Sei sulla pagina 1di 12

Pendugaan Evapotranspirasi Bulanan Tanaman Padi Sawah dengan

Menggunakan Model Simulasi Tanaman di Kabupaten Jayawijaya Provinsi


Papua
Yitenus Tabuni1 1, Jelie Viekson Porong 2, Johannes E. X. Rogi 3,
Program Studi Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Manado, 195515 Telp (0431) 864539

ABSTRACT
Rice is the second staple supplies in Jayawijaya Regency of Papua product
beside Sweet potato. The area of rice plant is 250 ha, with production of 655 tons (BPS
data from the Department of Agriculture of Food Crops and Horticulture of Papua
Province 2014). The total area of Jayawijaya Regency is 13,925.31 km2 which is
administratively divided into 40 districts with 4 Kelurahan, and 328 Villages. The
Population area 241. 280 inhabitants. Most of the people live on slope of the hills
whith are difficult to reach and are of temhisby long dryness.
The estimation of the evapotranspiration in this research uses a plant
simulation model. The purpose of this simulation model has advantages, among others,
does not require a long time to utilize the results and cost efficient in terms of cost. This
study aims to estimate the monthly evapotranspiration of wetland rice crops in
Jayawijaya Regency Papua Province by using shierary rice.Ve2 2, 1.
The results of research can be used as a tool for cultivating rice crops
especially for water management. The growth model is a simple representation of the
plant growth system described in the mathematical model and analyzed statistically.
The advantages are derived from the using of model simulations, that such as can
shorten the time to predict the potential of crop production.

Keywords: Evapotranspiration estimation of field and model results

ABSTRAK

Padi merupakan bahan makanan pokok di Kabupaten Jayawijaya Provinsi


Papua kedua setelah ubi jalar. Luas areal tanaman padi 250 ha, dengan produksi 655
ton. (Data BPS dari Dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Papua
2014). Luas wilayah Kabupaten Jayawijaya 13.925.31 km 2 yang secara administrasi
terbagi menjadi 40 Kecamatan dengan 4 Kelurahan, dan 328 Desa. Jumlah penduduk
241. 280 jiwa. Sebagian besar warga hidup di lereng-lereng perbukitan yang sulit
dijangkau dan sering dilanda kekeringan panjang.
Pendugaan evapotranspirasi dalam penelitian ini menggunakan model simulasi
tanaman. Tujuan model simulasi ini menpunyai keuntungan antara lain tidak
membutuhkan waktu yang panjang untuk memanfaatkan hasil dan hemat dari segi
biaya. Penelitian ini bertujuan untuk menduga evapotranspirasi bulanan tanaman padi
sawah di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua dengan menggunakan model simulasi
shierary rice.Ve2 2, 1
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat bantu budidaya tanaman padi
sawah terutama untuk manajemen air. Model pertumbuhan merupakan gambaran
secara sederhana dari sistem pertumbuhan tanaman yang dijabarkan dalam model
matematika dan dianalisis secara statistik. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
simulasi model antara lain adalah dapat mempersingkat waktu untuk memprediksi
potensi produksi tanaman

Kata kunci: Pendugaan evapotranspirasi hasil lapangan dan model


PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI tanaman. Model pertumbuhan tersebut
BULANAN TANAMAN PADI gambaran secara sederhana dari sistem
SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN pertumbuhan tanaman yang dijabarkan
MODEL SIMULASI TANAMAN dalam model matematika dan dianalisis
DI KABUPATEN JAYAWIJAYA secara statistik. Keuntungan yang diperoleh
PROVINSI PAPUA dari penggunaan simulasi model antara lain
adalah dapat mempersingkat waktu untuk
PENDAHULUAN memprediksi potensi produksi tanaman.
(Staggenborg, S. A. and R.L Vanderlip.
1.1 Latar Belakang 2005).
Kabupaten Jayawijaya merupakan Perubahan lingkungan berdampak
salah satu daerah yang memiliki potensi pada perubahan unsur-unsur iklim antara lain
pengembangan berbagai jenis tanaman curah hujan, suhu, kelembaban undara dan
pertanian. Padi merupakan bahan makanan intentitas radiasi yang dirasakan semakin
pokok di Kabupaten Jayawijaya Provinsi bergeser dari kondisi alami. Perubahan iklim
Papua kedua setelah ubi jalar. Luas areal ditandai berupa suhu yang makin meningkat,
tanaman padi 250 ha, dengan produksi 655 juga curah hujan yang tidak menentu.
ton. (Data BPS dari Dinas pertanian tanaman Sebagian contoh pergeseran pertanaman
pangan dan hortikultura Provinsi Papua padi dari Cina bagian selatan ke utara, karena
2014). Luas wilayah Kabupaten Jayawijaya ketersediaan air irigasi yang semakin
13.925.31 km2 yang secara administrasi menurun dibagian selatan (Barclay, 2007).
terbagi menjadi 40 Kecamatan dengan 4 Radiasi matahari atau surya merupakan
Kelurahan dan 328 Desa. Jumlah penduduk sumber energi utama bagi kehidupan di
241. 280 jiwa. Sebagian besar warga hidup di permukaan bumi. Kadang kala matahari
lereng-lereng perbukitan yang sulit di disebut juga reaktor terbesar karena bertindak
jangkau dan sering dilanda kekeringan sebagai sumber pembangkit tenaga. Dalam
panjang. realitasnya semua kehidupan dan aktivitas
Kendala produksi padi di Kabupaten yang ada dipermukan bumi sangat tergantung
Jayawijaya antara lain ketersediaan air. pada energi matahari. Tanpa ada sinar
Untuk saat ini pemerintah nasional maupun matahari tentu tidak akan tersedia bahan
daerah telah membangun irigasi untuk makanan yang di produksi dari tumbuh-
pengembangan tanaman padi. Faktor tumbuhan. Radiasi adalah pemindaan
kebutuhan air tanaman dan irigasi energi/kaloratau heat tranfer dari permukaan
berhubungan dengan evapotranspirasi, matahari ke suatu tempat di permukan bumi
apabila saat ini bumi kita mengalami yang di pancarkan dalam bentuk gelombang
perubahan iklim dan lingkungan. Pendugaan eletromagnetik, cara ini merupakan
evapotranspirasi dalam penelitian ini pertukaran energi yang penting antara
menggunakan model simulasi tanaman. organisme hidup dengan lingkungannya
Tujuan model simulasi ini mempunyai (Barry dan Chorley 2010).
keuntungan antara lain tidak membutuhkan Evapotranspirasi adalah proses
waktu yang panjang untuk memanfaatkan perubahan fase air yang terkandung dalam
hasil dan hemat dari segi biaya. suatu larutan (cair) dalam bentuk pandatan
Model simulasi pertumbuhan sering menjadi uap. Proses masuknya air ke
digunakan untuk memprediksi pertumbuhan atmosfir dapat melalui evaporasi yakni
dan produksi tanaman. Pendekatan ini sangat perpindaan air dari permukaan yang terbuka
diperlukan terutama bagi para peneliti atau badan air laut, sungai, danau genangan-
maupun para penentu kebijakan di dalam genangan di permukaan. Nilai evaporsi
memprediksi pertumbuhan dan produksi dikendalikan oleh faktor cuaca seperti

