Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract
Antibiotics are chemicals produced by fungi or bacteria that have the property of inhibiting
or killing bacterial growth and have relatively small toxicity for humans. The choice of
antibiotics for the treatment of infections must be appropriate, because improper use causes
the therapeutic effect not to be reached and can even lead to bacterial resistance to
antibiotics. This study aims to describe the use of antibiotics and analyze the level of
knowledge about the use of antibiotics in the community in the Banjarbaru city area. The
design of this study was descriptive non-experimental and the sample of this study was
people who bought antibiotic drugs at the pharmacy in the city of Banjarbaru that met the
inclusion criteria. The number of samples from this study were 74 respondents from 19
pharmacies who were willing to be the place of research. The results of the study obtained
the reason for buying an antibiotic without a prescription because the drug was easily
obtained (59,46%), the type of antibiotic that was widely used was amoxicillin (52,70%) with
3x1 days (66,67%), 1- 3 days (50%). The most indicative use of antibiotics for pain (31,08%)
and fever (31,08%) with the place to buy at the pharmacy (84%) and the source of
information that is from the family (40,54%). The level of knowledge about the use of
antibiotics in the area of Banjarbaru city was obtained (50%) respondents had sufficient
level of knowledge.
Abstrak
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri yang memiliki khasiat
menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri dan memiliki sifat toksisitas relatif kecil
bagi manusia. Pemilihan antibiotik untuk pengobatan infeksi harus tepat, karena penggunaan
yang tidak tepat menyebabkan efek terapi tidak tercapai bahkan dapat menimbulkan
resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan menggambarkan penggunaan
antibiotik dan menganalisa tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik pada
masyarakat wilayah kota Banjarbaru. Desain penelitian ini adalah non eksperimental secara
deskriptif dan sampel penelitian ini adalah masyarakat yang membeli obat antibiotik di
apotek kota Banjarbaru yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel dari penelitian ini
yaitu 74 responden dari 19 apotek yang bersedia menjadi tempat penelitian. Hasil penelitian
diperoleh alasan membeli antibiotik tanpa resep karena obat mudah didapat (59,46%), jenis
antibiotik yang banyak digunakan adalah amoksisilin (52,70%) dengan aturan pakai 3x1 hari
(66,67%), lama penggunaan selama 1-3 hari (48,72%). Indikasi penggunaan antibiotik yang
paling banyak untuk nyeri (31,08%) dan demam (31,08%) dengan tempat membeli di apotek
(84%) serta sumber informasi yaitu dari keluarga (40,54%). Tingkat pengetahuan tentang
1
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019
penggunaan antibiotik masyarakat wilayah kota Banjarbaru diperoleh hasil (50%) responden
memiliki tingkat pengetahuan cukup.
Kata kunci: Studi penggunaan, Tingkat pengetahuan, Antibiotik, Apotek
PENDAHULUAN
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri yang memiliki
khasiat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri dan memiliki sifat toksisitas
relatif kecil bagi manusia (Kemenkes RI, 2011). Antibiotik digunakan untuk pencegahan
atau pengobatan terhadap penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang sering terjadi, baik pada anak-anak, remaja ataupun dewasa.
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan organisme patogenik di dalam
tubuh (Smeltzer et al., 2002). Pemilihan antibiotik untuk pengobatan infeksi harus tepat dan
benar, karena penggunaan antibotik yang tidak tepat dapat menyebabkan efek terapi atau
khasiat obat tidak tercapai bahkan dapat menimbulkan kekebalan atau resistensi bakteri
terhadap antibiotik (Gardjito et al., 2005).
Prevalensi yang menggunakan antibiotik tanpa resep masih banyak karena masyarakat
beralasan pernah menggunakan antibiotik untuk pengobatan terdahulu yang memberikan
hasil yang baik, membeli untuk persediaan antibiotik untuk digunakan sewaktu-waktu serta
lebih mudah membeli antibiotik secara bebas tanpa harus pergi ke dokter terlebih dahulu
(Insany et al., 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan penggunaan
antibiotik meliputi alasan menggunakan antibiotik, nama antibiotik yang digunakan, aturan
pakai, indikasi penggunaan, durasi, tempat membeli antibiotik dan sumber informasi serta
menganalisa tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik masyarakat wilayah Kota
Banjarbaru.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini yaitu jenis non eksperimental secara deskriptif. Pengambilan
data dilakukan secara prospektif yaitu dari kuesioner dan hasil wawancara dengan
masyarakat di Kota Banjarbaru. Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat yang pernah
membeli obat antibiotik untuk pengobatan mandiri di apotek Kota Banjarbaru yang
memenuhi kriteria. Kriteria inklusi penelitian ini adalah Pasien yang pernah membeli obat
antibiotik untuk pengobatan mandiri, berumur 15 tahun ke atas dan bersedia menjadi
responden. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah tidak bisa membaca dan menulis, memiliki
2
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019
kekurangan fisik seperti tuli dan buta, tidak menyelesaikan kuesioner dan memiliki latar
belakang pendidikan atau pekerjaan di bidang kesehatan. Instrumen pada penelitian ini yaitu
berupa lembar informed consent, kuesioner dan lembar pengumpul data. Data yang sudah
terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil dari studi penggunaan dan
tingkat pengetahuan responden dengan menggunakan Microsoft Excel, sehingga data yang
diperoleh disajikan dalam persentase dengan bentuk tabel.
