Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
n
i
n
i
n
i
n
i
n
i
maintenance
nce nce
maintenance
maintenance
maintenance
maintenance
maintenance
nce nce nce
Ruang Rapat
Bench I
Bench I
Bench I
Bench I
Bench I
operator
Toilet & Seminar
in
in in
wanita
Taman Gardu
t
u
o
t
u
o
t
u
o
t
u
o
t
u
o
oper oper oper
Pemasaran ator ator
oper oper maintenance maintenance
Dapur & PLN maintena maintena
ator ator ator
maintena maintena maintena
Kebersihan Humas nce nce
nce nce nce
Toilet
pria
Pemasaran
Ruang Tamu,
Satpam, &
Dept.
Bench I oper
ator
oper
ator operator operator operator
Resepsionis
n
i
n
i
n
i
n
i
n
i
maintenance
maintenance
maintenance
maintenance
maintenance
Manager
Bench I
Bench I
Bench I
Bench I
Bench I
operator operator
t
u
o
t
u
o
t
u
o
t
u
o
t
u
o
SDM Dept.
in in
maintenance
operator
maintenance maintenance
in
maintenanc maintenanc maintenanc maintenanc
e e e e
Gambar
& Desain
Produksi
Dept.
Secretary
Rack
i
n
disc.
o
u
t
i
n
disc.
o
u
t
i
n
disc.
o
u
t
i
n
disc.
o
u
t
Circ Saw (Fabrikasi)
sand sand sand sand
operator operator operator operator
SDM
Manager Administrasi
Ruang
n
i
n
i
n
i
maintenance
maintenance
maintenance
Arsip
Bench I
Bench I
Bench I
Presiden Direktur
maintenance
Manager
t
u
o
t
u
o
t
u
o
operator
Taman operator operator operator operator
maintenance maintenance
maintenance
maintenance
sand sand sand sand
in
disc. disc. disc. disc.
t t t t
n n n n
u u u u
in in u
i i i i
o o o o
Ruang
Fotokopi
e e e e t
Ruang
maintenanc maintenanc maintenanc maintenanc
operator operator
o
u
t
Istirahat
maintenance
Disc Sand (Assy)
Musholla
Kantor Akuntansi
Dept. Keuangan
operator
Keuangan
Manager
Logistik
Kualitas
Drill Press
in
Spray Booth
(Fabrikasi)
Musholla
maintenance
Planner
maintenanc
maintenanc
maintenanc
maintenanc
(Prefabrikasi)
operator
operator
operator
operator
e
e
Koperasi
outcoming
maintenance
Joint outcomin
outcoming
outcoming
outcoming
operator
incoming
maintenanc
maintenanc
maintenanc
maintenanc
maintenance
operator
operator
operator
operator
e
e
g
Menara
maintenance
oven
Air
maintenance
BENGKEL
maintenance
operator
maintenance
Area Parkir Truk
maintenance
operator
operator
operator
incoming
sa
Ci
rc
w
operator
GARASI
Oven er
incoming
incoming
Taman
incoming
incoming
maintenanc
maintenanc
maintenanc
maintenanc
operator
operator
operator
operator
incoming
outcoming
maintenance
outcoming
incoming
Rumah Jaga
maintenance
Kloset
operator
maintenance
maintenance
operator
sa
Ci
maintenance
rc
w
oven
maintenanc
maintenanc
maintenanc
maintenanc
oven
operator
operator
operator
operator
operator
e
operator
outcoming
incoming
outcoming
incoming
incoming
Bench II
outcoming
Pemadam
outcoming
maintenance
Kebakaran
Maintenance
II ut II ut
nch in nch in
o o
Be Be
maintenance maintenance
maintenance
operator
Jointer (Prefabrikasi)
Gardu PLN
incoming
maintenan
maintenance
Musholla
ce
Be
i nch
o
u
n I
t
u Cut Off Saw
incoming
i nch
n I
outcoming
(Prefabrikasi)
t Be o
Bench III
ce
maintenan
maintenan
maintenan
ce
ce
Be
operator
Be o
o i nch
Receiving
t
n I u
i nch
GBBU
u
u n I
Produk 3
i nch t
n I Finished Rough Lumber ¼”
t Be o
ce Rod Stick
maintenan 0.75D
Rumah Jaga maintenan
ce t
Be o
t n I
Lumber ½”
n I u
i nch i nch
Rough
u
u
i nch o
n I Be
Rough
t Rough
o
GBBP
Be ce
Area Parkir Mobil Area Parkir Motor Lumber ¾” Lumber 2”
ce maintenan
Produk 2 maintenance
Ci maintenance
Ci
maintenan
maintenan
Produk 1
maintenan ce
ce
Be
Be
i nch
o Finished
outcoming rc rc
o
incoming incoming
t
i nch
n I u Rod Stick outcoming
u n I
sa sa
u
i nch t
n I
Warehousing Shipping
t Be o 1.5D
operator
w operator
ce
maintenan
operator w
operator
Area Parkir Motor
Pegawai
Locker Kloset
Pegawai
Asrama
Taman
Taman
Taman
Tempat Pembuangan
Limbah
TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA
LETAK FASILITAS (PABRIK)
PENGANTAR
PT. SgA (SUGENG gak ALIM) merupakan sebuah perusahaan multi
nasional dari Jawa Timur. Sejak berdiri di tahun 2001 hingga sekarang,
perusahaan ini telah banyak melakukan kerja sama dengan banyak industri, baik
perusahaan kecil maupun besar di Indonesia. PT. SgA berencana membangun
pabrik “alas kaki”. Untuk mewujudkan keinginan tersebut PT. SgA memerlukan
Perancangan Tata Letak Pabrik “alas kaki”. Tujuan utama perancangan tata letak
pabrik adalah memperoleh rancangan tata letak yang efisien, yaitu tata letak
dengan pergerakan material (ongkos pemindahan material) antar departemen di
dalam pabrik yang minimum. Tata letak yang efisien selanjutnya dapat
mengurangi ongkos produksi. Berdasarkan penelitian, ongkos pemindahan
material dapat mencapai 30% - 75% dari total ongkos produksi (Sule, 1991).
Pada praktikum ini mahasiswa TI Universitas Tronojoyo berfungsi
sebagai KONSULTAN yang diharapkan mampu menyelesaikan semua masalah
dan merencanakan Tata Letak Pabrik. Disamping itu mahasiswa TI sebagai
konsultan yang handal harus mampu menginterpretasikan dan menjelaskan
kepada Client maksud dari Perancangan Tata Letak Pabrik tersebut., sehingga
client merasa puas dan tidak ragu lagi akan kemampuan mahasiswa TI
Universitas Tronojoyo.
Tujuan dari proyek praktikum ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam melakukan perancangan tata letak pabrik, dengan memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat secara langsung dalam perancangan
pabrik “alas kaki”. Proyek praktikum ini dikerjakan dalam bentuk kelompok kecil
dengan anggota dua orang. Proyek ini terdiri dari delapan tugas yang harus
Penyusunan OPC,
AC, Routing Sheet
Penyusunan
MPPC
Perhitungan
Ongkos Material
Handling
Penentuan Luas
Lantai Bag. Penentuan Matriks
Pelayanan Tidak
Aliran dan Tabel
Produksi penempatan awal
Penyusunan AAD
Optimal?
