Sei sulla pagina 1di 6

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN

KESEHATAN DI PUSKESMAS KEMA KECAMATAN KEMA


KABUPATEN MINAHASA UTARA
FACTORS RELATED TO THE UTILIZATION OF COMMUNITY HEALTH CENTER AT
SUBDISTRICT KEMA OF DISTRICT NORTH MINAHASA
Kristian J. Madunde1, Frans. J Pelealu2, Paul Kawatu3
Bidang Minat Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstract

Background: Health is a basic requirement for human life. Since before independence, Indonesia has begun an
effort to improve the health, and since it is more priority the health center services. Health Center is one of the
health care facilities are a mainstay or a benchmark of health development, means of community participation,
and the first comprehensive service center of a region. The lack of utilization of the public health center by this
time because of the image of health center is still not good. Methods: The study was a kind of analytic survey
research with cross sectional design, using chi-square test. The sample size is met in this study were 99
responders and taken by purposive sampling in the nine village. Results: The results obtained by the majority of
respondents utilize health services at the health center as many as 50 respondents (50.50%). By level of
education, higher education totaled 63 respondents (63.63%), low education totaled 36 respondents (36.37%).
Based on income level, income level totaled 35 respondents (35.36%) less income totaled 64 respondents
(64.64%). By perception, perception of both totaled 46 respondents (46.47%), perception is not good totaled 53
respondents (53.53%). Conclusion: Variable rate linked to the public perception of the utilization of health
services at the health center Kema, the level of perception (0,000). While the variables that have no connection
with the utilization of health services at the health center Kema, level of education (1,000), and income level
(0.079).

Keywords: Utilization of health centers, education level, income level, Perception

Abstrak

Latar Belakang : Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Semenjak sebelum
kemerdekaan Indonesia sudah memulai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan, dan sejak itu lebih
mempriotaskan pada pelayanan Puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
menjadi andalan atau tolak ukur dari pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat
pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah. Kurangnya pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat
saat ini karena citra Pukesmas masih kurang baik. Puskesmas Kema menurut data kunjungan 2 tahun terakhir
mengalami penurunan sebesar ± 8,0 %. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik
dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan uji chi-square. Besar sampel yang terpenuhi dalam
penelitian ini adalah 99 responden dan diambil secara Purposive Sampling di Sembilan Desa. Hasil Penelitian:
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu sebagian besar responden memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas yaitu sebanyak 50 responden (50,50%). Berdasarkan tingkat pendidikan, pendidikan tinggi berjumlah
63 responden (63,63%), pendidikan rendah berjumlah 36 Responden (36,37%). Berdasarkan tingkat pendapatan,
tingkat pendapatan cukup berjumlah 35 responden (35,36%) pendapatan kurang berjumlah 64 responden
(64,64%). Berdasarkan persepsi, persepsi baik berjumlah 46 responden (46,47%), persepsi tidak baik berjumlah
53 responden (53,53%). Kesimpulan: Variabel tingkat persepsi masyarakat memiliki hubungan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema, tingkat persepsi (0,000). Sedangkan variabel yang tidak
memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema, tingkat pendidikan (1,000),
dan tingkat pendapatan (0,079).

Kata Kunci: Pemanfaatan Puskesmas, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, Persepsi


