Sei sulla pagina 1di 9

Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

STUDI PENGGUNAAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


ANTIBIOTIK OLEH MASYARAKAT DI APOTEK KOTA BANJARBARU
Zulhelman Syarif, Khoerul Anwar, Herningtyas Nautika Lingga
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Email: zulhelmansyarif@gmail.com

Abstract

Antibiotics are chemicals produced by fungi or bacteria that have the property of inhibiting
or killing bacterial growth and have relatively small toxicity for humans. The choice of
antibiotics for the treatment of infections must be appropriate, because improper use causes
the therapeutic effect not to be reached and can even lead to bacterial resistance to
antibiotics. This study aims to describe the use of antibiotics and analyze the level of
knowledge about the use of antibiotics in the community in the Banjarbaru city area. The
design of this study was descriptive non-experimental and the sample of this study was
people who bought antibiotic drugs at the pharmacy in the city of Banjarbaru that met the
inclusion criteria. The number of samples from this study were 74 respondents from 19
pharmacies who were willing to be the place of research. The results of the study obtained
the reason for buying an antibiotic without a prescription because the drug was easily
obtained (59,46%), the type of antibiotic that was widely used was amoxicillin (52,70%) with
3x1 days (66,67%), 1- 3 days (50%). The most indicative use of antibiotics for pain (31,08%)
and fever (31,08%) with the place to buy at the pharmacy (84%) and the source of
information that is from the family (40,54%). The level of knowledge about the use of
antibiotics in the area of Banjarbaru city was obtained (50%) respondents had sufficient
level of knowledge.

Keywords: Study of use, Level of knowledge, Antibiotics, Pharmacy

Abstrak

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri yang memiliki khasiat
menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri dan memiliki sifat toksisitas relatif kecil
bagi manusia. Pemilihan antibiotik untuk pengobatan infeksi harus tepat, karena penggunaan
yang tidak tepat menyebabkan efek terapi tidak tercapai bahkan dapat menimbulkan
resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan menggambarkan penggunaan
antibiotik dan menganalisa tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik pada
masyarakat wilayah kota Banjarbaru. Desain penelitian ini adalah non eksperimental secara
deskriptif dan sampel penelitian ini adalah masyarakat yang membeli obat antibiotik di
apotek kota Banjarbaru yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel dari penelitian ini
yaitu 74 responden dari 19 apotek yang bersedia menjadi tempat penelitian. Hasil penelitian
diperoleh alasan membeli antibiotik tanpa resep karena obat mudah didapat (59,46%), jenis
antibiotik yang banyak digunakan adalah amoksisilin (52,70%) dengan aturan pakai 3x1 hari
(66,67%), lama penggunaan selama 1-3 hari (48,72%). Indikasi penggunaan antibiotik yang
paling banyak untuk nyeri (31,08%) dan demam (31,08%) dengan tempat membeli di apotek
(84%) serta sumber informasi yaitu dari keluarga (40,54%). Tingkat pengetahuan tentang

1
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

penggunaan antibiotik masyarakat wilayah kota Banjarbaru diperoleh hasil (50%) responden
memiliki tingkat pengetahuan cukup.
Kata kunci: Studi penggunaan, Tingkat pengetahuan, Antibiotik, Apotek

PENDAHULUAN
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri yang memiliki
khasiat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri dan memiliki sifat toksisitas
relatif kecil bagi manusia (Kemenkes RI, 2011). Antibiotik digunakan untuk pencegahan
atau pengobatan terhadap penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang sering terjadi, baik pada anak-anak, remaja ataupun dewasa.
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan organisme patogenik di dalam
tubuh (Smeltzer et al., 2002). Pemilihan antibiotik untuk pengobatan infeksi harus tepat dan
benar, karena penggunaan antibotik yang tidak tepat dapat menyebabkan efek terapi atau
khasiat obat tidak tercapai bahkan dapat menimbulkan kekebalan atau resistensi bakteri
terhadap antibiotik (Gardjito et al., 2005).
Prevalensi yang menggunakan antibiotik tanpa resep masih banyak karena masyarakat
beralasan pernah menggunakan antibiotik untuk pengobatan terdahulu yang memberikan
hasil yang baik, membeli untuk persediaan antibiotik untuk digunakan sewaktu-waktu serta
lebih mudah membeli antibiotik secara bebas tanpa harus pergi ke dokter terlebih dahulu
(Insany et al., 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan penggunaan
antibiotik meliputi alasan menggunakan antibiotik, nama antibiotik yang digunakan, aturan
pakai, indikasi penggunaan, durasi, tempat membeli antibiotik dan sumber informasi serta
menganalisa tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik masyarakat wilayah Kota
Banjarbaru.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini yaitu jenis non eksperimental secara deskriptif. Pengambilan
data dilakukan secara prospektif yaitu dari kuesioner dan hasil wawancara dengan
masyarakat di Kota Banjarbaru. Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat yang pernah
membeli obat antibiotik untuk pengobatan mandiri di apotek Kota Banjarbaru yang
memenuhi kriteria. Kriteria inklusi penelitian ini adalah Pasien yang pernah membeli obat
antibiotik untuk pengobatan mandiri, berumur 15 tahun ke atas dan bersedia menjadi
responden. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah tidak bisa membaca dan menulis, memiliki