Ya
Penyusunan ARC
Perbaikan
penyusunan AAD
Penyusunan ARD
Penyusunan
Template
STOP
PROSEDUR PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan perancangan tata letak pabrik adalah sebagai berikut:
1. Menentukan apa yang akan diproduksi, dalam hal ini produk yang ingin
dihasilkan adalah “Alas Kaki”
2. Menentukan berapa banyak produk dibuat, dalam hal ini produk yang
dirancang untuk dibuat adalah berdasarkan proyeksi demand selama lebih
kurang 5 tahun ke depan.
3. Menentukan komponen apa saja yang dibuat dan apa saja yang akan dibeli
atau disubkontrakkan.
4. Menentukan proses produksi untuk menghasilkan setiap komponen yang akan
dibuat. Routing sheet sebagai panduan dan akan diketahui pula jenis peralatan
dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam operasi tersebut.
5. Menentukan urutan perakitan. Routing sheet digunakan sebagai panduan.
6. Memperoleh waktu baku dari setiap operasi yang dilakukan. Pertimbangan
kapasitas mesin perjamnya dilakukan dengan memperhitungkan pula efisiensi
dan kemampuan mesin tersebut.
7. Menentukan jumlah mesin yang dibutuhkan.
8. Menyeimbangkan lintas produksi sehingga mencegah terjadinya bottleneck
pada salah satu atau beberapa stasiun kerja.
9. Menganalisis aliran material, dengan menentukan letak relatif mesin-mesin
dan tempat kerja.
10. Merancang tata letak pada setiap stasiun kerja.
11. Menentukan kebutuhan personil dan pelayanan pabrik, seperti air, kamar
mandi, dan ruang makan.
12. Menentukan kebutuhan kantor.
13. Menentukan kebutuhan luas pabrik.
14. Melakukan pemilihan peralatan pemindahan material.
15. Merancang alokasi tempat kerja.
16. Merancang tata letak secara terinci dan bentuk bangunan.
STAR
1. TABEL OMH
1. FORMAT OMH MODUL IV 2. MATRIKS ONGKOS, BERAT
2. FORMAT MATRIKS ONGKOS (1 MINGGU) 3. RANCANGAN TATA LETAK
AWAL
1. ARC
1. AAD PABRIK MODUL VI
2. ARD
2. SOFTWARE TATA LETAK (1 MINGGU) 3. AAD GABUNGAN
MODUL VII
1. AAD GABUNGAN 1.TEMPLATE PABRIK
(1 MINGGU)
END
I. TUJUAN
KASUS 1 : PART DRAWING
Tujuan pembuatan Sketsa Produk
Mengetahui dimensi produk
Mengetahui gambaran proses produksi dan perakitan produk
Mengetahui keterkaitan antar komponen dalam suatu produk
KASUS 2 : OPERATION PROCESS CHART
Tujuan Pembuatan Operation Process Chart (OPC)
Mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya.
Memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan
mempertimbangkan efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).
Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja.
Sebagai alat untuk latihan kerja.
KASUS 3 : ASSEMBLY CHART
Tujuan Pembuatan Assembly Chart (AC)
Memperjelas suatu Peta Aliran Proses, apalagi jika arah aliran
merupakan faktor yang paling penting.
Memperlengkap informasi untuk keperluan analisis.
Mengetahui komponen-komponen yang membentuk produk
Mengetahui urutan perakitan komponen yang membentuk produk
Mengetahui komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian
(sub assembly)
Mengetahui aliran komponen ke dalam sebuah rakitan
Mengetahui keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian
Mengetahui gambaran menyeluruh dari proses rakitan
Mengetahui urutan waktu komponen bergabung bersama
Mengetahui suatu gambaran awal dari pola aliran bahan
III. PROSEDUR
Part Drawing adalah jenis gambar teknik yang digunakan untuk menunjukkan
secara lengkap dan jelas kebutuhan pemesinan, yang biasanya dibuat sesuai
dengan konvensi standar untuk layout, nomenklatur, interpretasi, tampilan
(misalnya sisi dan garis), ukuran, dan sebagainya. Gambar ini dibuat dengan
tujuan memberikan gambaran fitur geometrik yang akurat dan tidak ambigu dari
sebuah komponen. Dengan demikian, gambar teknik memberikan seluruh
informasi yang dibutuhkan oleh manufaktur untuk memproduksi komponen
tersebut. Informasi yang terangkum dalam sebuah gambar teknik antara lain:
2x
bendera yang bertuliskan jumlah partnya, misal
Penggunaan alat bantu yang digunakan dituliskan dengan tanda panah dari
arah kiri.
Untuk proses yang terjadi berulang kali dapat dilakukan looping tetapi jumlah
yang dicantumkan harus sesuai banyaknya proses yang dilakukan.Sedangkan
penulisan waktu prosesnya hanya untuk 1 komponen saja tetapi saat
menghitung jumlah waktu proses secara keseluruhan maka waktu proses yang
tadi harus dikalikan sebanyak jumlah pengulangan proses tersebut.
Peletakan lambang storage hanya di akhir saja yaitu saat keseluruhan produk
telah selesai.
Pada bagian bawah peta dibuat ringkasan yang memuat informasi seperti
jumlah operasi, jumlah inspeksi, dan waktu yang dibutuhkan.
Arti Gambar
Berikut ini adalah arti lambang yang terdapat dalam OPC.
= operasi
= pemeriksaan
= penyimpanan
Lambang ini dicantumkan
setelah seluruh proses selesai
nx = pengulangan untuk
sebagian proses
Drill press
2x 2x
Drill press
Keringkan lem
0.302 menit 200-15
Rack
SiAj
yyy x
SiAj
yyy x
A
yyy x
SiAj
yyy x
S8A3
Roof Box
Car 233
BOX CAR
6 X Drive S7A2
905
Nail
S9A4
6X
905
Wheel S8A4
S6A3
6X
Washer 910
Flat
S5A2
Screw
925
Hook
Screw
930
Eye
V. PENGUMPULAN LAPORAN
Laporan dikumpulkan dalam sebuah map, disertai surat pengantar. Batas
pengumpulan laporan adalah satu minggu setelah tugas diberikan.
I. TUJUAN
KASUS 1 : ROUTING SHEET
Tujuan Pembuatan Routing Sheet
Mengetahui kebutuhan jumlah mesin teoritis dalam memproses
bahan dasar hingga menjadi produk akhir
Mengetahui kebutuhan jumlah mesin aktual
Mengetahui jumlah kebutuhan material produk
Mengetahui urutan proses yang dilalui material pada mesin
KASUS 2 : MULTI PRODUCT PROCESS CHART
Tujuan Pembuatan Multi Product Process Chart (MPPC)
Mengetahui keterkaitan produksi antara komponen suatu produk
atau antar produk, bahan, bagian, pekerjaan, atau aktivitas)
Mengetahui urutan proses yang dilalui material pada mesin
Mengetahui kebutuhan mesin
II LANDASAN TEORI
Routing Sheet [2] dibuat berdasarkan Operation Process Chart (OPC).
OPC adalah diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses pengerjaan
material, mulai dari bahan mentah hingga menjadi produk jadi. Pada OPC terdapat
informasi-informasi seperti waktu proses, jenis material yang digunakan, dan alat
atau mesin yang digunakan. Pembuatan Routing Sheet dilakukan untuk
mengetahui jumlah mesin yang dibutuhkan, jika diberikan data efisiensi mesin,
ketersediaan (availability) mesin, dan banyaknya bahan yang cacat proses (reject).
