Sei sulla pagina 1di 10

ANALISIS SWOT PADA UMKM KERIPIK TEMPE AMEL MALANG DALAM

RANGKA MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN


Pratiwi Anggraeni
Sunarti
M. Kholid Mawardi
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
pratiwianggraeni16@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research was conducted based on the growing member of similar industry of “Amel” Tempe Chips which
makes intense competition. Therefore, required right strategies to increase product competitiveness of “Amel”
Tempe Chips. This research include Qualitative Descriptive research, which focused on SWOT analysis to help
“Amel” Tempe Chip’s owner to increase the company competitiveness so the company capable to compete with
other company which has a same type product. The data collection which used in this research was interview
method, observation method, and documentation. This research used data analysis with interactive model which
developed by Miles and Huberman. Measurement of the data validity, researcher used a source triangulation.
Based on analysis result which used IFAS-EFAS matrix, TOWS matrix, and SWOT Cartesius Diagram,
obtained a strategy which located at IV quadrant which means it is an ST strategy that used strength factors to
resolve threat factors. The implementation of this strategy is increase the quality of “Amel” Tempe Chips
product so that makes “Amel” Tempe Chips company capable to compete with other company which has same
type product and also do a product innovations so that “Amel” Tempe Chips product has a different excellence
of tempe chips from other companies.

Keywords: SWOT analysis, Micro Enterprise, IFAS matrix, EFAS matrix, TOWS matrix, SWOT cartesius
diagram, “Amel” Tempe Chips.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan berdasarkan banyaknya industri yang serupa dengan Keripik Tempe “Amel” sehingga
menyebabkan persaingan yang ketat. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi-strategi yang tepat untuk
meningkatkan daya saing produk Keripik Tempe “Amel”. Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif, yang
memfokuskan pada Analisis SWOT untuk membantu pemilik Keripik Tempe “Amel” dalam meningkatkan
daya saing UMKM-nya agar mampu bersaing dengan UMKM lain yang sejenis. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis
data yang digunakan yaitu analisis data dan model yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Pengukuran
keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Berdasarkan hasil analisis yang menggunakan
matriks IFAS-EFAS, matriks TOWS dan Diagram Kartesius SWOT, strategi yang di dapat yakni strategi yang
berada pada kuadran IV yaitu strategi ST yang merupakan strategi yang memanfaatkan faktor kekuatan
(Strength) untuk mengatasi faktor ancaman (Threat). Implementasinya adalah meningkatkan kualitas produk
Keripik Tempe“Amel”sehingga dapat bersaing dengan keripik tempe lain serta melakukan inovasi produk
sehingga mempunyai keunggulan yang berbeda dari keripik tempe lain.

Kata kunci: analisis SWOT, UMKM, matriks IFAS, matriks EFAS, matriks TOWS, diagram kartesius,
keripik tempe “Amel”