2
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

kekurangan fisik seperti tuli dan buta, tidak menyelesaikan kuesioner dan memiliki latar
belakang pendidikan atau pekerjaan di bidang kesehatan. Instrumen pada penelitian ini yaitu
berupa lembar informed consent, kuesioner dan lembar pengumpul data. Data yang sudah
terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil dari studi penggunaan dan
tingkat pengetahuan responden dengan menggunakan Microsoft Excel, sehingga data yang
diperoleh disajikan dalam persentase dengan bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan pada masyarakat kota Banjarbaru yang memenuhi kriteria
penelitian. Jumlah subjek penelitian sebanyak 74 responden. Data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil dari studi penggunaan dan tingkat
pengetahuan responden.
Karakteristik Responden Penelitian
Responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi penelitian yaitu, pasien yang
pernah membeli obat antibiotik untuk diri sendiri, berumur 15 tahun ke atas dan bersedia
menjadi responden penelitian. Karakteristik responden yang dimaksud pada penelitian ini
adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan seperti yang tertera pada tabel 1
sebagai berikut.
Tabel 1. Karakteristik responden.
Karakteristik Responden Kategori Jumlah (N=74) Persentase (%)
Jenis kelamin Perempuan 38 51,35
Laki laki 36 48,65
Usia (tahun) 15-25 23 31,08
26-35 31 41,89
36-45 13 17,57
46-55 5 6,76
56-65 2 2,7
Pendidikan SD 9 12,16
SMP 10 13,51
SMA/SMK 41 55,41
Perguruan tinggi 14 18,92
Pekerjaan Karyawan swasta 23 31,08
Belum bekerja 16 21,62
Wiraswasta 14 18,92
PNS 9 12,16
Lainnya 12 16,22
Keterangan N = Jumlah responden

3
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didapat responden


perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki laki sebesar 51,35%. Responden
berdasarkan usia seperti pada tabel 2 didapatkan mayoritas responden berada pada usia 26-
35 tahun sebanyak 41,89%. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan diperoleh
mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir yaitu SMA/SMK yaitu sebanyak 55,41%.
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah karyawan swasta
sebesar 31,08%.

Gambaran Penggunaan Antibiotik


Gambaran penggunaan antibiotik yang dimaksud pada penelitian ini meliputi,
pembelian antibiotik, alasan membeli antibiotik, jenis antibiotik, indikasi, aturan pakai,
lama penggunaan, tempat membeli antibiotik dan sumber informasi tentang antibiotik.
Tabel 2. Gambaran penggunaan antibiotik berdasarkan alasan membeli antibiotik non resep

Alasan non resep Jumlah (N= 74) Persentase (%)


Obat mudah didapat 44 59,46
Menghemat biaya 15 20,27
Memilih obat yang sama dengan penyakit
18,92
sebelumnya 14

Lainnya 1 1,35

Alasan yang mendasari responden memilih membeli antibiotik tanpa resep berdasarkan hasil
kuesioner dan wawancara adalah obat mudah didapatkan 59,46%, menghemat biaya 20,27%,
memilih obat yang sama dengan penyakit sebelumnya 18,92% dan lainnya yaitu supaya obat
cepat bekerja 1,35%. Alasan responden menjawab supaya obat cepat bekerja karena
beranggapan obat yang dibeli secara bebas lebih mudah didapatkan dan dapat langsung
digunakan tanpa harus pergi kedokter terlebih dahulu.
Tabel 3. Gambaran penggunaan antibiotik non resep berdasarkan jenis antibiotik
Nama antibotik Jumlah (N=74) Persentase (%)
Amoksisilin 39 52,70
Ampisilin 30 40,55
Sefadroksil 3 4,05
Siprofloksasin 1 1,35
Tiamfenikol 1 1,35