2
radiasi, suhu, kelembaban angin dan panas terjadi dapat memiliki pengaruh yang
laten serta bentuk permukaan yang signifikan terutama pada bidang pertanian.
berevaporasi. Selain evaporasi, sumber uap Kekeringan diartikan dengan berkurangnya
air atmosfir berasal dari transpirasi yakni legas atau kelembapan udara dan tanah yang
pergerakan air dari dalam tanah melalui bulu- dibutuhkan oleh tanaman selama masa tanam
bulu akar, kejaringan vaskular maupun (Jhones et al 198).
jaringan lain kemudian keluar dari tanaman Tanaman padi membutuhkan air yang
melalui jaringan stomata atau kutikula cukup untuk bertumbuh dan berkembang
menuju ke atmosfir (Berry dan Chorley, serta volume yang berbeda pada setiap fase
2003). pertumbuhannya. Salah satu sifat air pada
Tanaman padi merupakan tanaman tanaman bersifat dinamis artinya mudah
yang sangat peka terhadap ketersedian air hilang karena pengaruh lingkungan tumbuh.
dan perubahan suhu hasil penelitian IRRI Proses hilangnya air di tanah dan tanaman
(Institut Rice Rasearch Internasional) di Los disebut dengan evapotranspirasi yang
Banos Philipina menemukan bahwa kenaikan merupakan komponen penting dalam
suhu udara sebesar 1 oC, dapat menurunkan hidrologi karena proses tersebut dapat
produksi padi rata-rata 10%. Kenaikan suhu mengururangi simpanan air dalam badan-
udara mengakibatkan evapotranspirasi badan air, tanah dan tanaman. Besarnya
mengalami peningkatan dan tanaman padi evapotranspirasi sampai saat ini dilakukan
akan mengalami kekurangan air. Wilayah dengan pendekatan manual yaitu dengan
Indonesia bagian timur Maluku, Papua rentan menggunakan lisimeter. Pengguan lisimeter
terhadap terjadinya fenomena iklim yang hanya bersifat sesaat sehingga data yang
berpengaruh dalam variablitas iklim seperti diperoleh tidak dapat digunakan untuk
ENSO (EL-Nino Southern Oscillation). periode waktu yang lain dan tempat yang
Fenomena El-Nino yang terjadi berpotensi berbeda. Oleh karena itu penggunaan model
besar menyebabkan curah hujan jahu simulasi dapat digunakan karena mempunyai
dibawah rata-ratanya. terlihat dalam lima beberapa keunggulan antara lain dapat
tahun terakhir curah hujang mengalami menghitung evapotranspirasi untuk skala
meningkatan yang cukup signifikan sehingga yang luas dan dapat diterapkan di tempat
fenomena yang muncul tersebut dengan Like yang berbeda.
La Nina (Meehl, G. A dan W, M. Washingto,
1996). 1. 2 Tujuan
Mengacu pada dua kondisi seperti di Penelitian ini bertujuan untuk menduga
atas maka perlu antisipasi terhadap pola evapotranspirasi bulanan tanaman padi
curah hujan yang berdampak terhadap sawah di Kabupaten Jayawijaya Provinsi
proses evapotranspirasi, terutama jika Papua dengan menggunakan model simulasi
tanaman mengalami kekeringan. Data shirary rice. Ve 2 2 ,1.
menujukkan bawah beberapa kecamatan di
Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua yang 1.3 Manfaat
sering mengalami kekeringan adalah Hasil penelitian ini dapat digunakan
kecamatan Kurulu, Bolakme dimana kedua sebagai alat bantu budidaya tanaman padi
kecamatan ini merupakan sentra produksi sawah terutama untuk manajemen air.
padi sawah Kabupaten Jayawijaya.
Kekeringan menggambarkan kondisi METODOLOGI
kekurangan air yang terjadi dalam jangka 3.1 Tempat dan Waktu
waktu tertentu. Hal tersebut terjadi karena penelitian ini dilaksanakan selama
suatu wilayah menerima curah hujan di tiga bulan yaitu, dari bulan Maret sampai
bawah rata-ratanya. Periode kekeringan yang dengan Juni 2017 dengan pengukuran model

