Sei sulla pagina 1di 15

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) YANG BERJUALAN DI BADAN

JALAN (STUDI DI JALAN TERATAI DAN JALAN SEROJA KECAMATAN


SENAPELAN)

Oleh :
Rholen Bayu Saputra
Email : rholenbayu@yahoo.com
Pembimbing : Indrawati

Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik


Universitas Riau

Kampus bina widya jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293-
Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT

The presence of the informal sector is very memgang important role in urban
life, particularly to show a potential source of income for the residents of the city. The
informal sector in addition to the provision of employment, the informal sector is also
its existence towns survive without help even even with dai obstacles because they
administration in the need of products and services produced by the sector.
The problem is in this research is (1) Why hawkers (street vendors) selling on
the road? and (2) How does the government's attitude towards street vendors (PKL) who
sell on the road?
The purpose of this study was to determine the cause of hawkers (street vendors)
selling on the road and to determine the government's attitude towards street vendors
(PKL) who sell on the road.
Subjects in this study were the street vendors (PKL) who sell at markets
Senapelan Pekanbaru totaling 42 merchants. The approach used in this study is to use
qualitative descriptive method, the process of collecting data using interviews,
observation and questionnaires. The technique of taking subjects in this study was a
census method.
The advice is expected that the author wants to convey to the government to be
more concerned about the street vendors (PKL) in Pekanbaru Senapelan market but
especially the street vendors (PKL) in Pekanbaru Senapelan market that does not have
its own stall. Should the street vendors (PKL) in Pekanbaru Senapelan market can keep
selling neighborhoods with no selling on the road.

Keyword : Informal Sector, Traditional Market, Cadger

A. PENDAHULUAN informal selain sebagai penyediaan


Kehadiran sektor informal lapangan pekerjaan, juga keberdaannya
sangat memgang peranan penting dalam sektor informal ini bertahan dikota-kota
kehidupan perkotaan, terutama dapat tanpa bantuan bahkan malah dengan
menunjukan sumber pendapatan yang hambatan-hambatan dai pemerintahan
potensial bagi penduduk dikota. Sektor dalam kerena adanya kebutuhan akan

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 1


macam produk dan jasa yang dihasilkan perkotaan krena sbagai kelebihan dan
oleh sektor ini. kemudahan yang dimiliki.
Besarnya jumlah penduduk yang Pekanbaru merupakan salah satu
menggantukan hidupnya pada sektor kota yang memiliki pertumbuhan
informal menyebabkan perhatian penduduk yang cukup 779.899 jiwa dan
terhadap sektor tersebut baik sebagai sekaligus membawa konsekuensi
subjek penelitian atau sebagai meningkatnya jumlah angkatan kerja
kelompok sasaran pembangunan. Sektor lebih kurang 70.000 pertahun, sehingga
informal terbentuk tanpa melalui proses pertumbuhan aktifitas ekonomi di
yang diatur sedemikian rupa dan sektor informal juga cepat bekembang. .
merupakan pekerjaan mandiri yang pedang kaki lima yang berjualan ini
kurang terorganisir, tumbuh dan berasal dari luar kota pekanbaru
bekembang dengan sendirinya. melainkan masyarakat yang ingin
Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengadu nasib di kota pekanbaru,
kota-kota di Indonesia telah sebagian mereka merantau sendiri untuk
menimbulkan suatu permasalahan sosiol mencari kerja dan ada yang tinggal
yang berkaitan dengan adnya daya tarik dengan keluarga yang mengajak tinggal
kota terhadap warga yang bermukim di bersama dan telah lama menetap di
perdesaan. Permasalah sisoal adalah kota, bukan tanpa maksud merantau ke
adalah tingkat urbanisasi yang tinggi, kota. (Riau Pos: 9 November 2006).
yang menimbulkan persaingan Salah satunya yakni ingin
pencarian pekerjaan yang problematic. memperoleh pendapatan yang lebih baik
Sedangkan lapangan sektor serta kehidupan yang lebih layak dari
formal dan industri belum lagi mampu sebelumnya, namun tidak semuanya
menampungnya. Sebaliknya dipedesaan dari pada pencarian kerja ini memiliki
akan terjadi kkurangan tenaga kerja kesempatan untuk mendapatkan
karena penduduk banyak pergi kekota. pekerjaan yang diinginkannya (sektor
Situasi dan kondisi seperti ini, formal). Hal ini tentu terkait dengan
diperburuk oleh rendahnya kemamuan tingkat pendidikan yang rendah, serta
dan kualitas dari pada tenaga kerja kurangnya keterampilan.
prodiktif tersebut, mereka umumnya Pasar senapelan sebagai
kurang pendidikan dan keterampilan lokalisasi pedagang sayur, buah, ikan
sehingga menyebabkan mereka tidak yang berjualan di jalan teratai dan serja.
mampu masuk kedalam spesialisasi Tujuan pembangunan pasar senapelan
perkerjaan yang membutuhkan keahlian merupakan strategi dan kebijakan
dan pemikiran yang rata – rata dimiliki komunikasi pemerintah kota pekanbaru
oleh tenaga kerja sektor informal. kepada pedagang untuk menertipkan
Sektor informal sering pedagang kaki lima yang berjualan di
dipandang sebagai kegiatan ekonomi sekitar pasar senapelan agar terorganisir
alternatif serta kurangnya dapat dan terancana serta dapat mewujudkan
perhatian yang positif dari berbagai ketertiban umum dikota pekanbaru.
pihak termasuk pencari kerja itu sendiri. Ketidakmampuan pedagang dari
Namun kenyataan dapat memberikan sisi finansial tidak diperhatikan, hal ini
jawaban terhadap peluang kerja, tetapi terlihat dari sewa gedung yang jauh dari
juga memberikan kontribusi dalam jangkauan pedagang. Selain itu
mengurangi pengangguran, tetapi jjuga kesulitan yang dihadapi adalah akses ke
memberikan harapan perkembangan pasar yang sulit baik bagi pedagang
usaha bagi masyarakat kecil di wilayah maupun bagi masyarakat pembeli.