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 104


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
1. PENDAHULUAN menarik untuk diteliti karena Keripik Tempe
Kuliner merupakan salah satu bidang yang “Amel” merupakan satu dari sekian usaha keripik
potensial untuk diolah, karena kegiatan apapun tempe Malang yang merupakan supplier bagi toko
yang dijalani selama para wisatawan berwisata tidak oleh-oleh lainnya.
akan lepas dari kebutuhan makan. Wisata kuliner
sudah menjadi bagian dari wisata yang diminati di 2. KAJIAN PUSTAKA
Kota Malang. Selain menikmati keindahan alam Strategi
yang disuguhkan di Kota Malang, wisatawan pun Menurut Handriani (2011), strategi diartikan
tertarik untuk membelanjakan uangnya untuk sebagai pola tindakan utama yang dipilih untuk
mencoba kuliner khas kota ini. Tidak sedikit dari mewujudkan visi organisasi melalui misi. Strategi
para wisatawan yang juga membawa makanan membentuk pola pengambilan keputusan dalam
sebagai oleh-oleh. Berdasarkan macam-macam mewujudkan visi organisasi. Perusahaan dapat
kuliner yang ada, ada beberapa ikon oleh-oleh khas mengerahkan dan mengarahkan seluruh sumber
Kota Malang seperti Keripik Tempe, Keripik Buah, daya organisasi secara efektif dengan tindakan
Pia cap Mangkok dan juga Malang Strudel. Keripik berpola untuk mewujudkan visi organisasi.
tempe masih menjadi salah satu oleh-oleh yang Organisasi akan kesulitan dalam mewujudkan
diminati oleh para wisatawan untuk dijadikan visinya tanpa strategi yang tepat. Strategi harus
sebagai oleh-oleh jika dilihat dari semua inovasi dilaksanakan secara efektif, sehingga rencana
wisata oleh-oleh yang ada. Keripik tempe sudah strategi harus dipadukan dengan masalah
menjadi ikon oleh-oleh yang melegenda khas Kota operasional. Adapun menurut Solihin (2012:64),
Malang. Oleh-oleh biasanya di produksi oleh Strategi dipahami bukan hanya sebagai “berbagai
sebuah badan atau industri yang disebut Usaha cara untuk mencapai tujuan (ways to achieve ends)”
aMikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang melainkan mencakup pula penentuan berbagai
amempunyai peran strategis dalam pembangunan tujuan itu sendiri.
aekonomi nasional, oleh karena selain berperan
dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan Manajemen Strategis
atenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian Menurut Wheelen dan Hunger (2004:2) dalam
ahasil-hasil pembangunan. Solihin (2012:64), manajemen strategis merupakan
UMKM juga memiliki peran penting dalam serangkaian keputusan dan tindakan manajerial.
sektor pariwisata, yakni untuk mempekerjakan Tujuan manajemen strategis yakni menciptakan
masyarakat yang berdomisili di sekitar daerah keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang
wisata sehingga dapat memetik keuntungan dari mengembangkan strategi-strategi tersebut (Solihin,
adanya sektor pariwisata tersebut.Salah satu 2012: 67). Menurut Hill dan Jones (2004) dalam
motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan Solihin (2012:78), ada 2 model manajemen strategis
wisata adalah untuk membeli oleh-oleh khas dari yaitu Fit Model dan Strategic Intent Model.
tempat yang dikunjungi tersebut sembari menikmati Berdasarkan kedua model manajemen strategis
daya tarik wisata di daerah tersebut.Hal inilah yang yang dijelaskan diatas, metode analisis SWOT lebih
digunakan pendiri usaha Keripik Tempe “Amel” menjurus ke Fit Model. Hal ini dikarenakan dalam
yakni dengan memanfaatkan peluang tersebut untuk Fit Model membahas tentang perancangan strategi
mengelola bisnis keripik tempe, hal tersebut tidak untuk suatu perusahaan dalam menghadapi
mudah untuk dilakukan, mengingat banyaknya perubahan lingkungan yang sedang terjadi agar
kompetitor sejenis yang sudah lebih dulu memiliki tetap dapat bertahan dan berkesinambungan.
positioning lebih baik di Kota Malang. Oleh karena
itu, diperlukan analisis SWOT guna mengetahui Analisis SWOT
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman Menurut Solihin (2012:164), analisis SWOT
bagi Keripik Tempe “Amel” tersebut untuk sendiri merupakan alat analisis yang bertahan paling
menghadapi persaingan yang ketat sekaligus lama serta banyak digunakan oleh perusahaan untuk
meningkatkan daya saing antar sesama UMKM. melakukan analisis situasional dalam formulasi
Namun banyaknya industri serupa yang berdiri di strategi.
Kota Malang, menyebabkan persaingan yang ketat.
Daya saing antar usaha keripik tempe inilah yang

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 105


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
a. Tabel EFAS para manajer tentang seberapa baik
Tabel EFAS terdiri dari lima kolom. manajemen perusahaan dalam menghadapi
Untuk menyusun tabel EFAS, para manajer masing-masing faktor. Kolom ini dinamakan
harus sudah memiliki catatan analisis Rating/peringkat.
lingkungan eksternal, baik dari faktor d) Isi kolom keempat dengan pengalian angka
peluang maupun ancaman. pada kolom kedua dan ketiga untuk setiap
b. Tabel IFAS faktor guna mengetahui nilai tertimbang.
Tabel IFAS juga terdiri dari lima kolom. Nilai tertimbang berkisar mulai 5,0 (sangat
Untuk menyusun tabel IFAS, para manajer bagus/outstanding) sampai 1,0 (buruk/poor),
harus sudah memiliki catatan analisis dengan nilai rata-rata 3,0 (average). Kolom
lingkungan internal, baik dari faktor kekuatan ini dinamakan Weighted Score/Nilai
maupun kelemahan. Tertimbang.
Berikut merupakan penjabaran range nilai yang e) Isi kolom kelima dengan catatan alasan
ditetapkan menurut Wheelen dan Hunger mengapa faktor-faktor yang dicantumkan ada
(2004:73&101) dalam Solihin (2012:166-167) di tabel EFAS dan IFAS beserta nilai-nilai
untuk membuat tabel EFAS-IFAS: yang diberikan. Kolom ini dinamakan
Comments.
5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0
Berikut merupakan gambaran diagram kartesius:
Opportunities (+)