3
dan lapangan di Kabupaten Jayawijaya tanah jika kadar airnya telah kering sampai
Provinsi Papua. titik layu permanen, sedangkan transpirasi
akan mencapai maksimum jika kadar air
3.2 Bahan da Alat tanah berada pada kapasitas lapangan. Laju
Bahan yang digunakan dalam penelitian transpirasi maksimum dihitung dari indeks
ini yaitu data iklim berupa curah hujan, luas daun serta evapotranspirasi potensial
radiasi matahari, suhu udara dan kelembaban yang merupakan fungsi unsur-unsur cuaca
udara dari sentra produksi padi sawah di (radiasi surya, suhu dan kelembaban udara,
Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua. Alat serta kecepatan angin) menggunakan
yang digunakan adalah computer evapotranspirasi potensial dibagi antara
(hardware) dan program model neraca air transpirasi maksimum dan evaporasi
GPS (Geo Position System). Perangkat lunak maksimum tergantung dari indeks luas daun.
(softoware), di perlukan untuk pembuatan Perhitungan neraca air yang digunakan pada
sistem informasi neraca air lahan versi PC model simulasi dipengaruhi oleh.
adalah sebagai berikut: Microsoft Visual 1. Infitrasi dan perkolasi infiltrasi (Is)
Basic Versi 6,0 sebagai bahan pemrograman dihitung dari selisih curah hujan (P) atau
pada system dan model pembangkit unsure irigasi (Ir) dan intersepsi tajuk tanaman :
cuacah Shierary-Weather Versi 2.0 Is = P * -Ic = P + I – Ic ..................(1)
Perkolasi dari tiap lapisan tanah m {Pc(m)}
3.3 Metode Penelitian terjadi bila kadar air tanah melebihi kapasitas
Submodel neraca air diperlukan untuk lapang {{fc (m)} yang dihitung dengan
menghitung ketersediaan air bagi tanaman metode jungkitan sebagai:
padi yang menentukan pertumbuhan serta
Pc (m) = (m) - fc (m) (m) fc
hasil (produksi) tanaman di samping itu,
(m) …… ..(2)
perhitungan neraca air juga mempengaruhi
Pc (m) = 0 (m) fc (m)
dinamaka nitrogen dalam tanah melalui
2. Evapotranspirasi
proses pencucian nitrogen (leaching) serta
Evapotranspirasi potensial (Etp)
berbagai proses lainnya seperti mineralisasi
dihitung dengan rumus Penman untuk
yang tergantung pada kadar air tanah.
menduga evapotranspirasi maksimum (Etm)
Submodel ini mensimulasi gerakan air mulai
sebagai batas atas dari air yang hilang oleh
dari hujan, atau air irigasi yang diberikan,
evaporasi tanah dan transpirasi.
yang jauh ke atas tajuk tanaman dan sebagian
Hubungannya adalah :
di intersepsi sedangkan sisanya akan masuk
Etm = 0.8 Etp (Jones,
ke lapisan permukaan tanah. Jika lapisan
1986)……………………………...….....(3)
tersebut telah mencapai kapasitas lapang
Evapotranspirasi maksimum terbagi
maka kelebihannya akan bergerak ke lapisan
atas evaporasi maksimum tanah (Em) dan
di bawahnya melalui proses perkolasi.
transpirasi maksimum (Tm). Diasumsikan
Sebagian air tanah pada lapisan atas akan
perbandingan radiasi yang diserap oleh
diuapkan melalui proses evaporasi, atau
kanopi tanaman sama dengan Tm/ETm
melimpas ke samping jika melampaui tinggi
(Stapper, 1984; Rimmington and Connor,
galengan sawah. Evaporasi tanah dihitung
1987 dalam Handoko, 1994).
dengan metode (Ritchie 1972).
Berikut adalah perhitungan evaporasi
Evaporasi terdiri dari dua tahap (two-
(Em) dan transpirasi (Tm) maksimum
stage evaporation), ditentukan dari tingkat
kebasahan permukaan tanah dari waktu Etm = Etp = { Qn +  f(u) (es -
kejadian hujan. Tanaman akan menyerap air ea)}/ { ( + )} …………………(4)
tanah melalui transpirasi dari berbagai Em = Etm (e-kILD)
lapisan tanah yang dimodelkan. Akar Tm = (1 - e-kILD) Etm
tanaman tidak akan mampu menyerap air Dimana :

