facing various
obstacles. One of the causes of disease is an infection caused by the bacterium Mycoplasma
gallisepticum (M. gallisepticum) which is chronic respiratory disease (CRD). Various preventive, controls
and treatments needed for handling CRD in chickens. Continuous use of antibiotics and antibiotic
resistance. Substitution or treatment needed in handling CRD. The herbs given in this study were
turmeric, white meeting, and garlic in the form of nanoparticles. Turmeric (Curcuma longa linn) has
properties as an antioxidant, antibacterial, anti-inflammatory, antifungal, antiviral, and antimalarial.
White Gathering (Curcuma zedoaria) works as an anti-inflammatory, analgesic, hepatoprotector, and
antioxidant. Garlic (Allium sativum) has antibacterial activity. Based on the vivo test, it was found that
administration of a standardized combination of turmeric, white, and garlic nanoparticles can reduce
chronic respiratory disease infections in chickens. The third extract did not give a change in the specific
parameters of heterophile and lymphocyte blood.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging ayam merupakan salah satu produk asal ternak yang memiliki angka
konsumsi cukup tinggi, karena selain mudah diperoleh, pertumbuhannya cepat, dan
harganya juga relatif terjangkau dibandingkan dengan jenis daging ternak hewan besar
(Etikaningrum dan Iwantoro 2017). Berdasarkan data DitjenPKH (2018), jumlah
konsumsi daging ayam per kapita/tahun dan populasi ayam ras pedaging terus
meningkat. Konsumsi daging ayam ras pedaging per kapita/tahun pada tahun 2017
sebesar 5.683 kg, atau mengalami peningkatan sebesar 11.22% dari konsumsi tahun
2016 sebesar 5.110 kg. Populasi ternak unggas secara nasional pada tahun 2017
1
khususnya pada ayam ras pedaging sebesar 1.8 miliar ekor, mengalami peningkatan
13.22% dari tahun lalu sebesar 1.6 miliar ekor.
Pertumbuhan populasi unggas yang setiap tahunnya meningkat, seringkali
menghadapi berbagai kendala. Peternakan ayam broiler umumnya rentan terhadap
serangan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, jamur, lingkungan, dan
kekurangan salah satu unsur nutrisi (Tamalluddin 2012). Salah satu diantaranya adalah
penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum (M.
gallisepticum) yaitu chronic respiratory disease (CRD). Infeksi sekunder CRD
umumnya disebabkan oleh Escherichia coli (E. coli) yang menyebabkan penyakit
semakin parah yang dikenal sebagai CRD kompleks (Soeripto 2009). Kejadian CRD
merupakan penyakit endemik pada ternak ayam yang sangat merugikan industri
perunggasan di berbagai dunia, termasuk di Indonesia (BPPH 2007). Menurut OIE
(2008), CRD termasuk kedalam kategori notifiable diseases yang berarti jika terjadi
kasus CRD di lapangan harus segera dilaporkan ke pemerintah untuk ditanggulangi.
Berbagai tindakan pencegahan, pengendalian, dan pengobatan dibutuhkan untuk
menangani CRD pada ayam. Pengobatan yang umum dilakukan adalah dengan
pemberian antibiotik makrolid seperti tiamulin, tylosin, lincomycin, oxytetracyclin dan
enrofloksasin, yang memiliki daya kerja menghambat sintesis protein (BYWATER
1991;Soeripto 2009). Namun penggunaan antibiotik secara terus-menerus dan tidak
tepat dapat mengakibatkan resistensi terhadap antibiotik. Substitusi atau pengganti
pengobatan diperlukan dalam penanganan CRD.
Herbal yang diberikan dalam penelitian ini adalah kunyit, temu putih, dan
bawang putih dalam bentuk sediaan nanopartikel. Kunyit (Curcuma longa linn)
diketahui memiliki khasiat sebagai antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antifungi,
antivirus, dan antimalaria (Shan dan Iskandar 2018). Temu putih (Curcuma zedoria)
berkhasiat untuk menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, menurunkan
kadar kolesterol darah, antibakteri, dan sebagai antioksidan alami penangkal senyawa-
senyawa radikal bebas yang berbahaya (Sarjono dan Mulyani 2007). Bawang putih
(Allium sativum) mengandung zat bioaktif yang berperan sebagai antibakteri yaitu
allicin yang mudah menguap dengan kandungan sulfur. Komponen bioaktif lainnya
adalah dialildisulfida dan dialiltrisulfida yang juga memiliki aktivitas antibakteri
(Prihandani et al. 2015; Tsao dan Yin 2001).