Out Above Average Below Poor


stand Average Average
ing
Gambar 1 II. Stability I. Growth
Range Nilai Wheelen dan Hunger Weak Strengths
Sumber: Solihin (2012:166-167) nesses (+)
(-)
Berikut merupakan tahap pembuatan tabel EFAS
III. Defend IV.
dan IFAS: Diversification

a) Isi kolom pertama dengan faktor-faktor


peluang dan ancaman sebanyak 8-10 faktor. Threats
Kolom ini dinamakan External Factors (-)
maupun Internal Factors. Gambar 2
b) Isi kolom kedua dengan angka bobot nilai Diagram Kartesius
untuk setiap faktor peluang dan ancaman Sumber: Siagian (2005:176)
maupun kekuatan dan kelemahan yang telah
ditulis. Bobot yang ditentukan adalah dari 1,0 Cara menentukan kuadran yang tepat, maka perlu
(sangat penting/most important) sampai 0,0 dihitung selisih dari subtotal faktor strengths
(tidak penting/not important). Semakin tinggi dengan weaknesses (titik pertama) dan selisih dari
bobot, maka hal tersebut mengartikan faktor subtotal faktor opportunities dengan threats (titik
tersebut sangat berpengaruh terhadap kedua). Jika hasil selisih dari subtotal faktor
keberlangsungan perusahaan. Jumlah atau strengths dengan weaknesses adalah positif (+),
total bobot dalam kolom ini harus sama maka titik pertama akan berada di sisi garis
dengan 1,0. Kolom ini dinamakan horizontal sebelah kanan titik 0. Jika hasilnya
Weight/bobot. negatif (-), maka titik pertama akan berada di sisi
c) Isi kolom ketiga dengan peringkat pada garis horisontal sebelah kiri titik 0. Jika hasil selisih
setiap faktor, dengan ketentuan angka dari subtotal faktor opportunities dan threats adalah
peringkat 5,0 (sangat baik/outstanding) positif (+), maka titik kedua akan berada di sisi
sampai 1,0 (buruk/poor). Penilaian garis vertical di bawah 0. Akhirnya akan ada dua
didasarkan pada tanggapan dan pertimbangan titik yang nantinya akan menentukan daerah

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 106


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
kuadran mana yang harus dipilih untuk mengetahui dengan omzet antara Rp 300.000.000,-
strategi yang tepat. hingga Rp 2.500.000.000,- per tahun.
c. Usaha Menengah merupakan sebuah
Daya Saing Perusahaan usaha yang mempunyai aset (tidak
Daya saing dapat didefinisikan sebagai termasuk tanah dan bangunan) antara Rp
kemampuan untuk mempertahankan pangsa pasar. 500.000.000,- hingga Rp
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh faktor suplai 10.000.000.000,- dengan omzet Rp
yang baik dan tepat waktu serta harga yang 2.500.000.000,- hingga Rp
kompetitif. Secara berjenjang, suplai tepat waktu 50.000.000.000,- per tahun.
dan harga yang kompetitif dipengaruhi oleh dua Menurut Rahmana (2009), UKM dapat
faktor penting lainnya, yaitu fleksibilitas diklasifikasikan menjadi 4 kelompok berdasarkan
(kemampuan untuk melakukan adaptasi terhadap perspektif perkembangannya:
keinginan konsumen) dan manajemen diferensiasi a. Livelihood Activities, adalah UKM yang
produk (Rahmana, 2009). Menurut Daryanto digunakan sebagai kesempatan kerja untuk
(2004), definisi daya saing harus memperhatikan mencari nafkah, yang dikenal sebagai faktor
beberapa hal sebagai berikut: informal. Contohnya adalah pedagang kaki
a. Cakupan daya saing lebih luas serta tidak lima.
sebatas produktifitas maupun efesiensi saja. b. Micro Enterprise, adalah UKM yang
b. Pelaku ekonomi (economic agent) terdapat mempunyai sifat pengrajin tetapi belum
dalam suatu sistem ekonomi yang bersinergi mempunyai sifat kewirausahaan.
dan saling berhubungan. c. Small Dynamic Enterprise, adalah UKM
c. Sasaran peningkatan daya saing dari suatu yang telah mempunyai jiwa kewirausahaan
perekonomian adalah bermuara pada serta mampu menerima pekerjaan
meningkatnya tingkat kesejahteraan subkontrak dan ekspor.
penduduk. d. Fast Moving Enterprise, adalah UKM yang
d. Hakikat dari daya saing adalah kompetisi. telah mempunyai jiwa kewirausahaan dan
Sehingga, daya saing tidak akan pernah ada akan melakukan transformasi menjadi usaha
pada suatu perekonomian yang tertutup dan besar (UB).
terus berkembang sesuai perkembangan Menurut Urata dalam Malano (2011:170), peran
jaman. UKM setidaknya dapat dilihat dari:
a. Kedudukannya sebagai tokoh utama dalam
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) kegiatan ekonomi di berbagai sektor.
Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat b. Penyedia lapangan pekerjaan terbesar.
yang berskala kecil, dan memenuhi kriteria c. Tokoh penting dalam pengembangan
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang- masyarakat.
undang. Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala d. Pencipta pasar baru dan juga sumber
kecil adalah kegiatan ekonomi yang dimiliki dan inovasi.
menghidupi sebagian besar rakyat (Tohar, 2000:1).
Menurut Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008, 3. METODE PENELITIAN
istilah UKM diperluas menjadi UMKM (Usaha Peneliti menggunakan metode penelitian
Mikro Kecil dan Menengah): deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian yaitu di
a. Usaha Mikro merupakan sebuah usaha Keripik Tempe “Amel” Malang yang beralamat di
yang mempunyai aset (tidak termasuk Jalan Sanan gang 7 nomor 37, Kota Malang.
tanah dan bangunan) maksimal Rp Sumber data didapat dari hasil wawancara serta
50.000.000,- dengan omzet maksimal Rp dokumen pendukung seperti sertifikat-sertifikat
300.000.000,- per tahun. yang terkait dalam UMKM Keripik Tempe “Amel”
b. Usaha Kecil merupakan sebuah usaha Malang. Teknik pengumpulan data yakni dengan
yang mempunyai aset (tidak termasuk melakukan wawancara, observasi, serta
tanah dan bangunan) antara Rp dokumentasi. Menurut Moleong (2007:121), dalam
50.000.000,- hingga Rp 500.000.000,- penelitian kualitatif, manusia berperan jamak,