Jenis antibiotik yang digunakan oleh responden dengan non resep adalah amoksisilin
sebanyak 52,70%, ampisilin 40,45%, sefadroksil 4,05%, siprofloksasin 1,35% dan

4
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

tiamfenikol 1,35%. Hasil penelitian berdasarkan jenis antibiotik didapatkan mayoritasnya


yaitu amoksisilin. Hal ini disebabkan karena amoksisilin merupakan antibiotik yang paling
sering digunakan di seluruh dunia dan paling sering diresepkan oleh dokter, sehingga
penggunaan amoksisilin yang tidak rasional dapat menjadi ancaman karena dapat
berkembang menjadi resistensi amoksisilin.

Tabel 4. Gambaran penggunaan antibiotik non resep berdasarkan indikasi


Indikasi Jumlah (N=74) Persentase (%)
Infeksi 19 25,68
Nyeri 23 31,08
Demam 23 31,08
Pilek 9 12,16

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan antibiotik untuk


pengobatan nyeri dan demam. Pengobatan dengan antibiotik seharusnya hanya diindikasikan
untuk infeksi. Infeksi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen
dengan atau tanpa disertai gejala klinik infeksi yaitu demam lebih dari 3 hari dengan suhu
>38°C, inflamasi, atau pemeriksaan nilai leukosit <4000- >10.000/mm3

Tabel 5. Gambaran penggunaan antibiotik berdasarkan aturan pakai


Nama antibiotik Aturan pakai Jumlah (N= 74) Persentase (%)
Amoksisilin 3x1 26 66,67
2x1 9 23,08
1x1 4 10,26
Sefadroksil 3x1 1 33,33
2x1 2 66,67
Ampisilin 4x1 1 3,34
3x1 10 33,33
2x1 16 53,3
1x1 3 10
Siprofloksasin 3x1 1 100
Tiamfenikol 2x1 1 100

Hasil penelitian menunjukkan masih ada responden yang menggunakan antibiotik


dengan aturan pakai dan lama penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Penggunaan antibiotik
yang tidak sesuai dengan dosis dan aturan pakai dapat mengakibatkan tidak tercapainya
efektivitas pengobatan yang diinginkan dan dapat membahayakan bagi tubuh serta jika
dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan resistensi.

5
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

Tabel 6. Penggunaan antibiotik non resep berdasarkan lama penggunaan


Nama antibiotik Lama penggunaan Jumlah (N= 74) Persentase (%)
Amoksisilin 1-3 19 48,72
>3-5 17 43,59
>5-7 3 7,69
Sefadroksil 1-3 3 100
Ampisilin 1-3 20 66,67
>3-5 9 30
>7-10 1 3,33
Siprofloksasin 1-3 1 100
Tiamfenikol >3-5 1 100

Penggunaan antibiotik harus dengan resep dari dokter sehingga dapat ditentukan lama
penggunaan antibiotik berdasarkan jenis infeksinya. Lama penggunaan antibiotik apabila
tidak sesuai dapat menyebabkan terapi pengobatan tidak tercapai bahkan menimbulkan
resistensi, sehingga diharapkan kepada masyarakat agar tidak menggunakan antibiotik tanpa
resep dari dokter

8%
8%

84%

Apotek Toko obat berizin Warung

Gambar 1. Gambaran penggunaan antibiotik berdasarkan tempat memperoleh antibiotik

Hasil penelitian pada gambar 1 berdasarkan tempat memperoleh antibiotik non resep
didapatkan mayoritas responden memperoleh antibiotik di apotek sebesar 84%, took obat
berizin 8% dan warung 8%. Antibiotik termasuk golongan obat keras yang hanya bisa
diperoleh di apotek dengan resep dokter, namun pada kenyataannya responden bisa
mendapatkan antibiotik di apotek tanpa resep dokter atau mendapatkan antibiotik dengan
mudahnya di toko obat yang seharusnya tidak diperkenankan menyediakan antibiotik.
Tempat memperoleh antibiotik di apotek seharusnya juga tidak diperkenankan untuk
melayani antibioik tanpa resep.

