Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract
Autism is one delay in child development. It is the result of complex and varied brain
development disorders, one of them is disturbance in sensory system (sensory integration) in
children. The disturbance causes the children to be unable to adapt optimally, thus, it affects
behavioral and psychological responses of children with autism in their environment. The
number of children with autism increases from year to year, including in Surakarta. A
rehabilitation centre is therefore needed in this city. This rehabilitation centre for children with
autism is uses a functional recovery for behavior, occupation, and nervous system (neurons),
and sensory systems of children who experienced the disorder to regenerate its form or function.
This rehabilitation centre will accommodate medical, therapeutic, and educational activities by
using special environmental designs planned according to the sensory needs and specific stimuli
needs for each different autistic child. The design concept of this rehabilitation centre focuses
on the sensory needs of children with aurism. It will be applied through building physical
elements in the form of inside and outside spatial elements. Both elements will be designed with
various considerations of the choice of attributes or architectural elements, such as: design
principles, shapes, scales, colors, building materials. These considerations will create specific
effects for each individual with different levels of sensory perception disorder. This
rehabilitation favility will provide 5 special zones for autistic children which are categorized
based on the level of disturbance and condition of the children. The categorization is expected
to play a major role in accelerating the process of healing and development of children
physically, psychologically, intellectually, and socially. Consequently, it can establish a child
with autism into an independent, creative, exist, and skilled human as other normal children.
Keywords: children with autism, rehabilitation, sensory system, the building physical elements
(Mulyadi dan Sutadi, 2014). Menurut Dr. Konsep perancangan bangunan panti
Hardiono D Pusponegoro SPA (K), rehabilitasi akan diaplikasikan ke dalam elemen
mengatakan bahwa sistem pendidikan khusus pembentuk fisik bangunan, yaitu berupa elemen
dibentuk bagi anak berkebutuhan khusus tata ruang dalam dan elemen tata ruang luar
lengkap dengan terapi, medis, dan edukasi bangunan. Kedua elemen tersebut akan
memberikan perubahan besar terhadap dirancang dengan berbagai pertimbangan
perkembangan anak, terutama bagi anak autis. arsitektur, seperti: prinsip desain, bentuk,
Program terapi, edukasi, dan medis akan ukuran, tekstur, warna, dan material bangunan.
dikoordinir menjadi sebuah proses yang Elemem-elemen tersebut nantinya akan
berkelanjutan dan terpadu di dalam sebuah memberikan efek spesifik bagi anak autis,
wadah, yaitu panti rehabilitasi. seperti: efek menenangkan bagi anak dengan
hiper-reaktif dan reaktif yang normal, serta efek
Panti rehabilitasi anak autis berfungsi sebagai yang menstimulasi bagi anak autis dengan hipo-
wadah pemulihan fungsional baik perilaku, reaktifitas. Efek spesifikasi tersebut akan
okupasi, sistem syaraf, serta sistem sensori diproyeksikan ke dalam lima zona di dalam
(sensori integrasi) yang sebelumnya mengalami panti rehabilitasi, serta dipetakan berdasarkan
gangguan untuk menuju ke bentuk atau fungsi gangguan sensori dan kondisi anak autis. Oleh
kembali. Layananan rehabilitasi ini merupakan karena itu, diharapkan terbentuknya interaksi
salah satu upaya untuk membentuk dan anak autis dengan lingkungannya secara tepat,
mencapai tingkat kemandirian (dalam segi serta dapat membentuk kondisi atau suasana
mental, fisik, dan sosial), kreativitas, keeksisan, kondusif dan optimal di dalam pelaksanaan
dan keterampilan seperi anak-anak lain pada kegiatan rehabilitasi.