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 107


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
maksudnya adalah karena manusia yang melakukan yang kemudian tempe-tempe ini dibawa ke bagian
penelitian melakukan segala sesuatunya sendiri, penggorengan. Karyawan bagian penggorengan
mulai dari merencanakan penelitian, melaksanakan akan langsung memasukkan tempe tersebut ke
pengumpulan data, menganalisis, mengolah data, dalam adonan tepung dan kemudian di goreng
dan menjadi pelapor hasil penelitian tersebut. hingga matang dan siap kemas. Keripik yang sudah
Peneliti pun menambahkan pedoman wawancara di goreng ini dibawa ke bagian pengemasan untuk
dalam daftar instrumen penelitian yang digunakan diberi bumbu tabur, di tata rapi dan dikemas dalam
dalam penelitian. Penulis menggunakan metode plastik kemasan serta diberi label sesuai rasa dari
analisis interaktif (Miles dan Hubberman dalam keripik tersebut. Produk yang sudah jadi kemudian
Sugiyono 2009:90) yang mencakup pengumpulan dibawa oleh karyawan distribusi untuk diantar ke
data, penyajian data, reduksi data, serta penarikan toko-toko yang memesan produk Keripik Tempe
kesimpulan. Keabsahan data yang dilakukan oleh “Amel”.
peneliti yaitu dengan cara metode triangulasi
sumber (Moleong, 2013:330-332) yakni b. Analisis Data
membandingkan data hasil observasi dengan hasil Berdasarkan hasil penelitian, Keripik Tempe
wawancara, perspektif narasumber wawancara “Amel” memiliki dua faktor yaitu faktor internal
dengan keadaan real di lapangan, serta hasil dan faktor eksternal. Identifikasi dari faktor internal
wawancara dengan dokumen-dokumen penunjang. diperlukan untuk menentukan strategi yang tepat
bagi perusahaan agar dapat memaksimalkan faktor
kekuatan yang dimiliki dan meminimalisir faktor
4. HASIL PENELITIAN DAN kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut
PEMBAHASAN ini adalah tabel faktor internal dan tabel faktor
eksternal dari Keripik Tempe “Amel”:
a. Penyajian Data Umum
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Tabel 1 Faktor-faktor Internal Keripik Tempe “Amel”
Keripik Tempe “Amel” termasuk dalam UMKM No. Faktor-faktor Internal
(Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Hal ini Kekuatan
dikarenakan Keripik Tempe “Amel” memiliki 1. Produk yang berkualitas
modal dan aset sebesar Rp 20.000.000,- belum 2. Produk memiliki banyak varian rasa
termasuk tanah dan bangunan. Perluasan definisi 3. Hubungan yang harmonis antara pemilik
UKM menjadi UMKM ini pun juga telah dengan karyawan
disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang 4. Hubungan kerja sama yang baik dengan
Koperasi dan UMKM. Keripik Tempe “Amel” distributor
memiliki catatan keuangan yang masih sangat Kelemahan
sederhana yakni hanya berupa catatan 1. Kurangnya tenaga kerja yang
pemasukannya per hari dan pemilik tidak mencatat menyebabkan terganggunya proses
pengeluaran dan biaya-biaya lainnya. Tujuan dari produksi apabila ada 1 atau lebih karyawan
Keripik Tempe “Amel” yakni untuk memenuhi yang tidak masuk kerja
kebutuhan keluarga pemilik serta menjadi salah satu 2. Manajemen keuangan yang masih bersifat
produk oleh-oleh yang unggul di Kota Malang konvensional
sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan Sumber: Olahan Peneliti (2016)
bagi masyarakat sekitar.
Struktur organisasi dari Keripik Tempe “Amel” Tabel 2 Faktor-faktor Eksternal Keripik Tempe “Amel”
yakni terdiri dari Pemilik (Bapak Solehuddin), No. Faktor-faktor Eksternal
Manajer (Ibu Sugiyati), dan para karyawan yang Peluang
meliputi bagian pemotongan 4 orang, penggorengan 1. Pemerintah telah menyediakan fasilitas
4 orang, pengemasan 4 orang dan juga bagian untuk UMKM berupa Kredit Usaha Rakyat
distribusi 1 orang serta juru masak 1 orang, untuk 2. Pemerintah telah memberikan bantuan
memberi konsumsi bagi para karyawan setiap langsung berupa alat “sealer” untuk
harinya. Kegiatan produksi berlangsung dengan mengemas produk
diawali pemotongan bahan baku tempe setebal 2mm