Multi Product Process Chart (MPPC) [1] digunakan untuk mengetahui
jumlah mesin yang dibutuhkan sesuai dengan keperluan produksi (terutama untuk
job-shop) dan untuk mengetahui keterkaitan produksi antara komponen suatu
produk atau antar produk, bahan, bagian, pekerjaan, atau aktivitas. MPPC untuk
produksi “Alas Kaki” ini dibuat dalam dua bagian besar, yaitu bagian Assembly,
dan gabungan antara Pre-Fabrikasi dengan Fabrikasi.
Pengumpulan Data
yang Dibutuhkan
Efisiensi dan
Operation
Availability Data Demand Bahan Reject
Process Chart
Mesin
Proses Pembuatan
Routing Sheet
Proses Pembuatan
MPPC
FINISH
III. PROSEDUR
ROUTING SHEET
Perhitungan Routing Sheet dimulai dari operasi terakhir pada tiap komponen
dan bekerja mundur ke operasi pertama.
Keterangan Routing Sheet :
Kolom 1 : Nomor Operasi
Kolom 2 : Nama Operasi
Kolom 3 : Nama Mesin
Kolom 4 : Kapasitas Mesin Teoritis
Kolom 5 : Efisiensi mesin
Kolom 6 : Availability Mesin
Kolom 7 : Kapasitas Mesin Aktual
Kolom 8 : Reject
Kolom 9 : Jumlah yang Diharapkan (Output)
Kolom 10 : Jumlah yang Harus Disediakan (Input)
Kolom 11 : Jumlah Mesin Teoritis
Kolom 12 : Waktu Proses (menit)
Jumlah yang diharapkan diambil dari jumlah yang harus disiapkan pada
operasi sesudahnya.
Jumlah mesin teoritis = jumlah yang harus disiapkan/ kapasitas mesin aktual
1. Tuliskan bagian, kegiatan, proses dan mesin yang harus dilalui komponen
pada sisi kiri kertas, berurutan dari atas ke bawah, memperhatikan :
Urutan yang selogis mungkin, semua faktor diperhitungkan (tidak
diperlukan urutan yang pasti, karena struktur peta ini akan
menunjukkan pengaturan atau urutan yang sesuai )
2. Dari Routing Sheet, catat operasi pada tiap komponen, berhadapan dengan
nama departemen, proses atau mesin yang sesuai, di bawah jenis
komponen yang sesuai, dengan menggunakan lingkaran yang tertulis
nomor operasinya.
5. Pada kolom paling kanan dihitung jumlah mesin teoritis untuk tiap
kelompok mesin, dan jumlah mesin aktualnya.
IV. LAPORAN
Format Pembuatan Routing Sheet
Ketentuan pembuatan Routing Sheet:
0.623 0.296
Rack 0.498 0.409 1.826 2
15 15 15 35
1.432 3.818
1.145 0.781
Disc Sand 20 20 20 40 7.177 8
A
S
0.129 0.216 0.171
S 0.103 0.094
0.171 0.126 0.120
E
Spray Booth 30 40 30 40 30 40 50 60 1.130 2
M
B
L 0.361 0.289
0.361 0.289 0.250 0.289
Y 0.289 0.249
Oven 35 45 35 45 35 45 55 60 2.374 3
3.273 0.370
Bench II 2.864 2.291 1.562 10.359 11
50 50 50 60 60
0.477 0.477 0.477
V. PENGUMPULAN LAPORAN
Laporan dikumpulkan dalam sebuah map, disertai surat pengantar. Batas
pengumpulan laporan adalah satu minggu setelah tugas diberikan.
I. TUJUAN
Pada tahap sebelumnya dari perencanaan tata letak pabrik ini bertujuan
untuk memberikan gambaran yang jelas kepada stakeholder mengenai kebutuhan
mesin dan material untuk dapat menghasilkan produk (kapasitas produksi yang
dibutuhkan). Pengetahuan tersebut akan sangat berguna untuk mengetahui
besarnya investasi yang dibutuhkan dalam :
1. Perhitungan Luas Lantai Pabrik
2. Perancangan Struktur Organisasi
Proses yang dilakukan pada tahap ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang jelas dan lengkap mengenai :
1. Mengetahui luas area yang perlu disediakan perusahaan dalam pendirian
pabrik beserta alokasinya luas untuk setiap departemen.
2. Mengetahui jumlah material yang dibutuhkan.
3. Mengetahui keterkaitan produksi antara komponen suatu produk atau antar
produk, bahan, bagian, pekerjaan, atau aktivitas.
Selain itu perangkat di atas juga berguna untuk memudahkan perhitungan dan
analisa pada tahap perencanaan selanjutnya.
III. PROSEDUR
LUAS LANTAI
Tahap-tahap yang dilakukan pada perhitungan luas lantai pabrik dan kantor
adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data umum perusahaan
Jumlah jam kerja / shift = 8 jam
Jumlah shift / hari = 2 shift
Jumlah hari kerja / minggu = 5 hari
2. Perhitungan luas lantai pabrik serta penentuan faktor kelonggaran
A. Bagian Produksi
B. Gudang Bahan Baku Utama
C. Gudang Bahan Baku Pembantu
D. Receiving
E. Warehouse
F. Shipping
G. Maintenance
H. Pelayanan Produksi
I. Pelayanan Pabrik
J. Pelayanan Personil Pabrik
A. BAGIAN PRODUKSI
Jumlah mesin diambil dari Routing Sheet
Allowance operator
Allowance operator berfungsi sebagai area pergerakan operator selama
proses pemesinan. Lebar Allowance ditentukan sebesar 1 m, sedangkan
panjangnya dirumuskan:
Panjang = B+C + D.
Allowance material
Allowance material dibagi menjadi dua, yaitu Allowance untuk material
incoming dan Allowance untuk material outgoing. Panjang Allowance
material ini ditentukan berdasarkan panjang maksimum dari komponen
yang keluar/masuk ke/dari sebuah mesin yang telah diberi Allowance
sebesar 20%, sedangkan lebarnya (G) disesuaikan.
Allowance Material pada incoming dan outgoing ditetapkan sebesar 20 %
dari panjang material terpanjang.
A=B=C=D
A = MAX(dimensi Material awal, dimensi alat angkut) + 20%
PR = Panjang Rough Lumber
LR = Lebar Rough Lumber
Luas lantai
= jumlah tumpukan x panjang Rough lumber x lebar rough lumber
sebelum proses prefab
= jumlah tumpukan x PR x LR
TOTAL Luas lantai
= PG x LG = (A + PR + B) x (C + LR + D)
PG = Panjang Gudang
LG = Lebar Gudang
Allowance untuk Transportasi dan Gang
TOTAL Luas Lantai – Luas Lantai
D. WAREHOUSE
Jumlah tumpukan = produksi per minggu / jumlah dus kecil per dus besar /
jumlah dus per tumpukan (dibulatkan ke atas)
Kebutuhan dus besar = produksi per minggu / jumlah dus kecil per dus besar
Luas lantai = jumlah tumpukan x luas per tumpukan
Data diketahui :
Produksi/jam = 100 unit
Jam kerja 1 minggu
= 5 hari kerja/minggu * 2 shift/hari * 8 jam/shift = 80 jam/minggu
Karakteristik dus :
Tinggi = 1 m
Panjang = 1 m
Lebar =1m
Kapasitas :
Dus besar = 60 dus kecil
Dus kecil = 1 produk xxx
Total kapasitas = 60 produk xxx /dus besar
TINGGI = 2.5 M
LE
B
A
R
=
2.