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 2


Belum lagi konstruksi bangunan pasar Pasar Senapelan di pilih karena di pasar
yang berlantai banyak, dengan tidak ini banyak sekali Pedagang Kaki Lima
disertai fasilitas pendukung seperti (PKL) yang berjualan di badan jalan.
parkir, akses ke lantai atas, dan fasilitas Populasi dalam penelitian ini
lainnya. adalah para Pedagang Kaki Lima (PKL)
Kenyataan para pedagang yang berjualan di Pasar Senapelan
banyak secara langsung berjualan Pekanbaru yang berjumlah 42 orang
dibadan jalan. Sehingga secara langsung pedagang. Sedangkan jumlah sampel
berdampak kepada pengguna jalan yang dalam penelitian ini adalah seluruh
terganggu oleh keberadaan PKL ini populasi yang berjumlah sebanyak 42
berjualan dibadan jalan. Peraturan orang pedagang. Teknik pengambilan
daerah tersebut merupakan perencanaan sampel menggunakan teknik Sensus, hal
kebijakan komunikasi pemerintah kota ini dikarenakan jumlah populasi di
pekanbaru dalam menciptakan suasana bawah 100 orang.
kota yang indah, bersih dan tertib Adapun jenis dan sumber data
sebagaimana program milik pemerintah dalam penelitian ini adalah sebagai
kota pekanbaru. Sejalan dengan berikut:
peraturan daerah nomor 5 tahun 2002, a. Data Primer adalah data yang
maka keberadaan pedagang kaki lima diperoleh langsung dari responden.
yang berjualan menggunakan badan Adapun data primer dalam
jalan harus ditertibkan karena penelitian ini meliputi data tingkat
melanggar perda. pendidikan, usia responden, lama
Masalah pedagang kaki lima ini berjualan, jumlah pendapatan dan
merupakan masalah yang tidak bisa jumlah tanggungan.
dilepaskan dari masalah ledakan b. Data Sekunder adalah data yang
penduduk dari suatu pertumbuhan diperoleh atau dikumpulkan dari
perkotaan, sebagian besar mereka berbagai sumber yang telah ada
tergolong dalam masyarakat dari lapisan buku, surat kabar, internet dan lain-
ekonomi yang rendah, dalam struktur lain.
ekonomi dan sosial Indonesia. Ciri khas Adapun teknik pengumpulan
yang menonjol dari kelompok ini ialah data dalam penelitian ini adalah sebagai
ketidak teraturan mereka menjajakan berikut:
dagangannya, yang secara hukum a. Interview yaitu wawancara dengan
sebenarnya melanggar ketentuan yang menggunakan daftar pertanyaan
berlaku. yang sudah di susun secara
Masalah pedagang kaki lima ini sistematis dan bersifat terpimpin.
sudah diseminarkan di negara lain yang Artinya daftar pertanyaan tersebut
diprakarsai oleh International dipegang oleh si peneliti bukan
Development, mengenai “hawkers and diserahkan kepada responden.
vendors” = pedagang kaki lima b. Observasi adalah pengamatan
(hawkers = penjaja, vendors = penjual langsung terhadap aktivitas
keliling), seperti diadakan di Malaysia, dilapangan guna untuk melengkapi
Philipina, Singapura dan Indonesia data yang diperoleh melalui dua
Jakarta, Bandung). (Tengku, 2007:32). teknik pengumpulan data di atas.
c. Angket yaitu yaitu dengan
B. METODE PENELITIAN menyebarkan angket yang berisikan
Penelitian ini dilakukan di Kota identitas responden dan beberapa
Pekanbaru, yaitu di Pasar Senapelan.

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 3


pertanyaan yang telah disediakan jalan-jalan trotoar. Pedagang kaki lima
alternative jawabannya. juga bisa disebut wiraswasta adalah
Untuk menganalisis data, penulis orang yang berjiwa pejuang, gagah,
menggunakan metode deskriptif luhur, berani layak menjadi teladan
kualitatif. Analisis data dilakukan dalam bidang usaha dalam landasan
dengan cara menerangkan data ke berdiri diatas kaki sendiri. (Soeryanto,
dalam bentuk-bentuk tabel frekuensi 2009:89)
dengan analisis yang dilengkapi dengan Pendapat yang sama juga
persentase yang tujuannya dimaksudkan dikemukakan oleh Pemerintah Jakarta
untuk menggambarkan kecendrungan dalam Perda DKI Jakarta Nomor 5
maksimum dan minimum. tahun 1978 atas dasar faktor lokasi
(Chandrakirana dan Sadoko, 2005: 73)
C. TINJAUAN PUSTAKA yang mendefinisikan PKL sebagai
1. Pengertian Pedagang Kaki Lima mereka yang di dalam usahanya
(PKL) mempergunakan bagian jalan/trotoar
Menurut Nugroho (2003:159) dan tempat-tempat umum untuk
Pedagang Kaki Lima atau disingkat kepentingan umum yang bukan
PKL adalah istilah untuk menyebut diperuntukkan tempat usaha serta
penjaja dagangan yang melakukan tempat lain yang bukan miliknya.
kegiatan komersial di atas daerah milik Pedagang kaki lima (PKL)
jalan (DMJ) yang diperuntukkan untuk adalah salah satu usaha dalam
pejalan laki. Ada pendapat yang perdagangan dan salah satu wujud
menggunakan istilah PKL untuk sektor informal. Pedagang kaki lima
pedagang yang menggunakan gerobak. adalah orang yang dengan modal yang
Istilah itu sering ditafsirkan demikian relatif sedikit berusaha di bidang
karena jumlah kaki pedagangnya ada produksi dan penjualan barang-barang
lima. Lima kaki tersebut adalah dua (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan
kaki pedagang ditambah tiga "kaki" kelompok tertentu di dalam masyarakat,
gerobak (yang sebenarnya adalah tiga usaha tersebut dilaksanakan pada
roda atau dua roda dan satu kaki). tempat-tempat yang dianggap strategis
Menurut Damsar (2002:51) dalam suasana lingkungan yang
Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) informal (Sinambela, 2008:14).
adalah mereka yang melakukan Pedagang Kaki Lima awalnya
kegiatan usaha dagang perorangan atau berasal dari para pedagang yang
kelompok yang dalam menjalankan menggunakan gerobak dorong yang
usahanya menggunakan tempat-tempat memiliki tiga roda. Diatas kereta
fasilitas umum, seperti terotoar, pinggir- dorong itulah ia meletakkan berbagai
pingir jalan umum, dan lain sebagainya. barang dagangannya, menyusuri
Pedagang yang menjalankan kegiatan pemukiman penduduk dan
usahanya dalam jangka tertentu dengan menjajakannya kepada orang-orang
menggunakan sarana atau perlangkapan yang berminat. Dengan dua kaki
yang mudah dipindahkan, dibongkar pedagang kaki lima ditambah tiga roda
pasang dan mempergunakan lahan kereta dorong itulah, mereka kemudian
fasilitas umum. dikenal sebagai pedagang kaki lima.
Pedagang kaki lima adalah Istilah pedagang kaki lima
sebagai hawkers yaitu orang-orang yang konon berasal dari jaman pemerintahan
menawarkan barang-barang atau jasa Rafles, Gubernur Jenderal pemerintahan
untuk dijual ditempat umum, terutama Kolonial Belanda, yaitu dari kata ”five