umumnya. Program layanan panti rehabilitasi
akan dibagi menjadi tiga tahap penanganan, 2. METODE
yaitu: tahap pra-rehabilitasi, pelaksanaan
rehabilitasi, dan pembinaan hasil rehabilitasi. Metode desain yang dilakukan untuk
Program tersebut akan didukung oleh fasilitas- menyelesaikan permasalahan desain adalah
fasilitas kesehatan, pendidikan, penyembuhan, sebagai berikut:
dan pengasuhan yang nantinya akan 2.1. Menyusun kelayakan objek dengan
disesuaikan dengan klasifikasi gangguan menemukan sumber permasalahan dan
(kondisi) dan tingkat kebutuhan dari masing- fenomena secara arsitektur maupun non
masing individu penyandang autisme. arsitektur, serta keterkaitan antara kota
surakarta, fasilitas anak autis, dan anak
Konsep perancangan panti rehabilitasi ini akan autis.
mengacu pada kebutuhan sistem sensori anak 2.2. Mengumpulkan, menyusun dan
autis terhadap lingkungannya yang memiliki menganalisis bahan ataupun data,
tingkat sensitifitas dan reaktifitas yang berbeda. meliputi:
anak autis membutuhkan lingkungan khusus Panti rehabilitasi berperan dalam
yang disiapkan untuk kebutuhan neurologisnya. menentukan dan membatasi program
Hal tersebut dilakukan karena penyandang autis kegiatan dan fasilitas yang akan
mengalami gangguan sensory integration yang diberikan di dalam objek perancangan.
menyebabkan anak tidak dapat beradaptasi Batasan dan runtutan desain didasarkan
secara optimal, sehingga menyebabkan sistem pada pedoman buku Rehabilitasi dan
neurologisnya tidak dapat mengembangkan Pekerjaan Sosial oleh Haryanto, serta
proses untuk mengintegrasikan input sensorik dipadukan dengan Buku Pedoman
dari lingkungannya (Ayres dalam Gunandi, Penanganan dan Pendidikan Autisme
2008). Panti rehablitasi dengan lingkungan YPAC.
khusus ini diharapkan dapat membantu anak Anak Autis memiliki karakteristik dan
autis dalam mengintegrasikan input sensori, kebutuhan sensori yang bervariasi,
sehingga dapat mempengaruhi respon perilaku, dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
kondisi psikologis, dan perkembangan otak anak dengan gangguan, hipersensitif,
anak autis. dan hiposensitif. Penggolongan
tersebut berperan dalam menentukan
415
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…
kriteria desain di dalam lima zona dalam bentuk fisik bangunan Panti
perancangan. Dasar penentuan dan Rehabilitasi Anak Autis di Surakarta.
penggolongan anak autis di dapatkan
melalui Buku Pedoman Penanganan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Pendidikan YPAC, Rekayasa Hasil dan pembahasan yang dimaksud meliputi
Arsitektural Ruang Mandiri Bagi Anak konsep peruangan, kosep lokasi, konsep
Autisme di Tengah Keluarga dari Strata pencapaian, konsep tampilan dan gubahan
Sosial Ekonomi Menengah ke Bawah massa.
oleh Edi Pramono Singgih, Autisme is 3.1. Konsep Ruang
Curable Oleh Dr. Kresno Mulyadi dan Konsep ruang didapat melalui analisis
Dr. Rudi Sutadi, Autisme dan Peran pelaku dan analisis kelompok kegiatan.
Pangan oleh Prof. Dr. F. G Winarno,
Kelompok kegiatan terdiri dari beberapa
dan jurnal penelitian berjudul “ An
macam, yaitu
Architecture for Autism: Concept of
Design Intervention for Autistic User” Kegiatan klinik serta kegiatan terapi
oleh Magda Mostafa dan edukasi sebagai kegiatan utama,
Pedoman desain khusus anak autis, Kegiatan apotek, penelitian dan
sumber: jurnal penelitian tentang “ An pengembangan, perpustakaan,
Architecture for Autism: Concept of daycare, penyelenggaraan event
Design Intervention for Autistic User” sebagai kegiatan pendukung
oleh Magda Mostafa. Berikut Kelompok kegiatan pengelola,
merupakan atribut desain sebagai Kelompok kegiatan servis.