PANJANG = 3.25 M
25
M
F. RECEIVING
Luas lantai receiving
= 30 % x luas gudang (bahan baku utama dan pembantu) + allowance 100%
Luas gudang total adalah luas gudang bahan baku utama ditambah dengan luas
gudang bahan baku pembantu.
a. Data diketahui :
Luas lantai gudang bahan baku utama = 85 m2
Luas lantai gudang bahan baku pembantu = 25.896 m2
b. Perhitungan :
Luas lantai receiving
= 0.6 * (85 + 25.896)
= 66.5376 m2
G. LUAS LANTAI BAGIAN MAINTENANCE
Data yang diberikan adalah :
Nama dan ukuran dimensi mesin
Jumlah mesin
STRUKTUR ORGANISASI
Cara pembuatan Struktur Organisasi dan perencanaan sumber daya manusia :
Departemen Produksi, Keuangan, Pemasaran harus ada dalam struktur
organisasi, departemen lain dapat ditambahkan jika diperlukan.
Deskripsi tugas (job description) masing-masing bagian harus jelas dan
spesifik.
Sebaiknya Struktur Organisasi dibuat “ramping” dan hemat tenaga kerja
V. DAFTAR PUSTAKA
1. Apple, James M., Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerbit ITB, Bandung,
1990.
2. Tompkins, James A., et al., Facilities Planning, John Wiley & Sons, Canada, 1996.
MODUL IV (OMH, MATRIKS ONGKOS, MATRIKS ALIRAN,
TATA LETAK AWAL)
KONSULTAN : Mahasiswa TI Universitas Tronojoyo
CLIENT : PT. SgA (SUGENG gak ALIM)
WAKTU : 1 Minggu
KONSULTASI : Minimal 2 Pertemuan
I. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah :
1. Membuat perhitungan Ongkos Pemindahan Material
2. Membuat Matriks Ongkos
3. Membuat Matriks Aliran
4. Membuat Tata Letak Awal
Output tahap ini akan memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai :
1. jenis alat angkut yang akan dipergunakan dalam proses pemindahan
material antar departemen, serta biaya operasi dari alat angkut yang
bersangkutan.
2. Rancangan alternatif tata letak awal pabrik.
II. TEORI
Matriks Ongkos
Matriks Ongkos merupakan sebuah tabel berbentuk from-to-chart yang berisi
hasil perhitungan ongkos pemindahan material untuk tiap tempat asal dan tujuan.
Matriks Ongkos diperlukan untuk mempermudah pembacaan ongkos pemindahan
material sebagai hasil rekapitulasi perhitungan ongkos pemindahan material dalam
bentuk from-to-chart.
Matriks Aliran
Matriks Aliran terdiri atas Matriks Inflow dan Matriks Outflow. Kedua
matriks ini didapatkan dari hasil perhitungan Weighted Matrix.
Weighted Matrix
Weighted Matrix merupakan suatu diagram yang memperlihatkan berapa
jumlah berat / jam dari komponen – komponen yang mengalami perpindahan dari
departemen yang satu ke departemen lainnya.
Matriks Inflow
Matriks Inflow merupakan suatu diagram yang memperlihatkan berapa
flow yang masuk ke suatu departemen. Nilai koefisien inflow ini diperoleh dengan
cara yang dapat kita nyatakan dalam rumus sebagai berikut:
Koef _ Inflow Xij / Yj
dimana :
Xij = berat komponen / jam dari departemen i ke departemen j.
Yj = total berat komponen / jam yang masuk ke departemen j
Matriks Outflow
Matriks Outflow merupakan suatu diagram yang memperlihatkan berapa
flow yang keluar dari suatu departemen. Nilai koefisien outflow ini diperoleh
dengan cara yang dapat kita nyatakan dalam rumus sebagai berikut:
Koef _ Outflow Xij / Yj
dimana :
Xij = berat komponen / jam dari departemen i ke departemen j.
Yj = total berat komponen / jam yang keluar dari departemen j
Skala Prioritas
Skala prioritas menunjukkan urutan prioritas suatu departemen terhadap
departemen lain, sebagai dasar penyusunan perencanaan tata letak. Skala prioritas
ditentukan berdasarkan nilai koefisien outflow, terurut mulai dari yang terbesar hingga
yang terkecil. Dengan kata lain departemen yang memiliki nilai koefisien outflow yang
lebih besar memiliki prioritas yang lebih tinggi.
Dalam activity relationship diagram digunakan garis-garis yang
menunjukkan hubungan kedekatan antar mesin. Kedekatan tersebut didefinisikan
oleh peneliti dengan beberapa ukuran menurut nilai outflow antar mesin :
Berhubungan kuat : >1 s.d. 0.5
Berhubungan sedang : 0.499 s.d. 0.1
Berhubungan rendah : 0.09 s.d. >0
Pendefinisian lainnya adalah dengan melihat ketebalan garis.Semakin tebal garis
maka semakin besar hubungan kedekatannnya.
III. PROSEDUR
Ongkos Pemindahan Material
Keterangan mengenai kolom-kolom pada tabel penghitungan ongkos
pemindahan material adalah sebagai berikut :
1. Kolom (1) – No. (nomor)
Kolom ini diisi bila terdapat kombinasi dari pasangan suatu tempat asal dan
tempat tujuan dari perpindahan suatu barang/material.
2. Kolom (2) – From (dari)
Kolom ini diisi dengan tempat asal barang atau material berpindah.
3. Kolom (3) – To (ke)
Kolom ini diisi dengan tempat tujuan perpindahan material.
4. Kolom (4) – Nomor Komponen
Kolom ini diisi dengan kode tentang barang atau material yang dipindahkan.
5. Kolom (5) – Demand/jam (kebutuhan/jam)
Kolom ini diisi dengan jumlah kebutuhan barang tiap jam. Penghitungan ini
harus menggunakan data-data yang ada pada penghitungan sebelumnya di
Routing Sheet dan sebagian pada penghitungan luas lantai.
6. Kolom (6) , (7), (8) – Panjang (p), Lebar (l), dan Tinggi/Tebal (t)
Kolom ini diisi ukuran material yang akan dipindahkan. Dalam identifikasi
dimensi material ini dapat ditemui bentuk-bentuk yang spesifik seperti bola,
tabung, gallon, dsb, sehingga kadang-kadang tidak semua kolom harus diisi.
7. Kolom (9) – Volume Komponen
Volume komponen yang dimaksud adalah volume barang atau material yang
dipindahkan berdasarkan data kolom (6), (7), (8). Satuannya adalah dalam m3.
8. Kolom (10) – Volume/jam
Kolom ini diisi dengan hasil perkalian antara kolom demand.jam dengan
kolom volume komponen untuk mendapatkan volume total dari komponen
yang dibutuhkan tiap jamnya. Kolom (10) = Kolom (5) x Kolom (9).
9. Kolom (11) – BJ (Berat Jenis)
Berat jenis material adalah berat suatu material tiap satuan volume tertentu
(kg/m). Data-data berat jenis material adalah sbb:
1. Kayu 600 kg/m3
2. Kertas 450 kg/m3
3. Plastik 850 kg/m3
4. Besi 7250 kg/m3
5. Cat 3750 kg/m3
6. Lem 1250 kg/m3
7. Benang 100 kg/m3
8. Lacquar 1000 kg/m3
9. Sand paper 750 kg/m3
10. Disc sand 750 kg/m3
11. Lac. Thinner 500 kg/m3
10. Kolom (12) – Berat Total (kg)
Kolom ini diisi dengan hasil perkalian antara kolom volume/jam dengan berat
jenis komponennyauntuk mendapatkan berat total untuk setiap material yang
akan dipindahkan. Kolom (12) = Kolom (10) x Kolom (11).