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 4


feet” yang berarti jalur pejalan kaki Menurut Susanto (2006:25)
dipinggir jalan selebar 5 (lima) kaki. salah seorang pengamat dari Fakultas
Ruang tersebut digunakan untuk Hukum Unpar dalam hasil
kegiatan berjualan pedagang kecil penelitiannya yang berjudul “Masalah
sehingga disebut dengan pedagang kaki Pedagang Kaki Lima di Kotamadya
lima. Bandung dan penertibannya melalui
Sebenarnya istilah kaki lima operasi TIBUM 1980”, menyatakan
berasal dari masa penjajahan kolonial bahwa yang dimaksud dengan pedagang
Belanda. Peraturan pemerintahan waktu kaki lima ialah orang (pedagang-
itu menetapkan bahwa setiap jalan raya pedagang) golongan ekonomi lemah,
yang dibangun hendaknya menyediakan yang berjualan barang kebutuhan
sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas sehari-hari, makanan atau jasa dengan
untuk pejalan adalah lima kaki atau modal yang relatif kecil, modal sendiri
sekitar satu setengah meter. atau modal orang lain, baik berjualan di
Sekian puluh tahun setelah itu, tempat terlarang ataupun tidak. Istilah
saat Indonesia sudah merdeka, ruas kaki lima diambil dari pengertian
jalan untuk pejalan kaki banyak tempat di tepi jalan yang lebarnya lima
dimanfaatkan oleh para pedagang untuk kaki (5 feet). Tempat ini umumnya
berjualan. Dahulu namanya adalah terletak ditrotoir, depan toko dan tepi
pedagang emperan jalan, sekarang jalan.
menjadi pedagang kaki lima. Padahal Adapun ciri-ciri pedagang kaki
jika merunut sejarahnya, seharusnya lima ialah :
namanya adalah pedagang lima kaki. 1. Kegiatan usaha, tidak terorganisir
Di beberapa tempat, pedagang secara baik
kaki lima dipermasalahkan karena 2. Tidak memiliki surat izin usaha
mengganggu para pengendara 3. Tidak teratur dalam kegiatan usaha,
kendaraan bermotor, mengunakan baik ditinjau dari tempat usaha
badan jalan dan trotoar. Selain itu ada maupun jam kerja.
PKL yang menggunakan sungai dan 4. Bergerombol di trotoar, atau di
saluran air terdekat untuk membuang tepi-tepi jalan protokol, di pusat-
sampah dan air cuci. Sampah dan air pusat dimana banyak orang ramai.
sabun dapat lebih merusak sungai yang 5. Menjajakan barang dagangannya
ada dengan mematikan ikan dan sambil berteriak, kadang-kadang
menyebabkan eutrofikasi. Tetapi PKL berlari mendekati konsumen.
kerap menyediakan makanan atau PKL memiliki karakteristik
barang lain dengan harga yang lebih, pribadi wirausaha, antara lain mampu
bahkan sangat, murah daripada membeli mencari Dan menangkap peluang usaha,
di toko. Modal dan biaya yang memiliki keuletan, percaya diri dan
dibutuhkan kecil, sehingga kerap kreatif, serta inovatif. PKL mempunyai
mengundang pedagang yang hendak potensi yang sangat besar dan dapat
memulai bisnis dengan modal yang dimanfaatkan sebagai berikut :
kecil atau orang kalangan ekonomi 1. PKL tidak dapat dipisahkan dari
lemah yang biasanya mendirikan unsur budaya dan eksistensinya
bisnisnya di sekitar rumah mereka. tidak dapat dihapuskan.
2. PKL dapat dipakai sebagai
2. Ciri-ciri dan Karakteristik penghias kota apabila ditata dengan
Pedagang Kaki Lima (PKL) baik
3. PKL menyimpan potensi pariwisata

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 5


4. PKL dapat menjadi pembentuk Adalah orang atau badan sebagai
estetika kota bila didisain dengan perantara dalam perdagangan yang
baik kegiatannya menjual atau membeli
Karakteristik aktivitas PKL barang dagangan akan tetapi atas
dapat ditinjau baik dari sarana fisik nama sendiri, dan bertanggung
dalam ruang perkotaan. Karakteristik jawab atas segala tindakannya
dari PKL dijabarkan oleh Simanjutak dengan memperoleh balas jasa
(2009: 44) sebagai berikut: tersebut. Balas jasa untuk
1. Aktivitas usaha yang relatif komisioner adalah komisi.
sederhana dan tidak memiliki 6. Agen
sistem kerjasama yang rumit dan Ada dua macam, yaitu:
pembagian kerja yang fleksibel. a. Agen penjualan, adalah orang atau
2. Skala usaha relatif kecil dengan badan yang kegiatannya
modal usaha, modal kerja dan menjualkan barang hasil produksi
pendapatan yang umumnya relatif milik produsen tertentu kepada
kecil. konsumen atau kepada pedagang
3. Aktivitas yang tidak memiliki izin kecil.
usaha . b. Agen pembelian, adalah orang atau
badan yang kegiatannya membeli
3. Jenis-jenis Pedagang barang-barang hasil produksi dari
Menurut Anderson dalam produsen untuk para pembeli atau
Wahab (2004:8), jenis-jenis pedagang konsumen yang membutuhkan di
adalah sebagai berikut: suatu daerah tertentu.
1. Agen 7. Eksportir dan importer
Adalah lembaga saluran distribusi Eksportir adalah pihak yang
yang melakukan transaksi jual beli menjual barang dari dalam negeri ke
barang produksi perusahaan. luar negeri. Importir adalah pihak yang
2. Pedagang besar atau grosir membeli barang dari luar negeri
Adalah pedagang yang secara kemudian menjualnya di dalam negeri.
langsung membeli produksi Eksportir dan importir kegiatannya
perusahaan dalam jumlah partai adalah termasuk perdagangan
yang besar, lalu menjualnya kepada internasional.
pedagang kecil (toko, warung, kios, Sedangkan Perdagangan
dan swalayan). dibedakan atas perdagangan besar dan
3. Pedagang eceran atau retailer perdagangan kecil. Dalam perdagangan
Adalah pedagang yang membeli besar jual beli berlangsung secara besar-
barang dari pedagang besar lalu besaran. Dalam perdagangan besar,
menjualnya kepada konsumen. barang tidak dijual/disampaikan
4. Makelar langsung kepada konsumen atau
Adalah wakil untuk pembeli atau pengguna, sedangkan dalam
penjual, makelar mengadakan perdagangan kecil, jual beli berlangsung
perjanjian-perjanjian atas nama secara kecil-kecilan dan barang dijual
mereka dalam penjualan atau langsung kepada konsumen.
pembelian suatu barang. Balas jasa
untuk makelar dinamakan kurtasi 4. Kebijakan Pemerintah Tentang
atau provisi. Ketertiban Umum
5. Komisioner Di dalam Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 5 Tahun 2002 Tentang