bahan pertimbangan dalam pengolahan
fisik bangunan, yaitu: penutup Tabel 1. Macam Pelaku, Aktivitas, dan Peruangan
(closure), proporsi, skala, orientasi, pada Panti Rehabilitasi Anak Autis
fokus, simetris, ritme/ irama, harmoni,
Pelaku Aktifitas Peruangan
keseimbangan, warna, sistem
A Keg. Parkir Area parkir
pencahayaan, akustik, teksur, ventilasi, Memngambil ATM Center
sekuen, kedekatan (proximity), dan uang
rutinitas (routine). Metabolisme Toilet
2.3. Kota Surakarta sebagai lokasi objek yang Makan dan minum Kantin
direncanakan akan dikaitkan dengan Menyusui, dll Nursing Room
Beribadah Mushola
karakteristik anak autis yang memiliki E, J, M Menyimpan Gudang
kebutuhan khusus terhadap lingkungan. barang
Sehingga, akan menghasilkan ketentuan Drop off barang Loading dock
atau dasar-dasar pertimbangan dalam B Mengambil nomer Loket Antrian
pemilihan tapak. Setelah itu, maka akan antrian
memunculkan alternatif tapak yang akan B, E Kegiatan Loket
dipilih menjadi tapak yang terpilih. Administrasi Administrasi
A Menunggu R. Tunggu
2.4. Data – data yang telah dikumpulkan (poin B, C Bermain R. Bermain
Kegiatan Utama
416
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427
menulis
Istirahart R. Santai rehabilitasi anak autis dipilih berdasarkan
Mencari referensi R. display pertimbangan-pertimbangan tertentu,
buku sehingga mampu mendukung ataupun
L Berinteraksi, R. Pembicara menunjang kegiatan yang terlaksana
istirahat secara aman, nyaman, dan kondusif.
B Menghadiri acara Auditorium
E, L, M Menyiapkan acara Backstage
Berikut merupakan pertimbangan-
L Menampilkan Panggung pertimbangan yang telah dipenuhi oleh
acara tapak yang terpilih, yaitu:
A Bersosialisasi, Lobby luas lahan minimal 2,13 ha
menunggu RTRW, berada di kecamatan
C, N Bermain, hiburan R. Bermain
Kegiatan belajar R. Belajar
banjarsari ataupun jebres
Beristirahat R. Tidur Memiliki topografi yang datar
Makan-minum R. Makan Dilalui oleh jaringan utilitas kota
N Menyiapakan Dapur Memiliki tingkat kebisingan rendah
makan-minum, dll
Mencuci, R. Cuci
Lokasi lahan tidak berada di samping
menyetrika jalan besar atau dengan tingkat
J Pengawasan, R. Kepala keramaian jalan yang tinggi
korrdinasi, rapat Tidak adanya polusi udara (tingkat
sedang-tinggi)
Mengolah data R. Kerja
Keg. Pengelola
an
rv
K
is
kebersihan
417
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…
proses analisis tapak (analisis pencapaian, rehabilitasi (zona transisi terapi dan
view dan orientasi, kebisingan, dan edukasi intensif). Jembatan dan asrama
klimatologi). Pembagian zona ini (daycare) dirancang berdasarkan pedoman
berfungsi untuk memudahkan pengguna desain anak autis dengan gangguan (akan
dalam mengakses bangunan, persyaratan dibahas pada poin 3.6). Sedangkan untuk
dan kebutuhan masing-masing ruang zona pengelola yaitu kantor pengelola,
terpenuhi, dan sebagai pengendalian dirancang dengan pertimbangan dalam
terhadap distraksi yang mengganggu memaksimalkan fungsi ruang dan tidak
dalam pelaksanaan rehabilitasi (seperti: terlalu dominan terhadap bangunan
kebisingan dan pencahayaan langsung disekitarnya, serta tidak menggunakan
matahari). pedoman desain khusus.