PENDAHULUAN saat ini karena citra Pukesmas masih kurang baik,
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi utamanya yang berkaitan mutu, penampilan fisik
kehidupan manusia dimana sejak zaman dahulu kala puskesmas kurang bersih dan nyaman, disiplin,
telah banyak dilakukan upaya – upaya untuk menjaga profesionalisme, dan keramahan petugas dalam
dan meningkatkan derajat kesehatan diri maupun pelayanan kesehatan yang masih lemah, waktu kerja
kelompok, jadi pada dasarnya masyarakat telah pegawai puskesmas yang tidak efektif, kegiatan yang
menyadari tentang pentingnya sehat. Pemerintah dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada
Indonesia semenjak sebelum kemerdekaan sudah masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat
memulai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan setempat, ketersediaan obatan – obatan yang masih
tetapi belum secara mendasar dan menyeluruh, baru terbatas serta alat – alat kesehatan juga yang masih
sejak Pelita pertama mulai menetapkan langkah – kurang memadai, sehingga berpengaruh pada angka
langkah sistimatis dalam upaya meningkatkan derajat kunjungan. (Alamsyah, 2011). Puskesmas Kema
kesehatan masyarakat dengan lebih mempriotaskan menurut data kunjungan 2 tahun terakhir, pada tahun
pada primary health care atau pelayanan tingkat dasar 2010 total kunjungan sebanyak 17.067, meliputi
puskesmas (Farich, 2012). kunjungan umum sebanyak 10.203, Askes 2.264, serta
Levey dan Loomba (1973) dalam Azwar Gakin sebanyak 4.600. Di tahun 2011 jumlah
(1996) menjelaskan bahwa Pelayanan kesehatan kunjungan mengalami penurunan menjadi 15.700,
merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri dengan uraian kunjungan umum sebanyak 9.173,
atau secara bersama – sama dalam suatu organisasi Askes 1859 kunjungan, serta Gakin sebanyak 4.668
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, kunjungan, Dengan data ini dapat dilihat penurunan
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta pemanfaatan pelayanan Puskesmas sebanyak ± 8,0 %.
memulihkan kesehatan perorangan keluarga, Menyadari pentingnya puskesmas dalam
kelompok ataupun masyarakat. Pusat kesehatan rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
masyarakat (PUSKESMAS) merupakan salah satu maka berbagai masalah atau kekurangan dalam
sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan penyelenggaraan pelayanan puskesmas perlu diteliti.
atau tolak ukur dari pembangunan kesehatan, sarana Masalah-masalah tersebut berasal dari dalam maupun
peran serta masyarakat, dan pusat pelayanan pertama luar lingkungan puskesmas. Dari dalam puskesmas
yang menyeluruh dari suatu wilayah (Alamsyah, misalnya dari perilaku dan keterampilan petugas. Dari
2011). luar puskesmas misalnya dari karakteristik pengguna
Menurut Muninjaya (2004) yang dikutip pelayanan itu sendiri, dan sosiokultur masyarakat
Alamsyah (2011) menjelaskan bahwa Puskesmas (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, suku/ras,
merupakan unit teknis pelayanan Dinas Kesehatan sikap dll).
Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab untuk Berdasarkan latar belakang yang diuraikan
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
atau sebagian wilayah kecamatan yang mempunyai judul Faktor – faktor yang berhubungan dengan
fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan pemanfaatan Puskesmas di Kecamatan Kema. Selain
masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan itu juga belum pernah dilakukan penelitian tentang
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam pemanfaatan Puskesmas di Kecamatan Kema.
rangka pencapaian keberhasilan fungsi Puskesmas
sebagai unjug tombak pembangunan bidang
kesehatan.
Beberapa hal yang menyebabkan masih
kurangnya pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat
LANDASAN TEORI kesehatan yang ada tergantung pada keampuan
Menurut anderson (1974) yang dikutip Notoadmojo konsumen untuk membayar.
(2012), menjelaskan bahwa ada beberapa model 3. Karateristik kebutuhan (need characteristics)
kepercayaan kesehatan dimana ketika setiap individu Faktor predisposisi dan faktor yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung tiga memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat
kategori utama diantaranya : terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan
1. Karateristik Presdisposisi (Presdiposing sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan
characteristics) merupakan dasar dan stimulus langsung untuk
Karateristik ini digunakan untuk menggambarkan menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana
fakta bahwa tiap individu mempunyai tingkat predisposisi dan enabling itu ada.
kecenderungan untuk menggunakan pelayanan Kebutuhan (need) dibagi dalam dua kategori
kesehatan yang berbeda – beda. Hal ini yaitu perceived need dan evaluated need.
disebabkan karena adanya cirri – cirri individu,
yang digolongkan kedalam tiga kelompok. METODE PENELITIAN
a. Ciri – ciri demografi, seperti jeis kelamin Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik
dan umur. dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau
b. Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, potong lintang. Lokasi penilitian adalah Puskesmas
pekerjaan, kesukuuan atau ras dan Kema, Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara,
sebagainya. dan telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai
c. Manfaat – manfaat kesehatan seperti April tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah
keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat semua Kepala Keluarga yang menetap di wilayah
menolong proses penyembuhan penyakit. kecamatan Kema yang terdiri dari 9 Desa yaitu Desa
Selanjutnya Anderson percaya bahwa : Kema I, Desa Kema II, Desa Kema III, Lansot,
1) setiap individu atau orang mempunyai Lilang, Waleo, Makalisung, Tontalete, dan Tontalete
perbedaan karateristik, mempunyai Rok – rok. Adapun jumlah penduduk 14.730 jiwa
perbedaan tipe dan frekuensi penyakit dengan jumlah KK 4.136. Untuk Target populasinya
dan mempunyai perbedaan adalah Kepala Keluarga yang tinggal di wilayah kerja
polapenggunaan pelayanan kesehatan. Puskesmas Kema yang memanfaatkan dan yang tidak
2) setiap individu mempunyai perbedaan memanfaatkan Puskemas Kema.
struktur social, mempunyai perbedaan Pengambilan sampel penelitian ini,
gaya hidup, dan akhirnya mempunyai menggunakan rumus yang dikutip dari Saryono
perbedaan pola penggunaan pelayanan (2011), sebagai berikut:
kesehata. N
n=
3) Individu percaya adanya kemanjuran 1+(N x d2 )
dalam penggunaan pelayanan
kesehatan.
2. Karateristik pendukung (enabling Keterangan:
N = besar populasi
characteristics) n = besar sampel
Karateristik ini mencerminkan bahwa meskipun d2 = presisi (10% atau 0,1)
mempunyai predisposisi untuk menggunakan perhitungan sampel diambil berdasrkan data jumlah
pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak kepala keluarga wilayah kerja Puskemas Kema, yaitu
untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu sebanyak 4.136 KK, sehingga ditetapkan sampel
menggunakannya. Penggunanan peayanan penelitian sebagai berikut:
N Hubungan antara tingkat pendidikan dengan
n= 2
1+(N x d ) pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
4136 Kema.
n= Tingkat Pendidikan
1+(4236 x 0,12 ) Pemanfaatan
Rendah Tinggi Total
Puskesmas
4136 N % N %
n=
1+(4136 x 0,01 ) Memanfaatkan
4136 18 36,37 31 63,30 49
n = 42,36 = 97,63 Tidak
18 36,00 32 64,00 50
= 99 responden Memanfaatkan
Teknik pengambilan sampel yang digunakan Total 36 36,40 63 63,60 99
adalah secara purposive sampling, yaitu teknik Uji X (α =
2