11. Kolom (13) – Jumlah Berat (kg)
Kolom ini diisi dengan jumlah dari berat total dan komponen-komponen yang
mengalami perpindahan dari tempat asal dan tempat tujuan yang sama.
12. Kolom (14) – Jenis Transportasi
Kolom ini diisi dengan jenis transportasi yang dipakai perpindahan itu, yaitu:
0-20 kg diangkut dengan tenaga manusia
21-60 kg diangkut dengan walking pallet
>60 kg diangkut dengan lift truck
Catatan:
Pemindahan material dari receiving ke gudang bahan baku utama
dilakukan per minggu.
Pemindahan material dari gudang bahan baku utama ke gudang bahan
baku pembantu dilakukan per minggu.
Pemindahan material dari warehouse ke shipping dilakukan per minggu.
Pemindahan material pada bagian produksi dilakukan per satu jam.
13. Kolom (15) – Rp/m
Merupakan ongkos perpindahan material tiap meter perpindahan. Kolom ini
diisi dengan ongkos penggunaan alat pemindahan material untuk tiap 1 meter
perpindahan sesuai dengan jenis transportasinya.
Data-datanya adalah sbb:
Tenaga manusia Rp 150/m
Walking pallet Rp 2,000/m
Lift truck Rp 5,000/m
Matriks Ongkos
Nilai untuk setiap flow dari departemen i ke departemen j (i = lokasi asal, j =
lokasi tujuan) pada matriks ongkos didapatkan dari Ongkos Material Handling
dari OMH dengan besaran Rp / m.
Pengisian Matriks Ongkos dilakukan dengan melihat pada tabel perhitungan
Ongkos Pemindahan Material (kolom OMH (Rp / m) ).
Matriks Berat
Pengisian Matriks Berat dilakukan dengan melihat perhitungan yang telah
dilakukan pada tabel Ongkos Pemindahan Material (kolom Berat Total (kg) )
Matriks Aliran
Pengisian Matriks Aliran dilakukan dengan memperhitungkan aliran material
yang terjadi dalam satu jam. Matriks Aliran terdiri atas Matriks Inflow dan
Matriks Outflow.
Nilai pada Matriks Inflow dan Outflow dihitung dengan cara sebagai berikut :
Matriks PRIORITAS
Matriks ini dibuat dengan cara melihat nilai di outflow sesuai dengan aliran yang
bersesuaian. Prioritas diurutkan mulai dari nilai outflow terbesar hingga terkecil
Matriks Inflow
Langkah Pembuatan :
1. Setiap kolom 1,2,3,....n di setiap baris lokasi asal diisi dengan berat komponen
/ jam yang terjadi.
2. Besarnya koefisien inflow Xij (i = lokasi asal, j = lokasi tujuan) dihitung
dengan cara :
Untuk setiap Xij yang akan dihitung, lihat besarnya berat komponen / jam
yang sesuai (dari hasil langkah 1)
Bagi berat/jam komponen yang bersangkutan dengan jumlah total berat
komponen /jam pada baris j
Nilai tertinggi koefisien inflow maksimal satu, karena masing-masing
koefisien menunjukkan berat komponen / jam departemen asal dibagi jumlah
biaya dari seluruh departemen asal sehingga tentu saja nilainya maksimum sama
dengan 1, yang akan terjadi bila hanya terdapat satu departemen asal.
Matriks Outflow
Langkah Pembuatan :
1. Setiap kolom 1,2,3,....n di setiap baris lokasi asal diisi dengan berat komponen
/ jam yang terjadi.
2. Besarnya koefisien outflow Xij (i = lokasi asal, j = lokasi tujuan) dihitung
dengan cara :
Untuk setiap Xij yang akan dihitung, lihat besarnya berat komponen / jam
yang sesuai (dari hasil langkah 1)
Bagi berat/jam komponen yang bersangkutan dengan jumlah total berat
komponen /jam pada kolom j
Nilai koefisien ini diperlukan sebagai input penentuan skala prioritas.
Tata Letak Awal
Untuk pembuatan Tata Letak Awal, perlu dilakukan perhitungan Luas Lantai
Pabrik dalam bentuk jumlah sel. Konversi luas ke dalam bentuk jumlah sel
diperlukan karena representasi tata letak disajikan dalam bentuk diskrit, yaitu
ukuran tata letak dibulatkan ke dalam selang (interval) tertentu. Jadi representasi
tata letak tidak berupa gambar kontinu atau gambar sebenarnya, melainkan
tersusun dari kumpulan sel (sel menyatakan satuan ukuran tata letak). Keterangan
selengkapnya dapat dibaca pada Panduan Penggunaan Perangkat Lunak
Perancangan Tata Letak Pabrik.
Prosedur perhitungan jumlah sel dalam Luas Lantai Pabrik:
Luas departemen diambil dari perhitungan Luas Lantai Pabrik Modul 3.
Luas departemen (jumlah sel) = luas departemen / luas sel
Minimal tebal sel untuk departemen non mesin (contoh : GBBU) adalah
2 sel, namun untuk departemen dengan mesin (prefabrikasi, fabrikasi,
assembly) maka tebal sel minimal 3 sel. Tidak berlaku jika jumlah
sel yang dibutuhkan untuk departemen tersebut kecil sekali
Luas sel = 3 x 3 m2
Aturan tambahan peletakan sel :
Spray Both, Oven, Receiving, dan Shipping diletakkan di sisi luar pabrik.
IV. LAPORAN
Format Perhitungan Ongkos Pemindahan Material
BAHAN BAKU UTAMA
BAHAN BAKU PEMBANTU
PRODUK JADI
Xi Yi
LUAS
LANTAI
I. TUJUAN
1. Melakukan perbaikan tata letak dengan perangkat lunak PTLP
2. Membuat Area Allocation Diagram
3. Membuat perhitungan Ongkos Pemindahan Material untuk tata letak yang telah
diperbaiki
II. TEORI
Perbaikan tata letak dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
Perancangan Tata Letak Pabrik (PTLP), yaitu WIN-QSB (Facility Location and Layout
Planing) .
Area Allocation Diagram (AAD) adalah diagram yang menunjukkan luas
lantai produksi sebenarnya yang akan dibangun beserta alokasi penempatan
departemen yang akan menghasilkan biaya produksi terkecil.
Perhitungan Ongkos Pemindahan Material diperlukan untuk mengetahui jenis
alat angkut yang akan dipergunakan dalam proses pemindahan material antar
departemen, serta biaya operasi dari alat angkut yang bersangkutan.
III. PROSEDUR
Perbaikan Tata Letak
Perbaikan Tata Letak dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat pada Panduan
Penggunaan Perangkat Lunak Perancangan Tata Letak Pabrik. Hasil dari perbaikan
tata letak berupa AAD.
Petunjuk penggunaan Win Qsb:
1. Masukkan koordinat sel-sel tiap departemen sesuai dengan tata letak ruangan yang
akan diiterasi dan setiap departemen diberi nomer penanda (dalam abjad). Tentukan
pula departemen-departemen yang tidak akan diubah letaknya selama proses iterasi
dilakukan.