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai April 2019, di kandang
ayam Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) dan Laboratorium Histopatologi,
Fakultas Kedokeran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Alat yang digunakan yaitu kandang lipat, tempat minum ayam, tempat pakan
ayam, alat bedah minor, pot plastik, disposable syringe 1 mL dan 3 mL, kamera,
mikroskop, mikrometer, mikrotom, kaca objek, dan kaca penutup. Bahan yang
digunakan pada penelitian ini diantaranya 24 ekor ayam berumur satu hari yang
diperoleh dari perusahan swasta, kombinasi ekstrak (kunyit, temu putih, dan bawang
putih) yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi FKH IPB, nanopartikel ekstrak
diperoleh dari laboratorium nanoteknologi BB Pascapanen, alkohol 70%, alkohol 80%,
alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol absolut, formalin 10%, xylol, permount, pewarna
hematoksilin dan eosin, paraffin cair, akuades, gom arab, antibiotik enrofloksasin, pakan
ayam komersial bebas antimikroba, air mineral, dan isolat bakteri M. gallisepticum dan
E. coli.
Prosedur Penelitian
Hewan Coba
Dua puluh empat ekor broiler diaklimatisasi sebelum dilakukan pengujian
terhadap sediaan nanopartikel ekstrak. Aklimatisasi dilakukan sejak berumur satu hari
(day-old chick/DOC) selama dua minggu untuk menyesuaikan kondisi hewan terhadap
pakan, minum, dan lingkungannya. Ayam diberikan minum dan pakan secara ad libitum.
Program vaksinasi dilakukan pada hari ke-3 (ND), ke-11 (IBD), dan ke-17 (booster
ND).
Isolat Bakteri
Isolat M. gallisepticum strain R diperoleh dari Balai Besar Penelitian Veteriner.
Media M. gallisepticum terdiri dari media khusus Pleuropneumonia-Like Organism
3
Antibiotik
Antibiotik yang digunakan adalah enrofloksasin. Hewan percobaan diberikan
larutan antibiotik dengan konsentrasi 10% sesuai dengan dosis yang direkomendasikan
(10 mg/kg BB) secara per oral selama 14 hari sejak infeksi sekunder dilakukan.
Desain Penelitian
Uji in-vivo dilaksanakan dengan beberapa tahap pemeliharaan (Gambar 1). Dua
puluh empat ekor ayam dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 6 ekor ayam.
Kelompok 1(K1) : Ayam sehat (kontrol sehat)
Kelompok 2(K2) : Ayam diinfeksi dengan CRD (kontrol negatif)
Kelompok 3(K3) : Ayam diinfeksi CRD, diberikan sediaan kombinasi
nanopartikel ekstrak kunyit, temu putih, dan bawang putih
Kelompok 4(K4 ) : Ayam diinfeksi CRD, diberikan antibiotik enrofloksasin
(kontrol positif).
KELOMPOK 1(K1)
Ayam tidak diinfeksi dan tidak
diobati.
Aklimatisasi
KELOMPOK 2(K2)
Ayam diinfeksi dengan bakteri dan
tidak diobati
Nekropsi
Nekropsi dilakukan secara bertahap, nekropsi pertama dilakukan pada ayam umur
22 hari sebanyak 12 ekor. Nekropsi kedua dilakukan pada ayam umur 29 hari sebanyak
12 ekor.
Analisis Data
Data pengamatan histopatologi paru-paru dibandingkan dengan kelompok ayam
sehat dan ayam sakit. Hasil hematologi dianalisis menggunakan metode analysis of
variance (ANOVA) dengan aplikasi SPSS 21 dan diinput melalui software Microsoft
Excel 2010.
Evaluasi analisis darah dilakukan terhadap gambaran nilai limfosit dan heterofil
yang diambil sebelum dan setelah perlakuan obat (kombinasi nanopartikel ekstrak dan
antibiotik) pada ayam yang berumur 14 dan 29 hari. Data gambaran darah disajikan
pada tabel 1.