3
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019
Lainnya 1 1,35
Alasan yang mendasari responden memilih membeli antibiotik tanpa resep berdasarkan hasil
kuesioner dan wawancara adalah obat mudah didapatkan 59,46%, menghemat biaya 20,27%,
memilih obat yang sama dengan penyakit sebelumnya 18,92% dan lainnya yaitu supaya obat
cepat bekerja 1,35%. Alasan responden menjawab supaya obat cepat bekerja karena
beranggapan obat yang dibeli secara bebas lebih mudah didapatkan dan dapat langsung
digunakan tanpa harus pergi kedokter terlebih dahulu.
Tabel 3. Gambaran penggunaan antibiotik non resep berdasarkan jenis antibiotik
Nama antibotik Jumlah (N=74) Persentase (%)
Amoksisilin 39 52,70
Ampisilin 30 40,55
Sefadroksil 3 4,05
Siprofloksasin 1 1,35
Tiamfenikol 1 1,35
Jenis antibiotik yang digunakan oleh responden dengan non resep adalah amoksisilin
sebanyak 52,70%, ampisilin 40,45%, sefadroksil 4,05%, siprofloksasin 1,35% dan
4
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019
5
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019
Penggunaan antibiotik harus dengan resep dari dokter sehingga dapat ditentukan lama
penggunaan antibiotik berdasarkan jenis infeksinya. Lama penggunaan antibiotik apabila
tidak sesuai dapat menyebabkan terapi pengobatan tidak tercapai bahkan menimbulkan
resistensi, sehingga diharapkan kepada masyarakat agar tidak menggunakan antibiotik tanpa
resep dari dokter
8%
8%
84%
Hasil penelitian pada gambar 1 berdasarkan tempat memperoleh antibiotik non resep
didapatkan mayoritas responden memperoleh antibiotik di apotek sebesar 84%, took obat
berizin 8% dan warung 8%. Antibiotik termasuk golongan obat keras yang hanya bisa
diperoleh di apotek dengan resep dokter, namun pada kenyataannya responden bisa
mendapatkan antibiotik di apotek tanpa resep dokter atau mendapatkan antibiotik dengan
mudahnya di toko obat yang seharusnya tidak diperkenankan menyediakan antibiotik.
Tempat memperoleh antibiotik di apotek seharusnya juga tidak diperkenankan untuk
melayani antibioik tanpa resep.
6
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019
Informasi mengenai antibiotik dengan non resep yang diperoleh mayoritas responden
mendapatkannya dari keluarga sebesar 40,54%. Keluarga memiliki peran dalam
pengambilan keputusan seseorang dalam membeli suatu produk dan menjadi konsumen.
Pengambilan keputusan responden dalam menggunakan antibiotik tanpa resep dokter.
23%
27%
50%
7
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019
yang sedang terhadap antibiotik. Kurangnya informasi dan sedikitnya penyuluhan tentang
antibiotik kepada masyarakat menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
antibiotik sehingga diperlukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang antibiotik.
KESIMPULAN
Gambaran penggunaan antibiotik non resep oleh masyarakat di wilayah Kota
Banjarbaru dari 74 responden dengan alasan membeli antibiotik yang paling banyak yaitu
obat mudah didapat 59,46%, berdasarkan jenis antibiotik yang paling banyak yaitu
amoksisilin sebanyak 52,70%. Mayoritas penggunaan amoksisilin berdasarkan aturan pakai
yaitu 3x1 66,76% dan lama penggunaan selama 1-3 hari 48,72% Indikasi penggunaan
antibiotik yang paling banyak adalah nyeri dan demam dengan masing-masing persentase
31,08% dengan tempat membeli antibiotik di apotek 84% dan sumber informasi antibiotik
yaitu dari keluarga sebanyak 40,54%. Tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik
masyarakat wilayah Kota Banjarbaru diperoleh hasil 50% responden memiliki tingkat
pengetahuan kategori cukup, 27% responden tingkat pengetahuan dengan kategori rendah
dan 23% responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Gardjito. W., A. Soejoenoes & E.P. Kolopaking. 2005. Antimicrobial Resistance Antibiotic
Usage and Infection Control. Directorate General of Medical Care Ministry of Health.
Jakarta.
8
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019
Insany A.N., D.P. Destiani., A. Sani., L. Sabdaningtyas & I.S. Pradipta. 2015. Hubungan
Persepsi Terhadap Perilaku Swamedikasi Antibiotik Studi Observasional Melalui
Pendekatan Teori Health Belief Model. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 4: 77-86.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Kemenkes RI, Jakarta.
Smeltzer, C. Suzanne, Bare & G. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Alih bahasa oleh Agung Waluyo. EGC, Jakarta.