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 108


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
3. Bahan baku yang selalu tersedia dengan utan
distributor*
4. Kota Malang sebagai daerah tujuan wisata
Sub Total: 0,75 3,60
Ancaman Kelemahan
1. Tingginya daya saing antar usaha keripik (Weaknesses)
tempe di kawasan gang Sanan
W1 Jumlah 0,10 1 0,10 Kurangny
2. Keadaan ekonomi yang tidak stabil yang tenaga kerja a tenaga
menyebabkan turun-naik nya harga bahan kerja
baku yang dapat mempengaruhi jumlah yang
produksi Keripik Tempe “Amel” menyebab
3. Persaingan antar online seller oleh-oleh kan
khas Kota Malang semakin ketat proses
Sumber: Olahan Peneliti (2016) produksi
terganggu
c. Pembahasan Hasil Penelitian W2 Manajemen 0,15 3 0,45 Manajem
keuangan* en
Matriks IFAS-EFAS keuangan
Peneliti menggunakan analisis SWOT untuk yang
menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil masih
penelitian. Analisis dalam penelitian ini mencakup konvensio
analisis tentang faktor-faktor internal dan eksternal nal
yang mempunyai pengaruh dalam penyusunan Sub Total: 0,25 0,55
strategi untuk Keripik Tempe “Amel”.Analisis
Total Skor: 1,00 4,15
lingkungan internal menggunakan tabel IFAS
Sumber: Olahan Peneliti (2016)
(Internal Factor Analysis Summary) seperti pada
Keterangan: * adalah Skor Tertinggi
tabel 3.
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa faktor
Tabel 3
kekuatan yang mempunyai skor tertinggi ada 3
Matriks IFAS Keripik Tempe “Amel” yakni produk yang berkualitas, produk memiliki
Faktor-faktor Bo- R Skor Ketera- banyak varian rasa, dan hubungan kerja sama yang
Internal bot a Pem- ngan baik dengan distributor dengan masing-masing
ti bobot- bobot dan rating yang sama yakni 0,20 dan 5.
n an Ketiga faktor tersebut menjadi kekuatan bagi
g Keripik Tempe “Amel” untuk keberlangsungan
Kekuatan usaha dan juga pengembangan usaha di masa
(Strengths) mendatang. Matriks IFAS juga menunjukkan
S1 Produk yang 0,20 5 1,00 Tekstur berbagai kelemahan yang dimiliki oleh Keripik
berkualitas* tidak Tempe “Amel”. Faktor kelemahannya yaitu
mudah manajemen keuangan yang masih konvensional
berubah dengan bobot 0,15 dan rating 3. Kelemahan ini
S2 Produk 0,20 5 1,00 Ada18 dapat menjadi kendala bagi Keripik Tempe “Amel”
memiliki varian dalam mengembangkan usahanya.
banyak varian rasa Hasil analisis matriks IFAS pada Keripik Tempe
rasa* “Amel” yang mencakup seluruh faktor internal
S3 Hubungan 0,15 4 0,60 Kondusif (kekuatan dan kelemahan) yaitu berupa jumlah skor
kerja antara sebesar 4,15 yang berarti Keripik Tempe “Amel”
pemilik dengan memiliki kekuatan yang kuat dan dapat
karyawan dimanfaatkan untuk keberlangsungan usahanya.
S4 Hubungan 0,20 5 1,00 Loyalitas Analisis ingkungan eksternal menggunakan
kerja sama yang tabel EFAS (External Factor Analysis Summary)
yang baik berkelanj seperti pada tabel 4:

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 109


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Tabel 4 tempe yang
Matriks EFAS Keripik Tempe “Amel” sama di
Faktor-faktor Bo- R Skor Ketera- kawasan
Eksternal bot a Pem ngan yang sama
t bo- yakni gang
i bot- Sanan,
n an Malang
g T2 Keadaan 0,05 3 0,15 Menyebabk
Peluang ekonomi yang an turun-
(Opportunities) tidak stabil naiknya
O1 Pemerintah 0,10 1 0,10 Fasilitas harga bahan
telah yang baku
menyediakan berupa bumbu
fasilitas untuk Kredit T3 Persaingan 0,05 4 0,20 Toko oleh-
seluruh pelaku Usaha antar online oleh lain di
UMKM di Rakyat seller oleh-oleh Kota
Indonesia (KUR) khas Kota Malang
O2 Pemerintah 0,05 1 0,05 Bantuan Malang semakin memanfaat
telah langsung ketat kan internet
memberikan berupa alat sebagai
bantuan pengemas sarana jual-
langsung kepada (sealer) beli
Keripik Tempe Sub Total: 0,45 2,10
“Amel” Total Skor: 1,00 4,05
O3 Bahan baku 0,20 5 1,00 Bahan baku Sumber: Olahan Peneliti (2016)
yang selalu berupa Keterangan: * adalah Skor Tertinggi
tersedia* tempe yang
selalu di Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa faktor
ambil dari utama eksternal yang memiliki skor peluang
produsen tertinggi adalah bahan baku yang selalu tersedia,
yang sama yang memiliki bobot sebesar 0,20 dan rating 5 serta
oleh skor sebesar 1,00. Matriks EFAS juga menunjukkan
pemilik faktor ancaman utama bagi Keripik Tempe “Amel”
Keripik yakni tingginya daya saing antar usaha keripik
Tempe tempe di gang Sanan dengan bobot sebesar 0,35 dan
“Amel” rating 5 serta skor sebesar 1,75. Hal ini dikarenakan
O4 Kota Malang 0,20 4 0,80 Wisatawan di kawasan gang Sanan sendiri sudah banyak
sebagai kota yang pengusaha keripik tempe semacam Keripik Tempe
tujuan wisata berwisata “Amel” yang berarti tingkat persaingan antar usaha
ke Kota sangat ketat yang dapat mempengaruhi
Malang keberlanjutan dari usaha Keripik Tempe “Amel”
tentunya ini.
selalu Hasil analisis matriks EFAS pada Keripik
membeli Tempe “Amel” yang mencakup seluruh faktor
oleh-oleh eksternal (peluang dan ancaman) yaitu berupa
Sub Total: 0,55 1,95 jumlah skor sebesar 4,05 yang berarti Keripik
Ancaman Tempe “Amel” mempunyai peluang dan ancaman
(Threats) yang cukup kuat sehingga pemilik diharapkan untuk
T1 Tingginya 0,35 5 1,75 Banyak terus mengembangkan bisnisnya agar tetap dapat
daya saing antar usaha bersaing dengan baik.
UMKM sejenis* keripik