5
Perlakuan K1 K2 K3 K4 satuan
Sebelum 18.51 17.12 15.12 12.46 103/µ
Setelah 14.81 22.41 19.29 20.10 103/µ
Rata-rata 16.66±2.62a 19.77±3.74a 17.21±2.95a 16.28±5.45a 103/µ
Superscript pada hasil menunjukkan perbedaan tidak nyata (P=0.801)
Perlakuan K1 K2 K3 K4 Satuan
Sebelum 24.44 28.07 26.42 24.02 103/µ
Setelah 26.19 31.07 28.85 30.93 103/µ
Rata-rata 25.32±1.24a 29.57±2.12a 27.64±1.72 a 27.48±4.89 a 103/µ
Superscript pada hasil menunjukkan perbedaan tidak nyata (P=0.583, p>0.05)
oleh pemberian perlakuan benda asing (infeksi bakteri dan pemeberian eksrak herbal)
masuk ke dalam tubuh, sehingga mampu merangsang proses proliferasi lalu terjadi
peningkatan jumlah limfosit. Hal ini sesuai dengan penelitian primawati et al. (2013),
ketika benda asing masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan memberikan respon
terhadap pertahanan tubuh (imunitas). Tubuh akan merespon dengan peningkatan
proliferasi leukosit berupa aktifasi neutrofil, makrofag, monosit, limfosit, eusinofil, dan
basofil.
Fungsi utama dari limfosit adalah sistem kekebalan tubuh. Limfosit akan
memproduksi antibodi sebagai respon antigen yang yang dibawa oleh makrofag.
Limfosit terdiri atas limfosit T dan limfosit B. Limfosit T memiliki fungsi dalam
imunitas seluler dan limfosit B berfungsi untuk imun respons humoral (Ganong 2002).
Sel T helper berfungsi membantu sistem imun spesifik, menstimulasi sel B untuk
membelah dan memproduksi antibodi, mengaktivasi makrofag untuk memfagositosit
dan mengaktivasi dua jenis sel lainnya (sel T killer dan sel T suppresor). Sel T killer
merupakan sel limfosit T yang berfungsi menyerang sel tubuh yang terinfeksi agen
patogen dan sel patogen yang relatif besar secara langsung. Sel T supressor berfungsi
untuk menurunkan atau menghentikan sistem imun (Guyton dan Hall 2006)
Bedasarkan penelitian sebelumnya, hasil pengolahan seluruh parameter darah
(hemoglobin, hematokrit, eritrosit, dan leukosit) tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata antar perlakuan. Berdasarkan temuan tersebut dapat dijelaskan bahwa ada
kemungkinan terjadi perubahan parameter darah pada saat infeksi CRD berjalan akut,
yaitu 2–3 hari pasca infeksi (Handharyani et al. 2015).
Menurut penelitian Fahrurozi et al. (2014) menyatakan bahwa, Hasil analisis ragam
menunjukan bahwa perlakuan pemberian kunyit dan temulawak tidak berpengaruh
nyata (P>0.05) terhadap jumlah sel darah putih merah pada broiler, diduga disebabkan
oleh rata-rata konsumsi ransum pada masing-masing perlakuan yang relatif sama,
sehingga asupan nutrisi yang diterima oleh broiler pada setiap perlakuan relatif sama.
Menurut Frandson (1992), ransum merupakan bahan yang penting untuk metabolisme
darah, karena dibutuhkan protein, vitamin, dan mineral dalam pembentukan sel darah
putih.
Perlakuan K1 K2 K3 K4
Sebelum 0.76 0.61 0.57 0.52
Setelah 0.57 0.72 0.67 0.65
rata-rata 0.66±0.14a 0.67±0.08a 0.62±0.07a 0.58±0.9a
Superscript pada hasil menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
18 sampai 22ºC (Londok et al. 2018), sedangkan suhu di Dramaga sekitar 22 sampai 32
ºC.
SIMPULAN
Perlu penelitian lanjuntan untuk menentukan dosis optimal dari obat herbal yang
bisa diberikan pada ayam penderita chronic respiratory disease.
DAFTAR PUSTAKA
[BPPH] Balai Penyelidikan Penyakit Hewan . 2007. Data Diagnosa Penyakit pada
Unggas. Informasi Laboratorium Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Balai Besar
Veteriner seluruh Indonesia.
[BPS] Badan Pusat Statisitk. 2018. Proyeksi Penduduk Indonesia dalam Sensus 2010.
Jakarta (ID). BPS.
BYWATER R.J. 1991. Macrolide and Lincosamide antibiotics. Part III. The control of
infectious diseases: Chemotheraphy. In: Veterinary Applied Pharmacology and
Therapeutics. Fifth Ed. BRANDER, G.C., D.M. PUGH, R.J. BYWATER and W.L.
JENKINS (Eds.). ELBS with Bailliere Tindall. Educational Low-priced Book
Scheme. Funded by the British Government. pp. 461 – 473.