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 6


Ketertiban Umum khususnya tentang kebijaksanaan dalam dua bentuk
Tertib Usaha Tertentu pasal 19 ayat 1 di kategori, yaitu :
Kota Pekanbaru. Salah satu cara untuk Non Implementation (Tidak
menciptakan keberhasilan penerapan Terimplementasi), Bahwa suatu
kebijakan Pemerintah kepada kebijaksanaan tidak dilaksanakan sesuai
masyarakat khususnya kepada dengan rencana.
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang Unsuccesfull Implementation
menjadi target atau sasaran kebijakan (Implementasi yang tidak berhasil),
tersebut harus ditransmisikan dengan merupakan suatu kebijaksanaan tertentu
baik, sehingga Peraturan Daerah (Perda) telah dilaksanakan sesuai dengan
tersebut dapat di terapkan dengan baik. rencana namun mengingat kondisi
Perumusan suatu kebijakan eksternal ternyata tidak menguntungkan
Negara merupakan suatu proses yang kebijaksanaan tersebut dan tidak
tidak mudah. Banyak faktor yang berhasil dalam mewujudkan dampak
berpengaruh terhadap proses pembuatan atau hasil akhir yang dikehendaki.
kebijakan. Menurut Islamy dalam Alvin Meter dan Horn dalam Sujianto
Ferino (2010:29) ada 6 langkah (2008 : 35) mengatakan, bahwa yang
perumusan kebijakan negara , yaitu : menentukan keberhasilan
1. Perumusan Masalah implementasi kebijakan antara lain :
2. Proses memasukkan masalah 1. Standar dan Tujuan Kebijakan
kebijakan Negara kedalam agenda (Policy standars objecties)
pemerintah Standar dan tujuan
3. Perumusan usulan kebijakan kebijakan memberikan perhatian
Negara kedalam agenda pemerintah utama pada faktor-faktor yang
4. Proses legitimasi kebijakan Negara menentukan hasil kerja, maka
5. Pelaksanaan kebijakan Negara identifikasi indikator-indikator
6. Penilaian kebijakan hasil kerja merupakan hal yang
Langkah-langkah proses penting dalam analisis. Karena
perumusan masalah ini berguna untuk indikator ini menilai, sejauh mana
melihat atau menentukan apakah setiap standar dan tujuan menjelaskan
masalah yang muncul perlu dipecahkan keseluruhan kebijakan, ini terbukti
oleh suatu kebijaksanaan yang karena mudah diukur dalam
dikeluarkan oleh pembuat berbagai kasus.
kebijaksanaan. Proses ini akan dilihat 2. Sumber daya Kebijakan (Policy
lagi apakah kebijaksanaan tersebut akan Resources)
mudah dilaksanakan atau sebaliknya, Implementasi kebijakan
dan hasil implementasi kebijaksanaan bukan hanya pada standar dan
itu apakah akan berdampak positif atau tujuan, tetapi juga menyediakan
negatif dan apakah akan berpengaruh sumberdaya yang digunakan
terhadap kebijaksanaan selanjutnya. untuk memudahkan administrasi.
Secara sederhana keberhasilan Sumberdaya yang dimaksudkan
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi meliputi dana dan insentif yang
keberhasilan dalam mencapai tujuan diharapkan dapat menunjang
(sasaran) dan keberhasilan dalam proses implementasi yang efektif.
(pelaksanaan). Hogwood dan Gunn 3. Aktifitas Pengamatan dan
(dalam Sumaryadi 2005:84) telah Komunikasi Interorganisasional
membagi pengertian kegagalan (Interoganizational Comunication
and enforcement Activities)

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 7


Implementasi yang efektif b. Arah respon pelaksana terhadap
memerlukan standar dan tujuan implementasi
program dipahami oleh individu- c. Intensitas dari respon pelaksana
individu yang bertanggung jawab Empat variabel yang
agar implementasi tercapai. Maka dikembangkan Meter dan Horn dalam
perlu melibatkan komunikasi yang menentukan keberhasilan
konsisten dengan maksud implementasi, menunjukkan adanya
mengumpulkan informasi. pengaruh dari sikap para pembuat
Pada waktu implementasi kebijakan sendiri, tetapi juga ada
kebijakan tidak terlepas dari pengaruh unsur-unsur yang eksternal yang masih
ekonomi, sosial dan politik (Ekosospol). melihat kehendak kelompok sasaran.
Pengaruh Eksospol terhadap kebijakan Dengan demikian, akan ada
pemerintah telah menjadi perhatian keseimbangan yang menunjukkan
utama, walau dampak dari faktor ini keserasian antara program yang dibuat
baru sedikit mendapat perhatian. Tapi dengan kehendak kelompok sasaran.
faktor ini memiliki efek yang Ini dilakukan melalui komunikasi
menonjol terhadap keberhasilan antara pembuat kebijakan dengan
aktivitas pelaksana. Ada beberapa hal pelaksananya.
yang berhubungan dengan faktor Grindle dalam Nugroho
Eksospol yaitu : (2004:174) mengatakan tentang
a. Apakah sumber daya ekonomi keberhasilan Implementasi kebijakan
yang tersedia dalam organisasi yaitu: setelah kebijakan
pelaksana cukup memadai untuk ditransformasikan, maka implementasi
menunjang keberhasilan kebijakan dilakukan. Keberhasilannya
pelaksanaan. ditentukan oleh derajad
b. Sejauh mana atau bagaimana Implementability dari kebijakan
kondisi-kondisi sosial ekonomi tersebut. Isi kebijakan mencakup:
yang akan mempengaruhi 1. Kepentingan yang terpenuhi oleh
pelaksanaan kebijakan. kebijakan
c. Bagaimana sifat umum ; seberapa 2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan
jelas masalah kebijakan yang 3. Derajat perubahan yang diinginkan
terkait. 4. Kedudukan pembuat kebijakan
d. Apakah kelompok elite menyetujui 5. Siapa pelaksana program
atau menentang pelaksanaan Sementara itu situasi
kebijakan. implementasinya adalah:
e. Apakah karakteristik pertisipan 1. Kekuasaan, kepentingan dan akor
dari organisasi pelaksana ; ada yang terlibat
oposisi atau dukungan partisipan 2. Karakteristik lembaga penguasa
untuk kebijakan tersebut. 3. Keputusan dan daya tanggap
4. Disposisi atau Sikap Pelaksana Sujianto (2008 : 69) juga
Variabel ini menyangkut memiliki pendapat yang sama dengan
masalah persepsi-persepsi pelaksana George C. Edward, mengenai variabel-
dalam juridis dimana kebijakan variabel yang mempengaruhi
disampaikan. Ada tiga unsur yang keberhasilan implementasi, kecuali
mempengaruhi pelaksana dalam Sujianto mengganti satu variabel yakni
mengimplementasikan kebijakan: variabel struktur birokrasi dengan jenis
a. Kognisi (pemahaman dan manfaat yang diperoleh.
pengetahuan) 1) Komunikasi