Zona C merupakan zona privat atau zona
B C
G pelaksanaan program rehabilitasi. Zona ini
K diletakkan pada bagian belakang tapak,
D P
H L dikarenakan posisi tersebut merupakan
A zona yang paling tenang (tidak ada
M
E I J Q aktivitas kendaraan atau aktivitas yang
N meimbulkan kebisingan). Zona C
F A merupakan zona khusus yang dirancang
S O R
C
G
sesuai dengan klasifikasi dan kebutuhan
anak autis. Strategi perancangan pada zona
ZONA A ZONA B ZONA C
ini akan didasarkan pada gangguan
persepsi sensoris anak autis (pedoman
Keterangan:
A Area parkir B Pos C Area parkir khusus anak autis, akan dibahas pada 3.5).
(mobil) keamanan (motor) Terdapat beberapa massa di dalam zona ini
D Auditorium E Klinik F apotek
G Utilitas H Kantor I Kantin dengan didasarkan pada kebutuhan
pengelola stimulasi sensori anak, yaitu: massa
J Mushola K Sekolah L Perpustakaan
(hiposensitif) dengan stimulasi tinggi untuk anak
M Zona
transisi
N Hidroterapi
dan area
O Sekolah
(hipersensitif)
hiposensitif, massa dengan stimulasi
sosialisasi sedang untuk anak gangguan, dan massa
P Terapi, zona Q Terapi, zona R Terapi Zona dengan stimulasi rendah atau tenang untuk
B C A
S Arsrama dan penitipan anak (daycare) anak hipersensitif. Masing-masing massa
Gambar 2. Pembagian Zona Akhir Panti akan dihubungkan dengan jembatan yang
Rehabilitasi Anak Autis dirancang dengan mempertimbangkan
Zona A merupakan zona publik, zona faktor keamanan.
publik, zona penerimaan, zona parkir, zona Pola tata masa bangunan dan sirkulasi
ra-rehabilitasi, dan zona penyelenggaraan yang menghubungkan antar bangunan di
event. Zona A tersebut tidak memiliki dalam tapak panti rehabilitasi anak autis
pertimbangan desain khusus, namun lebih akan menggunakan organisasi terklaster.
memfokuskan pada daya tarik bangunan Organisasi ini merupakan organisasi yang
terhadap masyarakat, penanda identitas paling fleksibel dibandingkan dengan
bangunan dan memberikan kesan informal organisasi lainnya serta dapat menciptakan
(hangat, terbuka, kesan ceria dan menarik sebuah tatanan massa yang dinamis sesuai
terhadap anak-anak). dengan kedekatan fungsi dan karakteristik
Zona B merupakan zona transisi, zona massa sesuai dengan karakteristik anak
pengelola, zona evaluasi kegiatan, dan autis (dinamis dan unik). Selain itu,
zona pengasuhan (asrama dan daycare). organisasi ini dapat mengatur dan
Zona transisi pada zona ini diproyeksikan mengorganisir tuntutan program
dalam bentuk jembatan yang bangunan, seperti: kedekatan, kebutuhan
menghubungkan antara bangunan klinik dimensional, klasifikasi ruang maupun
medis) dengan bangunan pelaksanaan massa yang hirarkis, serta kebutuhan akan
419
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…
akses, cahaya, pemandangan, dan peran besar (tidak langsung) dalam proses
ketenangan di dalam bangunan. penyembuhan dan pengembangan pribadi
anak autis, sehingga bangunan ini
3.5. KONSEP BENTUK DAN TAMPILAN memiliki kriteria khusus yang didasarkan
TATA RUANG LUAR BANGUNAN pada pedoman khusus desain anak autis.
(EKSTERIOR)
Pengolahan bentuk dan tampilan pada BENTUK DASAR
420
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427
421
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…
Elemen bangunan: kusen kayu putih Finishing lantai: parkit kayu (di
(warna netral) dengan kaca double dalam bangunan), keramik (pada
glass, overhang dengan lebar ± 1,7 m teras).