[DITJENPKH]. Direktorat Jendral Pertenakan dan Kesahatan Hewan. 2018. Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID). DITJENPKH.
Etikaningrum, Iwantoro S. 2017. Kajian residu antibiotika pada produk ternak unggas di
Indonesia. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 5(2): 29-33.
Fahrurozi N, Tantalo S, Santosa PD. 2014. Pengaruh pemberian kunyit dan temulawak
melalui air minum terhadap gambaran darah pada broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 2(1): 39-46.
Frandson, RD 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Yogyakarta(ID):
Gadjah Mada University Press.
Ganong WF. 2002. Fisiologi Kedokteran. Ed 20. Jakarta (ID): EGC
9
Guyton AC, Hall JE. 2006. Texbook of Medical Physiology. Ed 11. Philadelphia (US):
Elsevier Inc.
Handharyani E, Andriani, Poeloengan M, Mustika AA, Suryowati T. 2015.
Pengembangan produk herbal terstandar kunyit, temu putih, dan bawang putih untuk
pengendalian chronic respiratory disease pada ayam. Prosiding Seminar Hasil-Hasil
LPPM IPB 2015
[KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2014. Manual Penyakit Unggas. Jakarta (ID).
KEMENTAN.
Khalid H. 2011. Principles of poultry Science Poultry Industry. Diyala (IR). Diyala
University Collage of Agriculture Dept. Animal Resources
Londok JJMR, Manalu W, Wiryawan IKG, Sumiati. 2018. Profil hematologi ayam
pedaging yang diberi ransum mengandung asam laurat dan pinang yaki sebagai
sumber antioksidan alami. Jurnal Veteriner. 19(2):222-229
[OIE] Office International des Epizooties (FR). 2008. Avian Mycoplasmosis
(Mycoplasma gallisepticum, Mycoplasma sinoviae). OIE terrestrial manual 2008.
Chapter 2.3.4. 482-496.
Prihandani SS, Poeloengan M, Noor SM, Andriani. 2015. Uji daya antibakteri bawang
putih (Allium sativum L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Salmonella typhimurium, dan Pseudomonas aeruginosa dalam meningkatkan
keamanan pangan. Informatika Pertanian. 24(1): 53-58.
Primawati SN, Soelistya D, Zulkifli L. 2013. Profil kualitatif komponen ekstrak kunyit
putih (Curcuma zedoaria) dan Pengaruhnya terhadap profil hematologi mencit yang
diinfeksi Salmonella typhimurium. Jurnal Biologi Tropis.13(2):139-145
Priosoeryanto BP, Sari R, Tiuria R, Darusman LK, Purwakusumah ED, Nurcholis W.
2009. Aktivitas antiproliferasi ekstrak etanol temulawak (Curcuma xantorrhiza roxb.)
Pada sel lestari tumor mca-b1 dan mcm-b2 secara in vitro. Indonesia Journal of
Veterinary Science & Medicine. 1(1): 29-35.
Rini CS, Rohmah J, Widyaningrum LY. 2018. Efektivitas kunyit (Curcuma longa Linn)
terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Journal of Medical Laboratory
Science/Technology. 1(1):1-6.
Redmond SB, Chuammitri P, Andreasen CB, Palic D. 2011. Genetic control of chicken
heterophil function in advanced intercross lines: associations with novel and with
known Salmonella resistance loci and a likely mechanism for cell death in
extracellular trap production. Immunogenetics 63: 449-458
Sarjono PR, Mulyani NS. 2007. Aktivitas antibakteri rimpang temu putih (Curcuma
mangga Vall). Jurnal Sains dan Matematika. 15(2): 89-93.
Shan CY, Iskandar Y. 2018. Studi kandungan kimia dan aktivitas farmakologi tanaman
kunyit (Curcuma longa L.). Farmaka. 16(2): 547-555.
Soeripto. 2009. Chronic Respiratory Disease (CRD) pada Ayam. Wartazoa. 19(3): 134-
142.
Swenson M J, William OR. 1993.Duke`s Physiology of Domestic Animals. Ed ke-11.
Ithaca and London (UK): Publishing Assocattes a Division of Cornell University.
Tamalluddin, F. 2012. Ayam broiler, 22 hari panen lebih untung. Jakarta (ID) : Penebar
Swadaya.
Tsao S dan Yin M. 2001.In vitro activity of garlic oil dan four diallylsulphides against
antibiotic-resistence Pseudomonas aeruginosa and Klebsiella pneumonia. Journal of
Antimicrobial Chemotherapy. 47:665-670.
10