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 8


Komunikasi yang dimaksudkan Pedagang Kaki Lima (PKL) akan
adalah kelancaran, kejelasan dan mudah dimplementasikan, karena
konsistensi menyampaikan atau tingkat kepatuhan dari target groups
pengiriman perintah dan arahan atau (kelompok sasaran relatif akan tinggi.
informasi dari Pemerintah kepada Para Atau program yang menjanjikan
Pedagang Kaki Lima (PKL) keuntungan atau manfaat yang jelas
2) Sumber daya bagi kelompok sasaran maka dukungan
Walau isi kebijakan sudah terhadap implemntasi program akan
dikomunikasikan secara jelas dan mudah diperoleh. Sebaliknya jika
konsisten, tetapi apabila implementor kelompok sasaran tidak dapat
kekurangan sumber daya maka untuk memahami manfaat yang akan
melaksanakan implementasi tidak akan diperoleh dukungan bagi proses
berjalan efektif. Nogi (2003:45) sumber implementasi program.
daya tersebut dapat berwujud sumber Berdasarkan pendapat di atas
daya manusia yaitu kompetensi terlihat dengan jelas bahwa beberapa
implementor, dan sumber daya finansial kebijakan yang dapat dilakukan
termasuk berbagai fasilitas sarana dan pemerintah dalam menertibkan pada
prasarana didalam hal tersebut harus Para Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah
memberikan pelayanan agar dapat dengan melakukan beberapa tahapan
menerapkan aturan tentang Para yang dimulaidari proses penyampaian
Pedagang Kaki Lima (PKL). informasi atau komunikasi, menyiapkan
3) Sikap atau tindakan sumber daya manusia cukup dan
Sikap atau tindakan pelaksana, berkompeten, melakukan sikap atau
yaitu sikap pelaksana untuk mempunyai tindakan seperti sosialisasi dan
kemauan atau niat atau motivasi penggusuran dan menyampaikan arti
psikologis untuk melaksanakan pentingnya manfaat yang akan di dapat
kebijakan. Menurut Nogi (2003 : 49) oleh Para Pedagang Kaki Lima (PKL)
mengatakan disposisi adalah watak dan tentang kebijakan yang sudah di buat.
karakteristik yang dimiliki oleh Untuk melaksanakan Perda
implementor contohnya komitmen, tersebut maka dikeluarkanlah Peraturan
kejujuran dan sifat demokratis. Walikota Nomor 31 Tahun 2007
Apabila implementor memiliki Tentang Pembentukan Tim Terpadu
disposisi yang baik maka akan dapat Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL)
menjalankan kebijakan dengan baik se-Kota Pekanbaru. Maka pelaksanaan
seperti apa yang diinginkan oleh ketertiban umum ini adalah terdiri dari :
pembuat kebijakan. Ketika implementor 1. Asisten Pemerintahan Setko
memiliki sikap atau perspektif yang Pekanbaru
berbeda dengan pembuat kebijakan 2. Kepala Dinas Pasar Kota
tentang Para Pedagang Kaki Lima Pekanbaru
(PKL), maka pelaksanaanya tidak 3. Kepala Dinas Perhubungan Kota
menjadi efektif. Pekanbaru
4) Jenis Manfaat yang diperoleh 4. Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Pekanbaru
(Type of benefit) Para Pedagang
5. Kepala Dinas Kimpraswil Kota
Kaki Lima (PKL) Pekanbaru
Suatu program yang 6. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran
memberikan manfaat/menyediakan Kota Pekanbaru
manfaat-manfaat kolektif Para

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 9


7. Kepala Bagian Pemerintahan Setko kaget merupakan fenomena sosial yang
Pekanbaru dapat ditemukan.
8. Kepala Kantor Satpol PP Hampir tiap hari di media massa,
9. Kepala Bagian Keuangan Setko baik cetak maupun elektronik, memuat
Pekanbaru berita mengenai penggusuran atau
10. Kepala Bagian Hukum Setko penertiban PKL. Pedagang
Pekanbaru berkepentingan untuk mencari nafkah,
11. Kepala Bagian Perkotaan Setko namun di sisi lain pemerintah
Pekanbaru menertibkan dan memperindah tata
12. Kepala Bagian Organisasi Setko ruang kota. Pada sisi yang lain, investor
Pekanbaru baik secara mandiri maupun
13. Kasubdin Ketertiban dan berkerjasama dengan pemerintah,
Kebersihan Dinas Pasar membangun pasar-pasar modern, secara
14. Kasubdin Perhubungan Darat Dinas tidak langsung menggusur pasar
Perhubungan tradisional dan pedagang kecil.
15. Camat Se-Kota Pekanbaru Kebijakan sudah dilakukan oleh
16. Kasi Ops. Satpol PP pemerintah Kota Pekanbaru untuk
17. Lurah Se-Kota Pekanbaru penertiban bentuk usaha tertentu dengan
18. Kasubbag Perangkat Daerah mencanangkan tempat-tempat yang
Tim Terpadu ini mempunyai tugas : boleh dijadikan tempat usaha seperti
a. Melakukan sosialisasi kebersihan, pasar formal dan tempat-tempat lain,
keindahan, dan ketertiban (K3) namun kenyatannya belum berhasil
kepada para pedagang maksimal. Ini terlihat banyaknya para
b. Menerapkan Program kebersihan, pedagang kaki lima yang belum mau
keindahan, dan ketertiban (K3) pindah ke lokasi pasar yang telah
dalam wilayah Kota Pekanbaru disediakan pemerintah.
c. Melakukan Penertiban Pedagang Selanjutnya surat edaran Nomor
dilokasi yang tidak dibenarkan oleh 300-Pol.PP/126 Pekanbaru 26 Maret
Pemerintah Kota Pekanbaru 2010 mengatakan: Berdasarkan
d. Melakukan tindakan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru
ketentuan peraturan Perundang- Nomor 5 Tahun 2002 tentang
undangan yang berlaku dengan Ketertiban Umum Pasal 19 Ayat 1 yang
mengedepankan cara pesuasif. mengatakan “Dilarang menempatkan
Adanya kebijakan yang mengatur Benda/Barang dalam bentuk apapun di
ketertiban umum di Kota Pekanbaru tepi jalan, jalur hijau, trotoar dan
tentu merupakan hal yang penting bagi tempat-tempat umum dengan tujuan
penduduk dan perkembangan kota dan untuk menjalankan suatu usaha ataupun
diharapkan dapat menciptakan tidak, kecuali tempat-tempat yang
keamanan dan kenyamanan masyarakat diizinkan oleh walikota atau pejabat
dalam melangsungkan kehidupan. yang ditunjuk”.
Namun kenyataannya dalam Hal ini telah melanggar Ketentuan
pelaksanaan perda terutama dalam PP Nomor 34 tahun 2006 Pasal 45 ayat
bidang tertib usaha tertentu ini menuai 1 yang berbunyi: ”setiap orang dilarang
beberapa permasalahan dalam bentuk menggunakan ruang pengawasan jalan
penempatannya. Seperti keberadaan sebagaimana dimaksud dengan pasal 44
pedagang kaki lima (PKL) semakin yang mengakibatkan terganggunya
maraknya pasar dadakan dan pasar fungsi jalan” dan pasal 28 ayat 1 UU
Nomor 22 tahun 2009 yang berbunyi”