2. Masukkan flow per unit cost yang terjadi pada penggunaan alat material handling
antar departemen sesuai dengan data matriks ongkos yang telah dibuat sebelumnya
3. Klik fungsi Solve and Analyze pada tab menu QS, gunakan keempat metode untuk
tiga alternatif yang telah dibuat pada modul 4 :
• 2-OPT (improve by exchanging 2 departements)
• 3-OPT (improve by exchanging 3 departements)
• Improve by exchanging 2 departements then 3 departements
• Improve by exchanging 3 departements then 2 departements
Analisis hasil:
Pemilihan layout terbaik dari tata letak awal dengan menggunakan beberapa kriteria,
yaitu:
1. Prioritas (dari matriks prioritas)
Prioritas kedekatan antar departemen yang terangkum dalam matriks prioritas
menjadi kriteria pertama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan layout
terbaik.
2. Feasibilitas
Feasibilitas dalam pemilihan alternatif perbaikan tata letak lebih menekankan
pada cukup atau tidaknya mesin ditempatkan dalam departemen. Apabila dengan
atau tanpa modifikasi mesin- mesin bisa diatur sehingga cukup untuk diletakkan
pada suatu departemen, maka alternatif tersebut dikatakan feasible, dan berlaku
sebaliknya.
3. Ongkos material handling terkecil
Setelah alternatif-alternatif yang dibandingkan memenuhi kedua kriteria diatas,
maka faktor determinan terakhir adalah besarnya ongkos material handling.
Tata letak yang memberikan nilai OMH terkecil tentunya akan lebih disukai.
Pemilihan ini dilakukan per alternatif layout - per metode. Karena ada 4 metode
dalam setiap alternatif layout, maka jumlah alternatif perbaikan adalah 3x4 = 12
buah. Dari ke-12 alternatif perbaikan terbaik tiap metode, dipilih alternatif perbaikan
yang memberikan OMH minimum.
Area Allocation Diagram
Ketentuan Pembuatan :
1. Dibuat dengan ukuran 1:200 dari ukuran sebenarnya. Perhatikan ukuran mesin dan
kebutuhan khusus setiap ruang, sesuaikan spesifikasi pada perhitungan luas lantai,
dan ketentuan khusus (sisi terbuka, dsb).
2. Kantor dan pendukung atau pelayanan pabrik akan ditambahkan kemudian.
3. Lampiran input dan iterasi terbaik dari hasil pengolahan dari setiap alternatif
untuk setiap metode
Keterangan;
AAD yang dibuat sejumlah 2, dimana AAD pertama hanya menggambarkan tata letak hasil
perbaikan tanpa mesin (disertai dengan dimensi lengkap baik dimensi total maupun dimensi
per departemen), sedangkan AAD kedua menggambarkan peletakan mesin-mesin pada setiap
departemen tanpa menggunakan dimensi dan disertai alat material handling berdasarkan hasil
perhitungan OMH .
Ongkos Pemindahan Material
Perhitungan Ongkos Pemindahan Material pada modul V merupakan lanjutan
dari perhitungan Ongkos Pemindahan Material pada modul IV. Kolom (4)-(15)
ditiadakan, sehingga tabel perhitungan Ongkos Pemindahan Material menjadi seperti
berikut ini :
1. Kolom (1) - No. (nomor)
Kolom ini diisi bila terdapat kombinasi dari pasangan suatu tempat asal dan
tempat tujuan dari perpindahan suatu barang/material.
2. Kolom (2) - From (dari)
Kolom ini diisi dengan tempat asal barang atau material berpindah.
3. Kolom (3) - To (ke)
Kolom ini diisi dengan tempat tujuan perpindahan material.
4. Kolom (4) - Jarak (m)
Perhitungan titik pusat dilakukan dengan menghitung pusat massa dari
departemen yang bersangkutan. Perhitungan jarak dilakukan dengan asumsi
bahwa alat pemindahan material hanya dapat bergerak rectilinier, yaitu
horisontal atau vertikal (tidak diagonal). Jarak yang dimaksud adalah jarak
antara titik pusat kedua departemen pada kolom (2) From dan kolom (3) To.
4. Kolom (5) – Jumlah Perpindahan
Apabila berat lebih besar dari 1 ton, maka jumlah perpindahan adalah
Jumlah perpindahan = Roundup berat material yang dipindahkan / 1 ton
5. K olom (6) - Jenis Transportasi
Kolom ini diisi dengan jenis transportasi yang dipakai pada perpindahan itu, yaitu :
0 - 20 kg diangkut dengan tenaga manusia
21 - 60 kg diangkut dengan walking pallet
61 kg - 1 ton diangkut dengan lift truck
Catatan :
Pemindahan material dari receiving ke gudang bahan baku utama dilakukan per
minggu.
Pemindahan material dari gudang bahan baku utama ke gudang bahan baku
pembantu dilakukan per minggu.
Pemindahan material dari warehouse ke shipping dilakukan per minggu.
Pemindahan material pada bagian produksi dilakukan per satu jam.
6. Kolom (7) – Rp / m
Merupakan ongkos perpindahan material tiap meter perpindahan. Kolom ini diisi
dengan ongkos penggunaan alat pemindahan material untuk tiap 1 meter
perpindahan sesuai dengan jenis transportasinya.
Data-datanya adalah sebagai berikut :
tenaga manusia Rp 150/m
walking pallet Rp 2.000/m
lift truck Rp 5.000/m
7. Kolom (8) - Ongkos Pemindahan Material (Rp)
Kolom ini diisi dengan hasil perkalian antara kolom Jarak dengan kolom ongkos
perpindahan material per meternya.
Kolom (8) = Kolom (4) x Kolom (5) x Kolom (7)
8. Kolom (8) - Ongkos Pemindahan Material Kumulatif (Rp)
Kolom ini diisi dengan akumulasi ongkos pemindahan material yang telah dihitung
di atasnya, sehingga akhirnya didapat ongkos pemindahan material total per jam.
IV. PROSEDUR
Format Perhitungan Ongkos Pemindahan Material
Format judul tabel perhitungan Ongkos Pemindahan Material
V. PENGUMPULAN LAPORAN
Laporan dikumpulkan dalam sebuah map, disertai surat pengantar. Batas pengumpulan
laporan adalah satu minggu setelah tugas diberikan.
I. TUJUAN
1. Membuat Activity Relationship Chart (ARC)
2. Membuat Activity Relationship Diagram (ARD)
3. Membuat Area Allocation Diagram Gabungan (AAD Gabungan)
II. TEORI
Pada tugas-tugas sebelumnya kita telah merencanakan tata letak lantai produksi.
Selanjutnya akan direncanakan tata letak fasilitas pendukung, antara lain: kantor,
pelayanan produksi, pelayanan pabrik, dan pelayanan personil pabrik. Penentukan tata
letak fasilitas-fasilitas pendukung tersebut ditentukan berdasarkan hubungan kedekatan
antar ruangan dalam memenuhi kebutuhan pengguna fasilitas. Tools yang digunakan
untuk menentukan hubungan kedekatan ini adalah ARC dan ARD.