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 110


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Matriks TOWS bahwa perusahaan atau unit bisnis tertentu
Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel IFAS dengan menggunakan kekuatan (strengths)
dan EFAS maka Keripik Tempe “Amel” dapat yang mereka miliki guna menghindari
membuat dan merumuskan formulasi arah strategi berbagai ancaman (threats) (Solihin,
dengan menggunakan matriks TOWS yang 2012:170). Strategi ST bagi Keripik Tempe
dikembangkan oleh Weihrich (Wheelen dan “Amel” terdiri dari:
Hunger, 2004:115 dalam Solihin, 2012:169). 1. Meningkatkan kualitas produk agar
Matriks TOWS ini merupakan salah satu cara untuk dapat bersaing antar usaha keripik
mendapatkan alternatif strategi dengan cara tempe di gang Sanan.
menggabungkan masing-masing faktor yakni 2. Meningkatkan inovasi produk agar
strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi WO memiliki ciri khas yang unik dan
(Weaknesses-Opportunities), strategi ST (Strengths- berbeda diantara usaha keripik tempe
Threats), dan strategi WT (Weaknesses-Threats). lain di gang Sanan.
Dari hasil penelitian, strategi dari matriks TOWS c. Strategi WO
untuk Keripik Tempe Amel ini yakni: Strategi WO yaitu berbagai strategi
a. Strategi SO yang dihasilkan dari suatu cara pandang
Strategi SO ada yaitu strategi yang bahwa perusahaan atau unit bisnis tertentu
dihasilkan dari suatu cara pandang bahwa dapat memanfaatkan berbagai peluang yang
perusahaan atau unit bisnis tertentu dapat ada di lingkungan eksternal dengan cara
menggunakan kekuatan (strengths) yang mengatasi segala kelemahan (weaknesses)
mereka miliki guna memanfaatkan berbagai sumber daya internal yang dimiliki oleh
peluang (opportunities) (Solihin, perusahaan saat ini (Solihin, 2012:170).
2012:170). Strategi SO bagi Keripik Tempe Strategi WO bagi Keripik Tempe “Amel”
“Amel” terdiri dari: terdiri dari:
1. Mempertahankankualitas produk. 1. Memanfaatkan KUR untuk
Bahan baku produk Keripik Tempe memperbesar modal agar nominal gaji
”Amel” selalu tersedia dan diambil dari karyawan pun meningkat.
produsen yang sama. 2. Memanfaatkan kemajuan teknologi
2. Mempertahankan hubungan kerja yang untuk meningkatkan kemampuan baik
baik serta harmonis antara pemilik pemilik maupun manajer untuk
dengan karyawan dan antara pemilik mengolah keuangan Keripik Tempe
dengan distributor merupakan kekuatan “Amel”.
dari Keripik Tempe “Amel”. Keripik d. Strategi WT
Tempe “Amel” dengan toko Strategi WT yaitu berbagai strategi
distributornya yang bernama “Rohani” yang memang bersifat bertahan (defensive),
yang sudah menjalin kerja sama cukup serta bertujuan untuk meminimalisir semua
lama yakni selama 12 tahun dimulai kelemahan dan ancaman (Solihin,
dari tahun 2004, setahun setelah 2012:170). Strategi WT bagi Keripik Tempe
Keripik Tempe “Amel” berdiri. “Amel” terdiri dari:
3. Memanfaatkan online marketing untuk 1. Mempertahankan kinerja karyawan
memasarkan produk dengan memasang dengan baik.
iklan di situs-situs pariwisata 2. Mempertahankan penggunaan bahan
merupakan strategi yang dimanfaatkan baku yang sesuai agar tidak terjadi
oleh Keripik Tempe “Amel” untuk penurunan kualitas produk.
memperbanyak jumlah pembelian
produk dengan memanfaatkan peluang Diagram Kartesius SWOT
yang berupa tren yang ada di Berdasarkan tabel 3 Matriks IFAS dari Keripik
masyarakat kini yaitu online marketing. Tempe “Amel”, diperoleh hasil bahwa nilai skor
b. Strategi ST untuk faktor kekuatan adalah 3,60 dan nilai skor
Strategi ST yaitu berbagai strategi untuk faktor kelemahan adalah 0,55. Sementara itu,
yang dihasilkan dari suatu cara pandang berdasarkan tabel 4 Matriks EFAS dari Keripik

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 111


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Tempe “Amel”, diperoleh hasil bahwa nilai skor Jika mengacu pada hasil analisis, Keripik
untuk faktor peluang adalah 1,95 dan nilai skor Tempe “Amel” sebaiknya melakukan strategi ST
untuk faktor ancaman adalah 2,10. Nilai skor yaitu strategi yang menggunakan kekuatan
kekuatan ternyata diatas nilai skor kelemahan (strength) untuk mengatasi semua kelemahan
dengan selisih nilai (+) 3,05, sedangkan nilai skor (weakness) yang ada pada Keripik Tempe “Amel”,
peluang ternyata dibawah nilai skor ancaman sehingga implementasi dari strategi ini pada Keripik
dengan selisih nilai (-) 0,15. Tempe “Amel” adalah sebagai berikut:
Dari hasil identifikasi seluruh faktor internal dan 1. Meningkatkan kualitas produk agar dapat
eksternal serta penentuan selisih nilai skor, bersaing antar usaha keripik tempe di Sanan
kemudian digambarkan dalam diagram kartesius dengan memanfaatkan:
SWOT, dimana faktor kekuatan dan peluang diberi a. Bahan baku yang selalu ada dan
nilai positif (+), selain itu faktor kelemahan dan disediakan oleh supplier tempe yang
ancaman diberi nilai negatif (-). Diagram kartesius sama yakni Koperasi Tempe yang ada
SWOT bisa dilihat pada gambar 3. di Sanan.
Peluang b. Permintaan dari konsumen yang
(+1,95)
memberi masukan kepada Keripik
Tempe “Amel”.
II. Stability I. Growth c. Hubungan kerja yang baik antara
pemilik dengan karyawan.
Kelemahan (+) 3,05 Kekuatan d. Hubungan kerja sama yang baik antara
(-0,55) (+3,60) pemilik dengan distributor.
(-) 0,15 2. Melakukan inovasi produk agar memiliki ciri
III. Defend IV. Diversification khas yang unik dan berbeda diantara usaha
keripik tempe lain di Sanan dengan
Ancaman memanfaatkan:
(-2,10) a. Kemajuan teknologi guna menambah
Gambar 3 pengetahuan tentang inovasi
Diagram Kartesius SWOT pengolahan keripik.
Keripik Tempe “Amel”
b. Kemajuan teknologi untuk
Sumber: Olahan Peneliti (2016)
meningkatkan kualitas pelayanan tidak
Tabel 5 Kombinasi Strategi Kuantitatif pada Keripik
hanya dengan toko offline tetapi juga
Tempe “Amel” dengan toko online sehingga dapat
IFAS Kekuatan Kelemahan meningkatkan jumlah pembelian.
(Strengths) (Weaknesses)
EFAS -S -W 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Peluang Strategi SO: Strategi WO: A. Kesimpulan
(Opportunities) = 3,60 + 1,95 = 0,55 + 1,95 Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan
–O = 5,55 = 2,50 dalam lingkungan eksternal juga internal pada
Ancaman Strategi ST: Strategi WT: Keripik Tempe “Amel”, di dapat hasil analisis
(Threats) - T = 3,60 + 2,10 = 0,55 + 2,10 SWOT diantaranya yaitu faktor Kekuatan
= 5,70 = 2,65 (Strength) yang berupa Produk yang berkualitas,
Sumber: Olahan Peneliti (2016) Produk memiliki banyak varian rasa, Hubungan
yang baik antara pemilik dan karyawan, Hubungan
Berdasarkan diagram kartesius SWOT pada kerja sama yang baik dengan distributor, faktor
gambar 3, dapat dilihat bahwa Keripik Tempe Kelemahan (Weakness) yang berupa Kurangnya
“Amel” berada pada kuadran IV yang berarti bahwa jumlah tenaga kerja, Manajemen Keuangan yang
strategi yang digunakan adalah strategi Strengths- masih bersifat konvensional, faktor Peluang
Threats (ST) yang juga disebut sebagai strategi (Opportunity) yang berupa Kepedulian pemerintah
Diversification. Tabel 5 juga menunjukkan bahwa terhadap UMKM dengan memberikan sarana Kredit
jumlah nilai skor terbesar di dapat pada strategi ST Usaha Rakyat (KUR) dan kunjungan langsung ke
yakni 5,70. lokasi Keripik Tempe “Amel”, Bahan baku yang