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 10


setiap orang dilarang menggunakan Polisi Pamong Praja sebagai upaya
perbuatan yang mengakibatkan untuk menerapkan Peraturan Daerah
kerusakan dan fungsi jalan. Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2002
Tentang ketertiban umum khususnya
5 Penelitian Yang Relevan Pasal 19 ayat 1 tentang penertiban
Adapun beberapa penelitian Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota
yang relevan dengan penelitian penulis Pekanbaru.
adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil wawancara
Desi Mulyati (2012) yang yang penulis lakukan Dinas Pasar dan
membahas tentang Implementasi Satuan Polisi Pamong Praja kepatuhan
Kebijakan Tentang Ketertiban Umum di birokrat bawahan kepada atasannya
Kota Pekanbaru. Impelementasi masih dalam kategori kurang baik,
kebijakan merupakan lanjutan sedangkan hasil wawancara yang
rangkaian kegiatan setelah suatu penulis lakukan dengan Pedagang Kaki
kebijakan dirumuskan. Tanpa Lima (PKL) diketahui bahwa proses
implementasi, maka kebijakan yang implementasi Peraturan Daerah (Perda)
telah dirumuskan dianggap sia-sia. Nomor 5 Tahun 2002 tentang
Begitu juga dengan proses Ketertiban umum di Kota Pekanbaru,
implementasi Peraturan Daerah Kota dapat diketahui bahwa faktor-faktor
Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2002 komunikasi dan disposisi yang dimiliki
Tentang ketertiban umum khususnya oleh Dinas Pasar Kota Pekanbaru
Pasal 19 ayat 1 tentang penertiban sudah ” Baik”, sedangkan faktor
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota manfaat dan sumber daya masih ”Tidak
Pekanbaru. Baik”.
Tujuan dari penciptaan Beberapa saran yang diusulkan
ketertiban umum adalah untuk adalah Dinas Pasar dan Polisi Pamong
melindungi warga kota, maupun Praja dapat menyampaikan informasi
prasarana dan sarana kota berupa jalan- kepada para Pedagang Kaki Lima
jalan, jalur hijau dan taman-taman serta (PKL) secara transparansi dan jelas,
perlengkapan kota lainnya. Hal ini sehingga para Pedagang Kaki Lima
sesuai dengan Perda Nomor 5 Tahun (PKL) dapat menerima informasi secara
2002 ini berisi tentang 5 kategori tertib pasti, Perlu adanya kerja sama yang
yaitu Tertib jalan, jalur hijau, taman, baik dengan semua pihak, terutama
dan tempat umum, Tertib sungai, dengan para Pedagang Kaki Lima
saluran air, dan kolam, Tertib usaha (PKL) dan Perlu adanya kejelasan
keamanan lingkungan, Tertib usaha tentang manfaat yang akan dirasakan
tertentu, dan Tertib susila. oleh para Pedagang Kaki Lima (PKL)
Penelitian ini menggunakan tentang pemberlakukan kebijakan
metode deskriptip, penulis tersebut.
mengumpulkan data yang didapat dari Penelitian yang lain seperti yang
hasil wawancara dengan petugas Dinas dilakukan oleh Engla Nelman Mike
Pasar, Satuan Polisi Pamong Praja dan (2012) dengan judul penelitian Jaringan
beberapa Pedagang Kaki Lima (PKL) di Sosial Pedagang Aksesoris di Pasar
Pekanbaru. Pengukuran proses Sukaramai Lantai II Kota Pekanbaru.
implementasi sendiri didasarkan pada Pedagang Aksesoris di Pasar Sukaramai
pola koordinasi dan pengawasan yang yang berada di Lantai II berjumlah 18
dilakukan oleh Dinas Pasar Kota orang yang terdiri dari 16 orang laki-
Pekanbaru yang dibantu oleh Satuan laki dan 2 orang perempuan.