4
 = kemiringan kurva hubungan Tr (m) = 0 Ta  Tm
antara tekanan uap air jenuh Dimana, fw(m) : Fungsi kadar air tanah
dan suhu udara (Pa K-1) pada lapisan tanah m
Qn = radiasi bersih (Wm-2)  : Kadar air tanah
 = tetapan psikrometer (66.1 fw : Kadar air tanah pada
Pa K-1)s kapasitas lapang
f(u) = fungsi aerodinamika (MJ m- wp : Kadar air tanah pada titik
2
Pa-1) layu permanen
(es -ea) = defisit tekanan uap (Pa) Tr(m) : laju penyerapan air oleh akar
 = panas spesifik untuk pada lapisan tanah (mm). Model neraca air
penguapan (2.454 MJ kg-1) dapat digunakan untuk keperluan penelitian
3. Evaporasi tanah aktual pendugaan evapotranspirasi dengan beberapa
Dihitung dengan metode (Ritchie pertimbangan :
1972) dalam Handoko, 1994 yang terdiri dari 1. Model ini mempunyai resolusi harian
dua tahap evaporasi. Pada tahap pertama, yang menjelaskan proses evapotranspirasi
setelah terjadi hujan atau pemberian air di pertanaman padi
irigasi, evaporasi aktual sama dengan nilai 2. Model ini telah di validasi pada skala
maksimumnya sampai nilai evaporasi kebun percobaan di Kuningan Jawa Barat
kumulatif mencapai nilai parameter tanah oleh Handoko dan Rogi (1996) dan Rogi
terlampaui (tahap 1), yaitu tanah sudah cukup (2002) di perkebunan kelapa Sawit Bekri
kering, Ea merupakan fungsi waktu pada Lampung.
tahap ke 2 dan Em sebagai berikut :
Tahap 1 : Ea = Em  Em  U 3.4. Prosedur Kerja
…………………...(5)
Tahap 2 : Ea =  t2 0.5 -  ( t2 -1 )0.5 a. Penelitian ini dilaksanakan melalui
 Em  U…….……..(6) beberapa tahapan yaitu Pengumpulan data
Dimana : iklim berupa (curah hujan, radiasi matahari,
t2 = Jumlah hari setelah terjadinya evaporasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
tahap 2. angin), sifat fisik tanah (kapasitas lapang,
titik layu permanen dan parameter evaporasi
4. Transpirasi aktual tanah); sifat kimia tanah (pH, nitrogen total);
Transpirasi aktual (Ta) dihitung input agronomis (varietas, laju penggunaan
sebagai total pengambilan air pada seluruh benih, irigasi, pemupukan nitrogen); serta
daerah perakaran, terjadi pengambilan secara kondisi awal berupa kadar air tanah dan
cepat dari lapisan atas ke lapisan terbawah nitrogen mineral (NH4 dan NO3) dari
sampai Ta=Tm atau sampai kedalaman yang berbagai lapisan tanah.
dicapai akar. Berikut perhitungan Ta yang
merupakan penjumlahan serapan air oleh b. Penerapan model neraca air.
akar pada masing-masing lapisan tanah (m).
fw (m) = { (m) - wp(m)}/{0.4[fc(m) HASIL DAN PEMBAHASAN
- wp(m)]}……………….(7)
4.1 Gambaran Umum Kabupaten
jika fc (m  (m)  wp (m)
Jayawijaya
fw (m) = 1 (m)  fc(m)
fw(m) = 0 (m)  wp(m), r(m) = 0 4.1.1 Letak dan kondisi Gegrafis
Laju penyerapan air oleh akar pada Kabupaten Jayawijaya merupakan
tiap lapisan m: salah satu kabupaten di Provinsi Papua,
Tr (m) = fw (m) Tm Ta  Tm Ibukota kabupaten Jayawijaya terletak di

5
Wamena lemabah baliem Jayawijaya Adapun batas - batas wilayah Kabupaten
merupakan lembah di dataran tinggi Jayawijaya adalah sebagai berikut:
dengan ketinggian rata-rata 1.550 meter Sebelah Utara : Kabupaten Mamberamo
diatas permukaan laut, terletak pada posisi Tengah, Kabupaten Yalimo dan
3.4.5’-4.2 lintang selatan, serta 138.3’-139.4 Kabupaten Tolikara.
bujur timur. Luas wilayah Kabupaten Sebelah Timur : Kabupaten Nduga dan
Jayawijaya adalah berupa dataran seluas Kabupaten, Yahukimo.
13.925.31 km2. Kabupaten jayawijaya Sebelah Barat : Kabupaten Lanny Jaya dan
merupakan induk dari seluruh kabupaten Nduga, Pada tahun 2010.
yang berada di bagian pengunungan tengah
antara lain kabupaten Tolikara, Puncak 4. 2 Keadaan Iklim
papua, pengunungan Bintang, Yahukimo, Iklim di daerah Kabupaten Jayawijaya
Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Yalimo berada pada lembah Baliem sebuah lembah
dan Kabupaten Nduga. Adapun batas-batas alluvial yang terbentang pada areal
wilayah Kabupaten Jayawijaya adalah ketinggian 1.500 – 2000 m di atas permukaan
sebagai berikut: laut temperature udara bervariasi antara 10.
Sebelah Utara: Kabupaten Mamberamo 5 oC sampai dengan 29.4 oC. Pada tahun
Tengah, Yalimo dan Kabupaten Tolikara. 2016, suhu terendah ada pada bulan
Sebelah Timur: Kabupaten Nduga, dan Agustus dengan rata-rata suhu udara 21. 2
o
Kabupaten Yahukimo. Sebelah Barat: C. Dalam setahun rata-rata curah hujan
Kabupaten Lanny Jaya dan Nduga, pada kelembapan udara berkisar antara 50
tahun 2010 hanya mempunyai 11 Distrik/ sampai 100% dengan curah hujan antara
kecamatan yaitu Wamena, Asolokobal 59 – 199.5 mm dan d alam sebulan terdapat
Walelagama Yalengga, Hubikosi Pelebaga, kurang lebih 11-29 hari hujan. Musim
Asologaima, Musatfak, Kurulu, Bolakme, kemarau dan hujan sulit dibedakan
Muliama dan Yalengga Kabupaten berdasarkan data BMKG (Badan
Jayawijaya Provinsi Papua. Metorologi Klimatologi dan Geofisika).
Bulan Oktober adalah bulan dengan
4.1 2 Peta Lokasi Penelitian Landscape curah hujan terbesar, sedangkan curah
Kabupaten Jayawijaya. hujan terendah ditemukan pada bulan Mei,
temperature udara bervariasi antara 14, 5
o
C sampai dengan 24, 5 oC.