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 112


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
selalu tersedia, Kota Malang sebagai destinasi Handriani, Eka. 2011. Analisis faktor daya saing di
wisata, serta faktor yang terakhir adalah faktor kabupaten semarang. Jurnal Dinamika
Ancaman (Threat) yang berupa Tingginya daya Manajemen, 2(1) : 17-25
saing antar UMKM sejenis, Keadaan ekonomi yang
tidak stabil, Persaingan ketat dalam online Malano, Herman. 2011. Selamatkan Pasar
marketing toko oleh-oleh. Tradisional: Potret Ekonomi Rakyat Kecil.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, Keripik Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tempe “Amel” berada pada kuadran IV yakni
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian
kuadran Diversification yang juga disebut sebagai
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
strategi ST yang menggunakan kekuatan yang
Offset.
dimiliki untuk mengatasi segala ancaman yang ada,
Rahmana, Arif. 2009. Peran teknologi informasi
sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi yang
dalam peningkatan daya saing usaha kecil
tepat untuk di implementasikan oleh pihak UMKM
menengah. Jurnal Seminar Nasional Aplikasi
Keripik Tempe “Amel” adalah (1) meningkatkan
Teknologi Informasi: 2-5.
kualitas produk agar dapat bersaing di Sanan (2)
melakukan inovasi produk agar memiliki ciri khas Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik.
yang unik dan berbeda diantar usaha keripik tempe Jakarta: Penerbit Erlangga.
lain di Sanan.
Tohar, Muhammad. 2000. Membuka Usaha Kecil.
B. Saran Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat
diberikan peneliti adalah sebagai berikut: UU No. 20 Tahun 2008 tentang Koperasi dan
1. Saran untuk pihak Keripik Tempe “Amel” UMKM.
a. Penerapan online marketing pada
Keripik Tempe “Amel” akan sangat
membantu dalam meningkatkan jumlah
produk yang terjual mengingat trend
yang ada pada masa sekarang yakni
semua yang berkenaan dengan internet.
b. Penerapan inovasi produk keripik tempe
sesuai dengan berkembangnya ilmu
pengolahan kuliner berbahan dasar
tempe.
c. Desain produk lebih dikembangkan lagi
untuk menarik minat pembeli.
d. Catatan keuangan Keripik Tempe
“Amel” sebaiknya lebih dikembangkan
dengan menjadikannya laporan
keuangan seperti neraca, laporan rugi
laba, dan laporan perubahan modal.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya
a. Perlu dilakukan inovasi desain produk
bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat
menarik minat pembeli.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, Arief. 2004. Keunggulan daya saing dan
teknik identifikasi komoditas unggulan dalam
mengembangkan potensi ekonomi regional.
Jurnal Agrimedia, 9(2) : 51-62.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1 Februari2017| 113


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Potrebbero piacerti anche