pengambilan sampel yang dilakukan tidak df=1 p value = 1,000


0,05)
berdasarkan strata, kelompok, tetapi berdasarkan
tujuan dan pertimbangan dari peneliti Menurut tabel dapat dilihat bahwa responden yang
memiliki pendidikan tinggi memanfaatkan puskesmas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yaitu sebanyak 31 responden (63,30 %) sedangkan
Dalam penelitian ini responden yang menjadi yang tidak memanfaatkan puskesmas sebanyak 32
subjek penelitian berjumlah 99 Kepala Keluarga dan responden (64,00 %). Responden dengan pendidikan
menetap di wilayah kerja Puskesmas Kema Minimal yang rendah memanfaatkan puskesmas sebanyak 18
12 Bulan. Responden terdiri dari masyarakat di 9 responden (36,37 %) sedangkan yang tidak
Desa di Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara memanfaatkan sama banyak dengan jumlah 18
dan bersedia menjadi responden dengan responden (36,00 %).
menandatangani lembar persetujuan. Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-
Responden terbanyak adalah dengan berjenis square dengan bantuan software Statistical Product
kelamin perempuan dengan berjumlah 78 responden For Service Solution (SPSS) versi 19 memperoleh
(78,78%), hal ini dikarenakan pada saat pengambilan nilai probabilitas sebesar 1,000 dengan tingkat
data primer, ketika dikunjungi hanya Ibu – ibu yang kesalahan (α) 0,05 yang berarti tidak ada hubungan
dapat dijumpai dirumah sedangkan bapak atau suami yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan
mereka sedang bekerja. Responden terbanyak pemanfaatn pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema.
berumur antara 48 - 62 tahun (38,40%). Menurut Andersen dan Newman (1973) menyatakan
Berdasarkan Suku/Ras terbanyak adalah bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor
Suku/Ras Minahasa dengan jumlah 64 responden Presdisposisi (Predisposing Factors) yang
(64,64%), karena suku Minahasa merupakan suku asli mempengaruhi seseorang untuk membutuhkan dan
yang mendiami tanah Sulawesi Utara lebih khusus di mengakses pelayanan kesehatan.
Kecamatan Kema. Pekerjaan yang ditekuni oleh Menurut Andersen dan Newman (1973)
keluarga rata – rata adalah buruh/petani dengan menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu
jumlah 29 responden, hal ini dikarenakan letak faktor Presdisposisi (Predisposing Factors) yang
geografis dan kondisi tanah di Kecamatan kema yang mempengaruhi seseorang untuk membutuhkan dan
begitu cocok untuk lahan pertanian. mengakses pelayanan kesehatan. Syaer (2010) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa Pendidikan tentang
kesehatan mempengaruhi perilaku masyarakat
didalam memiliki fasilitas pelayanan kesehatan untuk
penyembuhan penyakitnya. Pendidikan sangat penting
peranannya didalam memberikan wawasan terhadap
terbentuknya sikap yang selanjutnya akan diikuti
dengan tindakan didalam memiliki pelayanan membutuhkan pelayanan kesehatan, hal ini
kesehatan. Desain penelitian ini menggunakan metode dikarenakan karena biaya perawatan kesehatan
penelitian Kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif, tidak hanya mencakup pembayaran untuk
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran pengobatan, tetapi juga biaya transportasi.
karakteristik masyarakat terhadap pemanfaatan
Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua.
Hubungan antara persepsi masyarakat dengan
Hubungan antara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema.
Kema. Persepsi
Tingkat Pendapatan Pemanfaatan
Pemanfaatan Tidak Baik Baik Total
Kurang Cukup Total Puskesmas
Puskesmas N % N %
N % N %
Memanfaatkan
74, 26, 10 20,00 40 80,00 50
Memanfaatkan Tidak
37 00 13 00 50 36 73,50 13 26,50 49
Tidak Memanfaatkan
27 55, 22 44, 49
Memanfaatkan Total 46 46,50 53 53,50 99
10 90
Total 64
64,
35
35, 99 Uji X (α =
2