4.2.1 Evapotranspirasi
Evaporasi dan evapotranspirasi
termasuk unsur utama dalam siklus
hidrologi bidang pertanian dan bidang
lainnya. Kalau dibandingkan curah hujan
yang juga termasuk unsur utama dalam
siklus hidrologi sudah lebih banyak
dipelajari dan diketahui sifat-sifatnya,
tetapi evaporasi dan evapotranspirasi
masih perlu lebih banyak dipelajari karena
prosesnya yang cukup kompleks. Oleh
karena itu kajian dan penelitian mengenai
proses perhitungan serta pendugaan
evaporasi dan evapotranspirasi menjadi
sangat diperlukan.

6
Evaporasi adalah suatu kejadian hari. Sedangkan pada badan-badan air yang
perubahan fase cair menjadi fase gas uap air besar dapat menyimpan bahang sebagai
dan dipindahkan dari permukaan source ke energi. Evapotranspirasi potensial dapat
atmosfer. Selain dikendalikan oleh faktor- diharapkan terjadi pada siang hari, karena
faktor fisik seperti ketersediaan evaporasi hanya relative sedikit bahang yang
juga ditentukan oleh aktifitas pemindahan disimpan oleh vegetasi dan stomata
massa uap air. Evaporasi dapat berlangsung menutup pada malam hari (Seyban, 1977).
pada badan air (water body) seperti laut,
danau, sungai, rawa dan tanah, permukaan 4.3 Proses Evaporasi
basah (basah dapat artikan sebagai Proses evaporasi pada suatu permukaan
penutupan air murni atau larutan garam), badan air adalah energi yang tersedia berupa
dan rongga stomata daun. Pemisahan bahang neto dari radiasi matahari maupun
istilah biasanya dilakukan antara evaporasi atmosfer. Energi radiasi yang tersedia terdiri
dan evapotranspirasi. Evaporasi menjelaskan dari berbagai panjang gelombang dan
kehilangan air dari tanah bersih (tanpa spektrum yang dipengaruhi oleh keadaan
vegetasi) dan air bebas. Pada areal atmosfer, namun demikian sebagian besar
bervegetasi air diuapkan dari permukaannya energi tersebut merupakan radiasi gelombang
melalui jaringan tanaman dan rongga pendek dengan panjang gelombang 0.3
stomata daun. Karena tahap akhir sampai 3 mikron meter. Jumlah energi yang
pemindahan uap air dari stomata daun ke dibutuhkan untuk menguapkan air pada
atmosfer dikendalikan oleh keterbukaan permukaan berhubungan langsung dengan
stomata, maka evaporasi dari areal jumlah dan energi kinetik molekul serta
bervegetasi selain dipengaruhi oleh faktor proposional dengan massa air yang akan
fisik juga dikendalikan oleh faktor fisiologi diuapkan. Jumlah energi/bahang yang
yang disebut transpirasi. Pada kenyataannya dibutuhkan setiap satuan massa air untuk
di alam, penguapan dari permukaan tanah mengubah fase cair menjadi gas (uap air)
dan tanaman terjadi bersama-sama serta pada temperatur konstan tertentu disebut
sulit dipisahkan sehingga menimbulkan bahang laten evaporasi (latent heat of
konsep evapotranspirasi yang merupakan evaporation, ). Nilai  pada temperatur 10
0
gabungan evaporasi dan transpirasi. C adalah 2.47 x 106 J kg serta merupakan
Konsep evapotranspirasi merupakan fungsi temperatur yang berubah sekitar 0.1%
pemindahan air dari areal bervegetasi baik per 0C (Murdiyarso, 1986).
melalui evaporasi maupun transpirasi. Dalam Selain untuk perubahan fase cair
evapotranspirasi, evaporasi dan transpirasi menjadi uap air, energi yang tersedia tersebut
dikenal istilah potensial dan aktual. Selain itu juga digunakan untuk memanaskan udara,
untuk areal bervegetasi juga disyaratkan baik secara konduksi maupun konveksi.
adanya penutupan yang optimum. Dalam Aliran energi dari permukaan ke atmosfer
keadaan demikian pemindahan air ke dan sebaliknya disebut aliran bahang terasa
atmosfer hanya dipengaruhi oleh faktor (sensible heat flux) yang akan menentukan
pengendali fisik, cuaca (radiasi matahari, temperature udara.
angin, kelembaban dan suhu). Sedangkan
istilah evaporasi atau evepotranspirasi aktual 4.3.1 Proses Transpirasi
mengekspresikan kondisi air tanah dan Pada prinsipnya transpirasi adalah
faktor fisiologis stomata turut menentukan. evaporasi dari rongga stomata daun
Evaporasi permukaan air bebas tanaman yang secara fisiologis dikendalikan
berhubungan langsung dengan radiasi neto oleh pembukaan stomata dan dipengaruhi
sebagai energi tersedia, sehingga dapat oleh faktor-faktor lingkungan seperti dari
diharapkan nilai maksimum pada siang atmosfer maupun dari tanah. Namun