Activity Relationship Chart (ARC)
Activity Relationship Chart (ARC) adalah salah satu teknik untuk merencanakan
keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan. Manfaat ARC yaitu:
o Menunjukkan hubungan satu kegiatan dengan yang lainnya serta alasannya.
o Memperoleh suatu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya
ARC menggunakan ukuran kualitatif untuk menilai hubungan antar fasilitas. Ukuran
kualitatif ini dinilai melalui huruf-huruf yang tercantum pada tabel 1.
Tabel 1 Huruf dan Artinya pada ARC
Warna Kedekatan Keterangan Kode
Absolutely important A
Very important E
Important I
Ordinary O
Unimportant U
Undesirable X
Maka, Anda akan segera dapat menjalankan software BLOCPLAN dan dapat segera
melanjutkan prosedur dibawah ini. Prosedur dalam menjalankan blocplan ini adalah
sebagai berikut:
1. Tampilan Awal (Nyalakan Caps Lock Komputer Anda)
2. Pilihan input data. Disk (D) merupakan file yang sudah disimpan sebelumnya di
hard drive komputer Anda, sedangkan Keyboard (K) merupakan file baru yang akan
di-input. Pilihlah (K)
3. Masukkan jumlah departemen di dalam kantor, maksimum 18 buah
4. Masukkan nama-nama departemen beserta luas areanya sampai dengan
departemen ke-18. Input luas sesuai dengan kolom LUAS LANTAI yang didapat
dari LUAS + ALLOWANCE pada modul 3.
5. Konfirmasi data luas area departemen
6. Masukkan hubungan kedekatan antar departemen yang didapatkan berdasar ARC
kantor. Tekan ENTER untuk menginput relasi ke departemen selanjutnya.
7. Masukkan Nilai Vektor, gunakan angka default Blocplan saja
13. Setelah dilakukan komputasi pada 20 layout, akan ditampilkan nilai adjacency score
dari tiap layout yang dihasilkan. Pilih nilai adjacency yang paling mendekati 1.
14. Berikut ini merupakan contoh hasil layout terbaik (adjacency score paling mendekati
1)
Layout 16 Layout 18
15. Jika terdapat lebih dari 1 layout yang adjacency score nya paling tinggi, pilih salah
satu dengan memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu terhadap letak suatu
ruangan.
16. Kembali ke menu utama (STEP ke-x), kemudian save problem data.
Area Allocation Diagram Gabungan
Ketentuan Pembuatan :
1. Dibuat dengan ukuran 1:200 dari ukuran sebenarnya. Perhatikan ukuran mesin dan
kebutuhan khusus setiap ruang, sesuaikan spesifikasi pada perhitungan luas lantai,
dan ketentuan khusus (sisi terbuka, lebar gang, dsb).
2. Ruang-ruang yang pada ARD disatukan (misalnya Produksi, Gudang, dll.),
dipisahkan kembali sesuai kebutuhan ruangan pada perhitungan Luas Lantai.
3. Pada AAD Gabungan, lokasi Kantor dan Pabrik sedapat mungkin dipisahkan, namun
masih dalam satu diagram.
4. Usahakan keseluruhan kompleks telah berbentuk persegi dengan batas-batas luar
pabrik yang jelas, termasuk di dalamnya penempatan pintu, tembok serta jendela.
5. AAD yang dibuat bukan hanya menggambarkan letak dan luas ruang yang
diperlukan, tetapi harus sudah ada isinya (misal untuk kantor sudah ada meja kursi).
V. DAFTAR PUSTAKA
1. Apple, James M., Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerbit
ITB, Bandung, 1990.
2. Tompkins, James A., et al., Facilities Planning, John Wiley & Sons,
Canada, 1996.
III. PROSEDUR
Pembuatan template:
Skala 1 : 200
Aliran material pada departemen produksi (sesuai dengan AAD yang telah dibuat
di modul 5)
Garis pembatas antar departemen pada lantai produksi
Jenis garis : garis putus-putus tipe 02 pada visio
Lebar garis : tipe 03 pada visio
Tembok pembatas ruangan dan pagar luar pabrik
Ambil dari stencil visio: (shape – buildin plan - ). Penggunaan jenisnya
bebas sesuai kebutuhan.
Aksesoris lain
Gerbang, taman,asrama pegawai, kolam, tempat parkir, dll bebas. Dibuat
seindah dan sekreatif mungkin serta memungkinkan alur kendaraan dalam
lingkungan pabrik yang logis.
Loading dock
Adanya loading dock di sekitar area receiving dan shipping.
Template diprint di kertas kalkir
I. TUJUAN
1. Melakukan perhitungan ongkos produksi
2. Melakukan analisis kelayakan investasi
II. PROSEDUR
Ongkos Produksi
Perhitungan ongkos produksi dilakukan selama satu tahun. Berdasarkan template yang
telah dibuat, maka dihitung biaya-biaya berikut:
Investasi
Elemen biaya investasi ini meliputi:
1. Land
Merupakan biaya pembelian tanah. Dihitung dari total luas tanah yang digunakan
perusahaan.
2. Bangunan (meliputi kantor dan pabrik)
Plant
Merupakan biaya pembanguan pabrik. Dihitung dari luas tanah yang digunakan
untuk pendirian pabrik.
Office
Merupakan biaya pembangunan kantor, termasuk di dalamnya adalah luas kantor,
maintenance, pelayanan kantor, pelayanan produksi, pelayanan pabrik, dan
pelayanan personil pabrik.
Lighting
Merupakan biaya pembelian lampu (selain lampu plant dan office). Diasumsikan
tiap lampu dapat menerangi 16 m2.
Jumlah lampu = (total luas tanah – luas tanah untuk pabrik – luas tanah untuk kantor) ÷
16 m2
Dust Collection
Merupakan biaya pembelian alat kebersihan, yang diasumsikan sebanyak 2
buah untuk kantor, 3 buah untuk pabrik, dan 1 buah untuk pelayanan.
Plumbing
Merupakan biaya pemasangan jalur pipa air bersih dan air kotor dari menara
air menuju mushola, kantin & dapur, urinal pria, kloset, dan wash table, baik
kantor maupun pelayanan.
Jalan
Merupakan biaya pembangunan jalan per m2.
Parking
Merupakan biaya pembangunan lahan parkir per m2, termasuk parkir mobil,
motor, dan garasi.
Landscaping
Merupakan biaya pembangunan taman per m2.
Power Panel
Merupakan biaya pembelian panel kontrol untuk lighting, yang diasumsikan 1
buah untuk taman, 2 buah untuk jalan, dan 1 buah untuk sudut-sudut area
perusahaan.
Gates
Merupakan biaya pembangunan portal per m2, di mana terdapat 1 buah portal
masuk dan 1 portal keluar perusahaan yang masing-masing panjangnya 4 m.
3. Peralatan (Mesin-mesin produksi)
Production
Merupakan biaya pembelian mesin-mesin produksi sesuai kebutuhan yang
telah ditentukan saat menghitung luas lantai produksi.
Office
Merupakan biaya furniture dan peralatan yang digunakan di kantor.
Telepon terdapat di setiap ruangan divisi dan ruang CEO yang masing-masing berjumlah
1 buah.
Lampu meja hanya ditempatkan pada meja CEO dan meja Director.
Material Handling
Merupakan biaya pembelian alat-alat pemindah material di dalam pabrik,
yaitu lift truck dan walking pallet. Diasumsikan pengangkutan material
dengan tenaga manusia tidak menggunakan alat bantu.