60 40 df=1 p value = 0,000


0,05)
Uji X2 (α =
df=1 p value = 0,079
0,05)
Pada tabel dapat dilihat bahwa responden dengan
persepsi baik dan memanfaatkan Puskesmas sebanyak
Menurut tabel dapat dilihat bahwa responden yang
40 responden (80,00 %) dan yang tidak memanfaatkan
memiliki pendapatan cukup memanfaatkan puskesmas
sebanyak 13 responden (26,50 %). Responden dengan
yaitu sebanyak 13 responden (26,00 %) sedangkan
persepsi tidak baik dan memanfaatkan Puskesmas
yang tidak memanfaatkan puskesmas sebanyak 22
berjumlah 10 responden (20,00 %) sedangkan yang
responden (44,90 %). Responden dengan pendapatan
tidak memanfaatkan Puskesmas sebanyak 36
yang kurang memanfaatkan puskesmas berjumlah 37
responden (73,50 %).
responden (74,00 %) sedangkan yang tidak
Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-
memanfaatkan berjumlah 27 responden (55,10 %).
square dengan bantuan software Statistical Product
Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-
For Service Solution (SPSS) versi 19 memperoleh
square dengan bantuan software Statistical Product
nilai probabilitas sebesar 0,000 dengan tingkat
For Service Solution (SPSS) versi 19 memperoleh
kesalahan (α) 0,05 yang berarti ada hubungan yang
nilai probabilitas sebesar 0,079 dengan tingkat
bermakna antara tingkat pendapatan dengan
kesalahan (α) 0,05 yang berarti tidak ada hubungan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang bermakna antara tingkat pendapatan dengan
Kema.
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Yuliah (2001) dalam hasil penelitiannya
Kema.
menunjukkan bahwa faktor pendidikan, persepsi sakit,
Notoatmodjo (2012) dalam family resources
sikap petugas, penyandang dana, jarak, biaya
models menyatakan bahwa pendapatan masyarakat
transportasi berhubungan dengan pemanfaatan
merupakan karateristik untuk mengukur kesanggupan
puskesmas. Dari keenam faktor yang berhubungan
dari individu atau keluarga untuk memperoleh
dengan pemanfaatan puskesmas, ternyata persepsi
pelayanan kesehatan mereka. Young dan Young-
sakit yang paling dominan berhubungan dengan
Garro (1982) yang dikutip oleh Rebhan. D (2009)
pemanfaatan Puskesmas.
menyatakan bahwa masyarakat dengan berstatus
ekonomi rendah mengalami kesulitan dalam hal
PENUTUP menjadi bahan acuan dan Pedoman bagi
A. Kesimpulan Penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan
1. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.
Puksesmas kema umumnya sudah baik.
2. Tingkat pendapatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas kema rata – rata masih dibawah Upah DAFTAR PUSTAKA
Minimum Provinsi Sulawesi Utara.
Alamsyah, D. 2011. Manajemen Pelayanan
3. Masyarakat di kecamatan Kema rata – rata
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
berpresepsi masih tidak baik terhadap keadaan
Andersen dan Newman. 1973. Societal and individual
Puskesmas Kema.
determinants of medical care utilization in the
4. Masyarakat Kema rata-rata sudah memanfaatkan
United States. (Online)
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema.
www.milbank.org/uploads/documents/, diakses
5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pada tanggal 12 April 2013
tingkat pendidikan masyarakat dengan
Anonimous. 2011. Profil Puskesmas Kema Tahun
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
2011. Minahasa Utara: Puskesmas Kema
Kema Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa
Azwar, A. 1996. Pengantar Adminstrasi Kesehatan.
Utara.
Jakarta : Binarupa Aksara
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
Farich, A. 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan
tingkat pendapatan masyarakat dengan
Masyarakat.Yogyakarta : Gosyen Publishing
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Notoadmojo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan
Kema Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa
Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Utara.
Rebhan. D. 2009. Health Care Utilization:
7. Terdapat hubungan yang bermakna antara
Understanding and applying
Persepsi masyarakat dengan pemanfaatan
theories and models of health care seeking
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema
behavior.(Online)
Kabupaten Minahasa Utara.
www.cwru.edu/med/epidbio/mphp439/healthca
reutil.pdf diakses pada tanggal 12 April 2013.
B. Saran
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.
1. Bagi Puskesmas Kema, program promosi
Yogyakarta : Mitra Cendikia Pers
kesehatan dalam bentuk advokasi dan sosialisasi
Syaer. S. 2010. Gambaran Karakteristik Masyrakat
kepada masyarakat perlu dilaksanakan secara
Dalam Pemanfaatan Pelayaanan Kesehatan Di
rutin untuk meningkatkan pemahaman
Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua
masyarakat tentang fungsi dan tujuan dari
Kab.Pingran. (Online)
Puskesmas juga kedisiplinan perlu ditingkatkan
www.scribd.com/doc/62697640/Daftar-Pustaka
terutama waktu buka/tutup puskesmas harus
diakses pada tanggal 10 April 2013.
sesuai dengan jam kerja pelayanan.
Notoadmojo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan
2. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat
Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
memanfaatkan Puskesmas sebagai sarana
Yuliah. 2001. Pemanfaatan puskesmas ditinjau dari
pelayanan kesehatan dasar, dan bukan hanya
aspek pengguna jasa, penyelenggara pelayanan
untuk tempat berobat tetapi juga sebagai tempat
dan pendukung di puskesmas pasar kemis
memperoleh informasi – informasi tentang
Kabupaten Tangerang. (Online)
kesehatan.
www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-
3. Bagi dunia Pendidikan dan penelitian
73114. diakses pada tanggal 12 April 2013
selanjutnya, hasil penelitian kiranya dapat

Potrebbero piacerti anche