7
demikian transpirasi pada pertanaman yang stomata pada kedua permukaannya
cukup luas juga akan dipengaruhi oleh (amphistomatous leaves), maka kedua
keadaan pertanaman itu sendiri. Secara permukaan harus diperlakukan sebagai
fisik transpirasi merupakan proses yang rangkaian paralel yang merupakan analogi
cukup sederhana, namun bila factor dari rangkaian listrik (Monteith, 1990).
fisiologi turut diperhitungkan maka proses Konsep evapotranspirasi merupakan
ini menjadi begitu kompleks. pemindahan air dari areal bervegetasi baik
Secara kuantitatif hilangnya air melalui evaporasi maupun transpirasi.
melalui transpirasi dapat bervariasi, Dalam evapotranspirasi, evaporasi dan
tergantung jenis tanaman, keadaan tajuk transpirasi dikenal istilah potensial dan
pertanaman dan keadaan iklim cuaca aktual. Istilah potensial mengekspresikan
kawasan pertanaman tersebut. Tajuk laju evaporasi dan evapotranspirasi akan
tanaman yang sering basah karena terjadi dengan laju maksimum pada keadaan
mengintersepsi air hujan akan menyebabkan yang mungkin terjadi bila faktor ketersediaan
penekanan dalam transpirasi karena energi pengendali dan air/kelengasan yang
stomata selalu tertutup lapisan tipis air serta akan ditransfer dalam keadaan tak terbatas
memberikan tahanan yang tinggi. Berbeda (tidak menjadi faktor pembatas). Selain itu
dengan tajuk tanaman yang lebih sering untuk areal bervegetasi juga disyaratkan
kering tetapi mendapat irigasi dari bawah adanya penutupan yang optimum. Dalam
akan bertranspirasi secara penuh sepanjang keadaan demikian pemindahan air ke
lingkungan atmosfer memungkinkan. atmosfer hanya dipengaruhi oleh faktor
Namun pada areal yang tidak mendapat pengendali fisik, cuaca (radiasi matahari,
irigasi, defisit air akan terjadi dan bila angin, kelembaban dan suhu). Sedangkan
berlanjut maka tanaman akan mengalami istilah evaporasi atau evapotranspirasi aktual
stres air, layu serta akhirnya mati. Kerusakan mengekspresikan kondisi air tanah dan
tanaman sering akan muncul karena faktor fisiologis stomata turut menentukan.
kekeringan, akibatnya pertumbuhan tanaman Metode pendugaan evaporasi dan
akan terganggu dan produktifitasnya menjadi evapotranspirasi dapat dikelompokkan
rendah. menjadi dua yaitu.
Di dalam jalur aliran transfer uap air
yang didorong oleh gradien tekanan uap atau 4.4. Lokasi Kecamatan Kurulu
konsentrasi uap air, aliran uap air dari rongga Evapotranspirasi Kecamatan Kurulu
stomata mengalami tahanan baik secara Kabupaten Jayawijaya menunjukkan bahwa
internal maupun eksternal. Tahanan eksternal evapotranspirasi tertinggi tercapai pada bulan
meliputi tahanan aerodinamik maupun Maret dan April sedangkan evapotranspirasi
lapisan perbatas untuk sebuah daun terendah terjadi pada bulan juni dan Februari.
maupun tajuk pertanaman. Sedangkan Hasil pengukuran lapangan dan model di
secara internal tahanan daun (rl) meliputi kecamatan Kurulu dapat dilihat pada table 1
tahanan stomata (rs) dan tahanan kutikula di bawah ini.
(rc). Tahanan stomata dibentuk secara seri
dari tahanan mesofil (rm), tahanan pori (rp) Tabel: 1 Pengukuran Evapotranspirasi
dan tahanan rongga antar sel (ri). Sedangkan Hasil Model dan Pengukuran Lapangan.
tahanan kutikula membentuk rangkaian Evapotranspirasi (mm)
paralel dengan tahanan stomata. Keadaan Bulan Lapangan Model
tersebut merupakan gambaran untuk daun Januari 115, 63 122, 81
yang mempunyai stomata pada satu Feberuari 112, 28 116, 03
permukaan (hipostomatous leaves). Maret 123, 38 128, 30
Sedangkan bagi daun yang mempunyai April 122, 70 121, 29