Auxiliary
Merupakan biaya pembelian peralatan selain yang digunakan bagian produksi
dan kantor
Depresiasi
Pada praktikum ini, biaya depresiasi untuk production equipment, material handling
equipment, building, office equipment, auxiliary equipment dan atau biaya bagi item-
item yang terkena depresi lainnya diperoleh dari akumulasi nilai yang diperoleh dari
tabel investasi. Perhitungan depresiasi terhadap item-item tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode straight line. Metode ini mengasumsikan bahwa aset
terdepresiasi secara konstan setiap tahunnya selama umur manfaatnya.
Inventory Value
Raw material biaya pembelian bahan baku per tahun
Purchased part biaya pembelian bahan baku pembantu per tahun
Packing material biaya pembelian dus besar yang digunakan untuk mengepak dus
kecil yang berisi toy train per tahun
Salaries & Wages
Acuan besar gaji per bulan untuk setiap pegawai dalam perusahaan. Penggunaan
selanjutnya disesuaikan dengan struktur organisasi yang telah dibuat sebelumnya
Required Investment
1. Capital investment : nilai dari investasi awal (tabel A)
2. Working Capital
Salaries & Wages : total gaji pegawai (tabel D)
Inventory Value : nilai pembelian bahan baku (tabel C)
3. Other expenses : biaya di luar capital investment dan working capital,
diasumsikan sebesar 10% dari working capital
Annual Administration Overhead
Office Salaries
Social securities : 4% dari salaries & wages (tabel D)
Workmen compensation : 5% dari nilai salaries & wages (tabel D)
Insurance
Fire : biaya asuransi terhadap kebakaran yang besar preminya 0,04% dari nilai
investasi awal (tabel A) kecuali bagian land.
Property damage and public liabilities
Plant : biaya asuransi terhadap kerusakan pabrik yang besar preminya
0,025% dari nilai plant (tabel A).
Office : biaya asuransi terhadap kerusakan kantor yang besar preminya
0,025% dari nilai kantor (tabel A).
Amortization : sama dengan jumlah total biaya depresiasi
Taxes
Building : pajak bangunan sebesar 0,025% dari nilai building (tabel A)
Machinary : pajak peralatan mesin sebesar 0,025% dari nilai mesin (tabel A)
Equipment
Inventory : pajak inventory sebesar 0,015% dari inventory value ( tabel C)
Office supplies : biaya kebutuhan harian kantor seperti kertas, pensil, pulpen,
dll yang nilainya sebesar 8% dari nilai total office (tabel A)
Building maintenance : biaya perawatan bangunan sebesar 8% nilai building
(tabel A).
Telepon : biaya penggunaan telepon, diasumsikan Rp 300.000,00/hari
Employee Benefit : 18% dari Salaries & Wages /bulan untuk tingkat
manager ke atas. Dan 15% dari salaries & wages /bulan untuk karyawan
lainnya.
Annual Expenses
Salaries & Wages : total gaji pekerja langsung & tak langsung (tabel D) Inventory
Value : nilai pembelian bahan baku (tabel C)
Factory Supplies :biaya pengadaan kebutuhan rutin pabrik. Diasumsikan sebesar
10% dari nilai plant (tabel A)
Maintenance Equipment : biaya perawatan mesin tahunan sebesar 10% nilai mesin
(tabel A)
Utility/Tahun
Power : biaya kebutuhan listrik untuk tiap mesin produksi yang besarnya 0,5
kWH / mesin serta nilai 1 kWH = Rp 1000,00
Mesin-mesin yang tidak menggunakan listrik antara lain Bench I, Bench II,
Bench III dan Rack
Light : biaya kebutuhan listrik untuk penerangan yang besarnya 0,015 kWH /
lampu serta nilai 1 kWH = Rp 1000,00
Water : nilai konsumsi air untuk setiap pekerja yang diasumsikan sebesar 10
liter / hari dimana 1 liter = Rp 2.500,00
Production cost / year
Administration Overhead : biaya administration overhead yang telah dihitung
sebelumnya (tabel F)
Annual Expenses : biaya pengoperasian pabrik per tahun yang telah dihitung
sebelumnya (tabel G)
Material Handling : biaya material handling selama 1 tahun (tabel OMH perbaikan)
Selling Price
Production unit cost per jam : biaya produksi total per jam
Waktu proses = waktu assembly + waktu fabrikasi + waktu prefabrikasi
Biaya produksi per sub assembly diperoleh dengan cara memproporsikan
jumlah dan waktu proses sub assembly terhadap production unit cost per jam
Rumus proporsi:
Kemudian, Biaya produksi sub-assembly = Biaya produksi per jam per unit
*proporsi
Biaya produksi per jenis produk diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya
sub assembly- nya.
Profit : Profit ditentukan berdasarkan kebijakan tiap konsultan
Harga jual standar per sub-assembly ditetapkan sebagai berikut :
Harga jual standar per varian produk merupakan harga jual standar sub-assembly – sub-
assembly penyusunnya. Sebagai contoh, harga jual standar varian produk EGBC adalah
Rp 95.000,-
Penjualan varian produk mengikuti ketentuan sebagai berikut :
o Produk dengan harga jual di bawah harga jual standar, penjualan
diasumsikan 100% (sales =demand)
o Produk dengan harga jual melebihi harga jual standar, penjualan sebesar (100 –
x)% dari demand, dimana:
Sisa produk sebesar x% dari demand diasumsikan tidak terjual dengan harga jual yang
ditetapkan, sehingga terpaksa dijual murah dengan harga jual sebesar 50% dari biaya
produksinya.
Catatan :
Perhitungan lain apabila diperlukan (seperti: pembangunan asrama, musholla, sarana
olahraga, kolam, dll) yang belum tercantum di tabel ditambahkan sesuai kebutuhan.
1 tahun = 50 minggu
tahun dapat membangun plant seluas 12000 m2. Jadi dalam perhitungan analisis
kelayakan investasi (untuk memudahkan) dilakukan pembulatan ke bawah dari waktu
pembangunan plant. Kegiatan produksi baru dimulai setelah plant selesai dibangun.
Waktu pembangunan plant = luas lahan/12000. Kemudian waktu pembangunan plant
tersebut di-round down sehingga dapat diketahui besarnya fraksi.
Arus kas (cashflow=CF) tahun pertama operasi dihitung dengan rumus :
(1 – fraksi) * (CF 1 tahun)
Contoh:
Luas lahan = 21600 m2, maka
Waktu pembangunan plant = 21600/12000 = 1,8 tahun. Rounddown (waktu
pembangunan plant) = 1 tahun, maka Fraksi = 1,8-1 = 0,8
Jadi pada tahun pertama pabrik belum bisa beroperasi. Akibatnya tidak ada
pengeluaran dan pemasukan yang tercatat selama tahun pertama.
Kegiatan produksi baru dimulai pada tahun kedua dan besarnya pengeluaran adalah
(1- 0,8)*pengeluaran 1 tahun. Begitu pula dengan pemasukan yang terjadi pada tahun
kedua. Pengeluaran dan pemasukan tahun ke-3 besarnya kembali seperti biasa (tidak
perlu (1-fraksi)).
Pembelian office dan auxiliary equipment terjadi di tahun ke-4, ke-7 dan ke-10
dengan asumsi bahwa kedua equipment ini sudah dimiliki perusahaan sejak tahun
ke-0.
Data Teknis
III. PENGUMPULAN LAPORAN
Laporan dikumpulkan dalam sebuah map, disertai surat pengantar. Batas pengumpulan
laporan adalah satu minggu setelah tugas diberikan.