6
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

Tabel 7. Gambaran penggunaan antibiotik non resep berdasarkan sumber informasi


antibiotik
Informasi antibiotik Jumlah (N=74) Persentase (%)
Keluarga 30 40,54
Teman 29 39,19
Petugas apotek 9 12,16
Internet 4 5,41
Lainnya 2 2,70

Informasi mengenai antibiotik dengan non resep yang diperoleh mayoritas responden
mendapatkannya dari keluarga sebesar 40,54%. Keluarga memiliki peran dalam
pengambilan keputusan seseorang dalam membeli suatu produk dan menjadi konsumen.
Pengambilan keputusan responden dalam menggunakan antibiotik tanpa resep dokter.

Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik


Evaluasi tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik dilakukan menggunakan kuesioner
dengan 12 pernyataan meliputi indikasi, tempat memperoleh antibiotik, dosis, aturan pakai,
efek samping dan resistensi antibiotik yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.
Berikut tingkat pengetahuan tentang antibiotik pada masyarakat Kota Banjarbaru dapat
dilihat pada gambar 2.

23%
27%

50%

Rendah Cukup Tinggi

Gambar 2. Tingkat pengetahuan tentang antibiotik

Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh masyarakat Kota Banjarbaru yaitu


dari 74 responden diperoleh hasil 50% (37) responden memiliki tingkat pengetahuan cukup,
27% (20) responden memiliki tingkat pengetahuan rendah dan 23% (17) responden memiliki
tingkat pengetahuan tinggi. Hasil menunjukkan masyarakat masih memiliki pengetahuan

7
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

yang sedang terhadap antibiotik. Kurangnya informasi dan sedikitnya penyuluhan tentang
antibiotik kepada masyarakat menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
antibiotik sehingga diperlukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang antibiotik.

KESIMPULAN
Gambaran penggunaan antibiotik non resep oleh masyarakat di wilayah Kota
Banjarbaru dari 74 responden dengan alasan membeli antibiotik yang paling banyak yaitu
obat mudah didapat 59,46%, berdasarkan jenis antibiotik yang paling banyak yaitu
amoksisilin sebanyak 52,70%. Mayoritas penggunaan amoksisilin berdasarkan aturan pakai
yaitu 3x1 66,76% dan lama penggunaan selama 1-3 hari 48,72% Indikasi penggunaan
antibiotik yang paling banyak adalah nyeri dan demam dengan masing-masing persentase
31,08% dengan tempat membeli antibiotik di apotek 84% dan sumber informasi antibiotik
yaitu dari keluarga sebanyak 40,54%. Tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik
masyarakat wilayah Kota Banjarbaru diperoleh hasil 50% responden memiliki tingkat
pengetahuan kategori cukup, 27% responden tingkat pengetahuan dengan kategori rendah
dan 23% responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas
segala bantuan dan dukungan kepada Bapak Khoerul Anwar, SF., M.Sc., Apt selaku
pembimbing utama, ibu Herningtyas Nautika Lingga, S.Farm., M.Sc., Apt selaku
pembimbing pendamping, Ibu Difa Intannia, S.Farm.,M.Farm-Klin., Apt., Ibu Valentina
Meta Srikartika.,S.Farm., M.PH., Apt., Ibu Noor Cahaya, S.Si., M.Sc., Apt selaku tim
penguji dan kepada orangtua yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moril dan
materil serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu baik secara langsung
maupun tidak langsung ikut membantu jalannya penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Gardjito. W., A. Soejoenoes & E.P. Kolopaking. 2005. Antimicrobial Resistance Antibiotic
Usage and Infection Control. Directorate General of Medical Care Ministry of Health.
Jakarta.

8
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA 2019

Insany A.N., D.P. Destiani., A. Sani., L. Sabdaningtyas & I.S. Pradipta. 2015. Hubungan
Persepsi Terhadap Perilaku Swamedikasi Antibiotik Studi Observasional Melalui
Pendekatan Teori Health Belief Model. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 4: 77-86.

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Kemenkes RI, Jakarta.

Smeltzer, C. Suzanne, Bare & G. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Alih bahasa oleh Agung Waluyo. EGC, Jakarta.

Potrebbero piacerti anche