(warna warm grey dan rose)
Peletakkan jendela 2,1 m dari lantai
dan penggunaan jendela
bounventlight digunakan untuk
mengindari distraksi yang berasal dari
lingkungan luar, namun tetap
memenuhi kebutuhan ruang terhadap
sirkulasi silang. Gambar 7. Tampilan Bangunan Terapi Zona A-2
Finishing dinding: batu alam (batu
candi, batu kali, batu andesit, dan batu Pada prinsipnya pengolahan bentuk massa
palimanan), permainan cat dinding pada zona b sama dengan zona a (dapat
(basic warna: warm grey) dengan dilihat pada gambar 5), hanya berbeda
permainan kecerahan warna. pada ukuran atau dimensionalnya saja.
Jenis vegetasi dan lensekap: tanaman Pada pengolahan bentuk massa zona B
hias, pohon hias, dan rumput jepang. menggunakan bentuk simetris dikarenakan
Finishing lantai: keramik, karpet kondisi tapak yang terbatas dan
tebal, dan beton bertekstur anti slip pertimbangan keseimbangan atau
(ramp) kesatauan antar bangunan sekitar. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
anak autis dengan hiposensitifitas, maka
pola interior di dalam bangunan dirancang
lebih dinamis dan asimetris (akan
dijelaskan pada 3.6).
Berikut merupakan spesifikasi dan
Gambar 6. Tampilan Banguna Terapi Zona A-1 elemen-elemen arsitektur yang
diaplikasikan pada zona B-1 (dapat dilihat
Berikut merupakan spesifikasi dan pada gambar 8) sebagai pengolahan
elemen-elemen arsitektur yang tampilan bangunan, yaitu:
diaplikasikan pada zona A-2 (dapat dilihat Ketinggian plafon 3,7-4 m dari lantai.
pada gambar 7) sebagai pengolahan Pada prinsipnya elemen bangunan
tampilan bangunan, yaitu:
sama dengan zona A, bedanya
Elemen bangunan, finishing dinding, peletakkan jendela, dimensi dan
dan jenis vegetasi-lansekap sama desain jendela, serta modifikasi antara
seperti zona A-1. overhang dan skylight. Terdapat
Desain dan posisi jendela berbeda beberapa jendela dengan material
dengan A-1, berada di ketinggian 1,22 kaca warna untuk stimulasi visual
m dari lantai. Hal tersebut anak hiposensitif yang terletak pada
direncanakan dikarenakan kebutuhan area sosialisi bangunan.
anak autis akan pemandangan yang Finishing dinding: sama seperti zona
menarik, namun tetap dapat A, namun terdapat permainan zat
mengendalikan distraksi yang tidak dinding dengan warna cerah (light
diinginkan. coral dan maroon).
Ketinggian plafon 3,7 – 4 m dari Jenis vegetasi dan lansekap: sama
lantai. dengan zona A.
Menggunakan bouven yang lebar Finishing lantai: parkit kayu dan
diatas jendela sebagai strategi desain beton bertekstur anti slip (ramp).
dalam menciptakan suasana open Pemberian jendela mati dalam
scale. perancangan bangunan bertujuan
422
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427
untuk menahan aroma terapi pada saat terhadap distraksi dan memberikan efek
pelaksanaan proses terapi. stimulasi yang menenangkan bagi anak
autis.
423
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…
424
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427
425
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…
426
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427
REFERENSI
Dokter Anak Indonesia. “Jumlah Penderita
Autis di Indonesia,” September 6, 2015.
https://klinikautis.com/2015/09/06/jumlah
-penderita-autis-di-indonesia.
Gunadi, Tri. “Terapi Sensori Integrasi Up Date
Mostafa, Magda. “An Architecture for Autism:
Concepts of Design Intervention for The
Autistic User.” ARCHNET-I JAE,
International Jurnal of Architectural
Research 1, no. 1 (March 2008): 209–
2011.
Mulyadi, Kresno, and Rudi Sutadi. Autism is
Curable. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2014.
Singgih, Edi Pramono. Rekayasa Arsitektural
Ruang Mandiri Bagi Anak Autisme Di
Tengah Keluarga Dari Strata Sosial
Ekonomi Menengah Ke Bawah. 1st ed.
Surakarta: UPT. Penerbitan dan
Percetakan UNS Press, 2015.
427