8
Mei 117, 18 124, 19 Maret, sedangkan evapotranspirasi terendah
Juni 106, 20 117, 55 terjadi pada bulan Juni dan Juli. Hasil
Juli 116, 56 119, 77 pengukuran lapangan dan model untuk
Agustus 122, 14 125, 87 evapotranspirasi di Kecamatan Muliamsa,
September 118, 80 126, 05 dapat dilihat pada tabel. 3 di bawah ini.
Oktober 127, 10 129, 07 Tabel: 3 Pengukuran Evapotranspirasi
November 115, 50 121, 20 Hasil Model dan Pengukuran Lapangan.
Desember 115, 63 117, 68 Evapotranspirasi (mm)
Bulan Lapangan Model
Hasil pengujian dengan menggunakan Januari 116, 66 122, 81
uji-t berpasangan tidak nyata (P>0.05) Feberuari 113,40 116, 03
antara model dan pengukuran lapangan Maret 122, 76 128, 3
mendapatkan hasil yang tidak nyata dan
April 120, 60 121, 29
ini menunjukkan bahwa model mampu
Mei 114, 39 124, 19
memprediksi evapotranspirasi di Kecamatan
Juni 110, 40 117, 55
Bolakme.
S Juli 115, 94 119, 77
4.5. Lokasi Kecamatan Bolakme. Agustus 118, 73 125, 87
Evapotranspirasi kecamatan Bolakme September 119, 10 126, 05
menunjukkan bahwa evapotranspirasi Oktober 126, 48 129, 07
tertinggi tercapai pada bulan Maret dan November 115, 20 121, 20
Oktober sedangkan evapotranspirasi Desember 116, 25 117, 68
terendah terjadi pada bulan Februari dan Hasil pengujian dengan menggunakan
Juni. Hasil pengukuran lapangan dan model uji-t berpasangan tidak nyata (P>0.05)
di Kecamatan Bolakme, dapat dilihat pada antara model dan pengukuran lapangan
tabel. 2 di bawah ini. mendapatkan hasil yang tidak nyata dan ini
menunjukkan bahwa model mampu
Tabel: 2 Pengukuran Evapotranspirasi memprediksi evapotranspirasi di kecamatan
Hasil Model da Pengukuran Lapangan . Yalengga kabupaten Jayawijaya
Evapotranspirasi (mm)
Bulan Lapangan Model 4.5. Lokasi Kecamatan Yalengga
Januari 119, 66 122, 81 Evapotranspirasi kecamatan Yalengga
Feberuari 112, 84 116,3 Kabupaten Jayawijaya menujukkan bahwa
Maret 122, 76 121,29 evapotranspirasi tertinggi tercapai pada bulan
April 120, 60 124, 19 April, Oktober sedangkan evapotranspirasi
Mei 106, 25 117, 55 terjadi pada bulan Juni dan Februari. Hasil
Juni 116, 10 119, 77 pengukuran lapangan dan model untuk
Juli 115, 32 125, 87 evapotranspirasi di Kecamatan Yalengga,
Agustus 115, 32 126, 05 dapat dilihat pada tabel 4 di bahwa ini.
September 122, 14 126, 05
Oktober 124 129, 07 Tabel: 4 Pengukuran Evapotranspirasi
November 114, 30 121, 20 Hasil Model dan Pengukuran Lapangan.
Desember 117, 18 117, 68 Evapotranspirasi (mm)
Bulan Lapangan Model
4.3. Lokasi Kecamatan Muliama Januari 120, 28 122, 81
Evapotranspirasi kecamatan Muliama Feberuari 113, 40 116, 30
menunjukkan bahwa evapotranspirasi Maret 124 121,29
tertinggi tercapai pada bulan Oktober dan April 119, 10 124, 19

9
Mei 115, 63 117, 55 mendapatkan hasil yang tidak nyata dan
Juni 106, 50 119, 77 ini menunjukkan bahwa model mampu
Juli 115, 32 125, 87 memprediksi evapotranspirasi di Kecamatan
Agustus 119, 35 126, 05 Asologaima Kabupaten Jayawijaya Provinsi
September 118, 80 126, 05 Papua.
Oktober 124 129, 07 4.7. Lokasi Kecamatan Asologaima
November 114, 60 121, 20 Evapotranspirasi Kecamatan Asologoaima
Desember 115, 63 117, 68 menunjukkan bahwa evapotranspirasi
tertinggi tercapa i pada bulan Maret dan
Hasil pengujian dengan menggunakan Oktober, sedangkan evapotranspirasi
uji-t berpasangan tidak nyata (P>0.05) terendah terjadi pada bulan Februari dan
antara model dan pengukuran lapangan Juni. Hasil pengukuran lapangan
mendapatkan hasil yang tidak nyata dan ini evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan
menunjukkan bahwa model mampu Juni dan November. Hasil pengukuran
memprediksi evapotranspirasi di kecamatan lapangan dan model untuk evapotranspirasi
Pelebaga, Kabupaten Jayawi Provinsi Papua. kecamatan Asologaimaga dapat di lihat
pada tabel. 6 di bawah ini.
4.6. Lokasi Kecamatan Pelebaga
Evapotranspirasi kecamatan Pelebaga Tabel: 6 Pengukuran Evapotranspirasi
Kabupaten Jayawijaya menunjukkan bahwa Hasil Model dan Pengukuran Lapangan.
evapotranspirasi tertinggi tercapai pada Evapotranspirasi (mm)
bulan April dan Oktober, sedangkan Bulan Lapangan Model
evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Januari 115, 63 122, 81
Juni dan Februari. Hasil pengukuran Feberuari 112, 28 116, 03
lapangan dan model untuk evapotranspirasi Maret 123, 38 128, 30
kecamatan Pelebaga, dapat dilihat pada April 122, 70 121, 29
tabel. 5 di bawah ini. Mei 117, 18 124, 19
Tabel: 5 Pengukuran Evapotranspirasi Juni 106, 20 117, 55
Hasil Model dan Pengukuran Lapangan Juli 116, 56 119, 77
Evapotranspirasi (mm) Agustus 122, 14 125, 87
Bulan Lapangan Model September 118, 80 126, 05
Januari 120, 90 122, 81 Oktober 127, 10 129, 07
Feberuari 113, 40 116, 03 November 115, 50 121, 20
Maret 124, 116, 03 Desember 115, 63 117, 68
April 119, 10 121, 29 Hasil pengujian dengan menggunakan
Mei 115, 63 124, 19 uji-t berpasangan tidak nyata (P>0.05)
Juni 106, 50 117, 55 antara Model dan pengukuran lapangan
Juli 119, 70 119, 77 mendapatkan hasil yang tidak nyata dan ini
Agustus 120, 90 125, 87 menujukkan bahwa model mampu
September 118, 80 125, 80 memprediksi evapotranspirasi di Kecamatan
Oktober 123, 38 129, 07 Asologoaima Kabupaten Jayawijaya secara
November 124 121, 20 keseluruhan dapat dilihat bahwa model
Desember 114, 39 117, 69 mampu untuk menerangkan pengukuran
lapangan evapotranspirasi ini terlihat dari
Hasil pengujian dengan menggunakan terenda data dan uji-t.
uji-t berpasangan tidak nyata (P>0.05) Evapotranspirasi menujukkan bahwa
antara model dan pengukuran lapangan evapotranspirasi tertinggi tercapai pada