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 11


Berdasarkan hasil peneliltian Lima (PKL) memiliki pendidikan antara
diketahui bahwa sebagian besar SD – SLTA hingga D3 dan hanya
pedagang aksesoris ini berasal dari sebagian kecil saja Pedagang Kaki Lima
daerah Sumatera Barat. Letak lokasi (PKL) yang memiliki pendidikan
para pedagang akseoris ini adalah Sarjana.
strategis dengan persentase 88,89 % Rata-rata jumlah tanggungan
atau sekitar 16 orang yang mendapatkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar
tempat strategis. Senapelan Pekanbaru adalah sebanyak 2
– 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
D. HASIL DAN PEMBAHASAN rata-rata Pedagang Kaki Lima (PKL) di
1. Karakteristik Pedagang Kaki Pasar Senapelan Pekanbaru sudah
Lima (PKL) berkeluarga dan memiliki tanggungan
Berdasarkan hasil analisa dapat seperti anak sekolah dan lain-lain,
disimpulkan bahwa rata-rata usia sedangkan untuk Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar (PKL) di Pasar Senapelan Pekanbaru
Senapelan Pekanbaru berada di antara yang masih belum memiliki tanggungan
21 – 35 tahun yakni sebanyak 18 orang dikarenakan sebagian mereka belum
atau sebesar 42.9 %. Hal ini berkeluarga.
menunjukkan bahwa usia Pedagang Besarnya jumlah tanggungan
Kaki Lima (PKL) di Pasar Senapelan umumnya menyebabkan Pedagang Kaki
Pekanbaru masih tergolong muda dan Lima (PKL) harus berusaha keras untuk
dalam masa produktif. berjualan. Sebagian besarnya Pedagang
Secara teori juga dapat Kaki Lima (PKL) pada umumnya sudah
dijelaskan bahwa diusia produktif memiliki tanggungan di atas 1 orang
umumnya seseorang akan selalu karena sebagian besar Pedagang Kaki
berusaha dan bekerja keras untuk Lima (PKL) pada umumnya sudah
memenuhi kebutuhan hidupnya karena berkeluarga dan sudah memiliki
pada usia produktif tersebut seseorang tanggungan untuk istri dan anak.
mulai memikirkan masa depannya. Rata-rata jumlah pendapatan
Itulah sebabnya banyak sekali kita Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar
temukan Pedagang Kaki Lima (PKL) Senapelan Pekanbaru adalah sedang
yang sebagian besar masih berusia yakni berkisar antara Rp. 1.500.000 –
produktif. Rp. 2.500.000. Hal ini menunjukkan
Rata-rata pendidikan terakhir bahwa pendapatan Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar (PKL) di Pasar Senapelan Pekanbaru
Senapelan Pekanbaru adalah masih cukup rendah karena tidak
berpendidikan sedang yakni tamatan sebanding dengan besarnya biaya
SMA – Diploma. Hal ini menunjukkan tanggungan yang harus di keluarkan
bahwa tingkat pendidikan yang mereka oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) di
miliki masih kurang memungkinkan Pasar Senapelan Pekanbaru yang rata-
bagi pedagang untuk bersaing. rata memiliki tanggungan antara 2 – 4
Tingkat pendidikan sangat erat orang.
kaitannya dengan jenis pekerjaan yang Besar kecilnya pendapatan akan
akan dilakukan seseorang. Itu sebabnya sangat mempengaruhi para Pedagang
sebagian besar Pedagang Kaki Lima Kaki Lima (PKL) dalam berjualan. Jika
(PKL) memiliki tingkat pendidikan penghasilan yang diperoleh dilokasi
yang masih tergolong rendah, dimana pasar yang sudah diatur oleh pemerintah
sebagian besar rata-rata Pedagang Kaki setempat seperti pusat perbelanjaan

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 12


dengan harga sewa kios yang cukup Rata-rata kelancaran
mahal namun tingkat penjualan sepi, penyampaian informasi kepada para
maka hal ini akan memaksa para Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar
Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk Senapelan Pekanbaru adalah rendah,
berjualan di badan jalan atau di yakni tidak sampai kepada seluruh
sembarangan tempat demi meraup Pedagang Kaki Lima (PKL) mengenai
rezeki. berbagai informasi penting terkait
Rata-rata Pedagang Kaki Lima dengan aturan dan kebijakan
(PKL) di Pasar Senapelan Pekanbaru Pemerintah Daerah (Pemda) yang
baru menetap di di Pekanbaru sekitar 5 berhubungan dengan ketertiban umum
– 10 Tahun. Sedangkan sisanya adalah termasuk larangan-larangan yang
warga asli yang sudah menetap di atas berhubungan berjualan di badan jalan.
15 tahun dan selebihnya adalah Berdasarkan hasil wawancara di
pendatang yang baru menetap di bawah atas dapat diambil kesimpulan bahwa
5 tahun. selama ini pihak Dinas Pasar telah
Umumnya para Pedagang Kaki menyampaikan informasi kepada
Lima (PKL) adalah warga perantauan seluruh pedagang, namun sebagian
yang tidak memilliki pekerjaan tetap pedagang menyebutkan bahwa
dan belum lama tinggal disuatu daerah. informasinya hanya sampai kepada
Hal ini dikarenakan sebagian besar sebagian pedagang saja. Ini
Pedagang Kaki Lima (PKL) berasal dari menunjukkan bahwa penyampaian
pedesaan yang merantau ke kota demi informasi masih belum lancar.
merubah nasib. Oleh karena itu Rata-rata kelancaran
sebagian besar Pedagang Kaki Lima penyampaian informasi kepada para
(PKL) adalah warga perantauan. Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar
Rata-rata Pedagang Kaki Lima Senapelan Pekanbaru adalah rendah,
(PKL) di Pasar Senapelan Pekanbaru yakni tidak dijelaskan secara langsung
berjualan selama 5-10 tahun, sedangkan kepada para Pedagang Kaki Lima
sisanya adalah baru berjualan di bawah (PKL). Hal ini menunjukkan bahwa
5 tahun dan selebihnya di atas 15 tahun. kejelasan penyampaian informasi
Lamanya Pedagang Kaki Lima kepada para Pedagang Kaki Lima
(PKL) berjualan di badan jalan (PKL) di Pasar Senapelan Pekanbaru
umumnya dikarenakan alasan tidak masih rendah dan perlu untuk di
adanya modal yang dimiliki para tingkatkan kembali.
Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk Berdasarkan hasil wawancara di
menyewa kios. Namun kebiasaan atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan selama ini pihak Dinas Pasar telah
di badan jalan dengan biaya operasional berusaha menjelaskan informasi kepada
yang cukup murah seperti hanya seluruh pedagang, namun sebagian
membayar uang kebersihan dan pedagang menyebutkan bahwa
keamanan serta iuran seadanya informasinya hanya dijelaskan kepada
membuat para Pedagang Kaki Lima sebagian pedagang saja. Ini
(PKL) tetap memilih berjualan di badan menunjukkan bahwa kejelasan
jalan hingga bertahun-tahun. informasi masih rendah.
Rata-rata konsistensi
2. Tanggapan Pedagang Kaki Lima penyampaian informasi kepada para
(PKL) Terhadap Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar
Yang Dilakukan Pemerintah Senapelan Pekanbaru adalah rendah,

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 13


yakni hanya sekali disampaikan kepada Rata-rata manfaat jangka pendek
para pedagang. Hal ini menunjukkan yang dapat dirasakan secara langsung
bahwa konsistensi penyampaian bagi para Pedagang Kaki Lima (PKL)
informasi kepada para Pedagang Kaki di Pasar Senapelan Pekanbaru adalah
Lima (PKL) di Pasar Senapelan tinggi, yakni dapat dirasakan secara
Pekanbaru masih perlu ditingkatkan langsung. Hal ini menunjukkan bahwa
lagi oleh pemerintah. sebagian besar para Pedagang Kaki
Rata-rata penyampaian surat Lima (PKL) di Pasar Senapelan
edaran kepada para Pedagang Kaki Pekanbaru dapat merasakan secara
Lima (PKL) di Pasar Senapelan langsung dala jangka pendek terhadap
Pekanbaru adalah sedang, yakni surat tindakan penertiban yang dilakukan
belum diedarkan kepada para pedagang. pemerintah.
Hal ini menunjukkan bahwa Rata-rata manfaat jangka
penyampaian surat edaran kepada para panjang yang dapat dirasakan oleh para
pedagang masih perlu ditingkatkan dan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar
di awasi lagi oleh pihak terkait. Senapelan Pekanbaru adalah rendah,
Rata-rata pemberian peringatan yakni tidak dapat dirasakan secara
kepada para Pedagang Kaki Lima langsung. Hal ini menunjukkan bahwa
(PKL) di Pasar Senapelan Pekanbaru para Pedagang Kaki Lima (PKL) di
adalah sedang, yakni disampaikan Pasar Senapelan Pekanbaru masih
secara tidak rutin atau tidak konsisten. belum dapat merasakan manfaat
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tindakan penertiban yang dilakukan
peringatan kepada para Pedagang Kaki pemerintah dalam jangka panjang.
Lima (PKL) di Pasar Senapelan Berdasarkan hasil wawancara
Pekanbaru masih perlu ditingkatkan lagi tersebut dapat diambil kesimpulan
sehingga para pedagang tidak tidak bahwa tujuan diberlakukan kebijakan
terkejut jika pemerintah Pekanbaru penertiban oleh Pemerintah adalah agar
melakukan tindakan penggusuran. para Pedagang Kaki Lima (PKL) dapat
Rata-rata tindakan penggusuran menciptakan kenyamanan dan
yang dilakukan kepada para Pedagang keamanan dalam berdagang dan mampu
Kaki Lima (PKL) di Pasar Senapelan menciptakan ketertiban umum.
Pekanbaru adalah sedang, yakni belum
dilakukan oleh Dinas Pasar. Hal ini E. KESIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan bahwa pemerintah tidak a. Kesimpulan
serius dalam melakukan penertiban Dari hasil analisis yang telah
kepada para Pedagang Kaki Lima dilakukan, terhadap Pedagang Kaki
(PKL) di Pasar Senapelan Pekanbaru. Lima (PKL) di Pasar Senapelan
Rata-rata manfaat jelas yang Pekanbaru, maka dapat disimpulkan
dapat dirasakan oleh para Pedagang sebagai berikut:
Kaki Lima (PKL) di Pasar Senapelan 1. Rata-rata Pedagang Kaki Lima
Pekanbaru adalah sedang, yakni (PKL) berjenis kelamin pria dengan
manfaatnya masih belum diketahuioleh rata-rata usia Pedagang Kaki Lima
para Pedagang. Hal ini menunjukkan (PKL) di Pasar Senapelan
bahwa para Pedagang Kaki Lima (PKL) Pekanbaru berada di antara 21 – 35
di Pasar Senapelan Pekanbaru masih tahun, pendidikan terakhir tamatan
belum merasakan manfaatnya secara SMA – Diploma, dengan rata-rata
langsung jika penertiban dilakukan oleh jumlah tanggungan sebanyak 2 – 4
pemerintah. orang. Rata-rata jumlah

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 14


pendapatan yakni berkisar antara Pedagang Kaki Lima (PKL) agar
Rp. 1.500.000-Rp.2.500.000, serta para pedagang benar-benar dapat
berjualan selama 5-10 tahun. merasakan kebijakan yang
2. Tanggapan responden terhadap dilakukan oleh Pemerintah Daerah
kebijakan yang dilakukan (Pemda) kepada para pedagang.
pemerintah menyimpukan bahwa
informasi dari Dinas Pasar tidak DAFTAR PUSTAKA
lancar, informasi disampaikan tidak Alvin Ferino, 2010, Analisis Kebijakan
jelas, informasi disampaikan secara Publik. Yogyakarta : University
tidak konsisten, surat edaran belum press.
diedarkan, pemberian periangatan Anderson, 2004, Teori Administrasi
belum diberikan, tindakan Publik. Bandung : Alfabeta.
penggusuran jarang dilakukan. Chandrakirana dan Sadoko, 2005, Teori
3. Adapun manfaat kebijakan yang Administrasi Publik. Bandung :
akan dirasakan oleh para Pedagang Alfabeta.
Kaki Lima (PKL) terhadap Criss Maning, 2001, Kebijakan Publik
kebijakan penertiban yang untuk Pimpinan Berwawasan
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Internasional. Yogyakarta :
(Pemda) masih dianggap kurang Balairung.
bisa dirasakan baik itu manfaat Damsar, 2002, Enam Dimensi Strategis
langsung, manfaat jangka pendek Administrasi Publik. Yogyakarta
maupun manfaat jangka panjang. : Gava Media.
b. Saran Dunn, William N. 2004. Pengantar
Adapun saran yang ingin penulis Analisis Kebijakan Publik.
sampaikan berdasarkan hasil penelitian Yogyakarta : University press.
di atas adalah sebagi berikut: Desi Mulyati, 2012, Implementasi
1. Diharapkan kepada pemerintah Kebijakan Tentang Ketertiban
agar lebih peduli terhadap para Umum di Kota Pekanbaru,
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Skripsi, UR Pers, Pekanbaru.
Pasar Senapelan Pekanbaru Engla Nelman Mike, 2012, Jaringan
khusunya para Pedagang yang tidak Sosial Pedagang Aksesoris di
memiliki kios sendiri dengan Pasar Sukaramai Lantai II Kota
penghasilan yang pas-pasan agar Pekanbaru, Skripsi, UR Pers,
para Pedagang Kaki Lima (PKL) Pekanbaru.
tidak terus terusan berjualan di Grindle, 2007, Teori Administrasi
badan jalan. Publik. Bandung : Alfabeta.
2. Hendaknya para Pedagang Kaki Hogwood dan Gunn, 2005, Reformasi
Lima (PKL) di Pasar Senapelan Pelayanan Publik. Bumi Aksara
Pekanbaru bisa mengikuti : Jakarta.
kebijakan yang diberlakukan oleh McGee dan Yeung, 2007, Teori
Pemerintah Daerah (Pemda) agar Administrasi Publik. Bandung :
para Pedagang Kaki Lima (PKL) Alfabeta.
tidak digusur oleh Dinas Pasar dan Meter dan Horn, 2008, Public Policy
SatPol PP. (Edisi Revisi). Jakarta : Elex
3. Diharapkan kepada Dinas Pasar Media Komputindo
agar dapat menyampaikan berbagai
informasi dan surat edaran secara
langsung dan konsisten kepada para

Jom FISIP Volume 1 No. 2 – Oktober 2014 15

Potrebbero piacerti anche