10
bulan Maret dan Oktober sedangkan
berpasangan, ketetapan model untuk Berry, R, G, and R.J Chorley. 2003.
memprediksi pengukuran lapangan dapat Atmosphere Weather and Climat.
dilakukan dengan memperhatikan faktor- Second edition. Routledge. New
faktor yang berpengaruhi terhadap York.
pengukuran evapotranspirasi seperti
pengukuran unsur-unsur iklim. (Ayoade Chang, Te-Tzu and E.A. Barnedas. 1976.
1983). Mengatakan bahwa metode “The Morphology and Varietal
pendugaan evaporasi dan evapotranspirasi Caharacteristics of the Rice Plant”.
dapat dikelompokan dua yaitu: Pendekatan Technical Bulletin, The International
meteorologis dan klimatologis. Pendekatan Rice Research Institute, Los Banos,
metorologis terutama digunakan untuk Philippines.
studi iklim mikro, diperlukan alat yang
sangat teliti serta waktu yang singkat. De Datta, S.K. 1981 Prinsiples and Practices
of Rice Production. A Wiley-
KESIMPULAN DAN SARAN Interscience Publication. New York:
5.1. KESIMPULAN John Wiley & Sons. 618
Penelitian pendugaan evapotranspirasi
bulanan lapangan dan model simulasi Doorenbos, J. and W.O Pruitt, 1977. Crop
tanaman padisawah di Kabupaten Jayawijaya Water Requirement. FAO Irrigation
Provinsi Papua dapat disimpulkan sebagai and Drainage Paper No. 24. FAO,
berikut: Rome.
1. Pengukuran evapotranspirasi hasil
model dan pengukuran lapangan dapat Gould, F. W. 1968.Grass Systematics.
memprediksi terdiri dari 6 kecamatan. McGraw-Hill Book. New York.
2. Hasil lapangan dan model 382 p.
mendapatkan bahwa penanaman padi
sawah di Kabupaten Jayawijaya Handoko, 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi
Provinsi Papua dilakukan pada bulan Model Simulasi Komputer untuk
Desember, Februari, Maret dan April. Pertanian, Jurusan Agromet IPB, 112p
5.2. SARAN Handoko, I. 1996. Analisis Sistem dan
1. Dilakukan pengujian model pada setiap Model Simulasi Komputer untuk
fase-fase perkembangan tanaman padi, Perencanaan Pertanian di Indonesia.
agar dapat diprediksi kebutuhan air Materi Pelatihan. Jurusan Geofisika
pada setiap fase perkembangan. dan Meteorology FMIPA. IPB Bogor.
112p.
DAFTAR PUSTAKA
Ayoade, J. O. 1983. Introduction to Hitchcock, A.S. 1971. Manual of the Grasses
Climatology for The Tropics. John of the United States. 2nd ed. Agnes
Wiley and Sons. New York. Chase (Ed). Vol. 1, New York: Dover
Publications.
BPS Badan Pusat Statistika. Propinsi Papua
dan Dinas Pertanian Tanaman Murata, Y. 1969. Physiologional Responsses
Pangan dan Hortikulture. 2014. to Nitrogen in Plants. In
Physiological Aspect of Crop Yield.
Barclay, A. 2007. ” High and Dry”. Rice ASA-CSSA Madison, Winconsin,
Today, October December 2007, USA, p. 235-259.
Vol. 6/No. 4, p. 28-29.

11
Mutara, Y. and S. Matsushima. 1978.”Rice”.
In Evans, L.T. (Ed.). Crop
Physiology. Cambridge: University
Press. Cambridge. P. 73-99.

Meehl, G A., dan W. M. Washington, 1996.:


perubahan iklim El Niño-seperti
dalam model dengan meningkatnya
konsentrasi CO2. Alam.

Murdiyarso, D. 1986. Evaporasi. Kursus


pemanfaatan data iklim dalam
pengelolaan air. Jurusan Geomet -
FMIPA - IPB. Bogor

Monteith, J. L. 1990. Principles of


Environmental Physics. Arnold.
London. 291p.

Sugiarto, Y.1997. Aplikasi Model Simulasi


Tanaman untuk Pemetaan Potensi
Hasil dan Manajemen Produksi Padi
di Indonesia. Skripsi. Jurusan
GEOMET,FMIPA – IPB.Bogor.

Staggenborg, S.A. and R.L. Vanderlip. 2005.


Crop Simulation Models Can be
Used as Dryland Cropping Systems
Research Tools. Agronomy Journal
Vol. 97, March – April 2005. pp :
378-384.

12

Potrebbero piacerti anche